Teks tersebut membahas tentang contoh-contoh hadits ahad yang diterima oleh para ulama sebagai dalil agama, termasuk untuk masalah aqidah. Tulisan ini mengkritik pandangan Hizbut Tahrir yang hanya menerima hadits mutawatir untuk aqidah dan menolak hadits ahad, padahal hadits-hadits tersebut telah disepakati keabsahannya oleh para ulama.
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Hadits atau Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Hadits berisi perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat dan generasi berikutnya. Hadits dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sanad, matan, dan rawi. Terdapat berbagai jenis hadits berdasarkan jumlah perawinya dan kualitas perawinya.
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah completeAngah Rahim
Hadis Hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari perawi-perawi yang adil tetapi kurang mantap dalam ingatan berbanding perawi hadis sahih. Hadis Hasan dibahagikan kepada dua jenis iaitu Hasan Lizatihi dan Hasan Lighairihi. Walaupun kedudukannya lebih rendah berbanding Hadis Sahih, namun sebahagian ulama mengatakan wajib beramal dengan Hadis Hasan.
Hadis dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan jumlah perawinya, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga kebenarannya tidak diragukan, sedangkan hadis ahad hanya diriwayatkan oleh sejumlah kecil perawi sehingga masih perlu diteliti kebenarannya. Hadis juga dibedakan berdasarkan kualitas sanad dan isinya, serta keduduk
Dokumen tersebut membahas pembagian hadis dari segi kualitas menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha'if. Hadis shahih memenuhi syarat sanad dan matannya, hadis hasan kurang sempurna dalam daya ingat perawinya, sedangkan hadis dha'if tidak memenuhi syarat kualitas hadis shahih dan hasan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, ilmu hadits, sejarah penghimpunan hadits, kedudukan hadits, pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuantitas periwayatan, serta signifikansi hadits dalam kehidupan masyarakat. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang konsep dan perkembangan ilmu hadits serta peranannya dalam kehidupan umat Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang hadits dilihat dari jumlah perawinya. Ada dua kategori hadits yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad, di mana hadits mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga tidak mungkin mereka sepakat berdusta, sedangkan hadits ahad diriwayatkan oleh satu atau beberapa perawi. Hadits mutawatir memenuhi syarat tertentu seperti sanad yang kuat dan berimbang, serta diriwayatkan
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Ilmu Hadits mempelajari kaidah-kaidah untuk memahami periwayat dan materi hadits, dengan tujuan melestarikan ajaran Nabi Muhammad, mengetahui kehidupannya, dan mencegah kesalahan dalam menyandarkan sesuatu kepadanya. Ruang lingkupnya meliputi sanad, matan, dan periwayat hadits. Cabang-cabangnya antara lain menganalisis sanad, matan, dan cara pengambilan hadits.
Hadits atau Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Hadits berisi perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat dan generasi berikutnya. Hadits dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sanad, matan, dan rawi. Terdapat berbagai jenis hadits berdasarkan jumlah perawinya dan kualitas perawinya.
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah completeAngah Rahim
Hadis Hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari perawi-perawi yang adil tetapi kurang mantap dalam ingatan berbanding perawi hadis sahih. Hadis Hasan dibahagikan kepada dua jenis iaitu Hasan Lizatihi dan Hasan Lighairihi. Walaupun kedudukannya lebih rendah berbanding Hadis Sahih, namun sebahagian ulama mengatakan wajib beramal dengan Hadis Hasan.
Hadis dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan jumlah perawinya, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga kebenarannya tidak diragukan, sedangkan hadis ahad hanya diriwayatkan oleh sejumlah kecil perawi sehingga masih perlu diteliti kebenarannya. Hadis juga dibedakan berdasarkan kualitas sanad dan isinya, serta keduduk
Dokumen tersebut membahas pembagian hadis dari segi kualitas menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha'if. Hadis shahih memenuhi syarat sanad dan matannya, hadis hasan kurang sempurna dalam daya ingat perawinya, sedangkan hadis dha'if tidak memenuhi syarat kualitas hadis shahih dan hasan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, ilmu hadits, sejarah penghimpunan hadits, kedudukan hadits, pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuantitas periwayatan, serta signifikansi hadits dalam kehidupan masyarakat. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang konsep dan perkembangan ilmu hadits serta peranannya dalam kehidupan umat Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang hadits dilihat dari jumlah perawinya. Ada dua kategori hadits yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad, di mana hadits mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga tidak mungkin mereka sepakat berdusta, sedangkan hadits ahad diriwayatkan oleh satu atau beberapa perawi. Hadits mutawatir memenuhi syarat tertentu seperti sanad yang kuat dan berimbang, serta diriwayatkan
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Ilmu Hadits mempelajari kaidah-kaidah untuk memahami periwayat dan materi hadits, dengan tujuan melestarikan ajaran Nabi Muhammad, mengetahui kehidupannya, dan mencegah kesalahan dalam menyandarkan sesuatu kepadanya. Ruang lingkupnya meliputi sanad, matan, dan periwayat hadits. Cabang-cabangnya antara lain menganalisis sanad, matan, dan cara pengambilan hadits.
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus coverAnas Wibowo
BUKLET Kewajiban Syariah Islam
“Kita harus berjuang untuk Syariah agar umat Islam bisa bangkit”. (Prof. Dr. Istiqlal Amin, Peneliti di Kementerian Pertanian)
"Syariah Islam membawa kehidupan bernegara lebih baik. Dengan sistem demokrasi korupsi tumbuh subur, budaya liberalisasi juga tumbuh subur, bahkan budaya liberal di kalangan remaja semakin menyedihkan." (Prof. Haryono Sigit, Mantan Rektor ITS)
“Masalah bangsa ini seperti kemiskinan, pengangguran, dan krisis sosial adalah masalah sistemik yang disebabkan oleh sistem yang rusak dan merusak, demokrasi” (Tri Wahyu Agustina SP, M.Pd, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
"Sistem kehidupan saat ini sudah sangat bertentangan dengan Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu Khilafah Islamiyah adalah solusi atas kerusakan sistem saat ini yang menjadi hegemoni penjajah." (Prof. Dr. Muhammad Najib, Wakil Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
"Saya harap semua umat bisa mendukung untuk tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi." (Dr. Saharuddin Daming, Mantan Komisioner Komnas HAM)
"Saya mengajak seluruh kaum intelektual untuk bergabung bersama Hizb dan menjadi ujung tombak untuk menegakkan Khilafah." (Prof. Dr. Ir. Hj. Sutinah Made M.Si. Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan UNHAS)
"Saya sudah ikut bersama Hizbut Tahrir dan saya sangat senang dakwah bersama Hizbut Tahrir. Kita berharap para intelektual seluruh Indonesia ikut berjuang bersama Hizbut Tahrir." (Prof. Lukman Atmaja)
"Saya ingin berjuang bersama menegakkan syariah dan Khilafah." (Otong Surasman Kandidat Doktor Institut Perguruan Tinggi al-Quran)
"Sudah saatnya para intelektual mengambil kembali mutiara yang dulu hilang, mengembalikan kejayaan Islam, menerapkan seluruh hukum Islam dalam bingkai Khilafah." (Dr. Ni’matuzzahrah Dosen Universitas Airlangga)
"Para intelektual muslim, marilah kita menjalankan kewajiban kita kepada Allah, berperan serta dalam menegakkan syariah seutuhnya dalam bingkai Khilafah." (Dr. H. Tjipto Subadi, M.Si. Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta)
unduh buklet (plus gambar sampul) di:
http://www.mediafire.com/download/c9pjhhm73259hh7/BUKLET+Kewajiban+Syariah+Islam+plus+cover.doc
atau di:
http://www.4shared.com/office/dMAHH1baba/BUKLET_Kewajiban_Syariah_Islam.html
Sunnah merupakan segala perbuatan, ucapan, dan ketetapan Nabi Muhammad Saw. Bid'ah adalah segala sesuatu yang dibuat dan diperkenalkan kepada agama tanpa adanya dalil yang kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah. Risalah ini membahas tentang perbedaan antara sunnah dan bid'ah serta pentingnya berpegang teguh kepada ajaran salaf shalih.
Sunnah merupakan segala perbuatan, ucapan, dan ketetapan Nabi Muhammad Saw. Bid'ah adalah segala sesuatu yang dibuat dan diperkenalkan kepada agama tanpa adanya dalil yang kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah. Kitab ini membahas tentang perbedaan antara sunnah dan bid'ah serta kewajiban untuk mengikuti salah satu mazhab empat.
Dokumen tersebut membahas tentang taklid buta dan pentingnya mengikuti dalil dalam agama Islam. Ringkasannya adalah: (1) Taklid buta tanpa memperhatikan dalil dilarang dalam Islam karena bisa menyesatkan, (2) Para imam juga mengingatkan umat untuk selalu mengikuti dalil al-Quran dan sunnah, bukan mengikuti pendapat buta. (3) Taklid hanya boleh dilakukan jika seseorang sudah berusaha
Sumber hukum Islam terdiri atas 4 sumber utama yaitu Al-Qur'an, As-Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Keempat sumber ini menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menetapkan hukum."
Dokumen tersebut membahas tentang ijma' dan qiyas sebagai sumber hukum Islam. Ijma' didefinisikan sebagai kesepakatan para mujtahid setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, sedangkan qiyas adalah menyamakan suatu masalah baru dengan masalah lama berdasarkan kesamaan alasan hukum."
Ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Syariat Islam merupakan hukum Allah yang mengatur interaksi manusia dalam berbagai aspek kehidupan berdasarkan al-Quran dan hadis. Syariat diturunkan untuk kemaslahatan umat manusia dalam hubungan dengan Allah, sesama, dan alam sekitar. Siapa pun yang tidak taat pada hukum Allah dianggap sebagai orang yang zalim, fasik, dan kafir.
1) Makalah ini membahas tentang ijma' dan qiyas sebagai sumber hukum Islam selain Al-Quran dan Hadis. Ijma' didefinisikan sebagai kesepakatan para mujtahid, sedangkan qiyas adalah menyamakan hukum baru dengan hukum lama berdasarkan persamaan alasan hukum.
Teks tersebut membahas perbedaan antara aqidah dan manhaj dalam dakwah Islam. Ia menjelaskan bahwa meskipun terdapat kesepakatan dalam aqidah, terdapat perbedaan dalam penerapan manhaj antara kelompok-kelompok dakwah. Teks tersebut juga membahaskan perbedaan antara istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Salafiyah, serta menekankan pentingnya mengikuti manhaj ulama salaf dalam berd
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut menyerukan penolakan terhadap kebebasan yang tidak berdasarkan syariat.
2. Dokumen tersebut menjelaskan bahaya dari liberalisme dan kebebasan yang tidak berbatas karena dapat menyebabkan penolakan terhadap syariat.
3. Dokumen tersebut menekankan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah, bukan untuk kebe
Risalah ini membahas sunnah dan bid'ah. Sunnah adalah apa yang dilakukan, diucapkan, atau ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw. sedangkan bid'ah adalah segala sesuatu yang diperkenalkan ke dalam agama tanpa adanya dasar-dasar yang sah dari Nabi.
Dokumen tersebut membahas tentang metode studi Al-Quran dan Hadis. Secara singkat, dibahas pengertian Al-Quran dan Hadis secara etimologi dan terminologi, fungsi Al-Quran, hukum-hukum dalam Al-Quran, dalalah Al-Quran, serta jenis-jenis Hadis.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
Contoh hadis ahad
1. CONTOH-CONTOH HADITS AHAD
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir ‘Abdat
MUKADDIMAH
Pembahasan mengenai hadits ahad dan hubungannya dengan aqidah, atau hukum dan aqidah, itu
tidak pernah dibicarakan oleh generasi pertama, kedua dan ketiga. Khususnya para sahabat g ,
tidak pernah memilah atau membagi-bagi hadits, seperti pembagian yang dilakukan oleh
sebagian ahli bid’ah, bahwa hadits ahad hanya terbatas untuk hukum, sedangkan hadits
mutawatir dapat dipakai untuk aqidah. Pembagian seperti ini tidak pernah dikenal, kecuali oleh
ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah. Dan fikrah ini terus berkembang sampai pada awal abad kedua
puluh, hingga timbul Mu’tazilah gaya baru, atau yang kita kenal dengan Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir mereka membagi, hadits mutawatir untuk aqidah dan ahkam. Sedangkan hadits
ahad dikhususkan untuk masalah hukum. Adapun para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
menerima hadits, jika hadits tersebut sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tanpa
membaginya sebagaimana yang dilakukan oleh Mu’tazilah dan yang sepaham dengannya. Jadi,
para sahabatnya melihatnya, sah atau tidak, jika sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu hadits, dan
diterima baik untuk masalah hukum ataupun aqidah. Jadi pembagian yang dilakukan oleh Hizbut
Tahrir, bahwa hadits ahad tidak bisa dipakai dalam aqidah, merupakan pembagian yang muhdats
(bid’ah). Ini bisa dilihat dari beberapa segi.
1. Berdasarkan nash Al Qur’an, banyak ayat (firman Allah) yang dijadikan dalil oleh Imam
Syafi’i. Diantaranya tersebut dalam kitab Ar Risalah, bahwa khabar ahad itu diterima.
2. Demikian juga dari hadits-hadits yang akan kita lihat.
Diantaranya, bahwa Rasulullah mengutus sebagian sahabat orang per orang untuk
menyampaikan Islam.
3. Bertentangan dengan Ijma’ para sahabat. Para sahabat tidak pernah menolak hadits yang
disampaikan oleh satu sahabat yang lain yang berkenaan dengan akidah dan contoh tentang ini
banyak sekali.
4. Bertentangan dengan kaidah ilmu hadits, yang dapat menunjukkan kebodohan mereka.
Memang, perlu diketahui bahwa ahlul bid’ah itu menegakkan manhaj mereka atas dasar
kebodohan dan hawa nafsu. Sedangkan Ahlus Sunnah menegakkan manhaj di atas dasar ilmu
dan keadilan.
BAGIAN KEDUA
Tampak sangat jelas kebodohan Hizbut Tahrir yang menolak khabar ahad untuk aqidah, karena
hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara tentang Islam. Allah Azza wa Jalla
memerintahkan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjelaskan Al Qur’an. Tentunya,
yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dinul Islam. Allah berfirman:
2. َأَنََ ْنَآإَلَي َك ْنلآَِّْيلَ َِ لُبَيَِن لِلإنلي َملَُِّزَنلي ََِْلُهمي َْوَِّيلَ َهنْيَيبَف َكَكرََِ
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". [An Nahl : 44].
Ayat yang mulia ini, memberikan sejumlah faidah, hukum dan qawaid. Diantaranya, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam diperintahkan oleh Allah untuk menjelaskan Al Qur’an. Penjelasan
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Al Qur’an ini, agar manusia faham dengan apa yang
dimaksudkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat luas, meliputi apa yang ada dalam Al
Qur’an, bahkan yang tidak disebutkan secara terperinci di dalamnya, meskipun secara mujmal
(global) terdapat di dalam Al Qur’an. Karena itu, ulama membagi Sunnah Nabi menjadi
beberapa bagian. Pendapat ini disampaikan oleh ulama, diantaranya Imam Syafi’i, kemudian
dinukil Imam Baihaqi di dalam kitabnya, Al Madkhal, dan Imam Suyuthi di dalam kitab
Miftahul Jannah.
1. Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengamalkan atau memerintahkan apa yang
diperintahkan oleh Allah. Misalnya, Allah memerintahkan shalat, maka Beliaupun ikut
memerintahkan shalat. Allah mengancam orang yang meninggalkan shalat, Beliupun ikut
mengancam. Dan begitu seterusnya.
2. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan apa yang mujmal di dalam Al Qur’an atau
Beliau memberikan tambahan-tambahan, seperti wudhu, tentang makanan yang diharamkan
yang tidak disebutkan di dalam Al Qu’an kecuali beberapa macam, dan lain-lain.
3. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan atau melarang sesuatu yang sama sekali
tidak ada keterangannya dalam Al Qur’an, tetapi secara mujmal atau mutlak terdapat dalam Al
Qur’an, yakni perintah Allah Azza wa Jalla agar taat kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm.
Allah memerintahkan agar kita taat kepada Allah dan Rasul, disebutkan di dalam Al Qur’an
kurang lebih di 44 tempat. Diantaranya:
لمَِءللْيم َمَلمَر َُ رلَ َُ ومَءمو َك ومَآَنِيَ َنْنَ ْنَََِآَيَِن َك َُكَهَََ َِوََِمي َنَََِومَقهَن َك
"Dan Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah sangat keras
hukumanNya". [Al Hasyr : 7].
Ayat ini bersifat mutlak, memerintahkan kita untuk menerima yang datang dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun tidak tertulis di dalam Al Qur’an. Misalnya, seperti
haramnya cincin emas serta kain sutera bagi kaum pria, dan lain sebagainya.
Ini merupakan Sunnah dan penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Al Qur’an.
Dari sini, kita mengetahui bahwa Sunnah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya
berbicara tentang satu hokum. Jika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara tentang satu hal
-misalnya tentang shalat, zakat, jual beli- tidak hanya terbatas pada hukum tersebut, tetapi
3. mencakup hukum yang lain, karena ini merupakan penjelasan Beliau terhadap Al Qur’an dan
Islam secara keseluruhan. Karena itu, Al Qur’an sangat membutuhkan kepada hadits, dan tidak
sebaliknya.
Nanti kita akan melihat contoh, bahwa dalam satu hadits kadang berbicara tentang aqidah,
akhlak, kisah, hukum dan lain-lain. Sehingga dari satu hadits, kita dapat mengambil faidah yang
banyak, puluhan bahkan ratusan. Sehingga, jika kita katakan bahwa hadits ahad tidak dipakai
untuk aqidah, maka sebagian besar aqidah akan tertolak.
Kita lihat lagi kejahilan Hizbut Tahrir. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu. Diantara
kebodohannya, mereka tidak bisa mengetahui adanya keterikatan antara aqidah dan hukum.
Padahal keterikatan antara keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Karena, kalau memisahkannya,
berarti kita menetapkan sesuatu tanpa iman. Misalnya hukum haramnya khamr. Dan menetapkan
keharaman khamr itu dengan keyakinan, yang demikian ini merupakan aqidah. Mustahil kita
menetapkan hukum tanpa keyakinan bahwa itu telah ditetapkan keharamannya oleh Allah Azza
wa Jalla. Jadi, pemisahan antara aqidah dan hukum merupakan satu kerancuan dalam beragama,
jauh dari nur Al Qur’an dan Sunnah.
Hizbut Tahrir dan kawan-kawannya juga tidak istiqamah dalam menjalankan ajaran mereka. Ada
sesuatu yang lucu. Kalau mereka mengatakan bahwa hadits ahad tidak bisa diterima dalam
aqidah, maka konsekwensinya, jika mereka menyampaikan materi dalam ta’lim, atau manakala
menulis kitab, maka khabarnya wajib harus mutawatir, tidak boleh satu orang. Ini sesuai dengan
teori mereka. Akan tetapi, kenyataannya ustadz-ustadz mereka menyampaikan materi aqidah
seorang diri, begitu juga ketika menulis.
CONTOH-CONTOH HADITS AHAD
Sering terjadi, apa yang disangka oleh Hizbut Tahrir sebagai hadits ahad, ternyata bukan ahad.
Sebagai contoh tentang adzab kubur. Bahkan mereka sering menyampaikan pengingkarannya
terhadap adzab kubur. Padahal hadits tentang masalah ini mutawatir maknawi. Dan masih
banyak contoh lainnya.
Hadits apa saja yang mereka tolak? Ini harus diteliti terlebih dahulu, apakah termasuk khabar
ahad ataukah mutawatir? Demikian jika kita mengikuti teori mereka. Tetapi ternyata mereka
tidak paham yang dimaksud dengan ahad dan mutawatir.
Di depan sudah disampaikan, jika kita menerima teori mereka, maka sebagian besar aqidah akan
tertolak. Contoh-contoh hadits ahad yang diterima, disepakati dan dijadikan dalil oleh para ulama
dari zaman ke zaman, yang di dalamnya disamping berbicara tentang aqidah, tetapi juga hukum,
atau yang lainnya. Karena keduanya berkaitan. Contohnya, kita lihat satu per satu.
Contoh pertama, hadits nomor 1, yang kami bawakan dari Shahih Bukhariyaitu sebuah hadits
ahad dan gharib.
َك لَِِّلُنِيلَ ََِِِْ َ ِّْم َِِيلَْنلآَ َِآَللَْنََ ِئَفَِْنم وَيلَ ْكَف َِآَزِّ ل ََ َِِّْيَُ وَيلَ َنَوَِْنلُ َْييََِ ْمََِ ل ََوي َِن ِة لِْنم لُحََلي َِِيلَلنَِّْيلَ ََِمَُِ َِن وَيلَ َنَوَِ
"Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang apa yang dia
4. niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada perempuan
yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang dia niatkan". [Muttafaqun ‘alaih].
Apakah hadits ini tidak berbicara tentang aqidah? Bahkan hadits ini berbicara tentang salah satu
diterimanya amal, tentang ikhlas yang merupakan syarat diterimanya amal seseorang. Hadits ini,
jelas merupakan hadits ahad, dan termasuk ke dalam bagian hadits gharib, karena tidak
diriwayatkan, kecuali dari jalan Umar bin Khaththab. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya,
kecuali Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali
Muhammad bin Ibrahim At Taimi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Yahya bin
Sa’id Al Anshari. Kemudian dari beliau ini diriwayatkan oleh puluhan perawi, bahkan mungkin
ratusan. Awalnya mutawatir, akhirnya ahad dan gharib. Ini salah satu contoh hadits yang
diterima oleh para ulama, bahkan hampir sebagian besar ulama.
Contoh hadits kedua, yaitu hadits nomor 7, yang diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari. Hadits
yang panjang, berbicara tentang hukum, aqidah, adab dan lain-lain. Yaitu hadits tentang kisah
Hiraklius. Hadits ini telah diterima oleh para ulama. Di dalamnya diceritakan, Hiraklius bertanya
kepada Abu Sufyan, yang ketika itu ia masih musyrik, berkaitan dengan dakwah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantaranya, Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan :
َََِْوم َك ُِرَِّْر لنلَ ومََ لِْوَو َع َك ََُمْا َك ََم َكممَزْ م َِوَءََ َيْإَه ْنََََِنْوََ مََُِن ل َِأَلْيم َك لآْم لُ مي َك لئََِميب َك لئ َِ ِيلَ َِيََِنْوََ َك ْنَََ ََِق َِوَءََ َِن وم
لاَإ لُ مي َك
"Apa yang diperintahkan oleh Muhammad kepada kalian? Aku (Abu Sufyan)
menjawab,”Muhammad mengatakan: ‘ Sembahlah Allah semata dan janganlah kalian
menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang dikatakan (diyakini) oleh
bapak-bapak (nenek moyang) kalian'. Muhammad (juga) menyuruh kami untuk shalat, zakat,
jujur, menjaga harga diri dan menyambung tali silaturrahim…”"
Apakah yang dimaksudkan dalam hadits ini bukan aqidah? Demikian ini aqidah, merupakan
hadits ahad dan bukan mutawatir. Bahkan dalam hadits yang mulia ini terdapat surat Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu:
لَم لمْزَ ِمَِلَن ْملن لِّن لاِمي لمَِْاِمي لَم لنَْلََََِ لملَ َِوَ َُْف قلُيلعَ َمْلََ ِنَف لَمَآْيم َىَزمو ْمَن وَإَ هُ َََِ لُكَِمي لِّنلفَ َحْهَِلُ وَيلَ لنليوََ ََ َك لا
لُقلََ لََ ِّْم َنْملَ َْوَِّإَ رلعَ َْيِّي َوَو ْرلعَ لْمَِّوَِن ََِِْمَف ََم َولوَْنَ ْنَإََْو ْنلإََْف لُ ََِْ ل ْ يم َِنَنََِّْ ِمق َوََ ِاَِلإََ وَيلَ م ْوَيَِلَو لمَِنلَْيم َحَُْف ََِ َك َر
َُ ْملن َََََُِِْف ُِنْلََ َِنَنْلََ َه لَنََ َع َك ُِرَِّْر لنلَ َِ لِْوَي َع َك ََم علَ َمَزْلَي َع ْرَف ْنَََنََِّْ َِكيَولَ َكممَآْرم ومَيوَءَ م ْوي َوَو ْرلعَ لَم لكر َورَِلإََْن
"Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad hamba Allah dan RasulNya kepada Hirakla
(Hiraklius) pembesar Romawi, keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk, amma ba'du.
Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam, Islamlah! Engkau pasti akan selamat dan
Allah akan memberikan kepadamu balasan dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka engkau
akan menanggung dosa-dosa rakyatmu. (Kemudian Rasulullah n membawakan ayat, yang
artinya:) Katakanlah:"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka : "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [Ali
5. Imran:64].
Surat ini mengajak Hiraklius untuk masuk Islam, kembali ke agama tauhid. Apakah seperti ini
bukan aqidah? Demikian ini adalah masalah aqidah. Bahkan dalam hadits ini terkumpul masalah
akhlak, hukum, aqidah dan sebagainya. Kalau hadits ahad tidak bisa dijadikan sebagai hujjah
dalam masalah aqidah, maka hadits yang mulia ini tertolak.
Contoh yang ke tiga, hadits nomor 8 di dalam Shahih Bukhari. Hadits ini juga diriwayatkan oleh
Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini ahad. Tetapi sepengetahuan kami, hadits ini masyhur,
yaitu dari jalan Ibnu Umar.
َْ ل ْ م َقلنََ َنإََ َك لنَِّْإَ ََم وإََ لَم َِوََ ََ ََِِهلِقَنَلَ َك لئ َِ مي لَُِهلَ َك لَم َِوََ ََ ُممَِلَن رَف َك ََم علَ َنَيلَ َع ْرَف لئََُِآَر َِلَِْ وَإَ َُ َِ
ِرَنَنََ لُ ْوََ َك لُ َلْيم َك لئََِميب َ
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Islam dibangun diatas lima asas (yaitu)
syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah yang hak kecuali Allah dan syahadat bahwa Muhammad
itu Rasulullah, mendirikan shalat, memberikan zakat, haji dan puasa ramadlan (dalam riwayat
lain puasa Ramadlan baru haji)"
Bukankah hadits ini telah disepakati oleh para ulama dan diterima dari zaman ke zaman? Hadits
ini menjelaskan tentang rukun-rukun Islam, dan diawali dengan syahadat. Apakah ini bukan
masalah aqidah? Disini kita melihat lagi bahwa satu hadits, selain berbicara masalah aqidah, juga
masalah hukum.
Contoh ke empat, yaitu hadits nomor 9, di dalam Shahih Bukhari. Hadits ini juga diriwayatkan
oleh Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini, selain ahad juga gharib, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu
ََ َك لنَِّْإَ ََم وإََ لُقلزمين ْمَ لِرََِل ْ م ْملن هاَزْلَر َقََِِّلْيم َك ُاَزْلَر َورَنلَ َك هىْنلَ َِرََِل ْ م ََِِه َنإ
"Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Iman itu
ada enam puluh cabang lebih dan rasa malu merupakan salah satu cabang iman".
Hadits ini menjelaskan tentang cabang keimanan. Yakni, iman itu mempunyai enam puluh
cabang lebih. Dan di riwayat Imam Muslim,
َف َك ََم علَ َنَيلَ َع َِ ْوَه َِآَإَنْ َوَ ُاَزْلَر َورَنلَ َك هىْنلَ ْكَف َورَلْزََ َك هىْنلَ َِرََِل ْ م ْملن هاَزْلَر َقََِِّلْيم َك لنَ لِميط ْمَ لََُ ِّْم َاَ َِنلَ ََُِِيُْ
لِرََِل ْ م
"Iman itu tujuhpuluh cabang lebih, Yang paling tinggi adalah ucapan laailaha illallaah, dan yang
paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan salah satu cabang
iman".
Hadits ini juga berbicara tentang aqidah, hukum, akhlak dan adab, seperti menghilangkan
gangguan dari jalan. Padahal ini merupakan hadits ahad dan gharib. Jikalau kita menerima
kaidah mereka (Hizbut Tahrir), maka tertolaklah hadits ini, karena tidak diriwayatkan secara
6. mutawatir.
Contoh yang ke lima, hadits yang ke 14 dan 15. Ini juga merupakan hadits ahad, berbicara
tentang aqidah. Yaitu kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salllam dan cara
mencapai kesempurnaan cinta kepadanya. Diriwayatkan dari jalan Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu,
َََف ونَا ْنَََمَاَف َملنَْنَ َع لُلمَِّلَ قلَْأَي يلهمي َوَ ََِِه َنإََ َك لنَِّْإَ ََم وإََ لَم َِوََ ََ رَفلُلمَي َك َك لُلمليم َك ْملن لنَِّْيلَ ََاَف َور
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Demi Dzat yang jiwaku
berada di tanganNya, tidak akan beriman (sempurna keimanan) salah seorang diantara kalian
sampai aku lebih dicintai daripada bapak dan anaknya".
Dan hadits nomor 15, dari jalan Anas:
َك َك لُلمليم َك ْملن لنَِّْيلَ ََاَف َورَََف ونَا ْنَََمَاَف َملنَْنَ َع َنإََ َك لنَِّْإَ ََم وإََ َقلزمين ََِِهَِّمللَِْمَف لِلمين َك لُلمَي
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Tidak akan beriman (tidak akan sempurna
keimanan) salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicintai daripada bapak dan anaknya
dan semua orang".
Ini juga berbicara tentang aqidah.
Contoh yang ke enam, hadits nomor 16, tentang kelezatan atau manisnya iman yang dapat
dirasakan oleh seseorang. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
ََُِم َولَ ِِلن لنَِّْيلَ ََاَف َنَيوََ ََ َك ََم َورََََ ْرَف لِرََِل ْ م َئ َك ََِا َمَم َك لنِّل مََ ْمَن ه ََِم ََِِهَنَز لَلَ َع َقَِِْْيم َ لَلَ ْرَف َك ِ َُ ََََِْ ْرَف َك ل لَ علَ
لَِمين قل َ َهْءََ ْرَف َُ ََََِْ َََِِ لِْأََْيم قل َُوَلََ ْرَف
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ada tiga hal, jika ketiganya terkumpul pada
diri seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman; (yaitu) Allah dan Rasulnya lebih
dicintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena
Allah dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dilempar kedalam api neraka".
Hadits ini juga berbicara tentang cinta kepada Allah, RasulNya dan juga keimanan. Bahwa iman
itu punya rasa. Demikian ini adalah masalah aqidah.
Contoh yang ke tujuh, hadits nomor 26.
َنْ َف لحََِلْيم َيَف َحلرََ َنإََ َك لنَِّْإَ ََم وإََ لَم َِوََ ََ رَف َئ ََََُِِْ قلََف ْمَ قل ََُِآ لنْيم ََِِه مََُِن نَم َحِّله لنليوََ ََ َك لَِلَ هِرََِلَ ََِِءَ َح
هَكَِْزَن ِ َا ََِِه مََُِن نَم َحِّله لَم لحِّلزََ
"Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya:
“Amal apakah yang paling afdhal?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Iman
kepada Allah dan RasulNya." Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi ?' Beliau Shallallahu 'alaihi
7. wa sallam menjawab, 'Jihad di jalan Allah'. Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi ?' Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Haji yang mabrur.'
Hadits yang mulia ini menjelaskan tentang iman. Bahwa iman itu masuk dalam bagian amal, dan
amal itu masuk dalam bagian iman.
Oleh karena itu, Imam Bukhari memberikan Bab : Man Qaala Annal Iman Huwal Amal, bahwa
amal itu masuk dalam iman. Sehingga, ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang
amal yang paling afdhal, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab iman kepada Allah.
Hadits ini telah diterima oleh semua ulama Ahlus Sunnah untuk menetapkan, bahwa amal itu
masuk dalam bagian iman. Yang tentunya akan menjelaskan kepada kita, bila iman itu bisa
bertambah karena perbuatan ta’at, dan bisa berkurang karena perbuatan maksiat.
Contoh ke delapan, hadits nomor 32, dari jalan Abdullah bin Mas’ud.
ََم وإََ لَم لِوََ ََ َِمَلََْف ََِِه ِنْإَفلَ ْنَآَيََِِلَ ومََلزْإََ ْنَي َك ومَنَنق ََملهمي ْيَيََبي َِِي ََِِه حَم َك بَ ََم ََِبْيَوَ ْنلإْفََ ْنَي َِنَََف َنإََ َك لنَِّْإَ
هنِّلفَ هنْإَفَي َِِْلُومي رلَ
"Ibnu Mas'ud mengatakan, "ketika turun firman Allah (yang artinya) Orang-orang yang beriman
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-
orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al An'am 82), para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, 'Siapakah
diantara kita yang tidak berbuat zhalim ?' lalu Allah menurunkan firmanNya (yang artinya),
sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezhaliman yang besar"
Ketika ayat Al An’am 82 diturunkan, para sahabat merasa susah dan berat. Mereka mengatakan,
siapakah diantara kita yang tidak menzhalimi dirinya? Maka Rasulullah n menjelaskan kepada
mereka, bahwa bukan itu yang dimaksud; tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada
anaknya? Jadi zhulm (kezhaliman) disini, maksudnya adalah syirik. Ini juga berbicara tentang
aqidah, antara tauhid dan syirik.
Contoh ke sembilan, hadits no. 39, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
هَََِْ ََملُممي رلَ
"Sesungguhnya agama itu adalah mudah"
Ini juga berbicara tentang aqidah, bahkan berbicara tentang agama ini secara keseluruhan. Bahwa
ajaran Islam, pengamalan dan dakwahnya adalah mudah. Apakah ini tidak berbicara aqidah?
Hadits ini berbicara tentang Islam, dan tentunya kaffah. Sebagaimana Allah memerintahkan
kepada kita untuk masuk Islam secara kaffah (menyeluruh).
Contoh ke sepuluh, hadits nomor 50. Yaitu hadits tentang Jibril yang datang kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya Islam, iman dan ihsan, dan di Shahih Bukhari
diringkas.
8. ْيِلَ َملنْنَو َك لنلإََ ََ َك لنلأَِءلإلَ َك لنلزَنََ َك لنلنََلأ ََِن َك لَِلَ َملنْنَو ْرَف َِرََِل ْ م ََِِه َِرََِل ْ م َِن َع َك ََم َمَزْلَو ْرَف َُ ََِْ ل ْ م ََِِه َُ ََِْ ل ْ م َِن ََِِه لَْلَز
َنِّلءَو َك ُِرَِّْر لنلَ َِ لِْوَو يَوََ ََم َمَزْلَو ْرَف ََِِه َِرََْال ْ م َِن ََِِه َِرَنَنََ َُوَ َو َك َاَإكَِْأَِْيم َئََِميب َيلَُُنَو َكَئ َِ مي ْمَََو ْنَي ْرلعَ َُمََِو َو
َِمَََِ َنيلعَ َُمََِو
"Apakah iman ? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'iman adalah engkau beriman
kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, pertemuan denganNya, para rasulNya dan beriman
kepada hari kebangkitan.' Jibril bertanya, 'Apakah Islam ? Rasulullah n bersabda, 'Islam adalah
engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatupun denganNya, mendirikan
shalat, menunaikan zakat yang wajib, puasa Ramadlan. Jibril bertanya, 'Apakah Ihsan ?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak bisa melihatnya maka sesungguhnya Dia
melihatmu …"
Hadits ini termasuk ahad.
Contoh ke sebelas, hadits nomor 53, yaitu hadits tentang utusan Abdul Qais yang datang kepada
Rasulullah, lalu menyambut mereka dan memerintahkan kepada mereka empat perkara dan
melarang dari empat perkara.
َنَيوََ ََ َك ََم ومَيَِه ََُمْا َك لَِلَ َِرََِل ْ م َِن َكرََْمَوَف ََِِه ََُمْا َك لَِلَ لِرََِل ْ ِلَ ْنَََُِنَف َِوََ ََ ُممَِلَن رَف َك ََم علَ َنَيلَ َع ْرَفَئََُِآَر ََِِه َنَإْ َف
م ََلَََِْيم لَننْصَِْيم ْملن ومَطْلَو ْرَف َك َِرَنَنََ ََُِِّ لَ َك لئََِميب َقَِنَلَ َك لئ َِ مي ََُِهلَ َك لَ
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintah mereka agar beriman kepada Allah Azza
wa Jalla semata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, 'Tahukah kalian, apakah
berimankepaada Allah semata itu? Mereka menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih tahu. Beliau
menerangkan, 'syahadat (persaksian) bahwa tidak ilah yang haq kecuali Allah dan Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa salalm itu Rasulullah, menegakkan shalat, memberikan zakat, puasa
Ramadlan dan memberikan seperlima dari ghanimah…"
Ini juga berbicara tentang iman.
Contoh ke duabelas, hadits nomor 1392, dan di beberapa tempat lainnya, dari jalan Ibnu Abbas
Radhiyallahu 'anhuma.
َفَيلَ ْنَآَ ُْم ََِِءَ لمََِِّْيم وَيلَ َنْنَ ََم َق لإ ََ مَُُِلَن َََلََ َنإََ َك لنَِّْإَ ََم وإََ قلزمين ر ْنَُ ْرلعَ لَم َِوََ ََ قلُيَف َك ََم علَ َنَيلَ َع ْرَف لئََُِآَر و
َه ََم رَف ْنَآِْلإْ َوَ َوليَهلي ومَ َِ َفََم رَف ْنَآِْلإْ َوَ َوليَهلي ومَ َِ َف ْنَُ ْرلعَ ِاَإَِّْي َك ُِ ْوََ لُحََ قل َِم َوَإََ ََلَِْ ْنلآَِّْإَ َ ََِنْ م ْم َ ََِنْ م
ْنلآلأمََِءَ وَإَ َََُِو َك ْنلآلأَِِّلنْخَف ْملن َهَ ْنَو ْنلآليم َوْنَف قل ُاَهَمََ ْنلآَِّْإَ
"Bahwasanya rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz Radhiyallahu 'anhu ke
Yaman, lalu rasulullah bersabda, 'Serulah mereka kepada syahadat (persaksian) bahwa tidak ilah
yang haq kecuali Allah dan bahwasanya aku Rasulullah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu,
maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima
kali sehari semalam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat dalam harta mereka yang diambil dari orang-
orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir mereka".
9. Hadits yang mulia ini diterima oleh seluruh ulama. Apakah hadits ini bukan berbicara masalah
aqidah? Bahkan ini merupakan asas dalam Islam. Tidak ada Islam tanpa syahadat tauhid.
Contoh ke tigabilas, dari selain Bukhari. Yaitu hadits yang masyhur dan telah diterima oleh para
ulama.
هِِْلر َاَي َولُنمي َك َنلأَِِمين َك وَهَِمي رلَ
"Sesungguhnya mantera-mantera (yang bathil), jimat dan pelet termasuk bagian syirik".
Tentunya mantera-mantera yang dimaksudkan disini adalah mantera yang bathil. Karena ruqyah
(pengobatan dengan bacaan) itu ada dua, ada yang syar'i dan yang tidak syar'i.
Hadits ini juga ahad, dan masih banyak lagi contoh-contoh tentang hadits ahad yang berkaitan
dengan aqidah, dan diterima oleh para ulama.
PEMBAGIAN HADITS MENJADI MUTAWATIR DAN AHAD
Pembagian hadits menjadi mutawatir dan ahad, memang ada dalam kaidah ilmu hadits. Namun
perlu diketahui, bahwa para ulama membagi hadits menjadi mutawatir dan ahad bukan untuk
menolak hadits.
Pembagian itu merupakan tinjauan ilmiah, berdasarkan jumlah (banyak atau sedikiknya) perawi
yang meriwayatkannya. Sebagian tinjauan mereka berdasarkan shahih dan lemahnya suatu
riwayat.
Berdasarkan jumlah perawinya, jika perawi suatu hadits itu banyak, maka para ulama
mengatakan bahwa hadits itu mutawatir, meskipun mereka masih berbeda pendapat tentang
batasan banyak atau sedikit. Juga ada definisi lain tentang mutawatir ini, yaitu jika hadits
tersebut diketahui keshahihannya dan diterima secara mutlak oleh para ulama. Definisi ini dari
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Adapun hadits ahad, yaitu hadits di bawah mutawatir. Mereka membagi menjadi:
- Gharib, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat saja, sebagaimana hadits
pada contoh pertama dan ke empat di atas.
- Aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat, walaupun lafazhnya agak
berbeda.
- Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang sahabat yang berbeda.
Ini semua termasuk dalam bagian hadits ahad. Maka disini ada pembagian hadits menjadi hadits
shahih, hasan dan dha’if.
Jika perawinya lebih dari tiga, maka disebut mutawatir. Demikian jika mengumpulkan antara dua
definisi diatas. Contoh hadits seperti ini sangat banyak. Misalnya:
َِن مي نم ُلم ء ن زوم ن ِّ إ إو هم َ نم
10. "Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya
dari neraka"
Hadits tentang azab kubur ini juga mutawatir maknawi (secara makna). Begitu juga tentang
turunnya Isa Alaihissallam di akhir zaman, munculnya Dajjal, haudh (telaga) Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, tentang bumi berlapis tujuh. Dan masih banyak lagi contohnya.
Adapun berdasarkan difinisi Syaikhul Islam, yaitu hadits yang diketahui keshahihannya dan
diterima secara mutlak oleh para ulama, bisa juga disebut mutawatir. Ini sangat banyak sekali,
terutama hadits-hadits yang berada di shahih Bukhari dan Muslim.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun VIII/1425H/2004M. Penerbit Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-7574821]