Tiga kerajaan Islam di Sulawesi Selatan dan Maluku yakni Kerajaan Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore memiliki kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang berkembang seiring penyebaran agama Islam. Kerajaan-kerajaan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah hingga menimbulkan persaingan dengan bangsa Eropa.
Makalah ini membahas sejarah Kerajaan Gowa Tallo, mulai dari sumber sejarah, kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan peninggalan budaya. Kerajaan Gowa Tallo merupakan salah satu kerajaan besar di Sulawesi Selatan yang berdiri sejak abad ke-15 dan mencapai puncak kejayaannya di bawah Sultan Hasanuddin pada abad ke-17 sebelum akhirnya dikalahkan Belanda.
1. Sultan Agung melancarkan serangan terhadap Batavia pada 1628-1629 untuk melawan monopoli perdagangan dan penolakan VOC mengakui kedaulatan Mataram, namun serangan tersebut gagal.
2. Berbagai kerajaan seperti Banten, Ternate, Tidore, dan rakyat Jawa juga melancarkan perlawanan terhadap dominasi dan ekspansi kekuasaan VOC di Indonesia.
3. Perlawanan rakyat terus berlanjut hingga abad ke-18 meskipun VOC
Kelompok 10. Kerajaan Makassar 2 (Sejarah kelas II SMA/MA ~ Kerajaan Islam di...Mulia Fathan
Dokumen tersebut merangkum sejarah Kerajaan Makassar di Sulawesi Selatan pada abad ke-16, termasuk perkembangan agama Islam, perdagangan, pemerintahan, dan kebudayaan. Kerajaan Makassar menjadi pusat perdagangan yang makmur hingga berkonflik dengan VOC yang memperalat Kerajaan Bone untuk mengalahkan Makassar.
Tiga kerajaan Islam di Sulawesi Selatan dan Maluku yakni Kerajaan Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore memiliki kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang berkembang seiring penyebaran agama Islam. Kerajaan-kerajaan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah hingga menimbulkan persaingan dengan bangsa Eropa.
Makalah ini membahas sejarah Kerajaan Gowa Tallo, mulai dari sumber sejarah, kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan peninggalan budaya. Kerajaan Gowa Tallo merupakan salah satu kerajaan besar di Sulawesi Selatan yang berdiri sejak abad ke-15 dan mencapai puncak kejayaannya di bawah Sultan Hasanuddin pada abad ke-17 sebelum akhirnya dikalahkan Belanda.
1. Sultan Agung melancarkan serangan terhadap Batavia pada 1628-1629 untuk melawan monopoli perdagangan dan penolakan VOC mengakui kedaulatan Mataram, namun serangan tersebut gagal.
2. Berbagai kerajaan seperti Banten, Ternate, Tidore, dan rakyat Jawa juga melancarkan perlawanan terhadap dominasi dan ekspansi kekuasaan VOC di Indonesia.
3. Perlawanan rakyat terus berlanjut hingga abad ke-18 meskipun VOC
Kelompok 10. Kerajaan Makassar 2 (Sejarah kelas II SMA/MA ~ Kerajaan Islam di...Mulia Fathan
Dokumen tersebut merangkum sejarah Kerajaan Makassar di Sulawesi Selatan pada abad ke-16, termasuk perkembangan agama Islam, perdagangan, pemerintahan, dan kebudayaan. Kerajaan Makassar menjadi pusat perdagangan yang makmur hingga berkonflik dengan VOC yang memperalat Kerajaan Bone untuk mengalahkan Makassar.
Dokumen tersebut merangkum sejarah Kesultanan Johor dari jatuhnya Kesultanan Melayu Melaka ke tangan Portugis pada 1511 hingga permulaan abad ke-18. Ia menyentuh tentang pergolakan politik di Johor akibat perebutan takhta antara keturunan Sultan Melayu Melaka dengan keturunan Bendahara serta pengaruh kuat Bugis dalam politik Johor sejak pelantikan Daeng Marewah sebagai Yamtuan Muda Johor pertama pada 1722.
sejarah kerajaan gowa-tallo dan bone hingga menjadi sebuah kesultanan setelah pengaruh islam sampai di sulawesi.
tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia , pendidikan sejarah semester II , Universitas Pendidikan Indonesia.. semoga bermanfaat :)
Mencakup sejarah masuknya islam ke Pontianak, proses islamisasi, sejarah mengenai Kesultanan Pontianak dari Periode pemimpin, awal mula berdiri, peradaban, tempat peninggalan, kehidupan ekonomi, sosial budaya, hubungan Kesultanan dengan Jepang dan Belanda, dll
Johor tegakkan semula kewibawaan kesultanan melayu melakaisharsmiaa
Kerajaan Johor mengalami kejatuhan pada abad ke-18 akibat pertikaian di kalangan pembesar, campur tangan kuasa luar, dan pelbagai masalah dalaman yang tidak dapat diselesaikan. Ini membuktikan bahawa perpaduan dan kestabilan politik adalah penting untuk kelestarian sesebuah kerajaan.
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Pontianak yang terletak di Kalimantan Barat. Mencakup periode berdirinya kerajaan pada tahun 1771, masa kejayaannya, peninggalan bersejarah seperti seni bangunan dan budaya, serta runtuhnya kerajaan pada tahun 1950."
Perlawanan Kerajaan Banten terhadap VOC dimulai sejak VOC merebut Jayakarta pada 1629. Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa sejak 1651 dengan serangan kapal dan gerilya terhadap pos-pos Belanda. Namun perlawanan ini akhirnya gagal karena VOC berhasil menciptakan konflik internal di kalangan keluarga kerajaan Banten.
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Gowa-Tallo dan Kesultanan Makasar di Sulawesi Selatan serta Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku. Kerajaan-kerajaan tersebut berdiri pada abad ke-14 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga ke-17 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
sejarah Kerajaan ternate tidore poltik ekonomi dan letak geografisnyaFitriHastuti2
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan kerajaan kecil di Kepulauan Maluku yang memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah pada abad ke-15 hingga 16. Kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol memunculkan persaingan dan konflik di antara kerajaan-kerajaan tersebut. Sultan Hairun dari Ternate memberontak melawan monopoli perdagangan Portugis, sementara Sultan Nuku dari Tidore berhasil menyatukan Ternate dan T
Kerajaan Gowa-Tallo berkembang pesat di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin karena memperluas wilayahnya untuk mendukung perdagangan. Ekonomi Makassar maju karena letaknya yang strategis dengan pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang asing. Masyarakatnya terdiri atas nelayan dan pedagang, walaupun terikat norma adat yang dianggap sakral. Budayanya meliputi benda-benda terkait pelayaran seperti k
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Ternate dan Tidore pada abad ke-14 Masehi di Maluku Utara. Kedua kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang kolano dan berasal dari keturunan Jafar Sadik. Kerajaan-kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan rempah-rempah namun akhirnya dapat mengakhirinya melalui perundingan di Pulau Motir.
1. Makasar dianggap menguntungkan karena pelabuhannya ramai dikunjungi pedagang dan harga rempah-rempah murah
2. Portugis melarikan diri ke Timor Timur karena kekuatan mereka lemah dan tidak mampu menghadapi perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah
3. Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan karena pasukannya dikalahkan secara militer oleh armada VOC yang lebih kuat bersama sekutu
1. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13-15 melalui perdagangan antara Asia Barat, Asia Selatan, dan Asia Timur yang melewati Selat Malaka. Para pedagang muslim dari berbagai wilayah menyebarkan ajaran Islam.
2. Pengaruh Islam semakin meluas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan muslim seperti Samudera Pasai, Malaka, Demak, Pajang, Mataram, Banten, Cirebon, dan Makasar. Kerajaan-keraja
Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan pada abad ke-16 dan memiliki hubungan yang erat. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam setelah kedatangan penyebar agama Islam dari Sumatra. Masa keemasan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang mampu melawan Belanda, meskipun akhirnya kalah akibat taktik adu domba Belanda dengan Bone.
Kerajaan goa tallo, sumber sejarah, letak geografis, politik dan ekonomiFitriHastuti2
Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, namun akhirnya runtuh akibat serangan Belanda dan sekutunya Kerajaan Bone. Perjanjian Bongaya tahun 1667 mengakhiri kemerdekaan Kerajaan Gowa-Tallo dan memberikan kendali penuh Belanda atas wilayah tersebut.
Dokumen tersebut merangkum sejarah Kesultanan Johor dari jatuhnya Kesultanan Melayu Melaka ke tangan Portugis pada 1511 hingga permulaan abad ke-18. Ia menyentuh tentang pergolakan politik di Johor akibat perebutan takhta antara keturunan Sultan Melayu Melaka dengan keturunan Bendahara serta pengaruh kuat Bugis dalam politik Johor sejak pelantikan Daeng Marewah sebagai Yamtuan Muda Johor pertama pada 1722.
sejarah kerajaan gowa-tallo dan bone hingga menjadi sebuah kesultanan setelah pengaruh islam sampai di sulawesi.
tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia , pendidikan sejarah semester II , Universitas Pendidikan Indonesia.. semoga bermanfaat :)
Mencakup sejarah masuknya islam ke Pontianak, proses islamisasi, sejarah mengenai Kesultanan Pontianak dari Periode pemimpin, awal mula berdiri, peradaban, tempat peninggalan, kehidupan ekonomi, sosial budaya, hubungan Kesultanan dengan Jepang dan Belanda, dll
Johor tegakkan semula kewibawaan kesultanan melayu melakaisharsmiaa
Kerajaan Johor mengalami kejatuhan pada abad ke-18 akibat pertikaian di kalangan pembesar, campur tangan kuasa luar, dan pelbagai masalah dalaman yang tidak dapat diselesaikan. Ini membuktikan bahawa perpaduan dan kestabilan politik adalah penting untuk kelestarian sesebuah kerajaan.
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Pontianak yang terletak di Kalimantan Barat. Mencakup periode berdirinya kerajaan pada tahun 1771, masa kejayaannya, peninggalan bersejarah seperti seni bangunan dan budaya, serta runtuhnya kerajaan pada tahun 1950."
Perlawanan Kerajaan Banten terhadap VOC dimulai sejak VOC merebut Jayakarta pada 1629. Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa sejak 1651 dengan serangan kapal dan gerilya terhadap pos-pos Belanda. Namun perlawanan ini akhirnya gagal karena VOC berhasil menciptakan konflik internal di kalangan keluarga kerajaan Banten.
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Gowa-Tallo dan Kesultanan Makasar di Sulawesi Selatan serta Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku. Kerajaan-kerajaan tersebut berdiri pada abad ke-14 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga ke-17 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
sejarah Kerajaan ternate tidore poltik ekonomi dan letak geografisnyaFitriHastuti2
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan kerajaan kecil di Kepulauan Maluku yang memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah pada abad ke-15 hingga 16. Kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol memunculkan persaingan dan konflik di antara kerajaan-kerajaan tersebut. Sultan Hairun dari Ternate memberontak melawan monopoli perdagangan Portugis, sementara Sultan Nuku dari Tidore berhasil menyatukan Ternate dan T
Kerajaan Gowa-Tallo berkembang pesat di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin karena memperluas wilayahnya untuk mendukung perdagangan. Ekonomi Makassar maju karena letaknya yang strategis dengan pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang asing. Masyarakatnya terdiri atas nelayan dan pedagang, walaupun terikat norma adat yang dianggap sakral. Budayanya meliputi benda-benda terkait pelayaran seperti k
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Ternate dan Tidore pada abad ke-14 Masehi di Maluku Utara. Kedua kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang kolano dan berasal dari keturunan Jafar Sadik. Kerajaan-kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan rempah-rempah namun akhirnya dapat mengakhirinya melalui perundingan di Pulau Motir.
1. Makasar dianggap menguntungkan karena pelabuhannya ramai dikunjungi pedagang dan harga rempah-rempah murah
2. Portugis melarikan diri ke Timor Timur karena kekuatan mereka lemah dan tidak mampu menghadapi perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah
3. Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan karena pasukannya dikalahkan secara militer oleh armada VOC yang lebih kuat bersama sekutu
1. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13-15 melalui perdagangan antara Asia Barat, Asia Selatan, dan Asia Timur yang melewati Selat Malaka. Para pedagang muslim dari berbagai wilayah menyebarkan ajaran Islam.
2. Pengaruh Islam semakin meluas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan muslim seperti Samudera Pasai, Malaka, Demak, Pajang, Mataram, Banten, Cirebon, dan Makasar. Kerajaan-keraja
Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan pada abad ke-16 dan memiliki hubungan yang erat. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam setelah kedatangan penyebar agama Islam dari Sumatra. Masa keemasan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang mampu melawan Belanda, meskipun akhirnya kalah akibat taktik adu domba Belanda dengan Bone.
Kerajaan goa tallo, sumber sejarah, letak geografis, politik dan ekonomiFitriHastuti2
Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, namun akhirnya runtuh akibat serangan Belanda dan sekutunya Kerajaan Bone. Perjanjian Bongaya tahun 1667 mengakhiri kemerdekaan Kerajaan Gowa-Tallo dan memberikan kendali penuh Belanda atas wilayah tersebut.
Perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajahan asing dimulai sejak abad ke-16, antara lain perlawanan Sultan Baabullah melawan Portugis di Ternate, serangan Adipati Unus melawan Portugis di Malaka, dan perlawanan Sultan Agung melawan Belanda di Batavia. Pada abad ke-19, perlawanan terus berlanjut di bawah pimpinan tokoh-tokoh seperti Sultan Nuku di Maluku dan Kapitan Pattimura melawan Belanda. Di Sumatra Barat terjadi Perang Pad
Kerajaan Gowa Tallo berdiri pada tahun 1528 melalui persekutuan antara Kerajaan Gowa dan Tallo. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan maritim yang makmur berkat letak strategis dan perdagangannya. Islam mulai masuk pada abad ke-16 dan berkembang pesat di bawah Sultan Alaudin dan Sultan Hasanuddin. Kerajaan mencapai puncak kejayaannya di bawah Sultan Hasanuddin namun akhirnya jatuh ke tangan
Kerajaan Makassar merupakan kerajaan maritim yang berkembang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur karena letak strategis dan memiliki pelabuhan yang baik. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin yang memperluas wilayah kekuasaan dan berperang melawan Belanda. Namun pada akhirnya Kerajaan Makassar jatuh ke tangan Belanda setelah kalah dalam Perang Makassar p
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500-1550 dan terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini berkembang pesat berkat dukungan para wali dan jatuhnya Majapahit. Peninggalannya antara lain Masjid Agung Demak dan tradisi sekaten. Kemudian kekuasaannya mulai melemah akibat perebutan takhta.
Dokumen tersebut meringkas sejarah Kerajaan Gowa dan Tallo di Sulawesi Selatan, mulai dari asal usul, perkembangan, pemerintahan para raja terkemuka seperti Sultan Alauddin dan Sultan Hasanuddin, hingga kejatuhan kerajaan akibat perang melawan Belanda.
Teks tersebut membahas sejarah beberapa kerajaan besar di Nusantara yaitu Makassar, Mataram, Ternate-Tidore, Banjarmasin. Makassar dikenal akan perlawanannya melawan penjajahan asing. Mataram menjadi kerajaan Islam terbesar di Jawa dan melakukan ekspansi sampai akhirnya pecah akibat perjanjian dengan Belanda. Ternate dan Tidore bersaing sebagai pusat perdagangan rempah di Maluku sebelum akhir
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
1. PENGENALAN
Bugis merupakan satu kaum yang berasal dari Makasar atau Sulawesi Selatan telah
mula tiba di wilayah Melayu sejak suku terakhir kurun ke-17. Kurun ke-18 kerapkali disebut
sebagai ‘zaman Bugis’ dalam sejarah orang Melayu. Hal ini mereka meninggalkan tanahair
mereka di Sulawesi Selatan akibat dari perang saudara yang berlarutan di sana. Orang Bugis telah
cuba membuka negeri di tempat-tempat seperti Sumbawa, Lombok, Bali dan Jawa tetapi tidak
berhasil.1
Pertikaian dengan penguasa-penguasa tempatan juga semakin memburukkan keadaan dan
hal ini memaksa mereka mencari tempat baru. Oleh itu mereka merasakan tempat yang tidak
berapa ramai penduduknya dan agak jauh dari pusat pemerintahan di Sumatera dan Semenanjung
Melayu akan memberikan mereka perlindungan yang ideal. Oleh itu, sepanjang penghujung
kurun ke-17 beberapa buah petempatan orang-orang Bugis telah tumbuh di pesisiran pantai Barat
Semenanjung di bawah takluk Johor, iaitu di Selangor, Linggi dan Kelang.2
Selain daripada kuasa Bugis yang datang ke Tanah Melayu. Terdapat juga kuasa lain
yang datang seperti Belanda, Inggeris dan lain-lain. Kuasa besar yang datang ini bukan sahaja
bertujuan untuk menakluki Tanah Melayu tetapi mempunyai tujuan lain iaitu untuk mengaut
segala kekayaan hasil bumi yang ada di Tanah Melayu. Tidak mustahil mengapa mereka sentiasa
bersaing di antara satu sama lain untuk menguasai Tanah Melayu.
Di dalam tahun 1922 Daeng Parani berjaya mengusir Raja Kechil dari Johor. Sultan
Sulaiman dari keturunan Bendahara kini menjadi pemerintah Johor. Seorang Bugis, Daeng
Merewah, adik kepada Daeng Parani telah dilantik sebagai Yamtuan Muda sebagai ganjaran
kerana pertolongan Bugis itu. Ganjaran ini terlalu tinggi harganya kerana dengan perlantikan
Daeng Merewah itu, orang-orang Bugis mula bertapak di teraju pemerintahan Johor. Merekalah
pemerintah sebenarnya dan Sultan hanya menjadi boneka.3
Sultan Sulaiman hanya menurut
segala apa yang dikatakan oleh Daeng Merewah. Pengaruh Bugis pada masa kini semakin
meluas.
Orang Bugis memainkan peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi Johor. Seperti
yang diketahui, sebelum ini ekonomi Johor bergantung kepada peranan yang dimainkan oleh
orang Laut. Orang Laut memang mempunyai peranan yang sangat besar di Johor. Mereka ini
merupakan golongan yang sangat rapat dengan sultan dan mempunyai kuasa ke atas perdagangan,
perairan dan segala yang berkaitan dengan laut.
Setelah tamatnya permusuhan dan serangan Raja kecil ke atas Johor, ekonomi Johor
kembali rancak. Tetapi selepas itu diambil alih oleh para pelaut Bugis yang mahir dalam
pelayaran, peperangan dan perdagangan.4
Khidmat orang Laut tidak diperlukan lagi. Dalam
tempoh kurang daripada tiga dekad setelah kemangkatan Sultan Mahmud, corak bentuk kuasa di
Johor sekali lagi mengalami perubahan yang besar. Bukan sahaja Sultan yang telah kehilangan
kekuasaannya bahkan pembesar-pembesar Melayu sendiri menyedari sekiranya mereka tidak
bersedia untuk bekerjasama dengan ketua- ketua Bugis, mereka juga tidak akan berpengaruh di
dalam kerajaan.
Pada keseluruhannya, orang Laut yang merasakan perubahan besar. Semenjak zaman
kerajaan Palembang, mereka telah mendapat kedudukan yang istimewa serta amat penting bukan
sahaja dalam bidang ekonomi sebenarnya bahkan juga dalam urusan pentadbiran kerajaan.
Mereka dianugerahi gelaran dan diberi sepenuh kepercayaan untuk mengetuai angkatan tentera
1
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983. Sejarah Malaysia. Petaling Jaya. Macmillan
Publishers (M) Sdn Bhd. Hlm 91
2
Ibid. Hlm 92
3
M.Thambirajah. 1985. Malaysia Dalam Sejarah 2. Kuala Lumpur. Federal Publications. Hlm 29
4
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983.op cit. Hlm 93
1
2. laut semasa perang serta mengawal bilik kediaman raja.5
Tetapi itu semua telah diambil alih oleh
para pelaut Bugis yang mahir dalam peperangan dan pelayaran. Dengan kata lain, khidmat orang
Laut tidak diperlukan lagi. Hanya satu sahaja yang masih memerlukan khidmat orang laut iaitu
dalam urusan memungut serta mengumpulkan hasil-hasil laut.
Hal ini membuktikan bahawa kegiatan ekonomi Johor bergantung kepada kepandaian dan
kebijaksanaan Bugis kerana apabila mereka meninggalkan Johor pada tahun 1754 akibat daripada
krisis yang berlaku di Johor, kegiatan perdagangan Johor telah merosot.6
Setelah Johor
mengalami pergolakkan pemerintahan dan terlibat di dalam peperangan pada tahun 1788, Bugis
mula mengambil alih peranan sebagai pengawal lalu lintas laluan perdagangan di Selat Melaka
dengan berpangkalan di Kuala Linggi. Dengan menguasai perairan, orang Bugis ini mudah untuk
menjalankan kegiatan perlanunan. Mereka ini akan merompak penduduk-penduduk tempatan dan
kapal-kapal pedagang yang datang melalui perairan di situ seperti kapal-kapal dari Belanda. Hal
ini kerana kepandaian dan kemahiran Bugis di dalam perniagaan memang tidak dapat disangkal
lagi. Malah kemahiran orang-orang Bugis di dalam pelayaran dan perniagaan amat dihargai oleh
kerana hubungan perdagangan orang Bugis yang begitu meluas yang bermula dari pulau-pulau
rempah yang membawa ke seberang gugusan pulau Indonesia dan selainnya.7
Selain itu, mereka
yang memang terkenal hebat di lautan membolehkan mereka menjalankan aktiviti perikanan di
laut dengan menjadi nelayan. Orang Bugis juga menjalankan kegiatan perdagangan menyebabkan
meeka menjadi kaya hasil daripada pendapatan tersebut.
Sepertimana yang dikatakan oleh penguasa Pulau Pinang, Francis Light pada tahun
1794,’ Mereka adalah saudagar-saudagar yang terbaik di kepulauan Timur...Nilai kargo yang
begitu tinggi... menyebabkan tibaan mereka sentiasa ditunggu-tunggu oleh semua kaum
peniaga’.8
Pendek kata, pelangganan orang-orang Bugis di sesebuah pelabuhan akan menjadi
anak kunci kepada kejayaan sesebuah pelabuhan itu. Bugis juga dilihat sebagai tulang belakang
kepada kemakmuran dan kemajuan Johor. Mereka juga mengusahakan tanaman gambir secara
besar-besaran.
Pada akhir kurun ke-17, Bugis menetap di Selangor tanpa persetujuan Johor. Awal abad
ke-18, iaitu pada sekitar tahun 1724, Selangor merupakan negeri pengeluar dan penghasilan
utama bijih timah malah Linggi juga penting sebagai pengeluar bijih timah pada ketika itu,
sebagaimana di Kuala Lumpur, Ulu Kelang, Lukut dan juga Kuala Kubu.9
Dengan menguasai
Selangor dan Linggi ini menyebabkan mereka menjadi kaya. Buktinya adalah orang-orang Bugis
ini sering terlibat dalam kegiatan perdagangan kerana pelabuhan Selangor sering dikunjungi oleh
pihak British dan Belanda. Oleh itu secara tidak langsung orang Bugis menjadi kaya hasil
daripada penjualan bijih timah dan candu di pelabuhan.
Negeri Sembilan terdiri daripada beberapa buah daerah. Salah sebuah daerah yang
penting ialah Sungai Ujung. Ia mengeluarkan banyak bijih timah. Semua bijih timah dari Sungai
Ujung dibawa ke Sungai Linggi.10
Di Linggi, orang Bugis menguasai perlombongan bijih timah.
Hal ini kerana kebanyakan barang dagangan terutamanya hasil bijih timah dari kawasan
pedalaman lembah sungai Linggi telah dibawa ke Melaka melalui Sungai Linggi. Sungai Linggi
juga merupakan kawasan yang terdapatnya bijih timah. Oleh sebab itu Bugis yang dapat
menguasai Sungai Linggi ini semakin kukuh kedudukannya dari segi ekonomi.
Penguasaan kawasan bijih timah telah memberi peluang kepada orang Bugis untuk
mempunyai satu alat tawar-menawar yang berkesan kepada kerajaan Johor dan Belanda.11
5
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983.op cit. Hlm 93
6
Ibid. Hlm 93
7
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983.op cit. Hlm 93
8
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983.op cit. Hlm 9
9
Hj Buyong Adil. 1971. Sejarah Selangor. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Hlm 46
10
Nota kuliah Encik Yunus Sauman@Sabin
11
Ibid
2
3. Keadaan ini telah menyemarakkan lagi semangat orang Bugis kerana penguasaan terhadap
perdagangan bijih timah . Hal ini kerana dengan adanya penguasaan terhadap bijih timah, mereka
dengan mudah akan dapat menukarnya dengan ubat bedil, pembelian senjata dan peralatan perang
yang lain dengan Belanda jika mereka mahukan bijih timah. Seperti yang diketahui, orang Bugis
memang terkenal dari segi ketenteraan, mereka ini sangat kuat, malah kemahsyuran mereka
sebagai pejuang yang berani di dalam zikir perang dan rentak perang amat ditakuti oleh pihak
musuh.12
Hal ini boleh dilihat melalui sokongan daripada askar upahan Bugis akan menentukan
kemenangan sesuatu pihak. Umpamanya apabila seorang putera raja Kedah telah berkata bahawa
dengan ’dua buah kapal dan tiga atau empat ratus orang Bugis, dia boleh menaiki takhta sebagai
Sultan Kedah’13
, dan pada tahun 1710 Raja Muda Johor telah mengupah askar-askar Bugis untuk
menewaskan kaum perompak di Batu Bahara. Oleh hal yang sedemikian, perikatan dengan ketua
kaum Bugis pendatang boleh memberikan sumbangan yang bermakna kepada ekonomi dan
politik seseorang raja Melayu.
Di Perak, pembunuhan raja pada tahun 1699 di Johor tambah meningkatkan martabat
keluarga diraja Perak, yang mana menurut riwayat Perak, adalah satu-satunya pewaris kerajaan
Melaka. Tetapi Perak tidaklah berupaya menandingi kekayaan, kekuasaan dan kemahsyuran yang
sama seperti yang terdapat di Melaka atau Johor. Kerajaan itu mengalami huru-hara akibat perang
saudara dalam empat dekad pertama pada abad ke-18, di mana putera-putera raja yang
bersaingan, disokong oleh pembesar-pembesar yang berharap untuk merebut takhta kerajaan dan
dengan itu dapat pula menguasai hasil dari perdagangan bijih timah yang kaya itu.
Pergaduhan sesama sendiri itu dijadikan bertambah rumit oleh cita-cita pembesar-
pembesar Bugis di Selangor dan orang-orang Minangkabau. Kedua-kedua kumpulan ini sentiasa
bersedia untuk membantu satu pihak melawan yang lain antara puak-puak yang berperang itu
supaya dapat meluaskan pengaruh mereka ke atas Perak.14
Bagi Bugis, ini adalah satu peluang
ekonomi yang tidak boleh dilepaskan iaitu untuk menguasai bijih timah. Untuk menunjukkan
pengaruh Bugis yang semakin berleluasa itu, pada tahun 1943 pembesar-pembesar Perak yang
tidak puas hati itu membuat perikatan dengan Bugis di Selangor untuk menjatuhkan Sultan
Muzaffar (mangkat 1752) yang memerintah pada waktu itu. Mereka kemudian mengangkat Raja
Muda menjadi Sultan, yang pada hakikatnya di bawah telunjuk anakandanya yang lebih berkuasa,
Raja Iskandar. Secara tidak langsung apabila orang Bugis ini telah membantu pembesar-pembesar
Perak, mereka telah mendapat kekuasaan untuk menguasai ekonomi di Perak.
Selain Bugis, kuasa-kuasa Eropah juga telah datang ke Tanah Melayu dengan tujuan
untuk berdagang dan memonopoli ekonomi di situ. Kuasa-kuasa Eropah yang datang ke Tanah
Melayu ialah seperti Belanda, British dan sebagainya. Masing-masing mempunyai agenda yang
tersendiri dalam memonopoli ekonomi di Tanah Melayu. Belanda adalah salah sebuah kuasa
Eropah yang menunjukkan minat dan kesungguhan mereka terhadap kegiatan-kegiatan pelayaran
dan perdagangan dengan kawasan di sebelah Timur. Tekanan-tekanan yang dialami oleh bangsa
Belanda di Eropah dalam abad ke-16 telah menguatkan lagi azam mereka untuk menjadi satu
bangsa yang berdaulat, merdeka, kuat dan berkuasa.
Penekanan Sepanyol ke atas orang Belanda, penutupan pelabuhan Lisbon bagi kapal-
kapal Belanda, penerbitan sebuah buku penting berjudul Itinerario oleh Van Linschoten yang
membongkar buat kali pertamanya rahsia-rahsia dan butir-butir penting mengenai jalan-jalan laut
dan tempat-tempat yang kaya-raya dengan hasil-hasil rempah-rempahan di Timur dan berikutan
dengan kejayaan Belanda memperoleh kemerdekaan dari bangsa Sepanyol.15
Kesemua ini telah
12
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983.op cit. Hlm 92
13
Ibid
14
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983.op cit. Hlm 100
15
Lotfi Ismail. 1980. Sejarah Malaysia 1400-1963. Kuala Lumpur. Utusan Publications & Distributors.
Hlm 71.
3
4. mendorong, menggerakkan dan membuka jalan bagi orang-orang Belanda datang mempertarungi
nasib di seberang laut terutama di Asia Tenggara.
Pada permulaannya, kapal-kapal dagang Belanda menjalankan perniagaan mereka secara
bersendirian. Ini bermakna bukan sahaja mereka terpaksa bertanding dengan kuasa-kuasa lain
seperti Portugis tetapi juga mereka terpaksa bersaing sesama sendiri. Ini tentulah merugikan
mereka. Walau bagaimanapun, kesilapan ini dengan cepat disedari oleh mereka, lalu dalam tahun
1602 seluruh kapal perniagaan Belanda yang menjalankan perniagaan di Timur ini telah
digabungkan ke dalam sebuah syarikat perniagaan, dikenali dengan nama Syarikat Hindia Timur
Belanda atau di dalam bahasa Belandanya disebut Vereenigde Oostindische Compgnie (VOC).16
Syarikat ini mempunyai kuasa yang luas. Pemerintahan Belanda telah memberi kuasa
kepadanya untuk membuat sebarang perjanjian dengan sebarang negeri di Timur. Oleh itu, sejak
mula-mula tertubuhnya lagi Syarikat Hindia Timur Belanda, syarikat ini telah mendapat restu dan
sokongan yang kuat dari pemerintahnya. Walau bagaimanapun Belanda sebenarnya berasa
terancam dengan kehadiran kuasa-kuasa lain seperti Portugis dan juga British. VOC bertindak
mendirikan kubu-kubu di sekitar jalan-jalan perairan yang penting untuk menguasai perdagangan
di pelabuhan-pelabuhan tempatan. Mereka menggunakan paksaan untuk menghalang mana-mana
pihak daripada berdagang di pulau-pulau di Asia Tenggara. Mereka juga sanggup berperang
dengan pemerintah-pemerintah tempatan atau mana-mana kuasa-kuasa Barat yang lain untuk
memperoleh hak-hak perdagangan.
Belanda mengamalkan dasar monopoli perdagangan di Timur dan berusaha untuk
memonopoli perdagangan rempah di Kepulauan Melayu, sama ada secara damai atau pun melalui
peperangan.17
Menerusi kuasa monopoli, hak syarikat-syarikat lain tidak lagi diakui dan ini
bermakna VOC sahaja yang dibenarkan menjual barang-barang kepada masyarakat setempat
mengikut harga yang mereka tetapkan. Oleh itu, bagi tujuan monopoli, Belanda menduduki
pusat-pusat perniagaan yang penting sahaja.
Selain itu, setelah Belanda dapat mengusir Portugis, Belanda juga ingin mengusir British
dari Kepulauan Maluku.18
Peluang ini terbuka pada tahun1623, apabila saudagar-saudagar British
didapati menubuhkan loji-loji perdagangan di Ambon. Orang British dikatakan telah menghasut
rakyat tempatan menentang pemerintah Belanda. Tindakan British itu telah memaksa pihak
Belanda bertindak pantas dengan menyerang dan menawan Ambon secara mengejut pada bulan
Februari 1623. Dalam serangan tersebut, seramai 12 daripada 18 orang pedagang British terbunuh
dan loji perdagangan mereka dimusnahkan. Peristiwa ini dikenali sebagai ‘Pembunuhan Beramai-
ramai di Ambon’.19
Tindakan Belanda membunuh orang British di Ambon bertujuan untuk
menguasai kawasan perdagangan rempah dan mengukuhkan monopoli perdagangan mereka di
Kepulauan Melayu.
Akibat daripada peristiwa itu, Syarikat Hindia Timur British menutup loji-loji
perdagangan mereka di Hindia Timur dan berundur ke India. Peristiwa itu memutuskan sama
sekali perhubungan antara Belanda dengan British di Hindia Timur yang akhirnya memaksa
British berundur daripada kawasan tersebut, kecuali sebuah petempatan di Bangkahulu yang
terletak di selatan Sumatera. Usaha British untuk meluaskan pengaruh di Kepulauan Melayu
terhenti seketika. Buat sementara waktu, pihak British memberi tumpuan kepada kegiatan
perdagangan di India.20
Selepas peristiwa di Ambon, Belanda memulakan rancangan mereka untuk menakluki
Melaka daripada kuasa Portugis. Pada pertengahan abad ke-17, kuasa Portugis di Asia Tenggara
semakin lemah dan mereka banyak terlibat dalam pertelingkahan dengan pihak pemerintah
tempatan. Setelah beberapa serangan dilakukan, akhirnya Belanda dapat menakluki Melaka pada
16
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 73
17
M.Thambirajah. 1985. Malaysia Dalam Sejarah 2. Kuala Lumpur. Federal Publications. Hlm 9
18
Ruslan Zainuddin. 2003. Sejarah Malaysia. Kuala Lumpur. Fajar Bakti Sdn Bhd. Hlm 131
19
Ruslan Zainuddin. 2003. op cit. Hlm 131
20
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 89
4
5. tahun 1641. Kejayaan itu menamatkan pendudukan Portugis di Melaka selama 130 tahun.21
Kejayaan itu juga menjadikan Belanda sebagai kuasa Eropah yang kedua bertapak di Tanah
Melayu.
Orang-orang Belanda segera mencari jalan dan cara untuk membolot hasil pengeluaran
tempatan yang terpenting sekali iaitu bijih timah.22
Pada mulanya ialah dengan membuat tuntutan
sebagai orang yang berhak mempusakai segala hak milik orang-orang Portugis di Melaka itu
sendiri khasnya dan di beberapa tempat yang lain. Mereka mendakwa bahawa mereka berkuasa
ke atas tempat-tempat tersebut dan dengan membuat perjanjian yang baru. Menurut Dr. J.K Wells
di dalam karangannya yang berjudul “Orang-orang Belanda di Selat Melaka”, iaitu:
Terdapat juga campur tangan tentera Belanda di Naning dan Rembau mula-mulanya
dalam tahun 1643 dan kemudian dalam tahun 1675 dan pada kali keduanya, kedua-dua wilayah
itu menyerah kalah setelah berjuang dengan kuat. Dalam serangan kedua yang telah menelan
belanja hampir 8000 florin,23
orang-orang Belanda telah menang tetapi kemudiannya
meninggalkan pemungutan bayaran satu persepuluh yang susah diperolehi itu dan mereka lebih
menyetujui mendapatkan kutipan beras tiap-tiap tahun.24
Dasar perdagangan Belanda di Melaka dan di Tanah Melayu ialah dasar monopoli. Dasar
ini sama juga dengan dasar perdagangan yang dijalankan oleh Portugis sebelum ini. Apa yang
berbeza ialah Belanda tidak mencampuradukkan dasar perdagangan mereka itu dengan kegiatan-
kegiatan mengkristiankan penduduk-penduduk tempatan sebagaimana yang dilakukan oleh
Portugis.25
Selain itu, untuk melaksanakan dasar tersebut, Belanda telah membuat beberapa
perjanjian dengan beberapa buah negeri. Misalnya dalam tahun 1639, mereka telah membuat satu
perjanjian dengan Aceh. Menurut perjanjian ini Aceh memberi kuasa penuh kepada Belanda
untuk menjadi pembeli bijih timah yang tunggal di Perak. Berikutan dengan itu, beberapa buah
agen Belanda telah didirikan di beberapa tempat di Perak. Satu daripada tempat-tempat itu ialah
di muara Sungai Perak. Bagaimanapun Perak tetap enggan mengiktiraf perjanjian seumpama itu.
Perak terus menjualkan hasil bijih timahnya kepada pembeli-pembeli yang lain seperti pembeli-
pembeli dari Sumatera, India, Jawa dan lain-lain lagi.26
Tegasnya, Perak langsung tidak mengiktiraf segala perjanjian yang dibuat oleh Belanda
dengan pihak Aceh tanpa persetujuan-persetujuannya terlebih dahulu. Oleh itu, ia tetap berkeras
untuk tidak mematuhi langsung kepada mana-mana perjanjian yang boleh mengganggu
kebebasan perdagangannya. Selanjutnya, Dr Wells berkata lagi bahawa orang-orang Belanda
telah berasa marah kerana sebahagian besar bijih timah telah dibawa keluar oleh orang-orang
Aceh, Jawa dan juga peniaga-peniaga dari Benggala , Surat dan Coromandel. Tetapi Belanda
tidak boleh menyalahkan Perak atau negeri-negeri Melayu lain yang dipaksa berniaga dengan
mereka kerana saudagar-saudagar tersebut iaitu India, Sumatera dan Jawa, membeli bijih timah
dari negeri-negeri Melayu itu dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga yang ditawarkan
oleh Belanda.27
Johor pula telah menandatangani satu perjanjian dengan Belanda di dalam tahun tersebut
bagi menyelamatkan dirinya dari sebarang tindak balas yang mungkin diambil oleh Iskandar
Thani. Apabila taring kekuatan Aceh telah luntur akibat kemangkatan Iskandar Thani, maka
Johor pun mulalah mengembangkan pengaruhnya dan kuasanya di beberapa negeri di Sumatera
21
Ruslan Zainuddin. 2003. op cit. Hlm 132
22
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 76
23
Florin bermaksud bekas wang logam Inggeris yang bernilai dua syiling.
24
Prof. Zainal Abidin Wahid. 1971. Sejarah Malaysia Sepintas Lalu. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa Dan
Pustaka. Hlm 57
25
M.Thambirajah. 1985. op cit. Hlm 7
26
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 77
27
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 77
5
6. Timur. Semasa pemerintahan Sultan Abdul Jalil (1623-1678) Johor telah menawan negeri Siak.28
Dalam tahun 1669, Inderagiri pula ditaklukinya. Jambi merasakan terancam, jadi ia terpaksa
meminta bantuan Belanda bagi menolak serangan Johor. Belanda memperolehi monopoli
perniagaan di Jambi. Dengan hal yang demikian hubungan Belanda dan Johor menjadi semakin
tegang.
Keadaan menjadi buruk apabila beberapa orang pembesar dari Siak yang sudah ditakluk
oleh Johor itu datang ke Melaka dan berikrar untuk menjualkan bijih timah mereka kepada
Belanda. Sultan Johor terus menuduh Belanda campur tangan di dalam hal ehwal negeri jajahan
baginda. Untuk membaiki hubungan Belanda dan Johor yang bertambah buruk itu, maka satu
perundingan antara Sultan Ibrahim telah diadakan dengan pihak Belanda di Betawi.29
Bagaimanapun rundingan tersebut telah gagal disebabkan kedegilan Belanda enggan berganjak
dari pendirian dan dasar perdagangan mereka yang sentiasa mahu membolot itu.
Setelah Sultan Ibrahim mangkat, takhta kerajaan Johor telah dipangku oleh Bendahara
Paduka Raja.30
Orang-orang Belanda telah mengadakan rundingan dengan beliau dan beroleh
keistimewaan yang banyak termasuk hak monopoli perniagaan kain, emas dan tembaga.
Bendahara Paduka Raja meninggal dunia dalam bulan Mac tahun 1689, tempat beliau diganti
oleh Datuk Bendahara Seri Maharaja. Beliau ini telah memberi lebih banyak keistimewaan
perdagangan kepada Belanda. Orang-orang Belanda itu diberi kuasa monopoli dalam semua jenis
barang dagangan kecuali barang-barang makanan. Saudagar-saudagar asing telah dilarang dari
berniaga dalam kawasan monopoli orang-orang Belanda itu.
Belanda juga pernah mengalami zaman kemerosotan. Sebenarnya sejak dari tahun 1690,
VOC tidak mendapat apa-apa keuntungan pun. Banyak dari pusat perdagangan yang didirikan
mereka telah mengalami kerugian. Punca kerugian ini ialah kerana pegawai-pegawai VOC itu
sendiri ramai yang tidak amanah. Nafsu dan godaan untuk menjalankan perniagaan secara haram
terbuka luas kepada pegawai-pegawai itu. Jadi, keuntungan yang sepatutnya diperolehi oleh VOC
itu telah diragut oleh orang-orang perseorangan yang tidak amanah itu. Walaupun telah dilantik
sebuah jawatankuasa untuk menyiasat perkara ini, tetapi penyiasatan terbuka itu pun tidak
mendatangkan apa-apa hasil.
Sebab yang kedua ialah tekanan dan paksaan yang dikenakan ke atas raja-raja dan
penduduk-penduduk tempatan supaya menjualkan hasil-hasil pengeluaran mereka kepada VOC
dengan harga yang amat rendah sekali. Ini akhirnya menimbulkan rasa tidak puas hati di kalangan
rakyat dan mereka menjadi benci kepada VOC serta pegawai-pegawainya yang menjalankan
kegiatan rasuah itu. Rakyat tidak berminat untuk berusaha dengan hal yang sedemikian. Keadaan
kehidupan mereka menjadi bertambah miskin.
Sebab yang ketiga ialah kejatuhan harga barang-barang dagangan itu sendiri. Barang-
barang ini jelas telah dihasilkan lebih banyak daripada yang diperlukan, sedangkan Belanda terus
menjalankan perniagaan di tempat-tempat dan terhadap barang-barang dagangan yang tidak boleh
mendatangkan keuntungan.
Akhir sekali ialah bertambahnya hutang yang dipikul oleh VOC. Menjelang abad ke-19,
VOC telah menanggung hutang sebanyak 140 juta florin. Maka dalam tahun 1800, dengan
rasminya Syarikat Hindia Timur Belanda atau VOC telah dibubarkan dan segala hutang, harta
benda dan tanggungjawab telah diambil alih oleh pemerintah secara langsung.
Pada tahun 1600, pedagang-pedagang Inggeris pula telah menubuhkan syarikat tunggal
mereka yang bernama Syarikat Hindia Timur Inggeris (English East India Company).31
Kemunculan dan penglibatan dua kuasa besar Eropah menerusi syarikat-syarikat tunggal mereka
28
Haji Buyong Adil. 1980. Sejarah Johor. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa Dan Pustaka. Hlm 111
29
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 78
30
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 79
31
Ruslan Zainuddin. 2003. op cit. Hlm 13
6
7. yang tersebut itu di sebelah Timur ini telah merumitkan lagi keadaan politik di beberapa buah
negeri di kawasan tersebut.
Kedua-kedua kuasa ini iaitu Inggeris dan Belanda telah sama-sama menubuhkan loji-loji
mereka di beberapa tempat di India akan tetapi Belanda lebih cenderung memberikan tumpuan
dan perhatian terhadap kegiatan mereka kepada kawasan sekitar Kepulauan Melayu atau
Nusantara sekarang.32
Pada permulaan kegiatannya pula, Inggeris lebih cenderung memusatkan
perhatian dan kegiatan perdagangan mereka di India.
Inggeris ingin mencari sebuah pelabuhan di Kepulauan Melayu untuk kegiatan
perdagangan mereka. Mereka telah menemui pelabuhan Bangkahulu (Bengkulen) tetapi
pelabuhan itu tidak dapat memenuhi peranan sama ada sebagai pusat persinggahan kapal-kapal
dagang mahupun sebagai pusat pengumpulan hasil-hasil perdagangan di Timur. Ini adalah kerana
kedudukan pelabuhan ini terpisah jauh dari Selat Melaka iaitu jalan perdagangan antarabangsa
yang paling dekat jaraknya antara China dan India.33
Menggunakan pelabuhan Bangkahulu bererti
melakukan sesuatu yang tidak ekonomis dan ini tentunya tidak dikehendaki oleh Syarikat Hindia
Timur Inggeris itu. Oleh itu, satu pelabuhan yang juga dapat dijadikan pengkalan bagi kapal-
kapal Inggeris yang berulang-alik kerana menjalankan perniagaan dengan negeri China dan
tempat-tempat lain di Asia Tenggara ini, sesungguhnya memanglah amat diperlukan. Pelabuhan
dan pengkalan itu juga diperlukan untuk maksud-maksud membaiki kapal-kapal yang rosak
sambil memungut hasil-hasil tempatan seperti bijih timah.
Menyedari hakikat-hakikat inilah maka pihak Syarikat Hindia Timur Inggeris mengambil
keputusan untuk mencari satu pelabuhan baharu bagi menggantikan Bangkahulu yang ternyata
tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai sebuah pelabuhan dan pangkalan perang yang utama
sebagaimana yang dikehendaki itu. Dengan yang demikian beberapa usaha telah dijalankan oleh
syarikat sejak tahun 1763, bagi mendapatkan sebuah tempat baru yang dijangka boleh memenuhi
kehendak-kehendak syarikat dari segi kepentingan-kepentingan pertahanan dan perdagangan.
Dalam tahun 1763 hingga 1783, Inggeris telah meninjau banyak tempat yang mempunyai
kemungkinan untuk dijadikan pelabuhan dan pangkalan perang seperti di Aceh, Phuket atau
Ujung Salang, Kepulauan Nicobar, Kepulauan Andaman dan Kedah tetapi kesemua tempat-
tempat tersebut akhirnya didapati tidak sesuai.34
Dalam tahun 1771, Francis Light telah mendapat tawaran dari Sultan Kedah iaitu Sultan
Abdullah membenarkannya bagi pihak Inggeris mendirikan pusat perniagaan di mana-mana
sahaja di sepanjang pantai negeri Kedah dengan syarat Inggeris memberikan perlindungan kepada
baginda dalam menentang ancaman dari Siam (di utara) dan ancaman dari Bugis (di selatan).35
Francis Light amat bersetuju dengan tawaran Sultan Abdullah itu.
Pihak Syarikat Hindia Timur Inggeris dan Sultan Kedah, telah mencapai satu persetujuan.
Dengan persetujuan itu Sultan Abdullah membenarkan Syarikat Hindia Timur Inggeris
mendirikan sebuah penempatan di Pulau Pinang (sebuah pulau yang termasuk di dalam daerah
hukum dan kedaulatan negeri Kedah).36
Pemilihan Pulau Pinang itu ialah kerana pulau itu lebih
disukai oleh Inggeris daripada mana-mana tempat di sepanjang negeri Kedah.
Kebanyakan pedagang persendirian British hanya tertumpu di kawasan utara Selat
Melaka seperti Acheh, Kedah dan Sungai Salang. Ini dilakukan untuk mengelakkan berlakunya
sebarang pertembungan dengan orang Belanda. Walaupun begitu, kapal-kapal milik British yang
menuju ke China masih bebas menggunakan Selat Melaka. Ada antara mereka yang singgah di
Sungai Johor atau Riau. Pada tahun 1730-an, pedagang British mula datang ke Kuala Selangor,
Linggi dan Kuala Terengganu. Kedatangan mereka ada hubungannya dengan kemunculan orang
32
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 89
33
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 92
34
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 92
35
M. Thambirajah. 1985. op cit. Hlm 22
36
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 93
7
8. Bugis di Selat Melaka. Orang Bugis lebih senang berdagang dengan British yang sanggup
membayar harga lebih tinggi bagi bijih timah berbanding dengan pihak Belanda.
Penanaman rempah yang diusahakan secara besar-besaran di Pulau Pinang itu telah
menambahkan pendapatan tahunan dan jumlah penduduk di pulau itu pada permulaannya tetapi
malapetaka telah menimpa perusahaan ini.37
Misalnya, menjelang tahun 1820, penduduk-
penduduk Pulau Pinang yang terdiri daripada kaum Cina telah menanam dan mengeluarkan
empat juta tan lada besar jenis bermutu tinggi setahun, tiba-tiba harga lada besar telah jatuh
menjunam dan perusahaan ini pun terus terkulai. Demikian juga dengan perusahaan penanaman
clove dan nutmeg. Perusahaan ini telah dijalankan secara besar-besaran oleh penduduk Pulau
Pinang tetapi dalam tahun 1860, semua tanaman ini telah dimusnahkan sama sekali oleh sejenis
penyakit tanaman yang menyerang tanam-tanaman itu.
Walaupun penduduk Pulau Pinang telah meningkat menjadi seramai 8000 orang terdiri
dari berbagai bangsa seperti Cina, Melayu, Bugis dan sebagainya tetapi hasil tahunan yang
diperolehi masih tidak mencukupi untuk membiayai pentadbiran pulau tersebut. Pihak Inggeris di
Pulau Pinang terpaksa bergantung kepada pemerintah India untuk mencukupkannya setiap tahun.
Tanah-tanah dijual dengan harga yang murah sekali hingga hampir boleh dikatakan tanah-tanah
itu diberikan dengan percuma sahaja. Pembangunan pulau itu tidak dapat dijalankan dengan
pesat.
Oleh itu, pihak Inggeris telah mengambil keputusan untuk mengenakan cukai ke atas
barang-barang yang di bawa masuk dan keluar dari pulau itu. Pengenaan cukai sebanyak lima
peratus ini mula dikuatkuasakan.38
Dengan langkah ini pihak pemerintah berharap akan dapat
meninggikan lagi hasil tahunan pulau itu. Sejak itu Pulau Pinang tidak lagi merupakan sebuah
pelabuhan bebas. Setelah Pulau Pinang dibuka hampir sepuluh tahun, didapati bahawa ia tidaklah
dapat memainkan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh pihak Syarikat Hindia Timur.
Pada masa itu kapal-kapal dagangan lebih suka berhenti di sebelah selatan iaitu di Melaka atau
Ambon.
Dalam perkembangan ekonomi orang Melayu pula, pada awalnya mereka lebih tertumpu
kepada ekonomi sara diri.39
Ekonomi sara diri yang mereka jalankan adalah seperti kegiatan
bercucuk tanam, menternak binatang dan sebagainya. Hasil daripada kegiatan ekonomi mereka
itu, mereka cuma gunakan untuk kegunaan dan keperluan mereka sendiri. Pada masa itu tidak
wujud lagi ekonomi secara komersial iaitu aktiviti perdagangan yang dijalankan secara besar-
besaran. Kebiasaannya aktiviti ini dilakukan oleh orang-orang kampung yang tinggal di kawasan
pedalaman.
Selepas itu, wujud ekonomi perdagangan. Sebagai contoh semasa pemerintahan di bawah
Kesultanan Melayu Melaka.40
Pada masa itu, telah wujud ekonomi perdagangan dan orang
Melayu melakukan kegiatan ekonomi itu dengan baik. Kegiatan ekonomi di Melaka telah
berkembang dengan maju. Urusan perdagangan telah berkembang maju lebih-lebih lagi
perdagangan yang dijalankan di Selat Melaka. Selat Melaka merupakan pelabuhan yang sangat
sibuk dan maju dengan urusan perdagangan. Sejak zaman-berzaman alam Melayu telah menjadi
pusat pemindahan barang dagangan, tapi bagi pedagang-pedagang Eropah pada kurun ke-18,
rantau itu menjadi tapak kepada perdagangan teh Cina yang berharga itu.
Selain itu, lada hitam yang dikeluarkan oleh negeri-negeri Melayu juga mempunyai
nama baik di seberang laut dan menjadi satu barang dagang yang penting dalam perdagangan
antara Eropah dengan benua China. Kedah yang berhampiran Pulau Lada di Langkawi,
merupakan sumber yang penting bagi para pedagang dari India. Lada hitam di Terengganu
mendapat pasaran yang laris di benua China kerana dianggap lebih tinggi mutunya dari negeri-
37
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 115
38
Lotfi Ismail. 1980. op cit. Hlm 97
39
Ruslan Zainuddin. 2003. op cit. Hlm 96
40
M.Thambirajah. 1985. op cit. Hlm 4
8
9. negeri lain di Nusantara dan lebih murah dari lada hitam di Malabar. Oleh itu, tidak hairanlah jika
Sultan Muhammad Jiwa di Kedah dan Sultan Mansor Syah di Terengganu amat giat menaja
usaha-usaha dagang, menghantar kargo lada hitam dengan menggunakan kapal-kapal mereka
sendiri.41
Sebelum tahun 1840-an hingga 1850-an perlombongan atau kegiatan bijih timah tidak
dilakukan secara besar-besaran. Hal ini kerana pada masa itu, bijih timah yang dikeluarkan
adalah tidak banyak lebih-lebih lagi semasa kedatangan Bugis ke Tanah Melayu. Sebenarnya
orang Melayu juga telah menjadi tulang belakang dalam kegiatan perlombongan bijih timah
semasa Bugis berada di Tanah Melayu. Orang Melayu yang menjadi pelombong-pelombong
dalam kegiatan ini. Orang Melayu juga yang menjadi pelopor dalam kegiatan perlombongan ini.
Orang Bugis tidak akan dapat menjalankan aktiviti perlombongan bijih timah ini dengan jayanya
dan tidak mungkin kegiatan ini berjalan baik tanpa pertolongan orang Melayu yang dijadikan
sebagai pelombong bijih timah. Setelah kedatangan kuasa-kuasa luar ke Tanah Melayu barulah
orang melayu sedar akan kepentingan ekonomi di negara sendiri. Sebenarnya mereka sendiri
mempunyai keupayaan untuk memajukan ekonomi di negara mereka sendiri.
Kesimpulannya, kehadiran orang Bugis memang memainkan peranan yang penting dalam
ekonomi di Tanah Melayu. Walaupun banyak kuasa lain yang datang ke Tanah Melayu seperti
Belanda dan British tetapi Bugislah yang menjadi pemangkin kepada kecemerlangan ekonomi di
Tanah Melayu. Keupayaan Bugis menggunakan kelebihan yang ada pada mereka seperti
kelebihan dalam berdagang dan belayar menyebabkan Bugis dilihat sebagai satu kuasa yang
begitu kuat dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran. Bukti-bukti yang diberikan sudah cukup
menyatakan bahawa kehadiran bugis ke Tanah Melayu mulai kurun ke-17 telah memainkan
peranan yang penting kepada kecemerlangan ekonomi di Tanah Melayu pada abad ke-18.
41
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983. Sejarah Malaysia. Petaling Jaya. Macmillan
Publishers (M) Sdn Bhd. Hlm
9
10. negeri lain di Nusantara dan lebih murah dari lada hitam di Malabar. Oleh itu, tidak hairanlah jika
Sultan Muhammad Jiwa di Kedah dan Sultan Mansor Syah di Terengganu amat giat menaja
usaha-usaha dagang, menghantar kargo lada hitam dengan menggunakan kapal-kapal mereka
sendiri.41
Sebelum tahun 1840-an hingga 1850-an perlombongan atau kegiatan bijih timah tidak
dilakukan secara besar-besaran. Hal ini kerana pada masa itu, bijih timah yang dikeluarkan
adalah tidak banyak lebih-lebih lagi semasa kedatangan Bugis ke Tanah Melayu. Sebenarnya
orang Melayu juga telah menjadi tulang belakang dalam kegiatan perlombongan bijih timah
semasa Bugis berada di Tanah Melayu. Orang Melayu yang menjadi pelombong-pelombong
dalam kegiatan ini. Orang Melayu juga yang menjadi pelopor dalam kegiatan perlombongan ini.
Orang Bugis tidak akan dapat menjalankan aktiviti perlombongan bijih timah ini dengan jayanya
dan tidak mungkin kegiatan ini berjalan baik tanpa pertolongan orang Melayu yang dijadikan
sebagai pelombong bijih timah. Setelah kedatangan kuasa-kuasa luar ke Tanah Melayu barulah
orang melayu sedar akan kepentingan ekonomi di negara sendiri. Sebenarnya mereka sendiri
mempunyai keupayaan untuk memajukan ekonomi di negara mereka sendiri.
Kesimpulannya, kehadiran orang Bugis memang memainkan peranan yang penting dalam
ekonomi di Tanah Melayu. Walaupun banyak kuasa lain yang datang ke Tanah Melayu seperti
Belanda dan British tetapi Bugislah yang menjadi pemangkin kepada kecemerlangan ekonomi di
Tanah Melayu. Keupayaan Bugis menggunakan kelebihan yang ada pada mereka seperti
kelebihan dalam berdagang dan belayar menyebabkan Bugis dilihat sebagai satu kuasa yang
begitu kuat dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran. Bukti-bukti yang diberikan sudah cukup
menyatakan bahawa kehadiran bugis ke Tanah Melayu mulai kurun ke-17 telah memainkan
peranan yang penting kepada kecemerlangan ekonomi di Tanah Melayu pada abad ke-18.
41
Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya. 1983. Sejarah Malaysia. Petaling Jaya. Macmillan
Publishers (M) Sdn Bhd. Hlm
9