SlideShare a Scribd company logo
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Definisi
Dengue adalah penyakit swasirna, akut, dan klasik (biasanya
berlangsung 5 hingga 7 hari), yang ditandai dengan demam, lesu, nyeri
kepala, mialgia, ruam, limfadenopati, dan leukopenia, yang disebabkan
oleh empat jenis virus dengue yang secara antigen berbeda (Hurianti
Hartanto, et al, 2007).
Demam dengue/DD (dengue fever/DF) dan demam berdarah
dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (W. Sudoyo, Aru,
et al, 2006).
2. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, termasuk
dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae (Rantam, 2005).
Menurut nomenklatur dari Rice (1985), protein virus dengue sebagai
berikut :
- Protein C (Core/nukleokapsid).
- Protein M (Membran nonglikosilasi).
- Protein E (Envelope).
- Protein NS sebagai protein non struktural.
Adapun protein non struktural virus terdiri dari tujuh macam yang
dikode oleh gen terpisah, diantaranya NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a,
NS4b, dan NS5. Selama proses infeksi, protein NS1 dapat berada di dalam
sel, membran plasma, maupun disekresikan keluar sel dan berperan dalam
7
8
proses imunopatologi infeksi. Oleh sebab itu, maka NS1 dapat dijadikan
sebagai marker pada pemeriksaan DBD (Rantam, 2005).
Adapun siklus dari virus tersebut, yaitu :
- Virus dapat terikat pada reseptor virus yang ada di permukaan sel, dan
melalui antibodi anti dengue yang terikat pada sel.
- Kemudian, virus masuk ke dalam sel yang diikuti oleh pelepasan
nukleokapsid ke dalam sitoplasma sel.
- Tahap selanjutnya, terjadi proses translasi dan replikasi.
- Setelah semua komponen virus disintesis, virus yang belum matang
(immature) akan mengalami proses morfogenesis menjadi virus matang
(mature) yang memiliki protein C, M, dan E.
- Kemudian, virus yang sudah matang (mature) akan dilepaskan keluar
dari sel dan menginfeksi sel lainnya (Jawetz, 2005).
Terdapat 4 serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai
di daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit yang menunjukkan
bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat (Soedarmo, 2010).
Penularan infeksi virus dengue ini terjadi melalui vektor nyamuk
genus Aedes. Nyamuk ini mendapatkan virus demam berdarah dari orang
yang di dalam darahnya terdapat virus tersebut, disebut Carier. Orang itu
mungkin sakit demam berdarah, tapi mungkin juga tidak, bila kebetulan
orang itu memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Sebagai orang yang
tidak sakit, ia bisa pergi kemana saja dan menularkan virus itu kepada
orang lain. Bila orang yang tertular itu tidak memiliki kekebalan
(umumnya anak-anak), segera akan terserang demam berdarah melalui
gigitan nyamuk yang membawa virus tersebut.
Terdapat dua jenis nyamuk Aedes yang terdapat di Indonesia, yaitu :
9
a. Aedes Aegypti
Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis dan paling sering
ditemukan, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu
di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di
sekitar rumah, seperti tempayan/gentong tempat penyimpanan air
minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol.
Adapun karakteristik dari nyamuk jenis tersebut, yaitu :
- Nyamuk ini memiliki warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih
pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya (Saleha, et al,
2008).
- Memiliki bentuk morfologi yang khas yaitu terdapat gambaran lira
(lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum).
- Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pagi dan sore hari.
- Jarak terbang 100 meter (Rampengan, 2008).
Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti
Sumber : http://www.pedulidbd.com
b. Aedes Albopictus
Secara morfologi, nyamuk Aedes Albopictus sepintas tampak
seperti nyamuk Aedes Aegypti tetapi terdapat perbedaan pada
mesonotumnya yang terdapat gambaran menyerupai garis tebal putih
yang berjalan vertikal (Saleha, et al, 2008).
Adapun karakteristik dari nyamuk jenis tersebut, sebagai berikut :
10
- Biasanya disekitar rumah atau pohon-pohon, tempat penampungan air
hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas, dan
lain sebagainya.
- Tempat habitatnya di tempat air jernih.
- Menggigit pada waktu siang hari.
- Jarak terbang 5 meter (Rampengan, 2008).
Gambar 2. Nyamuk Aedes albopictus
Sumber : http://www.pedulidbd.com
Adapun perubahan bentuk (metamorfosis) dari nyamuk tersebut
adalah Telur  Jentik  Kepompong  Nyamuk Dewasa. Untuk jenis
nyamuk Ae. aegypti, proses perubahan bentuk ini terjadi dalam air jernih,
khususnya tempat penampungan air yang biasanya digunakan sehari-hari
dan setiap genangan air yang airnya tidak langsung berhubungan dengan
tanah. Perubahan bentuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa
memerlukan waktu ± 10 hari.
Gambar 3. Siklus hidup nyamuk
Sumber : http://www.metapathogen.com
11
3. Epidemiologi
Gambar 4. Area rawan akan penularan Demam Berdarah Dengue,
termasuk Indonesia, 2005
Sumber : http://www.naturalseenhazards.wordpress.com
Gambar 5. Area rawan akan penularan Demam Berdarah Dengue,
termasuk Indonesia, 2008
Sumber : http://www.who.com
Demam berdarah dengue terdapat di daerah tropis, terutama di
negara Pasifik Barat dan ASEAN termasuk Indonesia. Beberapa faktor
yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue, yaitu :
a. Agen (vektor)
- Perkembangbiakan vektor.
- Kebiasaan vektor menggigit.
- Kepadatan vektor di lingkungan (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006).
b. Host (pejamu)
- Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan
DBD.
- Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan.
12
- Mobilitas penduduk, memudahkan penularan dari satu tempat ke
tempat yang lain.
- Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah,
bahan bangunan akan mempengaruhi penularan.
- Pendidikan, mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan
penyuluhan dan cara pengendalian yang dilakukan.
- Penghasilan, mempengaruhi kunjungan berobat ke puskesmas atau ke
rumah sakit.
- Sikap hidup, senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam
masalah akan mengurangi resiko penularan penyakit.
- Umur, lebih banyak terjadi pada umur kurang dari 15 tahun.
- Kekebalan atau daya tahan tubuh setiap individu berbeda, sehingga
memudahkan terjangkitnya penyakit.
c. Environment (Lingkungan)
1) Lingkungan Fisik
- Curah hujan, dapat menambah genangan air sebagai tempat
perindukan.
- Suhu udara, dapat mempengaruhi perkembangan virus di dalam
tubuh nyamuk.
- Kelembaban udara, dapat mempengaruhi umur nyamuk.
2) Lingkungan Biologi
Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, karena
mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan
halaman. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan akan
menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat
dan memperpanjang umur nyamuk (Depkes, 2007).
4. Insiden
Secara nasional, insiden demam berdarah dengue tertinggi
dilaporkan selama tahun 1973 terdapat 10.189 kasus dan tahun 1977
terdapat 8.141 kasus. Penyakit ini selalu terjadi tiap tahun di pelbagai
tempat di Indonesia dan terutama di musim hujan (Rampengan, 2008).
13
Kasus DBD di DKI Jakarta tahun 2009 sebanyak 17.472 kasus dan
28 meninggal dunia. Tetapi terjadi penurunan kasus DBD pada bulan
Januari-Februari 2010 sebesar 25 persen dibanding tahun 2009. Pada
periode tersebut kasus DBD dapat mencapai 914 kasus, dibandingkan
tahun 2009 sebanyak 1.202 kasus.
Secara keseluruhan, penyakit DBD tidak terdapat perbedaan antara
jenis kelamin penderita demam berdarah dengue tetapi kematian lebih
banyak ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki
(Rampengan, 2008). Menurut WHO, untuk mempelajari penyakit pada
anak, maka batasan untuk umur anak mulai 0-14 tahun. Sedangkan
beberapa rumah sakit, seperti Fatmawati dan Ciptomangunkusumo,
memberi batasan untuk umur anak mulai 0-18 tahun, dan di rumah sakit
Dr. Suyoto mulai 0-14 tahun.
5. Patogenesis
Beberapa hipotesis yang digunakan pada patogenesis demam
berdarah dengue, seperti the secondary heterologous infection hyphothesis
atau the sequential infection hyphothesis dan the immunological
enhancement hyphothesis. Tetapi hingga saat ini, patogenesis terjadinya
demam berdarah dengue masih belum diketahui dengan pasti.
Secara umum, kelainan yang terjadi pada demam berdarah dengue
akibat adanya kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue. Hal
ini disebabkan karena virus dengue dapat menyebabkan kerusakan pada
kapiler sehingga dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan penurunan volume plasma. Akibatnya, plasma akan
keluar ke ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa). Sedangkan
pada intravaskular akan terjadi peningkatan konsentrasi plasma
(hematrokrit/HT meningkat), trombosit menurun, dan leukosit menurun.
Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi endotel dan
menyebabkan gangguan fungsi dari endotel, maka pembuluh darah tidak
berfungsi dengan baik dan mengakibatkan kebocoran darah. Apabila
kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah kulit akan tampak bercak-
14
bercak kemerahan pada kulit yang disebut petekiae. Sedangkan bila terjadi
kebocoran pada saluran pencernaan akan menyebabkan perdarahan yang
terus-menerus (Soedarmo, 2010).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue bersifat asimtomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah
dengue atau sindrom syok dengue (SSD) (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006).
Ciri-ciri demam pada demam berdarah dengue disebut juga sebagai
“Demam Pelana Kuda”.
Grafik 1. Demam Pelana Kuda
Sumber : http://www.feverclinicwordpress.com
Dari grafik tersebut, dapat dilihat fase-fase demam pada demam
berdarah dengue, sebagai berikut :
a. Hari 1-3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di
belakang mata, nyeri otot, serta mual/muntah, kadang disertai bercak
merah di kulit.
b. Hari 4-5 Fase KRITIS
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi
kesembuhan. Namun inilah fase kritis yang kemungkinan dapat terjadi
“Dengue Shock Syndrome”.
c. Hari 6-7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap
penyembuhan.
15
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum
manifestasi klinik yang bervariasi antara demam dengue, demam berdarah
dengue, dan sindrom syok dengue (Rampengan, 2008). Manifestasi
simptomatik meliputi demam tidak terdiferensiasi (undifferentiated fever),
demam dengue, dan DBD (dengan atau tanpa syok) (Chen, 2009).
Bagan 1. Spektrum klinis infeksi Virus Dengue
Sumber : http://www.feverclinicwordpress.com
Tabel 1. Manifestasi klinis penyakit Demam Berdarah Dengue
Spektrum Klinis Manifestasi Klinis
DD
Demam Dengue
- Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih
manifestasi berikut : nyeri kepala, nyeri retroorbital,
mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
- Dapat disertai trombositopenia.
- Hari ke 3-5 merupakan fase pemulihan (saat suhu
turun), dan klinis membaik.
DBD
Demam Berdarah
Dengue
- Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai
nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, dan nyeri
perut.
- Uji torniquet positif.
- Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
- Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih,
seperti : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, hematuria.
- Trombositopenia.
- Leukopenia.
- Hari ke 3-5 merupakan fase kritis (saat suhu turun),
perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok.
SSD
Sindrom
Syok Dengue
- Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan
sirkulasi (syok).
- Gejala syok :
1. Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran
dan sianosis.
2. Napas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak
teraba.
3. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 20 mmHg.
4. Akral dingin, capillary refill turun.
5. Diuresus turun, hingga anuria.
Sumber : http://www.feverclinic.wordpress.com
16
Perbedaan suhu demam pada demam dengue dan demam
berdarah dengue, dapat dilihat dari kurva sebagai berikut :
Grafik 2. Kurva suhu Demam Dengue
Sumber : http://www.feverclinic.wordpress.com
Grafik 3. Kurva Demam Berdarah Dengue
Sumber : http://www.feverclinic.wordpress.com
Dari kurva di atas, dapat diketahui pasien yang mengalami fase
demam selama 2-7 hari akan diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari.
Bila saat fase ini pasien sudah tidak demam dan ada perbaikan klinis
maka menunjukkan DD, tetapi bila semakin memburuk dan
mempunyai risiko untuk terjadi syok akan mengarah ke DBD
(Soedarmo, 2007).
17
7. Klasifikasi Derajat Penyakit
Tabel 2. Klasifikasi derajat penyakit Demam Berdarah Dengue
DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau
lebih tanda : sakit
kepala, nyeri retro-
orbital, mialgia, artralgia
- Leukopenia
- Trombositopenia, tidak
ditemukan kebocoran
plasma
- Serologi Dengue (+)
DBD I Gejala di atas ditambah
uji bendung (+)
- Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
DBD II Gejala di atas ditambah
perdarahan spontan
- Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
DBD III Gejala di atas ditambah
kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
- Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
DBD IV Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur.
- Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
* DBD derajat III dan IV disebut Sindrom Syok Dengue (SSD).
Sumber : W. Sudoyo, Aru, et al, 2006
8. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Parameter laboratoris pada pemeriksaan darah rutin yang dapat
diperiksa antara lain :
1) Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006).
Nilai normal Ht : laki-laki (40-52%), wanita (38-48%) (Price, 2006).
Nilai normal Ht (RS Dr. Suyoto) : laki-laki (40-48%)
wanita (37-43%)
2) Trombosit : dapat terjadi trombositopenia pada hari ke 3-8
(W. Sudoyo, Aru, et al, 2006).
Nilai normal trombosit : 150.000-450.000 g/dl (Price, 2006).
Nilai normal trombosit (RS Dr. Suyoto) : 200.000-500.000 g/dl.
18
3) Leukosit : dapat normal atau menurun.
Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total
leukosit) dan akan meningkat pada fase syok (W. Sudoyo, Aru, et al,
2006).
Nilai normal leukosit : 4.500-11.000 g/dl (Price, 2006).
Nilai normal leukosit (RS Dr. Suyoto) : 5.000-10.000 g/dl.
b. Pemeriksaan Serologi
Parameter laboratoris pada pemeriksaan serologi yang dapat
diperiksa antara lain :
1) Dengue IgG/IgM Rapid Test
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendeteksi adanya antibodi
(IgG/IgM) virus dengue di plasma penderita. Menurut WHO, 2005,
respon imun primer dan sekunder, IgM diproduksi dimulai hari ke-3,
dan IgG respon imun sekunder, meningkat cepat dalam 3-5 hari.
Grafik 4. Viremia, IgM, dan IgG pada infeksi Virus Dengue primer
dan sekunder
Sumber : http://www.feverclinicwordpress.com
Pada metoda ini dapat diukur dengan menggunakan alat test
yang mempunyai tiga garis (pre-coated lines) di permukaan
membran :
- Garis “G” (Dengue IgG Test Line).
- Garis “M” (Dengue IgM Test Line).
- Garis “C” (Control Line).
Hasil dari test tersebut akan muncul dalam waktu 15-20 menit.
Berikut interpretasi hasil dari test tersebut :
- IgM (+) : infeksi primer dengue.
19
- IgG (+) : infeksi sekunder dengue.
- IgG dan IgM (+) : infeksi primer yang berkelanjutan dan atau
infeksi sekunder.
- IgG dan IgM (-) : tidak terjadi infeksi dengue.
- Control/C (-) : invalid dan harus diulang pemeriksaannya.
Tabel 3. Interpretasi Test IgG/IgM
Sumber : http://www.pedulidbd.com
2) NS1
Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen adalah pemeriksaan
terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS1) yang dapat
mendeteksi infeksi virus dengue pada hari pertama mulai demam.
Keuntungan pemeriksaan ini, yaitu untuk mengetahui adanya infeksi
dengue pada penderita tersebut dalam fase awal demam, tanpa perlu
menunggu terbentuknya antibodi (V, Kumarasamy, et al, 2007).
Hasil test yang akan muncul dalam alat test sebagai berikut :
- NS1 (+) : infeksi dengue.
- NS1 (-) : tidak terjadi infeksi dengue.
9. Diagnosis
Diagnosis sangat penting untuk menentukan penatalaksanaan pasien
untuk dirawat inap atau berobat jalan. Untuk kasus DBD yang
diperkenankan berobat jalan bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi
keinginan makan dan minum masih baik. Sebagian besar kasus DBD yang
berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas
pada hari pertama dan hari kedua tidak menunjukkan perubahan
20
manifestasi menjadi buruk. Apabila penderita DBD ini mengalami
manifestasi yang semakin memburuk, maka dianjurkan untuk dirawat inap
(Soegijanto, 2006).
Berikut kriteria rawat inap pasien dan memulangkan untuk pasien
demam berdarah dengue :
Tabel 3. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Kriteria Rawat Inap Pasien Kriteria Memulangkan Pasien
Ada kedaruratan :
- Syok.
- Muntah terus-menerus.
- Muntah darah.
- BAB berwarna hitam.
- Kejang.
- Kesadaran menurun.
- Hematokrit mendadak tinggi.
- Trombosit ≤ 100.000/ul.
- Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik.
- Nafsu makan membaik.
- Tampak perbaikan secara klinis.
- 2-3 hari setelah syok teratasi.
- Hematokrit stabil.
- Trombosit > 50.000/ul.
- Tidak dijumpai distres pernapasan.
- Output urin baik.
Sumber : Garna, Herry, et al, 2005
Demam dengue (DD) dengan kondisi yang stabil dan baik, tidak
harus dilakukan rawat inap, tetapi harus dilakukan kontrol secara rutin
pemeriksaan ke dokter atau pemeriksaan darah ulang dalam hari ke 4-5.
Berikut diagnosis untuk demam dengue, demam berdarah dengue,
dan sindrom syok dengue dengan menilai manifestasi klinis yang terdapat
pada pasien :
a. Demam Dengue (DD)
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7
hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
- Nyeri kepala.
- Nyeri retro-orbital.
- Mialgia atau artralgia.
- Ruam kulit.
- Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif).
- Leukopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien
DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang
sama.
21
b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan kriteria WHO 1997 :
1) Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2) Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
- Uji bendung positif (uji tourniquet).
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epitaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan di tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
3) Trombositopenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/ul).
4) Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut :
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
- Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma, seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia.
c. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Seluruh kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi
dengan manifestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20
mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin, dna
lembab serta gelisah (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006).
Selain diagnosis di atas, pada penelitian ini yang dilakukan di
Rumah Sakit Dr. Suyoto, diagnosis DBD dibuktikan dengan pemeriksaan
serologi baik IgG/IgM maupun NS1.
10. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk demam berdarah dengue antara lain demam
Chikungunya, dan demam kuning.
22
11. Penatalaksanaan
Prinsip utama dalam menangani kasus DBD adalah terapi suportif.
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD
(W. Sudoyo, Aru, et al, 2006).
Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/DSS terletak pada ketrampilan
para dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase
penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik (Soedarmo, 2010).
12. Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Upaya untuk mencegah DBD dapat dilakukan dengan cara, sebagai
berikut :
a. Pemberian Vaksin DBD
Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang adalah
dengan pemberian vaksin, dimana vaksin berfungsi untuk mencegah
suatu penyakit. Tetapi, vaksin demam berdarah dengue masih belum
tersedia. Oleh sebab itu, penelitian tentang vaksin demam berdarah
dengue pun terus dilakukan, termasuk sekelompok peneliti dari
Universitas Western Australia dan Institut Penelitian Kesehatan Anak
Telethon yang diketuai oleh Prof. Peter Richmond yang berupaya
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue
yang disebabkan oleh virus dengue.
Saat ini, vaksin untuk demam berdarah dengue sedang dilakukan
uji coba penggunaannya di Perth, Australia. Vaksin tersebut telah
diadakan uji coba tahap awal di Amerika yang terbukti aman dan
efektif. Tahap selanjutnya, akan dilakukan di Thailand yang kemudian
dilanjutkan tahap ketiga di berbagai negara termasuk Singapura. Selain
itu, vaksin ini telah dilakukan uji coba di delapan area di Australia
(Albahar, 2007).
23
Vaksin dapat diperdagangkan bila hasil seluruh tahap uji coba
terbukti aman dan efektif dalam mencegah demam berdarah dengue dan
setelah mendapat izin dari badan resmi PBB, yaitu WHO.
b. Pengendalian Vektor (Nyamuk Aedes aegypti)
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Oleh sebab itu, metode yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD ini adalah dengan
mengkombinasikan metode-metode berikut, yang disebut dengan 3M
Plus, yaitu : menutup, menguras, menimbun. Selain itu, melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur
larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida (fogging), memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dan lain-lain.
Gambar 6. Kegiatan 3M Plus
Sumber : http://www.e-dukasi.net
Berikut merupakan pengendalian nyamuk tersebut yang dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1) Lingkungan
Salah satu metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk
seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD). Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
merupakan keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk
mencegah penyakit demam berdarah dengue yang disertai
pemantauan hasilnya secara terus-menerus.
24
Sasaran pada gerakan PSN, sebagai berikut :
a) Sasaran utama adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat
umum melakukan PSN DBD serta menjaga kebersihan
lingkungan di rumah dan lingkungannya masing-masing secara
terus-menerus.
b) Pelita VI tercapainya Angka Bebas Jentik (ABJ) ≥ 90% di
kecamatan endemis dan sporadis DBD > 80% di seluruh wilayah.
Kegiatan gerakan PSN DBD dapat dilakukan dimana saja,
seperti:
a) Gerakan PSN DBD di Rumah
Kegiatan pokoknya, meliputi :
- Kunjungan rumah berkala sekurang-kurangnya tiap 3 bulan
(untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik) oleh kader.
- Penyuluhan kelompok masyarakat oleh tokoh masyarakat.
- Kerja bakti PSN DBD dan kebersihan lingkungan secara
berkala, misalnya setiap hari Jum’at (Gerakan Jum’at Bersih).
b) Gerakan PSN DBD di Sekolah
Kegiatan pokoknya, meliputi :
- Penyampaian pengetahuan tentang penyakit DBD dan
pencegahannya oleh guru kepada siswa secara terus-menerus
melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler.
- Selain itu, para siswa sudah melakukan pemeriksaan jentik
berkala seminggu sekali selama tiga bulan baik di sekolah
maupun di rumah masing-masing untuk mengetahui ABJ dan
hasilnya akan dilaporkan kepada guru.
c) Gerakan PSN DBD di Tempat Umum
Pelaksanaan gerakan PSN DBD di tempat umum dapat dilakukan
di kantor, pabrik, rumah sakit, dan lain-lain.
Selain pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah
dengue, dapat dilakukan dengan pemeriksaan jentik nyamuk oleh
Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
25
Jumantik atau juru pemantau jentik adalah warga masyarakat
setempat yang telah dilatih oleh petugas kesehatan atau Puskesmas
sehingga mengenal penyakit Demam Berdarah Dengue dan cara-cara
pencegahannya (Depkes, 2004).
Tujuan adanya jumantik adalah untuk memberikan bimbingan
dan penyuluhan kepada masyarakat supaya terhindar dari penyakit
DBD. Hal ini disebabkan karena belum semua warga masyarakat
membiasakan diri untuk menjaga kebersihan lingkungannya,
terutama tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk DBD.
Biasanya, seorang Jumantik berasal dari desa/kelurahan yang
bersangkutan atau kader yang telah mempunyai kinerja yang baik.
Selain itu, Jumantik bertujuan untuk mengetahui adanya
Angka Bebas Jentik (ABJ) di suatu wilayah, dimana ABJ yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan mencapai target ≥ 90%.
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilakukan seminggu sekali selama
3 bulan berturut-turut untuk melihat adanya jentik di dalam rumah.
Adapun tugas Jumantik adalah sebagai berikut :
a) Memeriksa jentik ditempat penampungan air bersih baik di dalam
maupun di luar rumah, sekolah dan mushola yang berfungsi untuk
mengetahui adanya Angka Bebas Jentik (ABJ).
b) Memberikan penyuluhan atau bimbingan tentang Demam
Berdarah Dengue kepada masyarakat.
c) Bila warga menolak dilakukan pemeriksaan jentik maka
bicarakan dengan ketua RT.
d) Setiap satu kader memeriksa minimal 60 rumah tiap bulan.
Contoh :
- Desa Endemis → 5 orang x 60 rumah = 300 rumah/bulan/desa
- Desa non-andemis → 3 orang x 60 rumah = 180
rumah/bulan/desa.
2) Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri.
26
3) Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan seperti :
a) Pengasapan (Fogging)
Pengasapan atau yang disebut fogging merupakan suatu
kegiatan penyemprotan insektisida dengan menggunakan xynoph
dengan radius 200 meter oleh tim yang terlatih dari Dinas
Kesehatan Propinsi dan Pusat sesudah survei dasar. Biasanya
dilakukan pada pagi dan sore hari dengan memperhatikan
kecepatan angin dan suhu udara.
Tujuan dari fogging adalah mencegah atau membatasi
penularan penyakit yang ditujukan ke rumah dan bangunan di
pinggir jalan yang dapat dilalui mobil di desa endemis tinggi. Alat
yang dipakai swing fog SN 1 untuk bangunan dan mesin ULV
untuk perumahan. Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk
dewasa. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan
menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual
spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada
dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti
kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di
rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang
disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya, golongan
organophospat atau pyrethroid synthetic.
Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu:
- Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD.
- Hasil penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan ke 20 rumah,
didapatkan ABJ < 80%.
- Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam
dan ditemukan adanya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti.
Apabila ada laporan DBD di rumah sakit atau puskesmas di
suatu daerah, maka pihak rumah sakit harus segera melaporkan
dalam waktu 24 jam, setelah itu akan langsung diadakan
penyelidikan epidemiologi kemudian baru dilakukan fogging.
27
Gambar 7. Fogging
Sumber : http://www.dherdian.files.wordpress.com
b) Pemberian Abate (Abatisasi atau Larvasiding)
Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan
kimia dengan menaburkan bubuk larvasida. Kegiatan ini memiliki
efektifitas yang maksimal apabila diketahui waktu dan lokasi dari
survelans penyakit dan vektor.
Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada
wadah yang dipakai untuk menampung air minum (TPA) yakni:
temephos (Abate 1%) dan insect growth regulators (pengatur
pertumbuhan serangga). Kegiatan larvasiding meliputi:
- Abatisasi selektif merupakan kegiatan pemeriksaan TPA baik di
dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah di
desa/kelurahan endemis dan sporadik yang ditemukan jentik dan
dilaksanakan 4 kali setahun dengan tujuan sebagai tindakan
sweeping hasil penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD.
- Abatisasi massal adalah penaburan abate (larvasida) secara
serentak diseluruh wilayah/daerah tertentu disemua TPA baik
terdapat jentik maupun tidak ada jentik di seluruh
rumah/bangunan di lokasi terjadinya KLB DBD.
Metode pengendalian nyamuk pun tidak akan berhasil bila tidak
ada peran serta dari masyarakat. Sementara, mengajak masyarakat
untuk melakukan pencegahan DBD pun sulit. Oleh sebab itu,
diperlukan peran kader dan tokoh mayarakat dalam pencegahan DBD
28
karena kader dan tokoh masyarakat merupakan warga teladan yang
dekat dengan masyarakat di tempat tinggalnya, sehingga mudah
berkomunikasi. Yang dapat dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat
sebagai berikut :
- Memberikan informasi dan penyuluhan mengenai DBD kepada
keluarga, teman, dan tetangga-tetangga.
- Membentuk kelompok kegiatan PSN DBD tingkat
RT/RW/Lingkungan.
- Mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti secara berkala
yang meliputi kegiatan PSN DBD (3M Plus).
13. Upaya Orang Tua dalam Penanganan Pertama
Upaya penanganan awal di rumah bila terdapat salah satu anggota
keluarga terkena DBD, baik dewasa maupun anak-anak terdapat
kesamaan. Tetapi, karena pada penelitian ini lebih mengarah ke anak maka
yang akan dibahas upaya orang tua kepada anaknya dalam melakukan
penanganan awal di rumah bila anaknya diduga terkena DBD.
Yang dapat dilakukan orang tua kepada anaknya, seperti berikut :
a. Beri minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak,
seperti air susu, teh atau air minum lainnya.
b. Berikan kompres air hangat dan obat penurun panas sesuai anjuran.
c. Harus segera dibawa ke puskesmas atau dokter, bila ditemukan tanda-
tanda penyakit DBD, seperti :
- mendadak panas tinggi
- tampak bintik-bintik merah pada kulit
- panas disertai perdarahan di hidung (mimisan)
- muntah darah atau BAB disertai darah
- terdapat perburukan klinis, seperti gelisah, ujung tangan dan kaki
dingin, dan berkeringat.
d. Melapor kepada ketua RT apabila anak sudah pasti terkena DBD untuk
dapat dilakukan pencegahan agar tidak meluas (Depkes, 2003).
29
II.1.2. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
1. Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), terjadi proses dalam
diri orang tersebut, yakni :
a. Awareness (kesadaran) : menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest : merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, sikap
subjek sudah mulai muncul.
c. Evaluation : menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d. Trial : mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption : telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).
Selain itu, pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, sehingga “tahu” ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Contoh : dapat menyebutkan tanda-
tanda demam berdarah dengue (DBD).
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Contoh : dapat
menjelaskan mengapa harus melakukan tindakan 3M.
30
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Contoh : dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Contoh : membedakan tanda-tanda demam berdarah dengue (DBD)
dengan penyakit lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Contoh : dapat meringkaskan, terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada (tindakan 3M).
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Contoh : dapat menanggapi
terjadinya wabah DBD di suatu tempat.
Selain itu, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan
sikap orang tua terhadap kejadian DBD pada anak usia sekolah di Wilayah
Kerja Puskesmas Demak I yang dilakukan oleh Fitri Ariyanti Fatma, et al,
menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan orang tua terhadap
kejadian DBD pada anak usia sekolah dengan hasil responden dengan
pengetahuan baik sebanyak 60 orang (57,7%), pengetahuan cukup 36
orang (34,6%), dan pengetahuan kurang 8 orang (7,7%).
31
2. Sikap
Sikap merupakan suatu reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap stimulus atau objek. Menurut Allport (1954), sikap
mempunyai 3 komponen, yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama memegang peranan
penting dalam membentuk sikap yang utuh (total attitude). Contoh : orang
tua telah mendengarkan penyakit demam berdarah dengue (penyebab,
akibat, pencegahan, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa
orang tua untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena DBD.
Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga
orang tua tersebut berniat untuk melakukan gerakan 3M Plus (mengubur
barang bekas, menutup bekas tempat penampungan air, dan menguras
tempat penampungan air, plus menaburkan serbuk abate) untuk mencegah
terjadi penyakit DBD (Notoatmodjo, 2003).
Selain itu, sikap terdiri dari 4 tingkatan, yakni :
a. Menerima (Receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang tua terhadap penyakit
DBD dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-
ceramah tentang penyakit DBD.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain. Misalnya, orang tua mengajak orang tua lainnya,
untuk melakukan gerakan 3M Plus.
32
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
Selain itu, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan
sikap orang tua terhadap kejadian DBD pada anak usia sekolah di Wilayah
Kerja Puskesmas Demak I yang dilakukan oleh Fitri Ariyanti Fatma, et al,
menyatakan bahwa terdapat hubungan sikap orang tua terhadap kejadian
DBD pada anak usia sekolah dengan hasil responden dengan sikap baik
atau positif sebanyak 83,7% dan tidak baik atau negatif sebanyak 16.3%.
3. Perilaku
Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena itu terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
Oragnisme Respons (Notoatmodjo, 2007).
Sedangkan perilaku dari sudut pandang biologis, perilaku itu
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang
bersangkutan, antara lain : berjalan, berbicara menangis, tertawa, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respon organisme
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut.
Respon ini berbentuk 2 macam, yakni :
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
misalnya berpikir, tangggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh
sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (convert behaviour).
33
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata, maka disebut “overt behaviour”.
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat
terselubung, dan disebut “covert behaviour”. Sedangkan perilaku nyata
seseorang sebagai respon terhadap stimulus (practice) adalah “overt
behaviour” (Notoatmodjo, 2007).
Selain itu, penelitian mengenai studi karakteristik wilayah dengan
kejadian DBD di Kecamatan Cilacap Selatan yang dilakukan olah
Sukamto, 2007, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara perilaku responden dengan kejadian DBD dan perilaku merupakan
faktor risiko terjadinya DBD.
II.2. Kerangka Teori
Bagan 2. Kerangka Teori
: variabel tidak diteliti
: variabel yang diteliti
Sakit DBD
(anak)
Orang tua :
- Pengetahuan DBD
- Sikap DBD
- Perilaku DBD (3M Plus)
Faktor internal
Daya tahan tubuh
Mudah infeksi
(Virus Dengue)
Vektor
Nyamuk Ae. aegypti
Faktor
Eksternal
Lingkungan fisik :
- Curah hujan
- Suhu
- Kelembaban udara
Lingkungan rumah :
- Kepadatan penduduk
- Mobilitas penduduk
- Kualitas perumahan
34
II.3. Hipotesis
- H1 : Terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua tentang DBD
terhadap kejadian DBD pada anak di Rumah Sakit Dr. Suyoto,
Jakarta Selatan.
- H2 : Terdapat hubungan antara sikap orang tua tentang DBD terhadap
kejadian DBD pada anak di Rumah Sakit Dr. Suyoto, Jakarta
Selatan.
- H3 : Terdapat hubungan antara perilaku orang tua tentang DBD
terhadap kejadian DBD pada anak di Rumah Sakit Dr. Suyoto,
Jakarta Selatan.

More Related Content

What's hot

IDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUKIDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUK
Arini Utami
 
Lembar kuesioner
Lembar kuesionerLembar kuesioner
Lembar kuesioner
tanux5792
 
Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1
fardhasyavril
 
encephalitis
encephalitisencephalitis
encephalitis
Milawati Yusuf
 
Chikungunya
ChikungunyaChikungunya
ChikungunyaDR Irene
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
Jessy Damayanti
 
Vaksin
VaksinVaksin
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paruApridinata
 
Influenza atau flu
Influenza atau fluInfluenza atau flu
Influenza atau fluYuliana
 
Gen dan ekspresi gen
Gen dan ekspresi genGen dan ekspresi gen
Gen dan ekspresi gen
University of ganesha education
 
Ppt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kustaPpt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kusta
rickygunawan84
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Syscha Lumempouw
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
Widdya Anggraini
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
Muhammad Munandar
 
Makalah dna dan protein
Makalah dna dan proteinMakalah dna dan protein
Makalah dna dan protein
Warnet Raha
 

What's hot (20)

IDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUKIDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUK
 
Lembar kuesioner
Lembar kuesionerLembar kuesioner
Lembar kuesioner
 
Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1
 
encephalitis
encephalitisencephalitis
encephalitis
 
Chikungunya
ChikungunyaChikungunya
Chikungunya
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
 
Vaksin
VaksinVaksin
Vaksin
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Influenza atau flu
Influenza atau fluInfluenza atau flu
Influenza atau flu
 
Gen dan ekspresi gen
Gen dan ekspresi genGen dan ekspresi gen
Gen dan ekspresi gen
 
Ppt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kustaPpt epidemiologi kusta
Ppt epidemiologi kusta
 
Kusta
KustaKusta
Kusta
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Makalah dna dan protein
Makalah dna dan proteinMakalah dna dan protein
Makalah dna dan protein
 
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 

Similar to Bab ii,dbd

Dengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic FeverDengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic Fever
Fitria Anwarawati
 
DHF
DHFDHF
177339731 case-dhf
177339731 case-dhf177339731 case-dhf
177339731 case-dhf
homeworkping10
 
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENELaporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
MuhtaSyam1
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
piraayu
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Fauziacakrawinata
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Yuliaulfah123
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
nidannrs2
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Giesella24
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Fauziacakrawinata
 
Vektor mari wes
Vektor mari wesVektor mari wes
Vektor mari wesLia Puz
 
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
AlbarFirdaus
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
Rosyid Ridho
 
Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA
Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA
Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxKelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
athika5
 

Similar to Bab ii,dbd (20)

Dengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic FeverDengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic Fever
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
177339731 case-dhf
177339731 case-dhf177339731 case-dhf
177339731 case-dhf
 
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENELaporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
 
Sap dbd
Sap dbdSap dbd
Sap dbd
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Vektor mari wes
Vektor mari wesVektor mari wes
Vektor mari wes
 
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Isi blok 12
Isi blok 12Isi blok 12
Isi blok 12
 
Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA
Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA
Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA
 
Dhf
DhfDhf
Dhf
 
Tugas seminar
Tugas seminarTugas seminar
Tugas seminar
 
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxKelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
 

Recently uploaded

Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 

Recently uploaded (20)

Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 

Bab ii,dbd

  • 1. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Definisi Dengue adalah penyakit swasirna, akut, dan klasik (biasanya berlangsung 5 hingga 7 hari), yang ditandai dengan demam, lesu, nyeri kepala, mialgia, ruam, limfadenopati, dan leukopenia, yang disebabkan oleh empat jenis virus dengue yang secara antigen berbeda (Hurianti Hartanto, et al, 2007). Demam dengue/DD (dengue fever/DF) dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). 2. Etiologi Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae (Rantam, 2005). Menurut nomenklatur dari Rice (1985), protein virus dengue sebagai berikut : - Protein C (Core/nukleokapsid). - Protein M (Membran nonglikosilasi). - Protein E (Envelope). - Protein NS sebagai protein non struktural. Adapun protein non struktural virus terdiri dari tujuh macam yang dikode oleh gen terpisah, diantaranya NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5. Selama proses infeksi, protein NS1 dapat berada di dalam sel, membran plasma, maupun disekresikan keluar sel dan berperan dalam 7
  • 2. 8 proses imunopatologi infeksi. Oleh sebab itu, maka NS1 dapat dijadikan sebagai marker pada pemeriksaan DBD (Rantam, 2005). Adapun siklus dari virus tersebut, yaitu : - Virus dapat terikat pada reseptor virus yang ada di permukaan sel, dan melalui antibodi anti dengue yang terikat pada sel. - Kemudian, virus masuk ke dalam sel yang diikuti oleh pelepasan nukleokapsid ke dalam sitoplasma sel. - Tahap selanjutnya, terjadi proses translasi dan replikasi. - Setelah semua komponen virus disintesis, virus yang belum matang (immature) akan mengalami proses morfogenesis menjadi virus matang (mature) yang memiliki protein C, M, dan E. - Kemudian, virus yang sudah matang (mature) akan dilepaskan keluar dari sel dan menginfeksi sel lainnya (Jawetz, 2005). Terdapat 4 serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai di daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit yang menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat (Soedarmo, 2010). Penularan infeksi virus dengue ini terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes. Nyamuk ini mendapatkan virus demam berdarah dari orang yang di dalam darahnya terdapat virus tersebut, disebut Carier. Orang itu mungkin sakit demam berdarah, tapi mungkin juga tidak, bila kebetulan orang itu memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Sebagai orang yang tidak sakit, ia bisa pergi kemana saja dan menularkan virus itu kepada orang lain. Bila orang yang tertular itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), segera akan terserang demam berdarah melalui gigitan nyamuk yang membawa virus tersebut. Terdapat dua jenis nyamuk Aedes yang terdapat di Indonesia, yaitu :
  • 3. 9 a. Aedes Aegypti Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis dan paling sering ditemukan, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah, seperti tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol. Adapun karakteristik dari nyamuk jenis tersebut, yaitu : - Nyamuk ini memiliki warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya (Saleha, et al, 2008). - Memiliki bentuk morfologi yang khas yaitu terdapat gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum). - Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pagi dan sore hari. - Jarak terbang 100 meter (Rampengan, 2008). Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti Sumber : http://www.pedulidbd.com b. Aedes Albopictus Secara morfologi, nyamuk Aedes Albopictus sepintas tampak seperti nyamuk Aedes Aegypti tetapi terdapat perbedaan pada mesonotumnya yang terdapat gambaran menyerupai garis tebal putih yang berjalan vertikal (Saleha, et al, 2008). Adapun karakteristik dari nyamuk jenis tersebut, sebagai berikut :
  • 4. 10 - Biasanya disekitar rumah atau pohon-pohon, tempat penampungan air hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas, dan lain sebagainya. - Tempat habitatnya di tempat air jernih. - Menggigit pada waktu siang hari. - Jarak terbang 5 meter (Rampengan, 2008). Gambar 2. Nyamuk Aedes albopictus Sumber : http://www.pedulidbd.com Adapun perubahan bentuk (metamorfosis) dari nyamuk tersebut adalah Telur  Jentik  Kepompong  Nyamuk Dewasa. Untuk jenis nyamuk Ae. aegypti, proses perubahan bentuk ini terjadi dalam air jernih, khususnya tempat penampungan air yang biasanya digunakan sehari-hari dan setiap genangan air yang airnya tidak langsung berhubungan dengan tanah. Perubahan bentuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu ± 10 hari. Gambar 3. Siklus hidup nyamuk Sumber : http://www.metapathogen.com
  • 5. 11 3. Epidemiologi Gambar 4. Area rawan akan penularan Demam Berdarah Dengue, termasuk Indonesia, 2005 Sumber : http://www.naturalseenhazards.wordpress.com Gambar 5. Area rawan akan penularan Demam Berdarah Dengue, termasuk Indonesia, 2008 Sumber : http://www.who.com Demam berdarah dengue terdapat di daerah tropis, terutama di negara Pasifik Barat dan ASEAN termasuk Indonesia. Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue, yaitu : a. Agen (vektor) - Perkembangbiakan vektor. - Kebiasaan vektor menggigit. - Kepadatan vektor di lingkungan (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). b. Host (pejamu) - Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD. - Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan.
  • 6. 12 - Mobilitas penduduk, memudahkan penularan dari satu tempat ke tempat yang lain. - Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. - Pendidikan, mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pengendalian yang dilakukan. - Penghasilan, mempengaruhi kunjungan berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit. - Sikap hidup, senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko penularan penyakit. - Umur, lebih banyak terjadi pada umur kurang dari 15 tahun. - Kekebalan atau daya tahan tubuh setiap individu berbeda, sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit. c. Environment (Lingkungan) 1) Lingkungan Fisik - Curah hujan, dapat menambah genangan air sebagai tempat perindukan. - Suhu udara, dapat mempengaruhi perkembangan virus di dalam tubuh nyamuk. - Kelembaban udara, dapat mempengaruhi umur nyamuk. 2) Lingkungan Biologi Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, karena mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan halaman. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat dan memperpanjang umur nyamuk (Depkes, 2007). 4. Insiden Secara nasional, insiden demam berdarah dengue tertinggi dilaporkan selama tahun 1973 terdapat 10.189 kasus dan tahun 1977 terdapat 8.141 kasus. Penyakit ini selalu terjadi tiap tahun di pelbagai tempat di Indonesia dan terutama di musim hujan (Rampengan, 2008).
  • 7. 13 Kasus DBD di DKI Jakarta tahun 2009 sebanyak 17.472 kasus dan 28 meninggal dunia. Tetapi terjadi penurunan kasus DBD pada bulan Januari-Februari 2010 sebesar 25 persen dibanding tahun 2009. Pada periode tersebut kasus DBD dapat mencapai 914 kasus, dibandingkan tahun 2009 sebanyak 1.202 kasus. Secara keseluruhan, penyakit DBD tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin penderita demam berdarah dengue tetapi kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Rampengan, 2008). Menurut WHO, untuk mempelajari penyakit pada anak, maka batasan untuk umur anak mulai 0-14 tahun. Sedangkan beberapa rumah sakit, seperti Fatmawati dan Ciptomangunkusumo, memberi batasan untuk umur anak mulai 0-18 tahun, dan di rumah sakit Dr. Suyoto mulai 0-14 tahun. 5. Patogenesis Beberapa hipotesis yang digunakan pada patogenesis demam berdarah dengue, seperti the secondary heterologous infection hyphothesis atau the sequential infection hyphothesis dan the immunological enhancement hyphothesis. Tetapi hingga saat ini, patogenesis terjadinya demam berdarah dengue masih belum diketahui dengan pasti. Secara umum, kelainan yang terjadi pada demam berdarah dengue akibat adanya kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue. Hal ini disebabkan karena virus dengue dapat menyebabkan kerusakan pada kapiler sehingga dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan penurunan volume plasma. Akibatnya, plasma akan keluar ke ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa). Sedangkan pada intravaskular akan terjadi peningkatan konsentrasi plasma (hematrokrit/HT meningkat), trombosit menurun, dan leukosit menurun. Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi endotel dan menyebabkan gangguan fungsi dari endotel, maka pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah kulit akan tampak bercak-
  • 8. 14 bercak kemerahan pada kulit yang disebut petekiae. Sedangkan bila terjadi kebocoran pada saluran pencernaan akan menyebabkan perdarahan yang terus-menerus (Soedarmo, 2010). 6. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis infeksi virus dengue bersifat asimtomatik, atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD) (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). Ciri-ciri demam pada demam berdarah dengue disebut juga sebagai “Demam Pelana Kuda”. Grafik 1. Demam Pelana Kuda Sumber : http://www.feverclinicwordpress.com Dari grafik tersebut, dapat dilihat fase-fase demam pada demam berdarah dengue, sebagai berikut : a. Hari 1-3 Fase Demam Tinggi Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, nyeri otot, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit. b. Hari 4-5 Fase KRITIS Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan. Namun inilah fase kritis yang kemungkinan dapat terjadi “Dengue Shock Syndrome”. c. Hari 6-7 Fase Masa Penyembuhan Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
  • 9. 15 Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinik yang bervariasi antara demam dengue, demam berdarah dengue, dan sindrom syok dengue (Rampengan, 2008). Manifestasi simptomatik meliputi demam tidak terdiferensiasi (undifferentiated fever), demam dengue, dan DBD (dengan atau tanpa syok) (Chen, 2009). Bagan 1. Spektrum klinis infeksi Virus Dengue Sumber : http://www.feverclinicwordpress.com Tabel 1. Manifestasi klinis penyakit Demam Berdarah Dengue Spektrum Klinis Manifestasi Klinis DD Demam Dengue - Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut : nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia. - Dapat disertai trombositopenia. - Hari ke 3-5 merupakan fase pemulihan (saat suhu turun), dan klinis membaik. DBD Demam Berdarah Dengue - Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, dan nyeri perut. - Uji torniquet positif. - Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura. - Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih, seperti : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuria. - Trombositopenia. - Leukopenia. - Hari ke 3-5 merupakan fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok. SSD Sindrom Syok Dengue - Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok). - Gejala syok : 1. Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran dan sianosis. 2. Napas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba. 3. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 20 mmHg. 4. Akral dingin, capillary refill turun. 5. Diuresus turun, hingga anuria. Sumber : http://www.feverclinic.wordpress.com
  • 10. 16 Perbedaan suhu demam pada demam dengue dan demam berdarah dengue, dapat dilihat dari kurva sebagai berikut : Grafik 2. Kurva suhu Demam Dengue Sumber : http://www.feverclinic.wordpress.com Grafik 3. Kurva Demam Berdarah Dengue Sumber : http://www.feverclinic.wordpress.com Dari kurva di atas, dapat diketahui pasien yang mengalami fase demam selama 2-7 hari akan diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Bila saat fase ini pasien sudah tidak demam dan ada perbaikan klinis maka menunjukkan DD, tetapi bila semakin memburuk dan mempunyai risiko untuk terjadi syok akan mengarah ke DBD (Soedarmo, 2007).
  • 11. 17 7. Klasifikasi Derajat Penyakit Tabel 2. Klasifikasi derajat penyakit Demam Berdarah Dengue DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro- orbital, mialgia, artralgia - Leukopenia - Trombositopenia, tidak ditemukan kebocoran plasma - Serologi Dengue (+) DBD I Gejala di atas ditambah uji bendung (+) - Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan - Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah) - Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur. - Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma * DBD derajat III dan IV disebut Sindrom Syok Dengue (SSD). Sumber : W. Sudoyo, Aru, et al, 2006 8. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Darah Rutin Parameter laboratoris pada pemeriksaan darah rutin yang dapat diperiksa antara lain : 1) Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). Nilai normal Ht : laki-laki (40-52%), wanita (38-48%) (Price, 2006). Nilai normal Ht (RS Dr. Suyoto) : laki-laki (40-48%) wanita (37-43%) 2) Trombosit : dapat terjadi trombositopenia pada hari ke 3-8 (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). Nilai normal trombosit : 150.000-450.000 g/dl (Price, 2006). Nilai normal trombosit (RS Dr. Suyoto) : 200.000-500.000 g/dl.
  • 12. 18 3) Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) dan akan meningkat pada fase syok (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). Nilai normal leukosit : 4.500-11.000 g/dl (Price, 2006). Nilai normal leukosit (RS Dr. Suyoto) : 5.000-10.000 g/dl. b. Pemeriksaan Serologi Parameter laboratoris pada pemeriksaan serologi yang dapat diperiksa antara lain : 1) Dengue IgG/IgM Rapid Test Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendeteksi adanya antibodi (IgG/IgM) virus dengue di plasma penderita. Menurut WHO, 2005, respon imun primer dan sekunder, IgM diproduksi dimulai hari ke-3, dan IgG respon imun sekunder, meningkat cepat dalam 3-5 hari. Grafik 4. Viremia, IgM, dan IgG pada infeksi Virus Dengue primer dan sekunder Sumber : http://www.feverclinicwordpress.com Pada metoda ini dapat diukur dengan menggunakan alat test yang mempunyai tiga garis (pre-coated lines) di permukaan membran : - Garis “G” (Dengue IgG Test Line). - Garis “M” (Dengue IgM Test Line). - Garis “C” (Control Line). Hasil dari test tersebut akan muncul dalam waktu 15-20 menit. Berikut interpretasi hasil dari test tersebut : - IgM (+) : infeksi primer dengue.
  • 13. 19 - IgG (+) : infeksi sekunder dengue. - IgG dan IgM (+) : infeksi primer yang berkelanjutan dan atau infeksi sekunder. - IgG dan IgM (-) : tidak terjadi infeksi dengue. - Control/C (-) : invalid dan harus diulang pemeriksaannya. Tabel 3. Interpretasi Test IgG/IgM Sumber : http://www.pedulidbd.com 2) NS1 Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen adalah pemeriksaan terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS1) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue pada hari pertama mulai demam. Keuntungan pemeriksaan ini, yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut dalam fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya antibodi (V, Kumarasamy, et al, 2007). Hasil test yang akan muncul dalam alat test sebagai berikut : - NS1 (+) : infeksi dengue. - NS1 (-) : tidak terjadi infeksi dengue. 9. Diagnosis Diagnosis sangat penting untuk menentukan penatalaksanaan pasien untuk dirawat inap atau berobat jalan. Untuk kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas pada hari pertama dan hari kedua tidak menunjukkan perubahan
  • 14. 20 manifestasi menjadi buruk. Apabila penderita DBD ini mengalami manifestasi yang semakin memburuk, maka dianjurkan untuk dirawat inap (Soegijanto, 2006). Berikut kriteria rawat inap pasien dan memulangkan untuk pasien demam berdarah dengue : Tabel 3. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien Kriteria Rawat Inap Pasien Kriteria Memulangkan Pasien Ada kedaruratan : - Syok. - Muntah terus-menerus. - Muntah darah. - BAB berwarna hitam. - Kejang. - Kesadaran menurun. - Hematokrit mendadak tinggi. - Trombosit ≤ 100.000/ul. - Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik. - Nafsu makan membaik. - Tampak perbaikan secara klinis. - 2-3 hari setelah syok teratasi. - Hematokrit stabil. - Trombosit > 50.000/ul. - Tidak dijumpai distres pernapasan. - Output urin baik. Sumber : Garna, Herry, et al, 2005 Demam dengue (DD) dengan kondisi yang stabil dan baik, tidak harus dilakukan rawat inap, tetapi harus dilakukan kontrol secara rutin pemeriksaan ke dokter atau pemeriksaan darah ulang dalam hari ke 4-5. Berikut diagnosis untuk demam dengue, demam berdarah dengue, dan sindrom syok dengue dengan menilai manifestasi klinis yang terdapat pada pasien : a. Demam Dengue (DD) Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut: - Nyeri kepala. - Nyeri retro-orbital. - Mialgia atau artralgia. - Ruam kulit. - Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif). - Leukopenia - Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
  • 15. 21 b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Berdasarkan kriteria WHO 1997 : 1) Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik. 2) Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : - Uji bendung positif (uji tourniquet). - Petekie, ekimosis, atau purpura. - Perdarahan mukosa (tersering epitaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan di tempat lain. - Hematemesis atau melena. 3) Trombositopenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/ul). 4) Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut : - Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin. - Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. - Tanda kebocoran plasma, seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia. c. Sindrom Syok Dengue (SSD) Seluruh kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20 mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin, dna lembab serta gelisah (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). Selain diagnosis di atas, pada penelitian ini yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Suyoto, diagnosis DBD dibuktikan dengan pemeriksaan serologi baik IgG/IgM maupun NS1. 10. Diagnosis Banding Diagnosis banding untuk demam berdarah dengue antara lain demam Chikungunya, dan demam kuning.
  • 16. 22 11. Penatalaksanaan Prinsip utama dalam menangani kasus DBD adalah terapi suportif. Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD (W. Sudoyo, Aru, et al, 2006). Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/DSS terletak pada ketrampilan para dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik (Soedarmo, 2010). 12. Pencegahan Demam Berdarah Dengue Upaya untuk mencegah DBD dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut : a. Pemberian Vaksin DBD Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang adalah dengan pemberian vaksin, dimana vaksin berfungsi untuk mencegah suatu penyakit. Tetapi, vaksin demam berdarah dengue masih belum tersedia. Oleh sebab itu, penelitian tentang vaksin demam berdarah dengue pun terus dilakukan, termasuk sekelompok peneliti dari Universitas Western Australia dan Institut Penelitian Kesehatan Anak Telethon yang diketuai oleh Prof. Peter Richmond yang berupaya menemukan vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus dengue. Saat ini, vaksin untuk demam berdarah dengue sedang dilakukan uji coba penggunaannya di Perth, Australia. Vaksin tersebut telah diadakan uji coba tahap awal di Amerika yang terbukti aman dan efektif. Tahap selanjutnya, akan dilakukan di Thailand yang kemudian dilanjutkan tahap ketiga di berbagai negara termasuk Singapura. Selain itu, vaksin ini telah dilakukan uji coba di delapan area di Australia (Albahar, 2007).
  • 17. 23 Vaksin dapat diperdagangkan bila hasil seluruh tahap uji coba terbukti aman dan efektif dalam mencegah demam berdarah dengue dan setelah mendapat izin dari badan resmi PBB, yaitu WHO. b. Pengendalian Vektor (Nyamuk Aedes aegypti) Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Oleh sebab itu, metode yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD ini adalah dengan mengkombinasikan metode-metode berikut, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu : menutup, menguras, menimbun. Selain itu, melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida (fogging), memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain. Gambar 6. Kegiatan 3M Plus Sumber : http://www.e-dukasi.net Berikut merupakan pengendalian nyamuk tersebut yang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu : 1) Lingkungan Salah satu metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue yang disertai pemantauan hasilnya secara terus-menerus.
  • 18. 24 Sasaran pada gerakan PSN, sebagai berikut : a) Sasaran utama adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat umum melakukan PSN DBD serta menjaga kebersihan lingkungan di rumah dan lingkungannya masing-masing secara terus-menerus. b) Pelita VI tercapainya Angka Bebas Jentik (ABJ) ≥ 90% di kecamatan endemis dan sporadis DBD > 80% di seluruh wilayah. Kegiatan gerakan PSN DBD dapat dilakukan dimana saja, seperti: a) Gerakan PSN DBD di Rumah Kegiatan pokoknya, meliputi : - Kunjungan rumah berkala sekurang-kurangnya tiap 3 bulan (untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik) oleh kader. - Penyuluhan kelompok masyarakat oleh tokoh masyarakat. - Kerja bakti PSN DBD dan kebersihan lingkungan secara berkala, misalnya setiap hari Jum’at (Gerakan Jum’at Bersih). b) Gerakan PSN DBD di Sekolah Kegiatan pokoknya, meliputi : - Penyampaian pengetahuan tentang penyakit DBD dan pencegahannya oleh guru kepada siswa secara terus-menerus melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler. - Selain itu, para siswa sudah melakukan pemeriksaan jentik berkala seminggu sekali selama tiga bulan baik di sekolah maupun di rumah masing-masing untuk mengetahui ABJ dan hasilnya akan dilaporkan kepada guru. c) Gerakan PSN DBD di Tempat Umum Pelaksanaan gerakan PSN DBD di tempat umum dapat dilakukan di kantor, pabrik, rumah sakit, dan lain-lain. Selain pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, dapat dilakukan dengan pemeriksaan jentik nyamuk oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
  • 19. 25 Jumantik atau juru pemantau jentik adalah warga masyarakat setempat yang telah dilatih oleh petugas kesehatan atau Puskesmas sehingga mengenal penyakit Demam Berdarah Dengue dan cara-cara pencegahannya (Depkes, 2004). Tujuan adanya jumantik adalah untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat supaya terhindar dari penyakit DBD. Hal ini disebabkan karena belum semua warga masyarakat membiasakan diri untuk menjaga kebersihan lingkungannya, terutama tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk DBD. Biasanya, seorang Jumantik berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan atau kader yang telah mempunyai kinerja yang baik. Selain itu, Jumantik bertujuan untuk mengetahui adanya Angka Bebas Jentik (ABJ) di suatu wilayah, dimana ABJ yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan mencapai target ≥ 90%. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilakukan seminggu sekali selama 3 bulan berturut-turut untuk melihat adanya jentik di dalam rumah. Adapun tugas Jumantik adalah sebagai berikut : a) Memeriksa jentik ditempat penampungan air bersih baik di dalam maupun di luar rumah, sekolah dan mushola yang berfungsi untuk mengetahui adanya Angka Bebas Jentik (ABJ). b) Memberikan penyuluhan atau bimbingan tentang Demam Berdarah Dengue kepada masyarakat. c) Bila warga menolak dilakukan pemeriksaan jentik maka bicarakan dengan ketua RT. d) Setiap satu kader memeriksa minimal 60 rumah tiap bulan. Contoh : - Desa Endemis → 5 orang x 60 rumah = 300 rumah/bulan/desa - Desa non-andemis → 3 orang x 60 rumah = 180 rumah/bulan/desa. 2) Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri.
  • 20. 26 3) Kimiawi Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan seperti : a) Pengasapan (Fogging) Pengasapan atau yang disebut fogging merupakan suatu kegiatan penyemprotan insektisida dengan menggunakan xynoph dengan radius 200 meter oleh tim yang terlatih dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat sesudah survei dasar. Biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari dengan memperhatikan kecepatan angin dan suhu udara. Tujuan dari fogging adalah mencegah atau membatasi penularan penyakit yang ditujukan ke rumah dan bangunan di pinggir jalan yang dapat dilalui mobil di desa endemis tinggi. Alat yang dipakai swing fog SN 1 untuk bangunan dan mesin ULV untuk perumahan. Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu: - Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD. - Hasil penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan ke 20 rumah, didapatkan ABJ < 80%. - Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam dan ditemukan adanya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti. Apabila ada laporan DBD di rumah sakit atau puskesmas di suatu daerah, maka pihak rumah sakit harus segera melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu akan langsung diadakan penyelidikan epidemiologi kemudian baru dilakukan fogging.
  • 21. 27 Gambar 7. Fogging Sumber : http://www.dherdian.files.wordpress.com b) Pemberian Abate (Abatisasi atau Larvasiding) Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan kimia dengan menaburkan bubuk larvasida. Kegiatan ini memiliki efektifitas yang maksimal apabila diketahui waktu dan lokasi dari survelans penyakit dan vektor. Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang dipakai untuk menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%) dan insect growth regulators (pengatur pertumbuhan serangga). Kegiatan larvasiding meliputi: - Abatisasi selektif merupakan kegiatan pemeriksaan TPA baik di dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah di desa/kelurahan endemis dan sporadik yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali setahun dengan tujuan sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD. - Abatisasi massal adalah penaburan abate (larvasida) secara serentak diseluruh wilayah/daerah tertentu disemua TPA baik terdapat jentik maupun tidak ada jentik di seluruh rumah/bangunan di lokasi terjadinya KLB DBD. Metode pengendalian nyamuk pun tidak akan berhasil bila tidak ada peran serta dari masyarakat. Sementara, mengajak masyarakat untuk melakukan pencegahan DBD pun sulit. Oleh sebab itu, diperlukan peran kader dan tokoh mayarakat dalam pencegahan DBD
  • 22. 28 karena kader dan tokoh masyarakat merupakan warga teladan yang dekat dengan masyarakat di tempat tinggalnya, sehingga mudah berkomunikasi. Yang dapat dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat sebagai berikut : - Memberikan informasi dan penyuluhan mengenai DBD kepada keluarga, teman, dan tetangga-tetangga. - Membentuk kelompok kegiatan PSN DBD tingkat RT/RW/Lingkungan. - Mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti secara berkala yang meliputi kegiatan PSN DBD (3M Plus). 13. Upaya Orang Tua dalam Penanganan Pertama Upaya penanganan awal di rumah bila terdapat salah satu anggota keluarga terkena DBD, baik dewasa maupun anak-anak terdapat kesamaan. Tetapi, karena pada penelitian ini lebih mengarah ke anak maka yang akan dibahas upaya orang tua kepada anaknya dalam melakukan penanganan awal di rumah bila anaknya diduga terkena DBD. Yang dapat dilakukan orang tua kepada anaknya, seperti berikut : a. Beri minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak, seperti air susu, teh atau air minum lainnya. b. Berikan kompres air hangat dan obat penurun panas sesuai anjuran. c. Harus segera dibawa ke puskesmas atau dokter, bila ditemukan tanda- tanda penyakit DBD, seperti : - mendadak panas tinggi - tampak bintik-bintik merah pada kulit - panas disertai perdarahan di hidung (mimisan) - muntah darah atau BAB disertai darah - terdapat perburukan klinis, seperti gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, dan berkeringat. d. Melapor kepada ketua RT apabila anak sudah pasti terkena DBD untuk dapat dilakukan pencegahan agar tidak meluas (Depkes, 2003).
  • 23. 29 II.1.2. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku 1. Pengetahuan Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), terjadi proses dalam diri orang tersebut, yakni : a. Awareness (kesadaran) : menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest : merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, sikap subjek sudah mulai muncul. c. Evaluation : menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial : mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption : telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yakni : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh : dapat menyebutkan tanda- tanda demam berdarah dengue (DBD). b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Contoh : dapat menjelaskan mengapa harus melakukan tindakan 3M.
  • 24. 30 c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Contoh : dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh : membedakan tanda-tanda demam berdarah dengue (DBD) dengan penyakit lainnya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contoh : dapat meringkaskan, terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada (tindakan 3M). f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Contoh : dapat menanggapi terjadinya wabah DBD di suatu tempat. Selain itu, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap kejadian DBD pada anak usia sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Demak I yang dilakukan oleh Fitri Ariyanti Fatma, et al, menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan orang tua terhadap kejadian DBD pada anak usia sekolah dengan hasil responden dengan pengetahuan baik sebanyak 60 orang (57,7%), pengetahuan cukup 36 orang (34,6%), dan pengetahuan kurang 8 orang (7,7%).
  • 25. 31 2. Sikap Sikap merupakan suatu reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Menurut Allport (1954), sikap mempunyai 3 komponen, yakni : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama memegang peranan penting dalam membentuk sikap yang utuh (total attitude). Contoh : orang tua telah mendengarkan penyakit demam berdarah dengue (penyebab, akibat, pencegahan, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa orang tua untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena DBD. Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga orang tua tersebut berniat untuk melakukan gerakan 3M Plus (mengubur barang bekas, menutup bekas tempat penampungan air, dan menguras tempat penampungan air, plus menaburkan serbuk abate) untuk mencegah terjadi penyakit DBD (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, sikap terdiri dari 4 tingkatan, yakni : a. Menerima (Receiving) Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang tua terhadap penyakit DBD dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah- ceramah tentang penyakit DBD. b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain. Misalnya, orang tua mengajak orang tua lainnya, untuk melakukan gerakan 3M Plus.
  • 26. 32 d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap kejadian DBD pada anak usia sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Demak I yang dilakukan oleh Fitri Ariyanti Fatma, et al, menyatakan bahwa terdapat hubungan sikap orang tua terhadap kejadian DBD pada anak usia sekolah dengan hasil responden dengan sikap baik atau positif sebanyak 83,7% dan tidak baik atau negatif sebanyak 16.3%. 3. Perilaku Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Oragnisme Respons (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan perilaku dari sudut pandang biologis, perilaku itu merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan, antara lain : berjalan, berbicara menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam, yakni : 1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tangggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (convert behaviour).
  • 27. 33 2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut “overt behaviour”. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut “covert behaviour”. Sedangkan perilaku nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus (practice) adalah “overt behaviour” (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, penelitian mengenai studi karakteristik wilayah dengan kejadian DBD di Kecamatan Cilacap Selatan yang dilakukan olah Sukamto, 2007, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku responden dengan kejadian DBD dan perilaku merupakan faktor risiko terjadinya DBD. II.2. Kerangka Teori Bagan 2. Kerangka Teori : variabel tidak diteliti : variabel yang diteliti Sakit DBD (anak) Orang tua : - Pengetahuan DBD - Sikap DBD - Perilaku DBD (3M Plus) Faktor internal Daya tahan tubuh Mudah infeksi (Virus Dengue) Vektor Nyamuk Ae. aegypti Faktor Eksternal Lingkungan fisik : - Curah hujan - Suhu - Kelembaban udara Lingkungan rumah : - Kepadatan penduduk - Mobilitas penduduk - Kualitas perumahan
  • 28. 34 II.3. Hipotesis - H1 : Terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua tentang DBD terhadap kejadian DBD pada anak di Rumah Sakit Dr. Suyoto, Jakarta Selatan. - H2 : Terdapat hubungan antara sikap orang tua tentang DBD terhadap kejadian DBD pada anak di Rumah Sakit Dr. Suyoto, Jakarta Selatan. - H3 : Terdapat hubungan antara perilaku orang tua tentang DBD terhadap kejadian DBD pada anak di Rumah Sakit Dr. Suyoto, Jakarta Selatan.