Ringkasan dokumen tentang budidaya padi rawa lebak adalah sebagai berikut:
1) Budidaya padi rawa lebak memerlukan varietas yang tahan terhadap masalah umum di lahan rawa seperti kekeringan, banjir, dan masamnya tanah.
2) Sistem tanam yang direkomendasikan adalah jajar legowo karena mampu meningkatkan produktivitas hingga 15% dibandingkan sistem tegel.
3) Pemupukan dilakukan se
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
Laporan praktikum teknologi budidaya tanaman di Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Solo membahas tentang pembibitan permanen yang bertujuan untuk memproduksi bibit berkualitas secara massal dan berkelanjutan guna mendukung program penanaman."
Dokumen tersebut membahas tentang tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi kayu, dan kacang-kacangan. Ia menjelaskan pengertian, jenis, kandungan gizi, asal usul, produksi, dan budidaya tanaman pangan tersebut di Indonesia. Budidaya padi sawah dan gogo dibahas secara rinci meliputi persiapan lahan, pemilihan benih, cara tanam, pemupukan, pemeliharaan, panen, hingga pasca panen
Dokumen tersebut membahas teknik persilangan buatan pada tanaman. Ada beberapa jenis persilangan yang dibedakan berdasarkan kerabatannya, seperti intravarietas, intervarietas, interspesifik, dan intergenerik. Faktor penting dalam persilangan antara lain pemilihan tetua, pengetahuan tentang organ reproduksi tanaman, dan waktu tanaman berbunga. Teknik dasar persilangan mencakup persiapan, kastrasi, emaskulasi, isolasi, pengump
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya ubi jalar, mulai dari persyaratan bibit, penyiapan bibit dan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Dokumen ini memberikan informasi mengenai proses budidaya ubi jalar secara mendetail dan sistematis.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
Laporan praktikum teknologi budidaya tanaman di Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Solo membahas tentang pembibitan permanen yang bertujuan untuk memproduksi bibit berkualitas secara massal dan berkelanjutan guna mendukung program penanaman."
Dokumen tersebut membahas tentang tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi kayu, dan kacang-kacangan. Ia menjelaskan pengertian, jenis, kandungan gizi, asal usul, produksi, dan budidaya tanaman pangan tersebut di Indonesia. Budidaya padi sawah dan gogo dibahas secara rinci meliputi persiapan lahan, pemilihan benih, cara tanam, pemupukan, pemeliharaan, panen, hingga pasca panen
Dokumen tersebut membahas teknik persilangan buatan pada tanaman. Ada beberapa jenis persilangan yang dibedakan berdasarkan kerabatannya, seperti intravarietas, intervarietas, interspesifik, dan intergenerik. Faktor penting dalam persilangan antara lain pemilihan tetua, pengetahuan tentang organ reproduksi tanaman, dan waktu tanaman berbunga. Teknik dasar persilangan mencakup persiapan, kastrasi, emaskulasi, isolasi, pengump
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya ubi jalar, mulai dari persyaratan bibit, penyiapan bibit dan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Dokumen ini memberikan informasi mengenai proses budidaya ubi jalar secara mendetail dan sistematis.
Laporan praktikum ini membahas tentang penentuan kadar air benih dengan metode dasar menggunakan oven. Metode ini dijelaskan secara detail mulai dari persiapan alat dan bahan, prosedur pengujian, hingga perhitungan rumus untuk menentukan kadar air benih. Hasil pengujian kadar air beberapa komoditas benih juga diuraikan beserta pembahasannya.
Dokumen tersebut membahas tentang pemupukan lahan sawah, termasuk penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemupukan, masalah penurunan kesuburan tanah, dan cara pemberian pupuk yang tepat untuk lahan sawah.
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
Dokumen tersebut merangkum hasil praktikum pembuatan media MS, isolasi, dan inokulasi embrio kacang tanah. Dokumen menjelaskan bahwa praktikum pembuatan media MS menghasilkan 80 botol media, sedangkan praktikum inokulasi embrio kacang tanah menghasilkan embrio yang tumbuh dan berkembang. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan seperti sanitasi peralatan dan sterilisasi eks
it's only for student from college who studies management of agribussiness !
i hope it will be usefull \(^u^)/
follow me http://twitter.com/aindapryl
add me https://www.facebook.com/andari.latief
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Dokumen tersebut membahas mengenai jenis-jenis gulma yang umum pada tanaman hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran seperti apel, salak, mangga, kubis, dan wortel beserta teknik pengendaliannya. Gulma-gulma tersebut dapat bersaing dengan tanaman utama dalam pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh.
2. manajemen perbenihan dan produksi benihbadunkartvomit
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perbenihan dan produksi benih, meliputi sistem perbenihan, tujuan dan sasaran program perbenihan, aspek-aspek khusus pengelolaannya, serta masalah-masalah teknis dan operasional yang dihadapi."
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi budidaya jagung, mulai dari syarat tumbuh, teknologi budidaya (varietas unggul, benih bermutu, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan), hingga panen dan pasca panen. Teknologi yang tepat mulai dari pemilihan varietas, penggunaan benih bermutu, dan praktik budidaya yang baik diperl
pupuk cair organik adalah salah satu upaya terobosan untuk mengubah sampah dari bencana menjadi berkah. Ini presentasi untuk pelatihan pembuatan pupuk cair dosen dosen UMN untuk warga desa binaan
Kelompok 2 terdiri dari 8 orang yang membahas pengertian lahan kering, jenis-jenisnya, manfaat, kondisi saat ini, dan pengelolaannya. Lahan kering adalah lahan pertanian yang bergantung pada air hujan dan memiliki beragam kondisi, sering berlereng dan mudah erosi. Jenisnya adalah ladang, tegalan, kebun, pekarangan, tambak. Manfaatnya untuk tanaman dan peternakan. Kondisinya saat ini subur
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman jagung manis, mulai dari klasifikasi, syarat tumbuh, cara penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Tanaman jagung merupakan tanaman pokok kedua setelah padi di Indonesia dan memiliki peranan penting dalam industri agribisnis.
Laporan ini menjelaskan 7 jenis penyakit tanaman yang diamati pada berbagai tanaman seperti kakao, cabai, pisang, tomat dan singkong. Jenis penyakitnya meliputi busuk buah, mosaik, antraknosa, bercak daun, nematoda bengkak akar, dan bercak coklat. Gejala dan penyebab masing-masing penyakit dijelaskan beserta gambar atau foto ilustrasi.
Dokumen tersebut memberikan rekomendasi teknologi budidaya padi di berbagai lahan seperti rawa lebak, lahan pasang surut, irigasi, dan tadah hujan. Rekomendasi tersebut meliputi varietas yang disarankan, perlakuan benih, pengolahan tanah, cara tanam, dosis pupuk, pengendalian gulma dan hama penyakit, serta panen.
Laporan praktikum ini membahas tentang penentuan kadar air benih dengan metode dasar menggunakan oven. Metode ini dijelaskan secara detail mulai dari persiapan alat dan bahan, prosedur pengujian, hingga perhitungan rumus untuk menentukan kadar air benih. Hasil pengujian kadar air beberapa komoditas benih juga diuraikan beserta pembahasannya.
Dokumen tersebut membahas tentang pemupukan lahan sawah, termasuk penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemupukan, masalah penurunan kesuburan tanah, dan cara pemberian pupuk yang tepat untuk lahan sawah.
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
Dokumen tersebut merangkum hasil praktikum pembuatan media MS, isolasi, dan inokulasi embrio kacang tanah. Dokumen menjelaskan bahwa praktikum pembuatan media MS menghasilkan 80 botol media, sedangkan praktikum inokulasi embrio kacang tanah menghasilkan embrio yang tumbuh dan berkembang. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan seperti sanitasi peralatan dan sterilisasi eks
it's only for student from college who studies management of agribussiness !
i hope it will be usefull \(^u^)/
follow me http://twitter.com/aindapryl
add me https://www.facebook.com/andari.latief
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Dokumen tersebut membahas mengenai jenis-jenis gulma yang umum pada tanaman hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran seperti apel, salak, mangga, kubis, dan wortel beserta teknik pengendaliannya. Gulma-gulma tersebut dapat bersaing dengan tanaman utama dalam pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh.
2. manajemen perbenihan dan produksi benihbadunkartvomit
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perbenihan dan produksi benih, meliputi sistem perbenihan, tujuan dan sasaran program perbenihan, aspek-aspek khusus pengelolaannya, serta masalah-masalah teknis dan operasional yang dihadapi."
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi budidaya jagung, mulai dari syarat tumbuh, teknologi budidaya (varietas unggul, benih bermutu, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan), hingga panen dan pasca panen. Teknologi yang tepat mulai dari pemilihan varietas, penggunaan benih bermutu, dan praktik budidaya yang baik diperl
pupuk cair organik adalah salah satu upaya terobosan untuk mengubah sampah dari bencana menjadi berkah. Ini presentasi untuk pelatihan pembuatan pupuk cair dosen dosen UMN untuk warga desa binaan
Kelompok 2 terdiri dari 8 orang yang membahas pengertian lahan kering, jenis-jenisnya, manfaat, kondisi saat ini, dan pengelolaannya. Lahan kering adalah lahan pertanian yang bergantung pada air hujan dan memiliki beragam kondisi, sering berlereng dan mudah erosi. Jenisnya adalah ladang, tegalan, kebun, pekarangan, tambak. Manfaatnya untuk tanaman dan peternakan. Kondisinya saat ini subur
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman jagung manis, mulai dari klasifikasi, syarat tumbuh, cara penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Tanaman jagung merupakan tanaman pokok kedua setelah padi di Indonesia dan memiliki peranan penting dalam industri agribisnis.
Laporan ini menjelaskan 7 jenis penyakit tanaman yang diamati pada berbagai tanaman seperti kakao, cabai, pisang, tomat dan singkong. Jenis penyakitnya meliputi busuk buah, mosaik, antraknosa, bercak daun, nematoda bengkak akar, dan bercak coklat. Gejala dan penyebab masing-masing penyakit dijelaskan beserta gambar atau foto ilustrasi.
Dokumen tersebut memberikan rekomendasi teknologi budidaya padi di berbagai lahan seperti rawa lebak, lahan pasang surut, irigasi, dan tadah hujan. Rekomendasi tersebut meliputi varietas yang disarankan, perlakuan benih, pengolahan tanah, cara tanam, dosis pupuk, pengendalian gulma dan hama penyakit, serta panen.
Rekomendasi teknologi budidaya jagung untuk lahan kering dan lahan pasang surut meliputi varietas hibrida dan lokal, pola tanam dua kali setahun, jarak tanam 75-80 cm, pemupukan NPK 150-300 kg/ha tergantung lokasi, pengendalian hama secara preventif, dan panen saat daun kering dan berwarna kuning.
Rekomendasi teknologi budidaya jagung untuk lahan kering dan lahan pasang surut meliputi varietas hibrida dan lokal, pola tanam dua kali setahun, jarak tanam 75-80 cm, pemupukan NPK 300-200-100 kg/ha, pengendalian hama secara preventif, dan panen ketika bulir kering dan berwarna kuning.
Metode SRI menguntungkan bagi petani karena mampu meningkatkan produksi padi hingga 10 ton per hektar dengan tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sehingga ramah lingkungan. Untuk mempopulerkan metode ini, dukungan kebijakan pemerintah diperlukan.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya ketela pohon, mulai dari varietas yang dapat dikonsumsi atau diolah industri, persiapan bibit, pola tanam, pemupukan, pemeliharaan, dan panen. Varietas yang dapat dikonsumsi langsung memiliki kadar HCN rendah, sedangkan untuk industri memiliki kadar tinggi yang akan hilang selama proses olah. Bibit diperoleh dari stek batang berumur 8-12 bulan.
Dokumen tersebut memberikan pedoman teknis budidaya kelapa sawit mulai dari persyaratan tanah dan iklim, pembibitan, teknik penanaman, pemeliharaan tanaman, panen, hingga pengendalian hama dan penyakit. Beberapa poin pentingnya adalah syarat tanah yang subur dan berdrainase baik, pola tanam 9x9x9 meter, pemupukan berkala menggunakan pupuk NPK dan borax, serta penyerbukan buatan untuk meningkatkan hasil
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penanaman sayuran daun seperti sawi, bayam dan kangkung. Ia menjelaskan langkah-langkah penyediaan tanah, penanaman benih, pembajaan, pengairan, kawalan rumpai dan penyakit, serta pemungutan hasil. Dokumen kedua memberi panduan mengenai penanaman bawang merah termasuk pengenalan, penyediaan tanah, jenis benih, hasil, dan analisis kos pengeluaran
Jagung berasal dari Amerika dan kini dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Dokumen ini membahas tentang jenis, syarat tumbuh, dan cara budidaya jagung mulai dari persiapan lahan, pemupukan, penanaman, panen, hingga manfaatnya.
Dokumen ini membahas tentang budidaya padi di lahan pasang surut, mulai dari sejarah padi pasang surut, pengolahan lahan, pemberian bahan organik, persemaian, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen, hingga penutup yang menegaskan pentingnya pengelolaan tanah dan air untuk keberhasilan budidaya padi di lahan pasang surut.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis sawi yang umum dibudidayakan di Indonesia seperti sawi putih, hijau, dan huma. Juga membahas tentang klasifikasi botani, syarat tumbuh, cara membudidayakan, hama dan penyakit, serta tahapan panen dan pasca panen sawi.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya cabai yang baik dan benar, mulai dari pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan. Teknik budidaya cabai yang disarankan adalah menggunakan pupuk organik, menjaga kebersihan lahan, melakukan monitoring secara berkala, serta panen sesuai tingkat kematangan buah.
Laporan ini memberikan ringkasan aset tetap dan tanah yang dimiliki Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sumatera Selatan per 31 Desember 2021, yang terdiri dari peralatan, mesin, kendaraan, dan tanah seluas 478.032 meter persegi dengan total nilai Rp. 144,129,590.
Laporan triwulan kedua tahun anggaran 2021 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menunjukkan capaian anggaran sebesar 20% dengan status pelaksanaan kegiatan yang masih dalam persiapan untuk beberapa komponen.
Dokumen ini memberikan ringkasan mengenai jumlah pegawai Balai Penelitian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan berdasarkan golongan ruang, kelompok umur, pendidikan akhir, dan masa kerja per September 2022. Terdapat 47 pegawai yang terbagi ke dalam 4 golongan ruang. Golongan III memiliki jumlah pegawai terbanyak yaitu 35 orang.
Dokumen tersebut merupakan rencana kegiatan bulanan BPTP Sumatera Selatan pada bulan Juni dan Juli yang mencakup kegiatan monitoring, evaluasi, bimbingan teknis, koordinasi, dan rapat terkait kegiatan penelitian, perbenihan, dan budidaya tanaman pangan di beberapa lokasi di Sumatera Selatan.
Dokumen tersebut berisi daftar nomor dan tanggal surat yang diterima beberapa instansi pemerintah seperti kementerian, dinas, dan sekolah pada bulan Januari hingga Maret 2022. Surat-surat tersebut meliputi berbagai perihal seperti pelaksanaan program, konfirmasi, laporan, izin, dan undangan.
Daftar rencana peraturan dan keputusan BPTP Sumsel berisi 5 peraturan yang akan diterbitkan antara Maret hingga Juni 2020 untuk menindaklanjuti instruksi Kepala Badan Litbang tentang pencegahan Covid-19 di lingkungan BPTP Sumsel dan pelaksanaan tugas kedinasan selama masa pandemi.
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
Budidaya padi lebak
1. BUDIDAYA PADI RAWA LEBAK
Disampaikan pada Peningkatan Kapasitas Penyuluh Pertanian Daerah pada tanggal 3 April 2018
di UPTD Dinas Ketahanan Pangan dan TPH Kec. Teluk Gelam Kab.OKI
SUPARWOTO
2. LATAR BELAKANG
• Masalah yang sering dialami petani padi di lahan rawa lebak adalah
kekeringan, kebanjiran, kesuburan tanah yang rendah, kemasaman
tanah, keracunan, gangguan organisma pengganggu tanaman (OPT)
dan kekurangan hara.
• Lahan rawa lebak dapat dibagi dalam 3 tipologi yaitu : 1) Lebak
pematang, lebak tengahan dan lebak dalam
• Diupayakan dengan varietas yang toleran tanah masam dan keracunan,
toleran kekeringan, toleran rendaman dan pemupukan.
3. Benih/varietas :
• Kebutuhan benih per hektar berkisar antara 40 kg.
• Varietas yang toleran kekeringan yang sudah beradaptasi di rawa
lebak yaitu Situbagendit, Batutegi, Limboto
• Varietas Inpara 3, Inpara 4 dan Inpara 5 toleran rendaman pada
fase vegetative selama 14 hari
• Inpara 1 dan Inpara 2 toleran terhadap keracunan Al dan Fe.
• Varietas Inpari yang sudah beradaptasi di rawa lebak yaitu Inpari 6,
Inpari 22, Inpari 30, Inpari 13, Inpari 9, Inpari 33.
BUDIDAYA
4. PERSEMAIAN
• Benih diseleksi dengan merendam
dalam larutan garam dapur ( 30 gr/ liter
air) atau larutan pupuk ZA (20-30 gr/
liter air). Volume larutan 2 kali volume
benih, perendaman dilakukan selama
24 jam dimana benih yang tenggelam
dipakai, sedangkan benih yang
terapung dibuang. Setelah itu benih
tersebut dicuci dan ditiriskan lalu
diperam selama 48 jam sampai benih
berkecambah
• Persemaian dibagi tiga yaitu: (i)
persemaian terapung (ii) persemaian
kering dan (iii) persemain dapog
5. Semai Terapung
• Benih padi yang telah direndam
disebarkan di atas anyaman
rumput purun yang telah diberi
tanah dan bahan organik (1:1)
dengan ketebalan 2 cm lalu
ditutup abu sekam atau tanah
halus kemudian daun pisang
atau jerami. Setelah 3 hari
penutup dibuka, pada umur 10
hari sebaiknya diberi larutan
NPK (2 gr/liter air). Bibit
selanjutnya disemai ke 2 atau
langsung ditanam.
6. Semai kering
• Persemaian kering dibuat di lahan kering
dengan memberikan tanah dan bahan
organik (1:1) yang telah disaring dgn kawat
ukuran lubang 0,5 cm di atas plastik yang
berukuran lebar 50 cm dan panjang sesuai
kebutuhan setebal 2 cm. Media ditabur 5 gr
furadan per 1 m².
• Sebelum benih disebarkan tanah tersebut
disiram terlebih dahulu, lalu benih
disebarkan, tutup dengan tanah halus atau
abu sekam lalu daun pisang atau jerami.
Setelah 3 hari penutup dibuka, pada umur
10 hari sebaiknya diberi larutan NPK (2
gr/liter air). Bibit dipindahkan dengan cara
digulung untuk disemai ke 2 atau langsung
ditanam.
• Atau tanah persemaian digemburkan lalu
ditambah bahan organik, kemudian benih
disebar., selanjutnya seperti perlakuan
sebelumnya.
7. Semai Dapog
• Semai dapog dibuat bila tanam
menggunakan mesin tanam (Rice
Transplanter) caranya yaitu :
• Media yang digunakan campuran tanah
dengan pupuk kandang. Sebelum dicampur,
tanah, pupuk kandang (1:1) dan NPK 2-3
gr/tray sebaiknya saring dengan kawat
ukuran 0,5 cm dan tebal media persemaian
2 cm. Benih padi yang diperlukan jika
menggunakan ukuran dapok 58 cm x 17
cm, sebanyak 60 – 70 gram/dapok. Jika
ukuran dapok 58 cm x 27 cm benih yang
diperlukan 90-100 gram/dapok.
• Umur bibit yang dapat ditanam berkisar 15
–20 hari setelah semai dan tinggi bibit yang
disarankan mencapai 15 –20 cm,
8. PENANAMAN DI MK
• Lahan diolah dan tanpa olah tanah
• Penanaman : 1) Tanam benih langsung (sebar dan tugal), 2) Tanam
pindah, 3) Alat tanam benih langsung (Atabela).
• Sistem tanam : 1) Tegel (25x25 cm), 2) Legowo (2:1 dan 4:1)
• Pemupukan : Pupuk organik dan pupuk an organik
9. PEMUPUKAN
Pupuk melalui tanah :
• Pupuk yang digunakan 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha.
Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 1 minggu setelah tanam (MST)
dengan takaran 75 kg urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha dan pada umur
4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 75 kg urea/ha, diberikan
secara disebar.
Pupuk melalui daun/pupuk daun :
• Pupuk dicairkan lalu disemprotkan ke daun biasanya digunakan sebagai
pupuk tambahan takaran 2-3 ml/liter air atau sesuai dosis yang tertera pada
label.
• Pupuk daun : sprint, gandasil, dll
10. PENGERTIAN JAJAR LEGOWO
• Bahasa Jawa: “LEGO” berarti Luas dan “DOWO” berarti
Memanjang.
• Sistem Tanam Legowo adalah pola bertanam yang berselang seling
antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong.
• Legowo 2:1 ---- Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo.
• Legowo 4:! ...... Bila terdapat empat baris tanam per unit legowo.
11. PRINSIP TANAM JAJAR LEGOWO
• Sistem Legowo .....suatu rekayasa teknologi untuk
mendapatkan populasi tanaman > 160.000 rumpun per hektar.
• Menambah kelancaran surkulasi sinar matahari dan udara di
sekeliling tanaman pinggir shg tan dpt berfotosintesa lbh baik.
• Meningkatkan produksi dan kwalitas gabah lebih baik
• Disarankan menggunakan jarak tanam (25 x 25) cm antar
rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sbg
jarak antar barisan/lorong (25x12,5x50) cm.
• Hindari jarak tanam sangat rapat (20x20) cm, karena akan
menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit.
12. Tandur jajar Legowo 2:1
• Menghasilkan jumlah
populasi atau rumpun per
ha sebanyak 213.300
rumpun (meningkat
33,31%) dibanding tanam
Tegel (25x25) cm hanya
160.000 rumpun/ha.
• Pada pola legowo 2:1,
seluruh baris tanaman
akan mendapat tanaman
sisipan.
13. KEUNTUNGAN JAJAR LEGOWO
• Karena ada ruang terbuka pada barisan tanaman, shg
akan meningkatkan aktivitas fotosintesa akan
berdampak peningkatan produktivitas tanaman.
• Mudah dalam hal: pemupukan, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan),
mudah dalam pengendalian hama tikus.
• Peningkatan produktivitas akibat penambahan
populasi pada baris pinggiran tanaman.
• Meningkatkan produktivitas padi 10-15%.
14. KENAPA SISTEM LEGOWO ??
20 cm 40 cm
Efek tanaman pinggir
Turbulensi udara
Peningkatan CO2
Peningkatan fotosintesa
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Matahari
Khlorofil
Prinsip:
Meningkatkan populasi
dengan sisipan
25cm 50cm
12,5cm
25cm
SISIPAN
16. PENYULAMAN/PENYIANGAN
• Penyulaman dilakukan seminggu
setelah tanam kepada tanaman yang
mati atau tidak tumbuh.
• Penyiangan : 1) Manual dan 2)
herbisida
• Penyiangan pertama dan kedua
dilakukan masing-masing pada 30 hari
dan 60 hari setelah tanam. Bila perlu
dilakukan penyiangan ketiga,
tergantung keadaan di lapangan.
17. CARA PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS
• Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
• Hindarkan penggunaan pupuk Nitrogen (Urea) di atas dosis anjuran.
• Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang
sama.
• Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif pathogen khususnya
kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
• Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
• Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk
menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
• Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk
mencegah penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
• Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
• Pemakaian jerami sebagai kompos.
18. PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan setelah gabah telah
menguning sekitar 80%, bisa menggunakan
sabit, atau combine harvester. Bila
menggunakan sabit bergerigi, gabah segera
dirontok bisa menggunakan pedal threser,
system gebok atau diirik. Panen dengan
combine harvester, gabah dirontok langsung
masuk karung sehingga panen lebih cepat.
Gabah langsung dijemur dengan sinar
matahari atau alat pengering (Box dryer)
sampai kadar air 14 %, kemudian dikemas
dalam karung.
19. CARA UBINAN JAJAR LEGOWO
• Pilih tanaman yang seragam dan dapat mewakili
penampilan hamparan, baik dari pertumbuhan,
kepadatan tanaman, maupun kondisi terakhir yang ada
dilapangan.
• Tentukan luas ubinan, minimal dua set jajar legowo
yang berdekatan.
• Luas ubinan paling sedikit di buat 10 m2 dengan
mengambil ukuran setengah jarak tanam.
• Jarak tanam dengan pola legowo berbeda dengan
sistem tegel. Oleh karena itu ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan.
20. Alternatif penentuan luas ubinan dengan pola tanam legowo
2:1 (25x12,5x50)
Luas ubinan
= 1,5 x 8 m
= 12 m2
= 256 rumpun
Luas ubinan
= 2,25 x 5m
= 11,25 m2
= 240 rumpun
Luas ubinan
= 3 x 4m
= 12 m2
= 256 rumpun
21. Alternatif penentuan luas ubinan dengan pola tanam legowo 4:1
(25:12,5:50), tipe 2
Luas ubinan
= 2,5 x ~5 m
= ~12,5 m2
= ~240 rumpun
Luas ubinan
= 3,75 x ~5 m
= ~18,75 m2
= ~216 rumpun
22. Cara menghitung takaran pupuk
(45 kg N, 36 kg P2O5 dan 30 kg K2O per ha)
(100 kg urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha)
Apabila semuanya digunakan pupuk tunggal, maka jumlah pupuk yang
dibutuhkan sebagai berikut:
N = 45/45 x 100 = 100 kg Urea (urea mengandung 45% N)
P2O5 = 36/36 x100 = 100 kg SP-36 (SP-36 mengandung 36% P2O5)
K2O = 30/60 x 100 = 50 kg/ha KCl (KCl mengandung 60% K2O )
23. Cara menghitung takaran pupuk
(45 kg N, 36 kg P2O5 dan 30 kg K2O per ha)
(100 kg urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha)
Apabila digunakan pupuk tunggal dan majemuk, maka jumlah
pupuk tunggal dan majemuk yang dibutuhkan sebagai berikut:
Contoh Phonska (15, 15, 15) yang berarti pupuk tersebut
mengandung 15% N, 15% P2O5 , dan 15% K2O. Berapa kg
Phonska yang diperlukan, maka gunakan standar dari
kebutuhan pupuk tunggal yang paling rendah, yaitu 30 kg
K2O/ha.
24. Cara menghitung takaran pupuk
(135 kg N, 36 kg P2O5 dan 30 kg K2O per ha)
(100 kg urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha)
(133 kg urea, 116 kg SP-36 dan 200 kg Phonska)
Pupuk Phonska yg diperlukan = 30/15 x 100 = 200 kg/ha.
Dalam 200 kg pupuk Phonska mengandung 30 kg N, 30 kg P2O5,
dan 30 kg K2O. Oleh sebab itu kebutuhan hara K sebesar 30
kg/ha sudah terpenuhi, namun keperluan hara N dan P belum
tercukupi.
Kekurangan hara N adalah 45 kg N – 30 kg N = 15 kg N
atau sama dengan 15 /45 x 100 = 33,3 kg urea.
Kekurangan hara P adalah 36 kg P2O5 - 30 kg P2O5 = 6 kg P2O5
atau sama dengan 6 /36 x 100 = 16,6 kg SP-36.
25.
26.
27. VUB
Rawa
Umur : 128 hari
Tinggi Tanaman : 103 cm
Bentuk Gabah : Sedang
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil (t/ha): 5,4 (lebak), 4,8 (PS)
Potensi Hasil : 6,0 t/ha
Agak tahan WBC biotipe 2
Tahan HDB dan blas
Toleran keracunan Al dan Fe
Inpara 2 (2009)
Umur : 131 hari
Tinggi Tanaman : 111 cm
Bentuk Gabah : Sedang
Tektur Nasi : Pera
Rata-rata Hasil : 5,6 t/ha (lebak), 4,4 t/ha (pasang surut)
Potensi Hasil : 6,4 t/ha
Agak tahan WBC biotipe 1 dan 2
Tahan HDB dan blas
Toleran keracunan Al dan Fe
Inpara 1 (2009)
28. Umur : 135 hari
Tinggi Tanaman : 94 cm
Bentuk Gabah : Sedang
Tektur Nasi : Pera
Rata-rata Hasil : 4,7 t/ha
Potensi Hasil : 7,6 t/ha
Rentan WBC biotipe 3
Rentan HDB strain IV dan VIII
Toleran terendam 14 hari pada fase vegetatif
Inpara 4 (2009)
Umur : 115 hari
Tinggi Tanaman : 92 cm
Bentuk Gabah : Sedang
Tektur Nasi : Sedang (25,2%)
Rata-rata Hasil : 4,5 t/ha
Potensi Hasil : 7,2 t/ha
Agak rentan WBC biotipe 3
Rentan HDB strain IV dan VIII
Toleran terendam 14 hari pada fase vegatatif
Inpara 5 (2009)
Inpara 3 (2009)
Umur : 127 hari
Tinggi Tanaman : 108 cm
Bentuk Gabah : Sedang
Tektur Nasi : Pera
Rata-rata Hasil : 4,6 t/ha
Potensi Hasil : 5,6 t/ha
Agak tahan WBC biotipe 3
Tahan terhadap blas ras 101, 123, 141, 373
Agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase
vegetatif
Baik ditanam di rawa lebak, rawa pasang surut
potensial dan sawah irigasi
yang rawan banjir
29. Umur panen : 127 hari
Potensi hasil: 5,6 ton/ha
Umur panen : 131 hari
Potensi hasil: 6,47 ton/ha
Umur panen : 128 hari
Potensi hasil: 6,1 ton/ha
INPARA 3
INPARA 1 INPARA 2
INPARI 4INPARA 3
30. Umur panen : 115 hari
Rata hasil: 6,04t/ha
Umur panen : 112 hari
Rata hasil: 4,08 t/ha
Umur panen : 99 hari
Rata hasil: 6,6 t/ha
Umur panen : 108 hari
Rata hasil: 7,3 t/ha
INPARA 3 INPARI 13
INPARI 10
INPARI 1INPARI 4
Umur panen : 99 hari
Rata hasil: 6,2 t/ha
INPARI 12
31. INPARI 30
Asal seleksi : Ciherang/IR 64 Sub 1
Tinggi Tanaman : 101 cm
Umur tanaman : 111 hari
Bentuk Gabah : panjang ramping
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil : 7,2t/ha gkg
Potensi Hasil : 9,6 t/ha gkg
Agak rentan WBC biotipe 1 , 2 , dan rentan
Biotipe 3
Agak rentan HDB patotipe III,
Anjuran tanam sawah irigasi dataran rendah
sampai ketinggian 900 m dpl
Toleran rendaman selama 15 hari
32. INPARI 33
Asal seleksi : BP360E-MR-79-PN-2/IR71218-38-4-
3/BP360E-MR-79-PN-2
Tinggi Tanaman : 93 cm
Umur tanaman : 107 HSS
Bentuk Gabah : panjang ramping
Tektur Nasi : Sedang
Rata-rata Hasil : 6,6 t/ha gkg
Potensi Hasil : 9,8 t/ha gkg
Tahan HDB, Agak rentan blas , dan rentan
Tungro
Anjuran tanam sawah dataran rendah
sampai ketinggian 600 m dpl
33. INPARA 4
Asal seleksi : Introduksi dari IRRI
Tinggi Tanaman : 94 cm
Umur tanaman : 135 hari
Kerebahan : Tahan
Tektur Nasi : Pera
Rata-rata Hasil : 4,7 t/ha gkg
Potensi Hasil : 7,6 t/ha gkg
Agak tahan WBC biotipe 3
Tahan HDB patotipe IV dan VII
Anjuran tanam : Baik ditanam di rawa lebak
dangkal dan rawan banjir
34. PENAMPILAN HASIL KAJIAN VUB
INPARI 15
Asal seleksi : TB168E-TB-4-0-1/Widas/IR64
Tinggi Tanaman : 105 cm
Umur tanaman : 117 hari
Bentuk Gabah : Ramping
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil : 6,1 t/ha gkg
Potensi Hasil : 7,5 t/ha gkg
Agak tahan WBC biotipe 1 & agak rentan
Biotipe 2 , dan rentan biotipe 3
Agak tahan HDB strain III, IV tahan blas
Rentan virus tungro
Anjuran tanam sawah tadah hujan
35. INPARI 20
Asal seleksi : S2823E-KN-33/IR 64
Tinggi Tanaman : 102 cm
Umur tanaman : 104 hari
Bentuk Gabah : Ramping
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil : 6,4 t/ha gkg
Potensi Hasil : 8,8 t/ha gkg
Agak tahan WBC biotipe 1 & agak rentan
Biotipe 2 , dan biotipe 3
Tahan HDB patotipe III, agak tahan blas
Rentan virus tungro
Anjuran tanam sawah dataran rendah
36. INPARI 22
Asal seleksi : IR 42/IRBB5/Ciherang/Towuti
Tinggi Tanaman : 103 cm
Umur tanaman : 118 hari
Bentuk Gabah : panjang
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil : 5,8 t/ha gkg
Potensi Hasil : 7,9 t/ha gkg
Agak tahan WBC biotipe 1 , 2 , dan 3
Tahan HDB patotipe III, tahan blas
Rentan virus tungro
Anjuran tanam sawah dataran rendah
37. INPARI 29
Tinggi Tanaman : 103 cm
Umur tanaman : 110 hari
Bentuk Gabah : panjang ramping
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil : 6,5 t/ha gkg
Potensi Hasil : 9,5 t/ha gkg
Agak rentan WBC biotipe 1 , dan rentan
Biotipe 2, 3
Agak rentan HDB patotipe III,
Rentan virus tungro
Anjuran tanam sawah irigasi datran rendah
Dan toleran rendaman 14 hari
38. INPARI 30
Asal seleksi : Ciherang/IR 64 Sub 1
Tinggi Tanaman : 101 cm
Umur tanaman : 111 hari
Bentuk Gabah : panjang ramping
Tektur Nasi : Pulen
Rata-rata Hasil : 7,2t/ha gkg
Potensi Hasil : 9,6 t/ha gkg
Agak rentan WBC biotipe 1 , 2 , dan rentan
Biotipe 3
Agak rentan HDB patotipe III,
Anjuran tanam sawah irigasi dataran rendah
sampai ketinggian 900 m dpl
Toleran rendaman selama 15 hari
39. INPARI 6
Asal seleksi : Dakava line 85/Membramo
Tinggi Tanaman : 100cm
Umur tanaman : 118 hari
Bentuk Gabah : sedang ramping
Tektur Nasi : Sangat Pulen
Rata-rata Hasil : 6,82t/ha gkg
Potensi Hasil : 8,6 t/ha gkg
Tahan WBC biotipe 2 , dan 3
Tahan HDB patotipe III, IV dan VII
Anjuran tanam sawah dataran rendah
sampai sedang 600 m dpl
40.
41. Jl. Kolonel H. Barlian No.83, KM.6 Palembang
Telp. (0711) 410155, Fax. (0711) 411845
E-mail: bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id
TERIMA KASIH