2. Mengenalkan Hidup
Kenalkan anak-anak pada matematika
agar terbiasa berpikir logis; pada
olahraga kelompok agar dapat bersikap
sportif; dan pada seni agar memiliki
budi pekerti yang halus.
3. Kursi diciptakan untuk
diduduki agar seseorang bisa
berpikir dan bekerja dengan
tenang dan produktif. Tetapi
ketika orang berebut dan
4. Mahalnya Kesempatan
Menuntut ilmu di waktu kecil
bagaikan mengukir di atas batu,
sedangkan belajar di waktu tua
bagaikan melukis di atas pasir
6. Menghargai Diri
Belajarlah dari sekitar kita. Di kala muda,
kesehatan kita diabaikan demi mendapat
uang. Tetapi di kala tua, uang kita
hamburkan demi menjaga kesehatan.
7. Menemukan Kesadaran
Sadari dan rasakan cahaya kasih dan
kebenaran Tuhan di hatimu. Hadirkan
kesadaran itu mulai dari pikiran, mata, mulut,
tangan, tubuh, hingga kaki melalui aktivitas
sehingga kita menjadi instrumen penyebar
kasih dan kebenaran Ilahi.
8. Puzzle Kedewasaan
Peristiwa suka-duka bagai keping-keping
puzzle yang berserakan. Susunlah keping-
keping puzzle itu secara utuh. Jangan biarkan
mereka terpisahkan sebagai sesuatu yang
tidak indah dan tidak bermakna. Jadikan
keutuhan puzzle itu sebagai tangga naik untuk
meraih kualitas dan kedewasaan spiritual yang
tinggi.
9. Belajar dari Kekurangan
Banyak penderita cacat tubuh yang menggapai prestasi
luar biasa justru karena kekurangan yang disandangnya.
Sesungguhnya, setiap orang menyimpan bakat dan
potensi yang luar biasa. Tetapi anehnya, justru bagi kita
yang dikaruniai kelengkapan tubuh sempurna kian
terlena dan terpuruk. Bahkan, kita sulit menggapai
prestasi luar biasa.
10. Berguru pada Anak
Saat kita masih kecil, kita belajar merangkak,
berdiri, hingga berjalan. Selama itu, kita sering kali
terjatuh, terluka dan berdarah. Tetapi kita tidak
pernah malu, putus asa, apalagi menyerah.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa
menjaga semangat untuk meraih prestasi dengan
belajar dari perilaku dirinya ketika belajar berjalan
di waktu kecil
11. Keterbatasan Indra
Seberapa pun jauh mata memandang, mata tidak
pernah mampu melihat retinya sendiri. Kalaupun bisa,
hanya melalui bayangan pada cermin. Begitulah
manusia, selalu ingin berkelana menjangkau luas dunia,
tetapi tidak mau merenung siapa sesungguhnya dirinya.
12. Menemukan Mawar di Balik Duri
Terimalah musibah yang menimpa kita
dengan sabar dan introspeksi diri.
Semoga musibah yang kita alami
dapat mengurangi dosa dan
meningkatkan kedewasaan kita dalam
menjalani kehidupan.
13. Belajar Dewasa
Untuk menjadi bijak, kita tidak perlu
menunggu sampai tua karena setiap saat
dunia senantiasa mengajarkan banyak hal
kepada kita. Dibutuhkan sikap untuk mau
belajar, merenung, dan berusaha.
14. Pejalan Sejati
Jalan kehidupan memang panjang.
Harus dilalui dan dihadapi. Dan segala
yang pernah kita lalui akan menjadi
bekal untuk perjalanan selanjutnya.
16. Pintar dan Benar
Seorang ilmuwan adalah orang yang
memiliki banyak informasi, sedangkan
orang yang bijak adalah orang yang
mengerti salah dan benar
17. Menjadi Pribadi Bijak
Nilai-nilai kebajikan adalah kebutuhan jiwa
yang berjalan seiring kebiasaan. Nilai
kebajikan tidak cukup dipelajari lalu
diujikan di atas kertas
18. Menjaga Hati yang Lain Berarti
Menjaga Hati Sendiri
Mungkin kita bisa memaksakan gagasan
dan perilaku untuk diri sendiri, tetapi bila
dipaksakan kepada orang lain, justru
menimbulkan gangguan dan kerusakan di
sekitar kita.
19. Kalau Beriman Tidak Perlu Marah
Dengan beragama, seseorang harusnya
menjadi pribadi yang mendatangkan rasa
nyaman dan aman bagi semua sehingga ia
akan malu untuk mudah marah. Apalagi
marah dengan dan atas nama Tuhan.
Padahal, sesungguhnya akar soalnya ada
pada diri sendiri.
20. Selalu dalam Keadaan Nol
Memaafkan itu sehat dan menyehatkan
karena memaafkan dapat mengurangi
beban pikiran dan perasaan. Bahagialah
mereka yang senang memaafkan.
21. Menjadi Pembelajar Sejati
Sejak bayi sampai tua, kita
dituntut untuk menjadi
pembelajar yang baik.
Maka Tuhan setiap saat
selalu menghadirkan hal-
hal baru agar dapat kita
pelajari.
22. Seperti Melihat Buku dari Sampul
Kemuliaan seseorang di mata Tuhan bukan
karena kulit, penampilan fisik, kekayaan,
ataupun pangkat, melainkan mereka yang
memiliki pribadi bersih dan senantiasa
berbuat untuk menolong sesamanya.
23. Buka Dulu Topengmu
Andai kita buka topeng yang menutupi
wajah kita, pasti orang-orang di sekitar kita
akan lari dan pergi meninggalkan kita. Hal
itu disebabkan karena di baoik topeng
indah ini, terkuak segala salah, dosa dan
kejahatan. Mari kita benahi diri ini agar kita
tidak perlu lagi mengenakan topeng-topeng
kepalsuan.
24. Hanya Maaf dan Terima Kasih
Dua hal yang sering kali luput
dalam keseharian kita adalah
menyatakan maaf dan terima
kasih.
25. Mudik ke Kampung Ilahi
Pulang adalah peristiwa yang membahagiakan.
Ketika kita pulang dari kantor, sekolah, luar negeri,
atau bahkan dari berbelanja, semua kita rasakan
membawa kebahagiaan. Ini karena kita akan segera
bertemu keluarga yang kita cintai. Begitu pun
dengan kematian. Kematian adalah mudik besar ke
kampung Ilahi untuk berjumpa Allah, Kekasih
Tercinta. Bukankah ini juga satu peristiwa yang
membahagiakan?