2. • Mengidentifikasi tiga era dalam studi kepemimpinan dan
kontribusi mereka terhadap kepemimpinan modern.
Menjelaskan metode, hasil, kelemahan, dan kontribusi
pendekatan sifat dan perilaku kepemimpinan dan
mengidentifikasi dampaknya terhadap pendekatan saat ini.
Menyajikan teori-teori awal yang paling signifikan dari
kepemimpinan dan implikasinya terhadap teori dan praktik
kepemimpinan.
Setelah
mempelajari
bab
ini, Anda
akan dapat:
3. History of Modern Leadership Theory
www.themegallery.com
The Trait Era:
- leaders are born
• Late 1800’s to Mid-1940’s
The Behavior Era:
- leadership can be taught
• Mid-1940’s to Early 1970’s
The Contingency Era:
- leadership style is dependent upon situation
• Early 1970’s to Present
4. Suatu kemampuan atau potensi kepemimpinan
dibawa atau diperoleh sejak lahir
More than 40 years of study provided little
evidence to justify the assertion that leaders are
born and that leadership can be explained
through either one or a collection of traits. Some
traits do emerge as important. Which of the traits
are most relevant, however, seems to depend on
the requirements of the situation.
The Trait Era: Late 1800s to Mid-1940s
5. The Trait Era: Late 1800s to Mid-1940s
Seseorg dpt menjadi pemimpin apabila memiliki
sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat kepribadian baik secara fisik maupun
psikologis
Keefektifan pemimpin ditentukan oleh
sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan
saja bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman
dan hasil belajar
6. Kelemahan Teori Sifat
Tidak selalu ada relevansi antara sifat-sifat yang
dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan
Situasi dan kondisi tertentu yang ternyata
memerlukan sifat tertentu pula berbeda dari
yang lain
7. Teori Perilaku (Behavior Theories)
Keberhasilan seorang pemimpin sangat
tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan
Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari
cara melakukan pengambilan keputusan, cara
memerintah (instruksi), cara memberikan
tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong
semangat bawahan, cara membimbing dan
mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara
memimpin rapat, cara menegur dan memberikan
sanksi
8. The Behavior Era: Mid-l940s to Early 1970s
Pendekatan perilaku mempunyai beberapa
keunggulan daripada pendekatan sifat (traits):
Perilaku dapat diamati lebih obyektif daripada
sifat.
Perilaku dapat diukur lebih tepat dan lebih akurat
daripada sifat.
Berbeda dengan traits, baik yang bawaan atau
berkembang di awal kehidupan, perilaku dapat
diajarkan.
9. TEORI KEPEMIMPINAN
Leader are born and not made : Teori Genetis
Leader are made not born : Teori Sosial
Bakat (Pemimpin)
Berkembang melalui
Pendidikan dan
Pengalaman
BERHASIL
SIFAT YANG
DIBUTUHKAN
Memiliki pengetahuan &
teknologi, mampu
menghub. Ilmu dan
teknologi yang dimiliki
dengan
tugas, kemandirian
mantap, teguh dalam
prinsip-prinsip
kerja, kreativitas
tinggi, cermat, berani
bertindak, kepribadian
menarik, kecerdasan
tinggi
Kriteria yang harus dimiliki
(Terry – 1960)
Kekuatan, keseimbangan
emosi, pengetahuan
hubungan
kemanusiaan, motivasi
pribadi, kecakapan
berkomunikasi, kecakapan
mengajar kecakapan
bergaul, kemampuan teknis
10. The Behavior Era: Mid-l 940S to Early 1970s
Hampir sama dengan pendekatan
sifat, pendekatan perilaku
kepemimpinan, dengan
berkonsentrasi hanya pada perilaku
dan mengabaikan unsur-unsur
situasional yang kuat, memberikan
pandangan sederhana dari proses
yang sangat kompleks dan, karena
itu, gagal untuk memberikan
pemahaman menyeluruh tentang
fenomena kepemimpinan.
11. • Pertimbangan (consideration), yang menggambarkan
perilaku pemimpin yang empati & sensitif terhadap
bawahan, menghormati ide & perasaan
mereka, berusaha menciptakan kepercayaan timbal
balik dengan bawahan.
• Inisiasi struktur (initiating structure),
menggambarkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada penyelesaian tugas, mengarahkan aktivitas org
secara ketat untuk mencapai tujuan tertinggi
HASIL PENELITIAN OHIO STATE UNIVERSITY
Univ. Ohio melakukan survey untuk memahami perilaku
pemimpin dalam mempengaruhi bawahan. Hasil survey
mengemukakan 2 kategori dari dimensi perilaku
pemimpin, yaitu :
12. The Contingency Era: Early 1960s to Present
Pada tahun 1960 , dipelopori oleh Fred Fiedler , Model
Kepeimpinan Kontingensi yangakan dibahas dalam bab
ini , penelitian kepemimpinan beralih dari model
sederhana hanya didasari pada pemimpin untuk model
yang lebih kompleks yang mengambil titik pandang
kontingensi . Model-model lain seperti Teori Path- Goal
dan Model Keputusan normatif, juga akan dibahas dalam
bab ini. Asumsi utama dari pandangan kontingensi
adalah bahwa kepribadian, gaya, atau perilaku pemimpin
yang efektif tergantung pada kebutuhan situasi di mana
para pemimpin menemukan diri mereka .
14. Model Kontingensi Fiedler
Model Kontingensi Fiedler: bahwa
kepemimpinan yang efektif bergantung pada
kesesuaian antara gaya interaksi seorang
pemimpin dengan bawahannya serta sejauh
mana situasi tersebut menghasilkan kendali dan
pengaruh untuk pemimpin tersebut;
Kuesioner rekan kerja yang paling tidak disukai
(least preferred coworker-LPC): instrumen yang
digunakan untuk mengukur apakah seorang
berorientasi tugas atau hubungan
15. Tiga dimensi kemungkinan yang menurutnya,
menentukan faktor-faktor situasional kunci yang
menentukan efektivitas kepemimpinan. Faktor2 tersebut
adalah hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas, dan
kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai berikut:
- Hubungan Pemimpin-anggota: Tingkat Kepatuhan,
Kepercayaan, dan rasa hormat para anggota terhadap
pemimpin mereka.
- Struktur Tugas: Tingkat sejauh mana penentuan
pekerjaan diproseduralkan (yaitu, terstruktur dan tidak
terstruktur);
- Kekuatan Posisi: tingkat pengaruh yang dimiliki oleh
seorang pemimpin atas variabel2 kuasa seperti
perekrutan, pemecatan, pendisiplinan, promosi dan
kenaikan gaji
Model Kontingensi Fiedler
16. Differences Between Task-and
Relationship Motivated Individuals
Task-Motivated (Low LPC) Relationship-Motivated (High LPC)
Draws self-esteem from completion
of task
Draws self-esteem from
interpersonal relationships
Berorientasi pada tugas Berorientasi pada karyawan
Pemimpin cenderung bersikap
keras dalam menilai bawahan
mereka ketika kelompok mereka
gagal dalam penyelesaian tugas
Suka menyenangkan orang lain
Mempertimbangkan kompetensi
kerja karyawan
Mempertimbangkan loyalitas rekan
kerja
Suka detail (enjoys details) Bosan dengan rincian (gets bored
with details)
18. Leader Style and Behaviors in
Different Levels of Sit Con
High Sit Con Moderate Sit Con Low Sit Con
Task-motivated
(low LPC) leader
Pasti, penuh
pertimbangan dan
mendukung,
menghilangkan
hambatan dan tidak ikut
campur
Tegang, fokus pada
tugas, suka
menguasai/memaks
a dan terlalu
mengontrol,
menuntut apa yang
telah dikerjakannya
Memerintah, fokus
pada tugas, serius,
sedikit perhatian
dengan karyawan
lain
Relationship-
motivated (high-
LPC) leader
Bosan, jauh dan
individualis, agak
bersifat otokrasi
Penuh
pertimbangan,
terbuka dengan ide-
ide dan saran, fokus
pada pemecahan
konflik
Tegang dan gugup,
hurt by group
conflict,
bimbang/ragu-ragu
19. The Normative Decision Model
www.themegallery.com
Suatu model bentuk
pengambilan keputusan
yang menjelaskan tentang
bagaimana sesungguhnya
seorang pemimpin dalam
mengambil suatu keputusan
dan sejauh mana karyawan
akan menerima keputusan
tersebut.
22. Decision Style in the Normative Decision Model
Decision Making Style Description
Autocratic l (Al) membuat keputusan dengan menggunakan informasi
yang saat ini terdapat pada pemimpin.
Autocratic ll (All) membuat keputusan dengan menggunakan informasi
yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa
terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari
penyampaian informasi yang mereka berikan.
Consultative l (Cl) berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang
relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa
melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat
keputusan.
Consultative ll (Cll) berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-
ide dan saran mereka saat diskusi kelompok
berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
Group ll (Gll) berbagi masalah yang ada dengan kelompok,
mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan
menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh
kelompok (Vroom & Yetton, 1973)
23. Implikasi Model “Normative Decision
Pemimpin harus memahami situasi dan memahami
bagaimana dan kapan harus menggunakan metode
keputusan yang berbeda
Partisipasi tidak harus selalu digunakan pada gaya
kepemimpinan
Pemimpin harus memberikan perhatian khusus terhadap
kebutuhan karyawan dan reaksi mereka ketika membuat
keputusan.
24. Path-Goal Theory
Teori kepemimpinan Path-Goal, dikembangkan pada
awal tahun 19705, mengusulkan bahwa peran pemimpin
adalah untuk menjelaskan jalan bawahan guna
mencapai tujuan (House, 1971; House and Dessler,
1974)
Pemimpin membolehkan bawahannya untuk memenuhi
kebutuhannya dan, sebagai hasilnya, para pemimpin
mencapai tujuan mereka sendiri.
Pemimpin dan pengikut membangun hubungan yang
berkisar pada pertukaran bimbingan atau dukungan
untuk produktivitas dan kepuasan.
25. Path-Goal Theory
Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan
efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi.
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena
pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan
untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya.
Teorinya disebut sebagai path-goal karena
memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi
persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan
pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.
26. Path-Goal Theory
Model path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat
memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan
bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat
mencapai hasil yang mereka inginkan.
Teori Pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan bagaimana
sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara
usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal
attractiveness).
Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat
adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka
lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi.
Model path-goal juga mengatakan bahwa pimpinan yang paling
efektif adalah mereka yang membantu bawahan mengikuti cara
untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
27. The Atributional Model
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin mengelola sifat-
sifat/ ciri/ latar belakang orang-orang yang dipimpinnya
sehingga dapat dipengaruhi untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan organisasi.
Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
bawahannya, ia mutlak perlu mengenali karakteristik,
kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan
kemampuan mereka.
Melakukan hal tersebut tidaklah mudah karena sesungguhnya
manusia adalah makhluk yang sangat kompleksitas.
Kemampuan kepemimpinan yang fenomenal dan cerdas
merupakan dasar dari teori atribusi kepemimpinan
28. Substitusi kepemimpinan (Substitutes for
leadership)
Substitusi kepemimpinan adalah faktor-faktor yang
membuat kepemimpinan tidak perlu atau bahkan
tidak mungkin.
Substitusi (pengganti) kepemimpinan dapat
mencakup:
- Kelompok kerja yang kohesif (erat)
- Tugas-tugas yang memiliki umpan baliknya sendiri
- Tingkat kemampuan, pengalaman dan
pengetahuan para bawahan yang tinggi
30. Pendekatan Leader –Member Exchange
Tidak ada konsistensi perilaku pemimpin terhadap setiap
bawahannya
Setiap hubungan adalah unik
Hubungan orang-per-orang menentukan perilaku
bawahan
Mengelompokkan bawahan ke dalam:
Anggota in-group
Anggota out-group
32. Stages of Relationship Development
Between Leaders and Their Followers
www.themegallery.com
33. Pendekatan Leader-Member Exchange
Anggota in-group Anggota out-group
• Memiliki ikatan dan sistem nilai
sama
• Interaksi reguler dengan
pemimpin
• Menerima penugasan dan
imbalan lebih baik
• Berpandangan positif tentang
organisasi dan punya kinerja
dan kepuasan kerja lebih tinggi
• Sedikit kesamaan dengan
pemimpin
• Interaksi terbatas dengan
pemimpin
• Jarang menerima penugasan
dan imbalan
• Menjadi bosan dan sering
resign