SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BUKU PEDOMAN 
PELAKSANAAN PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU 
INDUSTRI KECIL MENENGAH (WUB – IKM) 
WILAYAH I (SUMATERA DAN KALIMANTAN) 
DENGAN METODE FAST-TRACK 
DIREKTORAT IKM WILAYAH I 
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH 
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 
2013 
KONSEP
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. LATAR BELAKANG 
Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia 
adalah masalah pengangguran. Pertambahan jumlah angkatan kerja dari tahun ke 
tahun makin bertambah. Di lain pihak akibat dari krisis finansial global yang diikuti 
pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan. 
Sementara pembangunan ekonomi yang telah tercipta belum sanggup menyediakan 
kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Pengangguran 
yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, 
kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. 
Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, 
serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat 
permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks. 
Angkatan kerja sampai dengan Agustus tahun 2012 mencapai 118 juta 
orang menuntut adanya lapangan dan kesempatan kerja yang cukup. Dari jumlah 
tersebut, diperoleh data bahwa pengangguran terbuka pada periode yang sama 
sekitar 7,24 juta orang yang terdiri 3 juta lebih lebih adalah lulusan Diploma/Sarjana 
dan sisanya adalah lulusan SD/ SMP dan SMA serta tidak bersekolah. Penciptaan 
lapangan kerja dan kesempatan berusaha merupakan jawaban atas permasalahan 
tersebut. Industri menjadi salah satu sektor yang diharapkan mampu menciptakan 
lapangan kerja sekaligus mampu menyerap tenaga kerja. 
Penyediaan lapangan kerja di sektor industri khususnya industri kecil dan 
menengah (IKM) dapat dilakukan melalui pendekatan penumbuhan wirausaha baru 
(WUB) industri kecil dan menengah. Wirausahawan (entrepreneur) secara entimologi 
mengandung arti orang yang bekerja sendiri (self-employment). Secara luas dapat 
dipahami bahwa wirausahawan sebagai orang yang pandai atau berbakat 
mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi 
untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta 
memasarkannya (KBBI, 2004). Secara umum penumbuhan jiwa kewirausahaan
(entrepreneurship) menjadi salah satu langkah dalam rangka mendorong seseorang 
untuk berusaha dan bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. 
Sampai dengan tahun 2012, jumlah wirausaha di Indonesia hanya 1,56% 
dari jumlah penduduk, sedangkan prosentase yang ideal menurut Global 
Entrepreneur Monitoring adalah 2 – 4%, sehingga perlu langkah yang signifikan 
sehingga muncul wirausaha baru. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, 
Indonesia masih termasuk rendah baik jumlah maupun pertumbuhan 
entrepreneurnya, sebagai contoh di Singapura, Malaysia dan Thailand mencapai 4% 
dari total penduduk. 
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, dari jumlah usaha mikro, 
kecil dan menengah (UMKM) sebesar 56 juta unit usaha, hanya sekitar 700.000 unit 
usaha yang masuk kategori wirausaha atau sebesar 1,25% dari total UMKM. Industri 
kecil dan menengah (IKM) merupakan bagian dari UMKM didorong untuk lebih 
berkembang dalam penumbuhan wirausaha sektor IKM. Jumlah IKM pada tahun 2012 
sekitar 3,8 juta merupakan potensi yang besar sebagai sumber (source) wirausaha 
baru. Berbagai sektor IKM seperti sektor pangan, sandang, logam, kimia dan bahan 
bangunan serta kerajinan yang merupakan penopang perekonomian daerah dan 
nasional mampu menghasilkan produk yang diharapkan memenuhi kebutuhan 
domestik, unggulan ekspor dan substitusi produk impor menjadi target penumbuhan 
wirausaha baru. 
Kriteria yang digunakan sebagai parameter penumbuhan dan 
pengembangan wirausaha baru adalah inovasi produk dan teknologi, kemandirian 
usaha, manajemen dan pemasaran. Untuk itu sebagai sumber/sasaran penumbuhan 
dan pengembangan wirausaha baru adalah IKM yang memiliki keinginan dan 
kemampuan untuk maju serta calon IKM yang mempunyai keinginan kuat untuk 
berkembang menjadi wirausaha baru. Itu berarti sebagai target sasaran program 
penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru tidak hanya mereka yang baru 
memulai usaha tetapi lebih dari itu juga dari mereka yang sudah memiliki usaha 
(existing). Metode penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru dilakukan 
dengan pendekatan yang berbeda, didasarkan kondisi calon peserta (apakah yang 
belum mulai berusaha atau sudah memiliki usaha), dan tingkat teknologi maka 
diperlukan 2 (dua) pendekatan yaitu fast-track dan by-design. 
2
Metode fast-track diperuntukan kepada mereka yang telah memiliki usaha, 
karyawan/pegawai yang telah berpengalaman pada bidang usaha untuk 
dikembangkan, duplikasi usaha biasanya garis keturunan atau kelompok tertentu, IKM 
dalam sentra (memiliki kesamaan pola berusaha). Metode fast-track pada prinsipnya 
lebih dikedepankan peningkatan pengetahuan manajemen, pengelolaan keuangan, 
motivasi jiwa kewirausahaan dan upgrade teknologi. Metode ini dirancang dan 
dilaksanakan dalam waktu singkat mengingat kondisi di atas. 
Metode by-design diperuntukan kepada mereka yang belum berusaha 
menuju berusaha pada bidang yang baru, terutama pada lulusan perguruan tinggi, 
sekolah menengah kejuruan dan kelompok masyarakat potensial lainnya seperti 
pondok pesantren, koperasi dan lainnya. Metode by-design menitikberatkan pada 
bagaimana mereka memiliki bekal untuk mulai berusaha sehingga selain konten 
motivasi, kewirausahaan, sangat ditonjolkan penguasaan teknologi melalui pelatihan 
dan magang serta penguasaan target pasar. 
Direktorat Jenderal IKM sebagai pengemban tugas dan tanggung jawab 
yang tertuang dalam Indikator Kinerja Utama yaitu: (1) rasio IKM di Jawa dan luar 
Jawa 60 : 40 dan (2) kontribusi PDB IKM terhadap PDB industri 34%, menugaskan 
kepada Direktorat IKM Wilayah I untuk fokus kegiatan pada penumbuhan dan 
pengembangan WUB IKM dalam rangka mencapai IKU dimaksud. Untuk itu, 
Direktorat IKM Wilayah I menetapkan pedoman pelaksanaan program/kegiatan 
penumbuhan dan pengembangan WUB IKM yang memuat tahap–tahap yang krusial 
dalam operasionalisasi kegiatan ini adalah seleksi calon peserta, pelatihan, bimbingan 
dan fasilitasi start up capital serta monitoring dan evaluasi. 
3 
.0/019-05.1/-/2009 
B. DASAR HUKUM 
1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan 
Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025; 
2. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan 
Belanja Negara Tahun 2013; 
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan 
Industri Nasional (KIN); 
4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan 
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM;
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan 
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; 
6. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah 2010-2014. 
4 
.0/019-05.1/-/2009 
C. MAKSUD DAN TUJUAN 
Buku pedoman ini dimaksudkan memberikan panduan dan petunjuk pelaksanaan 
kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM di Direktorat IKM Wilayah I. 
Tujuannya agar pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM di 
Direktorat IKM Wilayah I dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana kegiatan, 
output dan memenuhi kaidah dan peraturan yang berlaku 
D. SASARAN 
Adanya buku pedoman pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB 
IKM di Direktorat IKM Wilayah I. 
E. RUANG LINGKUP 
1. Penumbuhan dan pengembangan WUB IKM merupakan salah satu program yang 
dilaksanakan oleh Direktorat IKM Wilayah I dalam rangka menciptakan WUB 
khususnya di Sumatera dan Kalimantan guna meningkatkan populasi IKM di luar 
pulau Jawa; 
2. Kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dilaksanakan melalui 
pelatihan kewirausahaan dan/atau teknis produksi serta fasilitasi start up capital 
kepada peserta/kelompok terpilih serta pendampingan/bimbingan; 
3. Peserta kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM adalah masyarakat 
yang telah dan belum berusaha di bidang IKM yang memiliki kemauan kuat untuk 
tumbuh dan berkembang menjadi WUB IKM yang maju dan berdaya saing. 
4. Tahap yang ditetapkan adalah seleksi peserta, pelatihan, magang, bantuan 
fasilitas start-up capital dan pendampingan/bimbingan usaha. 
5. Buku pedoman ini juga memuat kriteria peserta, kriteria instruktur, dan kerangkar 
pikir/alur proses program kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM. 
Kerangka pikir dan alur proses kegiatan penumbuhan WUB IKM dapat dilihat pada 
lampiran 1 buku pedoman ini.
BAB II 
KETENTUAN DAN PERSYARATAN 
5 
A. KRITERIA PESERTA 
Calon peserta yang memiliki kriteria sebagai berikut : 
1. Perorangan/kelompok IKM yang memiliki usaha IKM sesuai sektor IKM yang akan 
dijadikan target program/kegiatan; atau 
2. Perorangan/kelompok yang memiliki minat dan kemampuan untuk dijadikan target 
program/kegiatan; 
3. Usia minimal 21 (dua puluh satu) tahun pada tanggal pelaksanaan rekrutmen; 
4. Berdomisili di lingkup Provinsi/Kabupaten/Kota tempat program/kegiatan 
dilaksanakan.; 
5. Memperoleh rekomendasi Dinas yang membidangi Perindustrian setempat baik 
Provinsi dan/atau Kabupaten dan/atau Kota; 
B. REKRUTMEN PESERTA 
Usulan peserta program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dapat 
berasal dari : 
1. Usulan Dinas yang membidangi Perindustrian setempat dilengkapi dengan surat 
dari Dinas dimaksud; atau 
2. Ditentukan langsung oleh Direktorat IKM Wilayah I dengan melihat potensi daerah 
dan sentra setempat dan selanjutnya diinformasikan kepada Dinas terkait; atau 
3. Diusulkan oleh kelompok masyarakat, koperasi atau lembaga lainnya dengan 
melampirkan surat rekomendasi dari Dinas yang membidangi Perindustrian 
setempat; atau 
4. Diusulkan oleh kelompok masyarakat, koperasi atau lembaga lainnya dengan 
tembusan ditujukan kepada Dinas yang membidangi Perindustrian setempat; atau 
C. JENIS DAN METODOLOGI PELATIHAN 
Dalam program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dilaksanakan 
melalui pelatihan sebagai berikut :
1. Pelatihan peningkatan motivasi melalui Achievement Motivation Trainning (AMT); 
6 
dan/atau 
2. Pelatihan kewirausahaan; dan/atau 
3. Pelatihan teknis produksi sektor sebagai target/sasaran pengembangan; dan/atau 
4. In house training di lokasi peserta/IKM bersangkutan; dan/atau 
5. Pelatihan terintegrasi melalui magang ke perusahaan. 
Metodologi pelatihan yang digunakan adalah kombinasi antara teori, praktek dan 
simulasi bisnis. 
D. KRITERIA INSTRUKTUR 
Dalam pelaksanaan pelatihan program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan 
WUB IKM menggunakan jasa instruktur dengan kriteria sebagai berikut : 
1. Memiliki keahlian sesuai bidang kompetensi sektor terkait program/kegiatan yang 
dilaksanakan dibuktikan dengan sertifikat keahlian; dan/atau 
2. Memiliki pengalaman minimal 5 (lima) tahun sebagai ahli atau pengajar pada 
kompetensi dimaksuddibuktikan dengan curriculum vitae (CV) yang bertanda 
tangan; dan/atau 
3. Berasal dari praktisi, akademisi, peneliti, perekayasa dan kalangan industri baik 
secara pribadi atau melalui asosiasi profesi; 
E. SUMBER PENDANAAN 
Kegiatan ini dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah 
Tahun Anggaran 2013 dan tahun – tahun selanjutnya dengan mempertimbangkan 
ketersediaan alokasi dan penyesuaian program. 
F. TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN 
Kegiatan dibagi pada tahap sebagai berikut : 
1) Koordinasi; 
2) Rekruitment; 
3) Seleksi; 
4) Pelaksanaan Pelatihan; dan/atau 
5) Magang; dan/atau 
6) Fasilitasi start-up capital kepada peserta pelatihan; 
7) Monitoring dan evaluasi.
7 
G. PELAKSANA KEGIATAN 
Penanggung jawab program/kegiatan adalah Direktur Industri Kecil dan Menengah 
Wilayah I, Direktorat Jenderal IKM, Kementerian Perindustrian RI. Dalam pelaksanaan 
kegiatan melalui : 
1. Swakelola, pengelolaan dan pelaksanaan pelatihan yang dapat dikelola sendiri 
oleh internal Direktorat dengan melibatkan SDM yang ada; dan/atau 
2. Pihak Ketiga, yaitu penyedia jasa untuk pelaksanaan pelatihan dan penyedia 
barang untuk pelaksanaan fasilitasi start-up capital. Proses pengadaan penyedia 
baik jasa maupun barang dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang 
berlaku yaitu Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden No. 
70 tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 
H. JADWAL PELAKSANAAN 
Pada pelaksanaan program/kegiatan ini, dapat dijadwalkan sebagai berikut: 
1. Koordinasi selama 1 (satu) bulan dengan melibatkan Dinas terkait, target peserta, 
pelaksana kegiatan (pihak III), instruktur, tempat pelatihan dan lain – lain; 
2. Rekrutmen peserta selama 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) bulan melalui Dinas 
terkait atau kelompok masyarakat atau sentra dengan tetap berkoordinasi dengan 
Dinas; 
3. Seleksi selama 1 (satu) bulan dapat dilakukan melalui berkas kriteria persyaratan 
yang masuk dan/atau kunjungan sampling ke calon peserta; 
4. Pelaksanaan pelatihan dijadwalkan duration tentative selama tenggang 1 (satu) 
bulan baik untuk pelatihan AMT, Kewirausahaan dan/atau teknis produksi serta 
program magang; 
5. Fasilitasi start-up capital selama 2 (dua) bulan dilakukan pada saat atau pelatihan 
selesai dengan penjadwalan secara simultan dengan pelatihan tetap berprinsip 
pada aspek kebutuhan peserta dan anggaran yang tersedia. 
6. Monitoring dan evaluasi dilakukan baik pada saat pelaksanaan program/kegiatan 
dan dilanjutkan pada tahun berikutnya sebagai evaluasi menyeluruh keberhasilan 
program.
BAB III 
PENGORGANISASIAN 
8 
A. DIREKTORAT IKM WILAYAH I 
Program kegiatan penumbuhan WUB IKM merupakan bagian dari kegiatan 
Peyebaran dan Pengembangan IKM Wilayah I Tahun Anggaran 2013 dan tahun – 
tahun selanjutnya, maka Direktur IKM Wilayah I dan atau Pejabat Pembuat Komitmen 
Direktorat Jenderal IKM mempunyai tugas sebagai berikut : 
1. Menetapkan pedoman pelaksanaan kegiatan penumbuhan WUB IKM; 
2. Berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian terkait, instansi lainnya dalam rangka 
persiapan dan pelaksanaan kegiatan; 
3. Menetapkan peserta pelatihan dengan mempertimbangkan usulan/rekomendasi 
dari Dinas terkait dan/atau kelompok/lembaga masyarakat dengan tetap 
berkoodinasi dengan Dinas; 
4. Menetapkan jadwal pelaksanaan pelatihan dan fasilitasi strat-up capital; 
5. Mengadakan pelatihan AMT, Kewirausahaan dan teknis produksi secara 
swakelola dan/atau bekerjasama dengan pihak III; 
6. Menetapkan dan menunjuk Penyedia Jasa selaku pelaksana pelatihan baik 
melalui pelelangan umum maupun pengadaan langsung berdasar peraturan yang 
berlaku; 
7. Menerbitkan sertifikat pelatihan kepada peserta; 
8. Melakukan koreksi dan masukan terhadap laporan akhir pelaksanaan pelatihan; 
9. Menentukan dan memutuskan jenis, volume dan nilai start-up capital yang akan 
diadakan; 
10. Memberikan fasilitasi start up capital kepada peserta baik kepada perorangan 
maupun kelompok peserta; 
11. Menetapkan dan menunjuk Penyedia Barang selaku pihak pengadaan 
barang/bahan baku sebagai start-up capital melalui pelelangan umum maupun 
pengadaan langsung berdasar peraturan yang berlaku; 
12. Melakukan monitoring dan evaluasi program/kegiatan.
9 
B. PENYEDIA JASA PELATIHAN 
Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan secara kontraktual pihak ketiga, maka 
penyedia jasa pelatihan mempunyai tugas sebagai berikut : 
1. Berkoordinasi dengan Direktorat IKM Wilayah I dan Dinas terkait dalam persiapan 
pelatihan; 
2. Menyusun dan mengusulkan jadwal, lokasi pelatihan (teori dan praktek) dan 
instruktur serta detail silabus/bahan ajar kepada Direktorat IKM Wilayah I; 
3. Melaksanakan pelatihan sesuai persetujuan Direktorat IKM Wilayah I (berdasar 
dokumen penawaran lelang atau pengadaan langsung) dengan jumlah peserta, 
dan jumlah hari yang sesuai dengan kontrak/SPK; 
4. Melaksanaan pembiayaan pelatihan yang dibebankan sesuai kontrak/SPK; 
5. Menyusun dan menyerahkan laporan akhir pelatihan yang sekurang – kurangnya 
memuat daftar hadir dan biodata peserta, daftar hadir dan cv instruktur, bahan 
ajar, foto dokumentasi pelatihan dan permasalahan selama pelatihan; 
C. PENYEDIA BARANG/BAHAN START – UP CAPITAL 
Dalam pengadaan barang/bahan sebagai strat-up capital, Direktorat IKM Wilayah I 
menunjuk Pihak penyedia barang/bahan start-up capital yang mempunyai tugas 
sebagi berikut : 
1. Berkoordinasi dengan Direktorat IKM Wilayah I dan Dinas terkait dalam persiapan 
pengadaan barang/bahan start-up capital; 
2. Menyusun dan mengusulkan jadwal pengadaan mulai dari persiapan, pengadaan, 
pengiriman dan serah terima barang/bahan kepada Direktorat IKM Wilayah I; 
3. Melaksanakan pengadaan sesuai persetujuan Direktorat IKM Wilayah I (berdasar 
dokumen penawaran lelang atau pengadaan langsung) dengan jenis 
mesin/peralatan/bahan dan volume yang sesuai dengan kontrak/SPK; 
4. Melaksanaan serah terima kepada Direktorat IKM Wilayah I yang disertai dengan 
berita acara;
BAB IV 
MEKANISME PELAKSANAAN 
10 
A. PERSIAPAN 
1. Direktorat IKM Wilayah I melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian, 
perguruan tinggi, praktisi/psikolog di provinsi tempat pelaksanaan kegiatan. 
2. Direktorat IKM Wilayah I menyusun dan menetapkan kerangka acuan kerja baik 
untuk kegiatan yang swakelola maupun pihak ketiga. 
3. Direktorat IKM Wilayah I bekerjasama dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) 
dalam pengadaan jasa pelatihan dan pengadaan barang/bahan start-up capital 
oleh sesuai kebutuhan kegiatan. 
4. Direktorat IKM Wilayah I berkerjasama dengan Pejabat Pengadaan dalam 
pengadaan jasa pelatihan dan pengadaan barang/bahan start-up capital oleh 
sesuai kebutuhan kegiatan. 
B. REKRUTMEN CALON PESERTA 
1. Direktorat IKM Wilayah I merekrut calon peserta melalui Dinas Perindustrian 
dengan surat atau koordinasi langsung; atau 
2. Rekrutmen dilakukan dengan berdasarkan usulan kelompok masyarakat atau 
lembaga lainnya; atau 
3. Direktorat IKM Wilayah I dapat merekrut langsung ke sentra/daerah yang dinilai 
potensial untuk dikembangkan dengan program/kegiatan ini; 
4. Proses rekrutmen peserta harus diikuti pengisian kriteria dan persyaratan sesuai 
dengan bidang/sektor yang akan dikembangkan. (form isian kriteria dan 
persyaratan terlampir) 
C. SELEKSI CALON PESERTA PESERTA 
1. Direktorat IKM Wilayah I melakukan seleksi terhadap hasil rekrutmen calon 
peserta baik oleh Dinas Perindustrian, usulan kelompok masyarakat atau lembaga 
lainnya, merekrut langsung ke sentra/daerah yang dinilai potensial; 
2. Seleksi didasarkan pada kriteria yang ditentukan, kompetensi dan jumlah peserta 
yang dipersyaratkan pada masing – masing sektor;
3. Direktorat IKM Wilayah I menetapkan jumlah dan nama – nama peserta yang 
terpilih untuk ikut program/kegiatan dimaksud. 
11 
D. PELATIHAN 
1. Peserta yang dinyatakan lolos diberitahukan terkait jadwal tentative pelatihan, 
lokasi pelatihan dan fasilitas yang akan diterima; 
2. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan swakelola, maka Direktorat 
IKM Wilayah I melakukan persiapan, penetapan jadwal, lokasi pelatihan, instruktur 
dan bahan ajar yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia; 
3. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan swakelola, maka Direktorat 
IKM Wilayah I memberikan fasilitas kepada peserta sesuai dengan kerangka 
acuan kegiatan dan rincian anggaran belanja dimaksud; 
4. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan swakelola, Direktorat IKM 
Wilayah I menyusun laporan pelaksanaan pelatihan yang sekurang – kurangnya 
memuat daftar hadir dan biodata peserta, daftar hadir dan cv instruktur, bahan 
ajar, foto dokumentasi pelatihan dan permasalahan selama pelatihan; 
5. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia 
jasa pelatihan melakukan persiapan, penetapan jadwal, lokasi pelatihan, instruktur 
dan bahan ajar yang disesuaikan dengan kontrak/SPK; 
6. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia 
jasa pelatihan memberikan fasilitas kepada peserta sesuai dengan lampiran 
kontrak/SPK; 
7. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia 
jasa pelatihan menyusun laporan akhir pelaksanaan pelatihan yang sekurang – 
kurangnya memuat daftar hadir dan biodata peserta, daftar hadir dan cv instruktur, 
bahan ajar, foto dokumentasi pelatihan dan permasalahan selama pelatihan; 
8. Direktorat IKM Wilayah I menerbitkan sertifikat pelatihan untuk pelatihan baik 
swakelola maupun kontraktual yang ditandatangani Direktur IKM Wilayah I; 
9. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia 
jasa pelatihan wajib menyerahkan laporan akhir pelaskanaan pelatihan yang 
dituangkan dalam berita acara serah terima yang ditangani penyedia jasa dengan 
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat IKM Wilayah I;
12 
E. FASILITASI START UP CAPITAL 
1. Persiapan fasilitasi dilakukan melalui survei, koordinasi dan perencanaan 
kebutuhan start up capital yang cocok untuk peserta/kelompok peserta; 
2. Merencanakan jenis, jumlah dan spesifikasi start up capital dapat mesin dan/atau 
peralatan dan atau bahan baku/pendukung. 
3. Pengadaan start up capital dilaksanakan oleh Direktorat IKM Wilayah I melalui 
proses pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik 
melalui pelelangan umum oleh ULP maupun pengadaan langsung oleh Pejabat 
Pengadaan. 
4. Pihak III selaku penyedia barang melakukan koordinasi terkait jenis dan volume 
pekerjaan pengadaan, lokasi dan pihak serah terima serta waktu pelaksanaan 
serah terima berdasarkan kontrak/SPK yang disepakati; 
5. Penyedia barang dan Direktorat IKM Wilayah I melakukan pemeriksaan, uji coba 
dan serah terima hasil pekerjaan yang dituangkan dalam berita acara dan 
ditandatangani kedua belah pihak; 
6. Direktorat IKM Wilayah I dan Peserta/Kelompok peserta selaku IKM melakukan 
serah terima start up capital dan diketahui oleh Dinas setempat. 
F. MONITORING DAN EVALUASI 
1. Direktorat IKM Wilayah I melaksanakan monitoring dan evaluasi guna mengetahui 
tingkat keberhasilan pelatihan; 
2. Monitoring dan evaluasi juga dilaksanakan guna menilai keberhasilan program ini 
secara komprehensif, khususnya bagi peserta/kelompok yang terpilih 
mendapatkan start up capital; 
3. Bagi peserta/kelompok yang tidak terpilih untuk mendapatkan start up capital, 
Direktorat IKM Wilayah I dapat mengikutkan peserta tersebut ke dalam kegiatan 
pembinaan dan pendampingan yang lain guna mendapatkan pembinaan lebih 
lanjut.
BAB V 
PELAPORAN 
1. Peserta/kelompok yang mendapatkan start up capital diwajibkan menyampaikan 
laporan kemajuan usaha kepada Direktorat IKM Wilayah I setiap 1 (satu) tahun sekali 
selama 3 (tiga) tahun sejak diserahterimakan fasilitas tersebut. 
2. Laporan dari peserta/kelompok terpilih menjadi bahan evaluasi dan penyusunan 
kegiatan lanjutan program oleh Direktorat IKM Wilayah I. 
3. Hasil laporan dari peserta/kelompok sebagai salah satu rujukan dalam program tahun 
berikutnya untuk menentukan fasilitasi yang akan diberikan. 
13

More Related Content

What's hot

Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual  (IMS)Infeksi Menular Seksual  (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS)mbanarti
 
Powerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaPowerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaoshinizumi
 
147702554 case-report-kardio-docx
147702554 case-report-kardio-docx147702554 case-report-kardio-docx
147702554 case-report-kardio-docxhomeworkping3
 
Laporan kasusScabies
Laporan kasusScabiesLaporan kasusScabies
Laporan kasusScabieszakharia1
 
presentation referat kondiloma akuminata
presentation referat kondiloma akuminatapresentation referat kondiloma akuminata
presentation referat kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikNida Hidayati
 
Power point hiv aids
Power point hiv aidsPower point hiv aids
Power point hiv aidsajibk
 
Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2
Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2
Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2swirawan
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaDika Saja
 
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada DiabetesPresentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada DiabetesTanyaDok.com
 
PENYAKIT TBC
PENYAKIT TBCPENYAKIT TBC
PENYAKIT TBCNINING14
 
Bahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remajaBahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remajapeternugraha
 
Ppt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kustaPpt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kustarickygunawan84
 

What's hot (20)

Referat hiv
Referat hivReferat hiv
Referat hiv
 
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual  (IMS)Infeksi Menular Seksual  (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS)
 
Powerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaPowerpoint gonorea
Powerpoint gonorea
 
Antikorupsi mahasiswa
Antikorupsi mahasiswaAntikorupsi mahasiswa
Antikorupsi mahasiswa
 
147702554 case-report-kardio-docx
147702554 case-report-kardio-docx147702554 case-report-kardio-docx
147702554 case-report-kardio-docx
 
Laporan kasusScabies
Laporan kasusScabiesLaporan kasusScabies
Laporan kasusScabies
 
presentation referat kondiloma akuminata
presentation referat kondiloma akuminatapresentation referat kondiloma akuminata
presentation referat kondiloma akuminata
 
Penyuluhan imunisasi
Penyuluhan imunisasiPenyuluhan imunisasi
Penyuluhan imunisasi
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
 
Power point hiv aids
Power point hiv aidsPower point hiv aids
Power point hiv aids
 
Presentation imunisasi
Presentation imunisasiPresentation imunisasi
Presentation imunisasi
 
Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2
Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2
Materi presentasi-ims-dan-hiv-aids2 2
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
 
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada DiabetesPresentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
 
PENYAKIT TBC
PENYAKIT TBCPENYAKIT TBC
PENYAKIT TBC
 
Tuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anakTuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anak
 
Ppt sadari
Ppt sadariPpt sadari
Ppt sadari
 
Bahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remajaBahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remaja
 
Ppt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kustaPpt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kusta
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
 

Similar to Buku pedoman WUB IKM Tahun 2013

PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANPERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANEdiWidianto3
 
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desainkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs DesaTV Desa
 
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...Fajar Baskoro
 
Program pelatihan kewirausahaan
Program pelatihan kewirausahaanProgram pelatihan kewirausahaan
Program pelatihan kewirausahaanpatuari
 
Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01
Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01
Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01Gunmat Met
 
Buku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdf
Buku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdfBuku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdf
Buku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdfFajar Baskoro
 
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanProposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanYan Thea
 
Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024
Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024
Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024WidyaSartika3
 
11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptxemi halimi
 
PENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN KONSULTASI BAGI INDUSTRI KECIL.pptx
PENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN  KONSULTASI  BAGI INDUSTRI KECIL.pptxPENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN  KONSULTASI  BAGI INDUSTRI KECIL.pptx
PENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN KONSULTASI BAGI INDUSTRI KECIL.pptxssuser9ad164
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...Sugeng Budiharsono
 
Pengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia Maju
Pengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia MajuPengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia Maju
Pengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia MajuSujatmiko Wibowo
 
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionSinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionTri Cahyono
 
Training "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)
Training  "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)Training  "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)
Training "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)Kanaidi ken
 
Panduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifa
Panduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifaPanduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifa
Panduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifaAkadusyifa .
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kacung Abdullah
 

Similar to Buku pedoman WUB IKM Tahun 2013 (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANPERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
 
8405-23624-1-PB.pdf
8405-23624-1-PB.pdf8405-23624-1-PB.pdf
8405-23624-1-PB.pdf
 
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desainkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
 
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
 
Program pelatihan kewirausahaan
Program pelatihan kewirausahaanProgram pelatihan kewirausahaan
Program pelatihan kewirausahaan
 
Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01
Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01
Proposalkegiatanpelatihankewirausahaan 140402092326-phpapp01
 
Buku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdf
Buku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdfBuku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdf
Buku-Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).pdf
 
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanProposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
 
Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024
Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024
Panduan P2MW 2024 sebagai panduan dalam penyusunan proposal p2mw 2024
 
11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptx
 
He
HeHe
He
 
PENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN KONSULTASI BAGI INDUSTRI KECIL.pptx
PENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN  KONSULTASI  BAGI INDUSTRI KECIL.pptxPENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN  KONSULTASI  BAGI INDUSTRI KECIL.pptx
PENGEMBANGAN PROGRAM FASILITASI DAN KONSULTASI BAGI INDUSTRI KECIL.pptx
 
Pedoman PPBR.pdf
Pedoman PPBR.pdfPedoman PPBR.pdf
Pedoman PPBR.pdf
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
 
Pengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia Maju
Pengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia MajuPengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia Maju
Pengawasan Berkualitas menuju SDM Unggul dan Indonesia Maju
 
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionSinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
 
Training "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)
Training  "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)Training  "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)
Training "Peluang & Tantangan FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)
 
Panduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifa
Panduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifaPanduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifa
Panduan wirausaha-pengusaha-mahasiswa-akadusyifa
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
 

More from Kacung Abdullah

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kacung Abdullah
 
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...Kacung Abdullah
 
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...Kacung Abdullah
 
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaPembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaKacung Abdullah
 
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahCara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahKacung Abdullah
 
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Kacung Abdullah
 
Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Kacung Abdullah
 
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiPengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiKacung Abdullah
 
Persfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiPersfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiKacung Abdullah
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Kacung Abdullah
 
Analisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataAnalisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataKacung Abdullah
 
Strategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementStrategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementKacung Abdullah
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Kacung Abdullah
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisKacung Abdullah
 
Defining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyDefining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyKacung Abdullah
 

More from Kacung Abdullah (20)

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
 
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
 
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
 
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaPembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
 
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahCara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
 
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
 
Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation
 
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiPengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
 
Organization life cycle
Organization life cycleOrganization life cycle
Organization life cycle
 
Persfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiPersfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasi
 
21 core competencies
21 core competencies21 core competencies
21 core competencies
 
Pendanaan/Modal
Pendanaan/ModalPendanaan/Modal
Pendanaan/Modal
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage
 
Working Capital
Working CapitalWorking Capital
Working Capital
 
Analisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataAnalisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian data
 
Strategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementStrategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce Management
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
 
KBLI 2015
KBLI 2015KBLI 2015
KBLI 2015
 
Defining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyDefining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st Century
 

Buku pedoman WUB IKM Tahun 2013

  • 1. BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL MENENGAH (WUB – IKM) WILAYAH I (SUMATERA DAN KALIMANTAN) DENGAN METODE FAST-TRACK DIREKTORAT IKM WILAYAH I DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2013 KONSEP
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia adalah masalah pengangguran. Pertambahan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun makin bertambah. Di lain pihak akibat dari krisis finansial global yang diikuti pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan. Sementara pembangunan ekonomi yang telah tercipta belum sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks. Angkatan kerja sampai dengan Agustus tahun 2012 mencapai 118 juta orang menuntut adanya lapangan dan kesempatan kerja yang cukup. Dari jumlah tersebut, diperoleh data bahwa pengangguran terbuka pada periode yang sama sekitar 7,24 juta orang yang terdiri 3 juta lebih lebih adalah lulusan Diploma/Sarjana dan sisanya adalah lulusan SD/ SMP dan SMA serta tidak bersekolah. Penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha merupakan jawaban atas permasalahan tersebut. Industri menjadi salah satu sektor yang diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja sekaligus mampu menyerap tenaga kerja. Penyediaan lapangan kerja di sektor industri khususnya industri kecil dan menengah (IKM) dapat dilakukan melalui pendekatan penumbuhan wirausaha baru (WUB) industri kecil dan menengah. Wirausahawan (entrepreneur) secara entimologi mengandung arti orang yang bekerja sendiri (self-employment). Secara luas dapat dipahami bahwa wirausahawan sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya (KBBI, 2004). Secara umum penumbuhan jiwa kewirausahaan
  • 3. (entrepreneurship) menjadi salah satu langkah dalam rangka mendorong seseorang untuk berusaha dan bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Sampai dengan tahun 2012, jumlah wirausaha di Indonesia hanya 1,56% dari jumlah penduduk, sedangkan prosentase yang ideal menurut Global Entrepreneur Monitoring adalah 2 – 4%, sehingga perlu langkah yang signifikan sehingga muncul wirausaha baru. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, Indonesia masih termasuk rendah baik jumlah maupun pertumbuhan entrepreneurnya, sebagai contoh di Singapura, Malaysia dan Thailand mencapai 4% dari total penduduk. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, dari jumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebesar 56 juta unit usaha, hanya sekitar 700.000 unit usaha yang masuk kategori wirausaha atau sebesar 1,25% dari total UMKM. Industri kecil dan menengah (IKM) merupakan bagian dari UMKM didorong untuk lebih berkembang dalam penumbuhan wirausaha sektor IKM. Jumlah IKM pada tahun 2012 sekitar 3,8 juta merupakan potensi yang besar sebagai sumber (source) wirausaha baru. Berbagai sektor IKM seperti sektor pangan, sandang, logam, kimia dan bahan bangunan serta kerajinan yang merupakan penopang perekonomian daerah dan nasional mampu menghasilkan produk yang diharapkan memenuhi kebutuhan domestik, unggulan ekspor dan substitusi produk impor menjadi target penumbuhan wirausaha baru. Kriteria yang digunakan sebagai parameter penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru adalah inovasi produk dan teknologi, kemandirian usaha, manajemen dan pemasaran. Untuk itu sebagai sumber/sasaran penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru adalah IKM yang memiliki keinginan dan kemampuan untuk maju serta calon IKM yang mempunyai keinginan kuat untuk berkembang menjadi wirausaha baru. Itu berarti sebagai target sasaran program penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru tidak hanya mereka yang baru memulai usaha tetapi lebih dari itu juga dari mereka yang sudah memiliki usaha (existing). Metode penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, didasarkan kondisi calon peserta (apakah yang belum mulai berusaha atau sudah memiliki usaha), dan tingkat teknologi maka diperlukan 2 (dua) pendekatan yaitu fast-track dan by-design. 2
  • 4. Metode fast-track diperuntukan kepada mereka yang telah memiliki usaha, karyawan/pegawai yang telah berpengalaman pada bidang usaha untuk dikembangkan, duplikasi usaha biasanya garis keturunan atau kelompok tertentu, IKM dalam sentra (memiliki kesamaan pola berusaha). Metode fast-track pada prinsipnya lebih dikedepankan peningkatan pengetahuan manajemen, pengelolaan keuangan, motivasi jiwa kewirausahaan dan upgrade teknologi. Metode ini dirancang dan dilaksanakan dalam waktu singkat mengingat kondisi di atas. Metode by-design diperuntukan kepada mereka yang belum berusaha menuju berusaha pada bidang yang baru, terutama pada lulusan perguruan tinggi, sekolah menengah kejuruan dan kelompok masyarakat potensial lainnya seperti pondok pesantren, koperasi dan lainnya. Metode by-design menitikberatkan pada bagaimana mereka memiliki bekal untuk mulai berusaha sehingga selain konten motivasi, kewirausahaan, sangat ditonjolkan penguasaan teknologi melalui pelatihan dan magang serta penguasaan target pasar. Direktorat Jenderal IKM sebagai pengemban tugas dan tanggung jawab yang tertuang dalam Indikator Kinerja Utama yaitu: (1) rasio IKM di Jawa dan luar Jawa 60 : 40 dan (2) kontribusi PDB IKM terhadap PDB industri 34%, menugaskan kepada Direktorat IKM Wilayah I untuk fokus kegiatan pada penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dalam rangka mencapai IKU dimaksud. Untuk itu, Direktorat IKM Wilayah I menetapkan pedoman pelaksanaan program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM yang memuat tahap–tahap yang krusial dalam operasionalisasi kegiatan ini adalah seleksi calon peserta, pelatihan, bimbingan dan fasilitasi start up capital serta monitoring dan evaluasi. 3 .0/019-05.1/-/2009 B. DASAR HUKUM 1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025; 2. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN); 4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM;
  • 5. 5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; 6. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah 2010-2014. 4 .0/019-05.1/-/2009 C. MAKSUD DAN TUJUAN Buku pedoman ini dimaksudkan memberikan panduan dan petunjuk pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM di Direktorat IKM Wilayah I. Tujuannya agar pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM di Direktorat IKM Wilayah I dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana kegiatan, output dan memenuhi kaidah dan peraturan yang berlaku D. SASARAN Adanya buku pedoman pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM di Direktorat IKM Wilayah I. E. RUANG LINGKUP 1. Penumbuhan dan pengembangan WUB IKM merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Direktorat IKM Wilayah I dalam rangka menciptakan WUB khususnya di Sumatera dan Kalimantan guna meningkatkan populasi IKM di luar pulau Jawa; 2. Kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dilaksanakan melalui pelatihan kewirausahaan dan/atau teknis produksi serta fasilitasi start up capital kepada peserta/kelompok terpilih serta pendampingan/bimbingan; 3. Peserta kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM adalah masyarakat yang telah dan belum berusaha di bidang IKM yang memiliki kemauan kuat untuk tumbuh dan berkembang menjadi WUB IKM yang maju dan berdaya saing. 4. Tahap yang ditetapkan adalah seleksi peserta, pelatihan, magang, bantuan fasilitas start-up capital dan pendampingan/bimbingan usaha. 5. Buku pedoman ini juga memuat kriteria peserta, kriteria instruktur, dan kerangkar pikir/alur proses program kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM. Kerangka pikir dan alur proses kegiatan penumbuhan WUB IKM dapat dilihat pada lampiran 1 buku pedoman ini.
  • 6. BAB II KETENTUAN DAN PERSYARATAN 5 A. KRITERIA PESERTA Calon peserta yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Perorangan/kelompok IKM yang memiliki usaha IKM sesuai sektor IKM yang akan dijadikan target program/kegiatan; atau 2. Perorangan/kelompok yang memiliki minat dan kemampuan untuk dijadikan target program/kegiatan; 3. Usia minimal 21 (dua puluh satu) tahun pada tanggal pelaksanaan rekrutmen; 4. Berdomisili di lingkup Provinsi/Kabupaten/Kota tempat program/kegiatan dilaksanakan.; 5. Memperoleh rekomendasi Dinas yang membidangi Perindustrian setempat baik Provinsi dan/atau Kabupaten dan/atau Kota; B. REKRUTMEN PESERTA Usulan peserta program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dapat berasal dari : 1. Usulan Dinas yang membidangi Perindustrian setempat dilengkapi dengan surat dari Dinas dimaksud; atau 2. Ditentukan langsung oleh Direktorat IKM Wilayah I dengan melihat potensi daerah dan sentra setempat dan selanjutnya diinformasikan kepada Dinas terkait; atau 3. Diusulkan oleh kelompok masyarakat, koperasi atau lembaga lainnya dengan melampirkan surat rekomendasi dari Dinas yang membidangi Perindustrian setempat; atau 4. Diusulkan oleh kelompok masyarakat, koperasi atau lembaga lainnya dengan tembusan ditujukan kepada Dinas yang membidangi Perindustrian setempat; atau C. JENIS DAN METODOLOGI PELATIHAN Dalam program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM dilaksanakan melalui pelatihan sebagai berikut :
  • 7. 1. Pelatihan peningkatan motivasi melalui Achievement Motivation Trainning (AMT); 6 dan/atau 2. Pelatihan kewirausahaan; dan/atau 3. Pelatihan teknis produksi sektor sebagai target/sasaran pengembangan; dan/atau 4. In house training di lokasi peserta/IKM bersangkutan; dan/atau 5. Pelatihan terintegrasi melalui magang ke perusahaan. Metodologi pelatihan yang digunakan adalah kombinasi antara teori, praktek dan simulasi bisnis. D. KRITERIA INSTRUKTUR Dalam pelaksanaan pelatihan program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan WUB IKM menggunakan jasa instruktur dengan kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki keahlian sesuai bidang kompetensi sektor terkait program/kegiatan yang dilaksanakan dibuktikan dengan sertifikat keahlian; dan/atau 2. Memiliki pengalaman minimal 5 (lima) tahun sebagai ahli atau pengajar pada kompetensi dimaksuddibuktikan dengan curriculum vitae (CV) yang bertanda tangan; dan/atau 3. Berasal dari praktisi, akademisi, peneliti, perekayasa dan kalangan industri baik secara pribadi atau melalui asosiasi profesi; E. SUMBER PENDANAAN Kegiatan ini dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Tahun Anggaran 2013 dan tahun – tahun selanjutnya dengan mempertimbangkan ketersediaan alokasi dan penyesuaian program. F. TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan dibagi pada tahap sebagai berikut : 1) Koordinasi; 2) Rekruitment; 3) Seleksi; 4) Pelaksanaan Pelatihan; dan/atau 5) Magang; dan/atau 6) Fasilitasi start-up capital kepada peserta pelatihan; 7) Monitoring dan evaluasi.
  • 8. 7 G. PELAKSANA KEGIATAN Penanggung jawab program/kegiatan adalah Direktur Industri Kecil dan Menengah Wilayah I, Direktorat Jenderal IKM, Kementerian Perindustrian RI. Dalam pelaksanaan kegiatan melalui : 1. Swakelola, pengelolaan dan pelaksanaan pelatihan yang dapat dikelola sendiri oleh internal Direktorat dengan melibatkan SDM yang ada; dan/atau 2. Pihak Ketiga, yaitu penyedia jasa untuk pelaksanaan pelatihan dan penyedia barang untuk pelaksanaan fasilitasi start-up capital. Proses pengadaan penyedia baik jasa maupun barang dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. H. JADWAL PELAKSANAAN Pada pelaksanaan program/kegiatan ini, dapat dijadwalkan sebagai berikut: 1. Koordinasi selama 1 (satu) bulan dengan melibatkan Dinas terkait, target peserta, pelaksana kegiatan (pihak III), instruktur, tempat pelatihan dan lain – lain; 2. Rekrutmen peserta selama 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) bulan melalui Dinas terkait atau kelompok masyarakat atau sentra dengan tetap berkoordinasi dengan Dinas; 3. Seleksi selama 1 (satu) bulan dapat dilakukan melalui berkas kriteria persyaratan yang masuk dan/atau kunjungan sampling ke calon peserta; 4. Pelaksanaan pelatihan dijadwalkan duration tentative selama tenggang 1 (satu) bulan baik untuk pelatihan AMT, Kewirausahaan dan/atau teknis produksi serta program magang; 5. Fasilitasi start-up capital selama 2 (dua) bulan dilakukan pada saat atau pelatihan selesai dengan penjadwalan secara simultan dengan pelatihan tetap berprinsip pada aspek kebutuhan peserta dan anggaran yang tersedia. 6. Monitoring dan evaluasi dilakukan baik pada saat pelaksanaan program/kegiatan dan dilanjutkan pada tahun berikutnya sebagai evaluasi menyeluruh keberhasilan program.
  • 9. BAB III PENGORGANISASIAN 8 A. DIREKTORAT IKM WILAYAH I Program kegiatan penumbuhan WUB IKM merupakan bagian dari kegiatan Peyebaran dan Pengembangan IKM Wilayah I Tahun Anggaran 2013 dan tahun – tahun selanjutnya, maka Direktur IKM Wilayah I dan atau Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Jenderal IKM mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Menetapkan pedoman pelaksanaan kegiatan penumbuhan WUB IKM; 2. Berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian terkait, instansi lainnya dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan; 3. Menetapkan peserta pelatihan dengan mempertimbangkan usulan/rekomendasi dari Dinas terkait dan/atau kelompok/lembaga masyarakat dengan tetap berkoodinasi dengan Dinas; 4. Menetapkan jadwal pelaksanaan pelatihan dan fasilitasi strat-up capital; 5. Mengadakan pelatihan AMT, Kewirausahaan dan teknis produksi secara swakelola dan/atau bekerjasama dengan pihak III; 6. Menetapkan dan menunjuk Penyedia Jasa selaku pelaksana pelatihan baik melalui pelelangan umum maupun pengadaan langsung berdasar peraturan yang berlaku; 7. Menerbitkan sertifikat pelatihan kepada peserta; 8. Melakukan koreksi dan masukan terhadap laporan akhir pelaksanaan pelatihan; 9. Menentukan dan memutuskan jenis, volume dan nilai start-up capital yang akan diadakan; 10. Memberikan fasilitasi start up capital kepada peserta baik kepada perorangan maupun kelompok peserta; 11. Menetapkan dan menunjuk Penyedia Barang selaku pihak pengadaan barang/bahan baku sebagai start-up capital melalui pelelangan umum maupun pengadaan langsung berdasar peraturan yang berlaku; 12. Melakukan monitoring dan evaluasi program/kegiatan.
  • 10. 9 B. PENYEDIA JASA PELATIHAN Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan secara kontraktual pihak ketiga, maka penyedia jasa pelatihan mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Berkoordinasi dengan Direktorat IKM Wilayah I dan Dinas terkait dalam persiapan pelatihan; 2. Menyusun dan mengusulkan jadwal, lokasi pelatihan (teori dan praktek) dan instruktur serta detail silabus/bahan ajar kepada Direktorat IKM Wilayah I; 3. Melaksanakan pelatihan sesuai persetujuan Direktorat IKM Wilayah I (berdasar dokumen penawaran lelang atau pengadaan langsung) dengan jumlah peserta, dan jumlah hari yang sesuai dengan kontrak/SPK; 4. Melaksanaan pembiayaan pelatihan yang dibebankan sesuai kontrak/SPK; 5. Menyusun dan menyerahkan laporan akhir pelatihan yang sekurang – kurangnya memuat daftar hadir dan biodata peserta, daftar hadir dan cv instruktur, bahan ajar, foto dokumentasi pelatihan dan permasalahan selama pelatihan; C. PENYEDIA BARANG/BAHAN START – UP CAPITAL Dalam pengadaan barang/bahan sebagai strat-up capital, Direktorat IKM Wilayah I menunjuk Pihak penyedia barang/bahan start-up capital yang mempunyai tugas sebagi berikut : 1. Berkoordinasi dengan Direktorat IKM Wilayah I dan Dinas terkait dalam persiapan pengadaan barang/bahan start-up capital; 2. Menyusun dan mengusulkan jadwal pengadaan mulai dari persiapan, pengadaan, pengiriman dan serah terima barang/bahan kepada Direktorat IKM Wilayah I; 3. Melaksanakan pengadaan sesuai persetujuan Direktorat IKM Wilayah I (berdasar dokumen penawaran lelang atau pengadaan langsung) dengan jenis mesin/peralatan/bahan dan volume yang sesuai dengan kontrak/SPK; 4. Melaksanaan serah terima kepada Direktorat IKM Wilayah I yang disertai dengan berita acara;
  • 11. BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN 10 A. PERSIAPAN 1. Direktorat IKM Wilayah I melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian, perguruan tinggi, praktisi/psikolog di provinsi tempat pelaksanaan kegiatan. 2. Direktorat IKM Wilayah I menyusun dan menetapkan kerangka acuan kerja baik untuk kegiatan yang swakelola maupun pihak ketiga. 3. Direktorat IKM Wilayah I bekerjasama dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dalam pengadaan jasa pelatihan dan pengadaan barang/bahan start-up capital oleh sesuai kebutuhan kegiatan. 4. Direktorat IKM Wilayah I berkerjasama dengan Pejabat Pengadaan dalam pengadaan jasa pelatihan dan pengadaan barang/bahan start-up capital oleh sesuai kebutuhan kegiatan. B. REKRUTMEN CALON PESERTA 1. Direktorat IKM Wilayah I merekrut calon peserta melalui Dinas Perindustrian dengan surat atau koordinasi langsung; atau 2. Rekrutmen dilakukan dengan berdasarkan usulan kelompok masyarakat atau lembaga lainnya; atau 3. Direktorat IKM Wilayah I dapat merekrut langsung ke sentra/daerah yang dinilai potensial untuk dikembangkan dengan program/kegiatan ini; 4. Proses rekrutmen peserta harus diikuti pengisian kriteria dan persyaratan sesuai dengan bidang/sektor yang akan dikembangkan. (form isian kriteria dan persyaratan terlampir) C. SELEKSI CALON PESERTA PESERTA 1. Direktorat IKM Wilayah I melakukan seleksi terhadap hasil rekrutmen calon peserta baik oleh Dinas Perindustrian, usulan kelompok masyarakat atau lembaga lainnya, merekrut langsung ke sentra/daerah yang dinilai potensial; 2. Seleksi didasarkan pada kriteria yang ditentukan, kompetensi dan jumlah peserta yang dipersyaratkan pada masing – masing sektor;
  • 12. 3. Direktorat IKM Wilayah I menetapkan jumlah dan nama – nama peserta yang terpilih untuk ikut program/kegiatan dimaksud. 11 D. PELATIHAN 1. Peserta yang dinyatakan lolos diberitahukan terkait jadwal tentative pelatihan, lokasi pelatihan dan fasilitas yang akan diterima; 2. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan swakelola, maka Direktorat IKM Wilayah I melakukan persiapan, penetapan jadwal, lokasi pelatihan, instruktur dan bahan ajar yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia; 3. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan swakelola, maka Direktorat IKM Wilayah I memberikan fasilitas kepada peserta sesuai dengan kerangka acuan kegiatan dan rincian anggaran belanja dimaksud; 4. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan swakelola, Direktorat IKM Wilayah I menyusun laporan pelaksanaan pelatihan yang sekurang – kurangnya memuat daftar hadir dan biodata peserta, daftar hadir dan cv instruktur, bahan ajar, foto dokumentasi pelatihan dan permasalahan selama pelatihan; 5. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia jasa pelatihan melakukan persiapan, penetapan jadwal, lokasi pelatihan, instruktur dan bahan ajar yang disesuaikan dengan kontrak/SPK; 6. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia jasa pelatihan memberikan fasilitas kepada peserta sesuai dengan lampiran kontrak/SPK; 7. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia jasa pelatihan menyusun laporan akhir pelaksanaan pelatihan yang sekurang – kurangnya memuat daftar hadir dan biodata peserta, daftar hadir dan cv instruktur, bahan ajar, foto dokumentasi pelatihan dan permasalahan selama pelatihan; 8. Direktorat IKM Wilayah I menerbitkan sertifikat pelatihan untuk pelatihan baik swakelola maupun kontraktual yang ditandatangani Direktur IKM Wilayah I; 9. Dalam hal pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan kontraktual, maka penyedia jasa pelatihan wajib menyerahkan laporan akhir pelaskanaan pelatihan yang dituangkan dalam berita acara serah terima yang ditangani penyedia jasa dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat IKM Wilayah I;
  • 13. 12 E. FASILITASI START UP CAPITAL 1. Persiapan fasilitasi dilakukan melalui survei, koordinasi dan perencanaan kebutuhan start up capital yang cocok untuk peserta/kelompok peserta; 2. Merencanakan jenis, jumlah dan spesifikasi start up capital dapat mesin dan/atau peralatan dan atau bahan baku/pendukung. 3. Pengadaan start up capital dilaksanakan oleh Direktorat IKM Wilayah I melalui proses pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik melalui pelelangan umum oleh ULP maupun pengadaan langsung oleh Pejabat Pengadaan. 4. Pihak III selaku penyedia barang melakukan koordinasi terkait jenis dan volume pekerjaan pengadaan, lokasi dan pihak serah terima serta waktu pelaksanaan serah terima berdasarkan kontrak/SPK yang disepakati; 5. Penyedia barang dan Direktorat IKM Wilayah I melakukan pemeriksaan, uji coba dan serah terima hasil pekerjaan yang dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani kedua belah pihak; 6. Direktorat IKM Wilayah I dan Peserta/Kelompok peserta selaku IKM melakukan serah terima start up capital dan diketahui oleh Dinas setempat. F. MONITORING DAN EVALUASI 1. Direktorat IKM Wilayah I melaksanakan monitoring dan evaluasi guna mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan; 2. Monitoring dan evaluasi juga dilaksanakan guna menilai keberhasilan program ini secara komprehensif, khususnya bagi peserta/kelompok yang terpilih mendapatkan start up capital; 3. Bagi peserta/kelompok yang tidak terpilih untuk mendapatkan start up capital, Direktorat IKM Wilayah I dapat mengikutkan peserta tersebut ke dalam kegiatan pembinaan dan pendampingan yang lain guna mendapatkan pembinaan lebih lanjut.
  • 14. BAB V PELAPORAN 1. Peserta/kelompok yang mendapatkan start up capital diwajibkan menyampaikan laporan kemajuan usaha kepada Direktorat IKM Wilayah I setiap 1 (satu) tahun sekali selama 3 (tiga) tahun sejak diserahterimakan fasilitas tersebut. 2. Laporan dari peserta/kelompok terpilih menjadi bahan evaluasi dan penyusunan kegiatan lanjutan program oleh Direktorat IKM Wilayah I. 3. Hasil laporan dari peserta/kelompok sebagai salah satu rujukan dalam program tahun berikutnya untuk menentukan fasilitasi yang akan diberikan. 13