Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pertidaksamaan kuadrat berdasarkan prosedur Newman. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini antara lain: 1) tidak ada satupun subjek penelitian yang melakukan jenis kesalahan membaca dan juga kesalahan memahami, 2) kesalahan transformasi dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu tidak mengubah informasi pada soal kedalam bentuk pertidaksamaan kuadrat, 3) kesalahan keteram-pilan proses dilakukan oleh dua orang subjek penelitian yaitu ketika melakukan proses subtitusi persamaan kedalam pertidaksamaan dan juga ketika melakukan pemfaktoran, dan 4) kesalahan penulisan jawaban dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu menuliskan -4β€rβ€-1 sebagai jari-jari lingkaran (r) yang memenuhi padahal jari-jari lingkaran (r) harus positif.
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPIra Marion
Β
Dokumen ini berisikan bahan ajar yang berisikan materi bilangan berpangkat bulat positif dimana dipelajari siswa-siswi SMP kelas VII. Semoga bahan ajar ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PEMAHAMAN KONSEP TENTANG TRIGONOM...Hanifa Zulfitri
Β
INI ADALAH MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG MATEMATIKA, MAKALAH INI DITULIS UNTUK MENGANALISIS KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN MEMBUAT KUTIPAN SERTA DAFTAR PUSTAKA
analisis kesalahan dan perilaku yang dilakukan siswa kelas VII-C MTs darul huda pasuruan dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan mata pelajaran matematika
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPIra Marion
Β
Dokumen ini berisikan bahan ajar yang berisikan materi bilangan berpangkat bulat positif dimana dipelajari siswa-siswi SMP kelas VII. Semoga bahan ajar ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PEMAHAMAN KONSEP TENTANG TRIGONOM...Hanifa Zulfitri
Β
INI ADALAH MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG MATEMATIKA, MAKALAH INI DITULIS UNTUK MENGANALISIS KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN MEMBUAT KUTIPAN SERTA DAFTAR PUSTAKA
analisis kesalahan dan perilaku yang dilakukan siswa kelas VII-C MTs darul huda pasuruan dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan mata pelajaran matematika
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
Β
PROPOSAL PENELITIAN DENGAN JUDUL STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X IPA DENGAN X IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
upaya peningkatan hasil belajar ipa materi ciri khusus hewan melalui media permainan monopoli pada siswa kelas vi sdn pademangan timur 01 jakarta utara
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Β
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Β
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Β
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Β
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Berdasarkan Prosedur Newman
1. ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN
SKRIPSI
ANGGITA ARI ISTIAWAN
209311420839
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JULI 2015
2. ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh
ANGGITA ARI ISTIAWAN
NIM 209311420839
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JULI 2015
3. Skripsi oleh Anggita Ari Istiawan ini
Telah diperiksa dan disetujui untuk di uji
Malang, ....................
Pembimbing
Dr. Sudirman, M.Si.
NIP. 196503221990011001
4. Skripsi oleh Anggita Ari Istiawan ini
telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 09 Juli 2015
Dewan Penguji
Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc. Ketua
NIP 195005071974031002
Dr. Sudirman, M.Si. Anggota
NIP 196503221990011001
Dra. Rini Nurhakiki, M.Pd. Anggota
NIP 195603201982032001
Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Jurusan Matematika Dekan Fakultas Matematika
Dr. Sudirman, M.Si. Dr. Markus Diantoro, M.Si.
NIP 196503221990011001 NIP 196612201991031001
5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anggita Ari Istiawan
NIM : 209311420839
Jurusan/Program Studi : Matematika/ Pendidikan Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul βAnalisis
Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat
Berdasarkan Prosedur Newmanβ ini benar-benar tulisan saya dan bukan
merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiasi, baik sebagian atau
seluruhnya, maka saya akan bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 13 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Anggita Ari Istiawan
6. i
ABSTRAK
Istiawan, Anggita Ari. 2015. Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Berdasarkan Prosedur Newman.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang. Pembimbing: Dr. Sudirman, M. Si.
Kata Kunci: Pertidaksamaan kuadrat, kesalahan siswa, prosedur Newman.
Pertidaksamaan kuadrat adalah salah satu materi yang dipelajari dalam
matematika. Materi ini mempunyai peran penting dalam matematika karena
termasuk dalam salah satu hal pokok yang menjadi bidang kajian utama dalam
matematika, yaitu aljabar. Akan tetapi, dari hasil observasi yang peneliti lakukan
menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai materi pertidaksamaan
kuadrat. Oleh karena itu, harus diketahui apa saja kesalahan yang dilakukan siswa.
Salah satu cara untuk mengetahui kesalahan siswa adalah dengan analisis kesalah-
an. Salah satu prosedur untuk menganalisis kesalahan adalah prosedur Newman.
Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa
saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pertidak-
samaan kuadrat berdasarkan prosedur Newman.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Dalam
penelitian ini terdapat dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama yang tak lain
adalah peneliti sendiri dan instrument pendukung yaitu lembar soal tes tertulis dan
lembar pedoman wawancara. Sumber data pada penelitian ini adalah kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal tes tertulis dan hasil wawancaranya. Subjek pada
penelitian ini adalah empat orang siswa kelas X SMA Surya Buana Malang tahun
pelajaran 2014/2015.
Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini antara lain: 1) tidak ada
satupun subjek penelitian yang melakukan jenis kesalahan membaca dan juga
kesalahan memahami, 2) kesalahan transformasi dilakukan oleh satu orang subjek
penelitian yaitu tidak mengubah informasi pada soal kedalam bentuk pertidaksamaan
kuadrat, 3) kesalahan keterampilan proses dilakukan oleh dua orang subjek peneli-
tian yaitu ketika melakukan proses subtitusi persamaan kedalam pertidaksamaan
dan juga ketika melakukan pemfaktoran, dan 4) kesalahan penulisan jawaban
dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu menuliskan β4 β€ π β€ β1 sebagai
jari-jari lingkaran (π) yang memenuhi padahal jari-jari lingkaran (π) harus positif.
Dewan penguji,
Penguji 1, Penguji 2, Penguji utama,
Dr. Sudirman, M.Si. Dra. Rini Nurhakiki, M.Pd. Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc.
NIP 196503221990011001 NIP 195603201982032001 NIP 195005071974031002
7. ii
ABSTRACT
Istiawan, Anggita Ari. 2015. Error Analysis in Solving Quadratic Inequali-
ties Word Problem Based on Newmanβs Procedure. Thesis, Mathe-
matics Education Program, Department of Mathematics, Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, State University of Malang. Coun-
selor: Dr. Sudirman, M. Si.
Key Word: Quadratic inequalities, studentβs error, Newmanβs procedure.
Quadratic inequality is one of the materials that is studied in mathematics.
This material has a special role in mathematics because this material is included as
one of the principal field of study in mathematics, i.e. algebra. However, from the
observation result that the researcher did indicate that the students have not
mastered quadratic inequalities yet. Therefore, it must be known any error made
by the students. One way to find out the studentβs error is by conducting an error
analysis. The procedure that can be used for analyzing the studentβs error is
Newmanβs procedure. Thus, the purpose of this study was to describe any error
made by students in solving quadratic inequalities word problem based on
Newmanβs procedure.
This study uses a descriptive qualitative approach. In this study, there are
two kinds of instrument, that is the main instrument which none other than its own
researchers and the supporting instrument is a booklet written test and interview
guide sheets. Source of data in this study is the studentβs error in solving the writ-
ten test and the results of the interview. The subjects of this study were four Surya
Buana Malang senior high school students of grade X in 2014/2015 school year.
The results can be concluded from this study include: 1) none of the sub-
jects in this study that have done error in reading and comprehension, 2) transfor-
mation error was done by one subject of this study. This subject did not change
the information of the problem in the form of quadratic inequalities, 3) process
skill error was done by two subjects of this study that is when they substitute the
equation to the inequality and also when they find the factors, and 4) encoding
error was done by one subject of this study that is written β4 β€ π β€ β1 as the
radius of the circle (π) whereas the radius of the circle (π) must be positive.
Examiner,
Examiner 1, Examiner 2, Main Examiner,
Dr. Sudirman, M.Si. Dra. Rini Nurhakiki, M.Pd. Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc.
NIP 196503221990011001 NIP 195603201982032001 NIP 195005071974031002
8. iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan nikmat yang
tiada pernah putus sedetikpun. Di antara nikmat yang tak pernah terputus tersebut adalah
nikmat iman, nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang. Oleh karena perpaduan ketiga
nikmat tersebut skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini selesai atas izin Allah SWT melalui dengan bantuan berbagai pihak
sebagai perantara. Oleh karena itu, setelah bersyukur kepada-Nya, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Ponari dan Ibu Nurul Istikhomah yaitu orang tua penulis yang senantiasa
peduli terhadap masa depan penulis, dan senantiasa mencurahkan kasih dan
sayang untuk anaknya.
2. Dr. Sudirman, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Malang dan juga sebagai dosen pembimbing penulis satu-satunya yang telah
berjuang tak kenal lelah meluangkan waktunya, mencurahkan pikiran dan tenaga
demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc selaku validator yang bersedia memberikan
saran dan komentar terhadap instrumen penelitian.
4. Dra. Rini Nurhakiki, M.Pd selaku penguji yang telah banyak memberi masukan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Heri Prianto, S.Pd selaku Guru Matematika SMA Laboratorium UM dan juga
Hario Wisnu Dwi Buono Putro, S.Pd selaku Guru Matematika SMA Surya Buana
Malang yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan
penelitian terhadap siswa-siswanya.
6. Afan, Caca, Ferian, Wahid dan semua siswa yang telah bersedia menjadi subjek
penelitian dan membantu jalannya proses penelitian sehingga penelitian berjalan
dengan lancar.
7. Aviv, Luthfi, Media, Mufid, Rozi, Tantri dan semua teman-teman penulis yang
telah memberikan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh pihak yang membantu dalam kelancaran pengerjaan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
9. iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini mempunyai kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
Malang, Juli 2015
Penulis
10. v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
E. Definisi Operasional........................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis Kesalahan .......................................................................... 7
B. Analisis Kesalahan Newman (NEA) ............................................... 8
C. Soal Cerita ....................................................................................... 18
D. Materi Pertidaksamaan Kuadrat ...................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................... 29
B. Instrumen Penelitian........................................................................ 30
C. Sumber Data .................................................................................... 32
D. Lokasi dan Subjek Penelitian .......................................................... 32
E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 36
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37
G. Tahap-tahap Penelitian .................................................................... 38
11. vi
BAB IV HASIL DAN PAPARAN DATA
A. Hasil Penelitian................................................................................ 40
1. Perencanaan.............................................................................. 40
2. Pelaksanaan ............................................................................. 43
a. Tes Tertulis................................................................... 43
b. Wawancara ................................................................... 44
B. Paparan Data Penelitian................................................................... 46
1. Deskripsi Hasil Tes Tulis dan Wawancara Subjek 1 (S1) ....... 46
2. Deskripsi Hasil Tes Tulis dan Wawancara Subjek 2 (S2) ....... 51
3. Deskripsi Hasil Tes Tulis dan Wawancara Subjek 3 (S3) ....... 55
4. Deskripsi Hasil Tes Tulis dan Wawancara Subjek 4 (S4) ....... 60
BAB V PEMBAHASAN
A. Kesalahan yang dilakukan Subjek................................................... 67
1. Subjek 1 (S1) ....................................................................... 67
2. Subjek 2 (S2) ....................................................................... 67
3. Subjek 3 (S3) ....................................................................... 68
4. Subjek 4 (S4) ....................................................................... 68
B. Kesalahan Berdasarkan Prosedur Newman..................................... 68
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 74
B. Saran................................................................................................ 75
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 80
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ 114
12. vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Prosedur Wawancara Penelitian................................................................ 9
2.2 Indikator Kesalahan Siswa Berdasarkan Prosedur Analisis Kesalahan New-
man............................................................................................................ 30
4.1 Hasil Tes Tertulis SMA Surya Buana Malang.......................................... 43
5.1 Kesalahan yang dilakukan Subjek Penelitian Berdasarkan Prosedur
Newman .................................................................................................... 33
13. viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Soal Observasi ........................................................................................ 2
2.1 Contoh Kesalahan Membaca .................................................................. 11
2.2 Contoh Kesalahan Memahami................................................................ 12
2.3 Contoh Kesalahan Transformasi............................................................. 13
2.4 Contoh Kesalahan Keterampilan Proses................................................. 14
2.5 Contoh Kesalahan Penulisan Jawaban ................................................... 15
2.6 Contoh dan Bukan Contoh Pertidaksamaan Kuadrat ............................. 19
2.7 Grafik π¦ = 10π₯ β π₯2
β 24..................................................................... 23
2.8 Pembuat Nol Pada Garis Bilangan ......................................................... 27
2.9 Tanda Daerah Himpunan Penyelesaian.................................................. 28
3.1 Alur Pemilihan Subjek Penelitian Untuk Soal Nomor 1 ........................ 34
3.2 Alur Pemilihan Subjek Penelitian Untuk Soal Nomor 2 ........................ 35
3.3 Alur Penelitian........................................................................................ 39
4.1 Instrumen Soal Nomor 1 Sebelum Revisi .............................................. 41
4.2 Instrumen Soal Nomor 1 Setelah Revisi................................................. 42
4.3 Makna Kata Tidak Kurang Dari Menurut S1 ......................................... 47
4.4 Langkah S1 Ketika Menyelesaikan Soal Nomor 1 bagian d .................. 49
4.5 Kesalahan S1 dalam Menyelesaikan Soal Nomor 1 bagian d ................ 50
4.6 Kesalahan S1 dalam Menentukan Faktor dari π2
β 10π + 24................ 51
4.7 Makna Kata Tidak Kurang Dari Menurut S2 ......................................... 52
4.8 Langkah-langkah S2 Ketika Menyelesaikan Soal Nomor 1
bagian d................................................................................................... 54
4.9 Jawaban S2 Terhadap Soal Nomor 1 bagian d ....................................... 55
4.10 Makna Kalimat Selisih antara Luas Lingkaran dan Keliling
Lingkaran Tidak Kurang Dari 3π dan Tidak Lebih Dari 24π
Menurut S3 ............................................................................................. 56
4.11 Langkah-langkah S3 dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2.................... 58
4.12 Kesalahan S3 dalam Menentukan Faktor dari π2
β 2π β 3................... 59
14. ix
4.13 Jawaban S3 Terhadap Soal Nomor 2...................................................... 60
4.14 Makna Kalimat Selisih antara Luas Lingkaran dan Keliling
Lingkaran Tidak Kurang Dari 3π dan Tidak Lebih Dari 24π
Menurut S4 ............................................................................................. 61
4.15 Langkah-langkah S4 dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2.................... 63
4.16 Kesalahan S4 dalam Menuliskan Jawaban dari Soal Nomor 2 .............. 66
15. x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Ijin Penelitian......................................................................... 81
2. Lembar Validasi Instrumen Penelitian............................................ 83
3. Instrumen Penelitian (Soal Tes)...................................................... 88
4. Hasil Tes Tertulis Subjek Penelitian............................................... 97
5. Pedoman Wawancara Penelitian..................................................... 102
6. Transkrip Wawancara Peneliti dengan Subjek Penelitian .............. 104
16. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi
modern. Oleh karena itu, matematika perlu diberikan kepada semua siswa untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Matematika bukan suatu pelajaran yang
hanya mengajarkan tentang bilangan atau cara hitung-menghitung, tetapi juga
penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan analisis, mem-
buat sintesis, melakuan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah.
Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah pertidaksamaan
kuadrat. Materi ini mulai diberikan kepada siswa SMA kelas X semester ganjil
serta akan dipelajari lagi pada jenjang perguruan tinggi. Jika mengacu pada
kurikulum matematika SMA di Indonesia, materi ini termasuk dalam salah satu
hal pokok yang menjadi bidang kajian utama dalam matematika, yaitu aljabar.
Sebagai bagian dari aljabar, Pedersen & Gronmo (2010) menyatakan bahwa topik
pertidaksamaan memainkan peran penting dalam matematika dan termasuk dalam
kurikulum yang diharapkan oleh setiap negara yang berpartisipasi dalam Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan juga dalam standar
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).
Mengingat pentingnya materi pertidaksamaan kuadrat, maka materi ini
harus dikuasai siswa dengan baik. Akan tetapi hasil penelitian Yin (2005)
17. 2
menyatakan bahwa dalam menyelesaikan bentuk pertidaksamaan kuadrat, siswa
menyelesaikannya secara prosedural tanpa benar-benar memahami konsep.
Tsamir dkk (2004) juga menyatakan bahwa dalam menyelesaikan bentuk pertidak-
samaan kuadrat kesalahan yang sering terjadi adalah kecenderungan untuk
mengalikan atau membagi kedua ruas dari suatu pertidaksamaan dengan suatu
faktor yang belum tentu positif, menyatakan bahwa bentuk perkalian π. π > 0
berarti π > 0 dan π > 0 sedangkan untuk π. π < 0 berarti π < 0 dan π < 0.
Ketika peneliti melakukan observasi di SMA Laboratorium UM terhadap
29 orang siswa dengan memberikan soal seperti pada Gambar 1.1, peneliti
mendapatkan hasil bahwa tidak ada satupun siswa yang dapat menyelesaikan
kedua soal tersebut dengan sempurna.
Pada soal nomor 1, terdapat tiga bentuk kesalahan. Bentuk kesalahan pertama
dilakukan oleh 11 orang siswa yaitu salah karena tidak melakukan uji titik pada
daerah himpunan penyelesaian. Bentuk kesalahan kedua dilakukan oleh 8 orang
siswa yaitu salah mengubah soal dalam bentuk matematika. Tujuh dari 8 orang
siswa tersebut menuliskan luas taman sebagai βL = 24β padahal seharusnya βL β₯
24β sedangkan seorang lagi menulis-kan βL < 24β. Bentuk kesalahan ketiga
Selesaikanlah permasalahan berikut dengan tepat.
1. Rudi akan membuat taman berbentuk persegi panjang dengan
keliling 20 m. Tentukan semua panjang sisi-sisinya yang
mungkin agar luas taman tidak kurang dari 24 m2
.
2. Citra akan membangun kolam berbentuk lingkaran di halaman
rumahnya. Jika yang diinginkan adalah lingkaran yang
mempunyai luas dikurangi keliling tidak kurang dari 3π dan
tidak lebih dari 24π, tentukan semua jari-jari yang mungkin.
Gambar 1.1 Soal observasi
18. 3
dilakukan oleh 10 orang siswa yaitu salah karena menjawab dengan mencoba-
coba dalam menentukan panjang tanpa mengubah menjadi bentuk pertidaksamaan
kuadrat. Sedangkan pada soal nomor 2, terdapat tiga bentuk kesalahan. Bentuk
kesalahan pertama dilakukan oleh 14 orang siswa yaitu salah dalam menentukan
himpunan penyelesaian. Bentuk kesalahan kedua dilakukan oleh 5 orang siswa
yaitu salah karena tidak melakukan uji titik pada daerah himpunan penyelesaian.
Bentuk kesalahan ketiga dilakukan oleh seorang siswa yaitu salah karena tidak
mengubah soal menjadi bentuk pertidaksamaan kuadrat. Selain itu peneliti
menemukan bahwa 3 orang siswa tidak mengerjakan soal dan sebanyak 6 orang
siswa menjawab benar.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, menunjukkan bahwa siswa
belum sepenuhnya menguasai materi pertidaksamaan kuadrat. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui apa saja kesalahan yang
dilakukan siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kesalah-
an siswa adalah dengan melakukan kajian analisis kesalahan (Satoto, 2012:4).
Melalui analisis kesalahan akan diketahui apa saja kesalahan yang dilakukan
siswa, sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan yang tepat kepada siswa
(Sahriah, 2011:2). Dalam melakukan kajian analisis kesalahan terdapat beberapa
prosedur yang dapat digunakan diantaranya dengan melakukan analisis terhadap
kesalahan konseptual dan juga terhadap kesalahan prosedural, analisis kesalahan
berdasarkan langkah-langkah penyelesaian Polya serta analisis kesalahan
berdasarkan prosedur Newman. Jika dibandingkan dengan yang lain, analisis
kesalahan berdasarkan prosedur Newman memiliki kredibilitas yang paling tinggi
(White, 2005: 16).
19. 4
Analisis kesalahan Newman (NEA) diperkenalkan pertama kali pada tahun
1977 oleh Newman, seorang guru bidang studi matematika di Australia. White
(2010) mengatakan bahwa NEA memberikan kerangka untuk mempertimbangkan
alasan-alasan yang mendasari siswa mengalami kesulitan dengan soal cerita
matematika dan suatu proses yang membantu guru untuk menentukan di mana
kesalahpahaman terjadi. White juga menambahkan bahwa NEA dapat memberi-
kan petunjuk pada guru untuk menentukan strategi mengajar yang efektif untuk
mengatasinya.
Beberapa peneliti juga menggunakan prosedur Newman dalam melakukan
kajian analisis kesalahan. Raduan (2010) menggunakan prosedur Newman untuk
mengidentifikasi kesalahan dan mendapatkan hasil bahwa 52,91% kesalahan
dilakukan pada tahap memahami, 22,37% pada tahap transformasi, 15,55% pada
tahap keterampilan proses, 8,84% pada tahap penulisan jawaban dan 0,34% pada
tahap membaca. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lusbiantoro (2014) yang
menyatakan bahwa sebanyak 40,5% siswa melakukan kesalahan tahap
pemahaman, 48% siswa melakukan kesalahan tahap transformasi, 63% siswa
melakukan kesalahan tahap keterampilan proses, dan 71% siswa melakukan
kesalahan dalam penulisan jawaban. White (2005:18) juga menyatakan bahwa
analisis kesalahan berdasarkan prosedur Newman yang dilakukan oleh Marinas
dan Clements (1990), Singhatat (1991), Clement dan Ellerton (1992) di Asia
selatan mendapatkan hasil sekitar 70% dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita dapat dihubungkan sebagai kurangnya pemahaman atau
ketidakmampuan untuk memilih rangkaian operasi yang tepat.
20. 5
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
kajian analisis kesalahan dengan berdasarkan prosedur Newman pada materi
pertidaksamaan keadrat. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah βAnalisis
Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat
Berdasarkan Prosedur Newmanβ.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apa saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pertidaksamaan kuadrat berdasarkan prosedur Newman?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan apa saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pertidaksamaan kuadrat berdasarkan prosedur
Newman.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. menjadi masukan bagi guru untuk mengetahui kesalahan apa saja yang
dilakukan siswa, sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan yang tepat
kepada siswa.
2. menjadi bahan perbandingan bagi mahasiswa yang menulis penelitian yang
serupa.
21. 6
E. Definisi Operasional
Dalam penulisan ini terdapat beberapa istilah yang perlu didefinisikan yaitu:
1. Analisis Kesalahan
Analisis kesalahan adalah penyelidikan terhadap hasil pengerjaan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika materi pertidaksamaan kuadrat.
Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi tersebut.
2. Kesalahan siswa
Kesalahan siswa adalah ketidaksesuaian atas apa yang dituliskan siswa
dengan kunci jawaban yang tersedia ketika menyelesaikan soal cerita materi
pertidaksamaan kuadrat.
3. Soal Cerita
Soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita.
Dalam penelitian ini, materi matematika yang dipilih adalah pertidaksamaan
kuadrat. Jadi yang dimaksud soal cerita dalam penelitian ini adalah soal-soal
materi pertidaksamaan kuadrat yang disajikan dalam bentuk cerita.
4. Prosedur Newman
Prosedur Newman adalah prosedur yang digunakan untuk menganalisis
kesalahan dalam penelitian ini. Prosedur ini pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1977 oleh Newman, seorang guru bidang studi matematika di Australia.
Untuk uraian lebih lengkap akan dijelaskan pada BAB II.
22. 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis Kesalahan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 60), analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
Sedangkan kesalahan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1247), adalah
kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar hukum dan sebagainya). Sehingga
analisis kesalahan adalah sebuah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mencari tahu apa yang menyebabkan suatu kekeliruan itu bisa terjadi. Ketterlin-
Geller & Yovanoff (2009: 4) menyatakan bahwa analisis kesalahan adalah proses
meninjau tanggapan siswa untuk mengidentifikasi pola kesalahpahaman.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mau memahami kesalahan
yang dialami siswanya, dan juga sedapat mungkin untuk bisa menyelesaikan per-
masalahan itu untuk dicarikan solusinya. Legutko (2008: 141) juga mengungkap-
kan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru harus benar-benar menganalisis
kesalahan siswa, mencoba untuk memahami kesalahan, menjelaskan apa yang
mereka alami, dan menemukan apa yang menyebabkan kesalahan itu terjadi. Ber-
gantung pada kesimpulan dari analisis tersebut, guru harus memilih sarana peng-
koreksian dan metode untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep matematika, meningkatkan metode penalaran mereka dan menyempurna-
23. 8
kan keterampilan mereka. Untuk mencapai itu guru perlu pengetahuan tertentu
tentang kesalahan dan metode respon terhadap kesalahan.
Jadi, Analisis kesalahan dalam penelitian ini merupakan penyelidikan
terhadap penyimpangan-penyimpangan atas jawaban yang benar dan bersifat
sistematis dari siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pertidak-
samaan kuadrat.
B. Analisis Kesalahan Newman (NEA)
Salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk menganalisis kesalahan
adalah prosedur analisis kesalahan Newman (NEA). Meskipun ada banyak cara
untuk mengetahui mengapa siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal matematika, NEA memiliki kredibilitas yang tinggi (White, 2005:16). NEA
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1977 oleh Newman, seorang guru bidang
studi matematika di Australia. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika yang berbentuk soal cerita menurut
Newman (dalam White, 2005, 2010; Ellerton & Clements, 1996) antara lain,
kesalahan membaca (reading error), kesalahan memahami (comprehension
error), kesalahan transformasi (transform error), kesalahan dalam keterampilan
proses (process skills error), dan kesalahan dalam penulisan jawaban (encoding
error).
Untuk membantu identifikasi kesalahan yang mungkin dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan masalah, Newman merekomendasikan 5 (lima)
prosedur pertanyaan atau perintah untuk digunakan dalam wawancara. Kelima
prosedur tersebut antara lain (Clements & Ellerton, l996; White, 2005, 2010;
Raduan, 2010):
24. 9
1. Untuk mengidentifikasi kesalahan membaca: βSilahkan bacakan pertanyaan
tersebut. Jika kamu tidak mengerti suatu kata katakan pada saya.β
2. Untuk mengidentifikasi kesalahan memahami: βJelaskan pada saya apa yang
pertanyaan minta untuk kamu kerjakan.β
3. Untuk mengidentifikasi kesalahan transformasi: βJelaskan pada saya cara
apakah yang kamu gunakan untuk mendapatkan jawabanmu.β
4. Untuk mengidentifikasi kesalahan keterampilan proses: βTunjukkan pada
saya bagaimana kamu menjawab pertanyaan, dan jelaskan pada saya apa yang
kamu kerjakan.β
5. Untuk mengidentifikasi kesalahan penulisan jawaban: βTuliskan jawabanmu
dari pertanyaan tersebut.β
Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi kelima prosedur tersebut dan
memodifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian. Prosedur
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1 Prosedur Wawancara Penelitian
No Kesalahan yang Diidentifikasi Pertanyaan atau Perintah yang Diberikan
1 Kesalahan membaca (reading
error)
ο· Silahkan bacakan pertanyaan tersebut!
ο· Apakah ada kata yang kamu anggap sulit dalam
soal ini? Jika ada sebutkan!
2 Kesalahan memahami
(comprehension error)
ο· Sebutkan arti dari kata (tidak kurang dari, tidak
lebih dari, selisih antara luas dan keliling) yang
telah kamu bacakan!
ο· Jelaskan informasi apa yang diketahui dalam
soal?
ο· Jelaskan apa yang ditanyakan dan diminta dalam
soal?
ο· Apakah kamu yakin dengan yang kamu jelaskan,
apakah ada yang lain?
3 Kesalahan transformasi
(transform error)
ο· Jelaskan bagaimana kamu menyelesaikan soal
tersebut!
ο· Rumus atau cara apa yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal?
25. 10
Lanjutan Tabel 2.1
No Kesalahan yang Diidentifikasi Pertanyaan atau Perintah yang Diberikan
ο· Mengapa kamu memilih rumus atau cara
tersebut?
4 Kesalahan keterampilan proses
(process skills error)
ο· Tunjukkan bagaimana langkah-langkah
penyelesaian yang kamu kerjakan!
ο· Apakah langkah-langkah yang kamu kerjakan ini
telah sesuai dengan rumus atau cara yang telah
kamu tetapkan? Berikan alasanmu!
5 Kesalahan penulisan jawaban
(encoding error)
ο· Tuliskan jawabanmu dari pertanyaan tersebut.
ο· Apakah kamu yakin dengan jawabanmu? Berikan
alasanmu!
Dengan melaksanakan prosedur Analisis Kesalahan Newman, akan dapat
dengan lebih mudah dalam mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Prakitipong dan Nakamura (2006) membagi lima tahapan analisis kesalahan
Newman menjadi dua kelompok kendala yang dialami siswa dalam
menyelesaikan masalah. Kendala pertama adalah masalah dalam kelancaran
berbahasa dan pemahaman konseptual yang sesuai dengan tingkat membaca
sederhana dan memahami makna masalah. Kendala ini dikaitkan dengan tahapan
membaca (reading) dan memahami (comperehension) makna suatu permasalahan.
Dan kendala kedua adalah masalah dalam pengolahan matematika yang terdiri
dari tranformasi (transformation), keterampilan proses (process skill), dan
penulisan jawaban.
White (2005) dan juga Singh dkk, (2010) telah menjabarkan mengenai
kesalahan-kesalahan dalam prosedur Analisis Kesalahan Newman. Berikut ini
adalah hasil penjabaran dari White dan juga Singh dkk.
1. Kesalahan membaca (reading error)
Suatu kesalahan diklasifikasikan kedalam kesalahan membaca jika siswa
tidak bisa membaca suatu kata dan simbol dalam teks soal sehingga menghalangi
26. 11
siswa dari rangkaian kegiatan lebih lanjut dalam menyelesaikan masalah. Dalam
hal ini, Singh dkk, (2010) memberikan contoh kesalahan membaca yang dilakukan
siswa seperti pada Gambar 2.1 berikut.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa meskipun siswa ditanya beberapa kali
siswa tetap tidak dapat membaca sama sekali soal yang diberikan.
2. Kesalahan Memahami (comprehension error)
Siswa dapat membaca semua kata dalam pertanyaan, tetapi tidak dapat
memahami frasa atau kalimat tertentu sehingga tidak dapat melanjutkan pada
tahap selanjutnya dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal ini, Singh dkk, (2010)
memberikan contoh kesalahan memahami seperti pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.1 Contoh Kesalahan Membaca
27. 12
Dari gambar tersebut terlihat bahwa meskipun siswa dapat membaca soal
dengan jelas, siswa tidak dapat menjelaskan apa yang ditanyakan soal.
3. Kesalahan transformasi (transformation error)
Siswa telah memahami apa yang pertanyaan inginkan untuk diselesaikan
tetapi tidak dapat mengidentifikasi operasi atau rangkaian operasi yang dibutuh-
kan untuk menyelesaikan masalah. Kesalahan tahap transformasi juga terjadi
ketika siswa tidak mengubah soal kedalam kalimat matematisnya. Dalam hal ini,
Singh dkk, (2010) memberikan contoh kesalahan transformasi seperti pada
Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.2 Contoh Kesalahan Memahami
28. 13
Dari gambar tersebut terlihat bahwa siswa dapat membaca soal dan juga
memahaminya, tetapi siswa tersebut salah dalam menyebutkan prosedur (rumus)
penyelesaian.
4. Kesalahan keterampilan proses (process skill error)
Siswa mampu mengidentifikasi operasi atau barisan operasi yang cocok,
tetapi tidak mengetahui prosedur yang dibutuhkan untuk rnenyelesaikan operasi
tersebut secara akurat. Kesalahan pada tahap ini juga terjadi ketika siswa melaku-
kan kesalahan dalam hal perhitungan sehingga menghasilkan jawaban akhir yang
salah. Dalam hal ini, Singh dkk, (2010) memberikan contoh kesalahan keterampil-
an proses seperti pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.3 Contoh Kesalahan Transformasi
29. 14
Dari gambar tersebut terlihat bahwa siswa salah dalam melakukan
perhitungan, meskipun siswa dapat membaca soal, memahaminya dan juga
mengetahui prosedur penyelesaian yang benar.
5. Kesalahan penulisan jawaban (encoding error)
Siswa sudah bekerja dengan benar untuk menyelesaikan masalah, tetapi
tidak dapat menuliskan solusi secara tertulis. Dalam hal ini, Singh dkk, (2010)
memberikan contoh kesalahan penulisan jawaban seperti pada gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.4 Contoh Kesalahan Keterampilan Proses
30. 15
Dari gambar tersebut terlihat bahwa siswa telah melaksanakan semua
proses dengan benar, tetapi siswa tersebut melakukan kesalahan dalam menulis-
kan jawaban yaitu salah dalam menuliskan satuan.
Lusbiantoro (2014) telah membuat rincian yang lebih mendetail mengenai
indikator-indikator kesalahan yang mungkin dilakukan oleh siswa berdasarkan
prosedur Analisis Kesalahan Newman. Berikut adalah indikator-indikator
kesalahan yang dibuat oleh Lusbiantoro.
1. Indikator kesalahan membaca soal
1.1. Tidak dapat membaca soal dengan baik.
1.2. Tidak dapat mengartikan kata-kata yang dianggap sulit yang diajukan.
2. Indikator kesalahan memahami soal
2.1. Tidak menuliskan apa yang diketahui dan tidak dapat menjelaskan secara
tersirat.
Gambar 2.5 Contoh Kesalahan Penulisan Jawaban
31. 16
2.2. Tidak menuliskan apa yang ditanyakan dan tidak dapat menjelaskan
maksud dari pertanyaan soal
2.3. Tidak memahami frasa atau kalimat tertentu pada soal yang diajukan.
2.4. Menuliskan apa yang diketahui dengan simbol-simbol yang dibuat
sendiri dan tanpa keterangan.
2.5. Menuliskan hal yang ditanyakan secara singkat sehingga tidak jelas.
2.6. Menuliskan hal yang ditanyakan tapi tidak sesuai dengan yang diminta
soal.
3. Indikator kesalahan transformasi soal
3.1. Tidak mengubah informasi pada soal kedalam kalimat matematika dan
tidak dapat menjelaskan proses perubahannya.
3.2. Mengubah informasi pada soal kedalam kalimat matematika tapi tidak
tepat.
3.3. Tidak tepat dalam memilih rumus atau teori yang digunakan.
4. Indikator kesalahan keterampilan proses
4.1. Kesalahan dalam komputasi.
4.2. Tidak tepat dalam menjelaskan proses komputasi dalam lembar jawaban.
4.3. Digunakannya satuan tertentu dalam proses perhitungan.
4.4. Tidak melanjutkan prosedur penyelesaian (macet).
5. Indikator kesalahan Menuliskan jawaban
5.1. Tidak menuliskan jawaban.
5.2. Menuliskan jawaban yang tidak tepat.
5.3. Menuliskan jawaban yang tidak sesuai dengan konteks soal.
5.4. Tidak menyertakan satuan yang sesuai.
32. 17
Dalam penelitian ini, indikator-indikator yang dibuat Lusbiantoro seperti
yang dijelaskan di atas peneliti adopsi, modifikasi, dan disesuaikan dengan
kebutuhan dalam penelitian. Sehingga, Indikator kesalahan yang peneliti gunakan
seperti pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Indikator Kesalahan Siswa Berdasarkan Prosedur Analisis
Kesalahan Newman
No.
Tahapan dalam
Analisis Kesalahan
Newman
Indikator Kesalahan
1 Membaca (reading) ο· Tidak dapat membaca kata- kata yang diajukan dalam
soal.
2 Memahami
(comprehension)
ο· Tidak mengerti makna kata (selisih, tidak kurang dari,
tidak lebih dari) yang diajukan dalam soal.
ο· Tidak menuliskan apa yang diketahui dari soal dan tidak
dapat menjelaskannya.
ο· Menuliskan apa yang diketahui dari soal tetapi tidak
dapat menjelaskannya.
ο· Menuliskan apa yang diketahui tapi tidak sesuai dengan
soal.
ο· Tidak menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal dan
tidak dapat menjelaskannya.
ο· Menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal tetapi tidak
dapat menjelaskannya.
ο· Menuliskan hal yang ditanyakan tapi tidak sesuai dengan
permintaan soal.
ο· Tidak dapat menjelaskan apa maksud soal secara
keseluruhan.
3 Transformasi
(transformation)
ο· Tidak mengubah informasi pada soal kedalam bentuk
pertidaksamaan kuadrat.
ο· Mengubah informasi pada soal kedalam bentuk
pertidaksamaan kuadrat tapi tidak tepat.
ο· Tidak dapat menjelaskan proses perubahan informasi
pada soal kedalam bentuk pertidaksamaan kuadrat.
ο· Tidak dapat menentukan langkah yang benar untuk
menyelesaikan bentuk pertidaksamaan kuadrat yang
didapatkan.
ο· Tidak dapat menjelaskan alasan memilih langkah
penyelesaian yang digunakan dengan tepat.
4 Keterampilan Proses
(process Skill)
ο· Kesalahan dalam komputasi.
ο· Kesalahan dalam menentukan titik pembuat nol
pertidaksamaan (salah dalam pemfaktoran,
melengkapkan kuadrat sempurna atau dalam
menggunakan rumus kuadrat).
ο· Kesalahan dalam menentukan daerah himpunan
33. 18
penyelesaian pertidaksamaan kuadrat (salah dalam
menggambar grafik, salah dalam menggunakan metode
aljabar atau salah dalam melakukan uji titik pada daerah
himpunan penyelesaian).
ο· Tidak dapat melanjutkan prosedur penyelesaian (macet).
ο· Tidak tepat dalam menjelaskan proses menentukan titik
pembuat nol pertidaksamaan.
ο· Tidak tepat dalam menjelaskan proses menentukan
daerah himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat.
5 Penulisan Jawaban
(encoding)
ο· Menuliskan himpunan penyelesaian pertidaksamaan
kuadrat yang tidak tepat.
ο· Menyebutkan jawaban yang tidak sesuai dengan soal.
C. Soal Cerita
Soal yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah soal
cerita. Awofala dkk (201l:3) menjelaskan bahwa soal cerita merujuk pada masalah
yang disajikan dengan lebih banyak kalimat cerita dibandingkan simbol
matematis. Soal cerita sebenarnya merupakan modifikasi dari soal hitungan yang
disajikan dalam bentuk cerita, sehingga soal tersebut dapat disesuaikan dengan
kehidupan sehari-hari siswa (Sulistyowati, 2012:12). Haghverdi (2011:137)
menyatakan bahwa soal cerita membantu siswa menggunakan pengetahuan
matematis mereka untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa terdapat tiga level soal cerita, antara
lain: (l) the verbal formulation, (2) the underlying mathematical relation, (3) the
symbolic mathematical expression. Sedangkan menurut Dawe (2012:l) menyata-
kan bahwa terdapat tiga tipe soal cerita matematika, yaitu: (l) soal cerita dengan
operasi sederhana, (2) cerita matematis, dan (3) teka-teki matematika. Selain itu,
soal cerita juga dibagi menjadi dua tipe, yaitu rutin dan non-rutin. Salah satu
contoh soal non-rutin adalah problem solving.
34. 19
Miftachuddin (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa pedoman yang
harus diikuti dalam mengembangkan soal uraian, yaitu: l) menentukan tingkat
berpikir siswa yang akan mengerjakan tes, 2) soal hendaknya mengungkapkan
permasalahan yang menyangkut proses berpikir dan pemahaman, 3) membuat
pertanyaan dengan rumusan yang jelas dan tidak ambigu, 4) pertanyaan pada soal
uraian diharapkan memberikan hasil berupa pendapat dan bukan merupakan peng-
ungkapan fakta.
D. Materi Pertidaksamaan Kuadrat
Semua pertidaksamaan yang ekuivalen dengan salah satu bentuk:
ππ₯2
+ ππ₯ + π < 0
ππ₯2
+ ππ₯ + π > 0
ππ₯2
+ ππ₯ + π β€ 0
ππ₯2
+ ππ₯ + π β₯ 0
dimana π, π, dan π bilangan real dan π β 0, disebut sebagai pertidaksamaan
kuadrat. Sedangkan yang dimaksud pertidaksamaan sendiri adalah suatu kalimat
dengan <, >, β€, ππ‘ππ’ β₯ sebagai kata kerjanya (Beecher dkk, 2007). Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh dan bukan contoh pertidaksamaan kuadrat pada
Gambar 2.6 berikut.
Pertidaksamaan Kuadrat Bukan Pertidaksamaan Kuadrat
1. π₯2
β 2π₯ + 5 < 8 a. π₯2
β 2π₯ + 5 = 8
2.
1
2
π₯2
+
2
5
π₯ > 0 b. β9π₯ + 3 β€ 7
3. π‘2
β 12π‘ + 15 β₯ 0 c. π3
+ π2
= 5
Gambar 2.6 Contoh dan Bukan Contoh Pertidaksamaan
Kuadrat
35. 20
Dari Gambar 2.6 tersebut dapat dilihat bahwa 1, 2, dan 3 adalah pertidaksamaan
kuadrat, sedangkan π, π, dan π bukan pertidaksamaan kuadrat. Point π yang ter-
dapat pada gambar 1 di atas, antar kedua ruas menggunakan tanda hubung sama
dengan (=) yang artinya point π bukan pertidaksamaan kuadrat melainkan per-
samaan kuadrat, point π bukan pertidaksamaan kuadrat karena pangkat tertinggi
variabelnya bukan 2, sedangkan point π juga bukan pertidaksamaan kuadrat
karena pangkat tertinggi variabelnya bukan 2 dan juga antar kedua ruas
menggunakan tanda penghubung sama dengan (=).
Pada materi pertidaksamaan linear, terdapat beberapa sifat yang juga
digunakan dalam materi pertidaksamaan kuadrat ini. Sifat-sifat tersebut antara lain
(Bartle & Sherbert, 2000):
Untuk π, π, π β β berlaku:
(i) Jika π β 0, maka π2 > 0.
(ii) Jika π > π, maka π < π.
(iii) Jika π > π dan π > π, maka π > π.
(iv) Jika π > π, maka π + π > π + π.
(v) Jika π > π dan π > 0, maka ππ > ππ.
(vi) Jika π > π dan π < 0, maka ππ < ππ.
(vii) Jika ππ > 0, maka π > 0 πππ π > 0 atau π < 0 πππ π < 0.
(viii) Jika ππ < 0, maka π < 0 πππ π > 0 atau π > 0 πππ π < 0.
36. 21
1. Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat, Kanginan (2013)
berpendapat bahwa terdapat tiga metode yang sudah umum dikenal, yaitu: metode
grafik, metode aljabar, dan metode titik uji (test point).
a. Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat Dengan Metode Grafik
Dalam menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan metode grafik ter-
dapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkahnya antara
lain:
(1) Ubah pertidaksamaan kuadrat menjadi bentuk umum (ruas kanan 0).
(2) Tentukan pembuat nol dengan mengubah tanda pertidaksamaan dengan tanda
β=β.
(3) Tentukan titik puncak dan jenis parabola dengan melihat koefesien π₯2.
(4) Plot pembuat nol kemudian buatlah sketsa grafiknya.
(5) Tentukan penyelesaian dengan melihat daerah yang memenuhi tanda
pertidaksamaan kuadrat dalam bentuk umum.
Contoh:
Tentukan semua π₯ β β yang memenuhi 10π₯ β π₯2
β₯ 24.
Penyelesaian:
Langkah 1: Ubah pertidaksamaan kuadrat menjadi bentuk umum (ruas kanan 0).
10π₯ β π₯2
β₯ 24
10π₯ β π₯2
β 24 β₯ 0 (kedua ruas ditambah dengan β24)
37. 22
Langkah 2: Tentukan pembuat nol dengan mengubah tanda ketaksamaan dengan
tanda β=β.
βπ₯2 + 10π₯ β 24 = 0
π₯2 β 10π₯ + 24 = 0 (kedua ruas dikali dengan β1)
π₯ β 4 π₯ β 6 = 0
π₯ β 4 = 0 atau π₯ β 6 = 0
π₯ = 4 atau π₯ = 6
Langkah 3: Tentukan titik puncak dan jenis parabola dengan melihat koefesien
dari π₯2.
βπ₯2 + 10π₯ β 24 = 0
π₯ ππ’ππππ =
βπ
2π
=
β(10)
2(β1)
= 5
π¦ ππ’ππππ = βπ₯2 + 10π₯ β 24
= β(5)2
+ 10 5 β 24 = β25 + 50 β 24 = 1
Jadi, titik puncaknya adalah (5, 1). Parabolanya terbuka ke bawah
karena koefesien dari π₯2 yaitu π = β1 < 0.
Langkah 4: Plot pembuat nol dan titik puncak kemudian buatlah sketsa grafiknya.
Pembuat nol adalah π₯ = 4 dan π₯ = 6 titik potong dengan sumbu π₯
adalah (4, 0) dan (6, 0), titik puncaknya adalah (5, 1) dan
parabolanya terbuka ke bawah, maka dapat dibuat sketsa grafiknya
seperti pada Gambar 2.7 berikut.
38. 23
Langkah 5: Tentukan penyelesaian dengan melihat daerah yang memenuhi tanda
pertidaksamaan kuadrat dalam bentuk umum.
Parabola membagi sumbu π₯ menjadi tiga interval:
ο· Interval π₯ β€ 4 dengan π¦ β€ 0
ο· Interval 4 β€ π₯ β€ 6 dengan π¦ β₯ 0
ο· Interval π₯ β₯ 6 dengan π¦ β€ 0
Karena yang diminta adalah interval ketika 10π₯ β π₯2
β 24 β₯ 0, maka
yang memenuhi adalah daerah yang diraster pada Gambar 2.1, yaitu
interval 4 β€ π₯ β€ 6.
Jadi, semua π₯ β β yang memenuhi 10π₯ β π₯2
β₯ 24 adalah 4 β€ π₯ β€ 6.
Gambar 2.7 Grafik π = πππ β π π
β ππ
39. 24
b. Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat Dengan Metode Aljabar
Dalam menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan metode aljabar ini
sebenarnya yang kita menggunakan sifat aturan hasil kali nol dari dua faktor yaitu
sifat (vii) dan (viii). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
(1) Ubah pertidaksamaan kuadrat menjadi bentuk umumnya dengan koefesien π₯2
diusahakan positif supaya mudah.
(2) Faktorkan ruas kiri persamaan menjadi dua faktor
(3) Selesaikan pertidaksamaan bentuk perkalian dua faktor dengan menggunakan
sifat aturan hasil kali nol dari dua faktor.
Contoh:
Tentukan semua π₯ β β yang memenuhi 10π₯ β π₯2
β₯ 24.
Penyelesaian:
Langkah 1: Ubah pertidaksamaan kuadrat menjadi bentuk umum dengan
koefesien π₯2 dijadikan positif supaya mudah.
10π₯ β π₯2
β₯ 24
10π₯ β π₯2
+ β24 β₯ 24 + (β24) (kedua ruas ditambah β24)
10π₯ β π₯2
β 24 β₯ 0
β1 10π₯ β π₯2
β 24 β€ (β1)0 (kedua ruas dikali β1)
π₯2 β 10π₯ + 24 β€ 0
Langkah 2: Faktorkan ruas kiri menjadi dua faktor
π₯2 β 10π₯ + 24 β€ 0
π₯ β 4 π₯ β 6 β€ 0
Langkah 3: Selesaikan pertidaksamaan bentuk perkalian dua faktor dengan
menggunakan sifat aturan hasil kali nol dari dua faktor.
Sifat (viii): Jika ππ < 0, maka π < 0 πππ π > 0 atau π > 0 πππ π < 0
40. 25
Karena π₯ β 4 π₯ β 6 β€ 0, maka yang memenuhi adalah
1. π₯ β 4 β€ 0 dan π₯ β 6 β₯ 0 atau
2. π₯ β 4 β₯ 0 dan π₯ β 6 β€ 0
Pada kasus (1) kita dapat π₯ β€ 4 dan π₯ β₯ 6, yang mana tidak ada π₯
yang memenuhi.
Pada kasus (2) kita dapat π₯ β₯ 4 dan π₯ β€ 6, yang mana hanya dipenuhi
jika dan hanya jika 4 β€ π₯ β€ 6.
Sehingga nilai π₯ yang memenuhi adalah 4 β€ π₯ β€ 6.
Jadi, semua π₯ β β yang memenuhi 10π₯ β π₯2
β₯ 24 adalah 4 β€ π₯ β€ 6.
c. Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat Dengan Metode Titik Uji (Test
Point)
Diantara ketiga metode, yang paling sering digunakan adalah metode titik
uji (test point). Dalam metode titik uji ini kita menyelesaikan pertidaksamaan
kuadrat dengan menggunakan bantuan garis bilangan dan menentukan tanda suatu
daerah dengan menguji salah satu titik dalam daerah tersebut. Oleh karena itu
metode penyelesaian ini dinamakan metode titik uji. Adapun langkah-langkah
dalam menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan metode titik uji adalah
sebagai berikut.
(1) Ubah pertidaksamaan kuadrat menjadi bentuk umumnya dengan koefesien π₯2
diusahakan positif supaya mudah.
(2) Tentukan pembuat nol dengan mengubah tanda pertidaksamaan dengan tanda
β=β.
41. 26
(3) Plot pembuat nol pada garis bilangan. Jika tanda pertidaksamaan adalah β€ 0
atau β₯ 0 maka pembuat nol termasuk penyelesaian dan diberi tanda bulat
hitam. Sedangkan jika tanda pertidaksamaan adalah < 0 atau > 0 maka
pembuat nol tidak termasuk penyelesaian dan diberi tanda bulat kosong.
(4) Pembuat nol akan membagi garis bilangan menjadi beberapa daerah.
Tentukan tanda setiap daerah cukup dengan mengambil wakil salah satu titik
pada setiap daerah dan menguji tandanya dengan mensubtitusikan kedalam
pertidaksamaan.
(5) Daerah yang memenuhi pertidaksamaan adalah daerah yang tandanya sama
dengan pertidaksamaan.
Contoh:
1. Tentukan semua π₯ β β yang memenuhi 10π₯ β π₯2
β₯ 24.
Penyelesaian:
Langkah 1: Ubah pertidaksamaan kuadrat menjadi bentuk umum dengan
koefesien π₯2 dijadikan positif supaya mudah.
10π₯ β π₯2
β₯ 24
10π₯ β π₯2
β 24 β₯ 0 (kedua ruas ditambah dengan β24)
π₯2 β 10π₯ + 24 β€ 0 (kedua ruas dikali dengan β1)
Langkah 2: Tentukan pembuat nol dengan mengubah tanda ketaksamaan dengan
tanda β=β.
π₯2 β 10π₯ + 24 = 0
π₯ β 4 π₯ β 6 = 0
π₯ β 4 = 0 atau π₯ β 6 = 0
42. 27
π₯ = 4 atau π₯ = 6
Langkah 3: Plot pembuat nol pada garis bilangan. Karena tanda pertidaksamaan
adalah β€ 0, berarti pembuat nol termasuk penyelesaian. Karena itu
pembuat nol pada garis bilangan diberi tanda bulat hitam seperti pada
Gambar 2.8 berikut.
Karena terdapat dua pembuat nol yaitu π₯ = 4 dan π₯ = 6, maka
pembuat nol membagi garis bilangan menjadi tiga daerah, yaitu:
daerah (i) π₯ β€ 4,
daerah (ii) 4 β€ π₯ β€ 6 dan
daerah (iii) π₯ β₯ 6
Langkah 4: Tentukan tanda setiap daerah cukup dengan mengambil wakil salah
satu titik pada setiap daerah dan menguji tandanya dengan
mensubtitusikan kedalam pertidaksamaan.
Daerah (i), ambil π₯ = 0, subtitusi pada pertidaksamaan diperoleh:
02
β 10 0 + 24 = 24 > 0 (daerah positif)
Daerah (ii), ambil π₯ = 5, subtitusi pada pertidaksamaan diperoleh:
52
β 10 5 + 24 = 25 β 50 + 24 = β1 < 0 (daerah negatif)
Daerah (iii), ambil π₯ = 10, subtitusi pada pertidaksamaan diperoleh:
102
β 10 10 + 24 = 100 β 100 + 24 = 24 > 0 (daerah positif)
4 6
Gambar 2.8 Pembuat Nol Pada Garis Bilangan
43. 28
Agar lebih jelas, perhatikan Gambar 2.9 berikut.
Daerah yang memenuhi pertidaksamaan adalah daerah yang bernilai negatif,
yaitu daerah 4 β€ π₯ β€ 6.
Jadi, semua π₯ β β yang memenuhi 10π₯ β π₯2
β₯ 24 adalah 4 β€ π₯ β€ 6.
1054 60
β β β + + ++ + +
Gambar 2.9 Tanda Daerah Himpunan Penyelesaian
44. 29
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan diuraikan gambaran tentang penelitian yang akan
dilaksanakan. Uraian tersebut meliputi pendekatan dan jenis penelitian, instrumen
penelitian, sumber data, lokasi dan subjek penelitian, prosedur pengumpulan data,
analisis data dan tahap β tahap penelitian.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Berikut
diberikan penjelasan singkat tentang kedua hal tersebut.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuali-
tatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan
mendeskripsikan tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian yang antara lain
meliputi apa saja kesalahan dan faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pertidaksamaan kuadrat berdasarkan prosedur
analisis kesalahan Newman. Selain itu, instrumen utama penelitian ini adalah
peneliti sendiri meskipun dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan
bantuan lembar soal tes tertulis dan juga lembar pedoman wawancara. Kedua
alasan ini sesuai dengan karakteristik pendekatan kualitatif yang disebutkan
Alwasilah (2011:61).
45. 30
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan
utama penelitian ini serupa dengan tujuan penelitian deskriptif. Seperti yang
dikatakan oleh Darmadi (2011:145) bahwa tujuan utama penelitian deskriptif
adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau
subjek yang diteliti secara tepat.
B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama
yang tak lain adalah peneliti sendiri dan instrument pendukung yaitu lembar soal
tes tertulis dan lembar pedoman wawancara. Berikut diberikan penjelasan singkat
tentang hal tersebut.
1. Instrument Utama
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, instrumen utama
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat mulai
dari tahap persiapan yang meliputi observasi sampai pengembangan desain, tahap
pelaksanaan yang meliputi proses pengumpulan data hingga analisis data, dan
tahap pelaporan.
2. Instrumen Pendukung
Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen pen-
dukung berupa lembar soal tes tertulis dan juga pedoman wawancara. Berikut
diberikan penjelasan singkat tentang hal tersebut.
46. 31
a. Lembar Soal Tes Tertulis
Instrumen berupa lembar soal tes tertulis pada penelitian ini adalah lembar
soal tes yang terdiri atas 2 soal cerita pertidaksamaan kuadrat. Lembar soal tes
tertulis tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui apa yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Sebelum diuji cobakan kepada
siswa, instrumen ini perlu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah
dosen pembimbing menyetujui, peneliti mengkonsultasikan kepada dua validator
yaitu dosen matematika dan guru matematika dengan tujuan agar instrumen yang
telah peneliti buat benar-benar valid dan layak untuk digunakan. Setelah
dinyatakan valid dan layak untuk digunakan, lembar soal tes tertulis ini akan diuji
cobakan kepada siswa dan diselesaikan siswa secara individu, dimaksudkan untuk
mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan.
b. Pedoman Wawancara
Instrumen pendukung ini berupa pedoman wawancara yang dibuat oleh
peneliti sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan. Pedoman
wawancara ini dibuat untuk acuan peneliti dalam melakukan wawancara kepada
subjek ketika menyelesaikan soal tes tertulis yang diberikan. Pedoman wawancara
ini bersifat semi terstruktur, subjek diajak mengemukakan pendapat dan ide-
idenya dengan penyelesaian masalah yang telah dibuat. Instrumen ini digunakan
pada saat mewawancarai subjek yakni selang beberapa hari setelah subjek
mengerjakan lembar soal tes tertulis. Apabila siswa mengalami kesulitan dengan
pertanyaan tertentu, maka peneliti akan mendorong subjek untuk merefleksi atau
memberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa menghilangkan inti
47. 32
permasalahan. Data yang diperoleh digunakan untuk menjawab apa yang bisa
diamati dari gejala-gejala yang muncul ketika subjek menjawab secara lisan.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa. Secara umum dalam wawancara ini, subjek diberikan perintah
dan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan prosedur analisis kesalahan Newman
seperti yang tertulis pada Tabel 2.1 dalam BAB II.
C. Sumber Data
Menurut pernyataan Lofland (dalam Moloeng, 2011:63), βsumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu maka
sumber data pada penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
tes tertulis dan hasil wawancaranya. Kesalahan siswa dalam mengerjakan tes tulis
dan juga hasil wawancara tersebut berperan sebagai sumber data primer. Sumber
data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti
dari sumber utama, yang dapat berupa kata-kata, nilai atau tindakan. Jenis data
yang diperoleh adalah data kualitatif. Data tersebut berupa deskripsi dari
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Surya Buana Malang pada semester
genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X
sebanyak 23 orang siswa. Dipilihnya siswa kelas X tersebut berdasarkan alasan
bahwa mereka sudah pernah mengenal materi pertidaksamaan kuadrat. Dari 23
siswa, peneliti memilih beberapa siswa sebagai subjek penelitian. Karena dalam
48. 33
instrumen soal tes tertulis terdapat 2 soal, maka ditentukan siswa yang dipilih
sebagai subjek untuk masing-masing soal.
Untuk soal nomor 1, Siswa yang dipilih adalah siswa yang mengerjakan
soal nomor 1 mulai dari bagian a sampai bagian c dengan benar tetapi melakukan
kesalahan dalam mengerjakan soal bagian d. Penentuan untuk soal nomor 1 ini
dikarenakan pada bagian a sampai bagian c, soal yang diberikan masih belum
memuat materi pertidaksamaan kuadrat melainkan soal materi sebelumnya yang
masih berkaitan dengan soal bagian d yang memuat materi pertidaksamaan
kuadrat. Soal nomor 1 mulai dari bagian a sampai bagian c tersebut digunakan
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pendahulu dari materi
pertidaksamaan kuadrat. Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa saja kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita
pertidaksamaan kuadrat, maka subjek yang dipilih adalah siswa yang sudah
menguasai materi prasyarat tetapi masih melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal pertidaksamaan kuadrat yang terdapat pada bagian d.
Penentuan ini juga berdasarkan kelancaran komunikasi siswa dalam
mengemukakan gagasannya serta mempertimbangkan masukan guru pengajar
matematika di sekolah tersebut. Agar lebih mudah memahami proses pemilihan
subjek penelitian untuk soal nomor 1, perhatikan Gambar 3.1 berikut.
49. 34
Sedangkan untuk soal nomor 2, siswa yang dipilih adalah siswa yang
mengerjakan soal cerita pertidaksamaan kuadrat yang terdapat pada soal tes
Gambar 3.1 Alur Pemilihan Subjek Penelitian Untuk Soal Nomor 1
Apakah
mengerjakan soal
bagian d?
Siswa diberikan soal tes tertulis materi
pertidaksamaan kuadrat yang terdiri atas 2 soal
Siswa mengerjakan
soal secara individu
Apakah mengerjakan
soal nomor 1 mulai
dari bagian a sampai
bagian c dengan
benar?
Ya
Tidak dipilih
Tidak
Tidak dipilih
Tidak
Ya
Tidak dipilih
Apakah siswa
melakukan
kesalahan?
Ya
Tidak
Apakah siswa
dapat me-
ngemukakan
gagasannya?
Ya
Tidak
Tidak dipilih
Dipilih sebagai subjek
50. 35
tertulis nomor 2 tetapi melakukan kesalahan. Sama halnya dengan penentuan
subjek untuk soal nomor 1, penentuan subjek untuk soal nomor 2 ini juga
berdasarkan kelancaran komunikasi siswa dalam mengemukakan gagasannya
serta mempertimbangkan masukan guru pengajar matematika di sekolah. Agar
lebih mudah memahami proses pemilihan subjek penelitian untuk soal nomor 2,
perhatikan Gambar 3.2 berikut
Gambar 3.2 Alur Pemilihan Subjek Penelitian Untuk Soal Nomor 2
Siswa diberikan soal tes tertulis
materi pertidaksamaan kuadrat
Siswa mengerjakan
soal secara individu
Apakah siswa
mengerjakan soal
nomor 2? Ya
Tidak dipilih
Tidak
Tidak dipilih
Apakah siswa
melakukan
kesalahan?
Ya
Tidak
Apakah siswa
dapat me-
ngemukakan
gagasannya?
Ya
Tidak
Tidak dipilih
Dipilih sebagai subjek
51. 36
Penentuan siswa yang dijadikan subjek penelitian dilakukan setelah
dilaksanakan tes tertulis. Dari pemilihan subjek penelitian ini, langkah selanjutnya
peneliti melaksanakan wawancara pada masing-masing subjek dengan prosedur
yang telah ditentukan.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, prosedur pengumpulan data dilakukan melalui 2 tahap
yaitu tes tertulis dan wawancara.
1. Tes Tertulis
Hasil pengumpulan data yang pertama adalah kesalahan siswa dari hasil
tes tertulis. Data ini berupa kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes dari
kedua soal yang diajukan. Dari data tersebut, selanjutnya diidentifikasi apa saja
kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan prosedur analisis kesalahan Newman
(NEA). Untuk membantu dalam proses identifikasi, peneliti melakukan wawan-
cara terhadap subjek yang telah ditentukan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah tes tertulis dan dipakai untuk melengkapi
temuan-temuan pada tes sebelumnya mengenai kesalahan yang dilakukan oleh
siswa. Prosedur wawancara dilakukan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Wawancara dilakukan satu per satu dari seluruh subjek dengan mengajukan per-
tanyaan-petanyaan seputar kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada tes tertulis.
Untuk menjaga fokus wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara.
Pertanyaan-pertanyaan pada pedoman wawancara dapat dilakukan dengan runtut
52. 37
ataupun tidak runtut. Hal ini tergantung pada bagaimana respon dan jawaban
siswa atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
E. Teknik Analisis Data
Data dari hasil penelitian yang diperoleh adalah data yang berupa kesalah-
an siswa dalam mengerjakan soal pada tes tertulis dan data berupa rekaman hasil
wawancara. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data-data tersebut terkumpul,
dengan rincian sebagai berikut.
1. Peneliti melakukan koreksi terhadap hasil pengerjaan siswa pada tes tertulis
untuk diidentifikasi terjadinya kesalahan.
2. Menentukan siswa-siswa yang akan menjadi subjek wawancara.
3. Wawancara dilakukan satu per satu kepada siswa yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam kegiatan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara
untuk mengantisipasi adanya data-data yang hilang.
4. Mengklasifikasikan terjadinya kesalahan dan jenisnya berdasarkan 5 aspek
kesalahan dalam analisis kesalahan Newman (NEA) dengan kriteria atau
indikator kesalahan. Kriteria kesalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2
dalam BAB II. Adapun prosedur dalam pengklasifikasianya adalah sebagai
berikut.
a. Menganalisis jawaban dari seluruh subjek yang ditentukan untuk soal
nomor 1.
b. Menuliskan kesalahan yang terjadi pada lembar rekapitulasi bentuk
kesalahan.
c. Melakukan tahapan (a) dan (b) untuk soal nomor selanjutnya.
53. 38
F. Tahap β tahap Penelitian
Adapun tahap β tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Merancang instrumen pendukung penelitian yaitu berupa soal tes yang terdiri
dari 2 butir soal uraian.
2. Selanjutnya instrumen-instrumen tersebut diujikan tingkat validitasnya kepada
validator.
3. Setelah instrumen dinyatakan valid oleh validator, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan tes tulis. Siswa diberikan soal cerita yang berjumlah 2 soal, dan
siswa diminta mengerjakan soal tersebut dalam waktu 45 menit dengan
prosedur pengerjaan yang telah ditentukan.
4. Peneliti mengoreksi lembar hasil pengerjaan siswa untuk mengetahui siapa
saja siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal.
5. Setelah mengetahui siapa saja siswa yang melakukan kesalahan, peneliti
meminta masukan pada guru pengajar matematika di sekolah untuk
mengetahui siapa saja diantara siswa tersebut yang dapat mengungkapkan
gagasannya dengan baik. Siswa tersebut selanjutnya dijadikan sebagai subjek
wawancara.
6. Peneliti melakukan wawancara satu per satu dengan seluruh subjek wawan-
cara dan mencatat hasil wawancara. Peneliti juga akan merekam hasil wawan-
cara untuk menghindari hilangnya data-data penting dalam wawancara.
7. Dari hasil rekaman yang ada, peneliti selanjutnya menganalisis apa saja
kesalahan yang dilakukan siswa. Analisis kesalahan pada tahap ini dilakukan
berdasarkan prosedur Analisis Kesalahan Newman seperti yang telah
dijelaskan.
54. 39
8. Peneliti menarik kesimpulan atas temuan-temuan dari data yang diperoleh.
Agar lebih mudah memahami tahap β tahap penelitian ini, perhatikan alur
penelitian pada Gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3 Alur Penelitian
Pemilihan subjek melakukan wawancara
Selesai
Menganalisis hasil penelitian
(tes tulis dan wawancara)
(
Menyusun kesimpulan
Data hasil tes tulis Data hasil
wawancara
Mulai
Merancang instrumen pendukung penelitian
Validasi instrumen penelitian
Memberikan tes tulis
Ya
Tidak
Apakah sudah
valid?
55. 40
BAB IV
HASIL DAN PAPARAN DATA
A. Hasil Penelitian
Hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dari dua tahap
yaitu mulai dari tahap perencanaan penelitian dan tahap pelaksanaan. Berikut akan
diuraikan mengenai kedua hal tersebut.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh meliputi 2 (dua) hal yakni
data tentang perizinan penelitian dan data pengujian instrumen penelitian.
Perizinan dimulai dengan pengajuan surat pengantar permohonan izin dari
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ke sekolah yang dituju yaitu
SMA Surya Buana Malang pada tanggal 28 April 2015. Selanjutnya peneliti
menyerahkan pengantar permohonan izin pelaksanaan penelitian dari fakultas ke
SMA Surya Buana Malang pada tanggal 4 Mei 2015. Hasil dari tahap ini berupa
surat izin penelitian. Surat perizinan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tahap selanjutnya adalah tahap pengujian instrumen penelitian oleh
validator. Instrumen penelitian digunakan untuk membantu peneliti dalam men-
dapatkan subjek penelitian dan juga untuk mendapatkan data berupa kesalahan
yang dilakukan oleh siswa selama pelaksanaan tes tertulis. Instrumen-instrumen
tersebut adalah lembar soal tes tertulis dan pedoman wawancara.
56. 41
Instrumen-instrumen tersebut selanjutnya diujikan kepada validator untuk
mengetahui apakah instrumen yang telah dibuat sudah valid. Instrumen yang
diujikan adalah instrumen yang berupa lembar soal tes tertulis. Lembar soal tes
tertulis diujikan kepada dua orang validator dengan kriteria seperti yang terlampir
pada Lampiran 2. Validator terdiri atas satu dosen Universitas Negeri Malang dan
satu guru Matematika SMA Surya Buana Malang. Berikut adalah nama-nama
validator instrumen penelitian.
a. Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M. Sc. selaku dosen di Universitas Negeri Malang.
b. Hario Wisnu Dwi Buono Putro S. Pd. selaku guru Matematika di SMA Surya
Buana Malang.
Berdasarkan hasil validasi instrumen oleh validator menunjukkan bahwa
instrumen yang diajukan harus direvisi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Adapun soal yang harus direvisi adalah pada soal nomor 1 yang awalnya seperti
pada Gambar 4.1 berikut.
direvisi menjadi lima poin soal yang mempunyai tingkat kesulitan bertahap.
Untuk poin pertama, diberikan luas taman (πΏ) = 24 m2
dan ditanyakan empat
pasang ukuran panjang (π) dan ukuran lebar (π) yang memenuhi. Untuk poin
kedua, ditanyakan keliling (πΎ) dari dari masing-masing pasangan ukuran panjang
Gambar 4.1 Instrumen Soal No. 1 Sebelum Revisi
57. 42
(π) dan ukuran lebar (π) yang didapatkan pada poin pertama. Untuk poin ketiga,
diberikan luas taman (πΏ) = 24 m2
dan keliling taman (πΎ) = 20 m, ditanyakan
ukuran panjang (π) dan ukuran lebar (π) yang memenuhi. Untuk poin keempat,
diberikan luas taman (πΏ) tidak kurang dari 24 m2
dan keliling taman (πΎ) = 20 m,
ditanyakan batas-batas ukuran panjang (π) dan ukuran lebar (π) yang memenuhi.
Sedangkan untuk poin terakhir, ditanyakan tiga pasang ukuran panjang (π) dan
ukuran lebar (π) yang memenuhi jawaban poin keempat. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
Sedangkan untuk soal nomor 2, validator menyatakan bahwa soal tidak perlu
direvisi hanya terdapat saran yaitu tidak perlu menyebutkan nama orang di dalam
soal. Untuk mengetahui bentuk lengkap instrumen soal yang telah direvisi dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 4.2 Instrumen Soal No. 1 Setelah Revisi
58. 43
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi dua tahap pengumpulan data yaitu
tes tertulis dan wawancara. Pada subbab ini akan diuraikan hasil dari masing-
masing tahap pengumpulan data.
a. Tes Tertulis
Tes tertulis pada penelitian ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 mei
2015 di SMA Surya Buana Malang dan diikuti oleh siswa kelas X sebanyak 23
orang. Dari tes tertulis ini diperoleh hasil bahwa hanya sedikit siswa yang
menjawab soal dengan benar. Untuk soal nomor 1, terdapat 17 orang siswa yang
menyelesaikan soal dengan benar sampai pada soal bagian b, 7 orang siswa
menyelesaikan soal dengan benar sampai pada soal bagian c, sedangkan untuk
bagian d, hanya terdapat 9 orang siswa yang mengerjakan dan 4 diantaranya dapat
menyelesaikan soal dengan benar. Dari 4 orang siswa yang dapat menyelesaikan
soal bagian d dengan benar, hanya 3 orang siswa yang dapat menyelesaikan soal
bagian e dengan benar. Selanjutnya untuk soal nomor 2, hanya terdapat 15 orang
siswa saja yang mengerjakan. Dari 15 orang siswa tersebut, terdapat 7 orang siswa
yang menjawab salah. Agar lebih jelas perhatikan Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil Tes Tertulis SMA Surya Buana Malang
No.
Siswa
No. Soal
1
2
a b c d e
1 B B S X X B
2 B B S X X X
3 B B S X X B
4 B B S X X X
5 K K S X X X
6 K K S X X X
59. 44
Lanjutan Tabel 4.1
No.
Siswa
No. Soal
1
2
a b c d e
7 B B B X X S
8 B B S X X S
9 B B S X X B
10 B B B B S S
11 B B S X X X
12 B B B B B S
13 K K S S S B
14 K K S X X X
15 B B B B B B
16 B B B B B S
17 B B B S X B
18 K K S X X B
19 B B S S S S
20 B B B S X B
21 B B S X X X
22 B B S X X X
23 K K S S S S
Keterangan:
B : Jawaban benar
S : Jawaban salah
K : Jawaban kurang
X : Tidak menjawab
Dalam penelitian ini, hasil tes tertulis dari seluruh siswa tidak ditampilkan
seluruhnya hanya hasil pekerjaan siswa yang dipilih sebagai subjek saja yang ikut
disertakan yaitu dapat dilihat pada Lampiran 4.
b. Wawancara
Setelah melakukan rekapitulasi hasil tes tertulis, selanjutnya ditentukan
siswa yang dijadikan subjek untuk dilakukan wawancara. Penentuan siswa
60. 45
tersebut dilakukan dengan memilih siswa yang mengerjakan soal tes tertulis
materi pertidaksamaan kuadrat tetapi melakukan kesalahan. Penentuan ini juga
berdasarkan kelancaran komunikasi siswa dalam mengemukakan gagasannya
serta mempertimbangkan masukan guru pengajar matematika di sekolah tersebut.
Untuk soal nomor 1, siswa yang dipilih adalah siswa yang dapat
menyelesaikan soal nomor 1 mulai dari bagian a sampai bagian c dengan benar
tetapi melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal bagian d. Dari hasil tes
tertulis yang telah diperoleh, siswa yang dapat menyelesaikan soal nomor 1 mulai
dari bagian a sampai bagian c dengan benar terdapat 7 orang siswa yaitu siswa
dengan nomor urut 7, 10, 12, 15, 16, 17 dan 20. Diantara 7 orang siswa tersebut,
terdapat 2 orang siswa yang melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal bagian
d yaitu siswa dengan nomor urut 17 dan 20. Berdasarkan masukan guru pengajar
matematika mereka, dua orang siswa tersebut dapat berkomunikasi dengan lancar
dan dapat mengemukakan gagasannya sehingga subjek yang dipilih untuk
diwawancarai untuk soal nomor 1 ini adalah dua orang siswa tersebut.
Sedangkan untuk soal nomor 2, siswa yang dipilih sebagai subjek adalah
siswa yang mengerjakan soal yang memuat materi pertidaksamaan kuadrat yang
terdapat pada nomor 2 tetapi melakukan kesalahan. Dari hasil tes tertulis yang
telah diperoleh, siswa yang mengerjakan soal nomor 2 terdapat 15 orang siswa.
Dari 15 orang siswa tersebut, terdapat 7 orang siswa yang menjawab salah yaitu
siswa dengan nomor urut 7, 8, 10, 12, 16, 19 dan 23. Dari 7 orang siswa tersebut,
berdasarkan masukan guru pengajar matematika mereka 7 orang siswa tersebut
dapat berkomunikasi dengan lancar tetapi hanya 2 orang siswa saja diantara
61. 46
mereka yang dapat mengemukakan gagasannya dengan baik yaitu siswa dengan
nomor urut 7 dan 12.
Dengan melakukan wawancara ini, dapat diketahui secara lebih detail apa
saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
Wawancara dilakukan satu per satu pada seluruh subjek dengan mengajukan
pertanyaan-petanyaan seputar kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada tes
tertulis. Untuk menjaga fokus wawancara, peneliti menggunakan pedoman
wawancara seperti yang terdapat pada Lampiran 5. Pertanyaan-pertanyaan pada
pedoman wawancara dapat dilakukan dengan runtut ataupun tidak runtut. Hal ini
tergantung pada bagaimana respon dan jawaban siswa atas pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Hasil dari wawancara dengan masing-masing subjek pada
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
B. Paparan Data Penelitian
Dalam subbab ini akan dipaparkan deskripsi dari hasil tes tertulis dan hasil
wawancara dengan siswa yang telah ditentukan sebagai subjek penelitian. Berikut
adalah pemaparannya.
1. Deskripsi Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek 1 (S1)
Siswa yang dipilih sebagai subjek 1 (S1) dalam penelitian ini adalah siswa
yang dapat menyelesaikan soal nomor 1 mulai dari bagian a sampai bagian c
dengan benar tetapi melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal bagian d.
Siswa yang memenuhi kriteria tersebut hanya terdapat 2 orang siswa yaitu siswa
dengan nomor urut 17 dan 20. Akan tetapi dalam penelitian ini siswa yang
ditentukan sebagai S1 adalah siswa dengan nomor urut 17.
62. 47
Ketika S1 menghadapi masalah yang berkaitan dengan materi pertidak-
samaan kuadrat seperti yang disajikan pada soal nomor 1 bagian d, S1 sudah dapat
membaca soal tersebut dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil wawancara
peneliti dengan S1 ketika peneliti menyuruh S1 untuk membaca soal nomor 1
bagian d, S1 sudah dapat membacanya dengan baik dan benar. Hasil dari tes
tertulis yang dituliskan oleh S1 terhadap soal nomor 1 bagian d tersebut juga
menunjukkan bahwa S1 sudah mengerti makna kata tidak kurang dari adalah lebih
dari atau sama dengan. Adapun jawaban dari S1 yang menunjukkan hal tersebut
disajikan pada Gambar 4.3 berikut.
Selain itu, S1 juga sudah dapat memahami soal dengan baik. Ketika
peneliti melakukan wawancara dengan S1 dan menanyakan apa informasi yang
diketahui dari soal, S1 dengan tegas dapat menjawabnya yaitu yang diketahui dari
soal 1 bagian d adalah terdapat suatu taman persegi panjang yang mempunyai luas (πΏ)
tidak kurang dari 24 m2
dan mempunyai keliling (πΎ) 20 m. Kemudian, S1 juga dapat
menjelaskan kepada peneliti bahwa yang dimaksud luas (πΏ) tidak kurang dari 24 m2
itu adalah luasnya harus lebih dari atau sama dengan 24 m2
. Tidak hanya itu, S1 juga
dapat menjelaskan pada peneliti bahwa yang ditanyakan oleh soal adalah batas-batas nilai
π dan juga batas nilai π. Berikut adalah cuplikan wawancara peneliti dengan S1.
Gambar 4.3 Makna Kata Tidak Kurang Dari Menurut S1
S1 sudah mengerti
makna kata tidak
kurang dari adalah
lebih dari atau sama
dengan
63. 48
Peneliti : βDari soal yang saudari baca itu, informasi apakah yang dapat
diketahui dari soal?β
S1 : βyang diketahui adalah bahwa terdapat suatu taman persegi
panjang yang mempunyai luas (πΏ) tidak kurang dari 24 m2
dan
mempunyai keliling (πΎ) 20 mβ.
Peneliti :β Tolong saya dijelaskan maksud dari luas tidak kurang dari 24 m2
itu bagaimana?β
S1 : βYa luasnya itu tidak boleh kurang dari 24 m2
. Jadi luasnya itu 24
m2
keatas, misalnya 25 m2
, 26 m2
, 28 m2
, dllβ.
Peneliti : βKalau misalkan luasnya 24 m2
boleh apa tidak?β
S1 : βYa bolehβ
Peneliti : βJadi bagaimana luas taman itu?β
S1 : βJadi luasnya itu harus lebih dari 24 m2
tapi luasnya juga boleh 24
m2
β.
Peneliti : βBaik, kita lanjutkan. Dari soal bagian d yang saudari bacakan
tadi pertanyaan apakah atau apakah yang ditanyakan soal itu?β
S1 : βYang ditanyakan adalah batas-batas nilai π dan nilai πβ.
Peneliti : βApa maksudnya itu? Tolong saya dijelaskan!β
S1 : βJadi yang ditanyakan itu adalah panjang (π) dan lebarnya (π)
yang memenuhi itu berapa saja, kan persegi panjang yang
mempunyai luas lebih dari 24 m2
itu ada banyakβ.
Setelah memahami masalah yang diberikan, S1 menyelesaikan masalah
tersebut dengan langkah yang sudah benar meskipun langkah yang dilakukan S1
tidak sama dengan langkah penyelesaian yang peneliti buat dalam kunci jawaban.
Langkah pertama yang S1 lakukan adalah menulis apa yang diketahui dari soal
dan menjabarkannya. S1 menuliskan πΏ β₯ 24 dan kemudian mengganti πΏ dengan
rumus luas persegi panjang yaitu π Γ π sehingga S1 mendapatkan π Γ π β₯ 24 dan
dengan mengalikan kedua ruas dengan
1
π
, S1 menuliskan π β₯
24
π
. Selain itu, S1
juga menuliskan πΎ = 20 dan kemudian mengganti πΎ dengan rumus keliling
persegi panjang yaitu 2(π + π) sehingga S1 mendapatkan 2 π + π = 20 dan
dengan membagi kedua ruas dengan 2, S1 menuliskan 10 = π + π. Langkah yang
dilakukan S1 tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
64. 49
Langkah yang dilakukan S1 tersebut juga dijelaskan kepada peneliti saat
wawancara. Berikut adalah cuplikannya.
Peneliti : βBaik, sekarang dari informasi yang diketahui dan yang
ditanyakan soal tersebut, bagaimana saudari menyelesaikannya?β
S1 : βPertama yang diketahui adalah luas tidak kurang dari 24 m2
yang
artinya seperti tadi. Nah itu kan dapat ditulis menjadi βπΏ β₯ 24 π2
β,
karena rumus luas persegi panjang adalah πΏ = π Γ π maka dapat
diganti menjadi π Γ π β₯ 24 π2
sehingga diperoleh π β₯
24
π
.
Kemudian diketahui juga keliling 20 m, rumus keliling adalah
πΎ = 2(π + π) sehingga dapat ditulis 20 = 2 π + π terus dibagi
dengan 2 jadinya 10 = π + π. Terus π diganti dengan yang ini tadi
(sambil menunjuk π β₯
24
π
) jadinya 10 β€
24
π
+ πβ.
Setelah mendapatkan kedua hal tersebut, yang dilakukan S1 adalah
mengganti π yang terdapat pada persamaan 10 = π + π dengan
24
π
. Akan tetapi,
dalam proses subtitusi tersebut, S1 melakukan kesalahan yaitu mengganti tanda β=β
dengan tanda ββ€β padahal seharusnya ββ₯β. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.5
berikut.
Gambar 4.4 Langkah Pertama S1 Ketika Menyelesaikan Soal Nomor 1
bagian d
65. 50
Dalam proses penggantian π yang terdapat pada persamaan 10 = π + π
dengan
24
π
, seharusnya S1 berangkat dari π β₯
24
π
kemudian kedua ruas ditambah dengan π
sehingga didapatkan π + π β₯
24
π
+ π, karena π + π = 10 maka diperoleh 10 β₯
24
π
+ π.
Akan tetapi, S1 tidak melakukan hal ini tetapi langsung mengganti π dengan
24
π
dan
tanpa alasan S1 juga mengganti tanda β=β dengan tanda ββ€β. Hal ini peneliti ketahui
dari hasil wawancara bahwa S1 juga tidak dapat menjelaskan alasannya mengganti
tanda β=β dengan tanda ββ€β. Berikut adalah cuplikan wawancara peneliti dengan S1.
Peneliti : βSebentar, π β₯
24
π
disubtitusi ke 10 = π + π kok bisa jadi 10 β€
24
π
+ π itu bagaimana?β
S1 : βKan tinggal mengganti π dengan
24
π
β.
Peneliti : βTerus tandanya kok bisa jadi ββ€β itu dari mana?β
S1 : β(diam sejenak) kan π β₯
24
π
, terus disubtitusi ke 10 = π + π itu kan
jadinya 10 β€
24
π
+ πβ.
Peneliti : βIya saya ngerti maksud kamu, tapi kok tanda β=β pada persamaan
10 = π + π itu bisa berubah menjadi ββ€β itu kenapa?β
S1 : βOh iya ya, kenapa ya? Ndak tahu pak heheβ
Meskipun S1 melakukan kesalahan dalam proses tersebut, S1 sebenarnya
mengetahui langkah penyelesaian dari masalah yang diberikan hanya saja
keterampilan proses yang dimiliki S1 masih kurang. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
Gambar 4.5 Kesalahan S1 dalam Menyelesaikan Soal Nomor 1 bagian d
S1 melakukan kesalahan
yaitu mengganti tanda β=β
dengan tanda ββ€β padahal
seharusnya ββ₯β
66. 51
pekerjaan S1 dalam melanjutkan penyelesaian masalah tersebut. Ketika
menentukan faktor dari π2
β 10π + 24 untuk dicari pembuat nolnya, S1 juga
melakukan kesalahan. Hasil pekerjaan S1 yang menunjukkan hal tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
2. Deskripsi Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek 2 (S2)
Siswa yang dipilih sebagai subjek 2 (S2) dalam penelitian ini adalah siswa
dengan kriteria yang sama dengan S1 yaitu siswa yang dapat menyelesaikan soal
nomor 1 mulai dari bagian a sampai bagian c dengan benar tetapi melakukan
kesalahan dalam mengerjakan soal bagian d. Karena siswa dengan nomor urut 17
telah ditentukan sebagai S1, maka yang ditunjuk sebagai S2 ini adalah siswa
dengan nomor urut 20.
Seperti halnya S1, ketika S2 menghadapi masalah yang berkaitan dengan
materi pertidaksamaan kuadrat seperti yang disajikan pada soal nomor 1 bagian d,
S1 juga melakukan
kesalahan dalam
menentukan faktor
dari π2
β 10π + 24
Gambar 4.6 Kesalahan S1 dalam Menentukan Faktor dari π
π
β πππ + ππ
67. 52
S2 sudah dapat membaca soal tersebut dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
wawancara peneliti dengan S2 ketika peneliti menyuruh S2 untuk membaca soal
nomor 1 bagian d, S2 sudah dapat membacanya dengan baik dan benar. Hasil dari
tes tertulis yang dituliskan oleh S2 terhadap soal nomor 1 bagian d tersebut juga
menunjukkan bahwa S2 sudah mengerti makna kata tidak kurang dari adalah lebih
dari atau sama dengan. Adapun jawaban dari S2 yang menunjukkan hal tersebut
disajikan pada Gambar 4.7 berikut.
Tidak hanya dapat menjawabnya, tetapi S2 juga dapat menjelaskan kepada
peneliti pada saat wawancara mengenai makna kata tidak kurang dari yang
terdapat pada soal yang diberikan tersebut. Berikut adalah cuplikan wawancara
peneliti dengan S2.
Peneliti : βNah sebentar, dari yang diketahui tadi maksudnya luas tidak
kurang dari 24 m2
itu apa?β
S2 : βBerarti kita harus mencari nilai π dan nilai π yang apabila
dimasukkan rumus dari luas persegi panjang yaitu π Γ π dia tidak
kurang dari nilai 24 m2
β.
Peneliti : βYa, maksudnya tidak kurang dari 24 m2
sendiri itu apa?β
S2 : βMaksudnya tidak kurang dari 24 m2
itu dia (berhenti sejenak
sambil bergumam) hmm hasil dari π Γ π ini tidak boleh kurang
dari 24, misalnya hasilnya 23 itu sudah nggak boleh. Jadi mulai
dari 24 sampai keatasβ.
Peneliti : βOh begitu ya, nah penulisan dalam bentuk matematikanya itu
bagaimana?β
S2 sudah mengerti
makna kata tidak kurang
dari adalah lebih dari
atau sama dengan
Gambar 4.7 Makna Kata Tidak Kurang Dari Menurut S2
68. 53
S2 : βLuas β₯ 24 m2
luas tidak kurang dari atau sama dengan 24 m2
(sambil menuliskan luas β₯ 24 m2
)β
Peneliti : βTidak kurang dari atau sama dengan? masa begitu bacanya?β
S2 : βOh iya iya, bacanya luas lebih dari atau sama dengan 24 m2β
.
S2 juga sudah dapat memahami soal dengan baik. Ketika peneliti
melakukan wawancara dengan S2 dan menanyakan apa informasi yang diketahui
dan yang ditanyakan dari soal seperti yang sebelumnya peneliti tanyakan pada S1,
S2 juga dengan tegas dapat menjawabnya yaitu yang diketahui dari soal 1 bagian
d adalah terdapat suatu taman persegi panjang yang mempunyai luas (πΏ) tidak kurang
dari 24 m2
dan mempunyai keliling (πΎ) 20 m, sedangkan yang ditanyakan oleh soal
adalah batas-batas nilai π dan juga batas nilai π. Berikut adalah cuplikan wawancara
peneliti dengan S2.
Peneliti : βDari soal yang saudara bacakan tadi, apa yang diketahui dari
soal? Jelaskan apa yang diketahui dari soal!β
S2 : βyang diketahui dari soal, soal menyebutkan bahwa luasnya tidak
kurang dari 24 m2
dan kelilingnya itu sama dengan 20 mβ.
Peneliti : βTerus dari yang diketahui itu yang ditanyakan soal apa?β
S2 : βyang ditanyakan adalah batas-batas nilai π dan nilai π yang akan
memenuhi angka tidak kurang dari 24 m2
dan keliling sama
dengan 20 mβ.
Berbeda dengan S1 setelah memahami masalah yang diberikan, S2 memilh
langkah untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mencoba-coba
menetapkan nilai π dan nilai π dari faktor 24. Dalam jawaban S2, dituliskan faktor
dari 24 yang dipilih adalah 6 untuk nilai π dan 4 untuk nilai π. Jawaban dari S2
yang menunjukkan hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut.
69. 54
Dari jawabannya tersebut, S2 menjelaskan pada peneliti ketika wawancara
bahwa faktor dari 24 yang lain misalnya 3 dan 8 bukan termasuk penyelesaian
dari masalah yang diberikan karena ketika dihitung kelilingnya tidak sama dengan
syarat keliling yang diberikan. Berikut adalah cuplikan wawancara peneliti
dengan S2.
Peneliti : βNah, dari yang diketahui soal dan yang ditanyakan soal seperti
yang saudara jelaskan tadi, bagaimana cara menyelesaikan itu?β
S2 : βKan tadi π Γ π β₯ 24 m2
, lha dari situ kita harus mencari nilai π
dan nilai π yang memenuhi. Terus kelilingnya 2(π + π) = 20β.
Peneliti : βIya terus dari situ diapakan?β
S2 : βYa dari situ kita masukkan nilai, kan rumus luas dari persegi
panjang itu πΏ = π Γ π, sedangkan yang diketahui itu luasnya ada
yang 24. Bilangan yang hasil kalinya 24 adalah 6 Γ 4, jadi
panjangnya 6 dan lebarnya 4. Kemudian jika dihitung kelilingnya,
kita peroleh hasil yang cocok yaitu 2(6 + 4) = 2(10) = 20 mβ.
Peneliti : βDapatnya panjang = 6 dan lebar = 4 itu tadi dari mana? Kok
tiba-tiba bisa muncul 6 sama 4 itu dari mana?β
S2 : βBilangan yang hasil kalinya itu 24β.
Peneliti : βFaktor dari 24 maksudnya, berarti dapatnya coba-coba gitu,
kalau 3 sama 8 kenapa kok tidak dipilih? Kan 3 sama 8 juga faktor
dari 24, memenuhi apa tidak kalau 3 sama 8?β
S2 : βKalau 3 sama 8 itu sebenarnya bisa karena luasnya jadi 24, tapi
kelilingnya kan tidak sama dengan 20β.
Setelah menjelaskan langkah dalam menyelesaikan, S2 menyatakan bahwa
jawaban dari masalah yang diberikan adalah nilai π = 6 dan nilai π = 4. Jawaban
dari S2 tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut.
S2 mencoba-coba
dalam menetapkan
nilai π dan nilai π
dari faktor 24
Gambar 4.8 Langkah-langkah S2 Ketika Menyelesaikan Soal
Nomor 1 bagian d
70. 55
Dari jawaban S2 tersebut, peneliti menanyakan kepada S2 ketika
wawancara mengenai jawabannya apakah jawaban tersebut sudah menjawab
masalah yang diberikan. Dengan yakin S2 menyatakan bahwa jawabannya
tersebut sudah menjawab masalah tanpa berpikir ulang. Berikut adalah cuplikan
wawancaranya.
Peneliti : βOh begitu, jadi jawaban soal ini yang mana?β
S2 : βJawabannya (sambil menulis nilai π = 6 dan nilai π = 4)β
Peneliti : βYakin itu jawabannya? Apakah itu sudah menjawab apa yang
ditanyakan soal?β
S2 : βIya, yang memenuhi kan π = 6 dan π = 4β.
Peneliti : βYasudah terimakasih kalau begituβ.
3. Deskripsi Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek 3 (S3)
Siswa yang dipilih sebagai subjek 3 (S3) dalam penelitian ini adalah siswa
melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal nomor 2. Dari hasil tes tertulis,
terdapat beberapa siswa yang melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal
nomor 2 yaitu siswa dengan nomor urut 7, 8, 10, 12, 16, 19 dan 23. Akan tetapi,
guru pengajar matematika mereka menyatakan bahwa hanya 2 orang siswa saja
diantara mereka yang dapat mengemukakan gagasannya dengan baik yaitu siswa
S2 menyatakan bahwa
jawaban dari masalah yang
diberikan adalah nilai
π = 6 dan nilai π = 4
Gambar 4.9 Jawaban S2 Terhadap Soal Nomor 1 bagian d
71. 56
dengan nomor urut 7 dan 12. Dengan demikian, siswa yang dipilih sebagai S3
adalah siswa dengan nomor urut 7.
Ketika S3 menghadapi masalah yang berkaitan dengan materi pertidak-
samaan kuadrat seperti yang disajikan pada soal nomor 2, S3 sudah dapat
membaca soal tersebut dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil wawancara
peneliti dengan S3 ketika peneliti menyuruh S3 untuk membaca soal nomor 2, S3
sudah dapat membacanya dengan baik dan benar. Hasil dari tes tertulis yang
dituliskan oleh S3 terhadap soal nomor 2 tersebut juga menunjukkan bahwa S3
sudah mengerti makna dari kalimat selisih antara luas lingkaran dan keliling
lingkaran tidak kurang dari 3π dan tidak lebih dari 24π adalah luas lingkaran (πΏ)
dikurangi keliling lingkaran (πΎ) lebih dari atau sama dengan 3π (πΏ β πΎ β₯ 3π) dan
kurang dari sama dengan 24π (πΏ β πΎ β€ 24π). Adapun jawaban dari S3 yang
menunjukkan hal tersebut disajikan pada Gambar 4.10 berikut.
Ketika peneliti melakukan wawancara dengan S3, ternyata S3 juga dapat
menjelaskan apa yang dituliskannya tersebut kepada peneliti. Berikut adalah
cuplikan wawancara peneliti dengan S3.
Peneliti :β Ya, maksud dari selisih antara luas lingkaran dan keliling
lingkaran itu tidak kurang dari 3π dan tidak lebih dari 24π itu
apa? Tolong dijelaskan!β
S3 sudah mengerti makna kata
selisih antara luas lingkaran dan
keliling lingkaran tidak kurang
dari 3π dan tidak lebih dari 24π
Gambar 4.10 Makna Kalimat Selisih antara Luas Lingkaran dan
Keliling Lingkaran Tidak Kurang Dari ππ dan Tidak Lebih
Dari πππ Menurut S3
72. 57
S3 : βMaksudnya yaitu luas lingkaran (πΏ) dikurangi keliling lingkaran
(πΎ) lebih dari sama dengan 3π (πΏ β πΎ β₯ 3π) dan kurang dari
sama dengan 24π (πΏ β πΎ β€ 24π)β.
S3 juga sudah dapat memahami soal dengan baik. Ketika peneliti
melakukan wawancara dengan S3 dan menanyakan apa informasi yang diketahui
dan yang ditanyakan dari soal nomor 2, S3 dengan tegas dapat menjawabnya yaitu
yang diketahui dari soal nomor 2 adalah bahwa terdapat suatu kolam berbentuk
lingkaran yang mempunyai selisih antara luas lingkaran dan keliling lingkaran itu tidak
kurang dari 3π dan tidak lebih dari 24π. Sedangkan yang ditanyakan dari soal adalah
semua jari-jari lingkaran (π) yang dapat memenuhi dari kedua syarat yang diberikan.
Berikut adalah cuplikan wawancara peneliti dengan S3.
Peneliti : βIya dari soal yang saudara bacakan tadi apa yang diketahui,
informasi apa yang diketahui dari soal tersebut?β
S3 : βInformasi yang dapat kita ketahui dari soal adalah bahwa selisih
antara luas lingkaran dan keliling lingkaran itu tidak kurang dari
3π dan tidak lebih dari 24πβ.
Peneliti :β Iya, jadi sudah tau maksudnya itu ya, terus yang ditanyakan soal
itu apa?β
S3 : βMenentukan semua π yang dapat memenuhi dari kedua syarat
yang ada itu tadiβ.
Setelah memahami masalah yang diberikan, S3 melanjutkan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang benar yaitu pertama
menentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan bentuk pertama
( πΏ β πΎ β₯ 3π) kemudian melanjutkan menentukan himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan bentuk kedua (πΏ β πΎ β€ 24π). Setelah mendapatkan himpunan
penyelesaian dari kedua pertidaksamaan tersebut, S3 mencari irisan dari kedua himpunan
penyelesaian tersebut. Jawaban S3 tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut.
73. 58
Ketika peneliti melakukan wawancara dengan S3 untuk mengetahui
langkah apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal nomor 2, S3 dapat
menjelaskan langkah yang dipilihnya kepada peneliti sesuai dengan apa yang S3
tuliskan dalam jawabannya. Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan S3.
Peneliti : βYa jadi untuk menyelesaikan itu, langkah apa yang saudara
kerjakan?β
S3 :β Langkah pertama itu menggunakan syarat yang pertama yaitu
πΏ β πΎ β₯ 3πβ.
Peneliti :β Iya itu diapakan dari syarat itu?β
S3 : βYa syarat pertama itu diselesaikanβ.
Peneliti : βSetelah syarat pertama itu tadi diselesaikan terus langkah
selanjutnya apa?β
S3 : βLangkah selanjutnya adalah menyelesaikan pertidaksamaan yang
kedua yaitu πΏ β πΎ β€ 24πβ.
Langkah-langkah S3
dalam menyelesaikan
soal nomor 2
Gambar 4.11 Langkah-langkah S3 dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2
74. 59
Setelah mengetahui langkah penyelesaian yang digunakan, S3 memulai
menyelesaikan syarat yang pertama dengan mengganti πΏ dengan rumus luas
lingkaran yaitu ππ2
dan mengganti πΎ dengan rumus keliling lingkaran yaitu 2ππ
sehingga diperoleh ππ2
β 2ππ β₯ 3π. Setelah itu, karena pada kedua ruas terdapat π maka
π dapat dicoret sehingga S3 menuliskan suatu bentuk pertidaksamaan yaitu π2
β 2π β
3 β₯ 0. Setelah itu, langkah yang dituliskan oleh S3 adalah menentukan faktornya dan S3
menuliskan faktornya adalah π + 3 (π β 1) disinilah terjadi kesalahan. Jawaban dari S3
yang menunjukkan kesalahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut.
Ketika peneliti melakukan wawancara dengan S3, peneliti mendapatkan
penjelasan dari S3 mengenai proses yang dilakukannya dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Setelah menjelaskan proses dalam menyelesaikan syarat yang pertama, peneliti
menanyakan kepada S3 mengenai hasil pemfaktorannya dan S3 akhirnya menyadari
bahwa hasil dari pemfaktoran yang dilakukannya itu salah. Berikut cuplikan wawancara
peneliti dengan S3.
Peneliti : βKalau sudah tahu langkah-langkahnya seperti itu, tolong jelaskan
pada saya bagaimana proses menyelesaikannya! Jelaskan untuk
syarat yang pertama duluβ.
S3 : βDengan menggunakan syarat yang pertama yaitu πΏ β πΎ β₯ 3π. πΏ
diganti dengan rumus luas lingkaran yaitu ππ2
dan πΎ diganti
S3 melakukan kesalahan
dalam menentukan faktor
dari π2
β 2π β 3
Gambar 4.12 Kesalahan S3 dalam Menentukan Faktor dari π π
β ππ β π
75. 60
dengan rumus keliling lingkaran yaitu 2ππ sehingga diperoleh
ππ2
β 2ππ β₯ 3π. Dari situ, kedua ruas terdapat π maka π dapat
dicoret sehingga didapat suatu bentuk pertidaksamaan yaitu
π2
β 2π β 3 β₯ 0. Dari situ dapat difaktorkan menjadi π + 3 (π β
1) β₯ 0 sehingga ketemu π = β3 atau π = 1. Kemudian ditentukan
himpunan penyelesaiannya yaitu π β€ β3 atau π β₯ 1β.
Peneliti :β Sebentar, apakah itu sudah benar pemfaktorannya? Apakah
faktor dari π2
β 2π β 3 itu adalah π + 3 (π β 1)? Coba dicek!β
S3 : β(diam sambil menghitung hasil dari π + 3 (π β 1)) Oh iya, hasil
dari π + 3 (π β 1) itu bukan π2
β 2π β 3 tetapi π2
+ 2π β 3.
Salah berarti pekerjaan sayaβ.
Peneliti : βYasudah tidak apa-apaβ.
Hanya dikarenakan oleh kecerobohan S3 dalam pemfaktoran tersebut
sehingga jawaban dari S3 menjadi salah padahal ketika S3 melanjutkan
menentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan bentuk kedua yaitu
πΏ β πΎ β€ 24π, S3 tidak melakukan kesalahan dalam menentukan faktor dari π2
β 2π β
24 untuk dicari pembuat nolnya. Begitu juga pada saat menentukan irisan dari kedua
himpunan penyelesaian yang didapat dari kedua syarat S3 juga tidak melakukan
kesalahan. Akan tetapi, karena himpunan penyelesaian yang didapat S3 dari syarat
pertama sudah salah maka S3 juga mendapatkan jawaban akhir yang salah pula. Jawaban
dari S3 dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut.
4. Deskripsi Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek 4 (S4)
Siswa yang dipilih sebagai subjek 4 (S4) dalam penelitian ini adalah siswa
dengan kriteria yang sama dengan S3 yaitu siswa yang melakukan kesalahan
dalam mengerjakan soal nomor 2. Karena siswa dengan nomor urut 7 telah
S3 mendapatkan
jawaban akhir yang
salah
Gambar 4.13 Jawaban S3 Terhadap Soal Nomor 2
76. 61
ditentukan sebagai S3, maka yang ditunjuk sebagai S4 ini adalah siswa dengan
nomor urut 12.
Sama halnya dengan S3 dalam menghadapi masalah yang berkaitan
dengan materi pertidaksamaan kuadrat seperti yang disajikan pada soal nomor 2,
S4 juga sudah dapat membaca soal tersebut dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh
ketika peneliti menyuruh S4 untuk membaca soal nomor 2, S4 sudah dapat
membacanya dengan baik dan benar. Hasil dari tes tertulis yang dituliskan oleh S4
terhadap soal nomor 2 tersebut juga menunjukkan bahwa S4 sudah mengerti
makna kalimat selisih antara luas lingkaran dan keliling lingkaran tidak kurang
dari 3π dan tidak lebih dari 24π adalah luas lingkaran (πΏ) dikurangi keliling lingkaran
(πΎ) lebih dari atau sama dengan 3π (πΏ β πΎ β₯ 3π) dan kurang dari sama dengan 24π
(πΏ β πΎ β€ 24π). Adapun jawaban dari S4 yang menunjukkan hal tersebut disajikan
pada Gambar 4.14 berikut.
Pada saat wawancara, ketika peneliti menanyakan hal yang sama seperti
kepada S3 mengenai apa informasi yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal
nomor 2, S4 juga dengan tegas dapat menjawab dan menjelaskan kepada peneliti
S4 sudah mengerti
makna kata selisih
antara luas lingkaran
dan keliling lingkaran
tidak kurang dari 3π
dan tidak lebih dari 24π
Gambar 4.14 Makna Kalimat Selisih antara Luas Lingkaran dan
Keliling Lingkaran Tidak Kurang Dari ππ dan Tidak Lebih
Dari πππ Menurut S4
77. 62
mengenai informasi yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal nomor 2
tersebut. Meskipun pada saat peneliti menanyakan contoh β₯ 3π S4 sempat
menjawab tidak tepat, namun setelah ditanya lagi S4 dapat meralat jawabannya menjadi
benar. Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan S4.
Peneliti : βDari soal yang saudara bacakan tadi jelaskan apa yang diketahui
dari soal tersebut?β
S4 : βyang diketahui adalah selisih antara luas lingkaran dan keliling
lingkaran tidak kurang dari 3π dan tidak lebih dari 24πβ.
Peneliti : βTolong saya dijelaskan apa maksud dari selisih antara luas
lingkaran dan keliling lingkaran tidak kurang dari 3π itu apa?
Terus luas lingkaran dan keliling lingkaran tidak lebih dari 24π
itu apa? Maksudnya itu bagaimana?β
S4 : βMaksudnya selisih antara luas lingkaran dan keliling lingkaran
tidak kurang dari 3π itu πΏ β πΎ β₯ 3πβ.
Peneliti : βBerarti itu contohnya berapa saja? β₯ 3π itu berapa saja
contohnya?β
S4 : βYa 3π, 2π, 1πβ.
Peneliti : βApa benar itu β₯ 3π?β
S4 : ββ₯ 3π itu maksudnya 3π juga ikut termasukβ.
Peneliti : βiya 3π terus berapa tadi? masa 2π itu β₯ 3π?β
S4 : βOh iya maaf salah, β₯ 3π itu ada 3π, 4π, 5π, dst.β
Peneliti : βya itu tadi selisih antara luas lingkaran dan keliling lingkaran
tidak kurang dari 3π. Terus kalau luas lingkaran dan keliling
lingkaran tidak lebih dari 24π itu bagaimana maksudnya?β
S4 : βyang itu ya berarti πΏ β πΎ β€ 24πβ.
Peneliti : βyasudah, itu tadi yang diketahui dari soal, sekarang yang
ditanyakan soal itu apa?β
S4 : βyang ditanyakan itu semua π yang memenuhiβ.
Setelah memahami masalah tersebut, S4 menyelesaikannya dengan
langkah penyelesaian dimulai dari menyelesaikan syarat pertama yaitu πΏ β πΎ β₯ 3π
sampai didapatkan himpunan penyelesaiannya. Setelah menyelesaikan syarat pertama, S4
kemudian menyelesaikan syarat kedua yaitu πΏ β πΎ β€ 24π juga sampai mendapatkan
himpunan penyelesaiannya. Dari kedua himpunan penyelesaian yang telah diperoleh
tersebut, S4 menentukan irisannya. Hal ini peneliti ketahui dari melihat jawaban dari S4
yang dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut.