SlideShare a Scribd company logo
CONTOH-CONTOH HADITS AHAD
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir ‘Abdat
MUKADDIMAH
Pembahasan mengenai hadits ahad dan hubungannya dengan aqidah, atau hukum dan aqidah, itu
tidak pernah dibicarakan oleh generasi pertama, kedua dan ketiga. Khususnya para sahabat g ,
tidak pernah memilah atau membagi-bagi hadits, seperti pembagian yang dilakukan oleh
sebagian ahli bid’ah, bahwa hadits ahad hanya terbatas untuk hukum, sedangkan hadits
mutawatir dapat dipakai untuk aqidah. Pembagian seperti ini tidak pernah dikenal, kecuali oleh
ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah. Dan fikrah ini terus berkembang sampai pada awal abad kedua
puluh, hingga timbul Mu’tazilah gaya baru, atau yang kita kenal dengan Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir mereka membagi, hadits mutawatir untuk aqidah dan ahkam. Sedangkan hadits
ahad dikhususkan untuk masalah hukum. Adapun para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
menerima hadits, jika hadits tersebut sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tanpa
membaginya sebagaimana yang dilakukan oleh Mu’tazilah dan yang sepaham dengannya. Jadi,
para sahabatnya melihatnya, sah atau tidak, jika sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu hadits, dan
diterima baik untuk masalah hukum ataupun aqidah. Jadi pembagian yang dilakukan oleh Hizbut
Tahrir, bahwa hadits ahad tidak bisa dipakai dalam aqidah, merupakan pembagian yang muhdats
(bid’ah). Ini bisa dilihat dari beberapa segi.
1. Berdasarkan nash Al Qur’an, banyak ayat (firman Allah) yang dijadikan dalil oleh Imam
Syafi’i. Diantaranya tersebut dalam kitab Ar Risalah, bahwa khabar ahad itu diterima.
2. Demikian juga dari hadits-hadits yang akan kita lihat.
Diantaranya, bahwa Rasulullah mengutus sebagian sahabat orang per orang untuk
menyampaikan Islam.
3. Bertentangan dengan Ijma’ para sahabat. Para sahabat tidak pernah menolak hadits yang
disampaikan oleh satu sahabat yang lain yang berkenaan dengan akidah dan contoh tentang ini
banyak sekali.
4. Bertentangan dengan kaidah ilmu hadits, yang dapat menunjukkan kebodohan mereka.
Memang, perlu diketahui bahwa ahlul bid’ah itu menegakkan manhaj mereka atas dasar
kebodohan dan hawa nafsu. Sedangkan Ahlus Sunnah menegakkan manhaj di atas dasar ilmu
dan keadilan.
BAGIAN KEDUA
Tampak sangat jelas kebodohan Hizbut Tahrir yang menolak khabar ahad untuk aqidah, karena
hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara tentang Islam. Allah Azza wa Jalla
memerintahkan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjelaskan Al Qur’an. Tentunya,
yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dinul Islam. Allah berfirman:
َ‫أ‬َ‫ن‬ََ ْ‫ن‬َ‫آ‬‫إ‬َ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ َِ ‫ل‬ُ‫ب‬َ‫ي‬َِ‫ن‬ ‫ل‬‫ِل‬‫إن‬‫ل‬‫ي‬ َ‫م‬‫ل‬َُِّ‫ز‬َ‫ن‬‫ل‬‫ي‬ ََِْ‫ل‬ُ‫ه‬‫مي‬ َ‫ْو‬َِّ‫ي‬‫ل‬َ ‫َه‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫يب‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫كر‬ََِ
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". [An Nahl : 44].
Ayat yang mulia ini, memberikan sejumlah faidah, hukum dan qawaid. Diantaranya, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam diperintahkan oleh Allah untuk menjelaskan Al Qur’an. Penjelasan
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Al Qur’an ini, agar manusia faham dengan apa yang
dimaksudkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat luas, meliputi apa yang ada dalam Al
Qur’an, bahkan yang tidak disebutkan secara terperinci di dalamnya, meskipun secara mujmal
(global) terdapat di dalam Al Qur’an. Karena itu, ulama membagi Sunnah Nabi menjadi
beberapa bagian. Pendapat ini disampaikan oleh ulama, diantaranya Imam Syafi’i, kemudian
dinukil Imam Baihaqi di dalam kitabnya, Al Madkhal, dan Imam Suyuthi di dalam kitab
Miftahul Jannah.
1. Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengamalkan atau memerintahkan apa yang
diperintahkan oleh Allah. Misalnya, Allah memerintahkan shalat, maka Beliaupun ikut
memerintahkan shalat. Allah mengancam orang yang meninggalkan shalat, Beliupun ikut
mengancam. Dan begitu seterusnya.
2. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan apa yang mujmal di dalam Al Qur’an atau
Beliau memberikan tambahan-tambahan, seperti wudhu, tentang makanan yang diharamkan
yang tidak disebutkan di dalam Al Qu’an kecuali beberapa macam, dan lain-lain.
3. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan atau melarang sesuatu yang sama sekali
tidak ada keterangannya dalam Al Qur’an, tetapi secara mujmal atau mutlak terdapat dalam Al
Qur’an, yakni perintah Allah Azza wa Jalla agar taat kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm.
Allah memerintahkan agar kita taat kepada Allah dan Rasul, disebutkan di dalam Al Qur’an
kurang lebih di 44 tempat. Diantaranya:
‫ل‬‫م‬َِ‫ء‬‫ل‬‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫م‬َ‫ل‬‫م‬َ‫ر‬ َُ ‫ر‬‫ل‬َ َُ ‫وم‬َ‫ء‬‫مو‬ َ‫ك‬ ‫وم‬َ‫آ‬َ‫ن‬‫ِي‬َ َ‫ن‬ْ‫ن‬َ ْ‫ن‬َََِ‫آ‬َ‫ي‬َِ‫ن‬ َ‫ك‬ َُ‫ك‬َ‫ه‬َََ َِ‫و‬ََِ‫مي‬ َ‫ن‬َََِ‫و‬‫م‬َ‫ق‬‫ه‬َ‫ن‬ َ‫ك‬
"Dan Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah sangat keras
hukumanNya". [Al Hasyr : 7].
Ayat ini bersifat mutlak, memerintahkan kita untuk menerima yang datang dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun tidak tertulis di dalam Al Qur’an. Misalnya, seperti
haramnya cincin emas serta kain sutera bagi kaum pria, dan lain sebagainya.
Ini merupakan Sunnah dan penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Al Qur’an.
Dari sini, kita mengetahui bahwa Sunnah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya
berbicara tentang satu hokum. Jika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara tentang satu hal
-misalnya tentang shalat, zakat, jual beli- tidak hanya terbatas pada hukum tersebut, tetapi
mencakup hukum yang lain, karena ini merupakan penjelasan Beliau terhadap Al Qur’an dan
Islam secara keseluruhan. Karena itu, Al Qur’an sangat membutuhkan kepada hadits, dan tidak
sebaliknya.
Nanti kita akan melihat contoh, bahwa dalam satu hadits kadang berbicara tentang aqidah,
akhlak, kisah, hukum dan lain-lain. Sehingga dari satu hadits, kita dapat mengambil faidah yang
banyak, puluhan bahkan ratusan. Sehingga, jika kita katakan bahwa hadits ahad tidak dipakai
untuk aqidah, maka sebagian besar aqidah akan tertolak.
Kita lihat lagi kejahilan Hizbut Tahrir. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu. Diantara
kebodohannya, mereka tidak bisa mengetahui adanya keterikatan antara aqidah dan hukum.
Padahal keterikatan antara keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Karena, kalau memisahkannya,
berarti kita menetapkan sesuatu tanpa iman. Misalnya hukum haramnya khamr. Dan menetapkan
keharaman khamr itu dengan keyakinan, yang demikian ini merupakan aqidah. Mustahil kita
menetapkan hukum tanpa keyakinan bahwa itu telah ditetapkan keharamannya oleh Allah Azza
wa Jalla. Jadi, pemisahan antara aqidah dan hukum merupakan satu kerancuan dalam beragama,
jauh dari nur Al Qur’an dan Sunnah.
Hizbut Tahrir dan kawan-kawannya juga tidak istiqamah dalam menjalankan ajaran mereka. Ada
sesuatu yang lucu. Kalau mereka mengatakan bahwa hadits ahad tidak bisa diterima dalam
aqidah, maka konsekwensinya, jika mereka menyampaikan materi dalam ta’lim, atau manakala
menulis kitab, maka khabarnya wajib harus mutawatir, tidak boleh satu orang. Ini sesuai dengan
teori mereka. Akan tetapi, kenyataannya ustadz-ustadz mereka menyampaikan materi aqidah
seorang diri, begitu juga ketika menulis.
CONTOH-CONTOH HADITS AHAD
Sering terjadi, apa yang disangka oleh Hizbut Tahrir sebagai hadits ahad, ternyata bukan ahad.
Sebagai contoh tentang adzab kubur. Bahkan mereka sering menyampaikan pengingkarannya
terhadap adzab kubur. Padahal hadits tentang masalah ini mutawatir maknawi. Dan masih
banyak contoh lainnya.
Hadits apa saja yang mereka tolak? Ini harus diteliti terlebih dahulu, apakah termasuk khabar
ahad ataukah mutawatir? Demikian jika kita mengikuti teori mereka. Tetapi ternyata mereka
tidak paham yang dimaksud dengan ahad dan mutawatir.
Di depan sudah disampaikan, jika kita menerima teori mereka, maka sebagian besar aqidah akan
tertolak. Contoh-contoh hadits ahad yang diterima, disepakati dan dijadikan dalil oleh para ulama
dari zaman ke zaman, yang di dalamnya disamping berbicara tentang aqidah, tetapi juga hukum,
atau yang lainnya. Karena keduanya berkaitan. Contohnya, kita lihat satu per satu.
Contoh pertama, hadits nomor 1, yang kami bawakan dari Shahih Bukhariyaitu sebuah hadits
ahad dan gharib.
َ‫ك‬ ‫ل‬َِِّ‫ل‬ُ‫ن‬‫ِي‬‫ل‬َ ََِِِْ َ ِّْ‫م‬ َِِ‫ي‬‫ل‬َْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َ َِ‫آ‬َ‫ل‬‫ل‬َْ‫ن‬ََ ِ‫ئ‬َ‫ف‬َِْ‫ن‬‫م‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ ْ‫ك‬َ‫ف‬ َِ‫آ‬َ‫ز‬ِّ ‫ل‬ ََ َِِّْ‫ي‬َُ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫و‬َِْ‫ن‬‫ل‬ُ ْ‫َي‬‫ي‬ََِ ْ‫م‬ََِ ‫ل‬ َ‫َو‬‫ي‬ َِ‫ن‬ ِ‫ة‬ ‫ل‬ِْ‫ن‬‫م‬ ‫ل‬ُ‫ح‬ََ‫ل‬‫ي‬ َِِ‫ي‬‫ل‬َ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََِ‫م‬َُِ َِ‫ن‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫و‬َِ
"Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang apa yang dia
niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada perempuan
yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang dia niatkan". [Muttafaqun ‘alaih].
Apakah hadits ini tidak berbicara tentang aqidah? Bahkan hadits ini berbicara tentang salah satu
diterimanya amal, tentang ikhlas yang merupakan syarat diterimanya amal seseorang. Hadits ini,
jelas merupakan hadits ahad, dan termasuk ke dalam bagian hadits gharib, karena tidak
diriwayatkan, kecuali dari jalan Umar bin Khaththab. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya,
kecuali Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali
Muhammad bin Ibrahim At Taimi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Yahya bin
Sa’id Al Anshari. Kemudian dari beliau ini diriwayatkan oleh puluhan perawi, bahkan mungkin
ratusan. Awalnya mutawatir, akhirnya ahad dan gharib. Ini salah satu contoh hadits yang
diterima oleh para ulama, bahkan hampir sebagian besar ulama.
Contoh hadits kedua, yaitu hadits nomor 7, yang diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari. Hadits
yang panjang, berbicara tentang hukum, aqidah, adab dan lain-lain. Yaitu hadits tentang kisah
Hiraklius. Hadits ini telah diterima oleh para ulama. Di dalamnya diceritakan, Hiraklius bertanya
kepada Abu Sufyan, yang ketika itu ia masih musyrik, berkaitan dengan dakwah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantaranya, Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan :
َََِْ‫و‬‫م‬ َ‫ك‬ ُِ‫ر‬َِّْ‫ر‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬َ ‫وم‬ََ ‫ل‬ِْ‫و‬َ‫و‬ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ََُ‫م‬ْ‫ا‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫َكم‬‫م‬َ‫ز‬ْ ‫م‬ َِ‫و‬َ‫ء‬ََ َ‫ي‬ْ‫إ‬َ‫ه‬ ْ‫ن‬ََََِ‫ن‬ْ‫و‬ََ ‫م‬ََُِ‫ن‬ ‫ل‬ َِ‫أ‬َ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫آ‬ْ‫م‬ ‫ل‬ُ ‫مي‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ َِ ‫ِي‬‫ل‬َ َِ‫ي‬ََِ‫ن‬ْ‫و‬ََ َ‫ك‬ ْ‫ن‬َََ ََِ‫ق‬ َِ‫و‬َ‫ء‬ََ َِ‫ن‬ ‫وم‬
‫ل‬‫ا‬َ‫إ‬ ‫ل‬ُ ‫مي‬ َ‫ك‬
"Apa yang diperintahkan oleh Muhammad kepada kalian? Aku (Abu Sufyan)
menjawab,”Muhammad mengatakan: ‘ Sembahlah Allah semata dan janganlah kalian
menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang dikatakan (diyakini) oleh
bapak-bapak (nenek moyang) kalian'. Muhammad (juga) menyuruh kami untuk shalat, zakat,
jujur, menjaga harga diri dan menyambung tali silaturrahim…”"
Apakah yang dimaksudkan dalam hadits ini bukan aqidah? Demikian ini aqidah, merupakan
hadits ahad dan bukan mutawatir. Bahkan dalam hadits yang mulia ini terdapat surat Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu:
‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫م‬ْ‫ز‬َ ِ‫م‬َِ‫ل‬َ‫ن‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ِّن‬ ‫ل‬‫ا‬ِ‫مي‬ ‫ل‬‫م‬َِْ‫ا‬ِ‫مي‬ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫ن‬َْ‫ل‬ََََِ ‫ل‬‫م‬‫ل‬َ َِ‫و‬َ َُْ‫ف‬ ‫ق‬‫ل‬ُ‫ي‬‫ل‬‫ع‬َ َ‫م‬ْ‫ل‬ََ ِ‫ن‬َ‫ف‬ ‫ل‬َ‫م‬َ‫آ‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ى‬َ‫ز‬‫مو‬ ْ‫م‬َ‫ن‬ ‫و‬َ‫إ‬َ ‫ه‬ُ َََِ ‫ل‬ُ‫ك‬َِ‫مي‬ ‫ل‬‫ِّن‬‫ل‬‫ف‬َ َ‫ح‬ْ‫ه‬َِ‫ل‬ُ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ا‬
‫ل‬ُ‫ق‬‫ل‬ََ ‫ل‬ََ ِّْ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫م‬‫ل‬َ َ‫ْو‬َِّ‫إ‬َ ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ َ‫ْي‬ِّ‫ي‬ َ‫و‬َ‫و‬ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬‫ْم‬َِّ‫و‬َِ‫ن‬ ََِِْ‫م‬َ‫ف‬ ََ‫م‬ َ‫و‬‫ل‬‫و‬ْ‫َن‬َ ْ‫ن‬َ‫إ‬ََْ‫و‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫إ‬ََْ‫ف‬ ‫ل‬ُ ََِْ ‫ل‬ ْ ‫يم‬ َِ‫ن‬َ‫ن‬ََِّْ ِ‫مق‬ َ‫و‬ََ ِ‫ا‬َِ‫ل‬‫إ‬ََ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬َِ‫ل‬َ‫و‬ ‫ل‬‫م‬َِ‫ن‬‫ل‬َْ‫ي‬‫م‬ َ‫ح‬َُْ‫ف‬ ََِ َ‫ك‬ َ‫ر‬
َُ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ َََََُِِْ‫ف‬ ُِ‫ن‬ْ‫ل‬ََ َِ‫ن‬َ‫ن‬ْ‫ل‬ََ َ‫ه‬ ‫ل‬َ‫ن‬ََ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ُِ‫ر‬َِّْ‫ر‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬َ َِ ‫ل‬ِْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫م‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َََ‫ن‬ََِّْ َ‫ِك‬‫ي‬َ‫و‬‫ل‬َ ‫َكم‬‫م‬َ‫آ‬ْ‫ر‬‫م‬ ‫وم‬َ‫ي‬‫و‬َ‫ء‬َ ‫م‬ ْ‫و‬‫ي‬ َ‫و‬َ‫و‬ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫كر‬ َ‫ور‬َِ‫ل‬‫إ‬ََْ‫ن‬
"Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad hamba Allah dan RasulNya kepada Hirakla
(Hiraklius) pembesar Romawi, keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk, amma ba'du.
Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam, Islamlah! Engkau pasti akan selamat dan
Allah akan memberikan kepadamu balasan dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka engkau
akan menanggung dosa-dosa rakyatmu. (Kemudian Rasulullah n membawakan ayat, yang
artinya:) Katakanlah:"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka : "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [Ali
Imran:64].
Surat ini mengajak Hiraklius untuk masuk Islam, kembali ke agama tauhid. Apakah seperti ini
bukan aqidah? Demikian ini adalah masalah aqidah. Bahkan dalam hadits ini terkumpul masalah
akhlak, hukum, aqidah dan sebagainya. Kalau hadits ahad tidak bisa dijadikan sebagai hujjah
dalam masalah aqidah, maka hadits yang mulia ini tertolak.
Contoh yang ke tiga, hadits nomor 8 di dalam Shahih Bukhari. Hadits ini juga diriwayatkan oleh
Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini ahad. Tetapi sepengetahuan kami, hadits ini masyhur,
yaitu dari jalan Ibnu Umar.
َْ ‫ل‬ ْ ‫م‬ َ‫ق‬‫ل‬‫ن‬ََ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ََِِ‫ه‬‫ل‬‫ِق‬َ‫ن‬َ‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ َِ ‫مي‬ ‫ل‬َُِ‫ه‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ُم‬‫م‬َِ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ئ‬ََُِ‫آ‬َ‫ر‬ ِ‫َل‬َِْ ‫و‬َ‫إ‬َ َُ َِ
‫ِر‬َ‫ن‬َ‫ن‬ََ ‫ل‬ُ ْ‫و‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ َ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Islam dibangun diatas lima asas (yaitu)
syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah yang hak kecuali Allah dan syahadat bahwa Muhammad
itu Rasulullah, mendirikan shalat, memberikan zakat, haji dan puasa ramadlan (dalam riwayat
lain puasa Ramadlan baru haji)"
Bukankah hadits ini telah disepakati oleh para ulama dan diterima dari zaman ke zaman? Hadits
ini menjelaskan tentang rukun-rukun Islam, dan diawali dengan syahadat. Apakah ini bukan
masalah aqidah? Disini kita melihat lagi bahwa satu hadits, selain berbicara masalah aqidah, juga
masalah hukum.
Contoh ke empat, yaitu hadits nomor 9, di dalam Shahih Bukhari. Hadits ini juga diriwayatkan
oleh Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini, selain ahad juga gharib, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu
ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬ُ‫ق‬‫ل‬‫ز‬‫مين‬ ْ‫م‬َ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ه‬‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ق‬ََِِّ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ُ‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ور‬َ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ى‬ْ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ن‬‫إ‬
"Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Iman itu
ada enam puluh cabang lebih dan rasa malu merupakan salah satu cabang iman".
Hadits ini menjelaskan tentang cabang keimanan. Yakni, iman itu mempunyai enam puluh
cabang lebih. Dan di riwayat Imam Muslim,
َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ َِ ْ‫و‬َ‫ه‬ َِ‫آ‬َ‫إ‬َ‫ن‬ْ َ‫و‬َ ُ‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ور‬َ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ى‬ْ‫ن‬‫ل‬َ ْ‫ك‬َ‫ف‬ َ‫ور‬َ‫ل‬ْ‫ز‬ََ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ى‬ْ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ه‬‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ق‬ََِِّ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َ ‫ل‬ِ‫ميط‬ ْ‫م‬َ ‫ل‬ََُ ِّْ‫م‬ َ‫ا‬َ َِ‫ن‬‫ل‬َ ََُِِ‫ي‬ُْ
‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬
"Iman itu tujuhpuluh cabang lebih, Yang paling tinggi adalah ucapan laailaha illallaah, dan yang
paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan salah satu cabang
iman".
Hadits ini juga berbicara tentang aqidah, hukum, akhlak dan adab, seperti menghilangkan
gangguan dari jalan. Padahal ini merupakan hadits ahad dan gharib. Jikalau kita menerima
kaidah mereka (Hizbut Tahrir), maka tertolaklah hadits ini, karena tidak diriwayatkan secara
mutawatir.
Contoh yang ke lima, hadits yang ke 14 dan 15. Ini juga merupakan hadits ahad, berbicara
tentang aqidah. Yaitu kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salllam dan cara
mencapai kesempurnaan cinta kepadanya. Diriwayatkan dari jalan Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu,
َََ‫ف‬ ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َََ‫م‬َ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫َن‬َ َ‫ع‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬َِّ‫ل‬َ ‫ق‬‫ل‬َْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬‫ه‬‫مي‬ َ‫و‬َ ََِِ‫ه‬ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ر‬َ‫ف‬‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ور‬
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Demi Dzat yang jiwaku
berada di tanganNya, tidak akan beriman (sempurna keimanan) salah seorang diantara kalian
sampai aku lebih dicintai daripada bapak dan anaknya".
Dan hadits nomor 15, dari jalan Anas:
َ‫ك‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ور‬َََ‫ف‬ ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َََ‫م‬َ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫َن‬َ َ‫ع‬ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ َ‫ق‬‫ل‬‫ز‬‫مين‬ ََِِ‫ه‬َ‫ِّم‬‫ل‬‫ل‬َِْ‫م‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ِل‬‫مين‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬َ‫ي‬
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Tidak akan beriman (tidak akan sempurna
keimanan) salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicintai daripada bapak dan anaknya
dan semua orang".
Ini juga berbicara tentang aqidah.
Contoh yang ke enam, hadits nomor 16, tentang kelezatan atau manisnya iman yang dapat
dirasakan oleh seseorang. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
ََُِ‫م‬ َ‫و‬‫ل‬َ ِِ‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ن‬َ‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ََ‫م‬ َ‫ور‬ََََ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ َ‫ئ‬ َ‫ك‬ ََِ‫ا‬ َ‫م‬َ‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬ِّ‫ل‬ ‫م‬ََ ْ‫م‬َ‫ن‬ ‫ه‬ ََِ‫م‬ ََِِ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ز‬ ‫ل‬‫َل‬َ َ‫ع‬ َ‫ق‬َِِْْ‫ي‬‫م‬ َ ‫ل‬‫َل‬َ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ِ َُ ََََِْ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ل‬َ ‫ع‬‫ل‬َ
‫ل‬َِ‫مين‬ ‫ق‬‫ل‬ َ َ‫ه‬ْ‫ء‬ََ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َُ ََََِْ َََِِ ‫ل‬ِْ‫أ‬ََْ‫ي‬‫م‬ ‫ق‬‫ل‬ َُ‫و‬َ‫ل‬ََ ْ‫ر‬َ‫ف‬
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ada tiga hal, jika ketiganya terkumpul pada
diri seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman; (yaitu) Allah dan Rasulnya lebih
dicintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena
Allah dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dilempar kedalam api neraka".
Hadits ini juga berbicara tentang cinta kepada Allah, RasulNya dan juga keimanan. Bahwa iman
itu punya rasa. Demikian ini adalah masalah aqidah.
Contoh yang ke tujuh, hadits nomor 26.
َ‫ن‬ْ َ‫ف‬ ‫ل‬‫ح‬ََِ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬َ‫ف‬ َ‫ح‬‫ل‬‫ر‬ََ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ئ‬ ََََُِِْ ‫ق‬‫ل‬ََ‫ف‬ ْ‫م‬َ ‫ق‬‫ل‬ ََُِ‫آ‬ ‫ل‬‫ن‬ْ‫ي‬‫م‬ ََِِ‫ه‬ ‫م‬ََُِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ح‬ِّ‫ل‬‫ه‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ ‫ه‬‫ِر‬ََِ‫ل‬َ ََِِ‫ء‬َ َ‫ح‬
‫ه‬َ‫ك‬َِْ‫ز‬َ‫ن‬ ِ َ‫ا‬ ََِِ‫ه‬ ‫م‬ََُِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ح‬ِّ‫ل‬‫ه‬ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ز‬ََ
"Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya:
“Amal apakah yang paling afdhal?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Iman
kepada Allah dan RasulNya." Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi ?' Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, 'Jihad di jalan Allah'. Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi ?' Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Haji yang mabrur.'
Hadits yang mulia ini menjelaskan tentang iman. Bahwa iman itu masuk dalam bagian amal, dan
amal itu masuk dalam bagian iman.
Oleh karena itu, Imam Bukhari memberikan Bab : Man Qaala Annal Iman Huwal Amal, bahwa
amal itu masuk dalam iman. Sehingga, ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang
amal yang paling afdhal, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab iman kepada Allah.
Hadits ini telah diterima oleh semua ulama Ahlus Sunnah untuk menetapkan, bahwa amal itu
masuk dalam bagian iman. Yang tentunya akan menjelaskan kepada kita, bila iman itu bisa
bertambah karena perbuatan ta’at, dan bisa berkurang karena perbuatan maksiat.
Contoh ke delapan, hadits nomor 32, dari jalan Abdullah bin Mas’ud.
ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬ِ‫و‬ََ ََ َ‫ِم‬َ‫ل‬ََْ‫ف‬ ََِِ‫ه‬ ِ‫ن‬ْ‫إ‬َ‫ف‬‫ل‬َ ْ‫ن‬َ‫آ‬َ‫ي‬ََِِ‫ل‬َ ‫وم‬ََ‫ل‬‫ز‬ْ‫إ‬ََ ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ ‫وم‬َ‫ن‬َ‫ن‬‫ق‬ َ‫َم‬‫ل‬‫ه‬‫مي‬ ْ‫ي‬َ‫ي‬َ‫َب‬‫ي‬ َِِ‫ي‬ ََِِ‫ه‬ ‫ح‬َ‫م‬ َ‫ك‬ ‫ب‬َ ََ‫م‬ ََِ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫و‬َ ْ‫ن‬‫ل‬‫إ‬ْ‫ف‬ََ ْ‫ن‬َ‫ي‬ َِ‫ن‬َََ‫ف‬ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ
‫ه‬‫ن‬ِّ‫ل‬‫ف‬َ ‫ه‬‫ن‬ْ‫إ‬َ‫ف‬َ‫ي‬ َِِْ‫ل‬ُ‫و‬‫مي‬ ‫ر‬‫ل‬َ
"Ibnu Mas'ud mengatakan, "ketika turun firman Allah (yang artinya) Orang-orang yang beriman
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-
orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al An'am 82), para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, 'Siapakah
diantara kita yang tidak berbuat zhalim ?' lalu Allah menurunkan firmanNya (yang artinya),
sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezhaliman yang besar"
Ketika ayat Al An’am 82 diturunkan, para sahabat merasa susah dan berat. Mereka mengatakan,
siapakah diantara kita yang tidak menzhalimi dirinya? Maka Rasulullah n menjelaskan kepada
mereka, bahwa bukan itu yang dimaksud; tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada
anaknya? Jadi zhulm (kezhaliman) disini, maksudnya adalah syirik. Ini juga berbicara tentang
aqidah, antara tauhid dan syirik.
Contoh ke sembilan, hadits no. 39, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
‫ه‬َََِْ َ‫َم‬‫ل‬ُ‫م‬‫مي‬ ‫ر‬‫ل‬َ
"Sesungguhnya agama itu adalah mudah"
Ini juga berbicara tentang aqidah, bahkan berbicara tentang agama ini secara keseluruhan. Bahwa
ajaran Islam, pengamalan dan dakwahnya adalah mudah. Apakah ini tidak berbicara aqidah?
Hadits ini berbicara tentang Islam, dan tentunya kaffah. Sebagaimana Allah memerintahkan
kepada kita untuk masuk Islam secara kaffah (menyeluruh).
Contoh ke sepuluh, hadits nomor 50. Yaitu hadits tentang Jibril yang datang kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya Islam, iman dan ihsan, dan di Shahih Bukhari
diringkas.
ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫ن‬َ‫و‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬ََ ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫أ‬َِ‫ء‬‫ل‬‫إ‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ز‬َ‫ن‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ن‬ََ‫ل‬‫أ‬ ََِ‫ن‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫ن‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ َ‫م‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َُ ََِْ ‫ل‬ ْ ‫م‬ ََِِ‫ه‬ َُ ََِْ ‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ ََِِ‫ه‬ ‫ل‬َْ‫ل‬َ‫ز‬
َ‫ن‬ِّ‫ل‬‫ء‬َ‫و‬ َ‫ك‬ ُِ‫ر‬َِّْ‫ر‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬َ َِ ‫ل‬ِْ‫و‬َ‫و‬ ‫ي‬َ‫و‬ََ ََ‫م‬ َ‫م‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ِر‬ََْ‫ا‬‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ِر‬َ‫ن‬َ‫ن‬ََ َُ‫و‬َ َ‫و‬ َ‫ك‬ َ‫ا‬َ‫إ‬‫ك‬َِْ‫أ‬َِْ‫ي‬‫م‬ َ‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ‫ي‬‫ل‬َُُ‫ن‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ئ‬ َِ ‫مي‬ ْ‫م‬َََ‫و‬ ْ‫ن‬َ‫ي‬ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ َُ‫م‬ََِ‫و‬ َ‫و‬
َِ‫م‬َََِ َ‫ن‬‫ي‬‫ل‬‫ع‬َ َُ‫م‬ََِ‫و‬
"Apakah iman ? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'iman adalah engkau beriman
kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, pertemuan denganNya, para rasulNya dan beriman
kepada hari kebangkitan.' Jibril bertanya, 'Apakah Islam ? Rasulullah n bersabda, 'Islam adalah
engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatupun denganNya, mendirikan
shalat, menunaikan zakat yang wajib, puasa Ramadlan. Jibril bertanya, 'Apakah Ihsan ?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak bisa melihatnya maka sesungguhnya Dia
melihatmu …"
Hadits ini termasuk ahad.
Contoh ke sebelas, hadits nomor 53, yaitu hadits tentang utusan Abdul Qais yang datang kepada
Rasulullah, lalu menyambut mereka dan memerintahkan kepada mereka empat perkara dan
melarang dari empat perkara.
َ‫ن‬َ‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫وم‬َ‫ي‬َِ‫ه‬ ََُ‫م‬ْ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ َ‫كر‬ََْ‫م‬َ‫و‬َ‫ف‬ ََِِ‫ه‬ ََُ‫م‬ْ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ِ‫ل‬َ ْ‫ن‬َََُِ‫ن‬َ‫ف‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ُم‬‫م‬َِ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ئ‬ََُِ‫آ‬َ‫ر‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ن‬َ‫إ‬ْ َ‫ف‬
‫م‬ َ‫َل‬َََِْ‫ي‬‫م‬ ‫ل‬‫َن‬‫ن‬ْ‫ص‬َِْ‫ي‬‫م‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫وم‬َ‫ط‬ْ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ َ‫ِر‬َ‫ن‬َ‫ن‬ََ ََُِِّ ‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ‫ق‬َِ‫ن‬َ‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ َِ ‫مي‬ ََُِ‫ه‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬َ
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintah mereka agar beriman kepada Allah Azza
wa Jalla semata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, 'Tahukah kalian, apakah
berimankepaada Allah semata itu? Mereka menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih tahu. Beliau
menerangkan, 'syahadat (persaksian) bahwa tidak ilah yang haq kecuali Allah dan Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa salalm itu Rasulullah, menegakkan shalat, memberikan zakat, puasa
Ramadlan dan memberikan seperlima dari ghanimah…"
Ini juga berbicara tentang iman.
Contoh ke duabelas, hadits nomor 1392, dan di beberapa tempat lainnya, dari jalan Ibnu Abbas
Radhiyallahu 'anhuma.
َ‫ف‬َ‫ي‬‫ل‬َ ْ‫ن‬َ‫آ‬َ ُْ‫م‬ ََِِ‫ء‬َ ‫ل‬‫م‬ََِِّْ‫ي‬‫م‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ن‬ْ‫ن‬َ ََ‫م‬ َ‫ق‬ ‫ل‬‫إ‬ ََ ‫م‬َُُِ‫ل‬َ‫ن‬ َََ‫ل‬ََ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ق‬‫ل‬‫ز‬‫مين‬ ‫ر‬ ْ‫ن‬َُ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ق‬‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ئ‬ََُِ‫آ‬َ‫ر‬ ‫و‬
َ‫ه‬ ََ‫م‬ ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫آ‬ِْ‫ل‬‫إ‬ْ َ‫و‬َ َ‫و‬‫ل‬‫ي‬َ‫ه‬‫ل‬‫ي‬ ‫وم‬َ َِ َ‫ف‬ََ‫م‬ ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫آ‬ِْ‫ل‬‫إ‬ْ َ‫و‬َ َ‫و‬‫ل‬‫ي‬َ‫ه‬‫ل‬‫ي‬ ‫وم‬َ َِ َ‫ف‬ ْ‫ن‬َُ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ِ‫ا‬َ‫إ‬َِّْ‫ي‬ َ‫ك‬ ُِ ْ‫و‬ََ ‫ل‬ُ‫ح‬ََ ‫ق‬‫ل‬ َِ‫م‬ َ‫و‬َ‫إ‬ََ َ‫َل‬َِْ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َِّْ‫إ‬َ َ ََِ‫ن‬ْ ‫م‬ ْ‫م‬ َ ََِ‫ن‬ْ ‫م‬
ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫أ‬‫م‬ََِ‫ء‬َ ‫و‬َ‫إ‬َ َََُِ‫و‬ َ‫ك‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫أ‬َِِّ‫ل‬‫ن‬ْ‫خ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ َ‫ه‬َ ْ‫ن‬َ‫و‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫و‬ْ‫ن‬َ‫ف‬ ‫ق‬‫ل‬ ُ‫ا‬َ‫ه‬َ‫م‬ََ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َِّْ‫إ‬َ
"Bahwasanya rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz Radhiyallahu 'anhu ke
Yaman, lalu rasulullah bersabda, 'Serulah mereka kepada syahadat (persaksian) bahwa tidak ilah
yang haq kecuali Allah dan bahwasanya aku Rasulullah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu,
maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima
kali sehari semalam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat dalam harta mereka yang diambil dari orang-
orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir mereka".
Hadits yang mulia ini diterima oleh seluruh ulama. Apakah hadits ini bukan berbicara masalah
aqidah? Bahkan ini merupakan asas dalam Islam. Tidak ada Islam tanpa syahadat tauhid.
Contoh ke tigabilas, dari selain Bukhari. Yaitu hadits yang masyhur dan telah diterima oleh para
ulama.
‫ه‬ِِْ‫ل‬‫ر‬ َ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫و‬‫ل‬ُ‫ن‬‫مي‬ َ‫ك‬ َ‫ن‬‫ل‬‫أ‬َِِ‫مين‬ َ‫ك‬ ‫و‬َ‫ه‬َِ‫مي‬ ‫ر‬‫ل‬َ
"Sesungguhnya mantera-mantera (yang bathil), jimat dan pelet termasuk bagian syirik".
Tentunya mantera-mantera yang dimaksudkan disini adalah mantera yang bathil. Karena ruqyah
(pengobatan dengan bacaan) itu ada dua, ada yang syar'i dan yang tidak syar'i.
Hadits ini juga ahad, dan masih banyak lagi contoh-contoh tentang hadits ahad yang berkaitan
dengan aqidah, dan diterima oleh para ulama.
PEMBAGIAN HADITS MENJADI MUTAWATIR DAN AHAD
Pembagian hadits menjadi mutawatir dan ahad, memang ada dalam kaidah ilmu hadits. Namun
perlu diketahui, bahwa para ulama membagi hadits menjadi mutawatir dan ahad bukan untuk
menolak hadits.
Pembagian itu merupakan tinjauan ilmiah, berdasarkan jumlah (banyak atau sedikiknya) perawi
yang meriwayatkannya. Sebagian tinjauan mereka berdasarkan shahih dan lemahnya suatu
riwayat.
Berdasarkan jumlah perawinya, jika perawi suatu hadits itu banyak, maka para ulama
mengatakan bahwa hadits itu mutawatir, meskipun mereka masih berbeda pendapat tentang
batasan banyak atau sedikit. Juga ada definisi lain tentang mutawatir ini, yaitu jika hadits
tersebut diketahui keshahihannya dan diterima secara mutlak oleh para ulama. Definisi ini dari
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Adapun hadits ahad, yaitu hadits di bawah mutawatir. Mereka membagi menjadi:
- Gharib, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat saja, sebagaimana hadits
pada contoh pertama dan ke empat di atas.
- Aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat, walaupun lafazhnya agak
berbeda.
- Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang sahabat yang berbeda.
Ini semua termasuk dalam bagian hadits ahad. Maka disini ada pembagian hadits menjadi hadits
shahih, hasan dan dha’if.
Jika perawinya lebih dari tiga, maka disebut mutawatir. Demikian jika mengumpulkan antara dua
definisi diatas. Contoh hadits seperti ini sangat banyak. Misalnya:
َِ‫ن‬ ‫مي‬ ‫نم‬ ُ‫لم‬ ‫ء‬ ‫ن‬ ‫زوم‬ ‫ن‬ ِّ ‫إ‬ ‫إو‬ ‫هم‬ َ ‫نم‬
"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya
dari neraka"
Hadits tentang azab kubur ini juga mutawatir maknawi (secara makna). Begitu juga tentang
turunnya Isa Alaihissallam di akhir zaman, munculnya Dajjal, haudh (telaga) Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, tentang bumi berlapis tujuh. Dan masih banyak lagi contohnya.
Adapun berdasarkan difinisi Syaikhul Islam, yaitu hadits yang diketahui keshahihannya dan
diterima secara mutlak oleh para ulama, bisa juga disebut mutawatir. Ini sangat banyak sekali,
terutama hadits-hadits yang berada di shahih Bukhari dan Muslim.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun VIII/1425H/2004M. Penerbit Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-7574821]

More Related Content

What's hot

Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Holong Marina Ops
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Azzahra Azzahra
 
Hadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah pptHadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah ppt
Salsabella Salma
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Mulia Fathan
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
Angah Rahim
 
pembagian hadits -- ulumul hadits
pembagian hadits  -- ulumul haditspembagian hadits  -- ulumul hadits
pembagian hadits -- ulumul hadits
universitas islam attahiriyah (UNIAT)
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiFakhri Cool
 
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaHadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Riana Arum
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Abdul Fauzan
 
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi KualitasPembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
Suya Yahya
 
Latihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadisLatihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadisAmirah Husna
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
Riska Dwinda
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaAtiekah Pauzi
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
nuzulLaa
 
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyaRuang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
sholihiyyah
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Zafirah Abdullah
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
Ruhawi uye Ruhawi uye
 
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahadMakalah hadits mutawatir dan hadits ahad
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
RendiTrida
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
Abdiet D'paradise
 

What's hot (20)

Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Hadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah pptHadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah ppt
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
 
pembagian hadits -- ulumul hadits
pembagian hadits  -- ulumul haditspembagian hadits  -- ulumul hadits
pembagian hadits -- ulumul hadits
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
 
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaHadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
 
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi KualitasPembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
 
Latihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadisLatihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadis
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannya
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
 
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyaRuang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahadMakalah hadits mutawatir dan hadits ahad
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 

Similar to Contoh hadis ahad

Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdfCokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
NaserMuhammad2
 
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus cover
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus coverBUKLET Kewajiban Syariah Islam plus cover
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus cover
Anas Wibowo
 
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah WaljamaahKitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Roni Setyawan
 
Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswaja
Mas Mito
 
Bahaya taqlid buta
Bahaya taqlid butaBahaya taqlid buta
Bahaya taqlid buta
Septiyan Nurpratama Nurpratama
 
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
IbnorAzli
 
1b.sumberhukumislam.pdf
1b.sumberhukumislam.pdf1b.sumberhukumislam.pdf
1b.sumberhukumislam.pdf
mohammadmoehklis
 
Hadits dan tasyri'
Hadits dan tasyri'Hadits dan tasyri'
Hadits dan tasyri'
Operator Warnet Vast Raha
 
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptxPertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
FauziahNurHutauruk
 
BUKLET Kewajiban Syariah Islam PDF
BUKLET Kewajiban Syariah Islam PDFBUKLET Kewajiban Syariah Islam PDF
BUKLET Kewajiban Syariah Islam PDF
Anas Wibowo
 
3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt
MamanGumay
 
Risalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnahRisalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnah
Eko Sufian
 
Makalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyasMakalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyas
HasbullahAlwi1
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
pebriyanti
 
Jauhi thâghût yang bernama kebebasan
Jauhi thâghût yang bernama kebebasanJauhi thâghût yang bernama kebebasan
Jauhi thâghût yang bernama kebebasan
Muhsin Hariyanto
 
Risalah aswajaskj
Risalah aswajaskjRisalah aswajaskj
Risalah aswajaskj
SusiZakiyah
 
risalah-aswaja.pdf
risalah-aswaja.pdfrisalah-aswaja.pdf
risalah-aswaja.pdf
baguswisnuputra
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
harry saskia
 

Similar to Contoh hadis ahad (20)

Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdfCokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus cover
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus coverBUKLET Kewajiban Syariah Islam plus cover
BUKLET Kewajiban Syariah Islam plus cover
 
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah WaljamaahKitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
 
Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswaja
 
Bahaya taqlid buta
Bahaya taqlid butaBahaya taqlid buta
Bahaya taqlid buta
 
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
 
1b.sumberhukumislam.pdf
1b.sumberhukumislam.pdf1b.sumberhukumislam.pdf
1b.sumberhukumislam.pdf
 
Hadits dan tasyri'
Hadits dan tasyri'Hadits dan tasyri'
Hadits dan tasyri'
 
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptxPertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
 
BUKLET Kewajiban Syariah Islam PDF
BUKLET Kewajiban Syariah Islam PDFBUKLET Kewajiban Syariah Islam PDF
BUKLET Kewajiban Syariah Islam PDF
 
3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt
 
Risalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnahRisalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnah
 
Makalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyasMakalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyas
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
Jauhi thâghût yang bernama kebebasan
Jauhi thâghût yang bernama kebebasanJauhi thâghût yang bernama kebebasan
Jauhi thâghût yang bernama kebebasan
 
Risalah aswajaskj
Risalah aswajaskjRisalah aswajaskj
Risalah aswajaskj
 
risalah-aswaja.pdf
risalah-aswaja.pdfrisalah-aswaja.pdf
risalah-aswaja.pdf
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 

Recently uploaded

MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 

Recently uploaded (20)

MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 

Contoh hadis ahad

  • 1. CONTOH-CONTOH HADITS AHAD Oleh Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir ‘Abdat MUKADDIMAH Pembahasan mengenai hadits ahad dan hubungannya dengan aqidah, atau hukum dan aqidah, itu tidak pernah dibicarakan oleh generasi pertama, kedua dan ketiga. Khususnya para sahabat g , tidak pernah memilah atau membagi-bagi hadits, seperti pembagian yang dilakukan oleh sebagian ahli bid’ah, bahwa hadits ahad hanya terbatas untuk hukum, sedangkan hadits mutawatir dapat dipakai untuk aqidah. Pembagian seperti ini tidak pernah dikenal, kecuali oleh ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah. Dan fikrah ini terus berkembang sampai pada awal abad kedua puluh, hingga timbul Mu’tazilah gaya baru, atau yang kita kenal dengan Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir mereka membagi, hadits mutawatir untuk aqidah dan ahkam. Sedangkan hadits ahad dikhususkan untuk masalah hukum. Adapun para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in menerima hadits, jika hadits tersebut sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tanpa membaginya sebagaimana yang dilakukan oleh Mu’tazilah dan yang sepaham dengannya. Jadi, para sahabatnya melihatnya, sah atau tidak, jika sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu hadits, dan diterima baik untuk masalah hukum ataupun aqidah. Jadi pembagian yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir, bahwa hadits ahad tidak bisa dipakai dalam aqidah, merupakan pembagian yang muhdats (bid’ah). Ini bisa dilihat dari beberapa segi. 1. Berdasarkan nash Al Qur’an, banyak ayat (firman Allah) yang dijadikan dalil oleh Imam Syafi’i. Diantaranya tersebut dalam kitab Ar Risalah, bahwa khabar ahad itu diterima. 2. Demikian juga dari hadits-hadits yang akan kita lihat. Diantaranya, bahwa Rasulullah mengutus sebagian sahabat orang per orang untuk menyampaikan Islam. 3. Bertentangan dengan Ijma’ para sahabat. Para sahabat tidak pernah menolak hadits yang disampaikan oleh satu sahabat yang lain yang berkenaan dengan akidah dan contoh tentang ini banyak sekali. 4. Bertentangan dengan kaidah ilmu hadits, yang dapat menunjukkan kebodohan mereka. Memang, perlu diketahui bahwa ahlul bid’ah itu menegakkan manhaj mereka atas dasar kebodohan dan hawa nafsu. Sedangkan Ahlus Sunnah menegakkan manhaj di atas dasar ilmu dan keadilan. BAGIAN KEDUA Tampak sangat jelas kebodohan Hizbut Tahrir yang menolak khabar ahad untuk aqidah, karena hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara tentang Islam. Allah Azza wa Jalla memerintahkan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjelaskan Al Qur’an. Tentunya, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dinul Islam. Allah berfirman:
  • 2. َ‫أ‬َ‫ن‬ََ ْ‫ن‬َ‫آ‬‫إ‬َ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ َِ ‫ل‬ُ‫ب‬َ‫ي‬َِ‫ن‬ ‫ل‬‫ِل‬‫إن‬‫ل‬‫ي‬ َ‫م‬‫ل‬َُِّ‫ز‬َ‫ن‬‫ل‬‫ي‬ ََِْ‫ل‬ُ‫ه‬‫مي‬ َ‫ْو‬َِّ‫ي‬‫ل‬َ ‫َه‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫يب‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫كر‬ََِ "Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". [An Nahl : 44]. Ayat yang mulia ini, memberikan sejumlah faidah, hukum dan qawaid. Diantaranya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diperintahkan oleh Allah untuk menjelaskan Al Qur’an. Penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Al Qur’an ini, agar manusia faham dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah Azza wa Jalla. Penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat luas, meliputi apa yang ada dalam Al Qur’an, bahkan yang tidak disebutkan secara terperinci di dalamnya, meskipun secara mujmal (global) terdapat di dalam Al Qur’an. Karena itu, ulama membagi Sunnah Nabi menjadi beberapa bagian. Pendapat ini disampaikan oleh ulama, diantaranya Imam Syafi’i, kemudian dinukil Imam Baihaqi di dalam kitabnya, Al Madkhal, dan Imam Suyuthi di dalam kitab Miftahul Jannah. 1. Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengamalkan atau memerintahkan apa yang diperintahkan oleh Allah. Misalnya, Allah memerintahkan shalat, maka Beliaupun ikut memerintahkan shalat. Allah mengancam orang yang meninggalkan shalat, Beliupun ikut mengancam. Dan begitu seterusnya. 2. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan apa yang mujmal di dalam Al Qur’an atau Beliau memberikan tambahan-tambahan, seperti wudhu, tentang makanan yang diharamkan yang tidak disebutkan di dalam Al Qu’an kecuali beberapa macam, dan lain-lain. 3. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan atau melarang sesuatu yang sama sekali tidak ada keterangannya dalam Al Qur’an, tetapi secara mujmal atau mutlak terdapat dalam Al Qur’an, yakni perintah Allah Azza wa Jalla agar taat kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm. Allah memerintahkan agar kita taat kepada Allah dan Rasul, disebutkan di dalam Al Qur’an kurang lebih di 44 tempat. Diantaranya: ‫ل‬‫م‬َِ‫ء‬‫ل‬‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫م‬َ‫ل‬‫م‬َ‫ر‬ َُ ‫ر‬‫ل‬َ َُ ‫وم‬َ‫ء‬‫مو‬ َ‫ك‬ ‫وم‬َ‫آ‬َ‫ن‬‫ِي‬َ َ‫ن‬ْ‫ن‬َ ْ‫ن‬َََِ‫آ‬َ‫ي‬َِ‫ن‬ َ‫ك‬ َُ‫ك‬َ‫ه‬َََ َِ‫و‬ََِ‫مي‬ َ‫ن‬َََِ‫و‬‫م‬َ‫ق‬‫ه‬َ‫ن‬ َ‫ك‬ "Dan Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah sangat keras hukumanNya". [Al Hasyr : 7]. Ayat ini bersifat mutlak, memerintahkan kita untuk menerima yang datang dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun tidak tertulis di dalam Al Qur’an. Misalnya, seperti haramnya cincin emas serta kain sutera bagi kaum pria, dan lain sebagainya. Ini merupakan Sunnah dan penjelasan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Al Qur’an. Dari sini, kita mengetahui bahwa Sunnah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya berbicara tentang satu hokum. Jika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara tentang satu hal -misalnya tentang shalat, zakat, jual beli- tidak hanya terbatas pada hukum tersebut, tetapi
  • 3. mencakup hukum yang lain, karena ini merupakan penjelasan Beliau terhadap Al Qur’an dan Islam secara keseluruhan. Karena itu, Al Qur’an sangat membutuhkan kepada hadits, dan tidak sebaliknya. Nanti kita akan melihat contoh, bahwa dalam satu hadits kadang berbicara tentang aqidah, akhlak, kisah, hukum dan lain-lain. Sehingga dari satu hadits, kita dapat mengambil faidah yang banyak, puluhan bahkan ratusan. Sehingga, jika kita katakan bahwa hadits ahad tidak dipakai untuk aqidah, maka sebagian besar aqidah akan tertolak. Kita lihat lagi kejahilan Hizbut Tahrir. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu. Diantara kebodohannya, mereka tidak bisa mengetahui adanya keterikatan antara aqidah dan hukum. Padahal keterikatan antara keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Karena, kalau memisahkannya, berarti kita menetapkan sesuatu tanpa iman. Misalnya hukum haramnya khamr. Dan menetapkan keharaman khamr itu dengan keyakinan, yang demikian ini merupakan aqidah. Mustahil kita menetapkan hukum tanpa keyakinan bahwa itu telah ditetapkan keharamannya oleh Allah Azza wa Jalla. Jadi, pemisahan antara aqidah dan hukum merupakan satu kerancuan dalam beragama, jauh dari nur Al Qur’an dan Sunnah. Hizbut Tahrir dan kawan-kawannya juga tidak istiqamah dalam menjalankan ajaran mereka. Ada sesuatu yang lucu. Kalau mereka mengatakan bahwa hadits ahad tidak bisa diterima dalam aqidah, maka konsekwensinya, jika mereka menyampaikan materi dalam ta’lim, atau manakala menulis kitab, maka khabarnya wajib harus mutawatir, tidak boleh satu orang. Ini sesuai dengan teori mereka. Akan tetapi, kenyataannya ustadz-ustadz mereka menyampaikan materi aqidah seorang diri, begitu juga ketika menulis. CONTOH-CONTOH HADITS AHAD Sering terjadi, apa yang disangka oleh Hizbut Tahrir sebagai hadits ahad, ternyata bukan ahad. Sebagai contoh tentang adzab kubur. Bahkan mereka sering menyampaikan pengingkarannya terhadap adzab kubur. Padahal hadits tentang masalah ini mutawatir maknawi. Dan masih banyak contoh lainnya. Hadits apa saja yang mereka tolak? Ini harus diteliti terlebih dahulu, apakah termasuk khabar ahad ataukah mutawatir? Demikian jika kita mengikuti teori mereka. Tetapi ternyata mereka tidak paham yang dimaksud dengan ahad dan mutawatir. Di depan sudah disampaikan, jika kita menerima teori mereka, maka sebagian besar aqidah akan tertolak. Contoh-contoh hadits ahad yang diterima, disepakati dan dijadikan dalil oleh para ulama dari zaman ke zaman, yang di dalamnya disamping berbicara tentang aqidah, tetapi juga hukum, atau yang lainnya. Karena keduanya berkaitan. Contohnya, kita lihat satu per satu. Contoh pertama, hadits nomor 1, yang kami bawakan dari Shahih Bukhariyaitu sebuah hadits ahad dan gharib. َ‫ك‬ ‫ل‬َِِّ‫ل‬ُ‫ن‬‫ِي‬‫ل‬َ ََِِِْ َ ِّْ‫م‬ َِِ‫ي‬‫ل‬َْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َ َِ‫آ‬َ‫ل‬‫ل‬َْ‫ن‬ََ ِ‫ئ‬َ‫ف‬َِْ‫ن‬‫م‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ ْ‫ك‬َ‫ف‬ َِ‫آ‬َ‫ز‬ِّ ‫ل‬ ََ َِِّْ‫ي‬َُ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫و‬َِْ‫ن‬‫ل‬ُ ْ‫َي‬‫ي‬ََِ ْ‫م‬ََِ ‫ل‬ َ‫َو‬‫ي‬ َِ‫ن‬ ِ‫ة‬ ‫ل‬ِْ‫ن‬‫م‬ ‫ل‬ُ‫ح‬ََ‫ل‬‫ي‬ َِِ‫ي‬‫ل‬َ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََِ‫م‬َُِ َِ‫ن‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫و‬َِ "Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang apa yang dia
  • 4. niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang dia niatkan". [Muttafaqun ‘alaih]. Apakah hadits ini tidak berbicara tentang aqidah? Bahkan hadits ini berbicara tentang salah satu diterimanya amal, tentang ikhlas yang merupakan syarat diterimanya amal seseorang. Hadits ini, jelas merupakan hadits ahad, dan termasuk ke dalam bagian hadits gharib, karena tidak diriwayatkan, kecuali dari jalan Umar bin Khaththab. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Muhammad bin Ibrahim At Taimi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Yahya bin Sa’id Al Anshari. Kemudian dari beliau ini diriwayatkan oleh puluhan perawi, bahkan mungkin ratusan. Awalnya mutawatir, akhirnya ahad dan gharib. Ini salah satu contoh hadits yang diterima oleh para ulama, bahkan hampir sebagian besar ulama. Contoh hadits kedua, yaitu hadits nomor 7, yang diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari. Hadits yang panjang, berbicara tentang hukum, aqidah, adab dan lain-lain. Yaitu hadits tentang kisah Hiraklius. Hadits ini telah diterima oleh para ulama. Di dalamnya diceritakan, Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan, yang ketika itu ia masih musyrik, berkaitan dengan dakwah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantaranya, Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan : َََِْ‫و‬‫م‬ َ‫ك‬ ُِ‫ر‬َِّْ‫ر‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬َ ‫وم‬ََ ‫ل‬ِْ‫و‬َ‫و‬ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ََُ‫م‬ْ‫ا‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫َكم‬‫م‬َ‫ز‬ْ ‫م‬ َِ‫و‬َ‫ء‬ََ َ‫ي‬ْ‫إ‬َ‫ه‬ ْ‫ن‬ََََِ‫ن‬ْ‫و‬ََ ‫م‬ََُِ‫ن‬ ‫ل‬ َِ‫أ‬َ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫آ‬ْ‫م‬ ‫ل‬ُ ‫مي‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ َِ ‫ِي‬‫ل‬َ َِ‫ي‬ََِ‫ن‬ْ‫و‬ََ َ‫ك‬ ْ‫ن‬َََ ََِ‫ق‬ َِ‫و‬َ‫ء‬ََ َِ‫ن‬ ‫وم‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫إ‬ ‫ل‬ُ ‫مي‬ َ‫ك‬ "Apa yang diperintahkan oleh Muhammad kepada kalian? Aku (Abu Sufyan) menjawab,”Muhammad mengatakan: ‘ Sembahlah Allah semata dan janganlah kalian menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang dikatakan (diyakini) oleh bapak-bapak (nenek moyang) kalian'. Muhammad (juga) menyuruh kami untuk shalat, zakat, jujur, menjaga harga diri dan menyambung tali silaturrahim…”" Apakah yang dimaksudkan dalam hadits ini bukan aqidah? Demikian ini aqidah, merupakan hadits ahad dan bukan mutawatir. Bahkan dalam hadits yang mulia ini terdapat surat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu: ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫م‬ْ‫ز‬َ ِ‫م‬َِ‫ل‬َ‫ن‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ِّن‬ ‫ل‬‫ا‬ِ‫مي‬ ‫ل‬‫م‬َِْ‫ا‬ِ‫مي‬ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫ن‬َْ‫ل‬ََََِ ‫ل‬‫م‬‫ل‬َ َِ‫و‬َ َُْ‫ف‬ ‫ق‬‫ل‬ُ‫ي‬‫ل‬‫ع‬َ َ‫م‬ْ‫ل‬ََ ِ‫ن‬َ‫ف‬ ‫ل‬َ‫م‬َ‫آ‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ى‬َ‫ز‬‫مو‬ ْ‫م‬َ‫ن‬ ‫و‬َ‫إ‬َ ‫ه‬ُ َََِ ‫ل‬ُ‫ك‬َِ‫مي‬ ‫ل‬‫ِّن‬‫ل‬‫ف‬َ َ‫ح‬ْ‫ه‬َِ‫ل‬ُ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ل‬ُ‫ق‬‫ل‬ََ ‫ل‬ََ ِّْ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫م‬‫ل‬َ َ‫ْو‬َِّ‫إ‬َ ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ َ‫ْي‬ِّ‫ي‬ َ‫و‬َ‫و‬ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬‫ْم‬َِّ‫و‬َِ‫ن‬ ََِِْ‫م‬َ‫ف‬ ََ‫م‬ َ‫و‬‫ل‬‫و‬ْ‫َن‬َ ْ‫ن‬َ‫إ‬ََْ‫و‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫إ‬ََْ‫ف‬ ‫ل‬ُ ََِْ ‫ل‬ ْ ‫يم‬ َِ‫ن‬َ‫ن‬ََِّْ ِ‫مق‬ َ‫و‬ََ ِ‫ا‬َِ‫ل‬‫إ‬ََ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬َِ‫ل‬َ‫و‬ ‫ل‬‫م‬َِ‫ن‬‫ل‬َْ‫ي‬‫م‬ َ‫ح‬َُْ‫ف‬ ََِ َ‫ك‬ َ‫ر‬ َُ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ َََََُِِْ‫ف‬ ُِ‫ن‬ْ‫ل‬ََ َِ‫ن‬َ‫ن‬ْ‫ل‬ََ َ‫ه‬ ‫ل‬َ‫ن‬ََ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ُِ‫ر‬َِّْ‫ر‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬َ َِ ‫ل‬ِْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫م‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َََ‫ن‬ََِّْ َ‫ِك‬‫ي‬َ‫و‬‫ل‬َ ‫َكم‬‫م‬َ‫آ‬ْ‫ر‬‫م‬ ‫وم‬َ‫ي‬‫و‬َ‫ء‬َ ‫م‬ ْ‫و‬‫ي‬ َ‫و‬َ‫و‬ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫كر‬ َ‫ور‬َِ‫ل‬‫إ‬ََْ‫ن‬ "Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad hamba Allah dan RasulNya kepada Hirakla (Hiraklius) pembesar Romawi, keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk, amma ba'du. Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam, Islamlah! Engkau pasti akan selamat dan Allah akan memberikan kepadamu balasan dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka engkau akan menanggung dosa-dosa rakyatmu. (Kemudian Rasulullah n membawakan ayat, yang artinya:) Katakanlah:"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [Ali
  • 5. Imran:64]. Surat ini mengajak Hiraklius untuk masuk Islam, kembali ke agama tauhid. Apakah seperti ini bukan aqidah? Demikian ini adalah masalah aqidah. Bahkan dalam hadits ini terkumpul masalah akhlak, hukum, aqidah dan sebagainya. Kalau hadits ahad tidak bisa dijadikan sebagai hujjah dalam masalah aqidah, maka hadits yang mulia ini tertolak. Contoh yang ke tiga, hadits nomor 8 di dalam Shahih Bukhari. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini ahad. Tetapi sepengetahuan kami, hadits ini masyhur, yaitu dari jalan Ibnu Umar. َْ ‫ل‬ ْ ‫م‬ َ‫ق‬‫ل‬‫ن‬ََ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ََِِ‫ه‬‫ل‬‫ِق‬َ‫ن‬َ‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ َِ ‫مي‬ ‫ل‬َُِ‫ه‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ُم‬‫م‬َِ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ئ‬ََُِ‫آ‬َ‫ر‬ ِ‫َل‬َِْ ‫و‬َ‫إ‬َ َُ َِ ‫ِر‬َ‫ن‬َ‫ن‬ََ ‫ل‬ُ ْ‫و‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ َ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Islam dibangun diatas lima asas (yaitu) syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah yang hak kecuali Allah dan syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah, mendirikan shalat, memberikan zakat, haji dan puasa ramadlan (dalam riwayat lain puasa Ramadlan baru haji)" Bukankah hadits ini telah disepakati oleh para ulama dan diterima dari zaman ke zaman? Hadits ini menjelaskan tentang rukun-rukun Islam, dan diawali dengan syahadat. Apakah ini bukan masalah aqidah? Disini kita melihat lagi bahwa satu hadits, selain berbicara masalah aqidah, juga masalah hukum. Contoh ke empat, yaitu hadits nomor 9, di dalam Shahih Bukhari. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini, selain ahad juga gharib, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬ُ‫ق‬‫ل‬‫ز‬‫مين‬ ْ‫م‬َ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ه‬‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ق‬ََِِّ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ُ‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ور‬َ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ى‬ْ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ن‬‫إ‬ "Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Iman itu ada enam puluh cabang lebih dan rasa malu merupakan salah satu cabang iman". Hadits ini menjelaskan tentang cabang keimanan. Yakni, iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Dan di riwayat Imam Muslim, َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ َِ ْ‫و‬َ‫ه‬ َِ‫آ‬َ‫إ‬َ‫ن‬ْ َ‫و‬َ ُ‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ور‬َ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ى‬ْ‫ن‬‫ل‬َ ْ‫ك‬َ‫ف‬ َ‫ور‬َ‫ل‬ْ‫ز‬ََ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ى‬ْ‫ن‬‫ل‬َ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ه‬‫ا‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫ر‬ َ‫ق‬ََِِّ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َ ‫ل‬ِ‫ميط‬ ْ‫م‬َ ‫ل‬ََُ ِّْ‫م‬ َ‫ا‬َ َِ‫ن‬‫ل‬َ ََُِِ‫ي‬ُْ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ "Iman itu tujuhpuluh cabang lebih, Yang paling tinggi adalah ucapan laailaha illallaah, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan salah satu cabang iman". Hadits ini juga berbicara tentang aqidah, hukum, akhlak dan adab, seperti menghilangkan gangguan dari jalan. Padahal ini merupakan hadits ahad dan gharib. Jikalau kita menerima kaidah mereka (Hizbut Tahrir), maka tertolaklah hadits ini, karena tidak diriwayatkan secara
  • 6. mutawatir. Contoh yang ke lima, hadits yang ke 14 dan 15. Ini juga merupakan hadits ahad, berbicara tentang aqidah. Yaitu kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salllam dan cara mencapai kesempurnaan cinta kepadanya. Diriwayatkan dari jalan Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, َََ‫ف‬ ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َََ‫م‬َ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫َن‬َ َ‫ع‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬َِّ‫ل‬َ ‫ق‬‫ل‬َْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬‫ه‬‫مي‬ َ‫و‬َ ََِِ‫ه‬ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ر‬َ‫ف‬‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ور‬ "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak akan beriman (sempurna keimanan) salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicintai daripada bapak dan anaknya". Dan hadits nomor 15, dari jalan Anas: َ‫ك‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫ك‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ور‬َََ‫ف‬ ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َََ‫م‬َ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫َن‬َ َ‫ع‬ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ َ‫ق‬‫ل‬‫ز‬‫مين‬ ََِِ‫ه‬َ‫ِّم‬‫ل‬‫ل‬َِْ‫م‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ِل‬‫مين‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ُ‫ل‬‫م‬َ‫ي‬ "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Tidak akan beriman (tidak akan sempurna keimanan) salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicintai daripada bapak dan anaknya dan semua orang". Ini juga berbicara tentang aqidah. Contoh yang ke enam, hadits nomor 16, tentang kelezatan atau manisnya iman yang dapat dirasakan oleh seseorang. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. ََُِ‫م‬ َ‫و‬‫ل‬َ ِِ‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫ي‬‫ل‬َ ََ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ن‬َ‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ََ‫م‬ َ‫ور‬ََََ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ َ‫ئ‬ َ‫ك‬ ََِ‫ا‬ َ‫م‬َ‫م‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬ِّ‫ل‬ ‫م‬ََ ْ‫م‬َ‫ن‬ ‫ه‬ ََِ‫م‬ ََِِ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ز‬ ‫ل‬‫َل‬َ َ‫ع‬ َ‫ق‬َِِْْ‫ي‬‫م‬ َ ‫ل‬‫َل‬َ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ِ َُ ََََِْ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ل‬َ ‫ع‬‫ل‬َ ‫ل‬َِ‫مين‬ ‫ق‬‫ل‬ َ َ‫ه‬ْ‫ء‬ََ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َُ ََََِْ َََِِ ‫ل‬ِْ‫أ‬ََْ‫ي‬‫م‬ ‫ق‬‫ل‬ َُ‫و‬َ‫ل‬ََ ْ‫ر‬َ‫ف‬ "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ada tiga hal, jika ketiganya terkumpul pada diri seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman; (yaitu) Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dilempar kedalam api neraka". Hadits ini juga berbicara tentang cinta kepada Allah, RasulNya dan juga keimanan. Bahwa iman itu punya rasa. Demikian ini adalah masalah aqidah. Contoh yang ke tujuh, hadits nomor 26. َ‫ن‬ْ َ‫ف‬ ‫ل‬‫ح‬ََِ‫ل‬ْ‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬َ‫ف‬ َ‫ح‬‫ل‬‫ر‬ََ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ئ‬ ََََُِِْ ‫ق‬‫ل‬ََ‫ف‬ ْ‫م‬َ ‫ق‬‫ل‬ ََُِ‫آ‬ ‫ل‬‫ن‬ْ‫ي‬‫م‬ ََِِ‫ه‬ ‫م‬ََُِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ح‬ِّ‫ل‬‫ه‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ ‫ه‬‫ِر‬ََِ‫ل‬َ ََِِ‫ء‬َ َ‫ح‬ ‫ه‬َ‫ك‬َِْ‫ز‬َ‫ن‬ ِ َ‫ا‬ ََِِ‫ه‬ ‫م‬ََُِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ح‬ِّ‫ل‬‫ه‬ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ز‬ََ "Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya: “Amal apakah yang paling afdhal?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Iman kepada Allah dan RasulNya." Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi ?' Beliau Shallallahu 'alaihi
  • 7. wa sallam menjawab, 'Jihad di jalan Allah'. Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi ?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Haji yang mabrur.' Hadits yang mulia ini menjelaskan tentang iman. Bahwa iman itu masuk dalam bagian amal, dan amal itu masuk dalam bagian iman. Oleh karena itu, Imam Bukhari memberikan Bab : Man Qaala Annal Iman Huwal Amal, bahwa amal itu masuk dalam iman. Sehingga, ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang amal yang paling afdhal, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab iman kepada Allah. Hadits ini telah diterima oleh semua ulama Ahlus Sunnah untuk menetapkan, bahwa amal itu masuk dalam bagian iman. Yang tentunya akan menjelaskan kepada kita, bila iman itu bisa bertambah karena perbuatan ta’at, dan bisa berkurang karena perbuatan maksiat. Contoh ke delapan, hadits nomor 32, dari jalan Abdullah bin Mas’ud. ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ل‬ِ‫و‬ََ ََ َ‫ِم‬َ‫ل‬ََْ‫ف‬ ََِِ‫ه‬ ِ‫ن‬ْ‫إ‬َ‫ف‬‫ل‬َ ْ‫ن‬َ‫آ‬َ‫ي‬ََِِ‫ل‬َ ‫وم‬ََ‫ل‬‫ز‬ْ‫إ‬ََ ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ ‫وم‬َ‫ن‬َ‫ن‬‫ق‬ َ‫َم‬‫ل‬‫ه‬‫مي‬ ْ‫ي‬َ‫ي‬َ‫َب‬‫ي‬ َِِ‫ي‬ ََِِ‫ه‬ ‫ح‬َ‫م‬ َ‫ك‬ ‫ب‬َ ََ‫م‬ ََِ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫و‬َ ْ‫ن‬‫ل‬‫إ‬ْ‫ف‬ََ ْ‫ن‬َ‫ي‬ َِ‫ن‬َََ‫ف‬ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ‫ه‬‫ن‬ِّ‫ل‬‫ف‬َ ‫ه‬‫ن‬ْ‫إ‬َ‫ف‬َ‫ي‬ َِِْ‫ل‬ُ‫و‬‫مي‬ ‫ر‬‫ل‬َ "Ibnu Mas'ud mengatakan, "ketika turun firman Allah (yang artinya) Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang- orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An'am 82), para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, 'Siapakah diantara kita yang tidak berbuat zhalim ?' lalu Allah menurunkan firmanNya (yang artinya), sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezhaliman yang besar" Ketika ayat Al An’am 82 diturunkan, para sahabat merasa susah dan berat. Mereka mengatakan, siapakah diantara kita yang tidak menzhalimi dirinya? Maka Rasulullah n menjelaskan kepada mereka, bahwa bukan itu yang dimaksud; tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada anaknya? Jadi zhulm (kezhaliman) disini, maksudnya adalah syirik. Ini juga berbicara tentang aqidah, antara tauhid dan syirik. Contoh ke sembilan, hadits no. 39, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. ‫ه‬َََِْ َ‫َم‬‫ل‬ُ‫م‬‫مي‬ ‫ر‬‫ل‬َ "Sesungguhnya agama itu adalah mudah" Ini juga berbicara tentang aqidah, bahkan berbicara tentang agama ini secara keseluruhan. Bahwa ajaran Islam, pengamalan dan dakwahnya adalah mudah. Apakah ini tidak berbicara aqidah? Hadits ini berbicara tentang Islam, dan tentunya kaffah. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada kita untuk masuk Islam secara kaffah (menyeluruh). Contoh ke sepuluh, hadits nomor 50. Yaitu hadits tentang Jibril yang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya Islam, iman dan ihsan, dan di Shahih Bukhari diringkas.
  • 8. ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫ن‬َ‫و‬ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬ََ ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫أ‬َِ‫ء‬‫ل‬‫إ‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ز‬َ‫ن‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ن‬ََ‫ل‬‫أ‬ ََِ‫ن‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ َ‫م‬‫ل‬‫ن‬ْ‫ن‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ َ‫ع‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ َ‫م‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َُ ََِْ ‫ل‬ ْ ‫م‬ ََِِ‫ه‬ َُ ََِْ ‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ ََِِ‫ه‬ ‫ل‬َْ‫ل‬َ‫ز‬ َ‫ن‬ِّ‫ل‬‫ء‬َ‫و‬ َ‫ك‬ ُِ‫ر‬َِّْ‫ر‬ ‫ل‬‫ن‬‫ل‬َ َِ ‫ل‬ِْ‫و‬َ‫و‬ ‫ي‬َ‫و‬ََ ََ‫م‬ َ‫م‬َ‫ز‬ْ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ِر‬ََْ‫ا‬‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ِر‬َ‫ن‬َ‫ن‬ََ َُ‫و‬َ َ‫و‬ َ‫ك‬ َ‫ا‬َ‫إ‬‫ك‬َِْ‫أ‬َِْ‫ي‬‫م‬ َ‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ‫ي‬‫ل‬َُُ‫ن‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ئ‬ َِ ‫مي‬ ْ‫م‬َََ‫و‬ ْ‫ن‬َ‫ي‬ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ َُ‫م‬ََِ‫و‬ َ‫و‬ َِ‫م‬َََِ َ‫ن‬‫ي‬‫ل‬‫ع‬َ َُ‫م‬ََِ‫و‬ "Apakah iman ? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, pertemuan denganNya, para rasulNya dan beriman kepada hari kebangkitan.' Jibril bertanya, 'Apakah Islam ? Rasulullah n bersabda, 'Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatupun denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang wajib, puasa Ramadlan. Jibril bertanya, 'Apakah Ihsan ? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, 'Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak bisa melihatnya maka sesungguhnya Dia melihatmu …" Hadits ini termasuk ahad. Contoh ke sebelas, hadits nomor 53, yaitu hadits tentang utusan Abdul Qais yang datang kepada Rasulullah, lalu menyambut mereka dan memerintahkan kepada mereka empat perkara dan melarang dari empat perkara. َ‫ن‬َ‫ي‬‫و‬ََ ََ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫وم‬َ‫ي‬َِ‫ه‬ ََُ‫م‬ْ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ َ‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ‫م‬ َِ‫ن‬ َ‫كر‬ََْ‫م‬َ‫و‬َ‫ف‬ ََِِ‫ه‬ ََُ‫م‬ْ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َِ‫ل‬َ ‫ل‬‫ِر‬ََِ‫ل‬ ْ ِ‫ل‬َ ْ‫ن‬َََُِ‫ن‬َ‫ف‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ُم‬‫م‬َِ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ئ‬ََُِ‫آ‬َ‫ر‬ ََِِ‫ه‬ َ‫ن‬َ‫إ‬ْ َ‫ف‬ ‫م‬ َ‫َل‬َََِْ‫ي‬‫م‬ ‫ل‬‫َن‬‫ن‬ْ‫ص‬َِْ‫ي‬‫م‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫وم‬َ‫ط‬ْ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ َ‫ِر‬َ‫ن‬َ‫ن‬ََ ََُِِّ ‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ََِ‫ميب‬ َ‫ق‬َِ‫ن‬َ‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ئ‬ َِ ‫مي‬ ََُِ‫ه‬‫ل‬َ َ‫ك‬ ‫ل‬َ "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintah mereka agar beriman kepada Allah Azza wa Jalla semata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, 'Tahukah kalian, apakah berimankepaada Allah semata itu? Mereka menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih tahu. Beliau menerangkan, 'syahadat (persaksian) bahwa tidak ilah yang haq kecuali Allah dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salalm itu Rasulullah, menegakkan shalat, memberikan zakat, puasa Ramadlan dan memberikan seperlima dari ghanimah…" Ini juga berbicara tentang iman. Contoh ke duabelas, hadits nomor 1392, dan di beberapa tempat lainnya, dari jalan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma. َ‫ف‬َ‫ي‬‫ل‬َ ْ‫ن‬َ‫آ‬َ ُْ‫م‬ ََِِ‫ء‬َ ‫ل‬‫م‬ََِِّْ‫ي‬‫م‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ن‬ْ‫ن‬َ ََ‫م‬ َ‫ق‬ ‫ل‬‫إ‬ ََ ‫م‬َُُِ‫ل‬َ‫ن‬ َََ‫ل‬ََ َ‫ن‬‫إ‬ََ َ‫ك‬ ‫ل‬‫ن‬َِّْ‫إ‬َ ََ‫م‬ ‫و‬‫إ‬ََ ‫ق‬‫ل‬‫ز‬‫مين‬ ‫ر‬ ْ‫ن‬َُ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬َ‫م‬ َِ‫و‬ََ ََ ‫ق‬‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ ََ‫م‬ ‫ع‬‫ل‬َ َ‫ن‬َ‫ي‬‫ل‬َ َ‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ل‬‫ئ‬ََُِ‫آ‬َ‫ر‬ ‫و‬ َ‫ه‬ ََ‫م‬ ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫آ‬ِْ‫ل‬‫إ‬ْ َ‫و‬َ َ‫و‬‫ل‬‫ي‬َ‫ه‬‫ل‬‫ي‬ ‫وم‬َ َِ َ‫ف‬ََ‫م‬ ‫ر‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫آ‬ِْ‫ل‬‫إ‬ْ َ‫و‬َ َ‫و‬‫ل‬‫ي‬َ‫ه‬‫ل‬‫ي‬ ‫وم‬َ َِ َ‫ف‬ ْ‫ن‬َُ ْ‫ر‬‫ل‬‫ع‬َ ِ‫ا‬َ‫إ‬َِّْ‫ي‬ َ‫ك‬ ُِ ْ‫و‬ََ ‫ل‬ُ‫ح‬ََ ‫ق‬‫ل‬ َِ‫م‬ َ‫و‬َ‫إ‬ََ َ‫َل‬َِْ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َِّْ‫إ‬َ َ ََِ‫ن‬ْ ‫م‬ ْ‫م‬ َ ََِ‫ن‬ْ ‫م‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫أ‬‫م‬ََِ‫ء‬َ ‫و‬َ‫إ‬َ َََُِ‫و‬ َ‫ك‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫أ‬َِِّ‫ل‬‫ن‬ْ‫خ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬‫ل‬‫ن‬ َ‫ه‬َ ْ‫ن‬َ‫و‬ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫و‬ْ‫ن‬َ‫ف‬ ‫ق‬‫ل‬ ُ‫ا‬َ‫ه‬َ‫م‬ََ ْ‫ن‬‫ل‬‫آ‬َِّْ‫إ‬َ "Bahwasanya rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz Radhiyallahu 'anhu ke Yaman, lalu rasulullah bersabda, 'Serulah mereka kepada syahadat (persaksian) bahwa tidak ilah yang haq kecuali Allah dan bahwasanya aku Rasulullah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima kali sehari semalam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat dalam harta mereka yang diambil dari orang- orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir mereka".
  • 9. Hadits yang mulia ini diterima oleh seluruh ulama. Apakah hadits ini bukan berbicara masalah aqidah? Bahkan ini merupakan asas dalam Islam. Tidak ada Islam tanpa syahadat tauhid. Contoh ke tigabilas, dari selain Bukhari. Yaitu hadits yang masyhur dan telah diterima oleh para ulama. ‫ه‬ِِْ‫ل‬‫ر‬ َ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫و‬‫ل‬ُ‫ن‬‫مي‬ َ‫ك‬ َ‫ن‬‫ل‬‫أ‬َِِ‫مين‬ َ‫ك‬ ‫و‬َ‫ه‬َِ‫مي‬ ‫ر‬‫ل‬َ "Sesungguhnya mantera-mantera (yang bathil), jimat dan pelet termasuk bagian syirik". Tentunya mantera-mantera yang dimaksudkan disini adalah mantera yang bathil. Karena ruqyah (pengobatan dengan bacaan) itu ada dua, ada yang syar'i dan yang tidak syar'i. Hadits ini juga ahad, dan masih banyak lagi contoh-contoh tentang hadits ahad yang berkaitan dengan aqidah, dan diterima oleh para ulama. PEMBAGIAN HADITS MENJADI MUTAWATIR DAN AHAD Pembagian hadits menjadi mutawatir dan ahad, memang ada dalam kaidah ilmu hadits. Namun perlu diketahui, bahwa para ulama membagi hadits menjadi mutawatir dan ahad bukan untuk menolak hadits. Pembagian itu merupakan tinjauan ilmiah, berdasarkan jumlah (banyak atau sedikiknya) perawi yang meriwayatkannya. Sebagian tinjauan mereka berdasarkan shahih dan lemahnya suatu riwayat. Berdasarkan jumlah perawinya, jika perawi suatu hadits itu banyak, maka para ulama mengatakan bahwa hadits itu mutawatir, meskipun mereka masih berbeda pendapat tentang batasan banyak atau sedikit. Juga ada definisi lain tentang mutawatir ini, yaitu jika hadits tersebut diketahui keshahihannya dan diterima secara mutlak oleh para ulama. Definisi ini dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Adapun hadits ahad, yaitu hadits di bawah mutawatir. Mereka membagi menjadi: - Gharib, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat saja, sebagaimana hadits pada contoh pertama dan ke empat di atas. - Aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat, walaupun lafazhnya agak berbeda. - Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang sahabat yang berbeda. Ini semua termasuk dalam bagian hadits ahad. Maka disini ada pembagian hadits menjadi hadits shahih, hasan dan dha’if. Jika perawinya lebih dari tiga, maka disebut mutawatir. Demikian jika mengumpulkan antara dua definisi diatas. Contoh hadits seperti ini sangat banyak. Misalnya: َِ‫ن‬ ‫مي‬ ‫نم‬ ُ‫لم‬ ‫ء‬ ‫ن‬ ‫زوم‬ ‫ن‬ ِّ ‫إ‬ ‫إو‬ ‫هم‬ َ ‫نم‬
  • 10. "Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka" Hadits tentang azab kubur ini juga mutawatir maknawi (secara makna). Begitu juga tentang turunnya Isa Alaihissallam di akhir zaman, munculnya Dajjal, haudh (telaga) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tentang bumi berlapis tujuh. Dan masih banyak lagi contohnya. Adapun berdasarkan difinisi Syaikhul Islam, yaitu hadits yang diketahui keshahihannya dan diterima secara mutlak oleh para ulama, bisa juga disebut mutawatir. Ini sangat banyak sekali, terutama hadits-hadits yang berada di shahih Bukhari dan Muslim. [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun VIII/1425H/2004M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]