Tulisan ini mengungkap Tafsir Syiah Zaydiyah yang paparkan oleh Imam al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir. Yang menarik dari tulisan ini, kendati madzhabnya syiah Zaidiyah, namun gagasan dan pemikirannya sering sejalan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. selain itu, tulisan ini menelisik corak pemikiran kalam dalam tafsir Fath al-Qadir.
Islam diturunkan Allah SWT kepada manusia seluruhnya melalui dakwah dan pengajaran agung Rasulullah ﷺ sebagai rahmah bagi seluruh alam, serta penutup seluruh para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan syariah (aturan) Allah SWT dimuka bumi bagi seluruh alam.
Al Qur’an adalah sumber syariat Islam itu, yang mampu menjawab segala sesuatu permasalah manusia. Permasalahan yang sering muncul adalah tentang Allah SWT itu sendiri, tentang ketuhanan dan kekuasaanNya. Umat Islam banyak yang menjawab permasalahan ini, baik secara aqly (akal) maupun naqly (menggunakan nash). Keduanya dibenarkan oleh syariat untuk ma’rifat (mengenal) kepada Allah SWT, tanpa ada pertentangan dari keduanya.
Adapun mengenal Allah SWT melalui nash (Al Qur’an) salah satunya adalah dengan menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Tafsir sangat diperlukan dalam memahami secara mendalam ayat Al Quran terutama karena memandang ada yang masih sangat sulit difahami seperti ayatayat musyâbihât.
Tafsir yang utama dan pertama dari Al Qur’an tidak lain adalah As Sunnah. Sehingga tidak diperkenankan menafsirkan Al Qur’an berlawanan dengan As Sunnah, bahkan wajib bagi As Sunnah menyoroti tiap-tiap tafsir yang hendak di tafsirkan oleh seorang mufassir. Ini dijelaskan Allah SWT dalam Al Qur’an sebagai berikut:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ٤٤
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu (Muhammad) menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (Q.S an Nahl: 44)
Tentu saja setelah penafsiran dari As Sunnah adalah penafsiran dari para sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ , sebab mereka hadir saat ayat-ayat Al Qur’an diturunkan dan mengetahui sebab-sebab turunnya ayat (asbab an nuzul). Kemudian generasi tabi’in dan generasi selanjutnya yakni para tabi’ut tabi’in dan para ulama setelahnya yang menafsirkan Al Qur’an dengan metode dan syarat-syarat tertentu seorang ulama mufassir.
Oleh sebab itu, sangatlah tepat apabila penafsiran ayat-ayat Al Qur’an mengenai Allah SWT dapat dilihat dari kajian As Sunnah, atsar sahabat, dan generasi ulama setelahnya.
Mata kuliah Ulumul Qur'an dengan topik Imam Ar-Razi dan Metodologinya dalam Tafsir. Imam Ar-Razi menggunakan metode tafsir bil ra'yi (tafsir menggunakan pendekatan akal, nalar dan kontekstual). Memasukkan metode munasabah (kolerasi) ayat ke ayat lain dan surat dengan surat lain yang tidak digunakan oleh para mufassir bil al'ma'tsur.
Semoga bermanfaat ya!
Tulisan ini mengungkap Tafsir Syiah Zaydiyah yang paparkan oleh Imam al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir. Yang menarik dari tulisan ini, kendati madzhabnya syiah Zaidiyah, namun gagasan dan pemikirannya sering sejalan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. selain itu, tulisan ini menelisik corak pemikiran kalam dalam tafsir Fath al-Qadir.
Islam diturunkan Allah SWT kepada manusia seluruhnya melalui dakwah dan pengajaran agung Rasulullah ﷺ sebagai rahmah bagi seluruh alam, serta penutup seluruh para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan syariah (aturan) Allah SWT dimuka bumi bagi seluruh alam.
Al Qur’an adalah sumber syariat Islam itu, yang mampu menjawab segala sesuatu permasalah manusia. Permasalahan yang sering muncul adalah tentang Allah SWT itu sendiri, tentang ketuhanan dan kekuasaanNya. Umat Islam banyak yang menjawab permasalahan ini, baik secara aqly (akal) maupun naqly (menggunakan nash). Keduanya dibenarkan oleh syariat untuk ma’rifat (mengenal) kepada Allah SWT, tanpa ada pertentangan dari keduanya.
Adapun mengenal Allah SWT melalui nash (Al Qur’an) salah satunya adalah dengan menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Tafsir sangat diperlukan dalam memahami secara mendalam ayat Al Quran terutama karena memandang ada yang masih sangat sulit difahami seperti ayatayat musyâbihât.
Tafsir yang utama dan pertama dari Al Qur’an tidak lain adalah As Sunnah. Sehingga tidak diperkenankan menafsirkan Al Qur’an berlawanan dengan As Sunnah, bahkan wajib bagi As Sunnah menyoroti tiap-tiap tafsir yang hendak di tafsirkan oleh seorang mufassir. Ini dijelaskan Allah SWT dalam Al Qur’an sebagai berikut:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ٤٤
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu (Muhammad) menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (Q.S an Nahl: 44)
Tentu saja setelah penafsiran dari As Sunnah adalah penafsiran dari para sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ , sebab mereka hadir saat ayat-ayat Al Qur’an diturunkan dan mengetahui sebab-sebab turunnya ayat (asbab an nuzul). Kemudian generasi tabi’in dan generasi selanjutnya yakni para tabi’ut tabi’in dan para ulama setelahnya yang menafsirkan Al Qur’an dengan metode dan syarat-syarat tertentu seorang ulama mufassir.
Oleh sebab itu, sangatlah tepat apabila penafsiran ayat-ayat Al Qur’an mengenai Allah SWT dapat dilihat dari kajian As Sunnah, atsar sahabat, dan generasi ulama setelahnya.
Mata kuliah Ulumul Qur'an dengan topik Imam Ar-Razi dan Metodologinya dalam Tafsir. Imam Ar-Razi menggunakan metode tafsir bil ra'yi (tafsir menggunakan pendekatan akal, nalar dan kontekstual). Memasukkan metode munasabah (kolerasi) ayat ke ayat lain dan surat dengan surat lain yang tidak digunakan oleh para mufassir bil al'ma'tsur.
Semoga bermanfaat ya!
Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya.
Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan.
Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian takhrij hadis, tujuan dan manfa’at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij
KRITIK TERHADAP BUKU : Hizbut Tahrir Indonesia Gagal Paham Khilafah Karya Mak...Anas Wibowo
Ditulis oleh KH. M. Shiddiq Al Jawi, S.Si, MSI (Ketua DPP HTI, Mudir Ma’had Hamfara Yogyakarta, Dosen Ushul Fiqih dan Fiqih Muamalah STEI Hamfara Yogyakarta, Anggota Komisi Fatwa MUI DIY, Mahasiswa Doktoral Progam Studi Dirasah Islamiyah UIN Sunan Ampel Surabaya)
Makalah disampaikan dalam Bedah Buku Hizbut Tahrir Indonesia Gagal Paham Khilafah Karya Makmun Rasyid, di Ruang Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Senin 27 Maret 2017, diselenggarakan oleh The Al-Falah Institute, Yogyakarta.
Dr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquranHasaniahmadsaid
kajian Munasabah Alquran dalam rangka menjawab dan menjaga otentisitas Alquran menjadi kajian penting dalam kajian Alquran. Kajian dalam tulisan ini menjawab diskursus bahasan ini.
Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya.
Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan.
Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian takhrij hadis, tujuan dan manfa’at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij
KRITIK TERHADAP BUKU : Hizbut Tahrir Indonesia Gagal Paham Khilafah Karya Mak...Anas Wibowo
Ditulis oleh KH. M. Shiddiq Al Jawi, S.Si, MSI (Ketua DPP HTI, Mudir Ma’had Hamfara Yogyakarta, Dosen Ushul Fiqih dan Fiqih Muamalah STEI Hamfara Yogyakarta, Anggota Komisi Fatwa MUI DIY, Mahasiswa Doktoral Progam Studi Dirasah Islamiyah UIN Sunan Ampel Surabaya)
Makalah disampaikan dalam Bedah Buku Hizbut Tahrir Indonesia Gagal Paham Khilafah Karya Makmun Rasyid, di Ruang Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Senin 27 Maret 2017, diselenggarakan oleh The Al-Falah Institute, Yogyakarta.
Dr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquranHasaniahmadsaid
kajian Munasabah Alquran dalam rangka menjawab dan menjaga otentisitas Alquran menjadi kajian penting dalam kajian Alquran. Kajian dalam tulisan ini menjawab diskursus bahasan ini.
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
Makalah yang berisi penjelasan tentang tafsir, ta'wil dan tarjamah guna memenuhi tugas ULUMUL QUR"AN 1. kunjungi bog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/ yaa..??
terima kasih
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdfHasaniahmadsaid
Hasani Ahmad Said adalah dosen muda Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah dengan keahlian ilmu al-Qur'an dan Tafsir dan tafsir Nusantara.
Saat ini sebagai ketua Prodi Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...Hasaniahmadsaid
The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Muslim Scholars - Jour of Adv Research in Dynamical & Control Systems, Vol. 12, Issue-02, 2020, ISSN 1943-023X.pdf
Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Persp...Hasaniahmadsaid
Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Perspective Al-qur'an and Sadd Al-dzari’ah - Talent Development & Excellence, Vol.12, No.3s, 2020, 2487 - 2495.pdf
Hasani Ahmad Said at. all. - The Review Of Castration Punishment For Pedophil...Hasaniahmadsaid
Hasani Ahmad Said at. all. - The Review Of Castration Punishment For Pedophile In Islamic Law- International Journal of Advanced Science and Technology - Vol. 29, No. 9s, (2020), pp. 4932-4937.pdf
Jurnal IRATDE - Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Weari...Hasaniahmadsaid
Jurnal IRATDE - Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Perspective Al-qur'an and Sadd Al-dzari’ah - Talent Development & Excellence, Vol.12, No.3s, 2020, 2487 - 2495.pdf
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...Hasaniahmadsaid
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Muslim Scholars - Jour of Adv Research in Dynamical & Control Systems, Vol. 12, Issue-02, 2020, ISSN 1943-023X.pdf
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
CORAK PEMIKIRAN KALAM TAFSIR FATH AL-QADIR, PRESENASI PROPOSAL TESIS PPs UIN JAKARTA BY HASANI AHMAD SAID
1. 1
CORAK PEMIKIRAN KALÂM
TAFSÎR FATH AL-QADÎR:
SEBUAH TELAAH PEMIKIRAN
AL-SYAUKÂNÎ DALAM TEOLOGI ISLAM
Konsentrasi TafsirHadits Sekolah
Pasca Sarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
08 Juni, 2007
Oleh
Hasani
NIM: O5.2.00.1.05.01.0011
2. 1. ALASAN PEMILIHAN JUDUL ATAU
TEMA PENELITIAN
Ada beberapa alasan dan keistimewaan yang bisa
dimunculkan kenapa Tafsir Fath al-Qadîr dan kenapa pula
penulis mengangkat corak kalam?
Pertama, al-Syaukâni dalam Tafsîr Fath al-Qadîr uraiannya
menggabungkan antara metode riwayah dan dirayah.
Dikatan riwâyah karena tafsir ini dalam menjelaskan
maksud-maksud dari al-Quran menggunakan ayat-ayat al-
Quran, hadis-hadis Rasulullah, dan pendapat para
sahabat. Dan dikatan dirâyah karena tafsir ini
menggunkan kaidah-kaidah kebahasaan dalam
menganalisa ayat-ayat al-Quran.
Alasan kedua ialah, kitab ini ditulis oleh seorang ulama
Syi’ah Zaidiyah, yaitu al-Imâm al-Syaukânî. Sekte ini
disebut dengan Syi’ah Zaidiyah karena pengikut sekte ini
berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang ditimbulkan
oleh al-Imâm Zaid ibn ‘Ali ibn Abî Talib.
3. Diatara ajaran sekte ini adalah Imâm afdal. Menurut pengikut
sekte ini ‘Ali bin Abi Talib lebih afdal dari pada Abû Bakar al-
Siddîq. Namun demikian, dalam teologi Islam sekte Zaidiyah tetap
mengakui khalifah Abû Bakar al-Siddîq, ‘Umar bin Khattâb, dan
Utsmân bin ‘Affan. Akan tetapi yang afdal adalah ‘Ali ibn ’Abî
Talib, sedangkan tiga khalifah pendahulunya disebut oleh mereka
sebagai imâm Mafdûl.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Tafsîr Fath al-Qadîr
karya Imam al-Syaukânî, diperlukan suatu penelitian yang
mendalam dengan fokus kajian masalah bagaimana pemikiran
kalam al-Syaukânî dalam Tafsîr Fath al-Qadîr?
Berdasarkan paparan di atas, Penulisan ini diangkat, karena
adanya paham yang berbeda dalam keyakinan akidah al-Syaukâni
dalam bermadzhab, maka penulis tertarik dan memandang perlu
melakukan penelitian tentang Corak Pemikiran Kalâm Tafsîr Fath
Al-Qadîr: Sebuah Telaah Pemikiran Al-Syaukânî Dalam Teologi
Islam.
4. 2. PERMASALAHAN YANG AKAN
DIJAWAB
1. Apakah pemahaman al-Syaukânî
terhadap kalam berpegang kepada
madzhab Zaidiyah atau madzhab
salaf?
2. Bagaimana corak kalam al-Syaukânî
dalam Tafsir Fath al-Qadîr?
3. Bagaimana penafsiran al-Syaukânî
terhadap ayat-ayat kalam?
5. 3. METODOLOGI
Sumber data
• Primer
Tafsir Fath al-Qadîr al-Jâmi‘ Baina Fanni al-
Riwâyat wa al-Dirâyat min ’Ilm al-Tafsîr Karyaal-
Syaukânî
Mengklasifikasi ayat-ayat kalam yang terdapat di dalam
Tafsir Fath al-Qadîr, memaparkan dan
penafsirannya
• Sekunder
Karya-karyaal-Syaukânî dan buku-buku lain yang
berkaitan dengan pembahasatesisini.
Kepustakaan (library research, Deskriptif –Analisis isi
(content analysis), pendekatan sejarah (historical
approach).
6. 4. KERANGKA TEORI YANG
DIGUNAKAN/DIJADIKAN LANDASAN
UNTUK MENJAWAB PERMASALAHAN
Sebagaimana diketahui, Kerangka teori yang digunakan oleh
para Mutakallim benkenaan dengan ayat-ayat kalam yaitu:
Akal dan wahyu
Fungsi Wahyu
Free Will dan Predestination
Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Keadilan Tuhan
Perbuatan-perbuatan Tuhan
Sifat-sifat Tuhan
Konsep Iman
7. 5. SUMBANGAN/MANFAAT YANG
DIPEROLEH DARI HASIL PENELITIAN
Memperluas kajian penafsiran al-Quran tentang kalam secara
konseptual. Karena perkembangan zaman dan tuntutan realitas hidup
umat manusia mengharuskan ditemukannya model-model yang
berbeda dan baru tentang kalam yang lebih akomodatif dan mendekati
kepada maksud al-Quran
Dengan adanya kajian ini, dapat menjadi kontribusi ilmiah dalam
disiplin ilmu-ilmu al-Quran. Karena ilmu al-Quran bukanlah disiplin ilmu
yang mati dan terbatas untuk jangkauan masa lampau saja, akan
tetapi juga mengakomodir perkembangan baru sesuai dengan
pemahaman manusia dalam setiap zamannya
Kajian ini dapat memberikan arah bagi penelitian-penelitian serupa
yang lebih intensif di belakang hari. Kesinambungan antara satu
penelitian dengan penelitian yang lain, selain dapat mengurangi
tumpang tindihnya (overlapping) informasi, ia juga bisa menjadi koreksi
bagi penelitian terdahulu yang menawarkan pandangan baru sebagai
antisipasi atas persoalan-persoalan yang dihadapi zamannya