Penelitian ini membahas metodologi yang digunakan dalam meneliti otentisitas karya ulama, khususnya dalam menganalisis pemikiran hadis mukhtalif. Beberapa peneliti sebelumnya telah membandingkan karya-karya tokoh utama seperti al-Syafi'i dan Ibn Qutaybah dengan menggunakan pendekatan sejarah dan metode komparatif untuk menentukan siapa yang mempengaruhi siapa. Namun demikian, masih
POTRET PEMIKIRAN A. MUKTI ALI PADA STUDI ISLAM; PENDEKATAN SAINTIFIC CUM DOCT...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
Sebuah tawaran pendekatan alternatif terhadap studi-studi keislaman yaitu apa yang disebut oleh A. Mukti Ali dengan Pendekatan Ilmiah -cum-doktriner atau pendekatan scientific-cum-suigeneris, kedua pendekatan ini juga dikenal dengan metode sintesis. Metode ini diperlukan agar dalam melihat Islam tidak hanya satu dimensi saja dari fenomena-fenomena Islam yang multy faces. Sekalipun tidak salahnya mengamati Islam secara single face saja, tetapi hal itu tidak cukup untuk mengcover Islam secara komprehensif.
Tugas Makalah Metodologi Study Islam- Model Penelitian Tasawuf
Dosen pembimbing Bapak Kutbuddin Aibak, M. HI
Oleh:
Asma'ul Khusna
Eva Tri Setyowati
STAIN Tulungagung 2011
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan AntropologiAmnias 21
Pendekatan dalam kajian studi Islam
definisi pendekatan sosiologi dan antropologi
perlunya pendekatan sosiologi dan antropologi
teori pendekatan sosiologi
penyebab keberagaman masyarakat
objek-objek pendekatan antropologi
teori pendekatan antropologi
Sejak dahulu, agama sebagai objek penelitian sudah lama di perdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, kerena merupakan wahyu tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu soial dan kalaupun dapat di lakukan harus menggunakan metode khusus yang berbeda,dengan metode ilmu sosial. Disinilah kita perlu memahami tentang penelitian agama dan keagamaan, kedudukan penelitian agama diantara penelitian lain, konstruksi teori penelitian agama dan model penelitian agama.
POTRET PEMIKIRAN A. MUKTI ALI PADA STUDI ISLAM; PENDEKATAN SAINTIFIC CUM DOCT...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
Sebuah tawaran pendekatan alternatif terhadap studi-studi keislaman yaitu apa yang disebut oleh A. Mukti Ali dengan Pendekatan Ilmiah -cum-doktriner atau pendekatan scientific-cum-suigeneris, kedua pendekatan ini juga dikenal dengan metode sintesis. Metode ini diperlukan agar dalam melihat Islam tidak hanya satu dimensi saja dari fenomena-fenomena Islam yang multy faces. Sekalipun tidak salahnya mengamati Islam secara single face saja, tetapi hal itu tidak cukup untuk mengcover Islam secara komprehensif.
Tugas Makalah Metodologi Study Islam- Model Penelitian Tasawuf
Dosen pembimbing Bapak Kutbuddin Aibak, M. HI
Oleh:
Asma'ul Khusna
Eva Tri Setyowati
STAIN Tulungagung 2011
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan AntropologiAmnias 21
Pendekatan dalam kajian studi Islam
definisi pendekatan sosiologi dan antropologi
perlunya pendekatan sosiologi dan antropologi
teori pendekatan sosiologi
penyebab keberagaman masyarakat
objek-objek pendekatan antropologi
teori pendekatan antropologi
Sejak dahulu, agama sebagai objek penelitian sudah lama di perdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, kerena merupakan wahyu tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu soial dan kalaupun dapat di lakukan harus menggunakan metode khusus yang berbeda,dengan metode ilmu sosial. Disinilah kita perlu memahami tentang penelitian agama dan keagamaan, kedudukan penelitian agama diantara penelitian lain, konstruksi teori penelitian agama dan model penelitian agama.
Sejak dahulu, agama sebagai objek penelitian sudah lama di perdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, kerena merupakan wahyu tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu soial dan kalaupun dapat di lakukan harus menggunakan metode khusus yang berbeda,dengan metode ilmu sosial. Disinilah kita perlu memahami tentang penelitian agama dan keagamaan, kedudukan penelitian agama diantara penelitian lain, konstruksi teori penelitian agama dan model penelitian agama.
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pemikir Muhammad Shahrur mengenai metode hermeneutika dalam menafsirkan Alquran. Secara spesifik dalam cakupan kajian epistemologis metode hermeneutika, Muhammad Shahrur menggunakan sebuah teori yang disebut dengan teori batas untuk menafsirkan Alquran. Kajian ini adalah studi literatur yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Diperoleh kesimpulan bahwa di dalam Alquran terdapat penjelasan tentang “Teori Batas”, yaitu batas minimal dan batas maksimal. Hasil akhirnya melahirkan suatu teori yang bersifat aplikatif yakni nazhariyyah al-hudud (limit theory/teori batas). Teori batas Muhammad Shahrur terdiri dari batas bawah (al-hadd al-adna/minimal) dan batas atas (al-hadd al-a’la/maksimal). Secara khusus, dari penelitian Shahrur terhadap beberapa ayat-ayat Alquran memberikan pemahaman yang jelas tentang batas-batas yang boleh dilampaui dan tak boleh dilampaui. Maksudnya, ada ayat yang memberi isyarat batas minimal ada pula ayat yang memberi batas maksimal, dan ada pula ayat yang memberi batas minimal dan maksimal sekaligus.
Tulisan ini mengungkap Tafsir Syiah Zaydiyah yang paparkan oleh Imam al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir. Yang menarik dari tulisan ini, kendati madzhabnya syiah Zaidiyah, namun gagasan dan pemikirannya sering sejalan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. selain itu, tulisan ini menelisik corak pemikiran kalam dalam tafsir Fath al-Qadir.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi
1. Otentisitas Karya Ulama: Perdebatan Metodologi
Oleh: Fatihunnada
A. PENGANTAR
Metodologi Penelitian Studi ISlam (MPSI) merupakan mata kuliah wajib1
yang diampu Team Dosen2
yang dikoordinatori oleh PROF. DR. Azyumardi Azra, MA
bagi mahasiswa SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mata kuliah ini sebetulnya
membahas kajian teoritis penelitian ilmiah dalam studi-studi tentang keIslaman
dan praktiknya dalam bentuk proposal penelitian oleh mahasiswa. Dengan tujuan
menemukan masalah-masalah yang up to date dan orisinil untuk dijadikan tema
dan judul penelitian, pembangunan hipotesis/temuan awal, metode pengumpulan,
pendekatan dan analisis data dan terakhir mendiskusikan komponen-komponen
proposal yang baik dan benar.3
Maka dalam penjelasan ini, penulis akan mencoba memberikan analisa
terhadap metodologi dan pendekatan yang telah digunakan beserta komentar
positif dan negatifnya, kemudian penulis memberikan solusi metodologi dan
pendekatan konstruktif yang sekiranya dapat diterapkan untuk penelitian yang
semisal.
Tema penelitian yang akan dibangun adalah tentang Mukhtalif al-
H{adi>th. Dalam rencana penelitian disertasi, penulis mencoba untuk mengangkat
judul proposal, yaitu Hadis Mukhtalif Nusantara: Orisinalitas Pemahaman
Mis}ba>h} al-Z{ula>m Karya Shaykh Muha>jiri>n. Sedangkan pertanyaan
penelitiannya adalah apakah pemahaman hadis mukhtalif Nusantara murni atau
orisinil dan bukan saduran atau terjemahan dari karya ulama Timur Tengah?.
Hipotesis/temuan awal yang hendak dibangun adalah karya ulama hadis
Nusantara terlebih lagi yang berbahasa Arab adalah murni dan bukan jiplakan dari
karya ulama Arab atau Timur Tengah. Penelitian tersebut menggunakan sumber
1
SPS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik Program
Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 20.
2
Tim Dosen beranggotakan 7 pakar dibidang masing-masing, yaitu, PROF. DR.
Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, Dr. Fuad
Jabali, MA, Dr. Amelia Fauzia, MA.
3
SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 85.
1
2. data yaitu kitab Mis}ba>h al-Z{ula>m dari segi penalaran Muha>jiri>n Amsa>r
dalam menyelesaikan kontradiksi yang terdapat dalam hadis, yang dibandingkan
dengan karya-karya semisal, seperti Subul al-Sala>m karya al-S{anʻa>ni> dan
lainnya. Dengan mengumpulkan data dari sumber-sumer di atas kemudian
menganalisanya (analisys of data) dengan metode kualitatif, sehingga dapat
disimpulkan orisinalitas karya Mukhtalif al-H{adi>th di Nusantara. Tentunya
dengan menggunakan bantuan pisau analisa penelitian ilmu hermeneutik dalam
Ikhtila>f al-H{adi>th beserta dukungan pendekatan Sosio-Historis yang berkaitan
dengan keadaan lingkungan pada masa Muha>jiri>n Amsa>r.
Sebelum melangkah pada pemaparan tentang beberapa metodologi dan
pendekatan yang digunakan untuk pembuktian otentisitas karya ulama, berikut
kami paparkan penelitian-penelitian yang relevan:
Pertama, Norman Calder, dalam Studies in Early Muslim Jurisprudence. 4
ia memberi kesimpulan bahwa kitab al-Risa>lah adalah hasil karya akhir abad
keempat atau kesepuluh, setelah lahirnya kitab Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th
karya Ibn Qutaybah al-Daynu>ri> dengan membandingkan tehnik hermeneutika
yang digunakan oleh al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah.
Kedua, Christopher Melchert, dalam Qurʼanic Abrogation Across the
Ninth Century: Sha>fiʻi>>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn Qutaybah.5
Yang
menghasilkan kesimpulan tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, Calder,
dengan merefisi dating yang telah ditetapkan Calder. Ia menetapkan bahwa abad
kesembilan sebagai masa kelahiran kitab al-Risa>lah, kemudian mencuatkan
pertanyaan, apakah al-Risa>lah hasil karya al-Sha>fiʻi> atau para pengikutnya
yang hidup beberapa masa setelahnya?.
Ketiga, Joshep E. Lowry, dalam The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi>>
and Ibn Qutayba: A Reconsideration.6
Ia terlihat berbeda dengan para
pendahulunya, Calder dan Melchert dan memberi kesimpulan yang berbeda
4
Norman Calder, Studies in Early Muslim Jurisprudence, (Oxford: Clarendon Press,
1993).
5
Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century: Sha>fiʻi>, Abu>
ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn Qutaybah," dalam Bernard G. Weiss, Studies in Islamic Legal
Theory, (Leiden: E.J. Brill, 2002).
6
Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi>> and Ibn Qutayba: A
Reconsideration," Islamic Law and Society 11 (2004).
2
3. dengan kedua pendahulunya yang tidak menganggap al-Risa>lah sebagai karya
al-Sha>fiʻi> karena metode hermeneutik al-Risa>lah identik dengan masa-masa
setelah masa kitab Taʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah. Lowry
bahkan menganggap bahwa Ibn Qutaybah banyak menggunakan metode
Hermeneutik dalam menyikapi hadis-hadis yang kontradiktif, dan sangat
menekankan pada titik bahasa, struktur kata dan taʼwil dengan pendekatan teologi.
Dan dengan ini, Ibn Qutaybah dianggap sebagai tokoh pendahulu pengembangan
ilmu Ushu>l al-Fiqh yang banyak dipengaruhi oleh metode hermeneutik al-
Sha>fiʻi>>. Dengan demikian, al-Risa>lah bukan hasil karya abad kesepuluh,
seperti yang ditegaskan oleh Calder dan Melchert, melainkan hasil pemikiran al-
Sha>fiʻi>>.
B. Metodologi dan Pendekatan yang Dipakai
1. Metode Komparatif
Metode komparatif adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah
kategori yang lahir kemudian membandingkan antara kategori tersebut dengan
kategori yang lainnya. Pada awalnya, metode ini terkesan sangat rumit karena
data-data yang perlu dicari sangat tidak terbatas dan tidak beraturan, namun
sesungguhnya metode ini dapat digunakan untuk semua jenis penelitian. Karena
prinsip kerja metode analisis komparatif hanya mencakup dua tahap pokok:
pertama, memperbandingkan setiap data untuk memunculkan berbagai kategori
dan kedua, memperbandingkan dan mengintegrasikan kategori-kategori dan sifat-
sifatnya untuk memunculkan hipotesis dan memberi batasan teori.7
Metode ini lebih sering digunakan dalam berbagai penelitian, karena
mentapkan satu atau beberapa masalah saja sudah dapat dikatakan telah
menggunakan metode komparatif, dimana hal tersebut berpegang pada
perbandingan sehingga dianggap sebagai masalah yang perlu diteliti.8
Contoh penelitian komparatif dapat ditemukan pada Studies in Early
Muslim Jurisprudence karya Calder, ia membuat kesimpulan bahwa kitab al-
7
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), 52.
8
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: RajaGravindo Persada, 2006)
97.
3
4. Risa>lah adalah hasil karya akhir abad keempat atau kesepuluh, setelah lahirnya
kitab Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah al-Daynu>ri>. Hal ini
didasari dengan membandingkan karya-karya al-Sha>fiʼi> lainnya, seperti kitab
al-Umm.9
Dan Calder memandang metode al-Sha>fiʻi> dalam al-Risa>lah tidak
cocok dengan fakta yang ia temukan.
Diantara penelitian yang menggunakan metode ini adalah Melchert,
dimana ia menerapkan metode komparatif untuk menganalisa metode-metode
empat tokoh dalam karya-karya mereka, ulasan yang disampaikan Melchert dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Works
al-
Sha>fiʻi>
Abu>
ʼUbayd
Muh}a>s
ibi
Ibn Qutaybah
General and particular Yes Some Some No
Objects of abrogation
Yes No Some Yes
Qur'an and Sunnah as
revelation
(Al-Qurʼan
Yes No Some Yes
Abrogation as between
Qur'an and Sunnah
Yes No Some Yes
Exception and
abrogation
No No Yes No
Abrogation of reports,
ordinances
No No Yes Yes (minor)
Varieties of abrogation No Yes Yes Yes
Control over examples Yes No Some Yes
Tabel tersebut dapat menggambarkan secara jelas, bagaimana
perbandingan metode empat tokoh dalam karya-karya mereka, sehingga dapat
menggambarkan sejauh mana metode al-Sha>fiʻi> diterapkan oleh para
penerusnya. Dari sini dapat dilihat, bahwa Abu> ʼUbayd lebih banyak
menggunakan pendapat sahabat dibanding dengan al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah
yang membatasi hal tersebut pada hadis Nabi.
Kemudian dalam penelitian lain, ketika mengupas karya al-Sha>fiʻi> dan
Ibn Qutaybah, Lowry mencoba membandingkan keduanya dari beberapa titik,
9
Norman Calder, Studies in Early Muslim Jurisprudence, 67-85.
4
5. diantaranya metode hermeneutik. Ia terinspirasi oleh peneliti terdahulu yang juga
membandingkan kedua karya tokoh tersebut.
Namun Lowry menambahkan, bahwa masing-masing dari al-Sha>fiʻi> dan
Ibn Qutaybah memiliki metode khusus yang tidak ditemukan pada salah satu yang
lainnya.10
Dari sini, timbul persepsi Lowry bahwa meskipun Ibn Qutaybah
menggunakan metode tersendiri dalam kitabnya Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th
yang tidak ditemukan dalam al-Risa>lah, namun masih ada pengaruh yang
nampak dalam kitabnya tersebut dari karya al-Sha>fiʻi>.
a. Pendekatan Sejarah
Dalam penelitian ini, Melchert menggunakan pendekatan sejarah
(historical approach) dengan model pendekatan diakronik (periodik) ataupun
pendekatan sinkronik (melebar) untuk mengetahui fakta historis. Pendekatan
periodik sangat dominan dalam penelitian ini guna mengukuhkan temuan sejarah
guna mengidentifikasi pola dan corak kelompok.11
Christopher Melchert memulai pembahasannya dengan menguraikan
sedikit demi sedikit sisi kesejarahan empat tokoh yang dijadikan sebagai bahan
kajiannya, yaitu al-Sha>fiʻi> (W. 204/820), Abu> ʼUbayd (W. 224/839),
Muh}a>sibi> (W. 243/857-858) and Ibn Qutaybah (W. 276/889). Dalam
pembahasan sejarah singkat al-Sha>fiʻi>, Melchert mengutip asal-usul penulisan
kitab al-Risa>lah, yaitu al-Sha>fiʻi> menulis kitab tersebut sebagai jawaban dari
permohonan seorang ahli fiqh Bas}rah, yaitu Abd al-Rah}ma>n ibn Mahdi> (W.
198/814)12
. Hal ini dikarenakan Abd al-Rah}ma>n ibn Mahdi mengirim surat
kepada al-Sha>fiʻi> dan memintanya untuk mempersiapkan sebuah risalah/tulisan
yang berisikan penjelasan tentang maksud dari Al-Qur'an, Hadis, Ijma' ulama dan
penjelasan seputar nasikh dan mansukh dalam Al-Qur'an dan hadis.13
oleh karena
itu, pada abad kesembilan, Ibn Abi> H{a>tim mengutip pernyataan Ah}mad ibn
10
Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 36-38.
11
Peter Connoly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri, dari judul asli
Approaches to The Study of Religion (Yogyakarta: Lkis, 2012), 295.
12
Ah}mad ibn H{usayn al-Bayhaqi>, Mana>qib al-Sha>fiʻi> (Cairo: Da>r al-Tura>th,
1970), 1:225.
13
Ah}mad ibn ʼAli al-Khat}i>b al-Baghda>di>, Ta>ri>kh Baghda>d (Cairo: Maktabah
al-Kha>nji>, 1931), 2:64.
5
6. H{anbal yang menyarankan pembacaan terhadap al-Risa>lah sebelum karya-
karya al-Sha>fiʻi> lainnya.14
Dan untuk memperkuat pernyataannya, Melchert menggambarkan bahwa
al-Risa>lah ditulis di Mesir dan menurut al-Bayhaqi> kitab ini telah beredar di
Baghdad. Sedangkan Abu> ʼUbayd berdomosili di Baghdad, dan al-Sha>fiʻi>
sendiri menghabiskan enam tahun sebelum wafatnya di Baghdad. Maka sangat
tidak mungkin, bahwa ia dan al-Risa<lah tidak pernah diketahui keberadaannya.
Dari bukti kesejarahan empat tokoh tersebut,15
Melchert sudah mulai
meragukan otentisitas al-Risa<lah sebagai karya al-Sha>fiʻi>.
Lowry juga membuka penelitiannya dengan membahas kesejarahan al-
Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah, dan ia mengungkapkan perbedaan antara keduanya,
bahwa Ibn Qutaybah sedikit berbeda dengan al-Sha>fiʻi>, dimana ia tidak
menspesialisasikan dirinya dalam satu bidang tertentu, Ibn Qutaybah lebih
memilih untuk mengelaborasikan dirinya dalam bidang hukum, teologi dan lain-
lain. Sedangkan al-Sha>fiʻi> lebih memilih spesialisasi. Namun dalam pandangan
mereka terhadap studi hukum tidak jauh berbeda, dimana Ibn Qutaybah
menganggap hukum sebagai bagian paling besar dalam elemen agama. Sedangkan
al-Sha>fiʻi> menganggap hukum adalah segalanya.16
Oleh karena itu, Lowry
menegaskan bahwa kedua karya tersebut yang akan diteliti dalam artikelnya tidak
memiliki perbedaan pada substansinya.
Dari sini, Lowry sudah menangkap sinyal keterkaitan kitab Ta>ʼwi>l
Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah al-Daynu>ri> dengan kitab al-
Risa<lah karya al-Sha>fiʻi>.
b. Pendekatan Usul Fiqh
Dalam penelitian ini, melchert sangat membutuhkan pendekatan usul fiqh
guna menguraikan metode-metode yang digunakan empat tokoh tersebut dalam
kerya-karya mereka. Kemudian menganalisa satu-persatu sehingga dapat terlihat
hubungan antar tokoh dalam penggunaan masing-masing metode.
14
ʼAbd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad ibn Idri>s Ibn Abi> H{a>tim, Kita>b al-Jarh} wa
al-Taʼdi>l (Hyderabad: Majlis Da>irat al-Maʼa>rif, 1952), 7: 204.
15
Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 75-81.
16
Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 4-6.
6
7. Kemudian Melchert menguraikan beberapa metode al-Sha>fiʻi>, Abu>
ʼUbayd, Muh}a>sibi> and Ibn Qutaybah dalam nasikh dan mansukh. Sebagai
contoh, dalam pembahasan nasakh dalam Al-Qur'an dan hadis, al-Sha>fiʻi> dan
Ibn Qutaybah dengan tegas membahas isu tersebut, meskipun al-Sha>fiʻi>
cenderung berpendapat bahwa Al-Qur'an tidak dapat menghapus hadis dan hadis
tidak dapat menghapus Al-Qur'an, sedangkan Ibn Qutaybah bependapat
sebaliknya, yaitu memungkinkan terjadinya nasikh dan mansukh antara Al-Qur'an
dan hadis. Kemudian Abu> ʼUbayd dan Muh}a>sibi> tidak membahas isu ini
secara jelas. Hanya saja Muh}a>sibi> secara implisit menerangkan kemungkinan
Al-Qur'an menghapus hadis dalam penjelasannya tentang kasus salat menghadap
Mekkah dan Jerusalem. Sedangkan Abu> ʼUbayd lebih berpendapat bahwa Al-
Qur'an dan hadis tidak dapat saling menghapus, karena keduanya adalah sama-
sama bersumber dari Tuhan.17
Selanjutnya dalam kesimpulan,18
Melchert menegaskan bahwa Abu>
ʼUbayd, Muh}a>sibi> and Ibn Qutaybah tidak menerima konsep al-Risa>lah.
Kemudian ia menyimpulkan bahwa Abu> ʼUbayd tidak pernah sama sekali
membaca al-Risa>lah. Begitu juga Muh}a>sibi> dianggap tidak mengetahui
keberadaan pendapat al-Sha>fiʻi>, seperti dalam permasalahan nasakh antara Al-
Qur'an dan hadis, dan hal ini mengindikasikan bahwa ia tidak pernah membaca
kitab al-Risa>lah. Dan Ibn Qutaybah seperti tidak mengetahui al-Risa>lah,
meskipun cara menyelesaikan permasalahan penting dalam kitabnya, seperti
dalam permasalahan nasakh antara Al-Qur'an dan hadis, terlihat mirip dengan cara
al-Sha>fiʻi>.
c. Pendekatan Hermeneutik
Sebelum membahas ide dua tokoh tersebut, Lowry mengatakan bahwa
cocok sekali untuk membandingkan dua tokoh ini dari sisi hermeneutik yang
digunakan.19
Lowry menegaskan bahwa salah satu metode hermeneutik al-Sha>fiʻi>,
yaitu ʼA<mm-Kha<s}s} telah diadopsi oleh Ibn Qutaybah dengan menggunakan
17
Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 86-88.
18
Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 91-98.
19
Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 7.
7
8. istilah lain, yaitu The Root Kha>s}s}. Kemudian Ibn Qutaybah juga
menggunakan metode nasakh dalam kitabnya, seperti al-Sha>fiʻi>. Namun Ibn
Qutaybah memperbolehkan nasakh yang bersifat intra-source (al-Qur'an-al-Qur'an
atau hadis-hadis) dan inter-source (al-Qur'an-hadis atau hadis- al-Qur'an).
Sedangkan al-Sha>fiʻi> hanya memperbolehkan intra-source (al-Qur'an-al-Qur'an
atau hadis-hadis) dan melarang inter-source (al-Qur'an-hadis atau hadis- al-
Qur'an).20
I. Kelebihan
1. Metode komparatif adalah solusi untuk setiap peneliti, dimana dalam
beberapa kasus metode lain, seperti eksperimental tidak memungkinkan untuk
diterapkan.
2. Hasil dari penelitian dengan metode komparatif dapat menghasilkan
informasi yang bermanfaat mengenai suatu masalah.
3. Metode ini terbukti bermanfaat karena lebih banyak digunakan sampai
saat ini.
4. Pendekatan sejarah adalah pilihan yang tepat untuk mengungkapkan
otentisitas sebuah karya dari tangan penulisnya. Terlebih lagi dengan bantuan
pendekatan periodesisasi dan elemen-elemen penting yang bisa ditemukan.
5. Pendekatan usul fiqh merupakan alat bantu yang sesuai dengan sumber
penelitian yang diangkat oleh Melchert.
6. Pendekatan Hermeneutika yang digunakan Lowry dapat memberika
kontribusi nyata terhadap perkembangan keilmuan dalam bidang humaniora
dengan memberikan ruang untuk mentransformasi konsep-konsep yang sudah ada
dan baku.
II. Kekurangan
1. Tidak ada kontrol yang baku terhadap variabel dalam penelitian yang
mengandalkan metode komparatif, sehingga terkadang menjadi penghambat
dalam suatu penelitian bahkan sebagai kelemahan yang sangat mencolok.
2. Sulitnya menentukan faktor penyebab yang relevan sebagai tolak ukur
penelitian, kemudian berdampak pada hasil penelitian.
20
Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 30-32.
8
9. 3. Terkadang, penelitian yang menggunakan metode ini tidak mampu
menentukan subyek penelitian dengan tepat.
4. Pemilihan sampel Melchert sangat terbatas pada tiga karya lain yang
lahir setelah al-Risa>lah, dan hal ini dihawatirkan akan melahirkan kesimpulan
yang belum menyeluruh.
5. Pendekatan usul fiqh atau hermeneutika yang digunakan Melchert dan
Lowry tidak dapat diterapkan pada sumber penelitian lain, seperti penelitian
bahasa, sejarah dan lain-lain.
d. Pendekatan Lain
Beberapa pendekatan lain, dapat digunakan untuk pembuktian otentisitas
karya ulama. Diantaranya, pendekatan filologi dan bahasa/linguistik.
Pendekatan filologi sendiri sudah banyak digalakan oleh peneliti-peneliti
terhadap beberapa karya Nusantara, karena sebagian karya Nusantara masih
berupa manuskript atau naskah kuno, hal ini diangkat untuk menunjukkan
khazanah dan kekayaan perkembangan pemikiran mereka yang sangat dinamis.21
Beberapa peneliti yang mendalami bidang ini adalah, Nabilah Lubis dalam
disertasinya yang diajukan pada tahun 1992 di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah, penelitian ini dihadapkan pada naskah Syekh Yusuf al-Makasari
yang berjudul Zubdat al-Asra>r fi> tah}qi>q baʻda Masha>rib al-Akhya>r.
penelitiannya terfokus untuk menampilkan kembali naskah Zubdat al-Asra>r
sehingga dapat dibaca oleh semua kalangan. Kemudian beliau menganalisa isi
kandungan naskah tersebut. Kemudian penelitian ini diterbitkan dalam bentuk
buku.22
Kemudian Oman Fathurrahman melanjutkan kajian filologi dalam
disertasinya yang diajukan pada tahun 2003 di Program Studi Ilmu Susastra
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, penelitian ini mengkaji Tarekat
Sha>t}i>ri>yah di Dunia Melayu-Indonesia, sebuah kajian atas dinamika dan
21
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Media Alo
Indonesia, 2001), 1.
22
Nabilah Lubis, Menyingkap Intisari segala Rahasia Karangan Syekh Yusuf al-Taj al-
Makasari (Bandung: Mizan, 1996).
9
10. perkembangannya melalui naskah-naskah di Sumatra Barat.23
Dan dalam studi
Naskah Tanbi>h al-Mishi>.24
Akan tetapi beberapa penelitian tersebut terfokus kepada rekonstruksi
sejarah dan studi pemikiran para tokoh Nusantara dalam naskah yang ada.
C. Metodologi dan Pendekatan yang Dipilih
1. Metode Kualitatif
Dalam kasus penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas, metode
kualitatif ini digunakan untuk menemukan ide-ide metode empat tokoh dalam
merumuskan permasalahan nasakh Al-Qur'an dalam karya mereka masing-
masing. Maka metode kualitatif diterapkan sebagai eksplorasi terhadap satu
permasalahan meskipun dengan menggunakan data yang terbatas.25
Adapun metodologi dan pendekatan yang akan dipilih penulis untuk
meluruskan penelitiannya adalah metode kualitatif. Metode ini diterapkan untuk
menemukan ide-ide cemerlang dalam Ikhtila>f al-H{adi>th dari karya yang
diteliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik dalam
Ikhtila>f al-H{adi>th sebagai variabel pembuktiannya.
a. Pendekatan Hermeneutik
Pendekatan Hermeneutik dipilih karena dapat memaparkan dan memberi
gambaran secara kritis terhadap teks (konsep) Muhajirin dan al-S{anʻa>ni>
mengenai ikhtila>f al-H{a>di>th. Sehingga dapat dilacak sejauh mana orisinalitas
karya Muhajirin dan keterlepasan karyanya tersebut dari pengaruh karya-karya
terdahulu dari sumber Arab, seperti karya al-S{anʻa>ni>.
Hal ini tidak hanya bertujuan mengungkap konsep-konsep kedua tokoh
tersebut sebagaimana adanya, tetapi juga akan memberikan gambaran yang sesuai
dengan konteks kekinian. Maka metode ini sangat tepat untuk dipilih, karena akan
23
Oman Fathurrahman, Tarekat Sya>t}iri>yah di Dunia Melayu-Indonesia: Kajian atas
Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-naskah di Sumatra Barat (Jakarta: Disertasi
Program Studi Ilmu Susastra Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003).
24
Oman Fathurrahman, Tanbi> al-Mishi> Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abdurrauf
Singkel di Aceh (Bandung: Mizan, 1999).
25
Lihat, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2010).
10
11. bersifat produktif dan transformatif26
yang akan sangat berguna implikasinya bagi
bidang-bidang ilmu humaniora.27
I. Kelebihan
Kelebihan penerapan metode dan pendekatan tersebut dalam penelitian
yang akan dilaksanakan dapat tergambar pada poin-poin berikut:
1. Metode kualitatif sangat membantu penelitian untuk mengungkap
kesejarahan.
2. Dengan metode ini, peneliti bisa mengeksplorasi secara mendalam
sumber penelitian yang akan dikaji, yaitu Mis}ba>h} al-Z{ula>m Karya Shaykh
Muha>jiri>n .
3. dengan pendekatan hermeneutika, maka peneliti akan dengan mudah
mendeteksi keorisinalitasan karya tersebut. Karena hal ini tidak dapat dibuktikan
tanpa menggunakan satu variabel tertentu.
4. dengan pendekatan hermeneutika ini, diharapkan peneliti dapat
mengembangkan ide-ide Muhajirin ke dalam masalah kekinian agar penelitian ini
lebih bersifat transformatif dan tidak statis.
II. Kekurangan
Namun kekurangan yang akan ditemukan peneliti juga tidak sedikit,
diantaranya:
1. Sumber penelitian lain, yang berupa sampel perbandingan dengan
sumber utama kemungkinan tidak dapat mencakup data-data yang ada, maka
dikhawatirkan lahir kesimpulan yang belum menyeluruh.
2. pendekatan hermeneutika yang akan digunakan peneliti mungkin bukan
satu-satunya pendekatan yang bisa dilakukan. Peneliti mempunyai beberapa opsi
lain, seperti bahasa/linguistik, sejarah, filologi dan lain sebagainya. Dan bila
keseluruhan pendekatan digunakan, maka akan menghasilkan kesimpulan yang
kuat. Akan tetapi, dengan pertimbangan pragmatis terhadap efisiensi waktu dan
biaya, penulis akan memilih satu dari sekian alternatif yang ada.
D. PENUTUP
26
Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Metode Hermeneutika dan Penerapannya pada Ilmu Sosial,
Budaya dan Humaniora (Jakarta: PPS UI, 2004) 36.
27
Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Metode Hermeneutika, 34.
11
12. Demikian perdebatan metodologi para ahli dalam studi kasus otentisitas
karya ulama, yang merupakan kumpulan informasi yang penulis dapatkan dari
mata kuliah Metodologi Penelitian Studi Islam (MPSI) yang diampu oleh team
teaching. Namun apa yang penulis sampaikan di sini tidak dapat dikatakan
sebagai metode yang baik sebelum kritikan dan saran dilontarkan kepada penulis
guna terus menyempurnakan kajian ini.
Daftar Pustaka
al-Bayhaqi>, Ah}mad ibn H{usayn. Mana>qib al-Sha>fiʼi>. Cairo: Da>r al-
Tura>th, 1970.
Calder, Norman. Studies in Early Muslim Jurisprudence. Oxford: Clarendon
Press, 1993.
Connoly, Peter (ed.). Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj.. Khoiri, Imam. Dari
judul asli Approaches to The Study of Religion. Yogyakarta: Lkis, 2012.
12
13. Consuelo, G. Sevilla. Dkk. Pengantar Metode Penelitian, Terj. Alimudin Tuwu.
Jakarta: UI-Press, 1993.
Fathurrahman, Oman. Tanbi> al-Mishi> Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus
Abdurrauf Singkel di Aceh. Bandung: Mizan, 1999.
Fathurrahman, Oman. Tarekat Sya>t}iri>yah di Dunia Melayu-Indonesia:
Kajian atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-
naskah di Sumatra Barat. Jakarta: Disertasi Program Studi Ilmu
Susastra Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003.
Ibn Abi> H{a>tim, ʼAbd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad ibn Idri>s. Kita>b al-
Jarh} wa al-Taʼdi>l. Hyderabad: Majlis Da>irat al-Maʼa>rif, 1952.
al-Khat}i>b, Ah}mad ibn ʼAli al-Baghda>di., Ta>ri>kh Baghda>d. Cairo:
Maktabah al-Kha>nji>, 1931.
Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2005.
Lowry, Joshep E. "The Legal Hermeneutics of al-Shafii> and Ibn Qutayba: A
Reconsideration." Islamic Law and Society 11 (2004).
Lubis, Akhyar Yusuf. Metode Hermeneutika dan Penerapannya pada Ilmu
Sosial, Budaya dan Humaniora. Jakarta: PPS UI, 2004.
Lubis, Nabilah. Menyingkap Intisari segala Rahasia Karangan Syekh Yusuf al-
Taj al-Makasari. Bandung: Mizan, 1996.
Lubis, Nabilah. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Media Alo
Indonesia, 2001.
Melchert, Christopher. "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century: Sha>fiʼi>,
Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn Qutaybah," dalam Weiss, Bernard G.
Studies in Islamic Legal Theory. Leiden: E.J. Brill, 2002.
Mudzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
13
14. Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: RajaGravindo Persada,
2006.
UIN, SPS. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam
2011 – 2015. Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
14