3. Kemampuan menalar menyebabkan
manusia mampu mengembangkan
pengetahuan
Manusia memikirkan dan menjelajah hal-hal baru, karena dia hidup
bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna
kepada kehidupan, manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya,
dan masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan manusia.
6. Manusia mampu mengembangkan
pengetahuan disebabkan dua hal, yaitu:
Manusia
mempunyai bahasa
yang mampu
mengkomunikasikan
informasi dan jalan
pikiran yang
melatarbelakangi
informasi tersebut.
manusia mampu
mengembangkan
pengetahuannya
dengan cepat dan
mantap dengan
pikiran yang mampu
menalar.
7. Tentu saja berpikir pun tidak semuanya berdasarkan
penalaran; Manusia adalah makhluk yang:
Berpikir,
Merasa,
Mengindra,
serta mengenal:
Wahyu yang merupakan komunikasi sang
pencipta dengan makhluknya.
8. Hakikat Penalaran
suatu proses
berpikir dalam
menarik sesuatu
kesimpulan yang
bersifat
pengetahuan.
Manusia pada
hakikatnya
merupakan makhluk
yang berpikir,
merasa, bersikap,
dan bertindak.
9. LOGIKA
Suatu penarikan kesimpulan baru
dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikan kesimpulan tersebut
dilakukan menurut cara tertentu.
Pangkajian untuk berpikir secara sahih
10. Terdapat macam-macam cara penarikan
kesimpulan namun untuk sesuai dengan
tujuan studi maka kita pusatkan pada
penalaran ilmiah.
Logika induktif dan Logika deduktif
Dua jenis cara penarikan kesimpulan:
11. Logika induktif, penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang
bersifat umum (cara berpikir Induksi).
Logika deduktif, penarikan kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(cara berpikir Deduksi).
12. SUMBER PENGETAHUAN
Pada dasarnya terdapat dua cara
yang pokok, yaitu: mendasarkan diri
pada rasio dan mendasarkan diri
pada pengalaman.
Bagaimanakah cara mendapatkan
pengetahuan yang benar?
13. Kaum rasionalis (rasionalisme) mempunyai paham yang
dikenal dengan idealisme yang mengandalkan fungsi
pikiran manusia untuk mengenali prinsip yang lalu
menjadi pengetahuannya.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Kaum empiris
(empirisme) berpendapat bahwa pengetahuan manusia
itu bukan didapat dari pengalaman rasional yang abstrak
namun lewat pengalaman yang kongkret.
16. Teori korepondensi, yaitu suatu
pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung
pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.
Teori koherensi, yaitu suatu
pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.
Plato (427-347 SM)
Aristoteles (384-322 SM)
Betrand Russell
(1872-1970)
17. Kedua teori kebenaran ini yakni
teori koherensi dan teori
korespondensi dipergunakan
dalam cara berpikir ilmiah.
Penalaran teoritis yang berdasarkan logika
deduktif jelas mempergunakan teori koherensi,
sedangkan proses pembuktian secara empiris
dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang
mendukung suatu pernyataan tertentu
mempergunakan teori kebenaran lain yang
disebut teori kebenaran pragmatis.
18. Teori Pragmatis
Charles S. Pierce
(1831-1914) Kebenaran atas suatu
pernyataan diukur
Dengan kriteria
“Apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional
Dalam kehidupan praktis”
19. Secara Historis maka pernyataan ilmiah yang
sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin
tidak lagi demikian.
TEORI PRAGMATIS
(Perspektif Waktu)
Dihadapkan dengan masalah ini maka ilmuan
bersifat pragmatis; selama pernyataan itu
fungsional dan mempunyai kegunaan maka
pernyataan itu dianggap benar; sekiranya
pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian,
disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang
menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan
itu ditinggalkan.