Pada bab II ini berisi tentang kajian pustaka diantaranya ruang lingkup dari kemampuan berfikir kreatif, pendekatan saintific dan problem posing dan kemampuan self concept siswa
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa SMA melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan software Cabri 3D pada materi geometri dimensi tiga. Penelitian ini mengkaji perbedaan hasil belajar antara siswa eksperimen yang menggunakan metode tersebut dengan siswa kontrol yang menggunakan metode konvensional, serta mengkaitkan antara kemampuan
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifikWaz Sanry
Bab 2 membahaskan pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik. Ia menjelaskan proses pemikiran kritis melalui aktiviti mentafsir, menilai, dan menganalisis maklumat. Bab ini juga mendefinisikan penyelesaian masalah sebagai proses mental untuk mencari ide-ide alternatif dan mengatasi masalah. Proses penyelesaian masalah secara saintifik, logik, kreatif, dan Islam dipaparkan.
Kemahiran berfikir merupakan proses mental yang melibatkan pengolahan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Ia terdiri daripada tiga domain utama iaitu kognitif, afektif dan metakognitif. Domain kognitif meliputi proses berfikir seperti pengetahuan, pemahaman dan penilaian manakala domain afektif memberi tumpuan kepada elemen perasaan dan sikap. Metakognitif pula merujuk
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa SMA melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan software Cabri 3D pada materi geometri dimensi tiga. Penelitian ini mengkaji perbedaan hasil belajar antara siswa eksperimen yang menggunakan metode tersebut dengan siswa kontrol yang menggunakan metode konvensional, serta mengkaitkan antara kemampuan
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifikWaz Sanry
Bab 2 membahaskan pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik. Ia menjelaskan proses pemikiran kritis melalui aktiviti mentafsir, menilai, dan menganalisis maklumat. Bab ini juga mendefinisikan penyelesaian masalah sebagai proses mental untuk mencari ide-ide alternatif dan mengatasi masalah. Proses penyelesaian masalah secara saintifik, logik, kreatif, dan Islam dipaparkan.
Kemahiran berfikir merupakan proses mental yang melibatkan pengolahan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Ia terdiri daripada tiga domain utama iaitu kognitif, afektif dan metakognitif. Domain kognitif meliputi proses berfikir seperti pengetahuan, pemahaman dan penilaian manakala domain afektif memberi tumpuan kepada elemen perasaan dan sikap. Metakognitif pula merujuk
Sebenarnya apa itu HOTS? Belakangan ini kita sering mendengar istilah soal HOTS. Bagaimana cara membuat kisi-kisi dan soal HOTS? untuk membahas hal ini kita akan kupas satu persatu dalam slide berikut ini:
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan Siti Nor BahijAh
Dokumen tersebut membahas tentang pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik. Ia menjelaskan bahwa otak kiri dan kanan memainkan peran yang berbeda dalam berfikir, dan bahwa pemikiran kritis melibatkan proses menilai dan menganalisis informasi. Dokumen tersebut juga mendefinisikan pemikiran kritis dan menjelaskan ciri-ciri, komponen, kelebihan, dan sikap yang baik bagi
Dokumen tersebut membahas tentang proses berfikir dan pemecahan masalah. Terdapat penjelasan mengenai berbagai jenis kegiatan berfikir seperti berfikir asosiatif, terarah, kritis, dan kreatif. Juga dijelaskan strategi dan tahapan dalam memecahan masalah."
Tekanan berasal dari bahasa Yunani yang bermaksud ketat dan tegang. Tekanan adalah reaksi spesifik seseorang terhadap beban yang dihadapinya, walaupun maknanya berbeza bagi individu yang berlainan. Faktor-faktor tekanan termasuklah keinginan untuk berjaya, harapan tinggi daripada orang lain, dan beban tugasan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi berfikiran kreatif menurut beberapa sumber, termasuk kemampuan menciptakan ide-ide baru, empat komponen berfikiran kreatif yaitu kelancaran, fleksibilitas, pengembangan, dan keaslian, serta kaitannya dengan penyelesaian masalah. Dokumen tersebut juga membahas ciri-ciri berfikiran kreatif seperti keberanian, imajinasi, dan perkemb
Tugas kelompok ini membahas berpikir kritis, termasuk definisi berpikir kritis menurut para ahli, ciri-ciri seseorang yang berpikir secara kritis, karakteristik dan indikator kemampuan berpikir kritis, serta tahapan-tahapan berpikir kritis. Dokumen ini juga membahas alat pengukur kemampuan berpikir kritis dan perbedaan antara keterampilan berpikir kritis dengan pemahaman konsep.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep intelegensia dan kreativitas. Intelegensia didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Kreativitas adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan menciptakan ide-ide baru. Faktor-faktor seperti hereditas, lingkungan, dan pendidikan dapat mempengaruhi tingkat intelegens
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian berpikir, jenis, dan pola berpikir serta berpikir kreatif. Secara ringkas, berpikir adalah proses memproses informasi secara mental untuk memecahkan masalah, yang terdiri dari berpikir asosiatif dan terarah. Berpikir kreatif melibatkan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan fleksibel dan orisinal.
Dokumen tersebut membahas definisi dan pengertian berpikir kritis. Secara umum, berpikir kritis didefinisikan sebagai proses berpikir yang aktif, reflektif, dan kritis untuk mengevaluasi informasi dan mengambil keputusan. Dokumen tersebut juga membahas keterampilan inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan. Selain itu, dibahas pula manfaat dan pentingnya ber
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dan kreatif merupakan bentuk berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif untuk membuat keputusan, sedangkan berpikir kreatif adalah proses menghasilkan ide baru melalui beberapa tahapan. Keduanya melibatkan kemampuan seperti mengidentifikasi as
Dokumen tersebut membahas konsep dan perencanaan implementasi pembelajaran berbasis HOTS meliputi 3 kalimat:
1) Menguraikan pengertian HOTS sebagai proses berpikir kompleks untuk menganalisis materi dan membangun hubungan.
2) Mengidentifikasi aspek-aspek HOTS yaitu transfer pengetahuan, berpikir kritis dan kreatif, serta pemecahan masalah.
3) Menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses pemec
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...Siti Romlah
Dokumen tersebut membahas latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan self-concept siswa dalam pembelajaran matematika. Masalah ini disebabkan oleh model pembelajaran konvensional yang dominan digunakan guru. Pendekatan problem posing diusulkan sebagai solusi untuk meningkatkan kedua kemampuan tersebut karena dapat melatih siswa menghasilkan ide baru dan berpikir secara mandiri.
1. Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa penting untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran kontekstual. 2. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran seperti membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan menciptakan ide baru. 3. Guru perlu merancang pembelajaran yang mendorong proses berpikir kritis dan kreatif siswa.
Sebenarnya apa itu HOTS? Belakangan ini kita sering mendengar istilah soal HOTS. Bagaimana cara membuat kisi-kisi dan soal HOTS? untuk membahas hal ini kita akan kupas satu persatu dalam slide berikut ini:
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan Siti Nor BahijAh
Dokumen tersebut membahas tentang pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik. Ia menjelaskan bahwa otak kiri dan kanan memainkan peran yang berbeda dalam berfikir, dan bahwa pemikiran kritis melibatkan proses menilai dan menganalisis informasi. Dokumen tersebut juga mendefinisikan pemikiran kritis dan menjelaskan ciri-ciri, komponen, kelebihan, dan sikap yang baik bagi
Dokumen tersebut membahas tentang proses berfikir dan pemecahan masalah. Terdapat penjelasan mengenai berbagai jenis kegiatan berfikir seperti berfikir asosiatif, terarah, kritis, dan kreatif. Juga dijelaskan strategi dan tahapan dalam memecahan masalah."
Tekanan berasal dari bahasa Yunani yang bermaksud ketat dan tegang. Tekanan adalah reaksi spesifik seseorang terhadap beban yang dihadapinya, walaupun maknanya berbeza bagi individu yang berlainan. Faktor-faktor tekanan termasuklah keinginan untuk berjaya, harapan tinggi daripada orang lain, dan beban tugasan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi berfikiran kreatif menurut beberapa sumber, termasuk kemampuan menciptakan ide-ide baru, empat komponen berfikiran kreatif yaitu kelancaran, fleksibilitas, pengembangan, dan keaslian, serta kaitannya dengan penyelesaian masalah. Dokumen tersebut juga membahas ciri-ciri berfikiran kreatif seperti keberanian, imajinasi, dan perkemb
Tugas kelompok ini membahas berpikir kritis, termasuk definisi berpikir kritis menurut para ahli, ciri-ciri seseorang yang berpikir secara kritis, karakteristik dan indikator kemampuan berpikir kritis, serta tahapan-tahapan berpikir kritis. Dokumen ini juga membahas alat pengukur kemampuan berpikir kritis dan perbedaan antara keterampilan berpikir kritis dengan pemahaman konsep.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep intelegensia dan kreativitas. Intelegensia didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Kreativitas adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan menciptakan ide-ide baru. Faktor-faktor seperti hereditas, lingkungan, dan pendidikan dapat mempengaruhi tingkat intelegens
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian berpikir, jenis, dan pola berpikir serta berpikir kreatif. Secara ringkas, berpikir adalah proses memproses informasi secara mental untuk memecahkan masalah, yang terdiri dari berpikir asosiatif dan terarah. Berpikir kreatif melibatkan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan fleksibel dan orisinal.
Dokumen tersebut membahas definisi dan pengertian berpikir kritis. Secara umum, berpikir kritis didefinisikan sebagai proses berpikir yang aktif, reflektif, dan kritis untuk mengevaluasi informasi dan mengambil keputusan. Dokumen tersebut juga membahas keterampilan inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan. Selain itu, dibahas pula manfaat dan pentingnya ber
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dan kreatif merupakan bentuk berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif untuk membuat keputusan, sedangkan berpikir kreatif adalah proses menghasilkan ide baru melalui beberapa tahapan. Keduanya melibatkan kemampuan seperti mengidentifikasi as
Dokumen tersebut membahas konsep dan perencanaan implementasi pembelajaran berbasis HOTS meliputi 3 kalimat:
1) Menguraikan pengertian HOTS sebagai proses berpikir kompleks untuk menganalisis materi dan membangun hubungan.
2) Mengidentifikasi aspek-aspek HOTS yaitu transfer pengetahuan, berpikir kritis dan kreatif, serta pemecahan masalah.
3) Menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses pemec
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...Siti Romlah
Dokumen tersebut membahas latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan self-concept siswa dalam pembelajaran matematika. Masalah ini disebabkan oleh model pembelajaran konvensional yang dominan digunakan guru. Pendekatan problem posing diusulkan sebagai solusi untuk meningkatkan kedua kemampuan tersebut karena dapat melatih siswa menghasilkan ide baru dan berpikir secara mandiri.
1. Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa penting untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran kontekstual. 2. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran seperti membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan menciptakan ide baru. 3. Guru perlu merancang pembelajaran yang mendorong proses berpikir kritis dan kreatif siswa.
Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini 😆 Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve 💚
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kan😆 Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah 💙 Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuy😆
ASK FOR PERMISSION ▶ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke aku🔝🔝🔝🔝
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannya💖
------------------------------------------------------------
Materi details :
Coming soon ")
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLAS💚
Instagram ▶ https://www.instagram.com/manabeve
Blog ▶ https://manabeve.blogspot.com
Email ▶ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH ME💜
Instagram ▶ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter ▶ https://www.twitter.com/amlediana3
Dokumen tersebut membahas tentang berpikir secara umum dan khususnya berpikir kreatif. Secara garis besar dibahas tentang pengertian, jenis, dan karakteristik berpikir kreatif serta pentingnya berpikir kreatif untuk menghasilkan ide atau ciptaan baru.
Dokumen tersebut membahas tentang berpikir secara umum dan khususnya berpikir kreatif. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian, jenis, dan karakteristik berpikir kreatif serta pentingnya berpikir kreatif untuk menghasilkan ide atau ciptaan baru.
Teks tersebut membahas tentang pemikiran kritis, termasuk definisi, jenis, kemahiran, dan manfaatnya. Secara ringkas, pemikiran kritis adalah proses berfikir secara sistematis dan mendalam untuk membuat pertimbangan yang bijak.
1. Ilustrasi tersebut berkaitan dengan perkembangan kemampuan interaksional siswa, dimana siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah dan mendiskusikannya dalam kelompok untuk mendapatkan solusi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran siswa menengah atas.
2. Berpikir kritis adalah metode berpikir yang digunakan untuk mengevaluasi dan merevisi pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kolaboratif dapat melatih keterampilan berpikir kritis mereka
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen
(quasi experiment) yaitu salah satu metode yang bertujuan untuk melihat adanya
hubungan sebab akibat antara dua variabel dengan desain penelitian nonequivalent control grup design yang berarti sampel pada penelitian baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol tidak dipilih secara random akan tetapi
pemilihan kelas dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel
yang didasarkan pada karakteristik dan kemampuan dengan ukuran yang sama.
Satu kelompok (eksperimen) memperoleh pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan problem posing sedangkan kelompok yang lainnya (kontrol)
memperoleh pembelajaran biasa
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
Upaya bela negara adalah suatu tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang dilakukan secara teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi rasa cinta pada tanah air
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, tujuan, komponen, dan metode dakwah.
2. Dakwah adalah proses mengajak manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijak dan lemah lembut.
3. Tujuan dakwah adalah menanamkan akidah yang kuat, mematuhi hukum-hukum Allah, dan membentuk akhlak yang mulia.
PBL adalah metode pembelajaran berbasis masalah di mana siswa belajar kritis, pemecahan masalah, dan pengetahuan melalui penyelesaian masalah nyata. Metode ini pertama kali diterapkan pada tahun 1960-an untuk melatih mahasiswa kedokteran, dan sejak itu telah diterapkan di berbagai bidang studi karena manfaatnya seperti motivasi, relevansi, berpikir tingkat tinggi, dan autentisitas.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini membahas tentang pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) untuk kelas X. RPP ini menjelaskan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi, pendekatan, metode, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
1. 14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-
macam kemungkinan ide dan cara secara luas dan beragam. Dalam menyelesaikan
suatu persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak
ide yang berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Beberapa pandangan
mengenai berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika menurut para ahli.
Menurut Munandar (Hendriana, Rohaeti, & Sumarmo, 2017:112) berpikir
kreatif merupakan kemampuan divergen yang pemikirannya berdasarkan data atau
informasi yang tersedia dalam sebuah situasi, dimana dalam prosesnya.
Berdasarkan definisi di atas, Munadar (Hendriana et al., 2017:113) menguraikan
indikator berpikir kreatif yaitu:
1. Kelancaran meliputi: a) Mencetuskan banyak ide, jawaban, penyelesaian dan
pertanyaan dengan lancar; b) Memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal; c) Memikirkan lebih dari satu jawaban.
2. Kelenturan meliputi: a) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
bervariasi; b) Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda; c)
Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda; d) Mampu mengubah cara
pendekatan atau cara pemikiran.
3. Keaslian meliputi: a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik;
Memikirkan cara yang tidak lazim; Mampu membuat cara yang tidak lazim
dari bagian-bagiannya.
2. 15
4. Elaborasi meliputi: a) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk; b) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Munadar, menurut Balka,
Mann (Hendriana et al., 2017), kemampuan berpikir kreatif matematis dirinci
menjadi:
a) Kemampuan memformulasikan hipotesis matematika yang difokuskan pada
sebab dan akibat dari suatu situasi masalah,
b) Kemampuan menentukan pola-pola yang ada dalam situasi-situasi masalah
matematis,
c) Kemampuan memecahkan masalah dengan mengajukan solusi-solusi baru dari
masalah-masalah matematis,
d) Kemampuan menemukan ide yang tidak biasa dan dapat mengevaluasi
konsekuensi yang ditimbulkan,
e) Kemampuan mengidentifikasi informasi matematis yang hilang dari masalah
yang diberikan, dan
f) Kemampuan merinci masalah matematis yang umum ke dalam sub-sub
masalah yang lebih spesifik.
Johnson (Sintawati & Abdurrahman, 2013:214) berpendapat bahwa berpikir
kreatif merupakan sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-
kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Johnson juga menyatakan bahwa
3. 16
untuk dapat berpikir kreatif, tentunya membutuhkan ketekunan, disiplin diri,
meliputi aktivitas mental sebagai berikut:
a) Mengajukan pertanyaan,
b) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan
pemikiran yang terbuka,
c) Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda,
d) Menghubung-hubungkan berbagai hal yang bebas,
e) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan
berbeda,
f) Mendengarkan intuisi.
Rahman, (2012:24) mengemukakan berpikir kreatif dapat dikatakan sebagai
pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk
menghasilkan produk yang kreatif. Silver (Niswah & Siswono, 2017:15)
menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan
orang dewasa dapat menggunakan “The Torrance Test of Creative Thinking
(TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan
TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty).
Kefasihan mengacu kepada banyaknya ide yang dibuat dalam merespon sebuah
perintah. Fleksibilitas mengacu pada perubahan-perubahan pendekatan ketika
merespon perintah. Kebaruan mengacu pada keaslian ide yang dibuat dalam
merespon perintah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif
matematis adalah kemampuan dari seseorang dalam upaya menciptakan ide-ide
4. 17
dan gagasannya ke dalam sebuah kreativitas sesuai dengan bakat yang dimilikinya
dalam memecahkan suatu permasalahannya. Dalam hal ini siswa memperoleh
wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami
sesuatu.
Merujuk kepada komponen berpikir kreatif yang telah dikemukakan di atas,
indikator yang akan menjadi tolok ukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada
penelitian ini yaitu fluency (kelancaran), flexibility (kelenturan), originality
(keaslian) dan elaboration (elaborasi) dengan kemampuan yang diharapkan
sebagai berikut:
1. Menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban (kelancaran),
2. Menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain yang
berbeda dan siswa memberikan penjelasan metode penyelesaiannya
(kelenturan),
3. Memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian
membuat metode baru yang berbeda (kebaruan),
4. Mengidentifikasi dan melengkapi kecukupan data dari suatu situasi
(elaborasi).
B. Self-Concept Matematis
Menurut Hurlock (Rahman, 2012:22) self-concept merupakan gambaran
seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi fisik, psikologis, sosial,
emosional, aspirasi dan prestasi yang telah dicapainya. Self-concept mengandung
unsur-unsur seperti persepsi seorang individu tentang dirinya dalam kaitannya
dengan orang lain dan lingkungannya, persepsi individu tentang kualitas nilai
5. 18
yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dirinya dan objek yang dihadapi,
dan tujuan-tujuan serta cita-cita yang dianggap sebagai sesuatu yang memiliki
nilai positif atau negatif.
Calhoun dan Acocella (Hendriana et al., 2017:186) mengemukakan self-
concept merupakan pandangan seseorang terhadap ide-ide, pikiran, kepercayaan,
dan pendirian tentang dirinya dan mempengaruhi sikap dalam berhubungan
dengan orang lain.
Sejalan dengan pendapat tersebut Hendriana et al., (2017:186) memberikan
penjelasan self-concept yaitu;
a. Self-concept positif, yaitu self-concept yang bersifat stabil yang cenderung
terhadap penerimaan diri dan bukan sebagai kebanggaan diri. Seseorang
dikatakan memiliki self-concept positif ketika individu tersebut sudah mampu
mengenal dirinya sendiri, dapat menerima beragam fakta tentang dirinya, atau
dapat dikatakan juga individu yang sudah memahami kelebihan dan
kekurangan dirinya sehingga mampu merancang kegiatan sesuai kondisi yang
realistik.
b. Self-concept negatif, self-concept negatif terdiri dari 2 tipe yaitu:
Pandangan individu yang tidak teratur dan stabil, yaitu individu yang tidak
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya.
Pandangan individu yang teratur dan stabil, yaitu individu yang memandang
sesuatu yang menyimpang terhadap aturan sebagai cara hidup yang tepat.
Jersield (Hendriana et al., 2017:186) mendefinisikan self-concept sebagai
pandangan seorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi:
6. 19
a. Komponen perseptual yaitu gambaran individu tentang penampilan diri
misalnya kemampuan tampil atau berbicara di depan umum,
b. Komponen konseptual yaitu gambaran individu tentang karakteristik dirinya,
misalnya tentang kemampuan dan ketidakmampuan , kepercayaan diri dan
kemandirian diri,
c. Komponen atitudinal yaitu sikap-sikap individu mengenai dirinya terhadap
keberartian dirinya dan pandangan terhadap dirinya dengan rasa bangga atau
malu terhadap kemampuan.
Sumarmo (Hendriana et al., 2017:187) merangkum beberapa indikator self-
concept sebagai berikut :
a. Kesungguhan, ketertarikan, berminat: Menunjukkan kemauan, keberanian,
kegigihan, keseriusan, ketertarikan dalam belajar, dan melakukan kegiatan
dalam matematika,
b. Mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam matematika,
c. Percaya diri akan kemampuan diri dan berhasil dalam melaksanakan tugas
matematikanya,
d. Bekerja sama dan toleran kepada orang lain,
e. Menghargai pendapat orang lain dan diri sendiri,
f. Berperilaku sosial: Menunjukkan kemampuan berkomunikasi dan tahu
menempatkan diri,
g. Memahami manfaat belajar matematika, yakni kesukaan terhadap belajar
matematika.
7. 20
Berdasarkan uraian di atas, self-concept matematis merupakan gambaran
emosional seseorang terhadap ide-ide, pikiran, kepercayaan, dan pendiriannya
yang dapat mempengaruhi sikap sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
Indikator self-concept yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini didasarkan
pada indikator yang dikemukakan oleh Sumarno (Hendriana et al., 2017:187)
yang menunjukkan minat, kemauan, keberanian, kegigihan, kesungguhan,
keseriusan, ketertarikan belajar matematika,
1. Minat belajar,
2. Percaya diri akan kemampuan diri dan berhasil, dan mampu mengenali
kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
3. Menunjukan kerja sama dan toleran kepada orang lain,
4. Menghargai pendapat orang lain dan sendiri, dapat memaafkan kesalahan
orang lain dan diri sendiri.
C. Pendekatan Problem Posing
Problem Posing diambil dari istilah bahasa inggris yang memiliki pengertian
yang sama dengan kata pengajuan masalah. Problem posing merupakan bagian
penting dari pengalaman bermatematika siswa, bahkan menjadi salah satu sasaran
yang konstruktif dalam pembelajaran matematika. Problem posing bukan hanya
sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran, melainkan juga berfungsi sebagai
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Misalnya dapat membantu
pemahaman matematis siswa yang rajin mengajukan masalah soal atau
pertanyaan.
8. 21
Silver, et. al (Shanti & Abadi, 2015) mengartikan problem posing sebagai “to
the generation of new problems and to the reformulation of given problems.”
Problem posing mengarah pada pembuatan masalah baru dan perumusan ulang
masalah yang diberikan. Juga sejalan dengan pendapat Zakaria & Ngah (Shanti &
Abadi, 2015) mengungkapkan bahwa “mathematical problem posing as
generating a new problems or uncovering (formulating) again an old problem.”
Brown & Walter (Sintawati & Abdurrahman, 2013) mengemukakan,
pengajuan masalah matematika terdiri dari dua aspek penting, yaitu accepting
dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa memahami
situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sulit ditentukan. Sementara
challenging, berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi
yang diberikan.
Silver (Nugraha & Mahmudi, 2015:51) mengklasifikasikan problem posing
menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk aktivitas kognitif yang berbeda, yaitu:
1. Presolution posing (pengajuan pre-solusi), yaitu siswa membuat soal dari
situasi yang diadakan,
2. Within-solution posing (pengajuan dalam solusi), yaitu siswa merumuskan
ulang soal seperti yang telah diselesaikan, dan
3. Post-solution posing (pengajuan setelah solusi), yaitu siswa memodifikasi.
tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.
Menurut Nugraha & Mahmudi, (2015:112) langkah-langkah pendekatan
problem posing yaitu:
9. 22
1. Guru menyajikan permasalahan atau soal secukupnya pada LKS,
2. Siswa dalam kelompok mendiskusikan permasalahan pada LKS,
3. Siswa dalam kelompok melaksanakan aktivitas matematika,
4. Guru membimbing siswa berpikir,
5. Siswa dalam kelompok membuat pertanyaan untuk kelompok lain,
6. Siswa dalam kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
lain,
7. Siswa secara bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan solusi
permasalahan dan materi pembelajaran secara umum.
Menurut Waluyo dan Mintohari (Jibra, 2016:4) langkah-langkah pendekatan
problem posing, yaitu
1. Persiapan yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan menggali pengetahuan
awal siswa tentang materi,
2. Pemahaman yaitu penjelasan singkat guru tentang materi yang akan dipelajari
siswa,
3. Situasi masalah yaitu pemberian situasi masalah atau informasi terbuka pada
siswa, situasi masalah dapat berupa studi kasus atau informasi terbuka berupa
teks dan gambar,
4. Problem posing yaitu siswa mengajukan pertanyaan dari situasi masalah atau
informasi terbuka yang diberikan guru,
5. Pemecahan masalah yaitu siswa memberikan jawaban atau penyelesaian soal
dari pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa, dan
6. Verifikasi yaitu mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
10. 23
Berdasarkan uraian di atas maka definisi pendekatan pembelajaran dengan
pendekatan Problem Posing yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
pendekatan pembelajaran yang mendorong dan melatih siswa dalam merumuskan
pertanyaan matematis dan kemudian merumuskan penyelesaiannya dengan
langkah-langkah pembelajaran dan strategi yang telah tercantum. Model
pengajuan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu presolution posing
yaitu pengajuan masalah sebelum pemecahan masalah. Siswa membuat soal dari
situasi yang telah disediakan oleh guru.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Posing
memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan pembelajaran dengan pendekatan
Problem Posing diantaranya yaitu:
1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajarannya, yakni siswa
belajar membuat soal dari keterangan atau suatu informasi yang telah
diberikan serta mencoba untuk menyelesaikannya,
2. Mendidik siswa berpikir secara kreatif
3. Mendidik siswa untuk belajar mencari solusi dari berbagai kesulitan yang
dihadapi dalam proses membuat dan menyelesaikan soal,
4. Melatih siswa untuk terampil membuat soal dan menyelesaikannya mengenai
materi yang diajarkan.
Adapun kekurangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem
posing adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajaran
berlangsung,
11. 24
2. Siswa mengalami kesulitan dalam proses menyusun soal dan
menyelesaikannya,
3. Diperlukan adanya buku penunjang yang dapat dijadikan sebagai referensi
dalam proses pembelajaran.
Meskipun Problem Posing memiliki kelemahan dan kelebihan, namun
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Posing mampu
meningkatkan aktivitas bertanya siswa, karena kemampuan bertanya atau
mengajukan masalah merupakan suatu kegiatan awal intelektual untuk
merangsang pikiran, memperluas wawasan dan merupakan aktivitas yang dapat
meningkatkan kecerdasan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem
posing, dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Organizing
Mengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang heterogen.
b. Accepting
Siswa menerima dan mengamati permasalahan yang telah diberikan,
kemudian mencari ide atau gagasan yang ia miliki ke dalam sebuah gagasan
untuk merumuskan pertanyaan.
c. Challenging
Siswa membuat rumusan pemecahan masalah sebagai solusi dari pertanyaan
yang telah dibuatnya.
d. Problem solution
12. 25
Menuangkan ide yang telah didapatkan menjadi jawaban yang pasti dan
matematis.
e. Verification
Siswa memeriksa kebenaran jawaban yang telah ia susun baik meninjau teori
dari buku, guru atau sumber lainnya.
Adapun strategi pelaksanaan pendekatan pembelajaran dengan pendekatan
problem posing pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuka pembelajaran dengan salam dan sapaan lalu berdo’a,
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,
3. Menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya
memberi contoh cara pembuatan soal dari informasi yang diberikan,
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar informasi dan bertanya
terkait materi yang kurang di pahami baik antar siswa maupun siswa dengan
guru,
5. Guru membentuk kelompok belajar antara 4–5 siswa tiap kelompok yang
bersifat heterogen,
6. Guru memberikan LKS untuk yang dapat mendorong siswa agar dapat
membuat soal dari informasi yang telah ada dan sesuai pengetahuan siswa,
7. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok
yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan menyelesaikannya,
8. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya,
9. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan
cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya,
13. 26
10. Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan studi literatur, hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
1. Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan Problem Posing lebih baik
daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan Problem Posing lebih baik
daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.
3. Pencapaian self-concept matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Problem Posing lebih baik daripada yang
menggunakan pembelajaran biasa
4. Peningkatan self-concept matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Problem Posing lebih baik daripada yang
menggunakan pembelajaran biasa.
5. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing
lebih efektif dibandingkan pembelajaran biasa.
6. Siswa mampu menyelesaikan soal-soal kemampuan berpikir kreatif tanpa
kendala.