SlideShare a Scribd company logo
Diseases of White Blood
Cells, Lymph Nodes, Spleen,
and Thymus
dr. Lely Amedia Ratri
Hematopoiesis
Hemato Blood Poiesis Formation
Proses pembentukan
sel-sel darah
Fase
Embryonal
Pluripotent HSC
Lymphoid Stem Cell Myeloid Stem Cell
Lymphoid
precursor
Granulocyte
Monocyte
precursor
Macrophage Red blood cell Platelets
Sel B Sel T Sel NK
Hemopoiesis
SEL DARAH PUTIH NORMAL
Eosinofil
Neutrofil Batang
Neutrofil Segmen
Limfosit
Basofil
Monosit
KELAINAN NON
NEOPLASTIK
PROLIFERASI
NEOPLASTIK
KELAINAN SEL DARAH PUTIH
KELAINAN NON
NEOPLASTIK
LEUKOPENIA
PROLIFERATIF REAKTIF
• Neutropenia atau Agranulositosis
• Leukositosis reaktif:
o Mononukleosis infeksiosa
• Limfadenitis:
o Limfadenitis Akut Non Spesifik
o Limfadenitis Kronik Non Spesifik
o Limfohistiositosis hemofagositik
o Penyakit Cat-Scratch
LEUKOPENIA
Rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur
Produksi ↓
• Supresi HSCs (anemia aplastik)
• Supresi prekursor granulosit oleh
obat
• Inefektif hematopoiesis (anemia
megaloblastik, mielodysplastic
syndrom)
• Kongenital (kostmann syndrome)
Kerusakan ↑
• Kerusakan sistem imun (SLE, reaksi
obat)
• splenomegali
• Penggunaan meningkat (Infeksi
bakteri, jamur, ricketsia berat)
KELAINAN NON NEOPLASTIK
Neutropenia / Agranulositosis
• Malaise
• Demam
• Mudah infeksi
• Lemah & lelah berlebihan
• Ulkus nekrosis pada gusi, dasar mulut,
mukosa rongga mulut, faring
GEJALA KLINIS
KELAINAN NON NEOPLASTIK
Mononukleosis Infeksiosa
• “Kissing Cousin” DIRECT ORAL CONTACT
Sel Epithel Orofaring
Jaringan Limfoid (tonsil dan
adenoid)
sel B matur
Sebagian kecil sel →
mengalami infeksi litik ->
terjadi replikasi dan pelepasan
virion
Sebagian besar sel → infeksi tidak produktif dan virus akan tetap
dalam bentuk laten (episoma ekstra kromosom)
Sel B yang terinfeksi EBV secara laten akan mengalami aktivasi
dan berproliferasi terutama pada pasien dengan T cell yang
terganggu
LIMFADENITIS REAKTIF
• Aktivasi sel imun di KGB karena rangsangan
infeksi dan inflamasi non mikroba
Limfadenitis Akut Non Spesifik
Limfadenitis Kronik Non Spesifik
Penyakit Cat-scratch
Limfohistiositosis hemofagositik
Nodul sembab, berwarna abu-abu kemerahan dan menonjol. Nyeri
tekan, fluktuasi bila abses
Histologis: sentrum germinativum besar mengandung banyak
mitosis. Makrofag kadang mengandung debris bakteri/sel
nekrotik
Penyebab piogenik infiltrasi sel-sel netrofil
Infeksi berat bagian dalam folikel dapat mengalami nekrosis🡪
abses
Limfadenitis akut non spesifik
Limfadenitis kronis non spesifik
Hiperplasia
Folikel
Hiperplasia
Korteks
Sinus
Histiositis
Follicular hyperplasia. A, Low-power view showing a reactive follicle and surrounding mantle zone. The dark-
staining mantle zone is more prominent adjacent to the germinal-center light zone in the left half of the follicle.
The right half of the follicle consists of the dark zone. B, High-power view of the dark zone shows several mitotic
figures and numerous macrophages containing phagocytosed apoptotic cells (tingible bodies).
Folikel reaktif mengandung : Sel B teraktivasi, sel T & makrofag yg mengandung debris dari inti sel
(tingible body macrophages), sel dendrit.
● Paparan proinflamatori/ infeksi virus -> Fagositosis sel darah beserta precursornya
● Demam akut, spleno/ hepatomegaly
● Hemofagositosis → terlihat pada pemeriksaan sumsum tulang.
● Anemia, trombositopenia, dan feritin plasma tinggi, peningkatan tes fungsi hati dan kadar
trigliserida
Limfohistiositosis hemofagositik (HLH)
Penyakit Cat-Scratch
• Penyebab: Bartonella henseale
• Terjadi 2 minggu stlh tercakar kucing/tertusuk duri/serpihan benda
• Limfadenopati ketiak dan leher, kadang tonjolan inflamasi, vesikel/krusta
pada tempat cidera
• Komplikasi : ensefalitis, osteomielitis, trombositopeni (jarang)
• Dasar diagnosis :
1. Riwayat luka karena kucing
2. Gambaran klinis khas
3. Uji serologi positif utk antibodi thd Bartonella
4. Perubahan KGB khas
Terbentuk granuloma dengan
nekrosis sentral + infiltrasi
neutrofil (granuloma
nekrotikans stealate bentuk
tidak teratur, dd:
lymphogranuloma venereum)
Mikroba berada diluar sel dan
dapat divisualisasi dg pulasan
perak
Irreguler Stelate Pattern
Morfologi
Proliferasi Neoplastik
Sel Darah putih
Neoplasma Limfoid
Neoplasma Mieloid
Neoplasma Histiositik
Neoplasma
limfoid
Leukemia
Sumsum
tulang
Darah tepi
Limfoma
KGB
Jaringan lain
Gambarannya kadang serupa dan tumpang tindih.
Jenisnya dibedakan dengan : morfologinya + aspek
molekular. Memastikan asal sel tumor, bukan
dimana ditemukannya.
Neoplasma Limfoid
Origin of lymphoid neoplasms.
Stages of B and T cell
differentiation from which
specific lymphoid and tumors
emerge are shown.
CLP : Common Lymphoid
Progenitor
BLB : pre-B lymphoblast
NBC : naive B cell
PC : plasma cell
MC : mantle zone B cell
GC : germinal center B cell
MZ : marginal zone B cell
DN : CD4−/CD8− (double-
negative) pro-T cell
DP : CD4+/CD8+ (double-
positive) pre-T cell;
PTC : peripheral T cell.
• Tumor agresif, berasal dari limfoblast  pre B atau pre T
• 85%  B-ALL: anak2
• T-ALL  dewasa (thymic lymphoma)
• Prekursor sel B di sumsum tulang  tumor di sumsum tulang dan darah
tepi sebagai leukemia
• Sel pre T di thymus  massa di thymus  limfoma thymus sering
berkembang cepat ke fase leukemia
Neoplasma prekursor Sel B dan sel T
LEUKEMIA LIMFOBLAST AKUT (ALL)/ LIMFOMA
Lelah  anemia
Demam  infeksi karena neutropenia
Perdarahan  akibat trombositopenia
Nyeri pada tulang  infiltrasi ke subperiosteum
Limfadenopati generalisata, splenomegali, hepatomegaly
Massa timus mediastinum 50% -70% T-ALLs
manifestasi SSP 🡪sakit kepala, muntah, kelumpuhan saraf akibat penyebaran ke meninges
Permulaan mendadak dan bertubi-tubi
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
Temuan Laboratorium
:
• sel Blast (darah tepi/
sumsum tulang)
• Sumsum tulang
hiperseluler
→limfoblas, yang
menggantikan
elemen sumsum
normal.
Gambaran Genetik :
• 90 % memiliki
kelainan kariotipe
yang tidak acak
• Tumor sel pre-B pada
anak2: hiperdiploidi +
translokasi kriptik,
melibatkan gen ETV6
dan RUNX1
• Tumor sel pre-B pada
dewasa: 25%
mengandung
translokasi (9;22)
melibatkan gen ABL
& BCR
Gambaran
Imunofenotipe :
• Untuk menentukan
subtipe tumor
limfoblastik dan untuk
membedakan dg AML
• Terminal
deoxymukleotidyl
Transferase (TdT)
• Penentuan subtipe
ALL: CD19 (sel B)
dan CD3 (Sel T)
Prognosis :
• Umur 2-10 th :
prognosis baik
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
The white blood cells seen
here are leukemic blasts
very immature leukocytes
with large nuclei that contain
multiple nucleoli. These
abnormal lymphocytes are
indicative of acute
lymphoblastic leukemia
(ALL).
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
ALL (Akut Limfoblastik Leukemia) AML (Akut Myeloid Leukemia)
25% sel sumsum tulang adl sel blast
Kromatin sel limfoblas kasar dan bergumpal Kromatin mieloblas lebih halus
1 atau 2 anak inti, kecil Anak inti prominent
Sitoplasma sedikit/tipis, tanpa granula Sitoplasma lebih lebar, bergranula
• Gambaran Klinis :
• Permulaan tidak bergejala klinis  cenderung berubah mjd agresif
• Rasa cepat lelah, berat badan berkurang, mual
• 50-60% limfadenopati generalisata, hepatosplenomegali,
hipogamaglobulinemia
• Rentan terhadap infeksi bakteri
• Dapat terjadi anemia hemolitik autoimun dan trombositopeni
LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (CLL) / LIMFOMA LIMFOSITIK KECIL (SLL)
MORFOLOGI LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (CLL)/LIMFOMA LIMFOSITIK KECIL
(SLL)
Small lymphocytic lymphoma/chronic lymphocytic leukemia—lymph node.
A. Lapang pandang pembesaran lemah, menunjukkan pola KGB tidak jelas dan difus.
B. Lapang pandang pembesaran kuat, sebagian besar sel tumor berupa limfosit kecil
dan bulat. Pada lapang pandang ini juga terlihat (tanda panah) prolimfosit, yaitu sel
yang lebih besar dengan anak inti ditengah.
(A, Courtesy of Dr. José Hernandez, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
Figure 3-18 Chronic lymphocytic leukemia, microscopic These mature-
appearing lymphocytes in the peripheral blood are markedly increased in
number. This form of leukocytosis is indicative of chronic lymphocytic
leukemia (CLL), a disease most often seen in older adults, with a maleto-
female ratio of 2:1. The cells often mark with CD19, CD20, CD23, and CD5 (a
T-cell marker). Monoclonal immunoglobulin is displayed on cell surfaces, but
there is unlikely to be a marked increase in circulating immunoglobulin. The
peripheral leukocytosis is highly variable. CLL responds poorly to treatment,
but it is indolent. In 15% to 30% of patients, there is transformation to a more
aggressive lymphoid proliferation.
• Patogenesis
• Berasal dari sel B di centrum germinativum
• Berkaitan dengan translokasi kromosom BCL2
• Ekspresi berlebihan protein BCL2 pada sel tumor 🡪 meningkatkan survival sel tumor
• > 85% tumor : translokasi (14;18)
• Gambaran Imunofenotipe :
• Marker sel B CD20, CD10 (+)
• BCL6(+) -> yang diperlukan untuk membentuk sel B sentrum germinativum
• Gambaran Klinis :
• Pada dewasa > 50th
• limfadenopati generalisata tanpa nyeri
• keterlibatan ekstra nodul jarang
• Tidak dapat disembuhkan
• 40% berkembang menjadi limfoma sel besar yg bersifat difus (survival 1 tahun)
LIMFOMA FOLIKULER
MORFOLOGI LIMFOMA FOLIKULER
Follicular lymphoma—lymph node.
A. Pada pembesaran lemah seluruh lapang pandang tampak kelompok sel tumor berupa nodul2.
B. Pada pembesaran kuat tampak sel limfoid kecil dengan kromatin padat tidak teratur atau inti melekuk-cleaved (sentrosit).
Keganasan pada sel mantel (menyerupai sel B naif) pada mantle zone
• Morfologi
• Melibatkan KGB, bersifat difus, berpola noduler
• Gambaran Imunofenotipe dan Genetik
• Hampir pada semua tumor terdapat translokasi (11;14)
• Gejala Klinis
• Mudah lelah, limfadenopati, kelainan sumsum tulang, limpa, hati,
seringkali traktus GI. Tumor agresif dan tidak bisa sembuh
LIMFOMA SEL MANTEL
Figure 13-20 Mantle cell lymphoma.
50% dari semua NHL dewasa, berkaitan dengan disregulasi BCL6
• Gambaran Imunofenotipe :
• Memaparkan antigen sel B : CD20
• Banyak juga yang mengekspresikan IgM dan/ IgG permukaan.
• Antigen lain (CD10, BCL2) ekspresinya bervariasi
• Gambaran Klinis :
• Ditemukan massa yg membesar cepat
• Lazim ditemukan pembesaran massa di luar KGB ekstra nodal
• Tumor dapat ditemukan pada semua organ tubuh (paling sering: otak dan GI)
• Subtipe:
1. EBV associated DLBCL -> AIDS, imunosupresi, orang tua.
2. Kaposi sarcoma herpesvirus -> primary effusion lymphoma (pleural cavity, pericardium, peritoneum
3. Mediastinal large B cell lymphoma -> Wanita muda, penyebaran sering ke viscera abdomen, CNS
LIMFOMA SEL B BESAR, DIFUS (DLBCL)
Figure 11–17 Diffuse large B cell lymphoma—lymph node. The tumor cells have large nuclei with open chromatin and prominent nucleoli. (Courtesy of Dr. Robert
W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
Morfologi
• Ukuran besar(3-4x
ukuran limfosit lain)
• Bentuk bervariasi
• Predominan inti bulat,
oval kromatin merata,
beberapa anak inti dan
sitoplasma sedang dan
pucat
• Dapat juga anaplastik,
ada giant cell
menyerupai RS (HL)
• Berhubungan dg translokasi yg melibatkan gen c-MYC pada kromosom 8
• Sebagian besar kasus endemik + 20% kasus sporadik  sel tumor terinfeksi EBV
secara laten  peran EBV terhadap tumor belum jelas
• Gambaran Imunofenotipe :
• Memaparkan IgM permukaan
• Petanda sel pan-B (CD19 dan CD20)
• Petanda sel B centrum germinativum (CD10 dan BCL6)
• Gambaran Klinis :
• Biasanya timbul di daerah diluar KGB
• Endemik  massa di maksilla dan mandibula
• Amerika utara : pada abdomen, colon, retroperitoneum, ovarium
LIMFOMA BURKITT
• Proliferasi sel B, sekresi immunoglobulin monoclonal atau fragmen ->
Tumor markers
• Penyebab 15% dari kematian akibat neoplasma limfoid, terutama
multiple myeloma
• Didapatkan immunoglobulin abnormal ( monoclonal gammopathy,
dysproteinemia, paraproteinemia),
TUMOR SEL PLASMA
TUMOR SEL PLASMA DAN GANGGUAN YANG TERKAIT
Tumor sel plasma dibagi menjadi 6 varian utama :
• Umumnya mengenai sumsum tulang, disertai litik pada seluruh sistem skelet,
hiperkalsemia, gagal ginjal dan abnormalitas imun yang didapat.
• Protein M yg dihasilkan : IgG(60%), IgA (20-25%), jarang IgM, IgD, IgE
• 15-20% membentuk rantai ringan🡪 urin “protein Bence Jones”
Multipel Mieloma
• Single mass, mengenai skelet/jaringan lunak
• Pada tulang = MM  MM stadium awal
• Plasmasitoma jaringan lunak (sering pd saluran nafas atas): jarang menyebar
dan sembuh dengan reseksi lokal
Plasmasitoma Soliter
• Mensekresi protein M
• Terdiri atas campuran sel B dari limfosit kecil sampai limfosit plasmasitik dan
sel plasma
• Biasanya mengenai KGB, sumsum tulang, limpa
• IgM ↑  viskositas darah ↑  Sindrom Makroglobulinemia Waldenstrom
• Infiltrasi sel tumor terutama ke sumsum tulang
Limfoma
Limfoplasmasitik
TUMOR SEL PLASMA DAN GANGGUAN YANG TERKAIT
Tumor sel plasma dibagi menjadi 6 varian utama :
Penyakit Rantai Berat
Amiloidosis Primer
MGUS (Monoclonal
Gammopathy of
Undetermined
Significance)
• Sekelompok proliferasi yang hanya memproduksi rantai berat, paling lazim IgA
• Terutama terdapat pada jaringan limfoid tempat IgA biasanya dibentuk (usus
halus, sal. Nafas)
• Proliferasi monoklonal sel plasma yg mensekresi rantai ringan bebas
• Endapan amiloid (tipe AL) terdiri atas rantai ringan yang mengalami degradasi
sebagian
• Monoclonal gammopathy yang tak bergejala
• Lesi awal yg cenderung mjd MM
• Biasanya kadar protein monoclonal dlm serum < 3 gr/dl dan tidak terdapat
bence jones
• Morfologi :
• Lesi skelet destruktif yg multifokal (kolumna vertebral, tulang iga, tengkorak, pelvis, femur, klavikula,
skapula)  fraktur patologis
• Nefrosis mieloma  gumpalan protein bence jones dll
• Lesi tulang berupa cacat cekungan (punched out defect)
• Gambaran Klinis :
• Nyeri tulang karena fraktur patologis
• Hiperkalsemia  kebingungan, penurunan kesadaran, letargi dan gangguan fungsi ginjal
• Anemia  sumsum tulang digantikan sel tumor
• Infeksi berulang  infeksi bakterial
• Insufisiensi ginjal
• Amiloidosis tipe AL
• Suspect MM  terdapat tanda khas cekungan batas tegas pada vertebral / calvaria
MULTIPEL MIELOMA
Multiple myeloma. A, Radiograph of the skull, lateral
view. The sharply punched-out bone defects are most
obvious in the calvaria. B, Bone marrow aspirate.
Normal marrow cells are largely replaced by plasma
cells, including atypical forms with multiple nuclei,
prominent nucleoli, and cytoplasmic droplets
containing immunoglobulin.
• Morfologi :
• Tidak terkait dengan lesi litik pada skelet.
• Terdapat infiltrat limfosit, bersama dengan hiperplasia mast cell, terdapat populasi sel
limfoid besar dengan kromatin vesikular dan nukleoli prominen.
• Russel bodies (+), Dutcher bodies (+)
• Gambaran Klinis :
Gangguan penglihatan, gangguan neurologik, perdarahan, krioglobulinemia.
Penyebaran ke: KGB, limpa, hati, saraf, meninges, otak
LIMFOMA LIMFOPLASMOSITIK
Lymphoplasmacytic lymphoma. Bone marrow biopsy shows a characteristic mixture of
small lymphoid cells exhibiting various degrees of plasma cell differentiation. In addition, a
mast cell with purplish red cytoplasmic granules is present at the left-hand side of the field.
LIMFOMA LIMFOPLASMOSITIK
• Ciri khas : sel Datia tumor  Reed-Sternberg
• Terjadi pada 1 kelenjar getah bening tunggal atau rantai kelenjar getah bening dan
berkembang bertahap ke kelenjar2 getah bening yang berhubungan secara
anatomik.
• Klasifikasi (5 subtipe Limfoma Hodgkin yang dikenal) :
1. Sklerosis Nodular
2. Sel campuran (Mixed cellularity)
3. Kaya limfosit (Lymphocyte rich)
4. Jarang limfosit (lymphocyte depletion)
5. Predominan limfosit (lymphocyte predominance)
LIMFOMA HODGKIN
Klasik
Hodgkin lymphoma—lymph node. A binucleate Reed-Sternberg cell with large, inclusion-like nucleoli and abundant
cytoplasm is surrounded by lymphocytes, macrophages, and an eosinophil. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of
Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
• Paling sering
• Varian sel RS :
• lakuna🡪 sel besar dg 1 inti
yg multilobus, anak inti kecil
banyak, sitoplasma pucat
• Ada pita-pita kolagen yg
membagi jaringan limfoid
yg terkena menjadi nodul-
nodul yg berbatas tegas
• Positif utk PAX5, CD15,
CD30, negatif B cell marker,
T cell marker, CD45
Sklerosis Nodular
Hodgkin lymphoma, nodular sclerosis type—lymph node. A low-power view shows well-defined bands of pink, acellular collagen that have
subdivided the tumor cells into nodules. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
• Paling sering pada
usia > 50 th
• Banyak RS klasik
diantara sel radang
spt limfosit kecil,
eosinofil, sel plasma
dan makrofag
• Positif utk PAX5,
CD15, CD30, negatif
B cell marker, T cell
marker, CD45
Sel Campuran (Mixed Cellularity)
LIMFOMA HODGKIN LIMFOMA NON-HODGKIN
Sering terbatas pada 1 kelompok KGB axial
(leher, mediastinum, para aorta)
Sering mengenai KGB perifer secara
multipel
Penyebaran 🡪 berurutan pada KGB yg
berdekatan
Penyebaran 🡪 tidak berurutan pada KGB yg
berdekatan
KGB mesenterium dan cincin Waldeyer
jarang terkena
KGB mesenterium dan cincin Waldeyer
sering terkena
Keterlibatan ekstranodal 🡪 tidak biasa Keterlibatan ekstranodal 🡪 biasa
Perbedaan Klinis antara Limfoma
Hodgkin dan Non-Hodgkin
STADIUM DISTRIBUSI PENYAKIT
I Mengenai 1 regio KGB (I) atau mengenai 1 organ ekstralimfatik atau jaringan (Ie)
II Mengenai 2 atau lebih regio KGB hanya pada 1 sisi dari diafragma (II) atau dengan
mengenai organ atau jaringan ekstra limfatik berdekatan atau jaringan yang
bersifat terbatas (IIe)
III Mengenai regio KGB hanya pada kedua sisi dari diafragma (III) yang mungkin
termasuk limpa (IIIs), organ atau jaringan ekstra limfatik berdekatan atau jaringan
yang bersifat terbatas (IIIe) atau kedua-duanya (IIIes)
IV Mengenai 1 atau lebih organ ekstra limfatik atau jaringan secara multipel atau
tersebar dengan atau tanpa mengenai organ limfatik
*Semua stadium selanjutnya dibagi menjadi tidak ada (A) atau ada (B) gejala-gejala dan tanda-tanda sistemik berikut
: demam yang bermakna, berkeringat malam, penurunan berat badan > 10% dari berat badan normal yang tidak
diharapkan.
Dari Carbone PT, et al: Symposium (Ann Arbor): Staging in Hodgkin disease. Cancer Res 31:1707,1971.
Penetapan Stadium Klinis Limfoma Hodgkin & Non Hodgkin
(Klasifikasi Ann Arbor)*
• Tidak umum, neoplasma sel B yang lambat berkembang
• Proyeksi sitoplasma yang halus, seperti rambut
• Express marker sel B (CD20), immunoglobulin permukaan
• CD11c, CD103 positif -> tidak positif pada sebagian besar tumor sel B lain
• Mutasi pada serine/ threonine kinase BRAF
• Infiltrasi ke sumsum tulang dan limpa -> splenomegaly, pansitopenia
• Berkembang lambat namun progresif, masalah utama: Pansitopenia dan
infeksi
• Respons pada kemoterapi -> purine nukleosid. Respons sangat baik pada
BRAF inhibitor
HAIRY CELL LEUKEMIA
• Neoplasma sel T CD4+ di kulit / cutaneous T cell lymphoma
• Fase awal: invasi pada kulit  patch/ plak  generalized erythroderma
• Gambaran cerebriform, disebabkan lipatan membran inti sel yang tampak jelas,
menginfiltrasi epidermis dan dermis atas
• Fase lanjut: penyebaran nodal dan organ visceral
• Sezary syndrome:
- Eritroderma eksfoliatif pada seluruh tubuh
- Sel tumor pada darah tepi
MYCOSIS FUNGOIDES / SEZARY SYNDROME
Neoplasma Mieloid
Leukemia Mieloid
Akut / Akut Mieloid
Leukemia (AML)
Sindrom
Mielodisplastik
Kelainan
Mieloproliferatif
Chronic
Mielogenous
Leukemia (CML)
Polisitemia Vera
Mielofibrosis
Primer
Trombositemia
essensial
NEOPLASMA MIELOID
• Kelainan monoclonal pada myeloblas
• Gejala klinis : Mudah lelah, pucat, perdarahan abnormal, infeksi 🡪 gejala awal
• Diagnosis dan klasifikasi AML morfologi, histokimia, imunofenotipe dan
kariotipe.
• Morfologi :
• Sel blas mieloid/promielosit menyusun > 20% komponen seluler dari
sumsum tulang
• Mieloblas (prekursor dari granulosit) : kromatin inti lembut, 3-5 anak inti,
granula sitoplasmik azurofilik & halus
• Ciri spesifik: auer rods (struktur spt batang terpulas merah)
• Sebagian besar AML terdapat mutasi pada gen yang menyandi faktor transkripsi
yang diperlukan untuk diferensiasi normal sel myeloid
Leukemia Mieloid Akut / Akut Mieloid Leukemia (AML)
Mieloblas (prekursor dari granulosit) : kromatin inti lembut, 3-5
anak inti, granula sitoplasmik azurofilik & halus
Figure 11–25 Acute
promyelocytic
leukemia—bone marrow
aspirate. The neoplastic
promyelocytes have
abnormally coarse and
numerous azurophilic
granules. Other
characteristic findings
include the presence of
several cells with bilobed
nuclei and a cell in the
center of the field that
contains multiple needle-
like Auer rods. (Courtesy
of Dr. Robert W.
McKenna, Department of
Pathology, University of
Texas Southwestern
Medical School, Dallas,
Texas.)
Auer rods : struktur spt batang terpulas merah
• Neoplasma pada hematopoietic stem cell sehingga tidak mampu
berdiferensiasi menjadi sel-sel darah yang matur
• Terdapat sel blast dalam jumlah tinggi, dapat menjadi AML bila >20%
• Sumsum tulang mungkin hiperseluler/ normoseluler tp dalam
sirkulasi darah sitopenia dari 1 atau lebih sel
• Sumsum tulang dipenuhi prekursor hemopoietik yg tampak abnormal
Sindrom Mielodisplastik / MDS
Myelodysplasia. Bentuk-bentuk karakteristik displasia A. Inti progenitor sel darah merah dengan nukleus multilobus atau multipel . B.
sideroblas bercincin, progenitor eritroid dengan mitokondria sarat besi yang terlihat sebagai butiran biru perinuklear (pewarnaan biru
Prusia). Sel C. Pseudo-Pelger-Hüet, neutrofil dengan hanya dua lobus nukleus, bukan tiga sampai empat normal, diamati di bagian atas dan
bawah bidang ini. D, Megakaryocytes dengan beberapa nukleus, menggantikan nukleus multilobasi tunggal normal. (A, B, D, aspirasi
sumsum; C, apusan darah tepi.)
• Hiperproliferasi progenitor mieloid neoplastik yang masih
mempunyai kemampuan diferensiasi terminal sehingga terjadi
peningkatan 1 atau lebih unsur yg dibentuk di darah tepi
• Berkaitan dengan mutasi yang bersifat aktivasi dari tirosin kinase
Kelainan Mieloproliferatif
Chronic
Mielogenous
Leukemia (CML)
Polisitemia Vera
Mielofibrosis
Primer
Trombositemia
essensial
• Patogenesis :
• Berkaitan dengan adanya gen fusi BCR-ABL
• Pada awal perkembangan penyakit ditandai hematopoisis berlebihan terbatas
pada galur-galur sel granulosit dan megakariosit
• Morfologi :
• Khas  GDT, leukosit >100.000 sel/uL (netrofil, metamielosit, mielosit)
• Sumsum tulang hiperseluler
• Gambaran Klinis :
• Rasa cepat lelah, berat badan berkurang
• splenomegali
Chronic Mielogenous Leukemia (CML)
Figure 11–26 Chronic myelogenous leukemia—peripheral blood smear. Tampak granulosit
dalam berbagai tingkat diferensiasi. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern
Medical School, Dallas, Texas.)
• Morfologi :
• Sediaan apus darah tepi : Sel darah merah bizar? tidak teratur ( poikilosit/
Teardrop cells)
• Leukoeritroblastosis
• Trombosit besar
• Sumsum tulang hiposeluler (fibrosis difus)
• Gambaran Klinis :
• Limpa sangat membesar (4000 gram)
• Anemia sedang sampai berat
• Trombositopenia
• Hiperurisemia, gejala gout
• Daya tahan hidup 4-5 tahun
Mielofibrosis primer
• Splenomegali disebabkan berbagai penyakit sistemik
• Dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan derajat splenomegali:
1. Mild splenomegaly (<500 gr)
Splenitis akut, kongesti, mononukleoosis infeksiosa, SLE, infeksi intraabdominal,
septikemia
2. Moderate splenomegaly (500-1000 gr)
Splenomegali kongestif kronik (obstruksi vena splenik/ hipertensi portal), leukemia
akut dengan hemolisis ekstravaskular, talasemia mayor, AIHA, amyloidosis,
Niemann-Pick disease, infeksi, TB, metastasis
3. Massive splenomegaly (>1000 gr)
Neoplasma myeloproliferative (CML, myelofibrosis primer), CLL, hairy cell leukemia,
limfoma, malaria, Gaucher disease
SPLENOMEGALI
• Limfoma, terutama yang berkaitan dengan T cell
• Hiperplasia thymus
• Thymoma
1. Benign/ encapsulated
2. Malignant
Tipe I: Jinak secara sitologi, tapi infiltratif dan agresif lokal
Tipe II (karsinoma thymus): Ganas secara sitologi
Gangguan Thymus
Soal!
1. Laki-laki 55 tahun, merasakan benjolan di bahunya sejak 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
perbesaran limfonodi supraclavicular dan pembesaran ring Waldeyer di jaringan limfoid orofaring, nyeri (-).
Hepatosplenomegali (-). Pemeriksaan darah lengkap normal kecuali anemia ringan. Biopsi limfonodi
menunjukkan populasi monomorf dari sel limfoid yang berukuran 2x normal limfosit, dengan nucleus besar
dan nucleoli yang prominen. Pewarnaan IHC dan flow cytometry menunjukkan CD19+, CD10+, CD3−,
CD15−, dan terminal deoxynucleotidyl transferase negatif (TdT−). Ditemukan mutasi pada gen BCL6. Apakah
diagnosa yang paling tepat?
A.Acute lymphoblastic lymphoma
B.Chronic lymphadenitis
C.Diffuse large B-cell lymphoma
D.Hodgkin lymphoma
E.Small lymphocytic lymphoma
1. Laki-laki 55 tahun, merasakan benjolan di bahunya sejak 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
perbesaran limfonodi supraclavicular dan pembesaran ring Waldeyer di jaringan limfoid orofaring, nyeri (-).
Hepatosplenomegali (-). Pemeriksaan darah lengkap normal kecuali anemia ringan. Biopsi limfonodi
menunjukkan populasi monomorf dari sel limfoid yang berukuran 2x normal limfosit, dengan nucleus besar
dan nucleoli yang prominen. Pewarnaan IHC dan flow cytometry menunjukkan CD19+, CD10+, CD3−,
CD15−, dan terminal deoxynucleotidyl transferase negatif (TdT−). Ditemukan mutasi pada gen BCL6. Apakah
diagnosa yang paling tepat?
A.Acute lymphoblastic lymphoma
B.Chronic lymphadenitis
C.Diffuse large B-cell lymphoma
D.Hodgkin lymphoma
E.Small lymphocytic lymphoma
2. Pria 15 tahun dengan benjolan di mandibula dan maxilla. Hasil FNAB didapatkan kelompok-
kelompok limfosit ukuran medium, merata dengan inti hiperkromatik. Hasil biopsi maxilla
menunjukkan tumor jaringan limfoid, tersusun diffus, cukup banyak mitosis, dengan gambaran
“starry sky”. Kemungkinan besar diagnosisnya adalah:
A. Mantel cell lymphoma
B. Nasal T/NK lymphoma
C.Hairy leukemia
D.Burkitt’s lymphoma
E. Sezary syndrom
2. Pria 15 tahun dengan benjolan di mandibula dan maxilla. Hasil FNAB didapatkan kelompok-
kelompok limfosit ukuran medium, merata dengan inti hiperkromatik. Hasil biopsi maxilla
menunjukkan tumor jaringan limfoid, tersusun diffus, cukup banyak mitosis, dengan gambaran
“starry sky”. Kemungkinan besar diagnosisnya adalah:
A. Mantel cell lymphoma
B. Nasal T/NK lymphoma
C.Hairy leukemia
D.Burkitt’s lymphoma
E. Sezary syndrom
3. Seorang laki-laki usia 23 tahun, awalnya sehat, kemudian mengalami
lemah, demam ringan, dan nyeri menelan sejak 2 minggu terakhir. Pada
pemeriksaan fisik, suhu tubuh 37.6° C, didapatkan eritema faring tanpa
eksudasi. Didapatkan limfadenopati pada cervical, axilla dan inguinal.
Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb : 12.2 g/dL; hematokrit : 36.6%;
platelet : 190,200/mm3; dan WBC : 8940/mm3. Pemeriksaan hapusan
darah tepi didapatkan seperti gambar dibawah. Manakah dibawah ini
merupakan faktor resiko penyakit ini ?
A.Close personal contact (kissing)
B.Memakan kerang mentah
C.Kelainan sintesis rantai globin yang didapat
D.Menggunakan jarum terinfeksi secara bergantian
E.Transfusi packed RBCs
3. Seorang laki-laki usia 23 tahun, awalnya sehat, kemudian mengalami
lemah, demam ringan, dan nyeri menelan sejak 2 minggu terakhir. Pada
pemeriksaan fisik, suhu tubuh 37.6° C, didapatkan eritema faring tanpa
eksudasi. Didapatkan limfadenopati pada cervical, axilla dan inguinal.
Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb : 12.2 g/dL; hematokrit : 36.6%;
platelet : 190,200/mm3; dan WBC : 8940/mm3. Pemeriksaan hapusan
darah tepi didapatkan seperti gambar dibawah. Manakah dibawah ini
merupakan faktor resiko penyakit ini ?
A.Close personal contact (kissing)
B.Memakan kerang mentah
C.Kelainan sintesis rantai globin yang didapat
D.Menggunakan jarum terinfeksi secara bergantian
E.Transfusi packed RBCs
4. Seorang laki-laki berusia 69 tahun menyadari adanya benjolan di leher bagian kanan yang semakin
membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan kelenjar getah bening serviks
posterior yang keras dan tidak nyeri dengan diameter 1 sampai 2 cm. Kulit di atasnya utuh dan
tidak eritematosa. Kelenjar getah bening dibiopsi dan tampilan mikroskopis ditunjukkan pada
gambar. Analisis molekuler dari DNA yang diekstraksi dari sel mengungkapkan penataan ulang
gen reseptor sel B. Manakah dari fitur berikut yang memberikan bukti terbaik untuk limfoma ganas
pada nodus ini?
A. Tidak adanya pola folikel limfoid dengan pusat germinal
B. Berkurangnya sel plasma sinusoidal dan imunoblas
C. Kehadiran CD30+ besar, sel berinti banyak
D. Ekspresi kappa light chain yang uniform, dalam sel limfoid
E. Proliferasi kapiler kecil di medulacdan daerah paracortical
4. Seorang laki-laki berusia 69 tahun menyadari adanya benjolan di leher bagian kanan yang semakin
membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan kelenjar getah bening serviks
posterior yang keras dan tidak nyeri dengan diameter 1 sampai 2 cm. Kulit di atasnya utuh dan
tidak eritematosa. Kelenjar getah bening dibiopsi dan tampilan mikroskopis ditunjukkan pada
gambar. Analisis molekuler dari DNA yang diekstraksi dari sel mengungkapkan penataan ulang
gen reseptor sel B. Manakah dari fitur berikut yang memberikan bukti terbaik untuk limfoma ganas
pada nodus ini?
A. Tidak adanya pola folikel limfoid dengan pusat germinal
B. Berkurangnya sel plasma sinusoidal dan imunoblas
C. Kehadiran CD30+ besar, sel berinti banyak
D. Ekspresi kappa light chain yang uniform, dalam sel limfoid
E. Proliferasi kapiler kecil di medulacdan daerah paracortical
5. Mahasiswi berusia 22 tahun, merasa mudah lelah selama 2 bulan.
Pada pemeriksaan fisik, hepatosplenomegali (-), limfadenopati (-).
Didapatkan perdarahan gusi. Pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan hemoglobin, 9.5 g/dL; hematocrit, 28.2%; MCV, 94
μm3; platelet count, 20,000/mm3; and WBC count, 107,000/mm3.
Pemeriksaan hapusan darah ditunjukkan pada gambar, dan sel ini
mengandung granula dengan peroxidase positif. Biopsi sumsum
tulang menunjukkan 100% selularitas dengan sedikit sisa sel
hematopoetik normal. Manakah diagnosa yang paling tepat?
A. Acute lymphoblastic leukemia
B. Acute myelogenous leukemia
C. Chronic lymphocytic leukemia
D. Chronic myelogenous leukemia
E. Hodgkin lymphoma
5. Mahasiswi berusia 22 tahun, merasa mudah lelah selama 2 bulan.
Pada pemeriksaan fisik, hepatosplenomegali (-), limfadenopati (-).
Didapatkan perdarahan gusi. Pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan hemoglobin, 9.5 g/dL; hematocrit, 28.2%; MCV, 94
μm3; platelet count, 20,000/mm3; and WBC count, 107,000/mm3.
Pemeriksaan hapusan darah ditunjukkan pada gambar, dan sel ini
mengandung granula dengan peroxidase positif. Biopsi sumsum
tulang menunjukkan 100% selularitas dengan sedikit sisa sel
hematopoetik normal. Manakah diagnosa yang paling tepat?
A. Acute lymphoblastic leukemia
B. Acute myelogenous leukemia
C. Chronic lymphocytic leukemia
D. Chronic myelogenous leukemia
E. Hodgkin lymphoma
Terimakasih

More Related Content

Similar to BookReading-Hemapoietik-share.pptx

Ppt leukimia
Ppt leukimiaPpt leukimia
Ppt leukimia
andalizah
 
Leukemia.pptxe
Leukemia.pptxeLeukemia.pptxe
Leukemia.pptxe
JoniSiahaan
 
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power PointAsuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
meoryohanes
 
Imaging in leukemia
Imaging in leukemiaImaging in leukemia
Imaging in leukemia
FadlanADimaAdrianta1
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
andreei
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptx
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptxDiagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptx
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptx
HerowanYuma1
 
pdf-aml-power-point_compress public.pptx
pdf-aml-power-point_compress public.pptxpdf-aml-power-point_compress public.pptx
pdf-aml-power-point_compress public.pptx
rohiwanto
 
darah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdf
darah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdfdarah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdf
darah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdf
fileindri
 
Amegakariositik trombositopenia (2).pptx
Amegakariositik trombositopenia (2).pptxAmegakariositik trombositopenia (2).pptx
Amegakariositik trombositopenia (2).pptx
bismelkasrihanza
 
Askep leukemia
Askep leukemia Askep leukemia
Askep leukemia
Amnita Ginting
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Asep Mulyaang
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
Hendra Rahman
 
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxPPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
AhmadFahrozi7
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
KaryoIIKNU
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
novaliakhoe
 
PPT LEUKIMIA.pptx
PPT LEUKIMIA.pptxPPT LEUKIMIA.pptx
PPT LEUKIMIA.pptx
TaufikKaharu1
 
LAB
LABLAB
Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Asuhan Keperawatan Limfoma MalignaAsuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Sinta Sari
 
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel DarahLeukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Lestari Moerdijat
 
Referat 1
Referat 1Referat 1

Similar to BookReading-Hemapoietik-share.pptx (20)

Ppt leukimia
Ppt leukimiaPpt leukimia
Ppt leukimia
 
Leukemia.pptxe
Leukemia.pptxeLeukemia.pptxe
Leukemia.pptxe
 
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power PointAsuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
 
Imaging in leukemia
Imaging in leukemiaImaging in leukemia
Imaging in leukemia
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptx
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptxDiagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptx
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukemia Akut dan Kronik pada.pptx
 
pdf-aml-power-point_compress public.pptx
pdf-aml-power-point_compress public.pptxpdf-aml-power-point_compress public.pptx
pdf-aml-power-point_compress public.pptx
 
darah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdf
darah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdfdarah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdf
darah dan limfatik farmasi ed printer friendly.pdf
 
Amegakariositik trombositopenia (2).pptx
Amegakariositik trombositopenia (2).pptxAmegakariositik trombositopenia (2).pptx
Amegakariositik trombositopenia (2).pptx
 
Askep leukemia
Askep leukemia Askep leukemia
Askep leukemia
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
 
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxPPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
 
PPT LEUKIMIA.pptx
PPT LEUKIMIA.pptxPPT LEUKIMIA.pptx
PPT LEUKIMIA.pptx
 
LAB
LABLAB
LAB
 
Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Asuhan Keperawatan Limfoma MalignaAsuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
 
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel DarahLeukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
 
Referat 1
Referat 1Referat 1
Referat 1
 

Recently uploaded

Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 

Recently uploaded (20)

Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 

BookReading-Hemapoietik-share.pptx

  • 1. Diseases of White Blood Cells, Lymph Nodes, Spleen, and Thymus dr. Lely Amedia Ratri
  • 2. Hematopoiesis Hemato Blood Poiesis Formation Proses pembentukan sel-sel darah
  • 4. Pluripotent HSC Lymphoid Stem Cell Myeloid Stem Cell Lymphoid precursor Granulocyte Monocyte precursor Macrophage Red blood cell Platelets Sel B Sel T Sel NK
  • 6. SEL DARAH PUTIH NORMAL Eosinofil Neutrofil Batang Neutrofil Segmen Limfosit Basofil Monosit
  • 8. KELAINAN NON NEOPLASTIK LEUKOPENIA PROLIFERATIF REAKTIF • Neutropenia atau Agranulositosis • Leukositosis reaktif: o Mononukleosis infeksiosa • Limfadenitis: o Limfadenitis Akut Non Spesifik o Limfadenitis Kronik Non Spesifik o Limfohistiositosis hemofagositik o Penyakit Cat-Scratch
  • 9. LEUKOPENIA Rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur Produksi ↓ • Supresi HSCs (anemia aplastik) • Supresi prekursor granulosit oleh obat • Inefektif hematopoiesis (anemia megaloblastik, mielodysplastic syndrom) • Kongenital (kostmann syndrome) Kerusakan ↑ • Kerusakan sistem imun (SLE, reaksi obat) • splenomegali • Penggunaan meningkat (Infeksi bakteri, jamur, ricketsia berat) KELAINAN NON NEOPLASTIK
  • 10. Neutropenia / Agranulositosis • Malaise • Demam • Mudah infeksi • Lemah & lelah berlebihan • Ulkus nekrosis pada gusi, dasar mulut, mukosa rongga mulut, faring GEJALA KLINIS
  • 12. Mononukleosis Infeksiosa • “Kissing Cousin” DIRECT ORAL CONTACT Sel Epithel Orofaring Jaringan Limfoid (tonsil dan adenoid) sel B matur Sebagian kecil sel → mengalami infeksi litik -> terjadi replikasi dan pelepasan virion Sebagian besar sel → infeksi tidak produktif dan virus akan tetap dalam bentuk laten (episoma ekstra kromosom) Sel B yang terinfeksi EBV secara laten akan mengalami aktivasi dan berproliferasi terutama pada pasien dengan T cell yang terganggu
  • 13.
  • 14. LIMFADENITIS REAKTIF • Aktivasi sel imun di KGB karena rangsangan infeksi dan inflamasi non mikroba Limfadenitis Akut Non Spesifik Limfadenitis Kronik Non Spesifik Penyakit Cat-scratch Limfohistiositosis hemofagositik
  • 15. Nodul sembab, berwarna abu-abu kemerahan dan menonjol. Nyeri tekan, fluktuasi bila abses Histologis: sentrum germinativum besar mengandung banyak mitosis. Makrofag kadang mengandung debris bakteri/sel nekrotik Penyebab piogenik infiltrasi sel-sel netrofil Infeksi berat bagian dalam folikel dapat mengalami nekrosis🡪 abses Limfadenitis akut non spesifik
  • 16. Limfadenitis kronis non spesifik Hiperplasia Folikel Hiperplasia Korteks Sinus Histiositis
  • 17. Follicular hyperplasia. A, Low-power view showing a reactive follicle and surrounding mantle zone. The dark- staining mantle zone is more prominent adjacent to the germinal-center light zone in the left half of the follicle. The right half of the follicle consists of the dark zone. B, High-power view of the dark zone shows several mitotic figures and numerous macrophages containing phagocytosed apoptotic cells (tingible bodies). Folikel reaktif mengandung : Sel B teraktivasi, sel T & makrofag yg mengandung debris dari inti sel (tingible body macrophages), sel dendrit.
  • 18. ● Paparan proinflamatori/ infeksi virus -> Fagositosis sel darah beserta precursornya ● Demam akut, spleno/ hepatomegaly ● Hemofagositosis → terlihat pada pemeriksaan sumsum tulang. ● Anemia, trombositopenia, dan feritin plasma tinggi, peningkatan tes fungsi hati dan kadar trigliserida Limfohistiositosis hemofagositik (HLH)
  • 19. Penyakit Cat-Scratch • Penyebab: Bartonella henseale • Terjadi 2 minggu stlh tercakar kucing/tertusuk duri/serpihan benda • Limfadenopati ketiak dan leher, kadang tonjolan inflamasi, vesikel/krusta pada tempat cidera • Komplikasi : ensefalitis, osteomielitis, trombositopeni (jarang) • Dasar diagnosis : 1. Riwayat luka karena kucing 2. Gambaran klinis khas 3. Uji serologi positif utk antibodi thd Bartonella 4. Perubahan KGB khas
  • 20. Terbentuk granuloma dengan nekrosis sentral + infiltrasi neutrofil (granuloma nekrotikans stealate bentuk tidak teratur, dd: lymphogranuloma venereum) Mikroba berada diluar sel dan dapat divisualisasi dg pulasan perak Irreguler Stelate Pattern Morfologi
  • 21. Proliferasi Neoplastik Sel Darah putih Neoplasma Limfoid Neoplasma Mieloid Neoplasma Histiositik
  • 22. Neoplasma limfoid Leukemia Sumsum tulang Darah tepi Limfoma KGB Jaringan lain Gambarannya kadang serupa dan tumpang tindih. Jenisnya dibedakan dengan : morfologinya + aspek molekular. Memastikan asal sel tumor, bukan dimana ditemukannya. Neoplasma Limfoid
  • 23. Origin of lymphoid neoplasms. Stages of B and T cell differentiation from which specific lymphoid and tumors emerge are shown. CLP : Common Lymphoid Progenitor BLB : pre-B lymphoblast NBC : naive B cell PC : plasma cell MC : mantle zone B cell GC : germinal center B cell MZ : marginal zone B cell DN : CD4−/CD8− (double- negative) pro-T cell DP : CD4+/CD8+ (double- positive) pre-T cell; PTC : peripheral T cell.
  • 24. • Tumor agresif, berasal dari limfoblast  pre B atau pre T • 85%  B-ALL: anak2 • T-ALL  dewasa (thymic lymphoma) • Prekursor sel B di sumsum tulang  tumor di sumsum tulang dan darah tepi sebagai leukemia • Sel pre T di thymus  massa di thymus  limfoma thymus sering berkembang cepat ke fase leukemia Neoplasma prekursor Sel B dan sel T LEUKEMIA LIMFOBLAST AKUT (ALL)/ LIMFOMA
  • 25. Lelah  anemia Demam  infeksi karena neutropenia Perdarahan  akibat trombositopenia Nyeri pada tulang  infiltrasi ke subperiosteum Limfadenopati generalisata, splenomegali, hepatomegaly Massa timus mediastinum 50% -70% T-ALLs manifestasi SSP 🡪sakit kepala, muntah, kelumpuhan saraf akibat penyebaran ke meninges Permulaan mendadak dan bertubi-tubi LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
  • 26. Temuan Laboratorium : • sel Blast (darah tepi/ sumsum tulang) • Sumsum tulang hiperseluler →limfoblas, yang menggantikan elemen sumsum normal. Gambaran Genetik : • 90 % memiliki kelainan kariotipe yang tidak acak • Tumor sel pre-B pada anak2: hiperdiploidi + translokasi kriptik, melibatkan gen ETV6 dan RUNX1 • Tumor sel pre-B pada dewasa: 25% mengandung translokasi (9;22) melibatkan gen ABL & BCR Gambaran Imunofenotipe : • Untuk menentukan subtipe tumor limfoblastik dan untuk membedakan dg AML • Terminal deoxymukleotidyl Transferase (TdT) • Penentuan subtipe ALL: CD19 (sel B) dan CD3 (Sel T) Prognosis : • Umur 2-10 th : prognosis baik LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
  • 27. The white blood cells seen here are leukemic blasts very immature leukocytes with large nuclei that contain multiple nucleoli. These abnormal lymphocytes are indicative of acute lymphoblastic leukemia (ALL). LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
  • 28. ALL (Akut Limfoblastik Leukemia) AML (Akut Myeloid Leukemia) 25% sel sumsum tulang adl sel blast Kromatin sel limfoblas kasar dan bergumpal Kromatin mieloblas lebih halus 1 atau 2 anak inti, kecil Anak inti prominent Sitoplasma sedikit/tipis, tanpa granula Sitoplasma lebih lebar, bergranula
  • 29. • Gambaran Klinis : • Permulaan tidak bergejala klinis  cenderung berubah mjd agresif • Rasa cepat lelah, berat badan berkurang, mual • 50-60% limfadenopati generalisata, hepatosplenomegali, hipogamaglobulinemia • Rentan terhadap infeksi bakteri • Dapat terjadi anemia hemolitik autoimun dan trombositopeni LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (CLL) / LIMFOMA LIMFOSITIK KECIL (SLL)
  • 30. MORFOLOGI LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (CLL)/LIMFOMA LIMFOSITIK KECIL (SLL) Small lymphocytic lymphoma/chronic lymphocytic leukemia—lymph node. A. Lapang pandang pembesaran lemah, menunjukkan pola KGB tidak jelas dan difus. B. Lapang pandang pembesaran kuat, sebagian besar sel tumor berupa limfosit kecil dan bulat. Pada lapang pandang ini juga terlihat (tanda panah) prolimfosit, yaitu sel yang lebih besar dengan anak inti ditengah. (A, Courtesy of Dr. José Hernandez, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
  • 31. Figure 3-18 Chronic lymphocytic leukemia, microscopic These mature- appearing lymphocytes in the peripheral blood are markedly increased in number. This form of leukocytosis is indicative of chronic lymphocytic leukemia (CLL), a disease most often seen in older adults, with a maleto- female ratio of 2:1. The cells often mark with CD19, CD20, CD23, and CD5 (a T-cell marker). Monoclonal immunoglobulin is displayed on cell surfaces, but there is unlikely to be a marked increase in circulating immunoglobulin. The peripheral leukocytosis is highly variable. CLL responds poorly to treatment, but it is indolent. In 15% to 30% of patients, there is transformation to a more aggressive lymphoid proliferation.
  • 32. • Patogenesis • Berasal dari sel B di centrum germinativum • Berkaitan dengan translokasi kromosom BCL2 • Ekspresi berlebihan protein BCL2 pada sel tumor 🡪 meningkatkan survival sel tumor • > 85% tumor : translokasi (14;18) • Gambaran Imunofenotipe : • Marker sel B CD20, CD10 (+) • BCL6(+) -> yang diperlukan untuk membentuk sel B sentrum germinativum • Gambaran Klinis : • Pada dewasa > 50th • limfadenopati generalisata tanpa nyeri • keterlibatan ekstra nodul jarang • Tidak dapat disembuhkan • 40% berkembang menjadi limfoma sel besar yg bersifat difus (survival 1 tahun) LIMFOMA FOLIKULER
  • 33. MORFOLOGI LIMFOMA FOLIKULER Follicular lymphoma—lymph node. A. Pada pembesaran lemah seluruh lapang pandang tampak kelompok sel tumor berupa nodul2. B. Pada pembesaran kuat tampak sel limfoid kecil dengan kromatin padat tidak teratur atau inti melekuk-cleaved (sentrosit).
  • 34. Keganasan pada sel mantel (menyerupai sel B naif) pada mantle zone • Morfologi • Melibatkan KGB, bersifat difus, berpola noduler • Gambaran Imunofenotipe dan Genetik • Hampir pada semua tumor terdapat translokasi (11;14) • Gejala Klinis • Mudah lelah, limfadenopati, kelainan sumsum tulang, limpa, hati, seringkali traktus GI. Tumor agresif dan tidak bisa sembuh LIMFOMA SEL MANTEL
  • 35. Figure 13-20 Mantle cell lymphoma.
  • 36. 50% dari semua NHL dewasa, berkaitan dengan disregulasi BCL6 • Gambaran Imunofenotipe : • Memaparkan antigen sel B : CD20 • Banyak juga yang mengekspresikan IgM dan/ IgG permukaan. • Antigen lain (CD10, BCL2) ekspresinya bervariasi • Gambaran Klinis : • Ditemukan massa yg membesar cepat • Lazim ditemukan pembesaran massa di luar KGB ekstra nodal • Tumor dapat ditemukan pada semua organ tubuh (paling sering: otak dan GI) • Subtipe: 1. EBV associated DLBCL -> AIDS, imunosupresi, orang tua. 2. Kaposi sarcoma herpesvirus -> primary effusion lymphoma (pleural cavity, pericardium, peritoneum 3. Mediastinal large B cell lymphoma -> Wanita muda, penyebaran sering ke viscera abdomen, CNS LIMFOMA SEL B BESAR, DIFUS (DLBCL)
  • 37.
  • 38. Figure 11–17 Diffuse large B cell lymphoma—lymph node. The tumor cells have large nuclei with open chromatin and prominent nucleoli. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.) Morfologi • Ukuran besar(3-4x ukuran limfosit lain) • Bentuk bervariasi • Predominan inti bulat, oval kromatin merata, beberapa anak inti dan sitoplasma sedang dan pucat • Dapat juga anaplastik, ada giant cell menyerupai RS (HL)
  • 39. • Berhubungan dg translokasi yg melibatkan gen c-MYC pada kromosom 8 • Sebagian besar kasus endemik + 20% kasus sporadik  sel tumor terinfeksi EBV secara laten  peran EBV terhadap tumor belum jelas • Gambaran Imunofenotipe : • Memaparkan IgM permukaan • Petanda sel pan-B (CD19 dan CD20) • Petanda sel B centrum germinativum (CD10 dan BCL6) • Gambaran Klinis : • Biasanya timbul di daerah diluar KGB • Endemik  massa di maksilla dan mandibula • Amerika utara : pada abdomen, colon, retroperitoneum, ovarium LIMFOMA BURKITT
  • 40. • Proliferasi sel B, sekresi immunoglobulin monoclonal atau fragmen -> Tumor markers • Penyebab 15% dari kematian akibat neoplasma limfoid, terutama multiple myeloma • Didapatkan immunoglobulin abnormal ( monoclonal gammopathy, dysproteinemia, paraproteinemia), TUMOR SEL PLASMA
  • 41. TUMOR SEL PLASMA DAN GANGGUAN YANG TERKAIT Tumor sel plasma dibagi menjadi 6 varian utama : • Umumnya mengenai sumsum tulang, disertai litik pada seluruh sistem skelet, hiperkalsemia, gagal ginjal dan abnormalitas imun yang didapat. • Protein M yg dihasilkan : IgG(60%), IgA (20-25%), jarang IgM, IgD, IgE • 15-20% membentuk rantai ringan🡪 urin “protein Bence Jones” Multipel Mieloma • Single mass, mengenai skelet/jaringan lunak • Pada tulang = MM  MM stadium awal • Plasmasitoma jaringan lunak (sering pd saluran nafas atas): jarang menyebar dan sembuh dengan reseksi lokal Plasmasitoma Soliter • Mensekresi protein M • Terdiri atas campuran sel B dari limfosit kecil sampai limfosit plasmasitik dan sel plasma • Biasanya mengenai KGB, sumsum tulang, limpa • IgM ↑  viskositas darah ↑  Sindrom Makroglobulinemia Waldenstrom • Infiltrasi sel tumor terutama ke sumsum tulang Limfoma Limfoplasmasitik
  • 42. TUMOR SEL PLASMA DAN GANGGUAN YANG TERKAIT Tumor sel plasma dibagi menjadi 6 varian utama : Penyakit Rantai Berat Amiloidosis Primer MGUS (Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significance) • Sekelompok proliferasi yang hanya memproduksi rantai berat, paling lazim IgA • Terutama terdapat pada jaringan limfoid tempat IgA biasanya dibentuk (usus halus, sal. Nafas) • Proliferasi monoklonal sel plasma yg mensekresi rantai ringan bebas • Endapan amiloid (tipe AL) terdiri atas rantai ringan yang mengalami degradasi sebagian • Monoclonal gammopathy yang tak bergejala • Lesi awal yg cenderung mjd MM • Biasanya kadar protein monoclonal dlm serum < 3 gr/dl dan tidak terdapat bence jones
  • 43. • Morfologi : • Lesi skelet destruktif yg multifokal (kolumna vertebral, tulang iga, tengkorak, pelvis, femur, klavikula, skapula)  fraktur patologis • Nefrosis mieloma  gumpalan protein bence jones dll • Lesi tulang berupa cacat cekungan (punched out defect) • Gambaran Klinis : • Nyeri tulang karena fraktur patologis • Hiperkalsemia  kebingungan, penurunan kesadaran, letargi dan gangguan fungsi ginjal • Anemia  sumsum tulang digantikan sel tumor • Infeksi berulang  infeksi bakterial • Insufisiensi ginjal • Amiloidosis tipe AL • Suspect MM  terdapat tanda khas cekungan batas tegas pada vertebral / calvaria MULTIPEL MIELOMA
  • 44. Multiple myeloma. A, Radiograph of the skull, lateral view. The sharply punched-out bone defects are most obvious in the calvaria. B, Bone marrow aspirate. Normal marrow cells are largely replaced by plasma cells, including atypical forms with multiple nuclei, prominent nucleoli, and cytoplasmic droplets containing immunoglobulin.
  • 45. • Morfologi : • Tidak terkait dengan lesi litik pada skelet. • Terdapat infiltrat limfosit, bersama dengan hiperplasia mast cell, terdapat populasi sel limfoid besar dengan kromatin vesikular dan nukleoli prominen. • Russel bodies (+), Dutcher bodies (+) • Gambaran Klinis : Gangguan penglihatan, gangguan neurologik, perdarahan, krioglobulinemia. Penyebaran ke: KGB, limpa, hati, saraf, meninges, otak LIMFOMA LIMFOPLASMOSITIK
  • 46. Lymphoplasmacytic lymphoma. Bone marrow biopsy shows a characteristic mixture of small lymphoid cells exhibiting various degrees of plasma cell differentiation. In addition, a mast cell with purplish red cytoplasmic granules is present at the left-hand side of the field. LIMFOMA LIMFOPLASMOSITIK
  • 47. • Ciri khas : sel Datia tumor  Reed-Sternberg • Terjadi pada 1 kelenjar getah bening tunggal atau rantai kelenjar getah bening dan berkembang bertahap ke kelenjar2 getah bening yang berhubungan secara anatomik. • Klasifikasi (5 subtipe Limfoma Hodgkin yang dikenal) : 1. Sklerosis Nodular 2. Sel campuran (Mixed cellularity) 3. Kaya limfosit (Lymphocyte rich) 4. Jarang limfosit (lymphocyte depletion) 5. Predominan limfosit (lymphocyte predominance) LIMFOMA HODGKIN Klasik
  • 48.
  • 49.
  • 50. Hodgkin lymphoma—lymph node. A binucleate Reed-Sternberg cell with large, inclusion-like nucleoli and abundant cytoplasm is surrounded by lymphocytes, macrophages, and an eosinophil. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
  • 51. • Paling sering • Varian sel RS : • lakuna🡪 sel besar dg 1 inti yg multilobus, anak inti kecil banyak, sitoplasma pucat • Ada pita-pita kolagen yg membagi jaringan limfoid yg terkena menjadi nodul- nodul yg berbatas tegas • Positif utk PAX5, CD15, CD30, negatif B cell marker, T cell marker, CD45 Sklerosis Nodular
  • 52. Hodgkin lymphoma, nodular sclerosis type—lymph node. A low-power view shows well-defined bands of pink, acellular collagen that have subdivided the tumor cells into nodules. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
  • 53. • Paling sering pada usia > 50 th • Banyak RS klasik diantara sel radang spt limfosit kecil, eosinofil, sel plasma dan makrofag • Positif utk PAX5, CD15, CD30, negatif B cell marker, T cell marker, CD45 Sel Campuran (Mixed Cellularity)
  • 54. LIMFOMA HODGKIN LIMFOMA NON-HODGKIN Sering terbatas pada 1 kelompok KGB axial (leher, mediastinum, para aorta) Sering mengenai KGB perifer secara multipel Penyebaran 🡪 berurutan pada KGB yg berdekatan Penyebaran 🡪 tidak berurutan pada KGB yg berdekatan KGB mesenterium dan cincin Waldeyer jarang terkena KGB mesenterium dan cincin Waldeyer sering terkena Keterlibatan ekstranodal 🡪 tidak biasa Keterlibatan ekstranodal 🡪 biasa Perbedaan Klinis antara Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
  • 55. STADIUM DISTRIBUSI PENYAKIT I Mengenai 1 regio KGB (I) atau mengenai 1 organ ekstralimfatik atau jaringan (Ie) II Mengenai 2 atau lebih regio KGB hanya pada 1 sisi dari diafragma (II) atau dengan mengenai organ atau jaringan ekstra limfatik berdekatan atau jaringan yang bersifat terbatas (IIe) III Mengenai regio KGB hanya pada kedua sisi dari diafragma (III) yang mungkin termasuk limpa (IIIs), organ atau jaringan ekstra limfatik berdekatan atau jaringan yang bersifat terbatas (IIIe) atau kedua-duanya (IIIes) IV Mengenai 1 atau lebih organ ekstra limfatik atau jaringan secara multipel atau tersebar dengan atau tanpa mengenai organ limfatik *Semua stadium selanjutnya dibagi menjadi tidak ada (A) atau ada (B) gejala-gejala dan tanda-tanda sistemik berikut : demam yang bermakna, berkeringat malam, penurunan berat badan > 10% dari berat badan normal yang tidak diharapkan. Dari Carbone PT, et al: Symposium (Ann Arbor): Staging in Hodgkin disease. Cancer Res 31:1707,1971. Penetapan Stadium Klinis Limfoma Hodgkin & Non Hodgkin (Klasifikasi Ann Arbor)*
  • 56. • Tidak umum, neoplasma sel B yang lambat berkembang • Proyeksi sitoplasma yang halus, seperti rambut • Express marker sel B (CD20), immunoglobulin permukaan • CD11c, CD103 positif -> tidak positif pada sebagian besar tumor sel B lain • Mutasi pada serine/ threonine kinase BRAF • Infiltrasi ke sumsum tulang dan limpa -> splenomegaly, pansitopenia • Berkembang lambat namun progresif, masalah utama: Pansitopenia dan infeksi • Respons pada kemoterapi -> purine nukleosid. Respons sangat baik pada BRAF inhibitor HAIRY CELL LEUKEMIA
  • 57. • Neoplasma sel T CD4+ di kulit / cutaneous T cell lymphoma • Fase awal: invasi pada kulit  patch/ plak  generalized erythroderma • Gambaran cerebriform, disebabkan lipatan membran inti sel yang tampak jelas, menginfiltrasi epidermis dan dermis atas • Fase lanjut: penyebaran nodal dan organ visceral • Sezary syndrome: - Eritroderma eksfoliatif pada seluruh tubuh - Sel tumor pada darah tepi MYCOSIS FUNGOIDES / SEZARY SYNDROME
  • 58. Neoplasma Mieloid Leukemia Mieloid Akut / Akut Mieloid Leukemia (AML) Sindrom Mielodisplastik Kelainan Mieloproliferatif Chronic Mielogenous Leukemia (CML) Polisitemia Vera Mielofibrosis Primer Trombositemia essensial NEOPLASMA MIELOID
  • 59. • Kelainan monoclonal pada myeloblas • Gejala klinis : Mudah lelah, pucat, perdarahan abnormal, infeksi 🡪 gejala awal • Diagnosis dan klasifikasi AML morfologi, histokimia, imunofenotipe dan kariotipe. • Morfologi : • Sel blas mieloid/promielosit menyusun > 20% komponen seluler dari sumsum tulang • Mieloblas (prekursor dari granulosit) : kromatin inti lembut, 3-5 anak inti, granula sitoplasmik azurofilik & halus • Ciri spesifik: auer rods (struktur spt batang terpulas merah) • Sebagian besar AML terdapat mutasi pada gen yang menyandi faktor transkripsi yang diperlukan untuk diferensiasi normal sel myeloid Leukemia Mieloid Akut / Akut Mieloid Leukemia (AML)
  • 60.
  • 61. Mieloblas (prekursor dari granulosit) : kromatin inti lembut, 3-5 anak inti, granula sitoplasmik azurofilik & halus
  • 62. Figure 11–25 Acute promyelocytic leukemia—bone marrow aspirate. The neoplastic promyelocytes have abnormally coarse and numerous azurophilic granules. Other characteristic findings include the presence of several cells with bilobed nuclei and a cell in the center of the field that contains multiple needle- like Auer rods. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.) Auer rods : struktur spt batang terpulas merah
  • 63. • Neoplasma pada hematopoietic stem cell sehingga tidak mampu berdiferensiasi menjadi sel-sel darah yang matur • Terdapat sel blast dalam jumlah tinggi, dapat menjadi AML bila >20% • Sumsum tulang mungkin hiperseluler/ normoseluler tp dalam sirkulasi darah sitopenia dari 1 atau lebih sel • Sumsum tulang dipenuhi prekursor hemopoietik yg tampak abnormal Sindrom Mielodisplastik / MDS
  • 64. Myelodysplasia. Bentuk-bentuk karakteristik displasia A. Inti progenitor sel darah merah dengan nukleus multilobus atau multipel . B. sideroblas bercincin, progenitor eritroid dengan mitokondria sarat besi yang terlihat sebagai butiran biru perinuklear (pewarnaan biru Prusia). Sel C. Pseudo-Pelger-Hüet, neutrofil dengan hanya dua lobus nukleus, bukan tiga sampai empat normal, diamati di bagian atas dan bawah bidang ini. D, Megakaryocytes dengan beberapa nukleus, menggantikan nukleus multilobasi tunggal normal. (A, B, D, aspirasi sumsum; C, apusan darah tepi.)
  • 65. • Hiperproliferasi progenitor mieloid neoplastik yang masih mempunyai kemampuan diferensiasi terminal sehingga terjadi peningkatan 1 atau lebih unsur yg dibentuk di darah tepi • Berkaitan dengan mutasi yang bersifat aktivasi dari tirosin kinase Kelainan Mieloproliferatif Chronic Mielogenous Leukemia (CML) Polisitemia Vera Mielofibrosis Primer Trombositemia essensial
  • 66. • Patogenesis : • Berkaitan dengan adanya gen fusi BCR-ABL • Pada awal perkembangan penyakit ditandai hematopoisis berlebihan terbatas pada galur-galur sel granulosit dan megakariosit • Morfologi : • Khas  GDT, leukosit >100.000 sel/uL (netrofil, metamielosit, mielosit) • Sumsum tulang hiperseluler • Gambaran Klinis : • Rasa cepat lelah, berat badan berkurang • splenomegali Chronic Mielogenous Leukemia (CML)
  • 67. Figure 11–26 Chronic myelogenous leukemia—peripheral blood smear. Tampak granulosit dalam berbagai tingkat diferensiasi. (Courtesy of Dr. Robert W. McKenna, Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical School, Dallas, Texas.)
  • 68. • Morfologi : • Sediaan apus darah tepi : Sel darah merah bizar? tidak teratur ( poikilosit/ Teardrop cells) • Leukoeritroblastosis • Trombosit besar • Sumsum tulang hiposeluler (fibrosis difus) • Gambaran Klinis : • Limpa sangat membesar (4000 gram) • Anemia sedang sampai berat • Trombositopenia • Hiperurisemia, gejala gout • Daya tahan hidup 4-5 tahun Mielofibrosis primer
  • 69.
  • 70. • Splenomegali disebabkan berbagai penyakit sistemik • Dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan derajat splenomegali: 1. Mild splenomegaly (<500 gr) Splenitis akut, kongesti, mononukleoosis infeksiosa, SLE, infeksi intraabdominal, septikemia 2. Moderate splenomegaly (500-1000 gr) Splenomegali kongestif kronik (obstruksi vena splenik/ hipertensi portal), leukemia akut dengan hemolisis ekstravaskular, talasemia mayor, AIHA, amyloidosis, Niemann-Pick disease, infeksi, TB, metastasis 3. Massive splenomegaly (>1000 gr) Neoplasma myeloproliferative (CML, myelofibrosis primer), CLL, hairy cell leukemia, limfoma, malaria, Gaucher disease SPLENOMEGALI
  • 71. • Limfoma, terutama yang berkaitan dengan T cell • Hiperplasia thymus • Thymoma 1. Benign/ encapsulated 2. Malignant Tipe I: Jinak secara sitologi, tapi infiltratif dan agresif lokal Tipe II (karsinoma thymus): Ganas secara sitologi Gangguan Thymus
  • 72. Soal!
  • 73. 1. Laki-laki 55 tahun, merasakan benjolan di bahunya sejak 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan perbesaran limfonodi supraclavicular dan pembesaran ring Waldeyer di jaringan limfoid orofaring, nyeri (-). Hepatosplenomegali (-). Pemeriksaan darah lengkap normal kecuali anemia ringan. Biopsi limfonodi menunjukkan populasi monomorf dari sel limfoid yang berukuran 2x normal limfosit, dengan nucleus besar dan nucleoli yang prominen. Pewarnaan IHC dan flow cytometry menunjukkan CD19+, CD10+, CD3−, CD15−, dan terminal deoxynucleotidyl transferase negatif (TdT−). Ditemukan mutasi pada gen BCL6. Apakah diagnosa yang paling tepat? A.Acute lymphoblastic lymphoma B.Chronic lymphadenitis C.Diffuse large B-cell lymphoma D.Hodgkin lymphoma E.Small lymphocytic lymphoma
  • 74. 1. Laki-laki 55 tahun, merasakan benjolan di bahunya sejak 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan perbesaran limfonodi supraclavicular dan pembesaran ring Waldeyer di jaringan limfoid orofaring, nyeri (-). Hepatosplenomegali (-). Pemeriksaan darah lengkap normal kecuali anemia ringan. Biopsi limfonodi menunjukkan populasi monomorf dari sel limfoid yang berukuran 2x normal limfosit, dengan nucleus besar dan nucleoli yang prominen. Pewarnaan IHC dan flow cytometry menunjukkan CD19+, CD10+, CD3−, CD15−, dan terminal deoxynucleotidyl transferase negatif (TdT−). Ditemukan mutasi pada gen BCL6. Apakah diagnosa yang paling tepat? A.Acute lymphoblastic lymphoma B.Chronic lymphadenitis C.Diffuse large B-cell lymphoma D.Hodgkin lymphoma E.Small lymphocytic lymphoma
  • 75. 2. Pria 15 tahun dengan benjolan di mandibula dan maxilla. Hasil FNAB didapatkan kelompok- kelompok limfosit ukuran medium, merata dengan inti hiperkromatik. Hasil biopsi maxilla menunjukkan tumor jaringan limfoid, tersusun diffus, cukup banyak mitosis, dengan gambaran “starry sky”. Kemungkinan besar diagnosisnya adalah: A. Mantel cell lymphoma B. Nasal T/NK lymphoma C.Hairy leukemia D.Burkitt’s lymphoma E. Sezary syndrom
  • 76. 2. Pria 15 tahun dengan benjolan di mandibula dan maxilla. Hasil FNAB didapatkan kelompok- kelompok limfosit ukuran medium, merata dengan inti hiperkromatik. Hasil biopsi maxilla menunjukkan tumor jaringan limfoid, tersusun diffus, cukup banyak mitosis, dengan gambaran “starry sky”. Kemungkinan besar diagnosisnya adalah: A. Mantel cell lymphoma B. Nasal T/NK lymphoma C.Hairy leukemia D.Burkitt’s lymphoma E. Sezary syndrom
  • 77. 3. Seorang laki-laki usia 23 tahun, awalnya sehat, kemudian mengalami lemah, demam ringan, dan nyeri menelan sejak 2 minggu terakhir. Pada pemeriksaan fisik, suhu tubuh 37.6° C, didapatkan eritema faring tanpa eksudasi. Didapatkan limfadenopati pada cervical, axilla dan inguinal. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb : 12.2 g/dL; hematokrit : 36.6%; platelet : 190,200/mm3; dan WBC : 8940/mm3. Pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan seperti gambar dibawah. Manakah dibawah ini merupakan faktor resiko penyakit ini ? A.Close personal contact (kissing) B.Memakan kerang mentah C.Kelainan sintesis rantai globin yang didapat D.Menggunakan jarum terinfeksi secara bergantian E.Transfusi packed RBCs
  • 78. 3. Seorang laki-laki usia 23 tahun, awalnya sehat, kemudian mengalami lemah, demam ringan, dan nyeri menelan sejak 2 minggu terakhir. Pada pemeriksaan fisik, suhu tubuh 37.6° C, didapatkan eritema faring tanpa eksudasi. Didapatkan limfadenopati pada cervical, axilla dan inguinal. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb : 12.2 g/dL; hematokrit : 36.6%; platelet : 190,200/mm3; dan WBC : 8940/mm3. Pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan seperti gambar dibawah. Manakah dibawah ini merupakan faktor resiko penyakit ini ? A.Close personal contact (kissing) B.Memakan kerang mentah C.Kelainan sintesis rantai globin yang didapat D.Menggunakan jarum terinfeksi secara bergantian E.Transfusi packed RBCs
  • 79. 4. Seorang laki-laki berusia 69 tahun menyadari adanya benjolan di leher bagian kanan yang semakin membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan kelenjar getah bening serviks posterior yang keras dan tidak nyeri dengan diameter 1 sampai 2 cm. Kulit di atasnya utuh dan tidak eritematosa. Kelenjar getah bening dibiopsi dan tampilan mikroskopis ditunjukkan pada gambar. Analisis molekuler dari DNA yang diekstraksi dari sel mengungkapkan penataan ulang gen reseptor sel B. Manakah dari fitur berikut yang memberikan bukti terbaik untuk limfoma ganas pada nodus ini? A. Tidak adanya pola folikel limfoid dengan pusat germinal B. Berkurangnya sel plasma sinusoidal dan imunoblas C. Kehadiran CD30+ besar, sel berinti banyak D. Ekspresi kappa light chain yang uniform, dalam sel limfoid E. Proliferasi kapiler kecil di medulacdan daerah paracortical
  • 80. 4. Seorang laki-laki berusia 69 tahun menyadari adanya benjolan di leher bagian kanan yang semakin membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan kelenjar getah bening serviks posterior yang keras dan tidak nyeri dengan diameter 1 sampai 2 cm. Kulit di atasnya utuh dan tidak eritematosa. Kelenjar getah bening dibiopsi dan tampilan mikroskopis ditunjukkan pada gambar. Analisis molekuler dari DNA yang diekstraksi dari sel mengungkapkan penataan ulang gen reseptor sel B. Manakah dari fitur berikut yang memberikan bukti terbaik untuk limfoma ganas pada nodus ini? A. Tidak adanya pola folikel limfoid dengan pusat germinal B. Berkurangnya sel plasma sinusoidal dan imunoblas C. Kehadiran CD30+ besar, sel berinti banyak D. Ekspresi kappa light chain yang uniform, dalam sel limfoid E. Proliferasi kapiler kecil di medulacdan daerah paracortical
  • 81. 5. Mahasiswi berusia 22 tahun, merasa mudah lelah selama 2 bulan. Pada pemeriksaan fisik, hepatosplenomegali (-), limfadenopati (-). Didapatkan perdarahan gusi. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hemoglobin, 9.5 g/dL; hematocrit, 28.2%; MCV, 94 μm3; platelet count, 20,000/mm3; and WBC count, 107,000/mm3. Pemeriksaan hapusan darah ditunjukkan pada gambar, dan sel ini mengandung granula dengan peroxidase positif. Biopsi sumsum tulang menunjukkan 100% selularitas dengan sedikit sisa sel hematopoetik normal. Manakah diagnosa yang paling tepat? A. Acute lymphoblastic leukemia B. Acute myelogenous leukemia C. Chronic lymphocytic leukemia D. Chronic myelogenous leukemia E. Hodgkin lymphoma
  • 82. 5. Mahasiswi berusia 22 tahun, merasa mudah lelah selama 2 bulan. Pada pemeriksaan fisik, hepatosplenomegali (-), limfadenopati (-). Didapatkan perdarahan gusi. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hemoglobin, 9.5 g/dL; hematocrit, 28.2%; MCV, 94 μm3; platelet count, 20,000/mm3; and WBC count, 107,000/mm3. Pemeriksaan hapusan darah ditunjukkan pada gambar, dan sel ini mengandung granula dengan peroxidase positif. Biopsi sumsum tulang menunjukkan 100% selularitas dengan sedikit sisa sel hematopoetik normal. Manakah diagnosa yang paling tepat? A. Acute lymphoblastic leukemia B. Acute myelogenous leukemia C. Chronic lymphocytic leukemia D. Chronic myelogenous leukemia E. Hodgkin lymphoma

Editor's Notes

  1. Penurunan jumlah sel darah putih dalam darah 1. Penyebab secara klinis yg tersering dari granulopoiesis yang berkurang adalah kegagalan sumsum tulang (co: pada anemia aplastik), terjadi penggantian sumsum tulang yang luas oleh tumor 2. Neutropenia akibat obat-obatan tertentu  granulositopoesis tertekan → sel prekursor granulosit menurun 3. Inefektif hematopoiesis merupakan Kompensasi akibat kerusakan neutrofil berlebihan (granulositik prekusor 🠉) atau granulopoesis tidak efektif (Anemia Megaloblastik) 4. Kostmann di mana terjadi kelainan bawaan pada gen spesifik berakibat pada gangguan atau sampai dengan kerusakan diferensiasi granulositik. Cedera yang dimediasi secara imunologis pada neutrofil, yang dapat bersifat idiopatik, terkait dengan kelainan imunologi yang jelas (misalnya, lupus eritematosus sistemik), atau disebabkan oleh paparan obat-obatan. Splenomegali, di mana pembesaran limpa menyebabkan sekuestrasi dan penghancuran neutrofil di limpa sehingga terjadi neutropenia, kadang-kadang berhubungan dengan anemia dan sering diperparah dengan trombositopenia. Peningkatan pemanfaatan perifer, yang dapat terjadi pada kasus infeksi bakteri, jamur, atau riketsia berat
  2. Leukopenia paling sering terjadi karena kekurangan granulosit, yaitu sel darah putih yang paling banyak pada aliran darah. Limfopenia lebih jarang; berkaitan dengan penyakit defisiensi imun yang kongenital, infeksi human immunodeficiency virus (HIV), Penurunan jumlah granulosit dalam darah dikenal sebagai neutropenia atau apabila berat disebut agranulositosis.
  3. Peningkatan jumlah sel darah putih pada darah tepi Ditemukan pada berbagai inflamasi oleh mikroba dan non-mikroba homeostasis leukosit dipertahankan oleh sitokin, faktor pertumbuhan, dan molekul adhesi melalui efeknya pada proliferasi, diferensiasi, dan ekstravasasi leukosit dan progenitornya. Tabel 13.2 merangkum mekanisme utama leukositosis neutrofilik dan penyebabnya, yang terpenting adalah infeksi. Pada infeksi akut terjadi peningkatan cepat pada jalan keluar granulosit matang dari kumpulan sumsum tulang, suatu perubahan yang mungkin dimediasi melalui efek tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1).
  4. Dihipotesiskan (belum terbukti) bahwa virus mula-mula mengenai sel epitel orofaring dan kemudian menyebar ke jaringan limfoid (tonsil dan adenoid) menginfeksi sel B matang. Infeksi pada sel B akan mengambil salah satu dari 2 bentuk reaksi. Pada sebagian kecil sel terjadi infeksi litik, sesuai dengan replikasi virus dan sel mengalami lisis serta melepaskan virion. Pada sebagian besar sel, infeksi tidak produktif dan virus akan tetap dalam bentuk laten sebagai episoma ekstra kromosom. Sel B yang terinfeksi EBV secara laten akan mengalami aktivasi poliklonal dan proliferasi sebagai akibat dari pengaruh berbagai protein EBV
  5. Limfosit atipik pada mononukleosis infeksiosa sediaan hapus darah tepi. Sel di sebelah kiri adalah limfosit kecil normal yang tenang (sedang istirahat) dengan inti padat dan sedikit sitoplasma. Berbeda dengan limfosit atipik di sebelah kanan yang sitoplasmanya banyak dan inti besar dengan kromatin yang tersebar.
  6. Infeksi dan inflamasi non mikroba merangsang dan sering mengaktifkan sel imun yang berada di kelenjar getah bening, yang berperan sebagai pertahanan tubuh. Setiap reaksi imun yang melawan antigen asing akan menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati). Infeksi yang menyebabkan limfadenitis, bermacam- macam dan banyak dan mungkin akut atau kronik. Sebagian besar gambaran histologinya berupa reaksi yang tidak spesifik
  7. Limfadenitis ini dapat bersifat terbatas dalam kelompok kelenjar yang dialiri limfe dari infeksi lokal atau bersifat menyeluruh seperti dalam keadaan infeksi sistemik dan inflamasi.
  8. Bergantung kepada penyebabnya, limfadenitis kronik non spesifik dapat berbentuk satu di antara tiga bentuk yaitu hiperplasia folikel, hiperplasia parakorteks atau histiositosis sinus. Hiperplasia Folikel. Bentuk ini terjadi pada infeksi atau inflamasi yang memicu aktivasi sel B yang masuk ke dalam folikel sel B dan kemudian membentuk reaksi folikel (atau sentrum germinativum). Folikel yang reaktif mengandungi sel B yang teraktivasi, beberapa sel T dan makrofag yang mengandungi debris dari inti sel (tingible body macrophags) dan sel dendritik folikel yang strukturnya tidak jelas dan berperan menyajikan antigen. Penyebab hiperplasia folikel termasuk artritis reumatoid, toksoplasmosis dan infeksi HIV yang masih stadium awal. Gambaran limfadenitis ini dapat dikacaukan dengan limfoma folikuler (dibahas kemudian). Tanda-tanda yang mendukung hiperplasia folikel ialah: (1) bentuk nodul limfoid normal masih terpelihara; (2) sentrum germinativum bervariasi dalam bentuk dan ukurannya; (3) sel limfosit pada sentrum germinativum bervariasi dalam bentuk dan ukuran serta bercampur; (4) aktivitas fagositosis dan mitosis yang menonjol pada sentrum germinativum. Bentuk ini disebabkan oleh reaksi imun yang mengenai daerah sel T pada kelenjar getah bening. Pada waktu teraktivasi sel T pada parafolikel berubah menjadi sel imunoblas besar yang berproliferasi sehingga folikel sel B mungkin sampai hilang. Hiperplasia parakorteks ditemukan pada infeksi virus (contoh, EBV) sesudah vaksinasi tertentu (contoh, cacar) dan pada reaksi imun yang dipicu oleh obat (terutama fenitoin). Histiositosis Sinus. Bentuk ini adalah bentuk reaktif yang ditandai oleh melebarnya sinus limfatik yang jelas karena terjadi hipertrofi sel-sel endotel yang melapisinya disertai infiltrasi sel makrofag (histiosit) dan sering ditemukan pada kelenjar getah bening yang menjadi saluran limbah (drainase) dari daerah kanker dan dapat mencerminkan reaksi imun terhadap tumor atau produknya
  9. Defek Sel T sitotoksik CD8+→ gg. fungsi killer lymphocytes  Pelepasan sitokin berlebih  Aktivasi makrofag berlebih Makrofag yang diaktifkan fagositosis sel darah di sumsum dan membentuk elemen dalam jaringan perifer → Mediator yang dilepaskan dari makrofag dan limfosit menekan hematopoiesis mengakibatkan gejala peradangan sistemik → sitopenia + sindrom respon inflamasi sistemik  Multiorgan failure
  10. Penyakit cat-scratch ialah limfadenitis yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae. Terutama terjadi pada anak-anak, 90% pasien berumur kurang dari 18 tahun. Manifestasinya berupa limfadenopati, paling sering pada ketiak dan leher. Pembesaran kelenjar getah bening terjadi sekitar 2 minggu setelah tercakar kucing atau lebih jarang setelah tertusuk duri atau serpihan benda. Kadang-kadang terlihat tonjolan inflamasi, vesikel atau krusta pada tempat terjadinya cedera. Pada sebagian besar pasien pembesaran kelenjar getah bening akan hilang setelah 2 sampai 4 bulan.
  11. Sebagian bermanifestasi sebagai leukemia yang mengenai sumsum tulang dan darah tepi. Yang lain cenderung bermanifestasi sebagai limfoma yaitu tumor yang menimbulkan massa pada kelenjar getah bening atau jaringan lain. Leukimia: keganasan pada komponen sumsum tulang dan darah tepi (sistemik) Limfoma: massa pada organ solid sistem limfoid: spleen, MALT, lymph nodes, bone marrow Karena gambaran klinis berbagai neoplasma limfoid itu saling tumpang tindih maka jenis neoplasma limfoid dapat dibedakan dengan baik hanya dengan menilai morfologinya maupun aspek molekulernya bersama- sama. Jalan lain yang dapat digunakan untuk menentukan diagnosis dan prognosis, yang sangat penting adalah perhatian khusus untuk memastikan asal jenis sel tumor itu, bukan di mana ditemukannya pada penderita.
  12. skema klasifikasi yang diterima secara luas, yang merupakan kombinasi antara morfologi, fenotipe, genotipe dan gambaran klinis. Beberapa prinsip penting perlu difahami untuk dasar pembahasan selanjutnya tentang klasifikasi ini: • Tumor sel B dan sel T, seringkali tersusun dari terhenti perkembangannya pada atau berasal dari sel pada stadium tertentu dalam diferensiasi normalnya (Gambar 11-13). Diagnosis dan klasifikasi tumor-tumor ini sangat bergantung kepada hasil pemeriksaan (immnohistokimia atau flow cytometry) yang menentukan antigen yang khas galur sel (contoh, petanda sel B, sel T dan sel NK) dan petanda untuk pematangannya. Telah disepakati bahwa banyak petanda-petanda tersebut dinyatakan dengan angka dari "kelompok diferensiasi" (acluster of differentiation" / CD). Klasifikasi WHO tentang tiap jenis neoplasma limfoid, memperhatikan gambaran morfologi, asal sel (ditentukan dengan pemeriksaan imunofenotipe), gambaran klinis dan genotipe (contoh, kariotipe, adanya genom virus). Klasifikasi ini mencakup semua neoplasma limfoid, termasuk leukemia dan mieloma multipel dan berdasarkan sel asalnya dibedakan menjadi 3 kelompok besar yaitu: (1) tumor sel B, (2) tumor sel T dan sel NK dan (3) limfoma Hodgkin.
  13. Leukemia limfoblastik akut (ALL) dan limfoma limfobastik adalah tumor yang agresif, terdiri atas limfosit muda (limfoblas), terutama terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Berbagai tumor limfoblastik secara morfologi tidak dapat dibedakan, dan sering menyebabkan gejala sama serta diobati dengan cara yang sama.
  14. Gambaran Klinis Leukemia Akut Ciri-ciri leukemia akut adalah sebagai berikut: Permulaan penyakit berlangsung mendadak dan bertubi-tubi. Sebagian besar penderita datang berobat dalam 3 bulan setelah gejalanya timbul.
  15. Perbandingan morfologi limfoblas dan mieloblas. A, Leukemia/limfoma limfoblastik, kromatin inti padat, anak inti kecil, dan sitoplasma sangat sedikit tanpa granula. B, Leukemia mieloid akut. Mieloblas dengan kromatin inti lembut, anak inti mencolok dan granula azurofilik halus pada sitoplasma.
  16. CLL/SLL adalah tumor yang tumbuhnya lambat, mengesankan bahwa pada penyakit ini peningkatan daya tahan hidup sel tumor lebih penting daripada proliferasi sel.
  17. Seperti pada CLL/SLL, sel neoplastik mengekspresikan BCL2, suatu protein yang tidak ada pada sel B centrum germinativum normal. Lebih dari 85% tumor mempunyai ciri translokasi (14;18) yang menggabungkan gen BCL2 pada kromosom 18 dengan lokus IgH pada kromosom 14.
  18. KGB digantikan oleh proliferasi nodular, sebagian sel tumor menyerupai sel B centrum germinativum normal Sel neoplastik lebih besar daripada limfosit yang sedang istirahat, inti berbentuk siku dan terbelah (cleaved) dengan lekukan ke dalam (indentasi) dan lipatan linier Kromatin inti kasar bergumpal, anak inti tidak jelas Sel kecil bercampur dengan sel besar dg kromatin vesikuler, beberapa anak inti dan sitoplasma sedang
  19. Translokasi ini menyebabkan gangguan pengaturan ekspresi siklin D, sebagai regulator siklus sel
  20. A, Pada pembesaran lemah, sel neoplastic lymphoid mengelilingi germinal center yang kecil dan atropik, menghasilkan gambaran pelebaran zona mantel. B, Pada pembesaran kuat menunjukkan populasi homogen sel small lymphoid dengan gambaran nukleus ireguler, kromatin memadat, and sitoplasma sedikit. Tidak tampak sel-sel yang besar yang menyerupai prolimfosit (pada CLL) dan centroblast (limfoma folikuler)
  21. Limfoma sel B besar difus adalah yang paling lazim ditemukan pada orang dewasa sekitar 50% dari semua NHL orang dewasa. Dalam kelompok ini termasuk beberapa subtipe yang menunjukkan riwayat penyakit alami (natural history) yang bersifat agresif.
  22. Terlihat di sini pada permukaan hati yang terpotong ada dua lesi massa kecoklatan pucat. Warnanya bisa berkisar dari putih ke cokelat ke merah, sering dicampur. DLBCL dapat dikaitkan dengan keadaan imunosupresi, seperti AIDS dari infeksi HIV, atau muncul dengan infeksi Kaposi sarcoma herpesvirus (KSHV) dan mengarah pada keterlibatan rongga tubuh yang ditandai oleh efusi pleura atau peritoneum yang ganas. Neoplasma agresif ini dapat merespons kemoterapi multi-agen.
  23. Limfoma Burkitt berhubungan erat dengan translokasi yang melibatkan gen MYC pada kromosom 8. Sebagian besar translokasi berupa penggabungan gen MYC dengan gen IgH pada kromosom 14, tetapi varian translokasi yang melibatkan rantai ringan κ dan λ,
  24. Pada hampir semua kasus mieloma multipel dan tumor sel plasma terkait sel tumor mensekresi satu imunoglobulin tunggal yang lengkap atau sebagian. Karena imunoglobulin ini dapat ditemukan dalam serum, maka kelainan ini juga dikenal sebagai gamopati monoklonal dan imunoglobulin terkait sering disebut sebagai protein M. Walaupun protein M mungkin menandakan keganasan yang jelas tetapi juga dapat ditemukan gamopati monoklonal yang maknanya tidak jelas (monoclonal gammopathy of undetermined significance/MGUS), yang dibahas kemudian. Secara keseluruhan, kelainan ini menyebabkan sekitar 15% dari kematian yang disebabkan oleh tumor sel darah putih. Paling lazim ditemukan pada umur pertengahan atau orang tua.
  25. Keganasan pada sel plasma yang disebabkan karena disregulasi siklin D1 dan D3 sehingga terjadi Peningkatan proliferasi sel Berefek pada: tulang, sistem imun, ginjal Tulang: neoplasma meningkatkan RANKL -> mengaktifkan osteoklas, factor lain menghambat osteoblast. Resorpsi tulang meningkat -> hiperkalsemia dan fraktur patologis Sistem imun: Penurunan produksi antibodi fungsional Disfungsi renal: Obstructive proteinaceous casts (bence jones protein, Tamm-Horsfall protein, albumin, immunoglobulin, deposisi rantai ringan, hiperkalsemia -> dehidrasi, batu ginjal, pyelonephritis
  26. Mikroskopis sumsum tulang : Peningkatan jumlah sel plasma, sel mieloma meyerupai sel plasma normal, tampak abnormal, anak inti mencolok, terdapat badan inklusi abnormal pada sitoplasma yg mengandung imunoglobulin
  27. Limfoma limfoplasmasitik dimasukkan dalam neoplasma sel plasma karena sel tumor mensekresi protein M, paling lazim IgM, tetapi jelas berbeda. Tumor ini terdiri atas campuran sel B dari limfosit kecil sampai limfosit plasmasitik dan sel plasma. Sifatnya seperti limfoma sel B yang indolen dan biasanya mengenai kelenjar getah bening, sumsum tulang dan limpa. Seringkali kadar IgM yang tinggi menyebabkan darah mengalami peningkatan viskositas sehingga terjadi sindrom yang disebut makroglobulinemia Waldenstrom gangguan penglihatan, gangguan neurologik, perdarahan, krioglobulinemia. Penyebaran ke: KGB, limpa, hati, saraf, meninges, otak
  28. Limfoma Hodgkin kelenjar getah bening. sel Reed-Sternberg berinti ganda dengan anak inti besar yang menyerupai jisim inklusi dan banyak sitoplasma dikelilingi oleh limfosit, makrofag, dan eosinofil.
  29. Ciri khas (sine qua non) sel reed sternberg Sel yg sangat besar, Inti multilobus, Anak inti mencolok, sitoplasma banyak agak eosinofilik, Sel dengan 2 inti spt bayangan cermin, masing-masing punya anak inti besar asidofilik, dikelilingi daerah jernih, kesan spt mata burung hantu, Membran inti jelas.
  30. Limfoma Hodgkin, jenis sklerosis nodular-kelenjar getah bening.Terlihat "sel lakunar" dengan inti yang multi lobus dengan banyak anak- inti kecil berada dalam rongga cerah yang terjadi akibat sitoplasma yang mengkerut Di sekitarnya dikelilingi limfosit.
  31. imfoma Hodgkin, jenis sklerosis nodular kelenjar getah bening. Pada pembesaran rendah tampak kolagen tanpa bentuk sel (kolagen aseluler) yang berwarna merah muda yang membagi kelompokan sel tumor menjadi banyak nodul.
  32. Limfoma Hodgkin, jenis sel campuran-kelenjar getah bening. Sel Reed-Sternberg yang khas untuk diagnosis tampak dikelilingi oleh eosinofil, limfosit, dan histiosit
  33. Leukemia promielositik akut aspirat sumsum tulang. Promielosit yang neoplastik mengandungi banyak granula azurofil yang kasar dan abnormal.Temuan khas lain adalah beberapa sel dengan inti ganda dan sel yang di tengahnya mengandungi banyak batang-Auer (Auer Rods) yang menyerupai jarum.
  34. Patogenesis : Fibrosis pada sumsum tulang, non neoplastic  scars pada sumsum tulang, menggantikan HSC  HSC migrasi ke spleen, liver, paru(extramedullary hematopoiesis)  organ membesar dan disfungsi  pansitopenia Proliferasi fibroblas dirangsang faktor transformasi pertumbuhan β yang dikeluarkan oleh megakariosit neoplastic
  35. Mielofibrosis primer sediaan apus darah tepi. Terdapat dua sel prekursor eritroid berinti dan banyak sel darah merah yang menyerupai tetesan air mata (dakriosit). Pada lapangan lain terdapat sel mieloid yang imatur. Gambaran serupa dapat terlihat pada penyakit lain yang menyebabkan kerusakan sumsum tulang dan fibrosis.
  36. Splenomegali disebabkan berbagai penyakit sistemik Dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan derajat splenomegali:
  37. Germinal center mengandung B cell reaktif, terdapat pada pasien myastenia gravis dan penyakit autoimun lainnya (SLE, RA)