Dokumen tersebut membahas tentang decompensasio cordis yang merupakan penyakit jantung dimana jantung tidak mampu meningkatkan output kardiak untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Dibahas pula etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala, diagnosis, dan pengobatan decompensasio cordis serta peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 49 tahun dengan diagnosa gastritis akut yang mengeluh nyeri di uluh hati, mual, dan kembung. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda inflamasi saluran pencernaan seperti nyeri uluh hati dan diare.
Dokumen tersebut menjelaskan proses penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes sebagai vektor, mulai dari infeksi virus di darah hingga menimbulkan berbagai gejala klinis seperti demam, nyeri otot/sendi, perdarahan, gangguan sistem koagulasi darah, dan edema di berbagai organ.
Dokumen tersebut membahas definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, data penunjang, dan komplikasi diabetes melitus. Diabetes dapat dibedakan menjadi tipe I yang disebabkan kekurangan produksi insulin dan tipe II yang disebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresinya. Kedua tipe dapat menyebabkan komplikasi akut seperti hipoglikemia dan kronis seperti gangguan organ.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit asam urat (gout), yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang sangat nyeri akibat endapan kristal monosodium urat di sendi. Penyakit ini disebabkan oleh hiperurisemia atau kadar asam urat darah yang tinggi, yang dapat menyebabkan presipitasi kristal asam urat di jaringan sekitar sendi dan memicu peradangan. Gejala utamanya adalah nyer
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 49 tahun dengan diagnosa gastritis akut yang mengeluh nyeri di uluh hati, mual, dan kembung. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda inflamasi saluran pencernaan seperti nyeri uluh hati dan diare.
Dokumen tersebut menjelaskan proses penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes sebagai vektor, mulai dari infeksi virus di darah hingga menimbulkan berbagai gejala klinis seperti demam, nyeri otot/sendi, perdarahan, gangguan sistem koagulasi darah, dan edema di berbagai organ.
Dokumen tersebut membahas definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, data penunjang, dan komplikasi diabetes melitus. Diabetes dapat dibedakan menjadi tipe I yang disebabkan kekurangan produksi insulin dan tipe II yang disebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresinya. Kedua tipe dapat menyebabkan komplikasi akut seperti hipoglikemia dan kronis seperti gangguan organ.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit asam urat (gout), yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang sangat nyeri akibat endapan kristal monosodium urat di sendi. Penyakit ini disebabkan oleh hiperurisemia atau kadar asam urat darah yang tinggi, yang dapat menyebabkan presipitasi kristal asam urat di jaringan sekitar sendi dan memicu peradangan. Gejala utamanya adalah nyer
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Dokumen tersebut membahas tentang defisiensi insulin yang menyebabkan peningkatan glukagon yang menurunkan penggunaan glukosa oleh sel, meningkatkan glukoneogenesis dan glikemia serta menyebabkan berbagai komplikasi metabolik dan vaskuler seperti ketonemia, asidosis, trombosis, aterosklerosis, komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati serta komplikasi makrovaskuler seperti infark miokard dan stroke.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan ventricular septal defect (VSD) yang meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, dan konsep dasar asuhan keperawatan VSD."
Teks tersebut membahas tentang teori sistem dalam pelayanan kesehatan. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa sistem pelayanan kesehatan terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan keberhasilannya bergantung pada kerja sama antar tenaga kesehatan beserta faktor lingkungan.
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Perawat perlu mengaktifkan prosedur respons bencana sebagai tindakan awal ketika banyak korban kecelakaan pesawat akan dikirim ke rumah sakit. Prosedur ini harus diaktivkan sebelum melakukan intervensi lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Keperawatan komunitas merupakan bidang keperawatan yang menggabungkan keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menekankan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif.
2. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
Dokumen tersebut membahas tentang promosi kesehatan khususnya untuk ibu hamil. Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil seperti program bidan desa, posyandu, serta peningkatan kesadaran dan motivasi berbagai pihak terkait dengan menerapkan strategi promosi kesehatan secara tepat sesuai rumusan WHO 1994 yaitu advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan m
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantungDiah Gembul
Dokumen tersebut membahas tentang sistem mekanik jantung dan kegagalan jantung. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang:
1) Definisi dan penyebab kegagalan jantung
2) Jenis kegagalan jantung berdasarkan arah dan durasi
3) Gejala dan tanda klinis kegagalan jantung
4) Penyebab dan mekanisme patofisiologi kegagalan jantung
Dokumen tersebut membahas tentang defisiensi insulin yang menyebabkan peningkatan glukagon yang menurunkan penggunaan glukosa oleh sel, meningkatkan glukoneogenesis dan glikemia serta menyebabkan berbagai komplikasi metabolik dan vaskuler seperti ketonemia, asidosis, trombosis, aterosklerosis, komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati serta komplikasi makrovaskuler seperti infark miokard dan stroke.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan ventricular septal defect (VSD) yang meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, dan konsep dasar asuhan keperawatan VSD."
Teks tersebut membahas tentang teori sistem dalam pelayanan kesehatan. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa sistem pelayanan kesehatan terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan keberhasilannya bergantung pada kerja sama antar tenaga kesehatan beserta faktor lingkungan.
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Perawat perlu mengaktifkan prosedur respons bencana sebagai tindakan awal ketika banyak korban kecelakaan pesawat akan dikirim ke rumah sakit. Prosedur ini harus diaktivkan sebelum melakukan intervensi lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Keperawatan komunitas merupakan bidang keperawatan yang menggabungkan keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menekankan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif.
2. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
Dokumen tersebut membahas tentang promosi kesehatan khususnya untuk ibu hamil. Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil seperti program bidan desa, posyandu, serta peningkatan kesadaran dan motivasi berbagai pihak terkait dengan menerapkan strategi promosi kesehatan secara tepat sesuai rumusan WHO 1994 yaitu advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan m
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantungDiah Gembul
Dokumen tersebut membahas tentang sistem mekanik jantung dan kegagalan jantung. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang:
1) Definisi dan penyebab kegagalan jantung
2) Jenis kegagalan jantung berdasarkan arah dan durasi
3) Gejala dan tanda klinis kegagalan jantung
4) Penyebab dan mekanisme patofisiologi kegagalan jantung
Dokumen tersebut membahas tentang dekompensasi jantung yang merupakan kegagalan jantung dalam mempertahankan peredaran darah sesuai kebutuhan tubuh. Penyebabnya adalah peningkatan beban awal atau akhir jantung, atau penurunan kontraktilitas otot jantung. Gejalanya antara lain sesak nafas, edema, dan gangguan sirkulasi darah. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan fisik, EKG, dan echocard
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
Kasus gagal jantung pada anak laki-laki 7 tahun dengan gejala sesak napas dan bengkak jantung. Diagnosa kemungkinan gagal jantung kanan akibat kelainan otot jantung atau penyakit arteri. Pengobatan meliputi obat jantung, diuretik, dan manajemen volume cairan.
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh, menyebabkan edema paru dan edema sistemik. CHF disebabkan oleh berbagai faktor seperti hipertensi, disfungsi katup jantung, dan miokarditis yang mengakibatkan penurunan kontraktilitas jantung. Tanda klinisnya meliputi sesak napas, edema, dan penur
Dokumen tersebut membahas tentang gagal jantung, yang merupakan kondisi abnormal yang melibatkan kerusakan pemompaan jantung dan dikarakteristikkan dengan disfungsi ventrikel dan penurunan kualitas hidup. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai klasifikasi, penyebab, mekanisme kompensasi, dan manifestasi klinis dari gagal jantung.
Dokumen tersebut merangkum asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF). Dibahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan CHF.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung (CHF) yang mencakup penjelasan tentang etiologi, gejala, pengkajian, dan diagnosis keperawatan yang terkait dengan penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, kelebihan volume cairan, gangguan pertukaran gas, risiko gangguan integritas kulit, dan kurangnya pengetahuan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal jantung kongestif pada lansia. Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh yang dapat menjadi kronis jika disertai penyakit seperti hipertensi dan kardiomiopati. Gejala umum gagal jantung kongestif adalah kelelahan dan dispnea. Pengkajian keperawatan meliputi aktivitas, sirkulasi, integritas ego, elim
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan basis data e-journal dan sitasi dalam penelitian. Terdapat penjelasan mengenai berbagai sistem dan perangkat yang dikembangkan pemerintah untuk mendukung publikasi ilmiah di Indonesia seperti Sinta, Garuda, RAMA, dan ANJANI untuk mencegah plagiat. Dokumen ini juga membahas tentang penelusuran paten dan kekayaan intelektual serta penggunaan basis data e-journal dan sitasi dalam mereview proposal penel
Dokumen tersebut membahas aspek-aspek seksualitas dalam keperawatan. Terdapat empat dimensi seksualitas yaitu sosiokultural, agama dan etik, biologis, serta psikologis. Dokumen juga membahas perkembangan seksual manusia mulai dari bayi hingga lanjut usia, respon seksual, serta faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas seperti faktor fisik, hubungan, gaya hidup, dan harga diri
jurnal lengkap: Gangguan psikologis dan terutama depresi yang umum pada gagal ginjal kronis dan hemodialisis pasien (HD). Gangguan ini memiliki pengaruh penting terhadap kualitas hidup dan angka kematian meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi frekuensi depresi dan faktor-faktor yang terkait antara pasien HD.
Depresi adalah masalah kejiwaan yang paling sering pada pasien dengan penyakit ginjal kronis dan dapat memprediksi hasil pasien dan kematian. Depresi terkait dengan kehidupan yang penuh stres yang ditandai dengan banyak kerugian dan oleh ketergantungan, yang bahkan dapat menyebabkan bunuh diri. Meskipun sejumlah besar pasien dengan penyakit ginjal kronis dan beban ekonomi mereka mewakili, hanya beberapa dari pasien ini menerima diagnosis dan terapi yang memadai. Pedoman Diagnostik dan Statistik Mental kriteria Gangguan-IV untuk depresi besar dapat membantu dalam membedakan gejala uremia dan depresi. Farmakoterapi tersedia dan antidepresan (trisiklik antidepresan dan selective serotonin re-uptake) telah berhasil digunakan dalam berbagai penelitian. Akhirnya, ada kebutuhan untuk welldesigned lanjut, membujur studi, kelangsungan hidup untuk memperjelas hubungan yang lebih baik antara depresi dan berbagai tahap disfungsi ginjal.
Depresi dan bunuh diri sebagai masalah kesehatan mental yang lazim untuk pasien hemodialisis. Tujuan: Para penulis meneliti faktor-faktor demografi dan psikologis yang terkait dengan depresi pada pasien hemodialisis dan dijelaskan hubungan antara depresi, kecemasan, kelelahan, kualitas kesehatan yang berhubungan hidup yang buruk, dan meningkatkan risiko bunuh diri.
This study examined the association between anxiety and depressive symptom severity and the presence of medical conditions in 989 adults diagnosed with anxiety disorders. The results showed that greater severity of anxiety and depressive symptoms was strongly associated with having more medical conditions, even after controlling for other factors. Specifically, increased anxiety and depressive symptom severity was linked to higher odds of having asthma, heart disease, back problems, ulcers, migraines, and eyesight difficulties. Anxiety symptoms uniquely predicted ulcers, while depressive symptoms uniquely predicted heart disease, migraines, and eyesight difficulties. These findings suggest that anxiety and depressive symptoms are independently associated with medical comorbidity in individuals with anxiety disorders.
1) Depression is common in patients with chronic kidney disease (CKD) and can influence how patients make decisions about their treatment, including dialysis.
2) Assessing depression in CKD patients can be challenging due to overlapping symptoms from their kidney disease and other medical conditions.
3) An interdisciplinary team approach is needed to properly evaluate, diagnose, and manage depression in CKD patients. This includes screening for depression, supporting patients and families, and referring to mental health and palliative care services when needed.
This document summarizes findings from the Global Burden of Disease Study 2010 regarding the burden of depressive disorders by country, sex, age, and year. Some key findings include:
1. Depressive disorders, specifically major depressive disorder and dysthymia, were the second leading cause of years lived with disability globally in 2010.
2. Major depressive disorder accounted for 8.2% of global years lived with disability and 2.5% of global disability-adjusted life years. Dysthymia accounted for 1.4% of years lived with disability and 0.5% of disability-adjusted life years.
3. There was more regional variation in burden for major depressive disorder than dysthymia,
Studi ini meneliti dampak stres akut dan kronis terhadap fosforilasi reseptor glukokortikoid dan aktivitas transkripsinya di otak tikus. Stres isolasi kronis selama 21 hari mengubah lokalisasi dan fosforilasi GR serta ekspresi gen CRF dan BDNF di hipokampus dan korteks prefrontal tikus. Stres gabungan lebih lanjut menunjukkan dampak stres kronis yang tidak dapat dipulihkan.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Decompensasio cordis merupakan suatu penyakit jantung dimana
ketidakmampuan jantung sebagai pompa atau kelemahan fungsi jantung,
kegagalan dan penurunan aliran darah dalam sirkulasi arteri yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah pada ventrikel. Penyebab
decompensasio cordis adalah disfungsi myocard, beban tekanan meningkat
(afterload), beban volume yang meningkat (preload), kebutuhan metabolisme
yang meningkat dan gangguan pengisian ventrikel.
Angka kejadian penderita decompensasio cordis pada ruang kelas II laki
berdasarkan buku register internal pada RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang dalam satu periode sebanyak 7,4% dari 683% pasien internal. Pasien
dengan decompensasio cordis perlu mendapat perawatan khusus, observasi
yang ketat dan perlu pembatasan cairan. Apabila hal ini tidak ditanggulangi,
maka dapat mengarah pada hal-hal yang membahayakan pasien.
Defenisi decompensasio cordis menurut Canabbio 1990 adalah sindrom
klinik yang kompleks diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung
meningkatkan cardiak output yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Decompensasio cordis dibagi atas 3 yaitu :
decompensasio cordis kiri, decompensasio cordis kanan dan decompensasio
cordis congestiv. decompensasio cordis kiri terjadi karena adanya gangguan
pemompaan darah ventrikel kiri sehingga isi sekuncup jantung kiri menurun
yang mengakibatkan tekanan akhir diastolik dalam ventrikel kiri serta volume
akhir dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini mengakibatkan beban bagi
atrium kiri dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri. Tekanan dalam atrium kiri
meningkat, hal ini menyebabkan hambatan masuknya darah dari vena
pulmonal dan bila keadaan ini terus berlanjut akan mengakibatkan bendungan
pada paru (udema paru) dan dapat juga menyebabkan gagal jantung kanan.
2. Tanda dan gejalanya adalah lemah, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas,
batuk anoreksia, tachicardia, dispneu, rochi basa dan adanya bunyi jantung III,
IV.
Decompensasio cordis kanan terjadi karena adanya hambatan pada daya
pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa
didahului oleh decompensasio cordis kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup
ventrikel kanan, maka tekanan akhir diastolik ventrikel kanan meningkat.
Keadaan ini akan mengakibatkan beban bagi atrium kanan untuk mengisi
ventrikel kanan. Tekanan yang tinggi pada antrium kanan menyebabkan
hambatan bagi masuknya darah dari vena cafa superior inferior sehingga
terjadi bendungan pada vena-vena sistemik tubuh seperti bendungan pada
vena hepatika, peningkatan tekanan vena jugularis dan hepatomegali. Bila
keadaan ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan bendungan pada
sirkulasi sistemik yang hebat sehingga menyebabkan udema pada tungkai
bawah dan asites. Tanda dan gejala dari decompensasio cordis kanan adalah
udema pada tungkai bawah, asites, neusea, tekanan vena jugularis meningkat
dan hepatomegali.
Pemeriksaan diagnostik yaitu pemeriksaan elektrolit, kimia darah, BUN,
urine, test fungsi paru, foto thoraks dan EKG. Manajemen medik meliputi bed
rest dengan kepala tempat tidur di tinggikan 40-600
, diit rendah garam,
monitor hemodinamik, monitoring jantung. Pengobatan meliputi diuretik,
vasodilator, antihypertensi. Manajemen keperawatan meliputi pengkajian
yaitu pada decompensasio cordis kiri ditemukan dispnea, ortopneu, fatikue,
gelisah, anoreksia, bunyi S3 ventrikel kiri, tachicardia, perubahan denyut nadi,
kesulitan bernapas, batuk, sputum berbusah dan berdarah. Pada
decompensasio cordis kanan ditemukan denyut jantung di pinggir bawah
sternum kiri, tekanan vena jugularis meningkat, berat badan bertambah,
distensi abdomen, hepatemegali,spelenomegali, udema eksternitas dan
genetalia.
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien decompensasio cordis
adalah penurunan cardiak output berhubungan dengan preload, afterload,
3. kemampuan kontraksi (faktor mekanik), kelebihan volume cairan tubuh
berhubungan dengan meningkatnya kadar aldosteron, retensi netrium dan
aktivitas secunder yang dapat menurunkan GFR, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus, intoleren aktivitas
berhubungan dengan kelelahan dan gangguan integritas kulit berhubungan
dengan gangguan sirkulasi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi makanan.
Dari diagnosa keperawatan yang ada dilakukan intervensi keperawatan
yaitu bed rest dengan posisi semifowler, menganjurkan untuk diit rendah
garam, timbang berat badan setiap hari untuk memonitor retensi cairan,
monitor jantung, EKG dan kolaborasi pemberian obat (vasodilator dan
diuretik).
Peran perawat dalam hal ini sebagai pendidik dan pelaksana. Perannya
sebagai pendidik yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, analisa data, menegakan diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan, melakukan implementasi dan evaluasi. Oleh karena itu perawat
dituntut lebih peka menghadapi pasien decompensasio cordis agar tidak
mengarah pada hal-hal yang tidak di inginkan. Berdasarkan latar belakang
diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan
pada pasien dengan decompensasio cordis.
B. Tujuan Penulisan.
Tujuan Umum.
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien
decompensasio cordis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tujuan Khusus.
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, menegakan diagnosa, membuat
perencanaan, melakukan implementasi serta mengevaluasi tindakan
keperawatan.
4. C. Tinjauan Teori.
1. Pengertian.
Decompensasio cordis adalah sindroma klinik yang kompleks yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan kardiak
output untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Merry M.
Canobbio : Cardiovasculer Disorder 1990 Hal. 103).
2. Etiologi.
- Disfungsi Myocard.
- Beban tekanan meningkat (afterload).
- Beban volume meningkat (preload).
- Kebutuhan metabolisme meningkat.
- Gangguan pengisian vertikel.
3. Pathofisiologi.
Penyebab decompensasio cordis adalah ketidakmampuan jantung
berfungsi sebagai pompa walaupun mekanisme dasar fisiologis seperti
afterload, preload dan stroke volume. Sebagai akibat dari kelemahan
fungsi jantung, keggalan pengosongan reservoir vena dan penurunana
aliran darah ke dalam sirkulasi arteri menyebabkan tekanan ventrikel
meningkat, tekanan pulmonal dan sistemik meningkat serta penurunan
cardiak output. Selanjutnya serangkaian mekanisme kompensasi akan
terjadi respon awal peningkatan sistem saraf simpatik terlihat dari
penurunan cardiak output dan penurunan tekanan darah. Rangsangan
reseptor bethasimpatik mengakibatkan peningkatan heart rate, stroke
volume dan cardiak output. Rangsangan saraf simpatik menimbulkan
tekanan vaskuler periver.
4. Klasifikasi Decompensasio Cordis.
a. Decompensasio Cordis Kiri.
b. Decompensasio Cordis Kanan.
c. Decompensasio Cordis Congestive.
5. Tanda dan Gejala Decompensasio Cordis.
- Gejala.
5. Lemah, sesak napas, berdebar-debar, batuk, anoreksia, lekas
capai, keringat dingin, udema, neusea.
- Tanda.
Tatchicardia, Dispnea, Rochi basah, ada bunyi jantung III, IV,
udema, asites, tekanan JVP meningkat, pulsasi vena jugularis
hepatomegali.
6. Pemeriksaan Diagnostik
– Test laboratorium ; Elektrolit,kimia darah,gas darah arteri,urine
dan test fungsi paru.
– Foto thoraks.
– EKG.
7. Pengobatan.
- Deuretik : furosemid (laxis); ethacrynic acid
(edecrin) thiazides; digoxcin.
- Vasodilator, antihipertensi morfine sulfate.
- Nitrad, betaadregenic blocking agents.
8. Asuhan keperawatan.
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien decompensasio cordis meliputi keluhan utama
seperti dispnea, ortopnea, paroksimal, fatique, anoreksia, mual muntah,
gelisah, insomnia; kulit pucat, diaporesis; sistim kardiovaskuler ; bunyi
S3 ventrikel kiri, mur-mur sistolik pada apeks, bunyi S3 ventrikel
kanan gerakan prekordial, JVP meningkat dan perubahan denyut nadi;
parameter haemodinamic; peningkatan tekanan kapiler paru,
peningkatan tekanan atrium kanan dan tekanan arteri pulmonal; sistim
pulmonal; kesulitan bernapas, batuk, sputum berbusa dan berdarah ;
sistim gastro intestinal berat badan bertambah, distensi perut, nyeri
pada kuadran kanan atas, asitest, hepatomegali dan splenomegali;
sistem vaskuler perifer dilatasi vena tepi, edema pada ekstermitas
periver, sakrum dan genetalia.
b. Diagnosa keperawatan.
6. Dari pengkajian maka dapat ditegakan diagnosa sebagai berikut :
1.Penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (proload , after load
dan kemampuan berkontraksi), 2.kelebihan volume cairan tubuh b.d.
meningkatnya kadar aldosteron, retensi natrium dan aktivitas sekunder
yang menurunkan GFR, 3.gangguan pertukaran gas b.d. perubahan
membran kapiler alveolus di tandai dengan peningkatan tenakan
kapiler paru, aktivitas intoleren b.d. kelelahan sekunder terhadap
penurunan cardiak out put, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d. gangguan absorbsi makanan yang ditandai dengan
penurunan cardiak out put, gangguan integritas kulit b.d. gangguan
sirkulasi dan metabolik.
c. Perencanaan.
Untuk diagnosa 1 penurunan cardiak output b.d. faktor mekanik
(preload, afterload, kemampuan berkontraksi). Tujuan pasien akan
menunjukan perbaikan cardiak out put dengan intervensi kaji dan
monitor BP, nadi apical, HR dan RR, suara jantung dan paru, tingkat
kesadaran setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan; R/ Untuk mendeteksi
tanda dan gejala awal dari penurunan cardiak out put; melakukan
bedrest sesuai dengan kondisi dan keadaan dalam posisi semi fowler,
R/ Untuk menghemat energi dan menurunkan kerja jantung yang
berlebihan oleh karena penurunan kebutuhan oksigen untuk memudah
ventilasi; monitor hemodinamic, tekanan arteri, tekanan kapiler paru,
tahanan venasistemic; R/ Untuk mengevaluasi parameter preload
afterload dan untuk mengkaji respon therapy, kolaborasi pemberian
obat (laksis) R/ menurunkan tahanan vaskuler sistemic.
Untuk diagnosa 2 kelebihan volume cairan tubuh b.d meningkatnya
kadar aldosteron, retensi natrium dan aktivitas sekunder yang
menurunkan GFR; tujuan klien akan mencapai keseimbangan volume
cairan dengan intervensi kaji dan monitor distensi venajugularis, intake
dan out put, R/ untuk mendekteksi tanda retensi cairan, kenaikan
kongesti dan respon tubuh terhadap therapy, batasi intake garam dan
7. cairan dalam diitnya. R/ untuk mengontrol reabsobsi garam dan retensi
air yang ditansi dengan sekresi aldosteron yang berlebihan, monitor
elekrolit setiap hari khususnya natrium dan kalium; R/ natrium serum
yang rendah perlu dievaluasi untuk menentukan dilusi hipernatremia,
kalium dapat hilang dengan pemberian diuretik, dapat terjadi
hipokalemia.
Untuk diagnosa 3 gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran
kapiler alveolus ditandai dengan peningkatan tekanan kapiler paru;
tujuan klien akan menunjukan perbaikan pertukaran gas dengan
intervensi ; kaji dan monitor perubahan fungsi respirasi. R/ untuk
mendeteksi tanda dan gejala dari gangguan ventilasi dan perfusi,
monitor gas darah arteri; R/ untuk menindentifikasi hipoksemia
hipercapnea dan untuk menentukan kebutuhan untuk membantu
ventilasi, auskultasi bunyi napas setiap 4 jam untuk mendeteksi
peningkatan, kongesti dan menentukan usaha ventilsai yang adekuat,
atur posisi semi fowler, R/ untuk memperbaikan ventilasi dan
pertukaran gas, kolaborasi pemberian ekspektoran, R/ untuk
mencaikan sekret, anjurkan pasien batuk efektif dan napas dalam,
R/untuk mempermudah ventilasi dan memperbaiki sekresi pulmonal.
Untuk diagnosa 4, aktivitas intoleren b.d. kelelahan sekunder terhadap
penurunan cardiac output, tujuan klien menunjukan toleransi terhadap
aktivitas dengan intervensi kaji dan monitor tanda-tanda intoleren
terhadap aktivitas R/ jantung tidak mampu meningkatkan
strokevolume secara efektif sebagai respon peningkatan kebutuhan,
indentifikasi faktor penyebab fatique, R/ untuk meningkatkan
penghematan energi, kaji toleransi dan kemajuan kativitas, R/ untuk
mengevaluasi perbaikan miocard.
Untuk diagnosa 5, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
gangguan absorbsi makanan yang ditandai dengan penurunan kardiac
output, tujuan klien akan mencapai dan memelihara intake nutrisi yang
adekuat dengan intervensi observasi tanda-tanda malnutrisi, R/
8. kekurangan nutrisi terjadi sebagai akibat dari tubuh tidak mampu
mengabsorbsi makanan yang disebabkan oleh perfusi jaringan
menurun, kelola diit sesuai intruksi R/ untuk menjamin diit sesuai
dengan kebutuhan, berikan makanan tambahan dengan nilai kalori
tinggi, R/untuk memelihara intake minimun kalori yang dibutuhkan,
anjurkan makan sedikit tapi sering, R/ kekosongan lambung dapat
menyebabkan maul, muntah.
Untuk diagnosa 6, gangguan integritas kulis b.d. gangguan sirkulasi
dan status metabolik, tujuan pasien akan memelihara integritas kulis
dengan intervensi kaji integritas kulit setiap hari, R/ keadaan malnutrisi
mengganggu integritas jaringan normal yang diakibatkan oleh
kehilangan jaringan subcutan, jaga kulit tetap bersih dan kering, R/
kelembaban mendukung kerusakan kulit dan infeksi, menganjurkan
ambulasi tiap 2 jam R/ untuk meningkatkan sirkulasi pada semua
bagian tubuh, lakukan perawatan kulit setiap hari, R/ untuk
meningkatkan perfusi jaringan.
9. BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran Kasus.
Asuhan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 19-20 Agustus 2002 di
ruang II laki RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang terhadap Tn. S.K. umur
48 tahun, pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, suku Timor, Agama kristen
protestan alamat Soe. Klien tersebut mulai masuk rumah sakit tanggal 14
Agustus 2002 dengan diagnosa medik decompensasi cordis. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 19 agustus pukul 08:30 Wita. Informasi diperoleh dari
keluarga, catatan medik, catatan keperawatan, wawancara dan pemeriksaan
fisik.
1. Pengkajian.
Sebelum masuk rumah sakit klien sudah mengalami sesak napas,
jantung berdebar-debar, lelah, edema pada tungkai bawah kurang lebih 4
bulan di Soe. Klien sudah berobat di Rumah Sakit Umum Soe dan tidak
ada perubahan sebingga dirujuk ke RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang pada tanggal 14 agustus 2002.
Pada saat pengkajian klien mengeluh badan terasa lemah, berdebar-
debar dan pusing atau lelah bila terlalu lama duduk atau berjalan. Pada
pemeriksaan fisik secara kualitatif kesadaran composmentis tekanan
150/70 mmHg, MAP 62,1mmHg, nadi 64x/menit, RR 22x/menit, HR
63x/menit, berat badan 52 kg dan tinggi badan 165 cm. Pasien tampak
lemah semua aktivitas dibantu perawat dan keluarga, sebagian aktivitas
dilakukan dilakukan sendiri oleh pasien seperti ambulasi di tempat tidur,
makan dan minum. Data laboratorium meliputi ureum 27,2 keatinin 1,19,
GDS 122, HGB 12,0, PLT 26,5 obat-obatan laksis 2x1 aspark K 1x1
captoplan 2x600mg.
Aspek psikologis yang didapat pada saat pengkajian, klien tahu
tentang penyakit yang dideritanya yaitu penyakti jantung. Klien merasa
kondisinya agak baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Klien
10. mengatakan ia mera puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter
dan perawat.
2. Analisa data
Dari hasil pengkajian dapat dibuat analisa data sebagai berikut :
Diagnosa1 data subjektif : klien mengelu sesak napas, batuk berlendir.
Data objektif : klien tampak pucat posisi semi fowler, bunyi napas ronchi,
RR 22x/menit masalah keperawatan adalah resiko tinggi gangguan
pertukaran gas dengan penyebab perubahan membran kapiler alveoler
karena adanya tekanan perubahan tekanan kapiler pulmonal.
Diagnosa 2, Data Subjektif : klien mengeluh lelah, napas terengah-engah,
jantung berdebar-debar. Data objektif : klien tampak lelah TD
150/70mmHg, N 64x/menit, bendungan vena jugularis. Diagnosa
keperawatan yang ditegakan penurunan cardiak output b.d faktor
meknik(preload,afterload,kemampuan kontraksi jantung).
Diagnosa 3,data subyektif klien mengatakan ia merasa lelah saat
melakukan kegiatan seperti, mandi, duduk terlalu lama;data obyektif;klien
kelihatan lelah saat melakukan aktivitas. Diagnosa keperawatan yang
ditegakan aktivitas intoleren berhubungan dengan kelemahan .
Diagnosa 4; data subyektif : - data obyektif : terpasang kateter pada klien.
Diagnosa yang ditegakan resiko tinggi infeksi b.d. kateterisasi.
3. Diagnosa keperawatan.
Berdasarkan hasil analisa data maka diagnosa keperawatan yang
ditegakkan adalah resiko tinggi ganguan pertukaran gas b.d. perubahanan
membran kapiler alveoler karena adanya perubahan kapiler pulmonal,
penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (preload, afterload,
kemampuan kontraksi menurun), aktivitas intoleren b.d. kelemahan fisik
dan resiko tinggi infeksi b.d. katerisasi.
4. Perencanaan.
Diagnosa keperawatan resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d.
perubahan membran kapiler alveolar karena adanya perubahan kapiler
pulmonal. Goal pasien akan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
11. selama perawatan, objektif; tidak sesak napas, tidak batuk TTV dalam
keadaan normal (T 120/70mmHg, N 8x/menit, S 370
C, RR 20x/menit);
intervensi yang dibuat kaji pola napas klien untuk mendeteksi adanya
gangguan pola napas, auskultasi bunyi napas untuk mendeteksi adanya
peningkatan kongesti dan menentukan ventilasi yang adekuat,
menganjurkan tidur dengan posisi semi fowler untuk mempermudah jalan
napas dan mengurangi penekanan pada diafragma dan ajarkan teknik
napas dalam dan batuk efektif untuk memudahkan fentilasi dan
memperbaiki sekresi pulmonal kolaborasi pemberian laksis.
Diagnosa keperawaran penurunan cardiak out put b.d. faktor
mekanik (preload, afterload, penurunan kemampuan kontaksi). Tujuan
pasien akan meningkatkan cardiak out put selama 2x24 jam perawatan
diharapkan TTV dalam batas normal (T 120/70mmHg, N 8x/menit, S
370
C, RR 20x/menit) dan lelah berkurang. Intervensi yang dilakukan
adalah kaji KU pasien sebagai data dasar untuk melakukan tindakan
keperwatan, kanji dan monitor TTV untuk mendeteksi tanda dan gejala
awal penurunan cardiak out put, batasi aktivitas klien karena aktivitas
berlabihan dapat meningkatkan cardiak output dan kerja jantung. Anjurkan
bed rest atau istirahat dengan posisi semifowler untuk menghemat energi
dan menurunkan kerja jantung. Kolaborasi pemberian obat.
Diagnosa keperawatan aktivitas intoleren b. d. kelemahan fisik.
Tujuan klien mempertahankan aktitas selama perawatan. Intervensi yang
dilakukan kaji tanda-tanda intoleren aktivitas untuk memungkinkan
dilakukan modivikasi aktivitas. Aktivitas dilakukan disesuaikan dengan
waktu istirahat pasien. Untuk mengurangi kelelahan dan memperbaiki
toleransi aktivitas. Bantu klien untuk melakukan aktivitas seperti BAB,
dan mandi untuk mengurangi kerja jantung dan mengurangi kelelahan.
Diagnosa keperawatan resiko itnggi infeksi b. d. kateterisasi.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan intervensi kaji tanda dan gejalka
infeksi untuk mengetahui kemungkinan infeksi karena pemasangan
kateter. Monitor TTV tiap 4 jam; peningkatan TTV merupakan tanda
12. adanya infeksi. Dilakukan peralatan kateter untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah terjadinya infeksi.
5. Pelaksanaan.
Pelaksanaan atau inplementasi dilaksanakan sesuai intervensi
masing-masing diagnosa.
6. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan pada Tn. SK tanggal 19 – 20 Agustus 2002
dengan hasil sebagai berikut : hari/tanggal Senin 19 Agustus 2002 jam
13.30. diagnosa I. S pasien mengatakan sudah tidak sesak. O masih batuk
berlendir RR 20x
/mnt. A masalah teratasi sebagian. P intervensi
dilanjutkan. Diagnosa II. S klien mengatakan masih lelah dan jantung
berdebar bila beraktivitas. O TD 150/70mmHg, HR 65x
/mnt, RR 20x
/mnt.
A masalah teratasi sebagian. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa III. S klien
mengatakan massih terasa lelah. O pasien nampak lelah aktivitas masih
dibantu. A masalah belum teratasi. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa IV.
S ;- O pasien lemah, tidak ada tanda-tandan infeksi, TTV dalam batas
normal (T 120/70mmHg. RR 20x
/mnt, HR 65x
/mnt. S 370
C). A masalah
teratasi. P intervensi dihentikan.
13. B. Pembahasan.
Menurut Canubbio 1990 pengkajian pasien dan gagal jantung kanan
meliputi fatique, anoreksia, mual dan muntah, dispnea, ortopnea, bunyi S3
ventrikal kiri mur-mur, sistolik pada apeks, peningkatan tekanan pada atrium
kanan, berat badan meningkat, distensi abdomen, peningkatan vena jugularis,
kelelahan dan jantung berdebar-debar. Pada kasus ini tidak ditemukan fatikue,
mual, muntah. Mual dan muntah dapat terjadi pada awal serangan atau pada
saat kebutuhan metabolisme yang meningkat. Pada kasus ini juga ditemukan
udema periver (tungkai bawah) bendungan pada vena jugularis dan jantung
berdebar-debar.
Penyebab decompensasio cordis adalah disfungsi miocard, hipertensi
anemia, stenosis aorta, infark miocard, faktor genetik dan gaya hidup seperti
merokok, kopi atau alkohol.
Perawatan pasien decompensasio cordis di ruang interna adalah
mengkaji TTV, bed rast, memonitor frekwensi dan irama jantung, memonitor
hasil EKG, pasang kateter dan menimbang berat badan. Peralatan diruang
internal untuk merawat pasien dengan penyakit jantung kurang memadai,
penting untuk diketahui oleh perawat bahwa penanganan decompensasio
cordis harus dilakukan secara continu. Perawat yang merawat pasien dengan
penyakit jantung diharapkan mampu mengidentivikasi keadaan pasien secara
saksama. Perlu diingat bahwa penyakit jantung mempunyai efek yang sangat
kompleks dan fatal jika tidak ditolong dengan baik. Oleh karena itu perawat
dituntut lebih meningkatkan pengetahuan dan mutu keperawatan dalam
merawat pasien dengan penyakit jantung. Perawatan pasien diruangan
khususnya bed rest menggunakan sandaran punggung. Hal ini karena
keterbatasan peralatan yang dimiliki maka pasien juga dirawat diruang internal
bergabung dengan pasien yang mempunyai penyakit lain. Untuk itu
dianjurkan agar institusi dapat menyediakan unit jantung khusus dimana
ruangan tersebut terdapat peralatan dan tempat tidur yang khusus untuk
perawatan pasien dengan penyakit jantung.
14. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Decompensasio cordis adalah sindrom klinik yang kompleks dimana
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan cardiak output
yang cukup untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Penyebab decompensasio
cordis adalah infark miocard, cardio miocard, hypertensi, pola hidup, usia, ras,
anemia dan tirotoksitas. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien
decompensasio cordis perlu mendapat perawatan yang khusus. Perawatan
pasien decompensasio cordis diruang internal perlu dilengkapi dengan
peralatan yang lebih baik. Perawat harus mampu membaca keadaan umum
pasien yang membutuhkan perawatan intensif, observasi dan monitor keadaan
umum pasien agar tidak mengarah kepada keadaan yang membahayakan,
mengingat angka kesakitan yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan
masalah yang kompleks bila tidak ditangani dengan baik. Pasien dengan
penyakit jantung perlu dirawat diunit jantung khusus dimana harus disediakan
beberapa tempat tidur untuk pasien dengan penyakit jantung yang
membutuhkan perawatan intensif. Keluarga diharapkan memberikan support
yang cukup untuk menguurangi kecemasan.
B. Saran.
Dari hasil study kasus maka penulis menyarankan :
1. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang agar dapat menyediakan
unit perawatan jantung khusus.
2. Keluarga agar dapat memberikan support bagi pasien.
15. DAFTAR PUSTAKA
Cannobbio, Mary, M., 1990 “CORDIOVASKULER MOSBY’S CLINICAL
NURSING SERRIES SAIT”
Los Mosby Year Book.
Porth, Corol Mattson, 1994, “PATHOFISIOLOGI CONCEPTS OF ALTERED
HEALTHS STATES” Fourth dition,
London : J. B. Lippicont Company.
Paquete, Susam M., 1998, “STANDAR PERAWATAN PASIEN”
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, Linda J., 1997, “DIAGNOSA KEPERAWATAN” Edisi IV,
Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak dan Galo, 1997, “KEPERAWATAN KRITIS” Volume I, II Edisi
IV, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tabani H., 1998, “AGENDA GAWAT DARURAT(KRITICAL CARE)” Jilid I.
Penerbit PT. Alimni.
16. Lampiran I
IDENTITAS KLIEN
1. Identitas Diri Klien.
Nama : Tuan S. K.
Umur : 48 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Alamat : Soe, TTS.
Pekerjaan : PNS.
Tgl Masuk Rumah Sakit : 14 Agustus 2002.
Sumber Informasi Klien, Keluarga, Catatan Keperawatan.
2. Status Kesehatan Saat ini.
Klien mengatakan bahwa jantungnya berdebar-debar dan sesak
napas ± 4 bulan lalu di Soe dan dia telah berobat di Puskesmas maupun di
rumah sakit Soe. Namun karena tidak ada perubahan maka klien dirujuk
ke RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal 14 Agustus
2002.
Faktor pencetus klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya.
Namun dia menduga karena dia sering merokok.
Lamanya keluhan sejak bulan April 2002, timbulnya keluhan
mendadak.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya; sendiri dengan berdoa,
orang lain bawah ke rumah sakit.
Diagnosa medik decompensasio cordis; tanggal 14/8-2002.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
Klien mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah dirawat di
rumah sakit; klien mengatakan tidak alergi; imunisasi klien mengatakan
tidak tahu; kebiasaannya merokok.
17. Pola nutrisi; frekwensi makan 3x
/hari; BB 60 kg, TD 165 cm, Jenis
makanan nasi, sayur, lauk, buah,nafsu makan baik, BB berkurang 52 kg.
Pola eliminasi BAB 2x1/hari, konsistensinya lembek warna
kuning, BAK 4-5x/hari warna kuning bening, waktu tidur tidak tentu,
kamanya tidur klien mengatakan tidak tentu, kebiasaan pengantar tidur
berceritera, kesulitan tidur klien sering atau mudah terbangun.
Pola aktifitas latihan klien mengatakan bahwa apabila bekerja ia
selalu merasa cepat lelah dan jantung berdebar-debar, jenis oleh raga jalan-
jalan, kegiatan diwaktu luang membersihkan halaman.
4. Riwayat Keluarga.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki.
: Perempuan.
: Laki-laki meninggal.
: Perempuan meninggal.
: Tinggal serumah.
: Klien.
18. 5. Aspek Psikososial
Persepsi diri, klien merasa bangga sebagai seorang ayah dan
seorang suami yang baik, hal yang dipikirkan saat ini cepat sembuh,
harapan setelah menjalani perawatan memperoleh kesembuhan, suasana
hati tenang, rentang perhatian, klien merasa senang bila mendapat
perhatian perawat, bicara jelas, berbahasa Indonesia, tinggal bersama istri
dan anak, adat istiadat tradisi daerah timor, pengambilan keputusan dalam
keluarga klien dan istri, komunikasi baik, keuangan sedang.
6. Sistem Nilai Kepercayaan
Sumber kekuatan dari Tuhan, Agama atau kepercayaan itu penting,
kegiatan keagamaan ke Gereja, selam di rumah sakit berdoa bersama
keluarga dan mendapat kunjungan kerohanian.
7. Pernapasan
Thoraks dan paru, bentuk dada simetris, reaksi sternum, bunyi paru
ronchi, klien mengatakan sering sesak napas secara mendadak, RR
22x
/mnt.
Jantung, frekwensi denyut jantung 64x
/mnt, kuat, irama teratur,
pengisian darah ke periver cepat, TV jugularis (JVP)4 cm, keadaan
jantung klien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar, jantung
teraba karena pembesaran.
8. Data Penunjang
Data laboratorium,ureum 27,2,creatinin 1,19,GDS122,PLT 26,5,
HGB12,0. Hasil pemeriksaan disgnostik lain EKG ditemukan adanya
Myocard infarck.
19. LEMBARAN PERSETUJUAN
Laporan setudi kasus ini telah di periksa dan dilakukan pengujian oleh tim penguji
pada ujian akhir program tanggal 26 Agustus 2002
Penguji I Penguji II
Drs Benediktus Randu AMK Frans Onggang S.Kep Ns
NIP 140 099 250 NIP 140 256 990
Penguji III
Monika Nena Tahilia
NIP 140 246 346
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Kupang
M. Margaretha U.W,SKP MHSc
NIP 140 181 524
20. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
erkat dan pertolonganNya dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan
studi kasusini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan
trimakasih kepada :
1. Ibu direktur POLITEKES Kupang
2. Ibu ketua jurusan keperawatan Kupang
3. Bapak Drs Benediktus Randu AMK dan bapak frans Onggang S kep Ns
selaku pembimbing dalam studi kasus ini
4. Ibu Monika Nena Tahilia selaku kepala ruangan II laki yang telah
membimbing penulis dalam ujian praktek.
5. Rekan-rekan seangkatan dan ade-adeku semua yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan bantuan serta dorongan dalam
menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan penulisan laporan ini
Kupang Agustus 2002
Penulis
21. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN S.K DENGAN
DIAGNOSA MEDIK DECOMPENSASIO CORDIS
DIRUANG II LAKI RSUD PROF DR W.Z YOHANES
KUPANG
Laporan study kasus ini disusun dalam rangka menyelesaikan
Ujian Akhir Program Jenjang Pendidikan Tinggi
OLEH
DOMINIKUS TUKAN
NIM 01 98 0350
22. LEMBARAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN
Karia Tulis Ilmiah ini telah di setujui dan diseminarkan tanggal
22 Juli 2002
Pembimbing I Pembimbing ii
Rafael Paun SKM Mkes Sabinus B Kedang S kep Ns
NIP 140 123 136 NIP 140 336 177
Mengetahui
Ketua jurusan Keperawatan Kupang
M. Margaretha U.W, SKP MHSc
NIP 140 181 524
23. Daftar isi
Halaman
Lembaran judul
Lembaran pengesahan i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan penulisan 4
C. Tinjauan teori 4
BAB II Asuhan keperawatan 10
A. Gambaran kasus 10
1. pengkajian 10
2. Analisa data 11
3. Diagnosa keperawatan 11
4. Perencanaan 12
5. Pelaksanaan 13
6. Evaluasi 13
B. Pembahasan 14
BAB III Penutup 18
A, Kesimpulan 18
B. Saran 18
Daftar pustaka
Lampiran