2. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit
yang tidak normal, jumlah berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia dan
diakhiri kematian ( Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,
1998 ).
3. Etiologi
Penyebab leukimia sampai sekarang belum jelas
faktor yang turut berperan adalah :
faktor eksogen, seperti sinar X, sinar radio aktif, bahan
kimia (benzol, arsen), infeksi (virus, bakteri),
faktor endogen seperti ras (orang Yahudi), kelainan
kromosom (down sindrom), herediter (kakak beradik
atau kembar satu telur).
4. Klasifikasi
Leukimia akut
Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, dan puncak insidensi pada usia 4
tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi
Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi
ke semua sel mieloid, monosit, grnulosit (basofil, neutrofil,
eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia
dapat terkena, insiden meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang
paling sering terjadi
5. Leukimia Kronis
Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan
limfoproliferatif yang ditemukan pada orang tua (umur median
60 tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-laki. LLK
dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi 30% limfosit
matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan
tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang mencapai
100.000+/mm3 atau lebih.
Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik
sel B indolen. Nama mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti
gelondong pada limfosit pada apusan darah dan sumsum tulang
yang diwarnai.
Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK
Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun,
lebih banyak terdapat sel normal dibanding pada bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan
6. Tanda dan Gejala
Gejala yang khas pada penderita LLA:
pucat ( dapat terjadi mendadak ),
Panas tanpa infeksi,
rasa lelah,
Penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan splenomegali ( 86 % ),
hepatomegali, limpadenopathi, nyeri tekan tulang dada,
ekimosis, perdarahan retina.
Gejala yang tidak khas adalah nyeri pada tulang.
7. Test Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
leukositosis 60%, leukopenia 25%, neutropil rendah,
hemoglobin dan trombosit rendah.
Sumsum tulang biasanya menunjukan sel blas dominan
yaitu terdiri dari sel limfopoetik patologis, aplasia
skunder.
Kimia darah : kolestrol rendah, asam urat meningkat,
hipogamaglobulinemia. Biopsi limpa : proliferasi sel
leukimia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang
terdesak.
Cairan cerebrospinalis : peningkatan jumlah sel
patologis dan protein.
8. Terapi / Penatalaksanaan Medik
Pengobatan :
Transfusi darah, jika HB kurang dari 6g%, pada
trombositopenia dapat diberi transfusi trombosit.
Kortikosteroid ( prednison, kortison, deksametason ), setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
Sitostatika : vinkristin, adriamicyn metrotrexat, 6-
merkaptopurin, umumnya dikombinasi dengan prednison.
Efek samping obat ini dapat berupa alopsia/botak, stomatitis,
leucopeni infeksi skunder, kandiasis. Bila jumlah leukosit
kurang dari 2000/mm pemberiannya harus hati-hati.
9. Infeksi skunder dihindarkan ( lebih baik di isolasi ).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang
terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukimia cukup rendah ( 10 -10 ), imunoterapi mulai
diberikan ( mengenai cara pengobatan yang terbatas
masih dalam pengembangan
10. Cara Pengobatan
Induksi, dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan
berbagai obat tersebut sampai sel blast dalam sumsum
tulang kurang dari 5%.
Kousolidasi, bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat
memperbanyak diri.
Rumat, untuk mempertahankan masa remisi agar lebih
lama. Biasanya dengan memberikan sistostika setengah
dosis biasa.
Reinduksi, untuk mencegah relaps, biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada
induksi selama 10-14 hari.
Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf pusat,
diberikan MTX secara intratekal dan radiasi kranial.
Pengobatan imunologik.
11. Komplikasi
Infeksi beberapa sistem ( pernafasan, pencernaan )
Perdarahan
Relaps
Efek samping dari kemoterapi/radiasi : kardiomiopati,
alopesia.
Kematian
12. Pengkajian
Keluhan mudah lelah
Tidak mampu melakukan aktivitas rutin
Keluarga ada menderita leukimia
Pekerjaan ahli radiologi
Mendapatkan terapi sinar radio aktiv
Obat golongan ankilating
Anoreksia, muntah, berat badan menurun.
Cenderung terjadi memar
Pharingitis
Disphagia
13. Hematuri
Melena
Urine out put menurun
Mudah lelah
Lemah
Tidak mampu melakukan aktivitas
Dada berdebar-debar
Sesak nafas
14. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi infeksi b.d menurunya daya tahan tubuh
yang berkaitan dengan neutropenia.
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia.
Resiko tinggi injuri : perdarahan b.d penurunan
trombositopenia
Perubahan membran mucosa mulut : stomatitis b.d
efek samping kemotherapy
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anorexia, mual, muntah, stomatitis atau efek samping
kemotherapy
15. Intervensi
Kaji/observasi tanda anemia seperti pucat, peka
rangsang, intoleransi aktivitas normal, HB normal.
Tentukan toleransi aktivitas pasien
Berikan kesempatan pada pasien untuk mandiri sesuai
usia dan kemampuan
Beri bantuan pada pasien saat beraktivitas
Rencanakan waktu untuk beraktivitas
Atur/ubah posisi serta berikan posisi perawatan daerah
tertekan (bokong, punggung)
Hindari aktivitas bermain yang mungkin menyebabkan
cedera fisik