Dokumen tersebut membahas tentang definisi kebenaran menurut kamus bahasa Indonesia dan teori-teori kebenaran seperti teori korespondensi, koherensi, pragmatis, dan performatif. Dokumen juga menyatakan bahwa kebenaran bersifat mutlak dan objektif, bukan relatif, serta perlu diperjuangkan dengan meneliti secara ilmiah bukan hanya berdasarkan perasaan pribadi.
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Filsafat
1.
2.
3.
4. DEFINISI
• Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, menerangkan bahwa kebenaran itu adalah
1). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok
dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya.
Misalnya kebenaran berita ini masih saya ragukan,
kita harus berani membela kebenaran dan keadilan.
2). Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-
betul hal demikian halnya, dan sebagainya). Misalnya
kebenaran-kebenran yang diajarkan agama. 3).
Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada
seorangpun sanksi akan kebaikan dan kebenaran
hatimu.(Idzam Fautanu, 2012:96.)
• Sedang menurut (Abbas Hamami, 2003:3) kata
“kebenaran” bisa digunakan sebagai suatu kata benda
yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendak
menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang
benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang
dikandung dalam suatu pernyataan atau statement.
Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan
pengetahuan manusia (subyek yang mengetahui)
mengenai obyek. Jadi, kebenaran ada pada seberapa
jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai
objek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari
banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian
sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran. Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
5. TEORI TEORI
KEBENARAN
1.Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth)
2.Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth)
3.Teori kebenaran pragmatis
4.Teori Performatif
5. Agama sebagai Teori
6. KEBENARAN TIDAK RELATIF
“Bahkan samudra darahpun tak dapat menenggelamkan
kebenaran” (marxim gorsky)
“Barang siapa tidak tahu bersetia pada azas, dia terbuka terhadap segala
kejahatan,dijahati atau menjahati” (Pramudya ananta Toer)
(Soyomukti nurani,2011:200) berpendapat bahwa “kebenaran itu objektif,ada, rill, dapat diukur dengan cara
yang benar, bukanya relative. Perasaan bahwa segala sesuatu itu relative lahir dari cara berpikir gampangan
yang lebih mementingkan kehendak subjektif dan individualistic,sebuah fallacy, sesat filsafat yang
beranggapan orang yang biasanya malas berfikir dan dan bekerja keras dalam menyelesaikan masalah”
7. KESIMPULAN
Kebenaran adalah hal yang mutlak dan harus diperjuangkan
untuk mencari kebenaran dengan cara meneliti atau hal yang
lainya, yang dimaksudkan untuk kemajuan bukan untuk
perpecahan. Kebenaran harus diungkap dan berfikir secara
ilmu bukan dengan perasaan ataupun penilaian pribadi.