1. ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS
di PT. ASTRA INTERNATIONAL, Tbk.
Tugas Perkuliahan
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk menyelesaikan tugas Ujian Tengah Semester
(UTS) mata kuliah Business Ethics and Good Governance
Oleh:
MUHAMMAD FRAYOGI
NIM. 55116120098
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA, April 2017
2. ABSTRAK
Muhammad Frayogi. NIM. 55116120098. Analisa Etika Bisnis di PT. Astra
International Tbk. Program Studi Magister Manajemen. Program
Pascasarjana. Universitas Mercubuana. Dosen Pengampu Prof. Dr. Ir. Hapzi
Ali, MM, CMA.
Konsep Good corporate governance merupakan suatu urgensitas dalam upaya
mewujudkan suatu perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis dalam
mencapai tujuan perusahaannya. PT. Astra International dalam upaya menerapkan
etika bisnisnya dihadapkan pada beberapa masalah, tekait urgensi penerapan konsep
GCG, pelaksanaan ekspansi bisnis, serta komitmen bersama untuk mencapai tujua
perusahaan. Oleh karenanya, rumusan masalah yang ingin dipecahkan penulis dalam
makalah ini adalah melihat bagaimana penerapan etika bisnis Astra dalam pencapaian
tujuan perusahaannya. Untuk menganalisa penerapan etika bisnis Astra, penulis
menggunakan teori prinsip-prinsip etika bisnis menurut Keraf, dengan empat prinsip
etika bisnis, yaitu Otonomi, Kejujuran, Keadilan dan Saling Menguntungkan. Adapun
metode yang digunakan adalah analisa deskriptif untuk memahami secara mendalam
objek penulisan makalah. Berdasarkan hasil deskripsi dan analisa data, Astra telah
menerapkan prinsip etika bisnis secara optimal, dilihat dari komitmen dan upaya
meraka untuk berkontribusi kepada Bangsa dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah peningkatan kontrol dan evaluasi
terkait penerapan etika bisnis agar tetap sesuai dengan nilai-nilai perusaahan dan
berjalan secara terus-menerus.
Kata Kunci: Komitmen & Upaya, Prinsip-prinsip, Etika Bisnis
3. i
DAFTAR ISI
ABSTRAK
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................ 7
1.3 Batasan Masala ....................................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah................................................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori........................................................................................ 10
2.2 Kerangka Berpikir .................................................................................. 14
BAB III METODOLOGI PENULISAN MAKALAH
3.1 Metode Penulisan ................................................................................... 16
3.2 Ruang Lingkup ....................................................................................... 17
3.3 Objek Penulisan Makalah ...................................................................... 17
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 17
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek ...................................................................................... 19
4.2 Deskripsi Data ........................................................................................ 23
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 30
4. ii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 42
5.2 Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan pada era globalisasi yang ditandai dengan semakin terbukanya arus
informasi, komunikasi, dan transportasi antarnegara di dunia, menuntut perusahaan
untuk menerapkan konsep Good Corporate Governance (GCG) dalam menjalankan
bisnisnya, baik perusahaan besar maupun menengah sekalipun. Penerapan konsep
GCG dalam penerapannya akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Hal ini berkaitan dengan penyaluran atau distribusi dari kekuatan dan
tanggung jawab, serta konsekuensi dan akuntabilitas perusahaan pada performance
dan pencapaian kinerja perusahaan yang ingin dicapai oleh masing-masing
perusahaan tersebut.
Konsep Good Corporate Governance (GCG) ini sendiri tentunya memiliki
keterkaitan dengan etika bisnis atau nilai-nilai yang menjadi ciri khas atau kekayaan
ragam yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Hal ini sama kaitannya dengan
keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia yang terdiri dari hal-hal yang unik
dan bahkan tidak dimiliki oleh negara-negara di dunia, seperti Bahasa, kekayaan seni
dan budaya daerah, ragam sejarah dan barang peninggalannya, serta nilai-nilai luhur
yang telah tertanam pada jati diri Bangsa Indonesia. Hal ini tentunya memiliki
keselarasan antara konsep nilai-nilai keragaman Bangsa Indonesia dengan nilai-nilai
6. 2
atau etika bisnis suatu perusahaan dalam menjalankan roda bisnisnya tersebut. Nilai-
nilai inilah yang menjadi dasar bagi setiap perusahaan dalam proses pengambilan
keputusan serta penetapan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut.
Urgensi penerapan etika bisnis dalam proses pengambilan keputusan dan
penetapan tindakan-tindakan di lingkungan kerja, tidak hanya semata-mata untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan, namun lebih untuk meingkatkan citra
perusahaan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan tersebut dengan menerapkan
konsep Good Corporate Governance (GCG) dengan pihak stakeholders dan
shareholders serta menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap dampak
dari kegiatan bisnis kepada masyarakat serta lingkungan sekitar.
Menurut Sekuritas (2016), yang dikutip dalam website Indonesia Investment
yang menyatakan bahwa PT. Astra Internasional Tbk (Astra) merupakan salah satu
konglomerat terdiversifikasi terbesar di Indonesia. Perusahaan induk investasi ini
sering dianggap sebagai barometer perekonomian Indonesia karena kehadirannya di
berbagai sektor, seperti otomotif, agribisnis, alat berat, pertambangan, energi, jasa
keuangan, teknologi informasi, dan infrastruktur & logistik.
Astra menunjukkan pertumbuhan yang kuat, kompetitif serta berkelanjutan
dimana hal ini dapat dilihat saat Indonesia dilanda krisis keuangan Asia di akhir
tahun 1990-an dimana krisis ini mendesak untuk melakukan restrukturisasi dan
reorganisasi model bisnisnya (termasuk saat pengambil-alihan oleh Jardine Matheson
Group yang berbasis di Hongkong pada tahun 1999 melalui anak perusahaan Jardine
7. 3
Cycle & Carriage, Ltd.). perusahaan yang berawal dari sebuah usaha perdagangan
kecil yang didirikan oleh dua saudara Wiliam Soerdjaya dan Tjia Kian Tie, PT. Astra
International Tbk telah berkembang menjadi konglomerat mengesankan yang
beroperasi terutama di Indonesia dalam membentuk perusahaan tercatat terbesar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan total kapitalisasi pasar lebih dari tujuh persen
(Sekuritas dalam website Indonesia Investement, 2016).
PT. Astra Intenational, Tbk ini merupakan grup otomotif terbesar di Asia
Tenggara dan menyediakan berbagai produk mobil dan sepeda motor. Produk PT.
Astra Intenational untuk sepeda motor adalah Honda Motor dengan nama anak
perusahaan PT. Astra Honda Motor, sedangkan untuk produk mobilnya yaitu Toyota,
Daihatsu, Isuzu, BMW, Peugeot dan UD Trucks. Adapun dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini untuk data market share dari produk-produk otomotif dari PT. Astra
International Tbk, sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penjualan Sepeda Motor 2015 dan 2016
Brand
2015 2016
Terjual (unit) % Terjual (unit) %
Honda 4,453,888 68,73 4,380,888 73.86
Yamaha 1,798,630 27,76 1,394,078 23,50
Kawasaki 115,008 1,77 97,622 1,65
Suzuki 109,882 1,7 56,824 0,96
TVS 2,747 0,02 1,873 0,03
Total 6,480,155 100 5,931,285 100
Sumber: Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), 2017.
8. 4
Tabel 1.2
Penjualan Mobil 2014 dan 2015
Brand
2014 2015
Terjual (unit) % Terjual (unit) %
Daihatsu 67,142 15.45 60,172 16.54
Honda 49,103 11.3 55,071 15.13
Isuzu 10,214 2.35 7,506 2.06
Mazda 3,193 0.73 2,910 0.8
Mitsubishi 54,610 12.56 42,459 11.67
Nissan 14,466 3.33 11,559 3.18
Datsun 0 0 9,240 2.54
Suzuki 56,020 12.89 43,106 11.85
Toyota 152,799 35.16 115,763 31.81
Others 27,076 6.23 16,085 4.42
Total 434,623 100 363,871 100
Sumber: Gaikindo Indonesia, 2016.
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bersama bahwa produk-produk
otomotif PT. Astra Intenational, Tbk telah menguasai lebih dari 50% pasar otomotif
di Indonesia. Meskipun telah memegang kendali untuk pasar otomotif di Indonesia,
dalam beberapa tahun terakhir ini Astra telah mengurangi ketergantungan
tradisionalnya pada industri otomotif dengan melakukan eskpansi bisnis ke berbagai
sektor lainnya untuk menumbuhkan peluang bisnis baru serta aliran pendapatan
lainnya, seperti pertambangan batu bara, agribisnis (minyak kelapa sawit), teknologi
informasi, infrastruktur (jalan tol, penyediaan air di Jakarta dan terminal penimbunan
minyak di Gresik, serta layanan solusi Teknologi Informasi.
Perubahan prospek bisnis PT. Astra Intenational, Tbk dilakukan secara sengaja
mengingat prospek industri kendaraan bermotor baik mobil maupun motor semakin
menurun yang disebabkan berbagai macam hal, salah satunya yaitu kebijakan
9. 5
pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk memangkas biaya subsidi bahan bakar serta
kenaikan pajak kepemilikan kendaraan bermotor lebih dari satu, dan membatasi
pinjaman yang berlebihan untuk pembelian kendaraan bermotor menyebabkan
keuntungan dari industri otomotif ini menjadi berkurang. Ekspansi bisnis ini
menyebabkan ketergantungan pendapatan Astra yang pada awal tahun 2000-an
sebesar 80% berasal dari industri otomotif, namun telah menurun menjadi 50%
(Sekuritas dalam website Indonesia Investement, 2016). Berikut penulis sampaikan
mengenai laporan laba bersih PT. Astra Intenational per segmen bisinis pada tahun
2015, sebagai berikut:
Tabel 1.3
Laporan Laba Bersih PT. Astra International, Tbk 2012-2015
(disajikan dalam rupiah milyar, kecuali dinyatakan lain)
Segmen Bisnis Astra 2012 2013 2014 2015 Total %
Otomotif 9,472 9,829 8,491 7,464 35,256 48.63%
Jasa Keuangan 3,714 4,273 4,750 3,555 16,292 22.47%
Alat Berat, Pertambangan & Energi 3,500 2,971 3,263 2,342 12,076 16.66%
Agribisnis 1,920 1,435 1,996 493 5,844 8.06%
Infrastruktur, Logistik & Other 683 748 491 406 2,328 3.21%
Teknologi Informasi 132 161 200 204 697 0.96%
Total 19,421 19,417 19,191 14,464 72,493 100.00%
Sumber: Astra International, Laporan Tahunan 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kontribusi laba terbesar yang
didapat oleh PT. Astra Intenational, Tbk yaitu dari sektor otomotif. Namun ekspansi
bisnis yang dilakukan oleh Astra ini menghilangkan ketergantungan pada laba yang
dapat dari bisnis otomotif sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Segmen
bisnis jasa keuangan, alat berat, pertambangan & enegrgi agribisnis, infrastruktur,
10. 6
logistik & lainnya, serta layanan teknologi informasi juga memiliki kontribusi
terhadap pendapatan bisnis Astra terhadap total pendapatan konsilidasian secara
konsisten. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Astra dapat memanfaatkan berbagai
peluang bisnis untuk meningkatkan investasi dan semakin memperluas disversifikasi
usaha yang singergis berdasarkan strategi bisnis dan tujuan perusahaan.
Kunci keberhasilan yang telah dicapai oleh PT. Astra International, Tbk untuk
dapat terus berkembang dan melakukan eskpansi bisnis dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu terletak pada komitmen bersama untuk ‘Sejahtera Bersama
Bangsa’ yang berlandaskan pada visi dan misi serta filosofi ‘Catur Dharma’.
Komitmen bersama ini juga ditunjang dengan adanya sistem manajemen pengelolaan
segala kegiatan bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai urgensi penerapan etika bisnis dalam
pelaksanaan segala aktivitas bisnis dalam mencapai tujuan perusahaan, maka penulis
akan melakukan penelitian terkait penerapan etika bisnis dalam mencapai tujuan
perusahaan. Adapun penulisan makalah untuk menganalisa penerapan etika bisnis
dalam perusahaan ini, penulis menentukan PT. Astra International, Tbk sebagai studi
kasus penulisan makalah ini dikarenakan penulis ingin mengetahui bagaimanakah PT.
Astra International, Tbk dalam menerapkan konsep etika bisnis perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Dengan demikian, judul makalah untuk menganalisa
penerapan etika bisnis di perusahaan ini adalah “Analisis Penerapan Etika Bisnis di
PT. Astra International, Tbk”.
11. 7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang dalam penerapan etika bisnis perusahaan
di PT. Astra International di, Tbk dalam pencapaian tujuan perusahaan di atas,
penulis dapat mengidentifikasi hal-hal yang menjadi urgensi penerapan konsep etika
bisnis tersebut di dalam perusahaan. Berikut adalah identifikasi masalah dalam
penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1. Semakin tingginya persaingan bisnis akibat semakin terbukanya arus informasi,
komunikasi, dan transportasi antarnegara di dunia yang menuntut perusahaan
dalam menerapakan konsep Good Corporate Governance sesuai dengan nilai-
nilai etika bisnis perusahaan tersebut.
2. Adanya perubahan ketergantungan bisnis PT. Astra International, Tbk dalam
bisnis otomotif yang selama ini menjadi pendapatan bisnis utama perusahaan.
Hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh pada
penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, seperti kenaikan harga bahan bakar,
kenaikan pajak kendaraan, serta pembatasan pinjaman dalam pembelian
kendaraan bermotor.
3. Penerapan komitmen bersama untuk ‘Sejahtera Bersama Bangsa’ yang
berlandaskan pada visi dan misi serta filosofi ‘Catur Dharma’. Komitmen
bersama ini juga ditunjang dengan adanya sistem manajemen pengelolaan segala
kegiatan bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Dalam hal ini penulis
ingin mengetahui bagaimana penerapan komitmen tersebut.
12. 8
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan mengenai identifikasi masalah yang muncul pada
penulisan makalah ini yang dijabarkan dalam latar belakang dan identifikasi masalah
di atas. Pembatasan masalah ditujukan untuk mendapatkan fokus penulisan makalah
yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, pembatasan masalah dalam penelitian ini
yaitu mengenai penerapan etika bisnis di PT. Astra International, Tbk.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan mengenai hal-hal terkait urgensi penerapan etika bisnis
dalam perusahaan yang telah dijabarkan di bagian latar belakang dan batasan masalah
penelitian, agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih fokus untuk dapat
menentukan tujuan penelitian, maka penulis membuat rumusan masalah, yaitu
Bagaimanakah penerapan etika bisnis di PT. Astra International, Tbk?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan arah dari suatu penelitian yang disesuaikan
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan makalah mengenai penerapan etika bisnis dalam perusahaan dalam hal ini
adalah PT. Astra International, Tbk, yaitu untuk mengetahui bagaimanakah
penerapan etika bisnis di PT. Astra International, Tbk.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari adanya penulisan makalah ini, yaitu diharapkan dapat
memberikan sumbangsih pengembangan ilmu etika bisnis dan good coporate
13. 9
governance, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan
dalam kajian ilmu yang berkaitan dengan teori yang digunakan dalam penelitian
ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang
memberikan manfaat dan wawasan tentang upaya menciptakan suatu penerapan
etika bisnis yang bersih dan baik sesuai degan nilai-nilai di dalam perusahaan,
terutama dalam hal pencapain tujuan perusahaan itu sendiri.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi pembaca, penulis makalah atau peneliti lain yang
didapat dalam penulisan makalah ini, diharapkan mampu menjadi suatu acuan
sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam kajian mengenai permasalahan
serupa, yaitu penerapan etika bisnis. Dan penulisan makalah ini juga diharapkan
mampu disempurnakan dengan adanya penulisan atau penelitian lain yang serupa
sehingga kekurangan dari penulisan makalah ini dapat disempurnakan sehingga
nantinya akan menghasilkan solusi-solusi yang lebih baru disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan hasil penelitian juga, diharapkan mampu menjadi acuan
penilaian maupun masukkan bagi PT. Astra International, Tbk atau perusahaan
terkait lainnya dalam penerapan etika bisnis perusahaan. Penerapan etika bisnis
perusahaan ini juga semata-mata ditujukan untuk menciptakan suatu konsep tata
kelola perusahaan yang baik untuk pembangunan ekonomi negara secara
berkelanjutan.
14. 10
BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori yakni menjabarkan penggunaan berbagai teori dan konsep yang
relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian, yang kemudian disusun dengan
teratur dan rapi untuk dapat membuat suatu asumsi dasar dalam penelitian. Dengan
mengkaji berbagai teori dan konsep maka penulis memiliki konsep penelitian yang
jelas, sehingga dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat
menemukan hasil penelitian yang tepat dan akurat. Penelitian yang dilakukan peneliti
sangat erat hubungannya dengan teori-teori yang digunakan para ahli ilmu etika
bisnis dan good corporate governance (GCG). Dalam hal ini berkaitan dengan
konsep-konsep penerapan etika bisnis untuk mencapai konsep GCG itu sendiri dalam
proses pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya pemaparan teori-teori, maka
memungkinkan penulisan makalah yang dilakukan dapat mencapai tujuan dari
penulisan makalah ini sendiri. Untuk itu dalam deskripsi teori ini, peneliti akan
menuliskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
2.1.1. Konsep Etika Bisnis
Kata “etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu
pula “etika bisnis” bisa berbeda artinya. Secara etimologis (dalam Yosephus, 2010:3),
kata etika sendiri berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat,
15. 11
kebiasaan, watak, akhlak, sikap, perasaan dan cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha
yang berarti adat-kebiasaan atau pola pikir yang dianut oleh suatu kelompok orang
yang disebut masyarakat atau pola tindakan yang dijunjung tinggi dan dipertahankan
oleh masyarakat tersebut. Yosephus berpendapat (2010:3) bahwa bentuk jamak inilah
yang menjadi acuan dengan istilah etika yang dipakai dalam sejarah peradaban
manusia hingga saat ini. Dikarenakan etika ini dapat dikatakan dikatakan sebagai
nilai-nilai atau adat-kebiasaan yang baik yang dipertahankan, dijunjung tinggi dan
diwariskan secara turun-temurun.
Ali (2015:4) menjelaskan bahwa etika bisnis ini dapat dibedakan dari sisi
praktis dan refleksinya. Etika sebagai prkatis berarti moral atau moralitas apa yang
harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan dan sebagainya. Sedangkan,
etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral, dimana kita berpikir tentang apa yang
dilakukan lebih spesifik yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dalam hal
ini, etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik burukya perilaku seseorang atau
kelompok. Dari kedua pemaparan konsep penggunaan etika di atas, penulis
menyimpulkan bahwa teori etika dapat membantu dalam menilai keputusan etis
dengan menggunakan kerangka tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang telah ada sejak
turun-temurun di masyarakat. Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa keputusan
yang diambil benar atau tidak dan dapat dipertanggung jawabkan mengenai dasar
pengambilan keputusan etis tersebut.
Bertens dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Etika Bisnis” (2009:65),
mengatakan bahwa etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum
16. 12
pada suatu wilayah perilau manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis.
Peranan etika dalam bisnis menurut Ali (2015:5), berfungsi untuk menggugah
kesadaran moral pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis yang didasari pada
nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen, masyarakat dan demi menjaga
nama baik bisnis sendiri dalam jangka panjang. Etika bisnis menjadi acuan bagi
pebisnis tanpa merugikan konsumen, buruh, karyawan, dan masyarakat luas. Hak dan
kepentingan mereka tidak boleh diabaikan oleh praktek bisnis. Praktek-praktek
monopoli, oligopoli, kolusi dan sejenisnya menjurus pada kerugian konsumen
masyarakat serta Negara menjadi objek bagi etika bisnis untuk dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pemaparan mengenai etika bisnis tersebut, penulis dapat menarik
kesimpulan dari konsep etika bisnis. Etika bisnis sendiri dapat dikatakan sebagai
sebuah sistem yang dijadikan pedoman oleh perusahaan dalam menjalankan segala
aktivitas bisnisnya. Penerapan etika dalam bisnis ini digunakan untuk meningkatkan
kesadaran para pelaku bisnis untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan
pelanggan, karyawan, pemegang saham dan stakeholder lainnya. Hal ini tentunya
ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang
memperhatikan hak dan kewajibannya kepada stakeholder serta mampu secara
bertanggung jawab dalam segala dampak yang muncul akibat aktivitas bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Disamping peningkatan citra perusahaan,
penerapan etika bisnis ini juga ditujukan untuk proses pencapaian tujuan perusahaan
secara baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
17. 13
2.1.2. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Menurut Keraf dalam Ali (2015:7), prinsip-prinsip etika bisnis terdiri dari
empat prinsip etika, diantaranya:
1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia dalam megambil
keputusan dan bertindak berdasarkan tuntutan hati nuraninya, kesadarannya
sendiri mengenai sesuatu kebaikan yang diberikan kepada orang lain.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan
keutamaan. Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Dalam perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling
percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat
perjanjian dan kontrak, serius, tulus dan jujur alam melaksanakan perjanjian
tersebut. Kejujuran sangat menentukan keberlanjuta relasi dan kelangsungan
bisnis selanjutnya.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip Keadilan merupakan tindakan terhadap keterlibatan semua pihak dalam
bisnis merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap
orang dalam kegiatan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan
diperlakukan sesuai dengan hak da kewajiban masing-masing.
18. 14
4. Prinsip Saling Meguntungkan
Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada
keterlibatan setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip
keutamaan. Saling menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal
pelaku bisnis atau perusahaan agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan
untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
Berdasarkan pemaparan mengenai teori etika bisnis dan prinsip-prinsip etika
bisnis di atas, maka penulisan makalah dengan judul “Analisa Penerapan Etika
Bisnis di PT. Astra International Tbk”, akan dilakukan analisa dengan menggunakan
teori Keraf dengan empat prinsip etika bisnis. Adapun empat prinsip tersebut terdiri
dari prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip saling
menguntungkan. Penggunaan teori ini ditujukan untuk memudahkan penulis dalam
melakukan analisa kasus dalam penerapan etika bisnis di PT. Astra International Tbk.
2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berpikir penelitian adalah kerangka teori dan konsep yang relevan
dengan studi kasus yang akan dianalisis, sehingga mencerminkan alur pemikiran
keseluruhan dari penelitian tersebut. Alur pemikiran penelitian ini terdiri dari
permasalahan yang muncul dalam pemaparan latar belakang, perumusan masalah
yang dianalisis dengan penggunaan teori yang relevan dengan penelitian ini, untuk
mencapai tujuan dari pelaksanaan penelitian ini. Kerangka berpikir menggambarkan
konsep penelitian mengenai “Analisa Penerapan Etika Bisnis di PT. Astra
19. 15
International Tbk” dalam pencapaian tujuan perusahaan yang ditujukan untuk
menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan dari
penulisan makalah yang dilakukan itu sendiri. Berikut adalah alur kerangka berpikir
penelitian mengenai “Analisa Penerapan Etika Bisnis di PT. Astra International Tbk”
dalam pencapaian tujuan perusahaan:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penulisan Makalah
Identifikasi Masalah
1. Semakin tingginya persaingan bisnis sehingga yang menuntut perusahaan untuk menerapkan
nilai-nilai etika bisnis dalam perusahaan tersebut.
2. Perubahan ketergantungan bisnis Astra dengan melakukan eskpansi bisnis
3. Penerapan komitmen filosofi, visi dan misi Astra
(Sumber: Peneliti,2017)
Bagaimanakah penerapan etika bisnis di PT. Astra International, Tbk?
Prinsip-Prinsip Penerapan Etika Bisnis menurut Keraf, sebagi berikut:
1. Prinsip Otonomi
2. Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Keadilan
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan etika bisnis di PT. Astra International, Tbk
20. 16
BAB III
METODE PENULISAN MAKALAH
3.1 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian
itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode analisa yang digunakan peulis dalam penelitian mengenai “Analisis
Penerapan Etika Bisnis di PT. Astra International, Tbk”, yaitu metode analisa
deskriptif. Hal ini ditujukan untuk dapat memahami, menggambarkan serta
menghayati segala kejadian yang terjadi dengan fokus penelitian, dan diharapkan
hasil dari penelitian dapat menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui penerapan
etika bisnis di PT. Astra International, Tbk dalam upaya pencapaian tujuan
perusahaan secara optimal.
21. 17
3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah merupakan bagian yang membatasi dan menjelaskan
substansi materi kajian penulisan makalah yang akan dilakukan. Dalam hal ini, ruang
lingkup penulisan makalah digunakan sebagai batasan penelitian agar dalam
melakukan penelitian, peneliti dapat lebih terfokus pada ruang lingkup penulisan
makalah yang dilakukan. Hal ini diharapkan dapat memudahkan peneliti untuk lebih
fokus pada penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai “Analisis Penerapan Etika
Bisnis di PT. Astra International, Tbk”.
3.3 Objek Penulisan Makalah
Objek penulisan makalah yaitu menjelaskan perusahaan yang akan dijadikan
bahan analisa oleh penulis, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan
memilihnya. PT. Astra International, Tbk dipilih sebagai studi kasus penulisan
makalah didasarkan pada hal-hal yang telah dijelaskan pada BAB I mengenai
identifikasi masalah dalam hal urgensi penerapan etika bisnis dalam perusahaan, yaitu
persaingan global yang dihadapi oleh PT. Astra International, Tbk., ekspansi bisnis
yang dilakukan dan penerapan komitmen bersama untuk mencapai tujuan perusahaan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Masalah memberi arah dan memengaruhi penentuan teknik pengumpulan
data. Banyak masalah yang telah dirumuskan tidak dapat dipecahkan dengan baik,
karena teknik untuk memperoleh data yang diperlukan tidak dapat menghasilkan data
yang diinginkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk
22. 18
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penulisan makalah mengenai “Analisis
Penerapan Etika Bisnis di PT. Astra International, Tbk”, dengan menggunakan
teknik studi dokumentasi atau kepustakaan.
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga
akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini
hanya mengambil data yang sudah ada terkait PT. Astra International, Tbk ataupun
sumber data lainnya yang berhubungan dengan penulisan makalah yang dilakukan
oleh penulis. Metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan dokumen. Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian
mengenai “Analisis Penerapan Etika Bisnis di PT. Astra International, Tbk”,
digunakan sebagai data utama terkait penulisan makalah ini. Untuk itu, data yang
digunakan haruslah bersumber pada data yang akurat dan terpercaya.
23. 19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek
Deskripsi objek menggambarkan mengenai objek yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi pada lokasi
penelitian, serta hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Deskripsi objek juga menjelaskan secara umum terkait profil perusahaan. Berikut
deskripsi objek dari penulisan makalah mengenai “Analisis Penerapan Etika Bisnis di
PT. Astra International, Tbk” yang dideskripsikan melalui pemaparan profil
perusahaan PT. Astra International, Tbk.
4.1.1 Profil dan Sejarah Perusahaan
PT. Astra International, Tbk (Astra) mengawali bisnis di Jakarta pada tahun
1957 sebagai perusahaan perdagangan umum dengan nama PT. Astra International
Incoroporated, yang kemudian mengalami perubahan nama menjadi PT. Astra
International Tbk pada tahun 1990. Seiring dengan pelepasan saham ke publik beserta
pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dengan ticker
ASII pada 4 April. Pada tahun 2015, nilai kapitalisasi pasar Astra adalah sebesar IDR
242,9 triliun (30 Desember 2015).
Pada tahun 2015, kegiatan usaha yang dapat dijalankan oleh perusahaan,
sesuai dengan Anggaran Dasar terakhir Perusahaan adalah mencakup perdagangan
umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan
24. 20
konsultasi. Dalam menjalankan bisnisnya, Astra menerapkan model bisnis berbasis
sinergi dan terdiversifikasi pada enam segmen usaha, diantaranya: 1) Otomotif; 2)
Jasa Keunagan; 3) Alat Berat dan Pertambangan; 4), Agribisnis; 5) Infrastruktur;
Logistik, dan lainnya; dan 6) Teknologi Informasi. Dengan bisnis yang beragam ini,
Astra telah menyentuh berbagai aspek kehidupan bangsa melalui produk dan layanan
yang dihasilkan.
Dalam keseharian hidup, masyarakat Indonesia telah menggunakan sepeda
motor dan mobil, jalan tol, printer, hingga pelayanan pembiyaan, perbankan dan
asuransi milik Astra. Pelaku bisnis telah bermitra dengan Astra dan memanfaatkan
berbagai kendaraan komersial, alat berat, layanan logistik, sistem teknologi informasi
dan jasa pertambangan dari Astra. Berbagai produk yang dihasilkan juga telah
diekspor dan menyumbangkan devisa bagi negara, antara lain produk minyak kelapa
sawit, batu bara dan kendaraan bermotor.
Kegiatan operasional bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia dikelola
melalui 198 anak perusahaan, ventura bersama dan entitas asosisasi, dengan didukung
oleh 221,046 karyawan pada akhir tahun 2015. Sebagai salah satu grup usaha terbesar
nasional saat ini, Astra telah membangun reputasi yang kuat melalui penawaran
rangkaian produk dan layanan berkualitas, dengan memperhatikan hal tata kelola
perusahaan dan tata kelola lingkungan yang baik.
Astra senantiasa beraspirasi untuk menjadi perusahaan kebanggan bangsa
yang berperan serta dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Karenanya, kegiatan bisnis Astra berupaya menerapkan perpaduan yang
25. 21
berimbang pada aspek komersial bisnis dan sumbangsih non-bisnis melalui program
tanggung jawab sosial yang berkelanjutan di bidang pendidikan, lingkungan,
pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) serta kesehatan.
4.1.2 Filosofi, Visi dan Misi Perusahaan
Kunci sukes keberhasilan Astra dalam menjalankan bisnisnya berbagai aspek
kehidupan tidak terlepas dari sistem manajemen pengelolaan sumber daya manusia,
keuangan, dan aktivitas manajerial lainnya. Namun dalam hal ini kesuksesan Astra
untuk mencapai tujuan perusahaan yakni ‘Sejahtera Bersama Bangsa’ terletak pada
komitmen bersama dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut yang berlandaskan
pada filosofi ‘Catur Dharma’, visi dan misi perusahaan, sebagai berikut:
1. Filosofi ‘Catur Dharma’
i. Menjadi milik yang bermanfaat bagi Bangsa dan Negara
ii. Memberikan pelayanan terbaik kepada Pelanggan
iii. Menghargai individu dan membina kerja sama
iv. Senantiasa berusaha mencapai yang terbaik
2. Visi dan Misi Perusahaan
A. Visi Perusahaan
i. Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia
Pasifik dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan
dengan pembangunan kompetensi melalui pengembangan sumber daya
manusia, stuktur keuangan yang solid, kepuasan pelanggan dan
efisiensi
26. 22
ii. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta
ramah lingkungan
B. Misi Perusahaan
Sejahtera bersama Bangsa dengan memberikan nilai terbaik kepada
stakeholder kami.
3. Astra Good Corporate Governance
A. Astra Code of Conduct
i. Etika Bisnis dan Etika Kerja
ii. Sekretaris Perusahaan
iii. Audit dan Manajemen Resiko
iv. Securities Dealing Rules
v. Benturan Kepentingan
vi. Kebijakan Donasi
B. Astra Board Manuals
i. Pedoman Komisaris
ii. Pedoman Direksi
C. Astra System of Management
i. Astra Management System
ii. Astra Human Capital Management System
iii.Astra Green Company
iv.Astra Friendly Company
v. Astra Functional Policies
27. 23
Gambar 4.1
Astra Code of Conduct
Sumber: PT. Astra International Tbk dalam Astra Code of Conduct, 2016
Gambar di atas menjelaskan bahwa dalam mencapai tujuan PT. Astra
International Tbk, segala aktivitas atau kegiatan bisnis yang dilakukan oleh Astra
yakni berdasarkan pada filosofi ‘Catur Dharma’ atau nilai-nilai yang menjadi dasar
Astra dalam memberikan manfaat kepada stakeholder dengan memberikan pelayanan
terbaik, saling menghargai dan selalu berusaha menjadi yang terbaik. Nilai-nilai
dalam filosofi tersebut direfleksikan dalam tata kelola perusahaan yang baik, dengan
menerapkan tiga prinsip Astra, yaitu 1) Astra Code of Conduct; 2) Astra Board
Manuals; dan 3) Astra System Management. Penerapan tata kelola perusahaan yang
baik ini ditujukan untuk mencapai Astra Good Corporate Citizen untuk menjaga
keberlangsungan bisnis dan mencapai tujuan ‘Sejahtera Bersama Bangsa’.
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan data yang didapat untuk
melakukan analisa dengan menggunakan teknik analisis data. Teknik analisa yang
digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan menggunaka analisa deskriptif
28. 24
berdasarkan data-data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi atau
kepustakaan.
Etika bisnis sebagai sebuah sistem nilai yang dianut oleh perusahaan sebagai
pedoman untuk melakukan segala aktivitasnya yang berhubungan dengan
lingkungannya, baik lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Dalam
penerapannya, PT. Astra International Tbk menjalankan konsep etika bisnis yang
didasarkan pada filosofi ‘Catur Dharma’ yang direfleksikan dalam prinsip-prinsip
Astra Good Corporate Governance. Adapun etika bisnis Astra berbeda satu dengan
lainnya, sesuai dengan hubungan Astra terhadap stakeholder terkait, seperti yang
dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
Diagram 4.1
Hubungan Astra dengan Stake Holders
Sumber: Penulis, 2017
Astra
Pelanggan
Mitra Usaha
Pesaing
Karyawan
Calon
Investor
Perusahaan
Afiliasi
Penyelenggara
Negara
Masyarakat
29. 25
Berdasarkan diagram di atas, dapat kita lihat bersama bahwa dalam
menjalankan segala kegiatan bisnisnya, PT. Astra International Tbk tentunya
memiliki hubungan dengan pelanggan, mitra usaha, pesaing, karyawan, pemegang
saham, calon investor, perusahaan afiliasi, penyelenggara negara, masyarakat, dan
media massa. Sehubungan dengan hal itu pula, berdasarkan hasil pengumpulan data
mengenai etika bisnis yang diterapkan oleh Astra dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya, berikut penulis sampaikan etika-etika bisnis yang diterapkan Astra kepada
stakeholder (2016:3-6), sebagai berikut:
1. Etika Bisnis kepada Pelanggan
Pelanggan yaitu Pihak yang merupakan pembeli atau pemakai produk atau jasa
yang diproduksi dan/atau dipasarkan oleh Astra. Prinsip dalam berinteraksi dengan
pelanggan, diantaranya:
a. Perusahaan menghormati hak-hak pelanggan sesuai dengan peraturan
perundanga yang berlaku;
b. Perusahaan berkomitmen terhadap harga, kualitas, waktu pengiriman, layanan
purna jual dan jaminan produk sesuai dengan standar yang berlaku;
c. Perusahaan (termasuk Komisaris, Direktur, dan Karyawan) tidak diperkenankan
memberi kepada atau menerma dari pelanggan imbalan atau hadiah (yang
substansial) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan;
d. Perusahaan menjaga informasi rahasia pelanggan;
e. Perusahaan mengacu pada etika periklanan da peraturan yang berlaku.
30. 26
2. Etika Bisnis kepada Mitra Usaha
Mitra Usaha adalah Pihak yang memiliki hubungan usaha dengan Perusahaan,
seperti principal, distributor, penyalur dan pemasok. Prinsip dalam menjalin
kerjasama dengan mitra usaha, yaitu:
a. Berdasarkan pada persamaan, kesetaraan, dan saling percaya (mutual trust) yang
berdasarkan pada keadilan dan tanggung jawab sosial serta tidak membedakan
suku, agama, ras dan antar golongan;
b. Patuh pada peraturan perundangan yang berlaku;
c. Komisaris, Direktur dan Karyawan harus menghindari benturan kepentingan;
d. Semua kesepakatan dituangkan dalam dokumen tertulis yang disusun berdasarkan
itikad baik dan saling menguntungkan;
e. Pemilihan mitra usaha berdasarkan pada profesionalisme, prinsip keselarasan
nilai-nilai QCDSM (Quality, Cost, Delivery, Safety and Morale);
f. Berupaya memberdayakan mitra usaha kecil dan menengah;
g. Perusahaan (termasuk Komisaris, Direktur, dan Karyawan) tidak diperkenankan
memberi kepada atau menerma dari pelanggan imbalan atau hadiah (yang
substansial) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
3. Etika Bisnis kepada Pesaing
Pesaing adalah Pihak lain yang memproduksi atau memasarkan barang dan/atau
jasa yang sejenis atau yang bersifat sebagai pengganti dari barang dan/atau jasa yang
diproduksi atau dipasarkan oleh Astra. Prinsip dalam menghadapi pesaing, yaitu:
31. 27
a. Perusahaan mendukung terciptanya persaingan yang adil dan sehat sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku;
b. Perusahaan tidak dibenarkan untuk mengembangkan kerjasama dengan pesaing
yang dapat merugikan pelanggan dan/atau mengarah kepada praktek-praktek
monopoli;
c. Perusahaan tidak dibenarkan mendiskreditkan pesaing baik dalam kegiatan
pemasaran, promosi maupun periklanan;
d. Komisaris, Direktur dan Karyawan Perusahaan tidak diperkenankan untuk ikut
serta baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan dan/atau
kepemilikian pesaing.
4. Etika Bisnis kepada kepada Karyawan
Karyawan merupakan Individu yang bekerja pada perusahaan yang menerima
upah berdasarkan hubungan kerja. Prinsip dalam melaksanakan hubungan kerja
dengan Karaywan, diantaranya:
a. Perusahaan menghormati hak asasi manusia secara universal, serta hak dan
kewajiban karyawan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Perusahaan memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan senioritas,
gender, suku, agama, ras dan antar golongan dengan memperhatikan kompetensi
dan kinerjanya;
c. Perusahaan membangun suasana keterbukaan dan komunikasi dua arah dengan
karyawan;
d. Perusahaan memberi penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.
32. 28
5. Etika Bisnis kepada Pemegang Saham
Pemegang Saham yaitu Setiap individu atau lembaga yang tercatat dalam Daftar
Pemegang Saham Perusahaan. Prinsip dalam berinteraksi dengan pemegang saham,
yakni:
a. Perusahaan memperlakukan pemegang sahamnya secara seimbang termasuk
dalam memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu, sesuai dengan
Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Perusahaan berupaya memberikan kinerja yang optimal dan menjaga citra yang
baik untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham (shareholders value).
6. Etika Bisnis kepada Calon Investor
Calon Investor adalah Individu atau lembaga yang berpotensi atau bermaksud
untuk ikut serta dalam kepemilikan saham perusahaan, termasuk lembaga penunjang
dalam melakukan investasi. Berikut prinsip dalam berinteraksi dengan calon investor:
a. Perusahaan memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku;
b. Perusahaan menerapkan azas perlakukan yang seimbang dalam penyediaan
informasi yang diperlukan.
7. Etika Bisnis kepada Perusahaan Afiliasi
Perusahaan Afiliasi adalah perusahaan-perusahaan yang ada keterkaitan dengan
kepemilikan dengan Astra baik langsung maupun tidak langsung. Prinsip dalam
berinteraksi dengan perusahaan afiliasi adalah bersama-sama dengan dan antar
perusahaan afiliasi, perusahaan membangun kerjasama untuk mencapai sinergi dalam
33. 29
berbagai kegiatan bisnis dan sosial baik di tingkat pusat maupun cabang sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku, termasuk peraturan persaingan usaha.
8. Etika Bisnis kepada Penyelenggara Negara
Penyelenggara Negara yaitu Institusi pelaksana kenegaraan yang meliputi
legislative, eksekutif, yudikatif dan lembaga lainnya, baik di tingkat pusat maupun
daerah, beserta aparaturnya. Prinsip dalam berinteraksi dengan penyelenggara negara
sebagai berikut:
a. Perusahaan menjalin hubungan yang harmonis, konstruktif dan saling
menghormati dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Perusahaan mendukung program nasional maupun regional, khususnya di bidang
pendidikan, sosial ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup.
9. Etika Bisnis kepada Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal bersama di suatu tempat dan
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan perseroan.
Prinsip dalam berinteraksi dengan masyarakat, yaitu:
a. Perusahaan turut serta memelihara lingkungan hidup yang bersih dan sehat di
sekitar perusahaan;
b. Perusahaan dimana pun berada, membangun dan membina hubungan yang serasi
dan harmonis serta berupaya memberi manfaat melalui program pemberdayaan,
khususnya untuk masyarakat sekitar perusahaab;
c. Perusahaan menghormati aspek sosial, budaya, adat istiadat, kesantunan,
keyakinan dan agama masyarakat.
34. 30
10. Etika Bisnis kepada Media Massa
Media Massa adalah Institusi yang meliputi media cetak, elektronik dan online
yang berfungsi memberikan informasi, edukasi, promosi, kontrol sosial dan hiburan.
Prinsip dalam berinteraksi dengan media massa, diantaranya:
a. Perusahaan berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi yang dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan kode etik jurnalistik dan peraturan
perundangan yang berlaku;
b. Perusahaan menempatkan media massa sebagai partner yang sejajar, karena itu
perlu dibangun kerjasama yang positif dan saling menghargai.
Berdasarkan pemaparan mengenai hubungan PT. Astra International Tbk terhadap
stakeholder, dapat diketahui bahwa setiap pihak-pihak yang memiliki kepentingan
dengan Astra mempunyai urusan atau kepentingannya masing-masing. Oleh karena
itu pula perlakuan Astra terhadap satu pihak dengan pihak lainnya berbeda satu
dengan yang lainnya. Yang dilakukan Astra dalam menjalankan prinsip Etika
Bisnisnya telah disesuaikan dengan ruang lingkup dari hubungan yang terjalin antara
Astra dengan stakeholder terkait. Hal ini sangat diperlukan terutama untuk menjalin
hubungan baik dan menghindari gejolak demi keberlangsungan perusahaan.
4.3 Pembahasan
Pembahasan yakni mencakup pemaparan lebih lanjut mengenai analisis data
yang ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait pelaksanaan etika bisnis PT.
Astra International Tbk terhadap masing-masing pihak yang memiliki kepentingan
terhadap perusahaan itu sendiri. Berdasarkan pemaparan dalam analisis data, dapat
35. 31
kita ketahui bahwa etika bisnis dari Astra menjelaskan bagaimana perusahaan dan
karywan dalam beretika, bersikap dan bertindak sesuai saat berhubungan dengan
stakeholder terkait. Dalam setiap hubungannya, tentunya prinsip penerapan etika
antara satu dengan lainnyaberbeda, tergantung pada stakeholder mana yang sedang
dihadapi, namun hal ini tetap mengacu pada sistem nilai dan etika yang telah menjadi
komitment Astra dalam filosofi ‘Catur Dharma’, visi dan misi perusahaan.
Penerapan etika bisnis PT. Astra International Tbk dapat dikatakan telah
memenuhi prinsip-prinsip penerapan etika bisnis yang baik sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Keraf. Hal ini dapat dilihat dari pemaparan mengenai etika bisnis
yang dilakukan oleh Astra terhadap stakeholder nya. Berikut analisis yang dilakukan
oleh penulis terkait penerapan etika bisnis Astra sesuai dengan teori prinsip-prinsip
etika bisnis menurut Keraf.
1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi dapat dikatakan sebagai sikap dan kemampuan manusia atau
kelompok dalam megambil keputusan dan bertindak berdasarkan tuntutan hati
nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu kebaikan yang diberikan kepada
orang lain. Penerapan prinsip otonomi yang telah dilakukan oleh Astra dalam
penerapan etika bisnisnya, dapat dilihat dari komitmen untuk menjunjung tinggi hak-
hak pelanggan sebagai manusia seutuhnya serta diperkuat dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Disamping itu, Astra juga menghormati hak asasi
manusia secara universal, serta hak dan kewajiban karyawan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
36. 32
Astra (dalam Laporan Tahunan, 2015:112) berupaya untuk terus membina
hubungan dua arah yang kondusif dengan serikat pekerja sebagai perwakilan para
karyawan yang membela hak mereka. Corporate Industrial Relation (Corporate IR)
bertugas membantu manajemen Astra untuk penyelenggaraan hubungan
ketenagakerjaan yang sehat, dengan berpedoman pada Astra Industrial Relation
Strategic Initiatives (AIRSI), yang mengatur ketentuan berdasarkan delapan pilar
utama, yaitu:
1. Outsourcing;
2. Freedom of Association (FOA);
3. Hubungan Kerja;
4. LKS Bipartit;
5. PP/PKB;
6. Mogok Kerja;
7. Minimum Wages; dan
8. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI).
Delapan panduan tersebut juga dilengkapi dengan 2 enabler, yakni IR Opinion
dan IR Emergency Framework. Dalam melaksanakan pemantauan atas implementasi
hubungan ketenagakerjaan di tingkat bisnis, Corporate IR menggunakan AIRSI –
Assessment & Checklist Tool (AIRSI-ACT) sebagai perangkat penilaian kinerja.
Seluruh mekanisme ini berfungsi untuk mendukung hubungan dan komunikasi yang
baik antara Astra dengan seluruh jajaran karyawannya, sehingga setiap isu ketenaga-
kerjaan dapat diberikan solusinya secara tepat, cepat, dan saling menguntungkan.
37. 33
Selain itu, Astra melalui Corporate IR senantiasa terlibat secara aktif dalam
Lembaga Kerjasama Tripartit antara Pengusaha, Pekerja dan Pemerintah, untuk
menentukan kebijakan upah minimum, regulasi dan isu-isu ketenagakerjaan lainnya.
Hal ini dilakukan dalam rangka membangun hubungan yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan antara perusahaan dengan karyawan.
Penerapan prinsip ini juga dapat dilihat dari kontribusi Astra dalam program
program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab
sosial terhadap dampak lingkungan yang terjadi akibat ativitas bisnis yang dilakukan.
Program CSR yang dilakukan oleh Astra dikelompokan menjadi dua komitmen, yaitu
Astra Green Company (AGC) dan Astra Friendly Company (AFC). Berikut adalah
catatan kontribusi Astra dalam program CSR yang dilakukannya, sebagai berikut:
Gambar 4.2
Program CSR PT. Astra International Tbk dan Capaian Penyalurannya
Sumber: https://www.astra.co.id/CSR, diakses pada 12 April pukul 19.00
38. 34
Astra Green Company (AGC) mewujudkan komitmen Astra dalam pengelolaan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan dan dicantumkan dalam Corporate Policy
Communication Social Responsibility and Security (CSRS) serta berbagai turunan
programnya yang mencakuo efisiensi sumber daya alam, pengurangan limbah, emisi
gas rumah kaca, dan penerapan zero workplace incident melalui program behavior
based safety. Sedangkan Astra Friendly Company (AFC) mencantumkan berbagai
arahan strategi dan implementasi Astra dalam berinteraksi dengan para pemangku
kepentingan, masyarakat sekitar operasional Astra, pelaksanaan kegiatan CSR, dan
berbagai kegiatan sosial lainnya. Melalui AFC, Astra bertujuan untuk menjalin
hubungan baik dengan setiap komponen masyarakat sehingga dapat diterima dan
menjadi bagian dari masyarakat (dikutip dalam https://www.astra.co.id/CSR, pada 12
April pukul 19.08 WIB).
Berdasarkan pemaparan mengenai penerapan prinsip otonomi yang dilakukan
oleh Astra di atas, dapat diketahui bahwa dalam penerapannya Astra telah berupaya
dalam memenuhi sikap dan kemampuan manusia atau kelompok dalam megambil
keputusan dan bertindak berdasarkan tuntutan hati nuraninya, kesadarannya sendiri
mengenai sesuatu kebaikan yang diberikan kepada orang lain. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai penerapan etika bisnis untuk memenuhi hak-hak pelanggan, pemenuhan
hak dan kewajiban karyawan, serta kontribusi terhadap tanggung jawab sosial kepada
masyarakat dan lingkungan akibat dampak dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Hal-
hal ini dilakukan sebagai komitmen Astra dalam menerapkan etika bisnis untuk
mencapai tujuan bersama.
39. 35
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan
keutamaan. Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Dalam perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya
satu sama lain, bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan
kontrak, serius, tulus dan jujur alam melaksanakan perjanjian tersebut. Kejujuran
sangat menentukan keberlanjutan relasi dan kelangsungan bisnis selanjutnya.
Astra senantiasa berkomitmen untuk menghadirkan pelayanan yang terbaik bagi
pelanggan sebagai strategi kunci dalam menjaga hubungan yang langgeng dan
berkualitas dengan pelanggan. Hal ini dilakukan dengan melakukan komunikasi yang
transparan tentunya menjadi bagian yang penting dalam berhubungan dengan
pelanggan. Untuk menerapkan prinsip kejujuran ini, Astra membuka jalur seluas-
luasnya bagi para pelanggan melalui layanan customer service di gerai-gerai Grup
Astra, telepon hotline service dan email di situs perusahaan. Astra juga memantau
berbagai keluhan pelanggan yang dimuat pada surat pembaca 59 media cetak
nasional, 31 media online nasional serta yang dikirimkan secara langsung melalui
mailing list Perusahaan.
Bentuk transparansi yang diterapkan oleh Astra dalam menerapkan prinsip
kejujuran salah satunya melalui ruang media yang dapat diaksesn oleh setiap lapisan
stakeholder yang berkaitan dengn aktivitas bisnis Astra. Ruang media yang
ditampilkan dalam website resmi Astra International, berisi berita-berita mengenai
Siaran Pers, Astra Magazine yang diterbikan dalam kurun waktu sebulan sekali, serta
40. 36
pembangunan Museum Astra. Museum Astra didesain untuk memberikan
pengalaman indra yang menyeluruh, mengenai tampilan narasi visual yang menarik
dan informatif dimana pengunjung juga dapat menikmati model-model mesin dan
mobil yang diluncurkan perusahaan sejak awal berdiri hingga sekarang. Museum
Astra juga menyediakan teknologi interaktif yang dapat lebih jauh memberikan
informasi mendalam tentang Astra melalui kios-kios multimedia. Di museum ini
pengunjung dapat menyaksikan profil video perusahaan dalam ruang audio visual
yang nyaman atau mencari literature Astra di perpustakaan yang tersedia.
Penerapan prinsip kejujuran melalui transparansi informasi yang dilakukan Astra
ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan stakeholder terhadap produk-produk
Astra. Hal ini juga ditujukan untuk menghindari penyampaian informasi yang
menyesatkan yang menyebabkan kerugian bagi stakeholder. Transparansi informasi
yang ditujukan kepada shareholder disampaikan secara akurat dan tepat waktu sesuai
dengan Anggaran Dasar Astra dan peraturan yang berlaku melalui laporan kinerja
perusahaan tahunan serta laporan kinerja keuangan perusahaan yang dipublikasikan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), media online maupun media
informasi lainnya.
Berdasarkan pemaparan mengenai penerapan prinsip kejujuran yang dilakukan
oleh Astra di atas, dapat diketahui bahwa dalam penerapannya Astra telah
berkomitmen untuk dapat menghadirkan pelayanan terbaik kepada pleanggan,
masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Prinsip Kejujuran dalam
penerapan etika bisnis Astra dapat dilihat dari bentuk transparansi informasi yang
41. 37
dapat diakses oleh setiap stakeholder terkait, melalui berbagai bentuk penyampaian
informasi, baik melalui media cetak, online, museum Astra dan media-media
penyampaian informasi lainnya. Di samping itu, penerapan transparansi kepada para
pihak shareholder dapat dilihat dalam bentuka transparansi informasi yang jelas,
akurat, dan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan para pemegang saham. Dalam hal
ini, penyampaia informasi biasanya dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), laporan kinerja tahunan serta kinerja keuagan tahunan Astra, yang dapat
diakses oleh pihak-pihak terkait.
3. Prinisp Keadilan
Prinsip Keadilan merupakan tindakan terhadap keterlibatan semua pihak dalam
bisnis merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap
orang dalam kegiatan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan
diperlakukan sesuai dengan hak da kewajiban masing-masing. Dalam penerapan
prinsip keadilan dapat dilihat dari perilaku dalam menangani para stakeholders, tanpa
adanya internvensi yang timbul akibat adanya perbedaan, suku, ras, gender, agama
dan aspek-aspek sosial budaya lainnya.
Sebagai contoh asas keadilan yang dilakukan Astra dapat dilihat dari program
pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) di Astra. Hal ini
menjadi salah satu isu prioritas, dimana Astra menyadari bahwa SDM adalah asset
penting serta faktor utama dalam menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam
merealisasikan sasaran operasional bisnis dan rencana pengembangan usaha. Astra
telah merumuskan strategi pengembangan SDM yang berkesinambungan dalam
42. 38
kerangka implementasi people roadmap menuju Pride of The Nation 2020.
Perumusan strategi pengembangan SDM, program pendukung eksekusi di tingkat
bisnis Astra dirumuskan oleh Corporate Human Capital Development (CHCD) yang
beranggotakan perwakilan dari seluruh bisnis unit.
Dalam hal strategi kepemimpinan dan pengelolaan bisnis, tim CGCD ini
mempunyai tanggung jawab memastikan pelaksanaan sistem kaderisasi dan alih-
kepemimpinan yang efektif untuk menjaga kelanggengan bisnis Astra dengan
membentuk SDM yang unggul melalui 3 pola strategi, yakni Education, Enrichment,
dan Empowerment sebagai mana yang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 4.3
Astra Human Capital Development Strategy
Sumber: http://jengyuni.com/inspirasi-60-tahun-astra/, diakses pada 19 April 2017
pukul 20.00 WIB
43. 39
Berdasarkan pada gambar di atas, dapat diketahui bahwa dalam upaya
mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), Astra berkomitmen untuk
menjalankan ketiga filosofi pola strategi pengembangan SDM di atas. Pola strategi
yang digunakan Astra dalam upaya mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan karyawan ini tentunya merupakan suatu refleksi bahwa pada hakikatnya
setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama, tanpa adanya perbedaan suku, ras,
gender, agama dan aspek-aspek sosial budaya lainnya untuk dapat berkembang dan
mengembangkan dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Penerapan prinsip keadilan juga dapat dilihat dalam nilai etika bisnis perusahaan
kepada para stakeholder terkait, diantaranya komitmen dalam memberikan produk
dengan harga, kualitas, waktu pengiriman dan layanan purna jual yang berlaku, serta
penerapan asas persamaan, kesetaraan dan saling percaya yang berlandaskan pada
keadilan dan tanggung jawab sosial. Astra jua berupaya untuk membangun dan
membina hubungan yang serasi dan harmonis serta memberi manfaat melalui
program pemberdayaan, khususnya untuk masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan Astra.
Penerapan prinsip keadilan dalam hubungannya kepada pihak pemegang saham,
dapat dilihat dari upaya untuk memberikan kinerja yang optimal dan menjaga citra
baik unuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham. Disamping itu, Astra juga
menerapkan azas perlakuan yang seimbang dalam penyediaan informasi yang
diperlukan terkait kepentingan-kepentingan para pemegang saham secara berkeadilan
dan merata sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
44. 40
Berdasarkan pemaparan mengenai penerapan prinsip Keadila, dapat diketahui
bahwa dalam penerapannya Astra telah berupaya dalam menjaga nilai-nilai keadilan
dalam menjalan kegiatan bisnisnya terhadap stakeholders dan shareholders
perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan moral
perusahaan terhadap pihak-pihak terkait atas aktivitas bisnis yang dilakukan, untuk
menghindari benturan terjadi yang menyebabkan ketidak stabilan jalannya bisnis
perusahaan dalam proses pencapaian tujuannya.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada
keterlibatan setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip
keutamaan. Saling menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal
pelaku bisnis atau perusahaan agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan
untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
Dalam penerapannya, prinsip saling menguntungkan menjadi hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam menjalankan suatu kegiatan bisnis. Prinsip saling
menguntungka ini diupayakan dengan memberikan kinerja secara optimal untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan yang tentuya dapat menguntungkan kedua
belah pihak, yaitu pemegang saham sebagai kreditur dan Astra sebagai debitur dalam
perjalanan bisnis Astra itu sendiri. Disamping itu, upaya yang dilakukan Astra untuk
menerapkan prinsip etika bisnis ini, yaitu memberikan produk yang berkualitas
dengan harga yang kompetitif dlengkapi dengan layanan purna jual yang memadai
untuk mengikat hubungan antara perusahaan dengan pelanggan. Dari sisi stakeholder
45. 41
lainnya, penerapan prinsip saling menguntungan yakni dengan melakukan kegiatan
bisnis secara tepat sesuai dengan komitmen baik secara tertulis maupun tidak antara
kedua belah pihak untuk menciptakan kondisi bisnis dan persaingan bisnis yang adil,
sehat, kompetitif dan upaya minimalisasi kerugian yang mungkin muncul akibat
adanya kesepakatan tertentu yang dapat merugikan kelompok-kelompok tertentu.
Berdasarkan hasil pembahasan dari masing-masing prinsip etika bisnis menurut
Keraf diatas, dapat diketahui bahwa dalam penerapan etika bisnisnya, PT. Astra
International Tbk telah menjalankan komitmen dan berbagai upaya kongkret dalam
mencapai etika bisnis yang sehat dan sesuai dengan Code of Conduct Astra yan telah
dirumuskan sebelumnya. Penerapan etika bisnis Astra dilakukan bukan terbatas pada
kepentingan dalam mencari keuntungan semata, namun lebih kepada bentuk
tanggung jawab moral dan sosial perusahaan untuk dapat berkontribusi kepada
Bangsa dalam melakukan pembangunan yang berkelanjutan. Secara berinringan,
penerapan etika bisnis ini menjadi nilai tambah dari citra perusahaan yang baik di
mata para stakeholder dan shareholder untuk dapat menjadi pelumas perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan Astra yaitu ‘Sejahtera Bersama Bangsa’.
Penulis dalam pembahasan ini juga ingin menyampaikan keterbatasan dalam
penulisan makalah ini dimana makalah ini belum dapat menjelaskan secara terperinci
mengenai penerapan prinsip etika bisnis Astra terhadap stakeholders dan shareholder
yang terlibat dalam pelaksanaan aktivitas bisnis Astra. Hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan sumber data dari penulisan makalah. Penulis berharap untuk penulisan
makalah selanjutnya dapat menyempurnakan penulisan makalah ini.
46. 42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulisan makalah dengan judul “Analisis Penerapan Etika Bisnis di PT. Astra
International Tbk”, dianalisis dengan menggunakan teori prinsip-prinsip etika bisnis
menurut Keraf, yang terdiri dari empat prinsip etika bisnis, diantaranya prinsip
otonomi, prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip saling menguntungkan.
Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data penerapan prinsip-prinsip etika bisnis di
PT. Astra International Tbk, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan prinsip
etika bisnis Astra telah berjalan optimal. Hal ini dapat dilihat dari komitmen dan
upaya yang dilakukan oleh Astra dalam menjalankan bisnisnya yang tidak hanya
berorientasi pada pencapaian keuntungan semata, namun terdapat suatu bentuk
tanggung jawab moral dan sosial yang muncul akibat kegiatan bisnis yang dilakukan
yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan perusahaan tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data dalam penerapan etika bisnis
perusahaan di PT. Astra Interantional Tbk telah dilakukan secara optimal dan sesuai
dengan prinsip-prinsip etika bisnis yang disampaikan ole Keraf, yaitu prinsip
otonomi, kejujuran, keadilan dan saling menguntungkan. Untuk itu, dalam
47. 43
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan saran mengenai penerapan etika bisnis
yang dilakukan oleh PT. Astra International Tbk, sebagai berikut:
1. Penerapan etika bisnis yang telah berjalan baik perlu dimonitor dan dilakukan
evaluasi berkala untuk menjaga konsistensi penerapan etika bisnis terhadap
pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Hal ini tentunya dapat dilakukan
dengan melakukan self-audit secara berkala, baik dalam 6 bulan atau setahun
sekali. Hal ini dilakukan untuk menilai konsistensi penerapan etika bisnis di
Astra itu sendiri. Penerapan yang baik belum tentu dilakukan secara kontinu,
untuk itu kegiatan monitoring dan evaluasi ini sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
2. Penerapan etika bisnis yang telah dilakukan dengan baik oleh PT. Astra
International Tbk, tentunya dapat dijadikan contoh baik oleh perusahaan-
perusahan lain dengan mengadopsi nilai-nilai etika yang sesuai dengan budaya
perusahaan tersebut, serta dalam penerapannya dapat dilakukan dengan cara
yang sudah ada dengan sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam perusahaan itu sendiri.
48. DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.M Lilik. 2007. “Human Capital Competencies: Sketsa-Sketsa Praktik
Huma Capital Berbasis Kompetensi”. Jakarta: Gramedia.
Ali, Hapzi. 2015. “Modul Perkuliahan: Philosophical Ethics and Business”.
Jakarta: Universitas Mercu Buana
Andrriyani, Yuni. “60 Tahun Astra: Kokoh & Kuat dengan strategi pemberdayaan
SDM Berkelanjutan”. http://jengyuni.com/inspirasi-60-tahun-astra/,
diakses pada 12 April 2017 pukul 20.23 WIB.
Anonymous 1. 2015. “Code of Conduct PT. Astra International Tbk”.
https://www.astra.co.id/, diakses pada 11 April 2017 pukul 21.49 WIB.
Anonymous 2. 2016. “Laporan Tahunan PT. Astra International Tbk”.
https://www.astra.co.id/, diakses pada 14 April 2017 pukul 17.50 WIB.
Bertens K. 2009. “Pengantar Etika Bisnis”. Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, A. Sonny. 2012. “Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya”. Yogyakarta:
Kanisius.
Sekuritas, Samuel. 2016. “Astra International” http://www.indonesia-investments
.com/id/bisnis/profil-perusahaan/astra-international/item192, diakses pada
12 April 2017 pukul 20.00 WIB.
Yosephus, L. Sinuor. 2010. “Etika Bisnis: Pendekatan Filsafat Moral Terhadap
Perilaku Pebisnis Kontemporer”. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.