Budaya organisasi merupakan unsur penting dalam pendidikan. Makalah ini membahas tiga poin utama:
1. Mengdefinisikan budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh anggota organisasi.
2. Menjelaskan peran budaya organisasi dalam pendidikan dalam membentuk identitas lembaga.
3. Menyebutkan cara membangun dan membina budaya organisasi di lembaga pendidikan Islam dengan membangun dan memelihara nil
Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat memahami Islam secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan itu sendiri.
Resensi buku Perkembangan Peserta Didik
Penulis
Prof. Dr. Sudarwan Danim
Penerbit
ALFABETA, Bandung
Cetakan
Pertama, November 2010
Tebal
X + 182 halaman
ISBN
978-602-8800-43-3
Harga
Rp 25.000,-
Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat memahami Islam secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan itu sendiri.
Resensi buku Perkembangan Peserta Didik
Penulis
Prof. Dr. Sudarwan Danim
Penerbit
ALFABETA, Bandung
Cetakan
Pertama, November 2010
Tebal
X + 182 halaman
ISBN
978-602-8800-43-3
Harga
Rp 25.000,-
PENULISAN HADITS NABI PRAKODIFIKASI
(Masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ulumul Hadits
DOSEN:
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A
Oleh:
Liseu Taqillah
NIM: 182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDIN”
BANTEN
TAHUN 2019
BUDAYA ORGANISASI: PENGERTIAN PERANAN, SERTA MEMBANGUN DAN MEMBINA BUDAYA PENDIDIKAN
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Leadership dan Keorganisasian Pendidikan Islam.
DOSEN:
Dr. Prof. Dr. H. E. Syarifudin, M.Pd
Dr. H. Machdum Bachtiar
Disusun Oleh:
Liseu Taqillah : 182420106
1. BUDAYA ORGANISASI: PENGERTIAN PERANAN,
SERTA MEMBANGUN DAN MEMBINA BUDAYA
PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Leadership dan Keorganisasian Pendidikan Islam
DOSEN:
Dr. Prof. Dr. H. E. Syarifudin, M.Pd
Dr. H. Machdum Bachtiar
Oleh:
Liseu Taqillah
182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN) “SULTAN MAULANA
HASANUDIN” BANTEN
TAHUN 2019 M/1441 H
2. KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya maka Makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya,
sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Serang, Oktober 2019
Penulis
3. DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 3
Bab II Pembahasan
A. Budaya Organisasi 4
1. Pengertian Budaya 4
2. Pengertian Organisasi 5
3. Pengertian Budaya Organisasi 7
B. Peran Budaya Organisasil dalam pendidikan 9
C. Membangun dan Membina Budaya Organisasi 12
1. Membangun Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan
Islam 12
2. Membina Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan Islam
13
Bab III Penutup
Kesimpulan 16
Daftar Pustaka 17
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Para ahli pendidikan sepakat bahwa budaya adalah dasar terbentuknya
kepribadian manusia, dari budaya dapat terbentuk identitas seseorang,
identitas masyarakat bahkan identitas lembaga pendidikan. Di lembaga
pendidikan secara umum terlihat adanya budaya yang sangat melekat dalam
tatanan pelaksanaannya, serta memberikan inovasi pendidikan yang sangat
cepat, budaya tersebut berupa nilai-nilai religius, filsafat, etika dan estetika
yang terus dilakukan. Budaya organisasi dirasakan sebagai suatu yang harus
tumbuh dalam membentuk perilaku organisasi, perilaku individu didalamnya
dan membentuk citra organisasi pada masyarakat sebagai pemakai jasa atau
produknya. Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi
terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi
dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan
diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau
menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa
paling benar.
Budaya organisasi terutama dalam suatu lembaga rasanya memegang
peranan penting. Sebab akan menjadikan lembaga tersebut lentur, fleksibel
dan elastis, sebagaimana budaya yang tidak akan pernah mengalami
kemunduran dan akan menjadi sangat sempurna jika dipadu dengan agama
yang bersumber pada wahyu ilahi. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa
agama termasuk dalam lingkup budaya. Itupun jika umat beragama mampu
mengaplikasikan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan budayanya.
Sedangkan bila tidak, maka justru akan menjadi budaya umat yang
termarginalkan dalam persaingan di dunia pendidikan.
Pendidikan adalah sebuah proses humanisasi yang berusaha untuk
mengembangkan dan menginternalisasikan potensi dan nilai-nilai
5. kemanusiaan pada diri individu agar menjadi seorang yang dewasa yang
mampu secara internal mempersepsikan dirinya sendiri dan secara external
mampu merespon dan berkomunikasi dengan dunianya. Dalam kaitan ini
maka sebuah sistem pendidikan harus diorientasikan secara aktif
mengembangkan nilai-nilai potensi kemanusiaan dan secara antisipatif
memberi bekal pada individu agar ia dapat hidup di dunianya nanti.
Antara pendidikan dan budaya organisasi terdapat hubungan yang
sangat erat dalam arti keduanya dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai.
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, sedang manusia selalu menjadi
anggota masyarakat dan mendukung budaya tertentu. Konsep pendidikan
mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai budaya dan fungsi budaya
dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai.
Dengan adanya budaya di dunia pendidikan, maka timbullah berbagai
organisasi, budaya organisasi banyak menimbulkan hal-hal yang masuk
dalam dunia pendidikan berbagai interaksi-interaksi dari luar, yang menjadi
budaya baru dalam pendidikan, terutama dalam upaya mengembangkan
lembaga pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah yang muncul dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi?
2. Jelaskan peran budaya organisasi dalam pendidikan!
3. Bagaimana cara membangun dan membina budaya organisasi?
C. TUJUAN
Berdasarankan rumusan masalah di atas tujuan dari penyusunan
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi.
2. Untuk mengetahui peran budaya organisasi dalam pendidikan.
6. 3. Untuk mengetahui cara membangun dan membina budaya organisasi.
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat
memahami dan mengetahui:
1. Pengertian budaya organisasi.
2. Peran budaya organisasi dalam pendidikan.
3. Cara membangun dan membina budaya pendidikan.
7. BAB II
PEMBAHASAN
A. BUDAYA ORGANISASI
1. Pengertian Budaya
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya (culture), diartikan
sebagai: pikiran, adat, istiadat, sesatu yang sudah berkembang, sesuatu yang
menjadi kebiasaan yang sukar di ubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang
biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (tradition).
Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan kebiasaan
kelompok dalam masyarakat tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan
budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa.
Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara
berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat
anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang
menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan
bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan.
Beberapa pengertian budaya dalam perspektif para pakar, antara lain
sebagai berikut:
a. Menurut Edward B.Taylor:
Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.1
b. Menurut Gibson Ivancevich Donnely:
1 Tilaar, Pendidikan dan Kebudayaan dan Masyarakat Madani, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1999), h. 39.
8. Budaya mengandung pola, baik eksplisit maupun implisit dari dan untuk
perilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan dalam simbol menunjukkan
hasil kelompok manusia secara berbeda, termasuk benda-benda hasil
ciptaan manusia. Inti utama dari budaya terdiri dari ide tradisional dan
terutama pada nilai menyertai.2
c. Menurut Richard A. Shweden:
Budaya sebagai gagasan-gagasan yang bersifat khusus dari suatu
masyarakat berkenaan dengan hal-hal yang dianggap benar, baik, indah
dan efisien yang harus disosialisasikan dan dibiasakan secara turun
temurun.3
d. Menurut Nedler:
Budaya sebagai culture as habits and cusoms that people develop to cope
with change, yaitu kebiasaan dan budaya yang dikembangkan orang
untuk mengatasi perubahan. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa suatu
budaya dimanifestasikan terhadap perilaku yang dapat diamati. Suatu
kultur juga tidak berada dalam pemikiran seseorang melainkan berada
dalam tindakan nyata. Tetapi juga tidak berarti bahwa semua tingkah
laku orang yang dalam organisasi merupakan kultur.4
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi yang terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
2. Pengertian Organisasi
Istilah organisasi dalam bahasa Inggrisnya adalah Organization,
yang mempunyai arti kata hal yang mengatur dan kata kerjanya
2 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),
hal.82
3http://syamsudinserero.blogspot.com/2015/06/budaya-organisasi-di-lembagapendidikan.
html, diakses pada 9 Oktober 2019, pukul 10.53.
4 Ach. Mohyi, Teori Dan Perilaku Organisasi, (Malang: UMM Press, 1999), hal.195
9. adalah organizing, berasal dari bahasa latin organizare, yang mengatur atau
menyusun. Beberapa pengertian budaya dalam perspektif para pakar, antara
lain sebagai berikut:
a. Menurut Hicks & Gullen:
Organisasi adalah kegiatan membagi-bagi tugas, tanggung jawab dan
wewenang di antara sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.5
b. Menurut Pierce I dan Robinson:
Organisasi adalah proses membentuk hubungan-hubungan yang esensial
di antara orang-orang, tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas dengan cara
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber organisasi
kearah pencapaian suatu tujuan secara efektif dan efisien.6
c. Menurut James D. Mooney:
Organization is the form of every human association for the attainmen of
common purpose, (Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai suatu tujuan bersama).7
d. Menurut Marno dan Triyo Supriyatno:
Organisasi bukanlah sistem tertutup, tetapi harus berinteraksi dengan
lingkungan. Organisasi adalah suatu sistem terbuka, karena itu disamping
mencakup sistem produksi juga proses-proses lain yang bersifat hakiki
untuk mempertahankan eksistensinya.8
Para ahli berbeda pendapat dalam menjelaskan pengertian
organisasi. Pandangan klasik tentang organisasi dinyatakan oleh Max
Weber;
1. organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seseorang
individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi
tersebut,
5 Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,
(Bandung: Refika Aditama, 2009), p. 16.
6 Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, p. 16.
7 Ach. Mohyi, Teori Dan Perilaku Organisasi, p. 1.
8 Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, p. 20.
10. 2. organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu (boundaries), dengan
demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan
lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan
tertentu, dan
3. organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa
membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan
kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara
orang-orang yang bekerja sama di dalamnya, sehingga interaksi tersebut
tidak muncul begitu saja.9
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa organisasi adalah proses
penentuan, pengelompokan dan penyusunan macam-macam kegiatan
menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh
kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama.
3. Pengertian Budaya Organisasi
Beberapa pengertian budaya dalam perspektif para pakar, antara
lain sebagai berikut:
a. Menurut Schein:
Budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh
sekelompok orang setelah sebelumnya mereka mempelajari dan
meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi
eksternal dan integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut
perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar
untuk berpersepsi, berpikir dan mengungkapkan perasaannya dalam
kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi.10
b. Menurut Schemerhom, Hurn dan Osborn:
9 Miftah Toha, Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), p. 113.
10 Ahmad Sobirin, Budaya Organisasi (Pengertian, Makna dan Aplikasinya dalam
Kehidupan Organisasi), (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), p.128.
11. Budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran keyakinan dan nilai-
nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai pedoman
perilaku anggotanya”.
c. Menurut Tunstal:
Budaya organisasi adalah suatu konstelasi umum mengenai
kepercayaan, kebiasaan, nilai, norma perilaku, dan cara melakukan
bisnis yang unik bagi setiap organisasi yang mengatur pola aktivitas
dan tindakan organisasi, serta melukiskan pola implisit, perilaku, dan
emosi yang muncul yang menjadi karakteristik dalam organisasi.
d. Menurut Andrew Brown:
Budaya organisasi merupakan pola kepercayaan, nilai-nilai, dan cara
yang dipelajari menghadapi pengalaman yang telah dikembangkan
sepanjang sejarah organisasi yang memanifestasi dalam pengaturan
material dan perilaku anggota organisasi.
e. Menurut Wirawan:
Budaya organisasi adalah norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan,
filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya (isi budaya organisasi)
yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin,
dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada
anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam
memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan.11
Dari berbagai definisi yang diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa
budaya organisasi merupakan suatu kepercayaan, nilai, norma perilaku
yang diterima dan disosialisasikan secara berkesinambungan sebagai
pembentuk karakteristik organisasi dalam menghadapi tantangan/adaptasi
eksternal dan integrasi internal.
11 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), p. 10.
12. B. PERAN BUDAYA ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN
Kemajuan lembaga pendidikan pada dasarnya ditentukan oleh beberapa
faktor kunci (key factor), di antaranya adalah visi, kepemimpinan, dan
kontekstual. Ketiga faktor kunci ini juga dapat menjadi modal bagi
pengembangan cooperate culture (budaya organisasi) di lembaga pendidikan.
Dengan budaya organisasi yang baik, diharapkan kinerja lembaga pendidikan
juga semakin meningkat.
Adapun penerapan budaya organisasi melalui visi, kepemimpinan dan
kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Visi
Merupakan tujuan organisasi yang bersifat jangka panjang.
Keberadaan visi bagi sebuah lembaga pendidikan adalah suatu keharusan.
Akan dibawa ke mana dan seperti apa kinerja lembaga pendidikan, sangat
ditentukan oleh kejelasan visi yang ditetapkan. Visi dapat membentuk
karakter atau ciri khas sebuah lembaga pendidikan yang berimplikasi pada
pembentukkan karakter sumber daya lembaga pendidikan secara
keseluruhan.
Pengembangan budaya organisasi melalui visi dapat diawali dengan
perumusan visi lembaga yang jelas dan terarah berdasarkan hasil analisis
lingkungan, baik internal maupun eksternal. Lingkungan internal terkait
dengan kekuatan dan kelemahan, sedangkan lingkungan eksternal
berhubungan dengan peluang dan tantangan lembaga pendidikan. Rumusan
visi lembaga pendidikan juga harus memuat target, sasaran, dan harapan
(cita-cita) lembaga pendidikan pada masa yang akan datang.
Visi yang telah rumuskan kemudian harus disosialisasikan dan
diinternalisasikan kepada seluruh personel (sumber daya manusia) yang ada
di lingkungan lembaga pendidikan, sehingga seluruh potensi organisasi
dapat bekerja berdasarkan visi yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
visi menjadi cita-cita bersama bagi seluruh personel lembaga pendidikan
dan sekaligus membentuk budaya organisasi yang searah dengan visi
kelembagaan.
13. 2. Kepemimpinan (leadership)
Merupakan ilmu dan seni mempengaruhi, membina, dan mengarahkan
SDM organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kepemimpinan, terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi, yakni
pemimpin (leader), orang-orang yang dipimpin (anggota), serta mekanisme
organisasi yang menjadi peraturan kelembagaan.
Kepemimpinan menjadi pusat energi yang menentukan hidup-
matinya sebuah organisasi. Kepemimpinan yang kuat adalah
kepemimpinan yang diisi oleh leader yang visioner, anggota yang loyal dan
kompeten, serta mekanisme yang jelas dan mengikat. Seorang leader tidak
akan bisa bekerja sendiri dalam mencapai tujuan organisasi, begitupun
sebaliknya.
Adapun mekanisme organisasi adalah rambu-rambu yang mengikat
dan mengatur anggota organisasi agar tidak lepas kontrol. Mengikat bukan
berarti kaku, namun mampu menjadi standar bagi personel organisasi
dalam melaksanakan tugas secara professional dan bertanggung jawab.
Pengembangan budaya organisasi melalui faktor kepemimpinan
dapat dilakukan dengan memaksimalkan setiap unsur yang ada. Pemimpin
sebagai nakhoda organisasi harus mampu menerjemahkan konsep atau
nilai-nilai yang terkandung dalam visi lembaga pendidikan dan kemudian
menanamkan nilai-nilai tersebut kepada seluruh komponen organisasi.
Sebaik apapun visi yang telah dirumuskan, jika tidak didukung oleh
pemimpin yang kuat dan visioner, maka visi tersebut akan sulit dicapai.
Pemimpin yang kuat dan visioner adalah pemimpin yang mampu
menggerakkan roda organisasi berdasarkan visi yang telah dibangun
bersama.
Adapun mekanisme lembaga pendidikan yang memuat nilai-nilai
berdasarkan visi kelembagaan dapat menjadi karakter lembaga pendidikan.
Fungsi mekanisme organisasi adalah mengatur sistem kerja sekaligus
berfungsi sebagai rambu-rambu yang bersifat mengikat bagi seluruh
personel organisasi. Dalam pelaksanaannya, mekanisme organisasi harus
14. mengakomodasi spirit perubahan sehingga tumbuh kesadaran dari seluruh
komponen lembaga pendidikan.
Dengan tumbuhnya kesadaran pada seluruh personel lembaga
pendidikan untuk bekerja sesuai dengan visi dan karakter organisasi,
selanjutnya secara bertahap akan menjadi budaya bagi kinerja lembaga
pendidikan secara keseluruhan.
3. Kontekstual
Faktor kontekstual turut menjadi penentu dalam usaha menerapkan
budaya organisasi. Kontekstual berarti adanya kesesuaian dengan
kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan waktu, tempat, sumber daya,
fasilitas dan lain sebagainya.
Dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan, setiap tugas
keorganisasian harus dilakukan dengan memperhatikan faktor kontekstual.
Sistem kerja yang dilakukan pada satu tempat belum tentu bisa diterapkan
di tempat lain, sehingga perlu adanya penyesuaian. Sistem kerja yang
dianggap baik belum tentu cocok untuk dipraktekkan di lokasi yang
berbeda. Dengan demikian, faktor kontekstual sangat berpengaruh terhadap
proses pencapaian tujuan lembaga pendidikan.
Penerapan budaya organisasi melalui faktor kontekstual dapat diawali
dengan menanamkan semangat kerja yang tinggi, tidak pernah putus asa,
dan pantang menyerah. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi berbagai
tantangan yang akan dihadapi oleh personal lembaga pendidikan, di
manapun mereka berada. Setiap masa atau tempat sudah tentu memiliki
karakter masing-masing serta berbeda kondisi dan kebutuhannya.
Begitupun tantangannya, bisa jadi tantangan yang akan dihadapi di masa
dan tempat yang lain akan lebih berat dan sangat berpotensi melahirkan
orang-orang yang putus asa atau gagal di tengah jalan. Oleh karena itu,
diperlukan kesiapan fisik dan mental, melalui pengembangan budaya
organisasi yang kuat dari faktor kontekstual.12
12 https://hifzahamdanblog.wordpress.com/2017/05/28/membangun-budaya-organisasi-
pada-lembaga-pendidikan/, diakses pada 29 Oktober 2019, pukul 09.19.
15. Budaya organisasi yang dikembangkan pada lembaga pendidikan
berdasarkan tiga faktor kunci tersebut dalam implementasinya mesti
memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan kekuatan dan potensi
kelembagaan. Ketiga faktor kunci, mulai dari visi, kepemimpinan, dan
kontekstual sebagaimana telah diuraikan, diharapkan benar-benar mampu
mendorong pengembangan budaya organisasi pada lembaga pendidikan,
sehingga mampu menjadi kekuatan lembaga untuk terus bertahan dan meraih
kemajuan.
C. MEMBANGUN DAN MEMBINA BUDAYA ORGANISASI
1. Membangun Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan Islam
Budaya yang ada di dalam organisasi bisa kuat dan juga bisa lemah.
Budaya organisasi dikatakan kuat apabila nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan
bersama tersebut dipahami serta di anut dengan teguh dan komitmen yang
tinggi, sehingga rasa kebersamaan dapat tercipta. Sebaliknya budaya
organisasi yang lemah terletak pada kurangnya komitmen anggota/karyawan
terhadap nilai-nilai dan kepercayaan terhadap sikap-sikap bersama yang
biasa dilakukan atau disepakati.13 Dalam Budaya organisasi, di dalamnya
terdapat nilai-nilai spiritual yang harus dilestarikan agar suatu organisasi
tetap eksis. Dengan adanya internalisasi nilai-nilai di dalamnya maka
budaya organisasi itu tidak akan luntur. Hal ini tercermin pada lembaga
pendidikan Islam, bahwa ada nilai-nilai yang bersumber dari agama yang
dapat dikembangkan di lembaga pendidikan tersebut, antara lain yaitu:
a. Nilai dasar ajaran islam, yaitu tauhid
b. Nilai ibadah
c. Nilai kesatuan (integritas) antara dunia dan akhirat serta antara ilmu
agama dan ilmu umum
d. Nilai perjuangan (jihad)
e. Nilai tanggung jawab (amanah)
13 Syafarrudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), p.
94.
16. f. Nilai keikhlasan
g. Nilai kualitas
h. Nilai kedisiplinan
i. Nilai keteladanan
j. Nilai kekeluargaan
k. Nilai-nilai pesantren, yaitu kesederhanaan atau kesehajaan, tawadhu’
(rendah hati dan sabar).
Oleh karena itu, nilai-nilai spiritual merupakan hal yang sangat
penting ditanamkan dalam organisasi untuk membangun budaya organisasi
pada suatu lembaga, khususnya pada lembaga pendidikan Islam.
2. Membina Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan Islam
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara Penerapan budaya organisasi
sangat ditentukan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan. Pimpinan
atau kepala madrasah harus memiliki komitmen yang kuat untuk memegang
teguh dan menerapkan budaya organisasi.14 Penerapan kebijakan yang
sudah di tetapkan oleh kepala madrasah di lembaga pendidikan Islam
sebagai pembuat kebijakan selanjutnya akan ditanamkan, diajarkan dan di
sosialisasikan kepada warga madrasah untuk ikut dalam
mengimplementasikan kebijakan.
Upaya kepala sekolah dalam membina budaya organisasi di Lembaga
Pendidikan Islam seperti di madrasah, dapat bersifat struktural dan non
struktural. Adapun upaya yang bersifat struktural adalah segala upaya yang
sudah terdapat dalam indikator RKAS (Rancangan Kerja Anggaran
Sekolah). Sedangkan upaya kepala madrasah yang bersifat non struktural
adalah upaya yang tidak terdapat dalam RKAS (Rancangan Kerja Anggaran
14 Majdina Ghaisani Ifliya & Siti Nur Hidayah, Upaya Kepala Madrasah dalam Membina
Budaya Organisasi dan Kinerja Guru dalam Pembelajaran di MIN 5 Majalengka : Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Volume 3, No. 1 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2018), p. 36.
17. Sekolah), melainkan melalui pendekatan psikologi dan sosiologi. Upaya-
upaya tersebut diantaranya adalah:15
1. Upaya Struktural
Terdapat beberapa upaya kepala madrasah membina budaya
organisasi madrasahnya. Dengan menerapkan kegiatan religius yang
terbentuk dalam kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
Kepala madrasah juga melakukan pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan dan pendokumentasian seluruh program
madrasah. Kepala Madrasah sebagai administrator mengaplikasikan
fungsi-fungsi tersebut ke dalam pengelolaan madrasah. Perubahan-
perubahan tersebut juga termasuk ke dalam peran dan tanggung jawab
kepala madrasah sebagai inovator.
Upaya kepala madrasah yang bersifat struktural dalam membina
budaya organisasi juga terdapat pada kegiatan pengembangan diri untuk
siswa. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan untuk peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap
peserta didik dengan kondisi madrasah. Kegiatan pengembangan diri
dibimbing oleh guru dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
2. Upaya Non Struktural
Upaya kepala madrasah yang bersifat non struktural dalam
membina budaya organisasi dilakukan dengan cara pembinaan moral.
Pembinaan tersebut diantaranya adalah memberikan nasihat dan suri
tauladan kepada siswa dan guru serta menanamkan nilai-nilai keyakinan.
Seperti contoh: disiplin dan tepat waktu datang ke madrasah. Dengan
memberikan nasihat dan suri tauladan tersebut mengajarkan etika yang
baik kepada siswa, seperti: mengucapkan salam dan mencium tangan
saat bertemu kepala madrasah dan guru.
15 Majdina Ghaisani Ifliya & Siti Nur Hidayah, Upaya Kepala Madrasah dalam Membina
Budaya Organisasi dan Kinerja Guru dalam Pembelajaran di MIN 5 Majalengka : Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, p. 36-38.
18. Budaya organisasi madrasah dibangun oleh kepemimpinan kepala
madrasah yang menekankan dalam koordinasi, komunikasi, dan
pembinaannya. Kepemimpinan tersebut termasuk ke dalam peran dan
tanggung jawab kepala madrasah. Setiap pemimpin mempunyai tipe
kepemimpinan yang berbeda-beda.
19. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Budaya organisasi merupakan suatu kepercayaan, nilai, norma perilaku
yang diterima dan disosialisasikan secara berkesinambungan sebagai pembentuk
karakteristik organisasi dalam menghadapi tantangan/adaptasi eksternal dan
integrasi internal.
Penerapan budaya organisasi menjadi suatu yang sangat penting untuk
kemajuan lembaga pendidikan. Pada dasarnya kemajuan lembaga pendidikan
ditentukan oleh beberapa faktor kunci, di antaranya adalah visi, kepemimpinan,
dan kontekstual. Ketiga faktor kunci ini juga dapat menjadi modal bagi
pengembangan budaya organisasi di lembaga pendidikan. Dengan budaya
organisasi yang baik, diharapkan kinerja lembaga pendidikan juga semakin
meningkat, sehingga mampu menjadi kekuatan lembaga untuk terus bertahan dan
meraih kemajuan.
Nilai-nilai spiritual merupakan hal yang sangat penting ditanamkan dalam
organisasi untuk membangun budaya organisasi pada suatu lembaga, khususnya
pada lembaga pendidikan Islam. Penerapan budaya organisasi sangat ditentukan
oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dalam membina lembaga pendidikan
islam tersebut, sehingga budaya organisasi tersebut dapat di implementasikan
dengan baik.
20. DAFTAR PUSTAKA
Hamdan. Membangun Budaya Organisasi pada Lembaga Pendidiakn
https://hifzahamdanblog.wordpress.com/2017/05/28/membangun-budaya-
organisasi-pada-lembaga-pendidikan/, diakses pada 29 Oktober 2019, pukul
09.19.
Ifliya. M.G & Hidayah. S.N (2018). Upaya Kepala Madrasah dalam Membina
Budaya Organisasi dan Kinerja Guru dalam Pembelajaran di MIN 5
Majalengka: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 3, No. 1, ISSN:
2503-4383, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Marno & Supriyatno. T (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam. Bandung: Refika Aditama.
Mohyi. A (1999). Teori Dan Perilaku Organisasi. Malang: UMM Press.
Sobirin. A (2009). Budaya Organisasi (Pengertian, Makna dan Aplikasinya
dalam Kehidupan Organisasi). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Suharsaputra. U (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Syafarrudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo,
2002), p. 94.
Syamsudin. Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan. http://syamsudinserero.
blogspot.com/2015/06/budaya-organisasi-di-lembagapendidikan.html,
diakses pada 9 Oktober 2019, pukul 10.53.
Tilaar (1999). Pendidikan dan Kebudayaan dan Masyarakat Madani. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Toha. M (2011). Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2007).