SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
1
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
NURLAILIS SAADAH
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
MODUL
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,
BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi dan
Penatalaksanaan
SEMESTER 4
KEGIATAN BELAJAR 3
ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN
KEJANG DAN TETANUS NEONATRUM
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kegiatan
Belajar 3
ASUHAN NEONATUS DAN BAYI
DENGAN KEJANG DAN
TETANUS NEONATORUM
Setelah menyelasai kegiatan belajar ini diharapkan saudara memahami tentang konsep
dasar neonatus bayi dengan kejang dan tetanus neonatorum
Setelah meenyelesaikan kegiatan belajar ini saudara akandapat :
1. menjelaskan asuhan neonatus,bayi,dan balita dengankejang
2. menjelaskan asuhan neonatus,bayi,dan balita dengan tetanus neonatorum
Dalam kegiatan belajar ini saudara akan mempelajari tentang :
Pengertian Kejang, Klasifikasi Kejang, Insiden Kejang, Etiologi Kejang, Manifestasi Klinik
Kejang, Diagnosis Kejang, Penatalaksanaan Kejang, Pengertian Tetanus Neonatorum ,
Masalah Perawatan Dan Masalah Kolaborasi, Pemeriksaan Diagnostik, Asuhan Neonatus
Dan Bayi Dengan Tetanus Neonatorum
Tujuan Pembelajaran Umum
Pokok - Pokok Materi
Tujuan Pembelajaran Khusus
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Uraian
Materi
Apakah saudara sudah tahu tentang masalah kejang ? Supaya Saudara Lebih jelas
maka saudara baca materi berikut
Kejang
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya dalam usia bayi 0 sampai
28 hari setelah lahir. Kejang pada bayi baru lahir (neonatus) umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan syaraf pusat, kelainan metabolik atau penyakit lain yang
dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyebab kejang yang paling umum pada masa
neonatus adalah trauma otak iskhemik-hipoksia (squires, 1992). Kejang pada neonatus
(bayi baru lahir) merupakan keadaan darurat. Kejang harus diatasi sesegera mungkin
untuk mencegah kerusakan otak yang luas.
a.	Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi, baik fungsi motorik
maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak.
b.	 Kejang merupakan keadaan kegawatdaruratan atau tanda bahaya yang sering terjadi
pada neonatus, karena kejang yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hipoksia
otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan
gejala sisa di kemudian hari.
c.	 Kejang pada bayi baru lahir sering disebut neonatal fit
d.	 Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi dalam usia bayi sampai 28 hari
setelah lahir
e.	 Kejang pada bayi baru lahir bukanlah suatu penyakit, melainkan merupakan gejala
dari gangguan syaraf pusat, lokal atau sistemik.
Bagaimanakah klasifikasi kejang pada bayi baru lahir berdasarkan gambaran
klinis ?
Menurut Volpe (1989), kejang pada bayi baru lahir yang diklasifikasikan berdasarkan
gambaran klinis adalah sebagai berikut :
a. Kejang “Subtle”
kejang “subtle” meliputi :
1.	Gerakan stereotip berulang pada ekstermitas seperti mengayuh sepeda atau
berenang.
2.	 Devasi atau kejut pada bola mata secara horisontal (mata seperti matahari setengah
terbenam dimana pupil masih terlihat pada waktu bay tidur ) tanpa gerakan cepat,
mata mengedip berulang : kelopak mata bergetar berulang-ulang.
3.	 Gerakan pada wajah berulang seperti ngiler, gerakan menghisap atau mengunyah
atau gerakan lain pada pipi dan lidah.
4.	 Apnea atau perubahan tiba-tiba pada pola pernafasan (bila apnea saja terutama
pada bayi kurang bulan bukan kejang, tetapi bila apnea disertai gerakan lainnya,
misalnya gerakan kelopak mata atau lainnya kemungkinan adalah kejang).
5.	 Bisa terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan atau bayi kurang bulan (prematur)
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
b. Kejang Tonik
Kejang tonik meliputi kejang tonik fokal atau umum	
1. Kejang tonik fokal gambarannya adalah :
a)	 Kejang yang tampak pada salah satu ekstermitas atau batang tubuh atau deviasi
tonik kepala atau mata.
b)	Sebagian besar kejang tonik terjadi bersamaan dengan penyakit sistem syaraf
pusat yang difusi dan perdarahan intraventrikuler.
c)	 Tampak lebih sering pada bayi prematur.
2. Kejang tonik umum, gambarannya adalah :
a)	 Fleksi atau eksistensi tonik pada ekstermitas bagian atas, leher atau batang tubuh
dan berkaitan dengan eksistensi tonus pada ekstermitas bagian bawah.
b)	 Pada 85% kasus kejang tonik tidak berkaitan dengan perbahan otonomis seperti
meningkatnya detak jantung, tekanan darah atau kulit memerah.
c)	 Biasaya terjadi pada bayi kurang bulan (prematur).
c. Kejang Klonik
Kejang klonik meliputi :
1.	 Terdiri dari gerakan kejut pada ekstermitas yang perlahan dan berirama (1-3 detik/
menit)
2.	Perubahan posisi atau memegang ekstermitas yang bergerak tidak akan local
maupun multi-focal.
3.	 Penyebabnya bisa local maupun multi-focal.
4.	Tidak terjadi hilang kesadaran dan berkaitan dengan trauma focal, infark
metabolisme atau gangguan.
5.	 Biasanya terjadi pada bayi baru lahir cukup bulan.
d. ejang Myoklonik
Kejang myoklonik meliputi :
1.	 Kejang miokloni local, multi-local atau umum
2.	 Kejang mioklonik local tampak melibatkan otot fleksor pada ekstermitas
3.	 Kejang mioklonik multi-local tampak sebagai gerakan kejutan yang tidak sinkron
pada beberapa bagian tubuh.
4.	 Kejang mioklonik umum tampak sangat jelas berupa fleksi masif pada kepala dan
batang tubuh dengan ekstensi atau fleksi pada ekstermitas.
5.	 Sering mengindikasikan etiologi metabolik
6.	 Kejang mioklonik paling jarang terjadi bila dibandingkan dengan kejang lainnya.
Berapakah angka kejadian kejang pada bayi baru lahir ?
a.	 Meliputi0,5% dari semua bayi baru lahir, baik yang cukup bulan maupun yang
kurang bulan.
b.	 Lebih tinggi terjadi pada bayi kurang bulan, dimana angka kejadiannya 3,9% bila
usia kehamilan < 30 minggu.
Apa penyebab yang paling sering terjadinya kejang pada neonatus ?
a) Hipoksik Iskemik Ensefalopati (HIE)
Menurut Ronen, dkk, kasus kejang pada neonatus dengan HIE merupakan kejang yag
terbanyak pada bayi baru lahir, yaitu terjadi sekitar 40%. Kejang terjadi dalam 24 jam
pertama. HIE terjadi sekunder akibat asfiksia perinatal. Asfiksia menyebabkan kerusakan
langsung susunan syaraf pusat. Semua tipe kejang dapat dijumpai pada HIE
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
b)	 Gangguan Metabolik (Hipoglikemia, hipokalsimea, hipomagnesemia, gangguan
metabolik lainya)
kejang pada neonatus sering disebabkan oleh gangguan metabolisme glukosa, kalsium,
magnesium dan gangguan metabolik lainnya. Beberapa gangguan metabolik tersebut
adalah :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang bersifat sementara akibat
kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen di hati atau menurunnya
glukoneogenesis lemak dan asam amino. Hipoglikemia sering terjadi pada neonatus
kurang bulan (NKB), neonatus kecil pada masa kehamilan (KMK), neonatus besar masa
kehamilan (BMK), dan neonatus dengan ibu penderita Diabetes Melitus yang tidak
terkontrol. Pada bayi baru lahir dikatakan hipoglikemia apabila kadar gula darahnya
kurang dari 40 ml/dl (ada beberapa unit yang membatasi kurang dari 47 mg/dl). Kelainan
neurologis berupa kejang sering dijumpai pada neonatus yang kecil masa kehamilan
(KMK). Kejang biasanya pada hari kedua setelah lahir.
2) Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah kalsium darah kurang dari 7 mg%. Hipokalsemia pada bayi baru
lahir dapat menyebabkan kejang sekitar 3%, yang dapat terjadi bersamaan dengan
gangguan metabolik lainnya. Hipokalsemia dapat terjadi pada neonatus kecil masa
kehamilan, neonatus kurang bulan, neonatus yang lahir dari ibu penderita DM, dan
neonatus dengan ensefalopati hipoksik-iskemik (HIE), yang biasanya terjadi pada hari
ke-2 atau ke-3 setelah lahir. Ini disebut hipokalsemia awitan dini. Apabila hipokalsemia
terjadipadaminggupertamaatauminggukeduadikatakanbayimengalamihipokalsemia
awitan lambat, yang dapat terjadi pada neonatus besar masa kehamilan, neonatus
cukup bulan, neonatus yang mendapat susu sapi dengan kadar fosfat, kalsium dan
magnesium yang tidak tepat.
3) Hipomagnesemia
Hipomagnesemia adalah kadar magnesium kurang dari 1,2 mg/dl, yang sering terjadi
bersamaan dengan hipokalsemia.
4)	Perdarahan Intrakranial ( subaraknoid primer, subdural, intraventikuler-
periventrikuler) :
a)	Perdarahan intrakranial yang dapat menyebabkan kejang dapat terjadi pada
daerah subarakhnoid, subdural, intraventrikuler-periventrikuler.
b)	Perdarahan subaraknoid dapat terjadi akibat trauma langsung, misalnya partus
lama yang menyebabkan robekan vena superfisial. Kejang biasanya timbul pada
hari kedua setelah lahir.
c)	Perdarahan subdural dapar terjadi akibat trauma langsung karena tindakan
ekstraksi forsep pada neonatus cukup bulan dan neonatus besar masa kehamilan
atau akibat presentasi bokong dan partus presipitatus. Perdarahan terjadi karena
adanya robekan tentrorium dekat false serebri yang menyebabkan penekanan
batang otak sehingga terjadi kejang. Kejang biasanya timbul pada hari pertama
setelah lahir.
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
d)	 Perdarahan intravaskuler-periventrikuler, dapat terjadi akibat adanya perdarahan
dari pembuluh darah kecil pada subependimal matriks germinalis atau akibat
adanya lesi pada daerah tersebut. Perdarahan ini sering terjadi pada neonatus
kurang bulan. Kejang biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah lahir.
5) Infeksi Intrakranial
Infeksi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kejang dapat terjadi di dalam di dalam
rahim/intrauterine atau sebelum lahir, seperti disebabkan karena toksoplasma, rubela,
herpes, sitomegalovirus. Sementara itu infeksi pada bayi baru lahir yang terjadi selama
persalinan atau segera setelah lahir disebabkan oleh infeksi bakteri atau non bakteri.
6) Kelainan Bawaan
Kejang pada bayi baru lahir dapat terjadi pada bayi yang mengalami gangguan
perkembangan otak, seperti mikrogia, pakigria, atau heteropia. Kejang dapat timbul
setiap saat.
7) Hiperbilirubinemia (Kern-Ikterus)
Hiperbilirubinemia sebagai penyebab kejang saat ini jarang ditemukan setelah
keberhasilan tindakan transfusi tukar terhadap hiperbilirubinemia
8) Idiopatik
kejang idiopatik merupakan kejang yang tidak diketahui penyebabnya, yang dapat
ditegakkan berdasarkan riwayat keluarga atau adanya tatus epileptikus pada bayi.
Bagaimana manifestasi klinik dari kejang pada bayi baru lahir ?
Manifestasi klinik dari kejang pada bayi baru lahir telah dijelaskan pada klasifikasi
kejang diatas. Namun ada istilah-istilah berikut yang perlu dipahami untuk dapat
membedakannya dari kejang pada bayi baru lahir, yaitu :
a. Jitteriness pada bayi baru lahir, merupakan :
1.	 Gerakan seperti menggigil, yang sering dikaburkan dengan kejang pada neonatus
bagi yang belum berpengalaman.
2.	 Gerakan berulang pada ekstermitas yang bisa terlihat disertai dengan menngis,
bisa terjadi dengan perubahan keadaan tidur, atau bisa terjadi apabila dirangsang/
stimulasi.
3.	 Relatif umum terjadi pada neonatus, dimana pada satu studi dketahui mengenai
44% neonatus sehat yang cukup bulan (Parker et all, 1990) dan pada tingkat ringn
dapat dianggap normal selama 4 hari pertama dalam kehidupan bayi.
4.	Jitteriness dapat dibedakan dari kejang oleh beberapa karakteristik, yaitu :
jitteriness tidak disertai gerakan ocuar mata seperti pada kejang : gerakan kejang
adalah jerking klonik yang tidak dapat ia hentikan dengan fleksi anggota tubuhnya
yang terkena; dan jitteriness sangat sensitif terhadap stimulasi, sedangkan kejang
tidak.
b.	 Tremor didefinisikan sebgai gerakan berulang-ulang pada kedua tangan (dengan
atau tanpa gerakan pada kaki atau rahang ) dengan frekwensi 2 sampai 5 detik dan
berlangsung lebih dari 10 menit (Linder,dkk, 1989). Ini merupakan gejala umum pada
bayi baru lahir yang mempunyai berbagai penyebab, termasuk keruskan neurologis,
hipoglikemia dan hipokalsemia.
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Diagnosis
Evaluasi dan diagnosis dini terhadap kejang adalah hal yang penting dilakukan dan
memerlukan observasi yang akurat oleh petugas yang terlatih. Hal-hal utama yang
perlu diperhatikan adalah tempat dan sifatnya (sesuai dengan klasifikasi). Informasi
klinis penting lainnya juga perlu diperhatikan, yaitu penyebab yang melandasi, serperti
peristiwa perinatal, riwayat antenatal, riwayat keluarga, dan waktu terjadinya kejang.
Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, yang
meliputi hematokrit, gula darah, kalsium, magnesium, natrium, ammonia, asam amino
dan kultur darah. Pemeriksaan EEG sebaiknya dibuat segera karena dapat menentukan
diagnosis pengobatan dan prognosis. Pada kasus sulit, pemeriksaan CT Scan atau MRI
akan sangat membantu untuk diagnosis kelainan intrakranial bayi baru lahir yang kejang.
Bagaimanakah penatalaksanaan dari kejang pada bayi baru lahir ?
Karena kejang berhubungan erat dengan penyakit primer yang merupakan penyebab
kejang dan berhubungan dengan sistem syaraf pusat maka bayi :
a.	 Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut,
yang meliputi perbaikan metabolik, support pernafasan dan kardiovaskular dan
supresi/penekanan tehadap aktifitas kejang.
b.	Dilakukan tindakan terhadap penyebab yang mendasari seperti pemberian infus
glukosa bila bayi hipoglikemia, pemberian kalsium bila hipokalsemia, dan antibiotika
bila infeksi ; support pernafasan bila hipoksia, dan antikonvulsant/anti kejang
diberikan terutama bila tindakan lainnya gagal untuk mengatasi kejang.
c.	 Sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap.
d.	 Orangtuanya perlu diberikan informasi mengenai status bayinya dan dukungan.
e.	Penatalaksanaan umumnya adalah dengan menjaga jalan nafas tetap bebas,
mengatasi kejang, memberikan obat kejang, mencari penyebab kejang dan mengatasi
kejang
Tetanus Neonatrum
a.	Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani
(Kapita selekta Kedokteran, 2000)
b.	Tetanus adalah manifestasi sistemik yang disebabkan oleh absorbsi eksotoksin
sangat kuat yang dilepaskan ole clostridium tetani pada masa pertumbuhan aktif
dalam tubuh manusia.
c.	 Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang
menghasilkan exotoksin
Masalah Keperawatan dan Masalah Kolaborasi
Masalah keperawatan
1.	Tidak efektifnya jalan napas.
2.	Resiko gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
3.	Resiko tinggi injury
4.	Kecemasan
5.	Resiko kuranngnya volume cairan
Masalah kolaborasi
Potensial komplikasi :
1. Asfiksia
2. Ateletaksis
3. Fraktur kompresi
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
b. Pemeriksaan darah: kalsium dan fosfat.
Apa saja diagnosa keperawatan tetanus neonatorum?
a.	Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi
sekret / mukus kerena spasme otot laring.
b.	Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan
otot – otot rahang dan kesukaran menelan.
c.	Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan epistotonus, aktifitas kejang.
d.	Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit
anaknya.
e.	Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang
Intervensi Keperawatan
a.	Diagnosa Keperawatan 1: Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan
dengan meningkatnya produksi sekret / mukus kerena spasme otot laring.
Tujuan : anak akan memperlihatkan jalan napas yang efektif dengan kriteria : napas
lancar.
Intervensi :
1.	Kaji status pernapasan, seperti: kedalama, frekuensi, irama, kerja otot-otot
pernapasan, tiap 2 – 4 jam atau sesuai protokol.
2.	Auskultasi bunyi napas: ronchi dan bunyi tambahan.
3.	Lakukan csuction / penghisapan lendir dengan hati- hati dan pasti.
4.	Kolaborasi pemberian oksigen sesuai program terapi.
b.	Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kekakuan otot – otot rahang dan kesukaran menelan
Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
Intervensi:
1.	Kaji status nutrisi.
2.	Observasi dan catat intake makanan dan output.
3.	Kajibisingususbilaperludanhatihatikarenasentuhanpadaanakbisamenyebabkan
kejang.
4.	Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein.
5.	Timbang berat badan sesuai dengan protokol.
6.	Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral dan NGT bila diperlukan.
c.	DiagnosaKeperawatan3:Resikotinggiterjadiinjuryberhubungandenganepistotonus,
aktifitas kejang.
Tujuan : tidak terjadi injury pada anak dengan kriteria kejang (-), epistotonus (-)
Intervensi :
1.	Pasang pengaman / penghalang tempat tidur.
2.	Tempatkan anak pada tempat tidur / pengalas yang lembut.
3.	Kaji stimulus yang dapat menyebabkan kejang.
4.	Minimalkan hal- hal yang bisa meningkatkan rangsangan kejang: suara, sianr yang
terang, sentuhan yang berlebih.
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5.	Anak harus diistirahatkan dan tempatkan pada ruangan khusus.
6.	Antisipasi prosedur yang dapat merangsang untuk terjadinya kejang.
7.	Hindarkan / singkirkan benda yang dapat membahayakan anak.
8.	Pasang sudip lidah jika terjadi kejang pada anak.
9.	Posisikan anak dengan posisi miring ke samping saat anak kejang untuk mencegah
lidah jatuh kebelakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
10.	 Jangan gunakan restrain pada anak.
11.	 Catat aktifitas kejang: frekuensi, lamanya, faktor pencetusnya.
12.	Pantau pernapasan selama kejang, buka baju yang dapat mengganggu saat
kejang.
13.	 Kolaborasi dalam pemebrian obat-obatan: antikejang dan antibiotik.
d.	Diagnosa keperawatan 4 :Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
orang tua tentang penyakit anaknya.
Tujuan : mengurangi rasa cemas pada orang tua dengan meningkatkan pengetahuan
orang tua.
Intervensi :
a.	Gunakan komunikasi dan sentuhan yang terapeutik.
b.	Jelaskan tentang semua prosedur yang akan dilakukan.
c.	Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak dan hal-hal yang dapat
merangsang kejang: suara, sentuhan- sentuhan, sinar lampu yang sangat terang.
d.	Jelaskan tentang penanganan tentang penanganan kejang untuk menghindari injury
seperti pasang sudip lidah, miringkan kesamping untuk drainage.
e.	Jelaskan perlunya lingkungan yang tenang.
f.	Jelaskan perawatan yang perlu dilakukan oleh ortu pada anak untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
g.	Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang keadaan anaknya.
e.	Diagnosa Keperawatan 5 : Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan
intake cairan yang kurang
Tujuan : status hidrasi anak meningkat.
Intervensi :
1.	Kaji intake dan output.
2.	Kaji tanda- tanda dehidrasi : ubun – ubun , membran mukosa dan turgor kulit.
3.	Berikan dan pertahankan intake cairan oral / perparenteral sesuai
indikasi.
4.	Monitor berat jenis urine.
5.	Pertahankan kepatenan NGT.
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Rangkuman
Kejang pada neonatus/BBLR merupakan manifestasi dari gangguan syaraf
pusat, gangguan metabolik dan penyakit lain yang dapat menyebabkan
kerusakan otak sedangkan Tetanus Neonatorum adalah suatu penyakit akut
yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan exotoxin.Masalah
yang muncul dengan serius segera ditangani dan jaga kebersihan jalan nafas
dengan cara membersihkan secret/ mucus karena spasme otot laring
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Evaluasi
Formatif
Petunjuk :
1.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
2.Pilihlah jawaban :
A.	 jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B.	 jika jawaban 1 dan 3 benar
C.	 jika jawaban 2 dan 4 benar
D.	 jika jawaban 4 benar
E.	 jika jawaban 1,2,3 dan 4 benar semua atau salah semua
1 Perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi baik motorik maupun fungsi
otonomik disebut :
A.	Kejang		
B.	Staip	
C.	Tremor
D.	Menggigil
2 Pengelompokan epilepsi kejang dibagi menjadi
1.	 Kejang subtle		
2.	 Kejang tonik	
3.	 Kejnag klonik	
4.	 Tidak hilang kesadaran
3 Ciri – ciri kejang klonik adalah
1. Terdiri gerakan kejut		
2. Perubahan posisi
3. Terjadi pada bayi lahir cukup bulan
4. Tidak hilang kesadaran
4 Ciri – ciri kejang myoklonik
1.	 Kejang myoclonik
2.	 Mengindikasikan etiologi metabolik
3.	 Jarang terjadi
4.	 Sering terjadi
5 7.	 Etiologi kejang antara lain :
a.	 Hipoksik iskemik encefalpaly	 d. Idiopatik
b.	 Gangguan metabolik		 e. Kejang demam
c.	 Perdarahan intra kranial
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6 Tetanus neonatorum disebabkan oleh :
A. Kuman tahan asam		
B. Ekstidum tetam		
C. Kuman ganas
D. Kuman aerob
E. Kuman basah
7 Gejala tetanus neonatorum
1. Mulut mencucu			
2. Kejang
3. Dinding abdomen keras		
4. Leher kaku
8 Masalah penatalaksanaan yang muncul adalah :
1. Tidak efektif
2. Asfiksia
3. Resiko kejang ajury
4. Aklektasis
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 3
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian
akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban
yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda
telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini dan anda dapat melanjutkan mempelajari
kegiatan belajar 4. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya
ulangilah Kegiatan Belajar 3, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
KUNCI JAWABAN
1. A
2. E		 5. E
3. A 		 6. B
4. B 		 7. A
		8. C
TUGAS
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 3, saya ajak saudara untuk berlatih
mengembangkan konsep teori yang sudah saudara pelajari tersebut dengan situasi
nyata di lapangan.
Ceritakan apa yang anda amati dari bayi dengan tetanus neonatorum, coba saudara
identifikasi tanda dan gejalanya yang khas.
14
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medica
Aesculapius.
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta
Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: CV. Sagung Seto
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia
Daftar
Pustaka
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

Similar to Kb 3 asuhan dengan kejang dan tetanus neonatrum

Similar to Kb 3 asuhan dengan kejang dan tetanus neonatrum (20)

100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam
Asuhan keperawatan pada anak kejang demamAsuhan keperawatan pada anak kejang demam
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam
 
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang_pada_Bayi_Baru_Lahir.pdf
Kejang_pada_Bayi_Baru_Lahir.pdfKejang_pada_Bayi_Baru_Lahir.pdf
Kejang_pada_Bayi_Baru_Lahir.pdf
 
Kb 3 asuhan kejang dan tetanus
Kb 3 asuhan kejang dan tetanusKb 3 asuhan kejang dan tetanus
Kb 3 asuhan kejang dan tetanus
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan IIKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
Karlis santi
Karlis santiKarlis santi
Karlis santi
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
Askep asfiksia neonatoru1
Askep asfiksia neonatoru1Askep asfiksia neonatoru1
Askep asfiksia neonatoru1
 
Modul 4 kb 1
Modul 4 kb 1Modul 4 kb 1
Modul 4 kb 1
 
jejas persalinan
jejas persalinanjejas persalinan
jejas persalinan
 
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxPPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxputripermatasarilubi
 

Recently uploaded (12)

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxPPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
 

Kb 3 asuhan dengan kejang dan tetanus neonatrum

  • 1. 1 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 NURLAILIS SAADAH Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) MODUL ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi dan Penatalaksanaan SEMESTER 4 KEGIATAN BELAJAR 3 ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN KEJANG DAN TETANUS NEONATRUM
  • 2. 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kegiatan Belajar 3 ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN KEJANG DAN TETANUS NEONATORUM Setelah menyelasai kegiatan belajar ini diharapkan saudara memahami tentang konsep dasar neonatus bayi dengan kejang dan tetanus neonatorum Setelah meenyelesaikan kegiatan belajar ini saudara akandapat : 1. menjelaskan asuhan neonatus,bayi,dan balita dengankejang 2. menjelaskan asuhan neonatus,bayi,dan balita dengan tetanus neonatorum Dalam kegiatan belajar ini saudara akan mempelajari tentang : Pengertian Kejang, Klasifikasi Kejang, Insiden Kejang, Etiologi Kejang, Manifestasi Klinik Kejang, Diagnosis Kejang, Penatalaksanaan Kejang, Pengertian Tetanus Neonatorum , Masalah Perawatan Dan Masalah Kolaborasi, Pemeriksaan Diagnostik, Asuhan Neonatus Dan Bayi Dengan Tetanus Neonatorum Tujuan Pembelajaran Umum Pokok - Pokok Materi Tujuan Pembelajaran Khusus
  • 3. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Uraian Materi Apakah saudara sudah tahu tentang masalah kejang ? Supaya Saudara Lebih jelas maka saudara baca materi berikut Kejang Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya dalam usia bayi 0 sampai 28 hari setelah lahir. Kejang pada bayi baru lahir (neonatus) umumnya merupakan manifestasi dari gangguan syaraf pusat, kelainan metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyebab kejang yang paling umum pada masa neonatus adalah trauma otak iskhemik-hipoksia (squires, 1992). Kejang pada neonatus (bayi baru lahir) merupakan keadaan darurat. Kejang harus diatasi sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan otak yang luas. a. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi, baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak. b. Kejang merupakan keadaan kegawatdaruratan atau tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus, karena kejang yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan gejala sisa di kemudian hari. c. Kejang pada bayi baru lahir sering disebut neonatal fit d. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi dalam usia bayi sampai 28 hari setelah lahir e. Kejang pada bayi baru lahir bukanlah suatu penyakit, melainkan merupakan gejala dari gangguan syaraf pusat, lokal atau sistemik. Bagaimanakah klasifikasi kejang pada bayi baru lahir berdasarkan gambaran klinis ? Menurut Volpe (1989), kejang pada bayi baru lahir yang diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis adalah sebagai berikut : a. Kejang “Subtle” kejang “subtle” meliputi : 1. Gerakan stereotip berulang pada ekstermitas seperti mengayuh sepeda atau berenang. 2. Devasi atau kejut pada bola mata secara horisontal (mata seperti matahari setengah terbenam dimana pupil masih terlihat pada waktu bay tidur ) tanpa gerakan cepat, mata mengedip berulang : kelopak mata bergetar berulang-ulang. 3. Gerakan pada wajah berulang seperti ngiler, gerakan menghisap atau mengunyah atau gerakan lain pada pipi dan lidah. 4. Apnea atau perubahan tiba-tiba pada pola pernafasan (bila apnea saja terutama pada bayi kurang bulan bukan kejang, tetapi bila apnea disertai gerakan lainnya, misalnya gerakan kelopak mata atau lainnya kemungkinan adalah kejang). 5. Bisa terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan atau bayi kurang bulan (prematur)
  • 4. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan b. Kejang Tonik Kejang tonik meliputi kejang tonik fokal atau umum 1. Kejang tonik fokal gambarannya adalah : a) Kejang yang tampak pada salah satu ekstermitas atau batang tubuh atau deviasi tonik kepala atau mata. b) Sebagian besar kejang tonik terjadi bersamaan dengan penyakit sistem syaraf pusat yang difusi dan perdarahan intraventrikuler. c) Tampak lebih sering pada bayi prematur. 2. Kejang tonik umum, gambarannya adalah : a) Fleksi atau eksistensi tonik pada ekstermitas bagian atas, leher atau batang tubuh dan berkaitan dengan eksistensi tonus pada ekstermitas bagian bawah. b) Pada 85% kasus kejang tonik tidak berkaitan dengan perbahan otonomis seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah atau kulit memerah. c) Biasaya terjadi pada bayi kurang bulan (prematur). c. Kejang Klonik Kejang klonik meliputi : 1. Terdiri dari gerakan kejut pada ekstermitas yang perlahan dan berirama (1-3 detik/ menit) 2. Perubahan posisi atau memegang ekstermitas yang bergerak tidak akan local maupun multi-focal. 3. Penyebabnya bisa local maupun multi-focal. 4. Tidak terjadi hilang kesadaran dan berkaitan dengan trauma focal, infark metabolisme atau gangguan. 5. Biasanya terjadi pada bayi baru lahir cukup bulan. d. ejang Myoklonik Kejang myoklonik meliputi : 1. Kejang miokloni local, multi-local atau umum 2. Kejang mioklonik local tampak melibatkan otot fleksor pada ekstermitas 3. Kejang mioklonik multi-local tampak sebagai gerakan kejutan yang tidak sinkron pada beberapa bagian tubuh. 4. Kejang mioklonik umum tampak sangat jelas berupa fleksi masif pada kepala dan batang tubuh dengan ekstensi atau fleksi pada ekstermitas. 5. Sering mengindikasikan etiologi metabolik 6. Kejang mioklonik paling jarang terjadi bila dibandingkan dengan kejang lainnya. Berapakah angka kejadian kejang pada bayi baru lahir ? a. Meliputi0,5% dari semua bayi baru lahir, baik yang cukup bulan maupun yang kurang bulan. b. Lebih tinggi terjadi pada bayi kurang bulan, dimana angka kejadiannya 3,9% bila usia kehamilan < 30 minggu. Apa penyebab yang paling sering terjadinya kejang pada neonatus ? a) Hipoksik Iskemik Ensefalopati (HIE) Menurut Ronen, dkk, kasus kejang pada neonatus dengan HIE merupakan kejang yag terbanyak pada bayi baru lahir, yaitu terjadi sekitar 40%. Kejang terjadi dalam 24 jam pertama. HIE terjadi sekunder akibat asfiksia perinatal. Asfiksia menyebabkan kerusakan langsung susunan syaraf pusat. Semua tipe kejang dapat dijumpai pada HIE
  • 5. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan b) Gangguan Metabolik (Hipoglikemia, hipokalsimea, hipomagnesemia, gangguan metabolik lainya) kejang pada neonatus sering disebabkan oleh gangguan metabolisme glukosa, kalsium, magnesium dan gangguan metabolik lainnya. Beberapa gangguan metabolik tersebut adalah : 1) Hipoglikemia Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen di hati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Hipoglikemia sering terjadi pada neonatus kurang bulan (NKB), neonatus kecil pada masa kehamilan (KMK), neonatus besar masa kehamilan (BMK), dan neonatus dengan ibu penderita Diabetes Melitus yang tidak terkontrol. Pada bayi baru lahir dikatakan hipoglikemia apabila kadar gula darahnya kurang dari 40 ml/dl (ada beberapa unit yang membatasi kurang dari 47 mg/dl). Kelainan neurologis berupa kejang sering dijumpai pada neonatus yang kecil masa kehamilan (KMK). Kejang biasanya pada hari kedua setelah lahir. 2) Hipokalsemia Hipokalsemia adalah kalsium darah kurang dari 7 mg%. Hipokalsemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kejang sekitar 3%, yang dapat terjadi bersamaan dengan gangguan metabolik lainnya. Hipokalsemia dapat terjadi pada neonatus kecil masa kehamilan, neonatus kurang bulan, neonatus yang lahir dari ibu penderita DM, dan neonatus dengan ensefalopati hipoksik-iskemik (HIE), yang biasanya terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 setelah lahir. Ini disebut hipokalsemia awitan dini. Apabila hipokalsemia terjadipadaminggupertamaatauminggukeduadikatakanbayimengalamihipokalsemia awitan lambat, yang dapat terjadi pada neonatus besar masa kehamilan, neonatus cukup bulan, neonatus yang mendapat susu sapi dengan kadar fosfat, kalsium dan magnesium yang tidak tepat. 3) Hipomagnesemia Hipomagnesemia adalah kadar magnesium kurang dari 1,2 mg/dl, yang sering terjadi bersamaan dengan hipokalsemia. 4) Perdarahan Intrakranial ( subaraknoid primer, subdural, intraventikuler- periventrikuler) : a) Perdarahan intrakranial yang dapat menyebabkan kejang dapat terjadi pada daerah subarakhnoid, subdural, intraventrikuler-periventrikuler. b) Perdarahan subaraknoid dapat terjadi akibat trauma langsung, misalnya partus lama yang menyebabkan robekan vena superfisial. Kejang biasanya timbul pada hari kedua setelah lahir. c) Perdarahan subdural dapar terjadi akibat trauma langsung karena tindakan ekstraksi forsep pada neonatus cukup bulan dan neonatus besar masa kehamilan atau akibat presentasi bokong dan partus presipitatus. Perdarahan terjadi karena adanya robekan tentrorium dekat false serebri yang menyebabkan penekanan batang otak sehingga terjadi kejang. Kejang biasanya timbul pada hari pertama setelah lahir.
  • 6. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan d) Perdarahan intravaskuler-periventrikuler, dapat terjadi akibat adanya perdarahan dari pembuluh darah kecil pada subependimal matriks germinalis atau akibat adanya lesi pada daerah tersebut. Perdarahan ini sering terjadi pada neonatus kurang bulan. Kejang biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah lahir. 5) Infeksi Intrakranial Infeksi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kejang dapat terjadi di dalam di dalam rahim/intrauterine atau sebelum lahir, seperti disebabkan karena toksoplasma, rubela, herpes, sitomegalovirus. Sementara itu infeksi pada bayi baru lahir yang terjadi selama persalinan atau segera setelah lahir disebabkan oleh infeksi bakteri atau non bakteri. 6) Kelainan Bawaan Kejang pada bayi baru lahir dapat terjadi pada bayi yang mengalami gangguan perkembangan otak, seperti mikrogia, pakigria, atau heteropia. Kejang dapat timbul setiap saat. 7) Hiperbilirubinemia (Kern-Ikterus) Hiperbilirubinemia sebagai penyebab kejang saat ini jarang ditemukan setelah keberhasilan tindakan transfusi tukar terhadap hiperbilirubinemia 8) Idiopatik kejang idiopatik merupakan kejang yang tidak diketahui penyebabnya, yang dapat ditegakkan berdasarkan riwayat keluarga atau adanya tatus epileptikus pada bayi. Bagaimana manifestasi klinik dari kejang pada bayi baru lahir ? Manifestasi klinik dari kejang pada bayi baru lahir telah dijelaskan pada klasifikasi kejang diatas. Namun ada istilah-istilah berikut yang perlu dipahami untuk dapat membedakannya dari kejang pada bayi baru lahir, yaitu : a. Jitteriness pada bayi baru lahir, merupakan : 1. Gerakan seperti menggigil, yang sering dikaburkan dengan kejang pada neonatus bagi yang belum berpengalaman. 2. Gerakan berulang pada ekstermitas yang bisa terlihat disertai dengan menngis, bisa terjadi dengan perubahan keadaan tidur, atau bisa terjadi apabila dirangsang/ stimulasi. 3. Relatif umum terjadi pada neonatus, dimana pada satu studi dketahui mengenai 44% neonatus sehat yang cukup bulan (Parker et all, 1990) dan pada tingkat ringn dapat dianggap normal selama 4 hari pertama dalam kehidupan bayi. 4. Jitteriness dapat dibedakan dari kejang oleh beberapa karakteristik, yaitu : jitteriness tidak disertai gerakan ocuar mata seperti pada kejang : gerakan kejang adalah jerking klonik yang tidak dapat ia hentikan dengan fleksi anggota tubuhnya yang terkena; dan jitteriness sangat sensitif terhadap stimulasi, sedangkan kejang tidak. b. Tremor didefinisikan sebgai gerakan berulang-ulang pada kedua tangan (dengan atau tanpa gerakan pada kaki atau rahang ) dengan frekwensi 2 sampai 5 detik dan berlangsung lebih dari 10 menit (Linder,dkk, 1989). Ini merupakan gejala umum pada bayi baru lahir yang mempunyai berbagai penyebab, termasuk keruskan neurologis, hipoglikemia dan hipokalsemia.
  • 7. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Diagnosis Evaluasi dan diagnosis dini terhadap kejang adalah hal yang penting dilakukan dan memerlukan observasi yang akurat oleh petugas yang terlatih. Hal-hal utama yang perlu diperhatikan adalah tempat dan sifatnya (sesuai dengan klasifikasi). Informasi klinis penting lainnya juga perlu diperhatikan, yaitu penyebab yang melandasi, serperti peristiwa perinatal, riwayat antenatal, riwayat keluarga, dan waktu terjadinya kejang. Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, yang meliputi hematokrit, gula darah, kalsium, magnesium, natrium, ammonia, asam amino dan kultur darah. Pemeriksaan EEG sebaiknya dibuat segera karena dapat menentukan diagnosis pengobatan dan prognosis. Pada kasus sulit, pemeriksaan CT Scan atau MRI akan sangat membantu untuk diagnosis kelainan intrakranial bayi baru lahir yang kejang. Bagaimanakah penatalaksanaan dari kejang pada bayi baru lahir ? Karena kejang berhubungan erat dengan penyakit primer yang merupakan penyebab kejang dan berhubungan dengan sistem syaraf pusat maka bayi : a. Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut, yang meliputi perbaikan metabolik, support pernafasan dan kardiovaskular dan supresi/penekanan tehadap aktifitas kejang. b. Dilakukan tindakan terhadap penyebab yang mendasari seperti pemberian infus glukosa bila bayi hipoglikemia, pemberian kalsium bila hipokalsemia, dan antibiotika bila infeksi ; support pernafasan bila hipoksia, dan antikonvulsant/anti kejang diberikan terutama bila tindakan lainnya gagal untuk mengatasi kejang. c. Sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap. d. Orangtuanya perlu diberikan informasi mengenai status bayinya dan dukungan. e. Penatalaksanaan umumnya adalah dengan menjaga jalan nafas tetap bebas, mengatasi kejang, memberikan obat kejang, mencari penyebab kejang dan mengatasi kejang Tetanus Neonatrum a. Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani (Kapita selekta Kedokteran, 2000) b. Tetanus adalah manifestasi sistemik yang disebabkan oleh absorbsi eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan ole clostridium tetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia. c. Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan exotoksin Masalah Keperawatan dan Masalah Kolaborasi Masalah keperawatan 1. Tidak efektifnya jalan napas. 2. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 3. Resiko tinggi injury 4. Kecemasan 5. Resiko kuranngnya volume cairan Masalah kolaborasi Potensial komplikasi : 1. Asfiksia 2. Ateletaksis 3. Fraktur kompresi
  • 8. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang. b. Pemeriksaan darah: kalsium dan fosfat. Apa saja diagnosa keperawatan tetanus neonatorum? a. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi sekret / mukus kerena spasme otot laring. b. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot – otot rahang dan kesukaran menelan. c. Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan epistotonus, aktifitas kejang. d. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya. e. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang Intervensi Keperawatan a. Diagnosa Keperawatan 1: Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi sekret / mukus kerena spasme otot laring. Tujuan : anak akan memperlihatkan jalan napas yang efektif dengan kriteria : napas lancar. Intervensi : 1. Kaji status pernapasan, seperti: kedalama, frekuensi, irama, kerja otot-otot pernapasan, tiap 2 – 4 jam atau sesuai protokol. 2. Auskultasi bunyi napas: ronchi dan bunyi tambahan. 3. Lakukan csuction / penghisapan lendir dengan hati- hati dan pasti. 4. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai program terapi. b. Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot – otot rahang dan kesukaran menelan Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan Intervensi: 1. Kaji status nutrisi. 2. Observasi dan catat intake makanan dan output. 3. Kajibisingususbilaperludanhatihatikarenasentuhanpadaanakbisamenyebabkan kejang. 4. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein. 5. Timbang berat badan sesuai dengan protokol. 6. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral dan NGT bila diperlukan. c. DiagnosaKeperawatan3:Resikotinggiterjadiinjuryberhubungandenganepistotonus, aktifitas kejang. Tujuan : tidak terjadi injury pada anak dengan kriteria kejang (-), epistotonus (-) Intervensi : 1. Pasang pengaman / penghalang tempat tidur. 2. Tempatkan anak pada tempat tidur / pengalas yang lembut. 3. Kaji stimulus yang dapat menyebabkan kejang. 4. Minimalkan hal- hal yang bisa meningkatkan rangsangan kejang: suara, sianr yang terang, sentuhan yang berlebih.
  • 9. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5. Anak harus diistirahatkan dan tempatkan pada ruangan khusus. 6. Antisipasi prosedur yang dapat merangsang untuk terjadinya kejang. 7. Hindarkan / singkirkan benda yang dapat membahayakan anak. 8. Pasang sudip lidah jika terjadi kejang pada anak. 9. Posisikan anak dengan posisi miring ke samping saat anak kejang untuk mencegah lidah jatuh kebelakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. 10. Jangan gunakan restrain pada anak. 11. Catat aktifitas kejang: frekuensi, lamanya, faktor pencetusnya. 12. Pantau pernapasan selama kejang, buka baju yang dapat mengganggu saat kejang. 13. Kolaborasi dalam pemebrian obat-obatan: antikejang dan antibiotik. d. Diagnosa keperawatan 4 :Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya. Tujuan : mengurangi rasa cemas pada orang tua dengan meningkatkan pengetahuan orang tua. Intervensi : a. Gunakan komunikasi dan sentuhan yang terapeutik. b. Jelaskan tentang semua prosedur yang akan dilakukan. c. Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak dan hal-hal yang dapat merangsang kejang: suara, sentuhan- sentuhan, sinar lampu yang sangat terang. d. Jelaskan tentang penanganan tentang penanganan kejang untuk menghindari injury seperti pasang sudip lidah, miringkan kesamping untuk drainage. e. Jelaskan perlunya lingkungan yang tenang. f. Jelaskan perawatan yang perlu dilakukan oleh ortu pada anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. g. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang keadaan anaknya. e. Diagnosa Keperawatan 5 : Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang Tujuan : status hidrasi anak meningkat. Intervensi : 1. Kaji intake dan output. 2. Kaji tanda- tanda dehidrasi : ubun – ubun , membran mukosa dan turgor kulit. 3. Berikan dan pertahankan intake cairan oral / perparenteral sesuai indikasi. 4. Monitor berat jenis urine. 5. Pertahankan kepatenan NGT.
  • 10. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Rangkuman Kejang pada neonatus/BBLR merupakan manifestasi dari gangguan syaraf pusat, gangguan metabolik dan penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak sedangkan Tetanus Neonatorum adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan exotoxin.Masalah yang muncul dengan serius segera ditangani dan jaga kebersihan jalan nafas dengan cara membersihkan secret/ mucus karena spasme otot laring
  • 11. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Evaluasi Formatif Petunjuk : 1.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) 2.Pilihlah jawaban : A. jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. jika jawaban 1 dan 3 benar C. jika jawaban 2 dan 4 benar D. jika jawaban 4 benar E. jika jawaban 1,2,3 dan 4 benar semua atau salah semua 1 Perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi baik motorik maupun fungsi otonomik disebut : A. Kejang B. Staip C. Tremor D. Menggigil 2 Pengelompokan epilepsi kejang dibagi menjadi 1. Kejang subtle 2. Kejang tonik 3. Kejnag klonik 4. Tidak hilang kesadaran 3 Ciri – ciri kejang klonik adalah 1. Terdiri gerakan kejut 2. Perubahan posisi 3. Terjadi pada bayi lahir cukup bulan 4. Tidak hilang kesadaran 4 Ciri – ciri kejang myoklonik 1. Kejang myoclonik 2. Mengindikasikan etiologi metabolik 3. Jarang terjadi 4. Sering terjadi 5 7. Etiologi kejang antara lain : a. Hipoksik iskemik encefalpaly d. Idiopatik b. Gangguan metabolik e. Kejang demam c. Perdarahan intra kranial
  • 12. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 Tetanus neonatorum disebabkan oleh : A. Kuman tahan asam B. Ekstidum tetam C. Kuman ganas D. Kuman aerob E. Kuman basah 7 Gejala tetanus neonatorum 1. Mulut mencucu 2. Kejang 3. Dinding abdomen keras 4. Leher kaku 8 Masalah penatalaksanaan yang muncul adalah : 1. Tidak efektif 2. Asfiksia 3. Resiko kejang ajury 4. Aklektasis UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 3 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini dan anda dapat melanjutkan mempelajari kegiatan belajar 4. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 3, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!
  • 13. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan KUNCI JAWABAN 1. A 2. E 5. E 3. A 6. B 4. B 7. A 8. C TUGAS Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 3, saya ajak saudara untuk berlatih mengembangkan konsep teori yang sudah saudara pelajari tersebut dengan situasi nyata di lapangan. Ceritakan apa yang anda amati dari bayi dengan tetanus neonatorum, coba saudara identifikasi tanda dan gejalanya yang khas.
  • 14. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medica Aesculapius. Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: CV. Sagung Seto Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia Daftar Pustaka
  • 15. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015