Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
Makalah yang berisi penjelasan tentang tafsir, ta'wil dan tarjamah guna memenuhi tugas ULUMUL QUR"AN 1. kunjungi bog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/ yaa..??
terima kasih
Salah satu yang dapat mendekontruksi argumen tekstual adalah kaidah-kaidah teks juga, di antaranya kaidah al-musytarak al-lafdzi yang sejak generasi awal para mufassir telah meletakkan fondasi dasarnya. Seperti apakah kaidah al-musytarak al-lafdzi ini?. Bagaimana kaidah ini dapat mendekontruksi paham tekstual ini? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan kajian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara mamaparkan data yang berasal dari kajian pustaka kemudian ditarik kesimpulan umum. Hasil kajian ini membuktikan kaidah al-musytarak al-lafdzi dapat menganalisa makna teks agama secara komprehensif. Yaitu dengan memahami makna lafadz dari akar bahasa secara holistik, satu kata memiliki makna ganda, terulang di banyak posisi yang memiliki arti yang berbeda-beda, menggambarkan sebuah makna teks secara komprehensif dan integral. Kajian ini bagian dari upaya dekontruksi pemikiran tekstualis dengan menggunakan instrumen yang mereka gunakan.
KUMPULAN TANYA JAWAB BERBAGAI PERSOALAN FIQIH MELALUI SMS, MAJELIS TA’LIM, DAN
INTERNET (abuhudzaifi.multiply.com) BERDASARKAN AL QURAN DAN AS SUNNAH SESUAI
PEMAHAMAN PARA SAHABAT, TABI’IN, TABI’UT TABI’IN, DAN PARA IMAM AHLUS SUNNAH WAL
JAMA’AH
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
Makalah yang berisi penjelasan tentang tafsir, ta'wil dan tarjamah guna memenuhi tugas ULUMUL QUR"AN 1. kunjungi bog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/ yaa..??
terima kasih
Salah satu yang dapat mendekontruksi argumen tekstual adalah kaidah-kaidah teks juga, di antaranya kaidah al-musytarak al-lafdzi yang sejak generasi awal para mufassir telah meletakkan fondasi dasarnya. Seperti apakah kaidah al-musytarak al-lafdzi ini?. Bagaimana kaidah ini dapat mendekontruksi paham tekstual ini? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan kajian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara mamaparkan data yang berasal dari kajian pustaka kemudian ditarik kesimpulan umum. Hasil kajian ini membuktikan kaidah al-musytarak al-lafdzi dapat menganalisa makna teks agama secara komprehensif. Yaitu dengan memahami makna lafadz dari akar bahasa secara holistik, satu kata memiliki makna ganda, terulang di banyak posisi yang memiliki arti yang berbeda-beda, menggambarkan sebuah makna teks secara komprehensif dan integral. Kajian ini bagian dari upaya dekontruksi pemikiran tekstualis dengan menggunakan instrumen yang mereka gunakan.
KUMPULAN TANYA JAWAB BERBAGAI PERSOALAN FIQIH MELALUI SMS, MAJELIS TA’LIM, DAN
INTERNET (abuhudzaifi.multiply.com) BERDASARKAN AL QURAN DAN AS SUNNAH SESUAI
PEMAHAMAN PARA SAHABAT, TABI’IN, TABI’UT TABI’IN, DAN PARA IMAM AHLUS SUNNAH WAL
JAMA’AH
Kitab ringkasan materi balaghah yang disajikan secara sistematis, lebih mudah dipahami karena langsung pada pokok bahasan. Kitab ini cocok untuk kamu yang sedang belajar ilmu balaghah.
Semoga bermanfaat.. ^^
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Notes on Ilm ul balagha - the science of Arabic rhetoric based on balaghatul waadiha
Class 1 and 2
An introduction to rhetoric, its topics, ilm ul bayaan and detail on tashbeeh
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Tulisan ini mengungkap Tafsir Syiah Zaydiyah yang paparkan oleh Imam al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir. Yang menarik dari tulisan ini, kendati madzhabnya syiah Zaidiyah, namun gagasan dan pemikirannya sering sejalan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. selain itu, tulisan ini menelisik corak pemikiran kalam dalam tafsir Fath al-Qadir.
Makalah Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
ArsipKuliahTarbiyah.Blogspot.Com
by : Haristian Sahroni Putra
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara istilah tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak.
At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (نَعْتٌ), ‘athfun (عَطْفٌ), taukiidun (تَوْكِيْدٌ), dan badlun (بَدْلٌ).
Na’tu (نَعْتٌ) secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun (نَعُوتٌ), sedangkan sinonimnya adalah shifatun (صفة). Secara istilah na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal, (1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3) ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad, mutsanna dan jama’.
Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) وَ = dan (2) ف = maka (3) ثم = kemudian (4) أو = atau (5) أم = ataukah (6) حتى = sehingga (7) لكن = tetapi (8) لا = tidak (9) بل= melainkan. Ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il.
Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath.
Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, diantaranya: النَّفْسُ الْعَيْنُ كُلُّ أَجْمَعُ كِلَا كِلْتَ dan kata-kata yang mengikuti أَجْمَعُ, yaitu اكتمع ابتع ابصع.
1. BAB 2
2.1 PENGENALAN ILMU TAFSIR
1. Dari sudut Bahasa: Tafsir di dalam bahasa arab disebut ( ) berasal
daripada perkataan “al-fasr” ( ) yang bererti penjelasan dan penerangan.1
Firman Allah s.w.t berbunyi:
2
Maknanya:
“ Dan mereka tiada mengemukakan permintaan kepada engkau,
melainkan kami berikan kepada engkaukebenaran dan penjelasan
yang sebaik-baiknya”.3
1
al-Sabuni Muhammad „Ali, al-Tibyan fi 'ulum al-quran, Beirut, Dar al-Kalam,1980.
2
Surah al-Furqan ayat 33
3
Tafsir pimpinan al-Rahman
2. Menurut Abu Talib al-Tha‟labi:
“ Tafsir ialah keterangan tentang kedudukan lafaz samaada hakikat
atau majaz seperti mentafsirkan perkataan „al-Sirat‟ (jalan) dengan
„al-Torik‟ (jalan) atau perkataan „al-Saib‟ dengan „al-Matar‟
(jalan).4
Menurut kitab Mu‟jam al-Wasit, tafsir ialah “Keterangan tafsir ayat al-Quran, syarah
keterangan dan penjelasan apa yang terkandung dari makna-makna, rahsia-rahsia dan
hukum-hukum”.5
2. Dari segi istilah:
Menurut Abu Hayyan di dalam kitab Bahr al-Muhit:
“ Ilmu tafsir ialah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara
penuturan sesuatu lafaz al-Quran, dalil-dalilnya, hukum-hukum,
mengetahui nasakh dan mansukh, sebab-sebab diturunkan ayat dan
kisah-kisah yang menerangkan antara setengah ayat dengan ayat
yang lain yang timbul kemusykilan”.6
Manakala menurut al-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan fi „Ulum al-Quran:
“ Ilmu tafsir ialah ilmu yang dapat memahamkan kitab-kitab Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad s.a.w menerangkan
4
Dr. Musaid Muslim, Athar al-Tatawur al-Fikri fi al-Tafsir, Mu‟assasat al-Risalah, Beirut, cet 1,1984,
hal.147.
5
4 Haji Ismail Awang, Pengajian dan tafsir al-Quran, Dian Darul Naim Sdn. Bhd. ,cet 1987, hal 4.
6
Al-Qattan Manna, Mabahith fi „Ulum al-Quran, Beirut, Mu‟assasat al-Risalat, 1980, hal 324
3. makna-maknanya dan dapat mengeluarkan hukum-hukum dan
hikmat-hikmatnya”.7
Di dalam kitab Manahil al-Irfan ditulis oleh al-Zarqani tentang ilmu tafsir ialah:
“Ilmu yang membahaskan tentang al-Quran dari segi dalil-dalilnya
mengikut kehendak Allah s.w.t sekadar kemampuan manusia”.8
Kesimpulannya ilmu tafsir ialah suatu ilmu pengetahuan dimana ia berfungsi
untuk menerangkan intisari kandungan kitab al-Quran yang menjadi sumber
perlembagaan bagi umat islam baik dari segi aqidah, ibadah, akhlaq, muamalah dan
sebagainya.
Ilmu tafsir yang dipelajari sekarang ini adalah ilmu untuk memahami kitab al-
Quran yang mana merupakan petunjuk kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.Ia merupakan matlamat utama di samping membincangkan
dan membahaskan mana-mana yang perlu dipelajari dan diikuti untuk sampai kepada
kebahagiaan tersebut.9
7
Al-Qattan Manna, Mabahith fi Ulum al-Quran, Beirut, Mu‟assasat al-Risalat, 1980, hal 324
8
al-Zarqani, Muhammad Abdul Azim, Manahil Al-Irfan fi Ulum al-Quran, Kaherah, Isa al-Bab al-
Halabi, 1980, hal.3.
9
Al-Imam Al-Syeikh Muhammad Abduh, Musykilat Al-Quran Al-Karim, Dar al-Maktabah al Hayat,
Beirut, 1989,hal.10
4. 2.2 KEPENTINGAN MEMPELAJARI ILMU TAFSIR:
I. al-Quran sangat tinggi bahasanya sehingga kita sukar memahaminya,
justeru memerlukan pentafsiran daripada Rasulullah saw, sahabat, tabiin
dan ulama
II. Memahami makna-makna al-Qurandengan lebih sempurna dan tepat
III. Mengambil dan mengeluarkan hukum yang terkandung di dalamnya.
IV. Mengelakkan seseorang dari memahami ayat dengan cara yang salah atau
menyeleweng dari maksud yang sebenar.
2.3 SYARAT PENTAFSIR
Mereka yang ingin menafsirkan al-Quran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
I. Memiliki kepercayaan yang benar dan mematuhi segala ajaran Islam.
II. Mempunyai tujuan yang benardan mengharap keredhaan Allah.
III. Berpegang teguh kepada dalil-dalil naqal dari Nabi, para Sahabat, para tabi'in serta
menghindari segala sesuatu yang tergolong sebagai bid'ah.
5. 2.4 ADAB PENTAFSIR
I. Ikhlas.
II. Beramal
III. Berakhlak mulia.
2.5 ILMU-ILMU YANG DIPERLUKAN OLEH SEORANG PENTAFSIR.10
Berikut adalah ilmu-ilmu yang perlu dikuasai oleh seorang pentafsir al-Quran:-
I. Ilmu bahasa „Arab. Hanya dengan ilmu ini erti dan maksud
perkataan itu dapat diketahui.
II. Ilmu nahu kerana erti sesuatu kosakata selalu berubah dan berbeza-
beza menurut perbezaan statusnya di dalam struktur kalimah, maka
ilmu nahu ini penting difahami dan diperhatikan.
III. Ilmu tasrif atau saraf kerana dengan ilmu ini bentuk kosakata dan
kalimat dapat diketahui.
IV. Ilmu al-isytiqaq (asal usul kosakata) sebab sesuatu nama kata
benda itu mempunyai erti yang berbeza-beza apabila
pengambilannya berasal dari dua akar kata yang berbeza.
10
Mohd Rumaizuddin Ghazali, Timbalan Presiden ABIM,
http://www.mindamadani.my/content/view/167/2/ 13 Feb 2012
6. V. Ilmu al-ma'ani kerana dengan ilmu ini ciri-ciri struktur kalimat
dapat diketahui dari segi indikasi maknanya.
VI. Ilmu bayan kerana dengan ilmu ini ciri-ciri struktur kalimat dapat
diketahui dari segi perbezaannya berdasarkan kejelasan dan
ketidakjelasan indikasinya.
VII. Ilmu badi' kerana dengan ilmu ini segi-segi keindahan kalimat
dapat diketahui. Ketiga-tiga ilmu al-ma‟ani, ilmu bayan dan ilmu
badi‟ dinamakan ilmu al-Balaghah.
VIII. Ilmu al-qiraat kerana melalui ilmu ini dapat diketahui cara-cara
mengucap ayat-ayat al-Quran dan dengan ilmu ini bacaan-bacaan
yang masih mengandungi beberapa kemungkinan dapat
ditarjihkan.
IX. Ilmu usuluddin kerana di dalam al-Quran itu ada ayat-ayat yang
ertinya zahirnya tidak boleh ditujukan kepada Allah. Oleh sebab
itu, para ahli usuluddin mentakwilkan erti ayat tersebut dan
mengemukakan hujah atau dalil mengenai hal yang mustahil, yang
wajib dan yang harus.
X. Ilmu usul fiqh kerana melalui ilmu ini arah istidlal dan istinbat
hukum dapat diketahui.
XI. llmu asbab al-nuzul kerana dengan ilmu ini maksud sesuatu ayat
dapat diketahui sesuai dengan peristiwa yang melatari turunnya
ayat tersebut.
XII. Al-nasikh wa al-mansukh untuk mengetahui dan membezakan
antara lafaz muhkam dari lainnya.
7. XIII. Ilmu Fiqh
XIV. Hadith-hadith Nabi yang menjelaskan penafsiran hal-hal yang
mujmal dan mubham
XV. Ilmu al-mauhibah iaitu suatu ilmu yang dianugerahkan oleh Allah
kepada orang yang mengamalkan apa yang ia ketahui.
2.6 DEFINISI ILMU TAFSIR.11
Ilmu yang dengannya diketahui maksud kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad s.a.w. Makna-makna al-
Quran dapat dijelaskan Hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya
dapat diketahui.
11
Ansori Muahammad,http://ansorimuhammad.wordpress.com/2011/09/25/pengertinan-ilmu-
tafsir/13 Feb 2011
8. 2.7 KAEDAH PENTAFSIRAN.12
Para ulama membahagikan kaedah tafsir kepada empat jenis iaitu :
I. Tafsir al-Ijmali (Tafsir Secara Ringkas). Tafsir jenis ini hanya mengupas
makna-makna ayat secara ringkas seperti Tafsir al-Jalalain oleh al-Sayuti
dan Safwah al-Bayan li Ma‟ani al-Quran oleh Husayn Makhluf.
II. Tafsir al-Tahlili (Tafsir Secara Analisa). Tafsir jenis ini membuat analisa
dari satu surah ke satu surah atau dari satu ayat ke satu ayat dengan
memberi penerangan yang lebih mendalam dalam pelbagai tajuk seperti
akidah, bahasa dan perundangan. Antara tafsir jenis ini ialah Tafsir al-
Zamakhsyari, Tafsir al-Baydawi, Tafsir Ibn Kathir, Tafsir Ibn „Atiyyah,
Tafsir al-Qasimi, Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Razi, Tafsir al-Biqa‟iyy dan
Tafsir Ibn „Ashur.
III. Tafsir al-Muqaran (Tafsir Secara Perbandingan). Tafsir jenis ini membuat
perbandingan antara beberapa tafsir dan manhaj. Melalui tafsir ini dapat
diketahui manhaj setiap tafsir tersebut serta membuat perbandingan di
antaranya. Peneliti juga berusaha membandingkan arah dan kecenderungan
masing-masing penafsir dan menganalisis tentang sebab yang melatari
seorang penafsir menuju arah dan memilih kecenderungan aliran tersebut.
12
Ibid
9. IV. Tafsir al-Mawdu„iyy ialah menghimpun ayat-ayat dalam satu tajuk secara
lafaz atau hukum dan menafsirkannya mengikut tujuan-tujuan al-Quran.
2.8 PEMBAHAGIAN ILMU TAFSIR.13
Pentafsiran yang mengikut manhaj akidah terbahagi kepada 4 bahagian utama :
I. Tafsir ahli Sunnah wa al-Jamaah
II. Tafsir mengikut manhaj Muktazilah
III. .Tafsir mengikut mazhab Syiah
IV. Tafsir mengikut aliran kesufian
Pembahagian mengikut keilmuan dan sumber-sumber terbahagi kepada 4 bahagian
iaitu :
I. Tafsir al-Ma'thur atau tafsir riwayat.
II. Tafsir al-Ra'yi
III. Tafsir al-Fiqhi
IV. Tafsir al-Isyari/Tafsir al-Sufi
2.9 PENGENALAN KITAB TAFSIR AL-MUNIR.14
Tafsir ini membahaskan seluruh ayat al-Quran dari awal surah al-Fatihah
sampai akhir surah an-Nas. Muhammad Ali Iyazi dalam bukunya, Al-Mufassirun
Hayatuhum wa Manhajuhum, mengatakan bahwa pembahasan kitab tafsir ini
menggunakan gabungan antara corak tafsir bi al-Ma'tsur dengan tafsir bi ar-
13
Ibid
14
Persatuan Ulama’ Malaysia,http://bit.ly/ykY87e13 Feb 2011.
10. ra'yi, serta menggunakan gaya bahasa dan ungkapan yang jelas, yakni gaya bahasa
kontemporari yang mudah difahami bagi generasi sekarang ini. Oleh sebab itu, beliau
membahagikan ayat-ayat berdasarkan topik untuk memelihara perbahasan dan
penjelasan di dalamnya.
Tentang tafsirnya ini, Dr. Wahbah az-Zuhaili menyatakan: "Tafsir al-Munir
ini bukan hanya sekedar kutipan dan kesimpulan dari beberapa tafsir, melainkan
sebuah tafsir yang ditulis dengan dasar pemilihan yang lebih shahih, bermanfaat, dan
mendekati ruh (intisari) kandungan ayat al-Quran, baik dari tafsir klasik mahupun
moden dan tafsir bi al-ma‟tsur ataupun tafsir rasional. Di dalamnya juga telah
diusahakan untuk menghindari perbezaan teori atau pandangan teologi yang tidak
diperlukan dan tidak berfaedah.
Tafsir ini ditulis setelah beliau selesai menulis dua buku lainnya, yaitu Ushul
Fiqh al-Islamy (2 jilid) dan al-Fiqh al-Islamy wa „Adillatuhu(8 Jilid). Sebelum
memulai penafsiran terhadap surah pertama (al-Fatihah),Dr Wahbah az-Zuhaili
terlebih dahulu menjelaskan gambaran yang berhubungan dengan ilmu al-Quran.
Dalam Muqaddimah, beliau mengatakan bahwa tujuan dari penulisan tafsir ini
adalah menyarankan kepada umat Islam agar berpegang teguh kepada al-Quran
secara ilmiah.
Dalam hal ini, Ali Iyazi menambahkan bahwa tujuan penulisan Tafsir al-
Munir ini adalah menggabungkan keaslian tafsir klasik dan keindahan tafsir
kontemperori, kerana menurut Dr Wahbah az-Zuhaili ramai orang yang menyudutkan
bahawa tafsir klasik tidak mampu memberikan solusi terhadap masalah kontemporari,
11. sedangkan para mufassir kontemporari banyak melakukan penyimpangan
perbandingan terhadap ayat al-Quran dengan alasan pembaharuan.
Oleh kerana itu, menurutnya, tafsir klasik harus dikemaskini dengan gaya
bahasa kontemporari dan metod yang konsisten dan sesuai dengan ilmu pengetahuan
moden tanpa ada penyimpangan perbandingan.
Secara metod, sebelum memasuki perbahasan ayat,Dr Wahbah az-Zuhaili
pada setiap awal surah selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan
kandungan surah tersebut, dan sejumlah tema yang terkait dengannya secara garis
besar. Setiap tema yang diangkat dan dibahas mencakup tiga aspek, iaitu: Pertama,
aspek bahasa, iaitu menjelaskan beberapa istilah yang termaktub dalam sebuah ayat,
dengan menerangkan bentuk-bentuk balaghah dan seni bahasanya.
Kedua, tafsir dan bayan, iaitu penerangan yang komprehensif terhadap ayat-
ayat, sehingga dapat menjelaskan tentang makna-makna yang terkandung di
dalamnya dan keshahihan hadis-hadis yang terkait dengannya.Dalam bahagian ini,
beliau meringkaskan penjelasannya jika dalam ayat tersebut tidak terdapat masaalah,
seperti terlihat dalam penafsirannya terhadap surah al-Baqarah ayat 97-98. Namun,
jika ada permasaalahan, akan diulaskan secara terperinci, seperti
permasalahan nasakh dalam ayat 106 dari surah al-Baqarah.
Ketiga, fiqh al-hayat wa al-ahkam, iaitu perincian tentang beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa ayat yang berhubungan dengan realiti
kehidupan manusia.
12. Dr Wahbah Az-Zuhaili sendiri menilai bahwa tafsirnya adalah model tafsir al-
Quran yang didasarkan pada al-Quran sendiri dan hadis-hadis shahih,
mengungkapkan asbab an-nuzul dan takhrij al-hadis, menghindari cerita-cerita
isra‟iliyat, riwayat yang buruk, dan polemik, serta bersikap kesederhanaan.
Sedangkan dalam masalah teologi, beliau cenderung mengikuti fahaman ahl
al-Sunnah, tetapi tidak terjebak pada sikap fanatik dan menghukum mazhab lain. Ini
terlihat dalam perbahasannya tentang masalah "Melihat Tuhan" di dunia dan akhirat,
yang terdapat padasurat al-An'am ayat 103. (Keterangan ini merujuk pada kitab Al-
Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum karya Sayyid Muhammad Ali Iyazi;
kitab Tarjamah al-Mufassir fi Kutaeb Shadr Haul at-Tafsir al-Munir; dan kitab Tafsir
al-Munir sendiri).
13. 2.10 LATAR BELAKANG PENGARANG KITAB TAFSIR AL-MUNIR.15
Beliau dilahirkan pada tahun 1351H bersamaan 6 Mac 1932M
diperkampungan Dir „Atiyah, satu kawasan di Qalmun daerah al-Nabk iaitu di
pinggir Kota Damsyiq.Beliau dinamakan dengan Wahbah Mustafa al-Zuhaili dan
digelar Abu „Ubadah.Ini kerana salah seorang anaknya bernama „Ubadah.Ayahnya
bernama al-Haj Mustafa al-Zuhaili yang merupakan seorang hafiz al-Quran dan
seorang yang banyak membaca siang dan malam.Seorang yang banyak beribadat dan
berpuasa dan memelihara solat jemaah di masjid.Ayahnya bekerja sebagai peladang
dan peniaga.Ibunya pula bernama Hajjah Fatimah binti Mustafa Sa‟adah.Seorang ibu
yang dihiasi dengan sifat wara‟ dan bepegang teguh dengan syari‟at dan beramal
dengannya.
2.10.1 TAHAP PENDIDIKAN16
Beliau mendapat didikan dan tarbiyah sejak kecil lagi dari kedua orang ibu
bapanya.Syaikh juga mempelajari sekolah rendah dan tamat di perkampunganya
sebelum berpindah ke Kota Damsyiq atas dorongan ibunya.Kemudian syaikh
menyambung pengajian menengah dan thanawi di Kota Damsyiq.Beliau pernah
15
Ibid
16
Ibid
14. menceritakan bahawa beliau pernah belajar dengan seorang tokoh Nahu pada
zamannya yang terkenal iaitu Syaikh al-Kafrawi.
Seterusnya beliau menyambung pengajian di Kuliah Syariah di mana maahad
tersebut merupakan taraf yang cukup tinggi di Syiria. Di Kuliah Syariah, beliau telah
belajar hampir 6 tahun dan mendapat darjah Tajhiz – Thanawi – Syar‟iyyah pada
tahun 1952.
Kemudian beliau menyambung pengajian ke Mesir. Beliau telah belajar di
beberapa Kuliah dan di beberapa universiti pada waktu yang sama. Namun secara
khususnya, beliau mempelajari di Universiti al-Azhar dalam dua kuliah iaitu Syari‟ah
dan Lughah „Arabiyyah.Begitu juga beliau belajar di Kuliah Undang-undang di
Universiti „Ain Syams.17 Beliau telah mendapat sijil seperti berikut :
I. Sijil Syahada „Aliah dalam Syariah Islamiah daripada Kuliah Syari‟ah,
Universiti al-Azhar tahun 1956. Kedudukannya ialah tempat pertama dari
keseluruhan pelajar.
II. Ijazah Takhassus dengan pengajaran dan pendidikan daripada Kuliah
Lughah Arabiyyah, Universiti al-Azhar tahun 1957.
III. Seterusnya beliau meneruskan pengajiannya pada peringkat Master dan
pada tahun 1959 beliau telah memperoleh Ijazah Sarjana (Master) dalam
17
Sayyid Muhammad Ali Ayazi, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manahijuhum, (Teheran: Wizanah al-
Tsiqafah wa al-Insyaq al-Islam, th. 1993), h. 684-685.
15. Syari‟ah Islamiyyah dari Kuliah Huquq (Undang-undang) dan tajuk
risalahnya ialah al-Zara‟I Fi al-Siasah al-Syar‟iyyah wa al-Fiqh al-Islami.
IV. Selepas itu beliau meneruskan kajian ilmiahnya untuk mencapai Ph.D
pada tahun 1963 di mana tajuk tesisnya Athar al-Harb Fi al-Fiqh al-Islami
: Kajian Perbandingan. Beliau telah diselia oleh Prof. Dr. Muhammad
Sallam Madkur. Akhirnya beliau telah dianugerahkan martabat Syaraf
Ula dan datangnya dengan tqarar tausiat untuk diedarkan tesisnya
tersebut antara unversiti-unversiti yang lain.
Pada tahun 1963 M, beliau diangkat sebagai pensyarahdi fakulti Syari‟ah
Universiti Damsyiq dan secara berturut-turut menjadi wakil Dekan, kemudian Dekan
dan Ketua Jurusan Fiqh Islami wa Madzahabih di fakulti yang sama.
Beliauberkhidmat selama lebih dari tujuh tahun dan dikenali alim dalam bidang Fiqh,
Tafsir dan Dirasah Islamiyyah.18
Adapun guru-guru beliau adalah Muhammad Hashim al-Khatib al-Syafie,
(1958M) seorang khatib di Masjid Umawi. Beliau belajar darinya fiqh al-Syafie;
mempelajari ilmu Fiqh dari Abdul Razaq al-Hamasi (1969M); ilmu Hadis dari
Mahmud Yassin (1948M); ilmu faraid dan wakaf dari Judat al-Mardini (1957M),
Hassan al-Shati (1962M), ilmu Tafsir dari Hassan Habnakah al-Midani (1978M);
ilmu bahasa Arab dari Muhammad Shaleh Farfur (1986M); ilmu usul fiqh dan
18
http://bit.ly/yOcXca diakses pada 13 Feb 2011.
16. Mustalah Hadits dari Muhammad Lutfi al-Fayumi (1990M); ilmu akidah dan kalam
dari Mahmud al-Rankusi.
Selama di Mesir, beliau berguru dengan Muhammad Abu Zuhrah, (1395H),
Mahmud Shaltut (1963M) Abdul Rahman Taj, Isa Manun (1376H), Ali Muhammad
Khafif (1978M), Jad al-Rabb Ramadhan (1994M), Abdul Ghani Abdul Khaliq
(1983M) dan Muhammad Hafiz Ghanim. Di samping itu, beliau amat terkesan
dengan buku-buku tulisan Abdul Rahman Azam seperti al-Risalah al-Khalidah dan
buku karangan Abu Hassan al-Nadwi berjudul Ma dza Khasira al-„alam bi Inkhitat al-
Muslimin.19
2.10.2 KARYA-KARYA DR WAHBAH AZ-ZUHAILI
Dr Wahbah al-Zuhaili menulis buku, kertas kerja dan artikel dalam berbagai
ilmu Islam.Buku-bukunya melebihi 133 buah buku dan jika dicampur dengan risalah-
risalah kecil melebihi lebih 500 makalah. Satu usaha yang jarang dapat dilakukan
oleh ulama kini seolah-olah ia merupakan as-Suyuti kedua (as-Sayuti al-Thani) pada
zaman ini, mengambil contoh seorang Imam Shafi‟iyyah iaitu Imam al-Sayuti.
diantara buku-bukunya adalah sebagai berikut :
I. Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islami – Dirasat Muqaranah, Dar al-Fikr,
Damsyiq, 1963.
19
Ibid hal no.8
17. II. Al-Wasit fi Usul al-Fiqh, Universiti Damsyiq, 1966.
III. Al-Fiqh al-Islami fi Uslub al-Jadid, Maktabah al-Hadithah, Damsyiq,
1967.
IV. Nazariat al-Darurat al-Syar‟iyyah, Maktabah al-Farabi, Damsiq, 1969.
V. Nazariat al-Daman, Dar al-Fikr, Damsyiq, 1970.
VI. Al-Usul al-Ammah li Wahdah al-Din al-Haq, Maktabah al-Abassiyah,
Damsyiq, 1972.
VII. Al-Alaqat al-Dawliah fi al-Islam, Muassasah al-Riisalah, Beirut, 1981.
VIII. Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuh, (8 jilid), Dar al-Fikr, Damsyiq, 1984.
IX. Usul al-Fiqh al-Islami (dua Jilid), Dar al-Fikr al-Fikr, Damsyiq, 1986.
X. Juhud Taqnin al-Fiqh al-Islami, (Muassasah al-Risalah, Beirut, 1987.
XI. Fiqh al-Mawaris fi al-Shari‟at al-Islamiah, Dar al-Fikr, Damsyiq, 1987.
XII. Al-Wasaya wa al-Waqf fi al-Fiqh al-Islami, Dar al-Fikr, Damsyiq, 1987.
XIII. Al-Islam Din al-Jihad La al-Udwan, Persatuan Dakwah Islam
Antarabangsa, Tripoli, Libya, 1990.
XIV. al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari‟at wa al-Manhaj, (16 jilid),
Dar al-Fikr, Damsyiq, 1991.
XV. al-Qisah al-Qur‟aniyyah Hidayah wa Bayan,Dar Khair, Damsyiq, 1992.
XVI. Al-Qur‟an al-Karim al-bunyatuh al-Tasyri‟iyyah aw Khasa‟isuh al-
Hadariah, Dar al-Fikr, Damsyiq, 1993.
XVII. al-Rukhsah al-Syari‟at – Ahkamuha wa Dawabituha, Dar al-Khair,
Damsyiq, 1994.
XVIII. Khasa‟is al-Kubra li Huquq al-Insan fi al-Islam, Dar al-Maktabi,
Damsyiq, 1995.
18. XIX. Al-Ulum al-Syari‟at Bayn al-Wahdah wa al-Istiqlal, Dar al-Maktab,
Damsyiq, 1996.
XX. Al-Asas wa al-Masadir al-Ijtihad al-Musytarikat bayn al-Sunnah wa al-
Syiah, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1996.
XXI. Al-Islam wa Tahadiyyat al-„Asr, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1996.
XXII. Muwajahat al-Ghazu al-Thaqafi al-Sahyuni wa al-Ajnabi, Dar al-Maktabi,
Damsyiq, 1996.
XXIII. al-Taqlid fi al-Madhahib al-Islamiah inda al-Sunnah wa al-Syiah, Dar al-
Maktabi, Damsyiq, 1996
XXIV. Al-Ijtihad al-Fiqhi al-Hadith, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1997.
XXV. Al-Uruf wa al-Adat, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1997.
XXVI. Bay al-Asham, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1997.
XXVII. Al-Sunnah al-Nabawiyyah, Dar al-Maktabi Damsyiq, 1997.
XXVIII. Idarat al-Waqaf al-Khairi, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1998.
XXIX. al-Mujadid Jamaluddin al-Afghani, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 1998.
XXX. Taghyir al-Ijtihad, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 2000.
XXXI. Tatbiq al-Syari‟at al-Islamiah, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 2000.
XXXII. Al-Zira‟i fi al-Siyasah al-Syar‟iyyah wa al-Fiqh al-Islami, Dar al-Maktabi,
Damsyiq, 1999.
XXXIII. Tajdid al-Fiqh al-Islami, Dar al-Fikr, Damsyiq, 2000.
XXXIV. Al-Thaqafah wa al-Fikr, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 2000.
XXXV. Manhaj al-Da‟wah fi al-Sirah al-Nabawiyah, Dar al-Maktabi, Damsyiq,
2000.
19. XXXVI. Al-Qayyim al-Insaniah fi al-Qur‟an al-Karim, Dar al-Maktabi, Damsyiq,
2000.
XXXVII. Haq al-Hurriah fi al-„Alam, Dar al-Fikr, Damsyiq, 2000.
XXXVIII. Al-Insan fi al-Qur‟an, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 2001.
XXXIX. Al-Islam wa Usul al-Hadarah al-Insaniah, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 2001
XL. Usul al-Fiqh al-Hanafi, Dar al-Maktabi, Damsyiq, 2001.20
20
Ibid hal no.8