SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Decompensasio cordis merupakan suatu penyakit jantung dimana
ketidakmampuan jantung sebagai pompa atau kelemahan fungsi jantung,
kegagalan dan penurunan aliran darah dalam sirkulasi arteri yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah pada ventrikel. Penyebab
decompensasio cordis adalah disfungsi myocard, beban tekanan meningkat
(afterload), beban volume yang meningkat (preload), kebutuhan metabolisme
yang meningkat dan gangguan pengisian ventrikel.
Angka kejadian penderita decompensasio cordis pada ruang kelas II laki
berdasarkan buku register internal pada RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang dalam satu periode sebanyak 7,4% dari 683% pasien internal. Pasien
dengan decompensasio cordis perlu mendapat perawatan khusus, observasi
yang ketat dan perlu pembatasan cairan. Apabila hal ini tidak ditanggulangi,
maka dapat mengarah pada hal-hal yang membahayakan pasien.
Defenisi decompensasio cordis menurut Canabbio 1990 adalah sindrom
klinik yang kompleks diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung
meningkatkan cardiak output yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Decompensasio cordis dibagi atas 3 yaitu :
decompensasio cordis kiri, decompensasio cordis kanan dan decompensasio
cordis congestiv. decompensasio cordis kiri terjadi karena adanya gangguan
pemompaan darah ventrikel kiri sehingga isi sekuncup jantung kiri menurun
yang mengakibatkan tekanan akhir diastolik dalam ventrikel kiri serta volume
akhir dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini mengakibatkan beban bagi
atrium kiri dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri. Tekanan dalam atrium kiri
meningkat, hal ini menyebabkan hambatan masuknya darah dari vena
pulmonal dan bila keadaan ini terus berlanjut akan mengakibatkan bendungan
pada paru (udema paru) dan dapat juga menyebabkan gagal jantung kanan.
Tanda dan gejalanya adalah lemah, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas,
batuk anoreksia, tachicardia, dispneu, rochi basa dan adanya bunyi jantung III,
IV.
Decompensasio cordis kanan terjadi karena adanya hambatan pada daya
pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa
didahului oleh decompensasio cordis kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup
ventrikel kanan, maka tekanan akhir diastolik ventrikel kanan meningkat.
Keadaan ini akan mengakibatkan beban bagi atrium kanan untuk mengisi
ventrikel kanan. Tekanan yang tinggi pada antrium kanan menyebabkan
hambatan bagi masuknya darah dari vena cafa superior inferior sehingga
terjadi bendungan pada vena-vena sistemik tubuh seperti bendungan pada
vena hepatika, peningkatan tekanan vena jugularis dan hepatomegali. Bila
keadaan ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan bendungan pada
sirkulasi sistemik yang hebat sehingga menyebabkan udema pada tungkai
bawah dan asites. Tanda dan gejala dari decompensasio cordis kanan adalah
udema pada tungkai bawah, asites, neusea, tekanan vena jugularis meningkat
dan hepatomegali.
Pemeriksaan diagnostik yaitu pemeriksaan elektrolit, kimia darah, BUN,
urine, test fungsi paru, foto thoraks dan EKG. Manajemen medik meliputi bed
rest dengan kepala tempat tidur di tinggikan 40-600
, diit rendah garam,
monitor hemodinamik, monitoring jantung. Pengobatan meliputi diuretik,
vasodilator, antihypertensi. Manajemen keperawatan meliputi pengkajian
yaitu pada decompensasio cordis kiri ditemukan dispnea, ortopneu, fatikue,
gelisah, anoreksia, bunyi S3 ventrikel kiri, tachicardia, perubahan denyut nadi,
kesulitan bernapas, batuk, sputum berbusah dan berdarah. Pada
decompensasio cordis kanan ditemukan denyut jantung di pinggir bawah
sternum kiri, tekanan vena jugularis meningkat, berat badan bertambah,
distensi abdomen, hepatemegali,spelenomegali, udema eksternitas dan
genetalia.
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien decompensasio cordis
adalah penurunan cardiak output berhubungan dengan preload, afterload,
kemampuan kontraksi (faktor mekanik), kelebihan volume cairan tubuh
berhubungan dengan meningkatnya kadar aldosteron, retensi netrium dan
aktivitas secunder yang dapat menurunkan GFR, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus, intoleren aktivitas
berhubungan dengan kelelahan dan gangguan integritas kulit berhubungan
dengan gangguan sirkulasi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi makanan.
Dari diagnosa keperawatan yang ada dilakukan intervensi keperawatan
yaitu bed rest dengan posisi semifowler, menganjurkan untuk diit rendah
garam, timbang berat badan setiap hari untuk memonitor retensi cairan,
monitor jantung, EKG dan kolaborasi pemberian obat (vasodilator dan
diuretik).
Peran perawat dalam hal ini sebagai pendidik dan pelaksana. Perannya
sebagai pendidik yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, analisa data, menegakan diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan, melakukan implementasi dan evaluasi. Oleh karena itu perawat
dituntut lebih peka menghadapi pasien decompensasio cordis agar tidak
mengarah pada hal-hal yang tidak di inginkan. Berdasarkan latar belakang
diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan
pada pasien dengan decompensasio cordis.
B. Tujuan Penulisan.
Tujuan Umum.
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien
decompensasio cordis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tujuan Khusus.
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, menegakan diagnosa, membuat
perencanaan, melakukan implementasi serta mengevaluasi tindakan
keperawatan.
C. Tinjauan Teori.
1. Pengertian.
Decompensasio cordis adalah sindroma klinik yang kompleks yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan kardiak
output untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Merry M.
Canobbio : Cardiovasculer Disorder 1990 Hal. 103).
2. Etiologi.
- Disfungsi Myocard.
- Beban tekanan meningkat (afterload).
- Beban volume meningkat (preload).
- Kebutuhan metabolisme meningkat.
- Gangguan pengisian vertikel.
3. Pathofisiologi.
Penyebab decompensasio cordis adalah ketidakmampuan jantung
berfungsi sebagai pompa walaupun mekanisme dasar fisiologis seperti
afterload, preload dan stroke volume. Sebagai akibat dari kelemahan
fungsi jantung, keggalan pengosongan reservoir vena dan penurunana
aliran darah ke dalam sirkulasi arteri menyebabkan tekanan ventrikel
meningkat, tekanan pulmonal dan sistemik meningkat serta penurunan
cardiak output. Selanjutnya serangkaian mekanisme kompensasi akan
terjadi respon awal peningkatan sistem saraf simpatik terlihat dari
penurunan cardiak output dan penurunan tekanan darah. Rangsangan
reseptor bethasimpatik mengakibatkan peningkatan heart rate, stroke
volume dan cardiak output. Rangsangan saraf simpatik menimbulkan
tekanan vaskuler periver.
4. Klasifikasi Decompensasio Cordis.
a. Decompensasio Cordis Kiri.
b. Decompensasio Cordis Kanan.
c. Decompensasio Cordis Congestive.
5. Tanda dan Gejala Decompensasio Cordis.
- Gejala.
Lemah, sesak napas, berdebar-debar, batuk, anoreksia, lekas
capai, keringat dingin, udema, neusea.
- Tanda.
Tatchicardia, Dispnea, Rochi basah, ada bunyi jantung III, IV,
udema, asites, tekanan JVP meningkat, pulsasi vena jugularis
hepatomegali.
6. Pemeriksaan Diagnostik
– Test laboratorium ; Elektrolit,kimia darah,gas darah arteri,urine
dan test fungsi paru.
– Foto thoraks.
– EKG.
7. Pengobatan.
- Deuretik : furosemid (laxis); ethacrynic acid
(edecrin) thiazides; digoxcin.
- Vasodilator, antihipertensi morfine sulfate.
- Nitrad, betaadregenic blocking agents.
8. Asuhan keperawatan.
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien decompensasio cordis meliputi keluhan utama
seperti dispnea, ortopnea, paroksimal, fatique, anoreksia, mual muntah,
gelisah, insomnia; kulit pucat, diaporesis; sistim kardiovaskuler ; bunyi
S3 ventrikel kiri, mur-mur sistolik pada apeks, bunyi S3 ventrikel
kanan gerakan prekordial, JVP meningkat dan perubahan denyut nadi;
parameter haemodinamic; peningkatan tekanan kapiler paru,
peningkatan tekanan atrium kanan dan tekanan arteri pulmonal; sistim
pulmonal; kesulitan bernapas, batuk, sputum berbusa dan berdarah ;
sistim gastro intestinal berat badan bertambah, distensi perut, nyeri
pada kuadran kanan atas, asitest, hepatomegali dan splenomegali;
sistem vaskuler perifer dilatasi vena tepi, edema pada ekstermitas
periver, sakrum dan genetalia.
b. Diagnosa keperawatan.
Dari pengkajian maka dapat ditegakan diagnosa sebagai berikut :
1.Penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (proload , after load
dan kemampuan berkontraksi), 2.kelebihan volume cairan tubuh b.d.
meningkatnya kadar aldosteron, retensi natrium dan aktivitas sekunder
yang menurunkan GFR, 3.gangguan pertukaran gas b.d. perubahan
membran kapiler alveolus di tandai dengan peningkatan tenakan
kapiler paru, aktivitas intoleren b.d. kelelahan sekunder terhadap
penurunan cardiak out put, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d. gangguan absorbsi makanan yang ditandai dengan
penurunan cardiak out put, gangguan integritas kulit b.d. gangguan
sirkulasi dan metabolik.
c. Perencanaan.
Untuk diagnosa 1 penurunan cardiak output b.d. faktor mekanik
(preload, afterload, kemampuan berkontraksi). Tujuan pasien akan
menunjukan perbaikan cardiak out put dengan intervensi kaji dan
monitor BP, nadi apical, HR dan RR, suara jantung dan paru, tingkat
kesadaran setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan; R/ Untuk mendeteksi
tanda dan gejala awal dari penurunan cardiak out put; melakukan
bedrest sesuai dengan kondisi dan keadaan dalam posisi semi fowler,
R/ Untuk menghemat energi dan menurunkan kerja jantung yang
berlebihan oleh karena penurunan kebutuhan oksigen untuk memudah
ventilasi; monitor hemodinamic, tekanan arteri, tekanan kapiler paru,
tahanan venasistemic; R/ Untuk mengevaluasi parameter preload
afterload dan untuk mengkaji respon therapy, kolaborasi pemberian
obat (laksis) R/ menurunkan tahanan vaskuler sistemic.
Untuk diagnosa 2 kelebihan volume cairan tubuh b.d meningkatnya
kadar aldosteron, retensi natrium dan aktivitas sekunder yang
menurunkan GFR; tujuan klien akan mencapai keseimbangan volume
cairan dengan intervensi kaji dan monitor distensi venajugularis, intake
dan out put, R/ untuk mendekteksi tanda retensi cairan, kenaikan
kongesti dan respon tubuh terhadap therapy, batasi intake garam dan
cairan dalam diitnya. R/ untuk mengontrol reabsobsi garam dan retensi
air yang ditansi dengan sekresi aldosteron yang berlebihan, monitor
elekrolit setiap hari khususnya natrium dan kalium; R/ natrium serum
yang rendah perlu dievaluasi untuk menentukan dilusi hipernatremia,
kalium dapat hilang dengan pemberian diuretik, dapat terjadi
hipokalemia.
Untuk diagnosa 3 gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran
kapiler alveolus ditandai dengan peningkatan tekanan kapiler paru;
tujuan klien akan menunjukan perbaikan pertukaran gas dengan
intervensi ; kaji dan monitor perubahan fungsi respirasi. R/ untuk
mendeteksi tanda dan gejala dari gangguan ventilasi dan perfusi,
monitor gas darah arteri; R/ untuk menindentifikasi hipoksemia
hipercapnea dan untuk menentukan kebutuhan untuk membantu
ventilasi, auskultasi bunyi napas setiap 4 jam untuk mendeteksi
peningkatan, kongesti dan menentukan usaha ventilsai yang adekuat,
atur posisi semi fowler, R/ untuk memperbaikan ventilasi dan
pertukaran gas, kolaborasi pemberian ekspektoran, R/ untuk
mencaikan sekret, anjurkan pasien batuk efektif dan napas dalam,
R/untuk mempermudah ventilasi dan memperbaiki sekresi pulmonal.
Untuk diagnosa 4, aktivitas intoleren b.d. kelelahan sekunder terhadap
penurunan cardiac output, tujuan klien menunjukan toleransi terhadap
aktivitas dengan intervensi kaji dan monitor tanda-tanda intoleren
terhadap aktivitas R/ jantung tidak mampu meningkatkan
strokevolume secara efektif sebagai respon peningkatan kebutuhan,
indentifikasi faktor penyebab fatique, R/ untuk meningkatkan
penghematan energi, kaji toleransi dan kemajuan kativitas, R/ untuk
mengevaluasi perbaikan miocard.
Untuk diagnosa 5, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
gangguan absorbsi makanan yang ditandai dengan penurunan kardiac
output, tujuan klien akan mencapai dan memelihara intake nutrisi yang
adekuat dengan intervensi observasi tanda-tanda malnutrisi, R/
kekurangan nutrisi terjadi sebagai akibat dari tubuh tidak mampu
mengabsorbsi makanan yang disebabkan oleh perfusi jaringan
menurun, kelola diit sesuai intruksi R/ untuk menjamin diit sesuai
dengan kebutuhan, berikan makanan tambahan dengan nilai kalori
tinggi, R/untuk memelihara intake minimun kalori yang dibutuhkan,
anjurkan makan sedikit tapi sering, R/ kekosongan lambung dapat
menyebabkan maul, muntah.
Untuk diagnosa 6, gangguan integritas kulis b.d. gangguan sirkulasi
dan status metabolik, tujuan pasien akan memelihara integritas kulis
dengan intervensi kaji integritas kulit setiap hari, R/ keadaan malnutrisi
mengganggu integritas jaringan normal yang diakibatkan oleh
kehilangan jaringan subcutan, jaga kulit tetap bersih dan kering, R/
kelembaban mendukung kerusakan kulit dan infeksi, menganjurkan
ambulasi tiap 2 jam R/ untuk meningkatkan sirkulasi pada semua
bagian tubuh, lakukan perawatan kulit setiap hari, R/ untuk
meningkatkan perfusi jaringan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran Kasus.
Asuhan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 19-20 Agustus 2002 di
ruang II laki RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang terhadap Tn. S.K. umur
48 tahun, pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, suku Timor, Agama kristen
protestan alamat Soe. Klien tersebut mulai masuk rumah sakit tanggal 14
Agustus 2002 dengan diagnosa medik decompensasi cordis. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 19 agustus pukul 08:30 Wita. Informasi diperoleh dari
keluarga, catatan medik, catatan keperawatan, wawancara dan pemeriksaan
fisik.
1. Pengkajian.
Sebelum masuk rumah sakit klien sudah mengalami sesak napas,
jantung berdebar-debar, lelah, edema pada tungkai bawah kurang lebih 4
bulan di Soe. Klien sudah berobat di Rumah Sakit Umum Soe dan tidak
ada perubahan sebingga dirujuk ke RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang pada tanggal 14 agustus 2002.
Pada saat pengkajian klien mengeluh badan terasa lemah, berdebar-
debar dan pusing atau lelah bila terlalu lama duduk atau berjalan. Pada
pemeriksaan fisik secara kualitatif kesadaran composmentis tekanan
150/70 mmHg, MAP 62,1mmHg, nadi 64x/menit, RR 22x/menit, HR
63x/menit, berat badan 52 kg dan tinggi badan 165 cm. Pasien tampak
lemah semua aktivitas dibantu perawat dan keluarga, sebagian aktivitas
dilakukan dilakukan sendiri oleh pasien seperti ambulasi di tempat tidur,
makan dan minum. Data laboratorium meliputi ureum 27,2 keatinin 1,19,
GDS 122, HGB 12,0, PLT 26,5 obat-obatan laksis 2x1 aspark K 1x1
captoplan 2x600mg.
Aspek psikologis yang didapat pada saat pengkajian, klien tahu
tentang penyakit yang dideritanya yaitu penyakti jantung. Klien merasa
kondisinya agak baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Klien
mengatakan ia mera puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter
dan perawat.
2. Analisa data
Dari hasil pengkajian dapat dibuat analisa data sebagai berikut :
Diagnosa1 data subjektif : klien mengelu sesak napas, batuk berlendir.
Data objektif : klien tampak pucat posisi semi fowler, bunyi napas ronchi,
RR 22x/menit masalah keperawatan adalah resiko tinggi gangguan
pertukaran gas dengan penyebab perubahan membran kapiler alveoler
karena adanya tekanan perubahan tekanan kapiler pulmonal.
Diagnosa 2, Data Subjektif : klien mengeluh lelah, napas terengah-engah,
jantung berdebar-debar. Data objektif : klien tampak lelah TD
150/70mmHg, N 64x/menit, bendungan vena jugularis. Diagnosa
keperawatan yang ditegakan penurunan cardiak output b.d faktor
meknik(preload,afterload,kemampuan kontraksi jantung).
Diagnosa 3,data subyektif klien mengatakan ia merasa lelah saat
melakukan kegiatan seperti, mandi, duduk terlalu lama;data obyektif;klien
kelihatan lelah saat melakukan aktivitas. Diagnosa keperawatan yang
ditegakan aktivitas intoleren berhubungan dengan kelemahan .
Diagnosa 4; data subyektif : - data obyektif : terpasang kateter pada klien.
Diagnosa yang ditegakan resiko tinggi infeksi b.d. kateterisasi.
3. Diagnosa keperawatan.
Berdasarkan hasil analisa data maka diagnosa keperawatan yang
ditegakkan adalah resiko tinggi ganguan pertukaran gas b.d. perubahanan
membran kapiler alveoler karena adanya perubahan kapiler pulmonal,
penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (preload, afterload,
kemampuan kontraksi menurun), aktivitas intoleren b.d. kelemahan fisik
dan resiko tinggi infeksi b.d. katerisasi.
4. Perencanaan.
Diagnosa keperawatan resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d.
perubahan membran kapiler alveolar karena adanya perubahan kapiler
pulmonal. Goal pasien akan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
selama perawatan, objektif; tidak sesak napas, tidak batuk TTV dalam
keadaan normal (T 120/70mmHg, N 8x/menit, S 370
C, RR 20x/menit);
intervensi yang dibuat kaji pola napas klien untuk mendeteksi adanya
gangguan pola napas, auskultasi bunyi napas untuk mendeteksi adanya
peningkatan kongesti dan menentukan ventilasi yang adekuat,
menganjurkan tidur dengan posisi semi fowler untuk mempermudah jalan
napas dan mengurangi penekanan pada diafragma dan ajarkan teknik
napas dalam dan batuk efektif untuk memudahkan fentilasi dan
memperbaiki sekresi pulmonal kolaborasi pemberian laksis.
Diagnosa keperawaran penurunan cardiak out put b.d. faktor
mekanik (preload, afterload, penurunan kemampuan kontaksi). Tujuan
pasien akan meningkatkan cardiak out put selama 2x24 jam perawatan
diharapkan TTV dalam batas normal (T 120/70mmHg, N 8x/menit, S
370
C, RR 20x/menit) dan lelah berkurang. Intervensi yang dilakukan
adalah kaji KU pasien sebagai data dasar untuk melakukan tindakan
keperwatan, kanji dan monitor TTV untuk mendeteksi tanda dan gejala
awal penurunan cardiak out put, batasi aktivitas klien karena aktivitas
berlabihan dapat meningkatkan cardiak output dan kerja jantung. Anjurkan
bed rest atau istirahat dengan posisi semifowler untuk menghemat energi
dan menurunkan kerja jantung. Kolaborasi pemberian obat.
Diagnosa keperawatan aktivitas intoleren b. d. kelemahan fisik.
Tujuan klien mempertahankan aktitas selama perawatan. Intervensi yang
dilakukan kaji tanda-tanda intoleren aktivitas untuk memungkinkan
dilakukan modivikasi aktivitas. Aktivitas dilakukan disesuaikan dengan
waktu istirahat pasien. Untuk mengurangi kelelahan dan memperbaiki
toleransi aktivitas. Bantu klien untuk melakukan aktivitas seperti BAB,
dan mandi untuk mengurangi kerja jantung dan mengurangi kelelahan.
Diagnosa keperawatan resiko itnggi infeksi b. d. kateterisasi.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan intervensi kaji tanda dan gejalka
infeksi untuk mengetahui kemungkinan infeksi karena pemasangan
kateter. Monitor TTV tiap 4 jam; peningkatan TTV merupakan tanda
adanya infeksi. Dilakukan peralatan kateter untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah terjadinya infeksi.
5. Pelaksanaan.
Pelaksanaan atau inplementasi dilaksanakan sesuai intervensi
masing-masing diagnosa.
6. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan pada Tn. SK tanggal 19 – 20 Agustus 2002
dengan hasil sebagai berikut : hari/tanggal Senin 19 Agustus 2002 jam
13.30. diagnosa I. S pasien mengatakan sudah tidak sesak. O masih batuk
berlendir RR 20x
/mnt. A masalah teratasi sebagian. P intervensi
dilanjutkan. Diagnosa II. S klien mengatakan masih lelah dan jantung
berdebar bila beraktivitas. O TD 150/70mmHg, HR 65x
/mnt, RR 20x
/mnt.
A masalah teratasi sebagian. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa III. S klien
mengatakan massih terasa lelah. O pasien nampak lelah aktivitas masih
dibantu. A masalah belum teratasi. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa IV.
S ;- O pasien lemah, tidak ada tanda-tandan infeksi, TTV dalam batas
normal (T 120/70mmHg. RR 20x
/mnt, HR 65x
/mnt. S 370
C). A masalah
teratasi. P intervensi dihentikan.
B. Pembahasan.
Menurut Canubbio 1990 pengkajian pasien dan gagal jantung kanan
meliputi fatique, anoreksia, mual dan muntah, dispnea, ortopnea, bunyi S3
ventrikal kiri mur-mur, sistolik pada apeks, peningkatan tekanan pada atrium
kanan, berat badan meningkat, distensi abdomen, peningkatan vena jugularis,
kelelahan dan jantung berdebar-debar. Pada kasus ini tidak ditemukan fatikue,
mual, muntah. Mual dan muntah dapat terjadi pada awal serangan atau pada
saat kebutuhan metabolisme yang meningkat. Pada kasus ini juga ditemukan
udema periver (tungkai bawah) bendungan pada vena jugularis dan jantung
berdebar-debar.
Penyebab decompensasio cordis adalah disfungsi miocard, hipertensi
anemia, stenosis aorta, infark miocard, faktor genetik dan gaya hidup seperti
merokok, kopi atau alkohol.
Perawatan pasien decompensasio cordis di ruang interna adalah
mengkaji TTV, bed rast, memonitor frekwensi dan irama jantung, memonitor
hasil EKG, pasang kateter dan menimbang berat badan. Peralatan diruang
internal untuk merawat pasien dengan penyakit jantung kurang memadai,
penting untuk diketahui oleh perawat bahwa penanganan decompensasio
cordis harus dilakukan secara continu. Perawat yang merawat pasien dengan
penyakit jantung diharapkan mampu mengidentivikasi keadaan pasien secara
saksama. Perlu diingat bahwa penyakit jantung mempunyai efek yang sangat
kompleks dan fatal jika tidak ditolong dengan baik. Oleh karena itu perawat
dituntut lebih meningkatkan pengetahuan dan mutu keperawatan dalam
merawat pasien dengan penyakit jantung. Perawatan pasien diruangan
khususnya bed rest menggunakan sandaran punggung. Hal ini karena
keterbatasan peralatan yang dimiliki maka pasien juga dirawat diruang internal
bergabung dengan pasien yang mempunyai penyakit lain. Untuk itu
dianjurkan agar institusi dapat menyediakan unit jantung khusus dimana
ruangan tersebut terdapat peralatan dan tempat tidur yang khusus untuk
perawatan pasien dengan penyakit jantung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Decompensasio cordis adalah sindrom klinik yang kompleks dimana
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan cardiak output
yang cukup untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Penyebab decompensasio
cordis adalah infark miocard, cardio miocard, hypertensi, pola hidup, usia, ras,
anemia dan tirotoksitas. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien
decompensasio cordis perlu mendapat perawatan yang khusus. Perawatan
pasien decompensasio cordis diruang internal perlu dilengkapi dengan
peralatan yang lebih baik. Perawat harus mampu membaca keadaan umum
pasien yang membutuhkan perawatan intensif, observasi dan monitor keadaan
umum pasien agar tidak mengarah kepada keadaan yang membahayakan,
mengingat angka kesakitan yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan
masalah yang kompleks bila tidak ditangani dengan baik. Pasien dengan
penyakit jantung perlu dirawat diunit jantung khusus dimana harus disediakan
beberapa tempat tidur untuk pasien dengan penyakit jantung yang
membutuhkan perawatan intensif. Keluarga diharapkan memberikan support
yang cukup untuk menguurangi kecemasan.
B. Saran.
Dari hasil study kasus maka penulis menyarankan :
1. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang agar dapat menyediakan
unit perawatan jantung khusus.
2. Keluarga agar dapat memberikan support bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Cannobbio, Mary, M., 1990 “CORDIOVASKULER MOSBY’S CLINICAL
NURSING SERRIES SAIT”
Los Mosby Year Book.
Porth, Corol Mattson, 1994, “PATHOFISIOLOGI CONCEPTS OF ALTERED
HEALTHS STATES” Fourth dition,
London : J. B. Lippicont Company.
Paquete, Susam M., 1998, “STANDAR PERAWATAN PASIEN”
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, Linda J., 1997, “DIAGNOSA KEPERAWATAN” Edisi IV,
Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak dan Galo, 1997, “KEPERAWATAN KRITIS” Volume I, II Edisi
IV, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tabani H., 1998, “AGENDA GAWAT DARURAT(KRITICAL CARE)” Jilid I.
Penerbit PT. Alimni.
Lampiran I
IDENTITAS KLIEN
1. Identitas Diri Klien.
Nama : Tuan S. K.
Umur : 48 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Alamat : Soe, TTS.
Pekerjaan : PNS.
Tgl Masuk Rumah Sakit : 14 Agustus 2002.
Sumber Informasi Klien, Keluarga, Catatan Keperawatan.
2. Status Kesehatan Saat ini.
 Klien mengatakan bahwa jantungnya berdebar-debar dan sesak
napas ± 4 bulan lalu di Soe dan dia telah berobat di Puskesmas maupun di
rumah sakit Soe. Namun karena tidak ada perubahan maka klien dirujuk
ke RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal 14 Agustus
2002.
 Faktor pencetus klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya.
Namun dia menduga karena dia sering merokok.
 Lamanya keluhan sejak bulan April 2002, timbulnya keluhan
mendadak.
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya; sendiri dengan berdoa,
orang lain bawah ke rumah sakit.
 Diagnosa medik decompensasio cordis; tanggal 14/8-2002.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
 Klien mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah dirawat di
rumah sakit; klien mengatakan tidak alergi; imunisasi klien mengatakan
tidak tahu; kebiasaannya merokok.
 Pola nutrisi; frekwensi makan 3x
/hari; BB 60 kg, TD 165 cm, Jenis
makanan nasi, sayur, lauk, buah,nafsu makan baik, BB berkurang 52 kg.
 Pola eliminasi BAB 2x1/hari, konsistensinya lembek warna
kuning, BAK 4-5x/hari warna kuning bening, waktu tidur tidak tentu,
kamanya tidur klien mengatakan tidak tentu, kebiasaan pengantar tidur
berceritera, kesulitan tidur klien sering atau mudah terbangun.
 Pola aktifitas latihan klien mengatakan bahwa apabila bekerja ia
selalu merasa cepat lelah dan jantung berdebar-debar, jenis oleh raga jalan-
jalan, kegiatan diwaktu luang membersihkan halaman.
4. Riwayat Keluarga.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki.
: Perempuan.
: Laki-laki meninggal.
: Perempuan meninggal.
: Tinggal serumah.
: Klien.
5. Aspek Psikososial
 Persepsi diri, klien merasa bangga sebagai seorang ayah dan
seorang suami yang baik, hal yang dipikirkan saat ini cepat sembuh,
harapan setelah menjalani perawatan memperoleh kesembuhan, suasana
hati tenang, rentang perhatian, klien merasa senang bila mendapat
perhatian perawat, bicara jelas, berbahasa Indonesia, tinggal bersama istri
dan anak, adat istiadat tradisi daerah timor, pengambilan keputusan dalam
keluarga klien dan istri, komunikasi baik, keuangan sedang.
6. Sistem Nilai Kepercayaan
 Sumber kekuatan dari Tuhan, Agama atau kepercayaan itu penting,
kegiatan keagamaan ke Gereja, selam di rumah sakit berdoa bersama
keluarga dan mendapat kunjungan kerohanian.
7. Pernapasan
 Thoraks dan paru, bentuk dada simetris, reaksi sternum, bunyi paru
ronchi, klien mengatakan sering sesak napas secara mendadak, RR
22x
/mnt.
 Jantung, frekwensi denyut jantung 64x
/mnt, kuat, irama teratur,
pengisian darah ke periver cepat, TV jugularis (JVP)4 cm, keadaan
jantung klien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar, jantung
teraba karena pembesaran.
8. Data Penunjang
 Data laboratorium,ureum 27,2,creatinin 1,19,GDS122,PLT 26,5,
HGB12,0. Hasil pemeriksaan disgnostik lain EKG ditemukan adanya
Myocard infarck.
LEMBARAN PERSETUJUAN
Laporan setudi kasus ini telah di periksa dan dilakukan pengujian oleh tim penguji
pada ujian akhir program tanggal 26 Agustus 2002
Penguji I Penguji II
Drs Benediktus Randu AMK Frans Onggang S.Kep Ns
NIP 140 099 250 NIP 140 256 990
Penguji III
Monika Nena Tahilia
NIP 140 246 346
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Kupang
M. Margaretha U.W,SKP MHSc
NIP 140 181 524
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
erkat dan pertolonganNya dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan
studi kasusini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan
trimakasih kepada :
1. Ibu direktur POLITEKES Kupang
2. Ibu ketua jurusan keperawatan Kupang
3. Bapak Drs Benediktus Randu AMK dan bapak frans Onggang S kep Ns
selaku pembimbing dalam studi kasus ini
4. Ibu Monika Nena Tahilia selaku kepala ruangan II laki yang telah
membimbing penulis dalam ujian praktek.
5. Rekan-rekan seangkatan dan ade-adeku semua yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan bantuan serta dorongan dalam
menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan penulisan laporan ini
Kupang Agustus 2002
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN S.K DENGAN
DIAGNOSA MEDIK DECOMPENSASIO CORDIS
DIRUANG II LAKI RSUD PROF DR W.Z YOHANES
KUPANG
Laporan study kasus ini disusun dalam rangka menyelesaikan
Ujian Akhir Program Jenjang Pendidikan Tinggi
OLEH
DOMINIKUS TUKAN
NIM 01 98 0350
LEMBARAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN
Karia Tulis Ilmiah ini telah di setujui dan diseminarkan tanggal
22 Juli 2002
Pembimbing I Pembimbing ii
Rafael Paun SKM Mkes Sabinus B Kedang S kep Ns
NIP 140 123 136 NIP 140 336 177
Mengetahui
Ketua jurusan Keperawatan Kupang
M. Margaretha U.W, SKP MHSc
NIP 140 181 524
Daftar isi
Halaman
Lembaran judul
Lembaran pengesahan i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan penulisan 4
C. Tinjauan teori 4
BAB II Asuhan keperawatan 10
A. Gambaran kasus 10
1. pengkajian 10
2. Analisa data 11
3. Diagnosa keperawatan 11
4. Perencanaan 12
5. Pelaksanaan 13
6. Evaluasi 13
B. Pembahasan 14
BAB III Penutup 18
A, Kesimpulan 18
B. Saran 18
Daftar pustaka
Lampiran

More Related Content

What's hot

Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
Yabniel Lit Jingga
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanUwes Chaeruman
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragik
Sihite Hasnul
 
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasImplementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Nurhaya Nurdin
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhfDwi Andini
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
Sulistia Rini
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Muhammad Awaludin
 
Pengobatan Tradisional dan Komplementer
Pengobatan Tradisional dan KomplementerPengobatan Tradisional dan Komplementer
Pengobatan Tradisional dan Komplementer
pjj_kemenkes
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
ﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Yabniel Lit Jingga
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
Dnr Creatives
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
Ade Rahman
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
nanang aw aw
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Sinta Sari
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Rumandani Choirunisa
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
LSIM
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
Dasuki Suke
 

What's hot (20)

Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragik
 
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasImplementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
 
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
 
Pengobatan Tradisional dan Komplementer
Pengobatan Tradisional dan KomplementerPengobatan Tradisional dan Komplementer
Pengobatan Tradisional dan Komplementer
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
 

Similar to decompensasi cordis

Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
Sulistia Rini
 
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantung
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantungAskep gangguan kardiovaskuler gagal jantung
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantung
Diah Gembul
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
Ahmad Siregar
 
Asuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordis
Asuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordisAsuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordis
Asuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordis
DidikSusetiyanto
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
Agustin Nanda Uti
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
Agustin Nanda Uti
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
wahyufarabi
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Kegawatdaruratan anak
Kegawatdaruratan anakKegawatdaruratan anak
Kegawatdaruratan anak
Ratih Lasandang
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
Masykur Khair
 
Materi Gagal jantung
Materi Gagal jantungMateri Gagal jantung
Materi Gagal jantung
Rey Sipa
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
irenasembiring
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
Masykur Khair
 
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungAsuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
KANDA IZUL
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
Hazzan Oratso Aishiteru
 

Similar to decompensasi cordis (20)

Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
 
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantung
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantungAskep gangguan kardiovaskuler gagal jantung
Askep gangguan kardiovaskuler gagal jantung
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 
Asuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordis
Asuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordisAsuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordis
Asuhan Keperawatan Klien dengan decompensasi kordis
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Penyakit gagal jantung
Penyakit gagal jantungPenyakit gagal jantung
Penyakit gagal jantung
 
Kegawatdaruratan anak
Kegawatdaruratan anakKegawatdaruratan anak
Kegawatdaruratan anak
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
 
Materi Gagal jantung
Materi Gagal jantungMateri Gagal jantung
Materi Gagal jantung
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Penyakit jantung
Penyakit jantungPenyakit jantung
Penyakit jantung
 
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
 
gagal jantung kongestf
gagal jantung kongestfgagal jantung kongestf
gagal jantung kongestf
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
 
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungAsuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 

More from Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari

Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasiSeminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_okAspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Menjadi muslimah idaman suami
Menjadi muslimah idaman suamiMenjadi muslimah idaman suami
Menjadi muslimah idaman suami
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Memilih pasangan idaman (istri&suami)
Memilih pasangan idaman (istri&suami)Memilih pasangan idaman (istri&suami)
Memilih pasangan idaman (istri&suami)
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Birul walidain.pptx1
Birul walidain.pptx1Birul walidain.pptx1
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Depression in chronic kidney disease
Depression in chronic kidney diseaseDepression in chronic kidney disease
Depression in chronic kidney disease
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failureDepression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Skala nilai depresi dari hamilton 1
Skala nilai depresi dari hamilton 1Skala nilai depresi dari hamilton 1
Skala nilai depresi dari hamilton 1
Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 

More from Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari (20)

Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasiSeminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
 
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_okAspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
 
Menjadi muslimah idaman suami
Menjadi muslimah idaman suamiMenjadi muslimah idaman suami
Menjadi muslimah idaman suami
 
Memilih pasangan idaman (istri&suami)
Memilih pasangan idaman (istri&suami)Memilih pasangan idaman (istri&suami)
Memilih pasangan idaman (istri&suami)
 
Birul walidain.pptx1
Birul walidain.pptx1Birul walidain.pptx1
Birul walidain.pptx1
 
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
 
Depression in chronic kidney disease
Depression in chronic kidney diseaseDepression in chronic kidney disease
Depression in chronic kidney disease
 
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failureDepression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
 
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
 
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
 
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
 
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
 
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
 
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
 
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
 
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
 
Skala nilai depresi dari hamilton 1
Skala nilai depresi dari hamilton 1Skala nilai depresi dari hamilton 1
Skala nilai depresi dari hamilton 1
 
konsep DEpresi
konsep DEpresikonsep DEpresi
konsep DEpresi
 

Recently uploaded

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
nimah111
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 

Recently uploaded (20)

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 

decompensasi cordis

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Decompensasio cordis merupakan suatu penyakit jantung dimana ketidakmampuan jantung sebagai pompa atau kelemahan fungsi jantung, kegagalan dan penurunan aliran darah dalam sirkulasi arteri yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah pada ventrikel. Penyebab decompensasio cordis adalah disfungsi myocard, beban tekanan meningkat (afterload), beban volume yang meningkat (preload), kebutuhan metabolisme yang meningkat dan gangguan pengisian ventrikel. Angka kejadian penderita decompensasio cordis pada ruang kelas II laki berdasarkan buku register internal pada RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang dalam satu periode sebanyak 7,4% dari 683% pasien internal. Pasien dengan decompensasio cordis perlu mendapat perawatan khusus, observasi yang ketat dan perlu pembatasan cairan. Apabila hal ini tidak ditanggulangi, maka dapat mengarah pada hal-hal yang membahayakan pasien. Defenisi decompensasio cordis menurut Canabbio 1990 adalah sindrom klinik yang kompleks diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung meningkatkan cardiak output yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Decompensasio cordis dibagi atas 3 yaitu : decompensasio cordis kiri, decompensasio cordis kanan dan decompensasio cordis congestiv. decompensasio cordis kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah ventrikel kiri sehingga isi sekuncup jantung kiri menurun yang mengakibatkan tekanan akhir diastolik dalam ventrikel kiri serta volume akhir dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini mengakibatkan beban bagi atrium kiri dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri. Tekanan dalam atrium kiri meningkat, hal ini menyebabkan hambatan masuknya darah dari vena pulmonal dan bila keadaan ini terus berlanjut akan mengakibatkan bendungan pada paru (udema paru) dan dapat juga menyebabkan gagal jantung kanan.
  • 2. Tanda dan gejalanya adalah lemah, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas, batuk anoreksia, tachicardia, dispneu, rochi basa dan adanya bunyi jantung III, IV. Decompensasio cordis kanan terjadi karena adanya hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh decompensasio cordis kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, maka tekanan akhir diastolik ventrikel kanan meningkat. Keadaan ini akan mengakibatkan beban bagi atrium kanan untuk mengisi ventrikel kanan. Tekanan yang tinggi pada antrium kanan menyebabkan hambatan bagi masuknya darah dari vena cafa superior inferior sehingga terjadi bendungan pada vena-vena sistemik tubuh seperti bendungan pada vena hepatika, peningkatan tekanan vena jugularis dan hepatomegali. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan bendungan pada sirkulasi sistemik yang hebat sehingga menyebabkan udema pada tungkai bawah dan asites. Tanda dan gejala dari decompensasio cordis kanan adalah udema pada tungkai bawah, asites, neusea, tekanan vena jugularis meningkat dan hepatomegali. Pemeriksaan diagnostik yaitu pemeriksaan elektrolit, kimia darah, BUN, urine, test fungsi paru, foto thoraks dan EKG. Manajemen medik meliputi bed rest dengan kepala tempat tidur di tinggikan 40-600 , diit rendah garam, monitor hemodinamik, monitoring jantung. Pengobatan meliputi diuretik, vasodilator, antihypertensi. Manajemen keperawatan meliputi pengkajian yaitu pada decompensasio cordis kiri ditemukan dispnea, ortopneu, fatikue, gelisah, anoreksia, bunyi S3 ventrikel kiri, tachicardia, perubahan denyut nadi, kesulitan bernapas, batuk, sputum berbusah dan berdarah. Pada decompensasio cordis kanan ditemukan denyut jantung di pinggir bawah sternum kiri, tekanan vena jugularis meningkat, berat badan bertambah, distensi abdomen, hepatemegali,spelenomegali, udema eksternitas dan genetalia. Masalah keperawatan yang timbul pada pasien decompensasio cordis adalah penurunan cardiak output berhubungan dengan preload, afterload,
  • 3. kemampuan kontraksi (faktor mekanik), kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan meningkatnya kadar aldosteron, retensi netrium dan aktivitas secunder yang dapat menurunkan GFR, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus, intoleren aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi makanan. Dari diagnosa keperawatan yang ada dilakukan intervensi keperawatan yaitu bed rest dengan posisi semifowler, menganjurkan untuk diit rendah garam, timbang berat badan setiap hari untuk memonitor retensi cairan, monitor jantung, EKG dan kolaborasi pemberian obat (vasodilator dan diuretik). Peran perawat dalam hal ini sebagai pendidik dan pelaksana. Perannya sebagai pendidik yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, menegakan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, melakukan implementasi dan evaluasi. Oleh karena itu perawat dituntut lebih peka menghadapi pasien decompensasio cordis agar tidak mengarah pada hal-hal yang tidak di inginkan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan pada pasien dengan decompensasio cordis. B. Tujuan Penulisan. Tujuan Umum. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien decompensasio cordis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tujuan Khusus. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, menegakan diagnosa, membuat perencanaan, melakukan implementasi serta mengevaluasi tindakan keperawatan.
  • 4. C. Tinjauan Teori. 1. Pengertian. Decompensasio cordis adalah sindroma klinik yang kompleks yang diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan kardiak output untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Merry M. Canobbio : Cardiovasculer Disorder 1990 Hal. 103). 2. Etiologi. - Disfungsi Myocard. - Beban tekanan meningkat (afterload). - Beban volume meningkat (preload). - Kebutuhan metabolisme meningkat. - Gangguan pengisian vertikel. 3. Pathofisiologi. Penyebab decompensasio cordis adalah ketidakmampuan jantung berfungsi sebagai pompa walaupun mekanisme dasar fisiologis seperti afterload, preload dan stroke volume. Sebagai akibat dari kelemahan fungsi jantung, keggalan pengosongan reservoir vena dan penurunana aliran darah ke dalam sirkulasi arteri menyebabkan tekanan ventrikel meningkat, tekanan pulmonal dan sistemik meningkat serta penurunan cardiak output. Selanjutnya serangkaian mekanisme kompensasi akan terjadi respon awal peningkatan sistem saraf simpatik terlihat dari penurunan cardiak output dan penurunan tekanan darah. Rangsangan reseptor bethasimpatik mengakibatkan peningkatan heart rate, stroke volume dan cardiak output. Rangsangan saraf simpatik menimbulkan tekanan vaskuler periver. 4. Klasifikasi Decompensasio Cordis. a. Decompensasio Cordis Kiri. b. Decompensasio Cordis Kanan. c. Decompensasio Cordis Congestive. 5. Tanda dan Gejala Decompensasio Cordis. - Gejala.
  • 5. Lemah, sesak napas, berdebar-debar, batuk, anoreksia, lekas capai, keringat dingin, udema, neusea. - Tanda. Tatchicardia, Dispnea, Rochi basah, ada bunyi jantung III, IV, udema, asites, tekanan JVP meningkat, pulsasi vena jugularis hepatomegali. 6. Pemeriksaan Diagnostik – Test laboratorium ; Elektrolit,kimia darah,gas darah arteri,urine dan test fungsi paru. – Foto thoraks. – EKG. 7. Pengobatan. - Deuretik : furosemid (laxis); ethacrynic acid (edecrin) thiazides; digoxcin. - Vasodilator, antihipertensi morfine sulfate. - Nitrad, betaadregenic blocking agents. 8. Asuhan keperawatan. a. Pengkajian Pengkajian pada pasien decompensasio cordis meliputi keluhan utama seperti dispnea, ortopnea, paroksimal, fatique, anoreksia, mual muntah, gelisah, insomnia; kulit pucat, diaporesis; sistim kardiovaskuler ; bunyi S3 ventrikel kiri, mur-mur sistolik pada apeks, bunyi S3 ventrikel kanan gerakan prekordial, JVP meningkat dan perubahan denyut nadi; parameter haemodinamic; peningkatan tekanan kapiler paru, peningkatan tekanan atrium kanan dan tekanan arteri pulmonal; sistim pulmonal; kesulitan bernapas, batuk, sputum berbusa dan berdarah ; sistim gastro intestinal berat badan bertambah, distensi perut, nyeri pada kuadran kanan atas, asitest, hepatomegali dan splenomegali; sistem vaskuler perifer dilatasi vena tepi, edema pada ekstermitas periver, sakrum dan genetalia. b. Diagnosa keperawatan.
  • 6. Dari pengkajian maka dapat ditegakan diagnosa sebagai berikut : 1.Penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (proload , after load dan kemampuan berkontraksi), 2.kelebihan volume cairan tubuh b.d. meningkatnya kadar aldosteron, retensi natrium dan aktivitas sekunder yang menurunkan GFR, 3.gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler alveolus di tandai dengan peningkatan tenakan kapiler paru, aktivitas intoleren b.d. kelelahan sekunder terhadap penurunan cardiak out put, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan absorbsi makanan yang ditandai dengan penurunan cardiak out put, gangguan integritas kulit b.d. gangguan sirkulasi dan metabolik. c. Perencanaan. Untuk diagnosa 1 penurunan cardiak output b.d. faktor mekanik (preload, afterload, kemampuan berkontraksi). Tujuan pasien akan menunjukan perbaikan cardiak out put dengan intervensi kaji dan monitor BP, nadi apical, HR dan RR, suara jantung dan paru, tingkat kesadaran setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan; R/ Untuk mendeteksi tanda dan gejala awal dari penurunan cardiak out put; melakukan bedrest sesuai dengan kondisi dan keadaan dalam posisi semi fowler, R/ Untuk menghemat energi dan menurunkan kerja jantung yang berlebihan oleh karena penurunan kebutuhan oksigen untuk memudah ventilasi; monitor hemodinamic, tekanan arteri, tekanan kapiler paru, tahanan venasistemic; R/ Untuk mengevaluasi parameter preload afterload dan untuk mengkaji respon therapy, kolaborasi pemberian obat (laksis) R/ menurunkan tahanan vaskuler sistemic. Untuk diagnosa 2 kelebihan volume cairan tubuh b.d meningkatnya kadar aldosteron, retensi natrium dan aktivitas sekunder yang menurunkan GFR; tujuan klien akan mencapai keseimbangan volume cairan dengan intervensi kaji dan monitor distensi venajugularis, intake dan out put, R/ untuk mendekteksi tanda retensi cairan, kenaikan kongesti dan respon tubuh terhadap therapy, batasi intake garam dan
  • 7. cairan dalam diitnya. R/ untuk mengontrol reabsobsi garam dan retensi air yang ditansi dengan sekresi aldosteron yang berlebihan, monitor elekrolit setiap hari khususnya natrium dan kalium; R/ natrium serum yang rendah perlu dievaluasi untuk menentukan dilusi hipernatremia, kalium dapat hilang dengan pemberian diuretik, dapat terjadi hipokalemia. Untuk diagnosa 3 gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler alveolus ditandai dengan peningkatan tekanan kapiler paru; tujuan klien akan menunjukan perbaikan pertukaran gas dengan intervensi ; kaji dan monitor perubahan fungsi respirasi. R/ untuk mendeteksi tanda dan gejala dari gangguan ventilasi dan perfusi, monitor gas darah arteri; R/ untuk menindentifikasi hipoksemia hipercapnea dan untuk menentukan kebutuhan untuk membantu ventilasi, auskultasi bunyi napas setiap 4 jam untuk mendeteksi peningkatan, kongesti dan menentukan usaha ventilsai yang adekuat, atur posisi semi fowler, R/ untuk memperbaikan ventilasi dan pertukaran gas, kolaborasi pemberian ekspektoran, R/ untuk mencaikan sekret, anjurkan pasien batuk efektif dan napas dalam, R/untuk mempermudah ventilasi dan memperbaiki sekresi pulmonal. Untuk diagnosa 4, aktivitas intoleren b.d. kelelahan sekunder terhadap penurunan cardiac output, tujuan klien menunjukan toleransi terhadap aktivitas dengan intervensi kaji dan monitor tanda-tanda intoleren terhadap aktivitas R/ jantung tidak mampu meningkatkan strokevolume secara efektif sebagai respon peningkatan kebutuhan, indentifikasi faktor penyebab fatique, R/ untuk meningkatkan penghematan energi, kaji toleransi dan kemajuan kativitas, R/ untuk mengevaluasi perbaikan miocard. Untuk diagnosa 5, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan absorbsi makanan yang ditandai dengan penurunan kardiac output, tujuan klien akan mencapai dan memelihara intake nutrisi yang adekuat dengan intervensi observasi tanda-tanda malnutrisi, R/
  • 8. kekurangan nutrisi terjadi sebagai akibat dari tubuh tidak mampu mengabsorbsi makanan yang disebabkan oleh perfusi jaringan menurun, kelola diit sesuai intruksi R/ untuk menjamin diit sesuai dengan kebutuhan, berikan makanan tambahan dengan nilai kalori tinggi, R/untuk memelihara intake minimun kalori yang dibutuhkan, anjurkan makan sedikit tapi sering, R/ kekosongan lambung dapat menyebabkan maul, muntah. Untuk diagnosa 6, gangguan integritas kulis b.d. gangguan sirkulasi dan status metabolik, tujuan pasien akan memelihara integritas kulis dengan intervensi kaji integritas kulit setiap hari, R/ keadaan malnutrisi mengganggu integritas jaringan normal yang diakibatkan oleh kehilangan jaringan subcutan, jaga kulit tetap bersih dan kering, R/ kelembaban mendukung kerusakan kulit dan infeksi, menganjurkan ambulasi tiap 2 jam R/ untuk meningkatkan sirkulasi pada semua bagian tubuh, lakukan perawatan kulit setiap hari, R/ untuk meningkatkan perfusi jaringan.
  • 9. BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Gambaran Kasus. Asuhan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 19-20 Agustus 2002 di ruang II laki RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang terhadap Tn. S.K. umur 48 tahun, pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, suku Timor, Agama kristen protestan alamat Soe. Klien tersebut mulai masuk rumah sakit tanggal 14 Agustus 2002 dengan diagnosa medik decompensasi cordis. Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 agustus pukul 08:30 Wita. Informasi diperoleh dari keluarga, catatan medik, catatan keperawatan, wawancara dan pemeriksaan fisik. 1. Pengkajian. Sebelum masuk rumah sakit klien sudah mengalami sesak napas, jantung berdebar-debar, lelah, edema pada tungkai bawah kurang lebih 4 bulan di Soe. Klien sudah berobat di Rumah Sakit Umum Soe dan tidak ada perubahan sebingga dirujuk ke RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang pada tanggal 14 agustus 2002. Pada saat pengkajian klien mengeluh badan terasa lemah, berdebar- debar dan pusing atau lelah bila terlalu lama duduk atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik secara kualitatif kesadaran composmentis tekanan 150/70 mmHg, MAP 62,1mmHg, nadi 64x/menit, RR 22x/menit, HR 63x/menit, berat badan 52 kg dan tinggi badan 165 cm. Pasien tampak lemah semua aktivitas dibantu perawat dan keluarga, sebagian aktivitas dilakukan dilakukan sendiri oleh pasien seperti ambulasi di tempat tidur, makan dan minum. Data laboratorium meliputi ureum 27,2 keatinin 1,19, GDS 122, HGB 12,0, PLT 26,5 obat-obatan laksis 2x1 aspark K 1x1 captoplan 2x600mg. Aspek psikologis yang didapat pada saat pengkajian, klien tahu tentang penyakit yang dideritanya yaitu penyakti jantung. Klien merasa kondisinya agak baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Klien
  • 10. mengatakan ia mera puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter dan perawat. 2. Analisa data Dari hasil pengkajian dapat dibuat analisa data sebagai berikut : Diagnosa1 data subjektif : klien mengelu sesak napas, batuk berlendir. Data objektif : klien tampak pucat posisi semi fowler, bunyi napas ronchi, RR 22x/menit masalah keperawatan adalah resiko tinggi gangguan pertukaran gas dengan penyebab perubahan membran kapiler alveoler karena adanya tekanan perubahan tekanan kapiler pulmonal. Diagnosa 2, Data Subjektif : klien mengeluh lelah, napas terengah-engah, jantung berdebar-debar. Data objektif : klien tampak lelah TD 150/70mmHg, N 64x/menit, bendungan vena jugularis. Diagnosa keperawatan yang ditegakan penurunan cardiak output b.d faktor meknik(preload,afterload,kemampuan kontraksi jantung). Diagnosa 3,data subyektif klien mengatakan ia merasa lelah saat melakukan kegiatan seperti, mandi, duduk terlalu lama;data obyektif;klien kelihatan lelah saat melakukan aktivitas. Diagnosa keperawatan yang ditegakan aktivitas intoleren berhubungan dengan kelemahan . Diagnosa 4; data subyektif : - data obyektif : terpasang kateter pada klien. Diagnosa yang ditegakan resiko tinggi infeksi b.d. kateterisasi. 3. Diagnosa keperawatan. Berdasarkan hasil analisa data maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah resiko tinggi ganguan pertukaran gas b.d. perubahanan membran kapiler alveoler karena adanya perubahan kapiler pulmonal, penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (preload, afterload, kemampuan kontraksi menurun), aktivitas intoleren b.d. kelemahan fisik dan resiko tinggi infeksi b.d. katerisasi. 4. Perencanaan. Diagnosa keperawatan resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler alveolar karena adanya perubahan kapiler pulmonal. Goal pasien akan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
  • 11. selama perawatan, objektif; tidak sesak napas, tidak batuk TTV dalam keadaan normal (T 120/70mmHg, N 8x/menit, S 370 C, RR 20x/menit); intervensi yang dibuat kaji pola napas klien untuk mendeteksi adanya gangguan pola napas, auskultasi bunyi napas untuk mendeteksi adanya peningkatan kongesti dan menentukan ventilasi yang adekuat, menganjurkan tidur dengan posisi semi fowler untuk mempermudah jalan napas dan mengurangi penekanan pada diafragma dan ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif untuk memudahkan fentilasi dan memperbaiki sekresi pulmonal kolaborasi pemberian laksis. Diagnosa keperawaran penurunan cardiak out put b.d. faktor mekanik (preload, afterload, penurunan kemampuan kontaksi). Tujuan pasien akan meningkatkan cardiak out put selama 2x24 jam perawatan diharapkan TTV dalam batas normal (T 120/70mmHg, N 8x/menit, S 370 C, RR 20x/menit) dan lelah berkurang. Intervensi yang dilakukan adalah kaji KU pasien sebagai data dasar untuk melakukan tindakan keperwatan, kanji dan monitor TTV untuk mendeteksi tanda dan gejala awal penurunan cardiak out put, batasi aktivitas klien karena aktivitas berlabihan dapat meningkatkan cardiak output dan kerja jantung. Anjurkan bed rest atau istirahat dengan posisi semifowler untuk menghemat energi dan menurunkan kerja jantung. Kolaborasi pemberian obat. Diagnosa keperawatan aktivitas intoleren b. d. kelemahan fisik. Tujuan klien mempertahankan aktitas selama perawatan. Intervensi yang dilakukan kaji tanda-tanda intoleren aktivitas untuk memungkinkan dilakukan modivikasi aktivitas. Aktivitas dilakukan disesuaikan dengan waktu istirahat pasien. Untuk mengurangi kelelahan dan memperbaiki toleransi aktivitas. Bantu klien untuk melakukan aktivitas seperti BAB, dan mandi untuk mengurangi kerja jantung dan mengurangi kelelahan. Diagnosa keperawatan resiko itnggi infeksi b. d. kateterisasi. Tujuan tidak terjadi infeksi dengan intervensi kaji tanda dan gejalka infeksi untuk mengetahui kemungkinan infeksi karena pemasangan kateter. Monitor TTV tiap 4 jam; peningkatan TTV merupakan tanda
  • 12. adanya infeksi. Dilakukan peralatan kateter untuk mencegah terjadinya infeksi. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah terjadinya infeksi. 5. Pelaksanaan. Pelaksanaan atau inplementasi dilaksanakan sesuai intervensi masing-masing diagnosa. 6. Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada Tn. SK tanggal 19 – 20 Agustus 2002 dengan hasil sebagai berikut : hari/tanggal Senin 19 Agustus 2002 jam 13.30. diagnosa I. S pasien mengatakan sudah tidak sesak. O masih batuk berlendir RR 20x /mnt. A masalah teratasi sebagian. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa II. S klien mengatakan masih lelah dan jantung berdebar bila beraktivitas. O TD 150/70mmHg, HR 65x /mnt, RR 20x /mnt. A masalah teratasi sebagian. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa III. S klien mengatakan massih terasa lelah. O pasien nampak lelah aktivitas masih dibantu. A masalah belum teratasi. P intervensi dilanjutkan. Diagnosa IV. S ;- O pasien lemah, tidak ada tanda-tandan infeksi, TTV dalam batas normal (T 120/70mmHg. RR 20x /mnt, HR 65x /mnt. S 370 C). A masalah teratasi. P intervensi dihentikan.
  • 13. B. Pembahasan. Menurut Canubbio 1990 pengkajian pasien dan gagal jantung kanan meliputi fatique, anoreksia, mual dan muntah, dispnea, ortopnea, bunyi S3 ventrikal kiri mur-mur, sistolik pada apeks, peningkatan tekanan pada atrium kanan, berat badan meningkat, distensi abdomen, peningkatan vena jugularis, kelelahan dan jantung berdebar-debar. Pada kasus ini tidak ditemukan fatikue, mual, muntah. Mual dan muntah dapat terjadi pada awal serangan atau pada saat kebutuhan metabolisme yang meningkat. Pada kasus ini juga ditemukan udema periver (tungkai bawah) bendungan pada vena jugularis dan jantung berdebar-debar. Penyebab decompensasio cordis adalah disfungsi miocard, hipertensi anemia, stenosis aorta, infark miocard, faktor genetik dan gaya hidup seperti merokok, kopi atau alkohol. Perawatan pasien decompensasio cordis di ruang interna adalah mengkaji TTV, bed rast, memonitor frekwensi dan irama jantung, memonitor hasil EKG, pasang kateter dan menimbang berat badan. Peralatan diruang internal untuk merawat pasien dengan penyakit jantung kurang memadai, penting untuk diketahui oleh perawat bahwa penanganan decompensasio cordis harus dilakukan secara continu. Perawat yang merawat pasien dengan penyakit jantung diharapkan mampu mengidentivikasi keadaan pasien secara saksama. Perlu diingat bahwa penyakit jantung mempunyai efek yang sangat kompleks dan fatal jika tidak ditolong dengan baik. Oleh karena itu perawat dituntut lebih meningkatkan pengetahuan dan mutu keperawatan dalam merawat pasien dengan penyakit jantung. Perawatan pasien diruangan khususnya bed rest menggunakan sandaran punggung. Hal ini karena keterbatasan peralatan yang dimiliki maka pasien juga dirawat diruang internal bergabung dengan pasien yang mempunyai penyakit lain. Untuk itu dianjurkan agar institusi dapat menyediakan unit jantung khusus dimana ruangan tersebut terdapat peralatan dan tempat tidur yang khusus untuk perawatan pasien dengan penyakit jantung.
  • 14. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan. Decompensasio cordis adalah sindrom klinik yang kompleks dimana diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan cardiak output yang cukup untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Penyebab decompensasio cordis adalah infark miocard, cardio miocard, hypertensi, pola hidup, usia, ras, anemia dan tirotoksitas. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien decompensasio cordis perlu mendapat perawatan yang khusus. Perawatan pasien decompensasio cordis diruang internal perlu dilengkapi dengan peralatan yang lebih baik. Perawat harus mampu membaca keadaan umum pasien yang membutuhkan perawatan intensif, observasi dan monitor keadaan umum pasien agar tidak mengarah kepada keadaan yang membahayakan, mengingat angka kesakitan yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan masalah yang kompleks bila tidak ditangani dengan baik. Pasien dengan penyakit jantung perlu dirawat diunit jantung khusus dimana harus disediakan beberapa tempat tidur untuk pasien dengan penyakit jantung yang membutuhkan perawatan intensif. Keluarga diharapkan memberikan support yang cukup untuk menguurangi kecemasan. B. Saran. Dari hasil study kasus maka penulis menyarankan : 1. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang agar dapat menyediakan unit perawatan jantung khusus. 2. Keluarga agar dapat memberikan support bagi pasien.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Cannobbio, Mary, M., 1990 “CORDIOVASKULER MOSBY’S CLINICAL NURSING SERRIES SAIT” Los Mosby Year Book. Porth, Corol Mattson, 1994, “PATHOFISIOLOGI CONCEPTS OF ALTERED HEALTHS STATES” Fourth dition, London : J. B. Lippicont Company. Paquete, Susam M., 1998, “STANDAR PERAWATAN PASIEN” Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Carpenito, Linda J., 1997, “DIAGNOSA KEPERAWATAN” Edisi IV, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hudak dan Galo, 1997, “KEPERAWATAN KRITIS” Volume I, II Edisi IV, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tabani H., 1998, “AGENDA GAWAT DARURAT(KRITICAL CARE)” Jilid I. Penerbit PT. Alimni.
  • 16. Lampiran I IDENTITAS KLIEN 1. Identitas Diri Klien. Nama : Tuan S. K. Umur : 48 tahun. Jenis Kelamin : Laki-laki. Alamat : Soe, TTS. Pekerjaan : PNS. Tgl Masuk Rumah Sakit : 14 Agustus 2002. Sumber Informasi Klien, Keluarga, Catatan Keperawatan. 2. Status Kesehatan Saat ini.  Klien mengatakan bahwa jantungnya berdebar-debar dan sesak napas ± 4 bulan lalu di Soe dan dia telah berobat di Puskesmas maupun di rumah sakit Soe. Namun karena tidak ada perubahan maka klien dirujuk ke RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal 14 Agustus 2002.  Faktor pencetus klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya. Namun dia menduga karena dia sering merokok.  Lamanya keluhan sejak bulan April 2002, timbulnya keluhan mendadak.  Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya; sendiri dengan berdoa, orang lain bawah ke rumah sakit.  Diagnosa medik decompensasio cordis; tanggal 14/8-2002. 3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.  Klien mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah dirawat di rumah sakit; klien mengatakan tidak alergi; imunisasi klien mengatakan tidak tahu; kebiasaannya merokok.
  • 17.  Pola nutrisi; frekwensi makan 3x /hari; BB 60 kg, TD 165 cm, Jenis makanan nasi, sayur, lauk, buah,nafsu makan baik, BB berkurang 52 kg.  Pola eliminasi BAB 2x1/hari, konsistensinya lembek warna kuning, BAK 4-5x/hari warna kuning bening, waktu tidur tidak tentu, kamanya tidur klien mengatakan tidak tentu, kebiasaan pengantar tidur berceritera, kesulitan tidur klien sering atau mudah terbangun.  Pola aktifitas latihan klien mengatakan bahwa apabila bekerja ia selalu merasa cepat lelah dan jantung berdebar-debar, jenis oleh raga jalan- jalan, kegiatan diwaktu luang membersihkan halaman. 4. Riwayat Keluarga. Genogram Keterangan : : Laki-laki. : Perempuan. : Laki-laki meninggal. : Perempuan meninggal. : Tinggal serumah. : Klien.
  • 18. 5. Aspek Psikososial  Persepsi diri, klien merasa bangga sebagai seorang ayah dan seorang suami yang baik, hal yang dipikirkan saat ini cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan memperoleh kesembuhan, suasana hati tenang, rentang perhatian, klien merasa senang bila mendapat perhatian perawat, bicara jelas, berbahasa Indonesia, tinggal bersama istri dan anak, adat istiadat tradisi daerah timor, pengambilan keputusan dalam keluarga klien dan istri, komunikasi baik, keuangan sedang. 6. Sistem Nilai Kepercayaan  Sumber kekuatan dari Tuhan, Agama atau kepercayaan itu penting, kegiatan keagamaan ke Gereja, selam di rumah sakit berdoa bersama keluarga dan mendapat kunjungan kerohanian. 7. Pernapasan  Thoraks dan paru, bentuk dada simetris, reaksi sternum, bunyi paru ronchi, klien mengatakan sering sesak napas secara mendadak, RR 22x /mnt.  Jantung, frekwensi denyut jantung 64x /mnt, kuat, irama teratur, pengisian darah ke periver cepat, TV jugularis (JVP)4 cm, keadaan jantung klien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar, jantung teraba karena pembesaran. 8. Data Penunjang  Data laboratorium,ureum 27,2,creatinin 1,19,GDS122,PLT 26,5, HGB12,0. Hasil pemeriksaan disgnostik lain EKG ditemukan adanya Myocard infarck.
  • 19. LEMBARAN PERSETUJUAN Laporan setudi kasus ini telah di periksa dan dilakukan pengujian oleh tim penguji pada ujian akhir program tanggal 26 Agustus 2002 Penguji I Penguji II Drs Benediktus Randu AMK Frans Onggang S.Kep Ns NIP 140 099 250 NIP 140 256 990 Penguji III Monika Nena Tahilia NIP 140 246 346 Mengetahui Ketua Jurusan Keperawatan Kupang M. Margaretha U.W,SKP MHSc NIP 140 181 524
  • 20. KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat erkat dan pertolonganNya dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasusini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan trimakasih kepada : 1. Ibu direktur POLITEKES Kupang 2. Ibu ketua jurusan keperawatan Kupang 3. Bapak Drs Benediktus Randu AMK dan bapak frans Onggang S kep Ns selaku pembimbing dalam studi kasus ini 4. Ibu Monika Nena Tahilia selaku kepala ruangan II laki yang telah membimbing penulis dalam ujian praktek. 5. Rekan-rekan seangkatan dan ade-adeku semua yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan serta dorongan dalam menyelesaikan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus masih jauh dari kesempurnaan. Kritik saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan laporan ini Kupang Agustus 2002 Penulis
  • 21. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN S.K DENGAN DIAGNOSA MEDIK DECOMPENSASIO CORDIS DIRUANG II LAKI RSUD PROF DR W.Z YOHANES KUPANG Laporan study kasus ini disusun dalam rangka menyelesaikan Ujian Akhir Program Jenjang Pendidikan Tinggi OLEH DOMINIKUS TUKAN NIM 01 98 0350
  • 22. LEMBARAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN Karia Tulis Ilmiah ini telah di setujui dan diseminarkan tanggal 22 Juli 2002 Pembimbing I Pembimbing ii Rafael Paun SKM Mkes Sabinus B Kedang S kep Ns NIP 140 123 136 NIP 140 336 177 Mengetahui Ketua jurusan Keperawatan Kupang M. Margaretha U.W, SKP MHSc NIP 140 181 524
  • 23. Daftar isi Halaman Lembaran judul Lembaran pengesahan i Kata pengantar ii Daftar isi iii BAB I Pendahuluan 1 A. Latar belakang 1 B. Tujuan penulisan 4 C. Tinjauan teori 4 BAB II Asuhan keperawatan 10 A. Gambaran kasus 10 1. pengkajian 10 2. Analisa data 11 3. Diagnosa keperawatan 11 4. Perencanaan 12 5. Pelaksanaan 13 6. Evaluasi 13 B. Pembahasan 14 BAB III Penutup 18 A, Kesimpulan 18 B. Saran 18 Daftar pustaka Lampiran