Ini presentasi disertasi S3 saya waktu kuliah sosiologi di Universitas Indonesia. Disini, saya menggunakan pendekatan kelembagaan (yang benar), hehe, sehingga hasilnya sangat-sangat berbeda dengan studi-studi kebanyakan. Sorry, narsis dikit.
Presentasi FGD bersama senior di PSEKP dan para profesor FKPR Litbang Pertanian, point untuk Kementan mencapai swasembada padi, jagung, dan kedelai tahun 2017.
Pentingnya regenerasi petani menjadi pembahasan yang tak hal menarik. Aris Fahmi melalui tulisannya yang berjudul “Pemuda dan Pembangunan Desa” mengulas seputar kesuksesan pemuda Desa Jatiarjo dalam berkontribusi pada pembangunan pertanian. Memajukan pertanian dengan cara, minat dan kemampuan pemuda adalah langkah terbaik untuk menarik minat mereka. Sekecil apapun kemampuan pemuda, ia tetap bisa digerakkan menjadi langkah konkret dalam membangun pertanian.
Ini presentasi disertasi S3 saya waktu kuliah sosiologi di Universitas Indonesia. Disini, saya menggunakan pendekatan kelembagaan (yang benar), hehe, sehingga hasilnya sangat-sangat berbeda dengan studi-studi kebanyakan. Sorry, narsis dikit.
Presentasi FGD bersama senior di PSEKP dan para profesor FKPR Litbang Pertanian, point untuk Kementan mencapai swasembada padi, jagung, dan kedelai tahun 2017.
Pentingnya regenerasi petani menjadi pembahasan yang tak hal menarik. Aris Fahmi melalui tulisannya yang berjudul “Pemuda dan Pembangunan Desa” mengulas seputar kesuksesan pemuda Desa Jatiarjo dalam berkontribusi pada pembangunan pertanian. Memajukan pertanian dengan cara, minat dan kemampuan pemuda adalah langkah terbaik untuk menarik minat mereka. Sekecil apapun kemampuan pemuda, ia tetap bisa digerakkan menjadi langkah konkret dalam membangun pertanian.
Kawasan Agropolitan “Satriya Tani” Panggungharjo adalah suatu kawasan yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah. Konsep agropolitan “Satriya Tani” ini basisnya pada membangun fungsi kawasan agro-industri dalam artian luas. Dimana pertanian itu tidak dilihat dari sisi bercocok tanam dan mencangkul saja. Di dalam kawasan agropolitan harus terdapat sektor industri, jasa, pariwisata, dan sebagainya, namun basisnya pertanian dalam arti yang luas.
Lokasi Pembangunan Kawasan Agropolitan Panggungharjo ini berada diatas tanah Kas Desa Panggungharjo yang berada diwilayah pedukuhan Sawit dan Kweni dengan luas sekitar 10 Ha. Kawasan Agropolitan Panggungharjo merupakan Kawasan Terpadu yang meliputi : Wisata, Bisnis, Budidaya, Tempat Pendidikan-Pelatihan-Penelitian (teknik dan manajemen). Posisi Geografis Desa Panggungharjo yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta yang merupakan ‘pintu gerbang utama’ memasuki Kabupaten Bantul, merupakan kawasan strategis untuk pengembangan kegiatan ekonomi-bisnis berbasis perdesaan.
Posisi Desa Panggungharjo sebagai Juara Lomba Desa Nasional 2014, yang merupakan salah satu tujuan utama kegiatan study banding dan tempat pembelajaran dari Desa-Desa diseluruh indonesia. Dari sisi sumberdaya manusia di Desa Panggungharjo mencapai Indeks Pendidikan 69,55 ditahun 2013, berada jauh diatas indeks pendidikan nasional yang pada tahun 2012 yang hanya sebesar 62,90. Hal ini merupakan bukti kekuatan dan kemampuan warga Panggungharjo dalam mengelola dan mengembangkan aset Kawasan Agropolitan ini.
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaHabibullah
Habibullah
ABSTRAK
Kegagalan berbagai program penanganan kemiskinan masyarakat sekitar hutan tidak
terlepas dari kesalahan dalam mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan dan sumber daya alam
karena masyarakat sekitar hutan mempunyai pola pemanfaatan yang berbeda dengan masyarakat
desa yang berbasis pertanian sawah umumnya sehingga pemahaman yang tepat terhadap sumber
daya yang tersedia akan dapat menuntun langkah yang tepat pula dalam pembangunan
masyarakat. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi-potensi sumber daya alam yang
dikembangkan masyarakat sekitar hutan sebagai sumber penghidupan tanpa merusak lingkungan
hidup. Kajian bersifat deskriptif ini dilaksanakan di 4 (empat) desa sekitar Taman Nasional Bukit
Duabelas Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi.
Hasil kajian menunjukkan sebagian besar masyarakat desa memanfaatkan lahan untuk
mengembangkan komoditas karet walaupun tidak dapat dipungkiri terdapat kendala sosial-
ekonomi antara lain masyarakat terjebak dengan pinjaman(barang dan uang) yang diberikan
tauke sehingga harga karet ditentukan oleh tauke sementara itu KUD yang semestinya dapat
mengakomodasikan kepentingan masyarakat belum mempunyai peranan kecuali hanya sebagai
“kedok” untuk memanfaatkan hasil hutan. Hasil studi ini merekomendasikan berbagai program
Departemen Sosial untuk masyarakat sekitar hutan lebih mempertimbangkan aspek pola-pola
pemanfaataan lahan dan sumber daya alam sehingga program tersebut tepat sasaran dan berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Pertanian merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami mengunjungi 2 Perusahaan Perkebunan yang berada di Batang, Jawa Tengah. Perusahaan Perkebunan tersebut memliki komoditas kakao dan teh
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai salah satu daerah penghasil komoditas karet di Indonesia,
Kalimantan Tengah memiliki potensi yang besar bagi pengembangan tanaman karet.
Hal ini juga didukung oleh letak geografis dan kondisi iklim yang cocok untuk
petumbuhan karet di wilayah tersebut. Semenjak tahun 2007 ketersediaan lahan
untuk pengembangan industri karet di Kalimantan Tengah cukup besar, lahan yang
sudah dimanfaatkan untuk menanam karet sekitar 346.510 Ha, sedangkan sisa lahan
yang tersedia sekitar 47.665 Ha, dengan status lahan sebagian besar berstatus tanah
negara.1
Sementara itu, untuk mendukung upaya percepatan perkebunan rakyat,
pemerintah melakukan program revitalisasi perkebunan, melalui kegiatan perluasan,
peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung penyediaan dana
kredit investasi dan subsidi bunga, dengan melibatkan pemerintah dan Perkebunan
Besar sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil
usaha masyarakat. Rencana revitalisasi perkebunan rakyat di Kalimantan Tengah
sampai dengan tahun 2010, khusus untuk perkebunan karet dialokasikan sekitar
15.000 hektar.2
Berdasarkan luas lahan yang dimanfaatkan untuk areal tanaman karet di
Kalimantan Tengah masih didominasi oleh pola perkebunan rakyat yang dikelola dan
1
2
No Name, potensidaerah.ugm.ac.id/.../p18_..., t.th. 2
Ibid
1
2. 2
dikembangkan secara tradisional dan bersifat alamiah. Di samping mempunyai
manfaat ekonomis, tanaman karet juga memiliki potensi sebagai aset sosial. Aset
sosial di sini dapat diartikan sebagai nilai kultural dan kearifan lokal yang masih
dianut oleh masyarakat hingga saat ini, misalnya dapat dilihat dari sistem
pemanfaatan lahan, sistem pengelolaan sampai pada usaha mempertahankan sistem
keutuhan nilai-nilai kehidupan sosial budaya.
Bagi para petani tradisional tanaman karet di Desa Hanua dan Desa Ramang,
sistem pengelolaan dan pengembangan tanaman karet tetap mengandalkan pada
potensi hutan luas yang dikelola secara semi permanen, bukan pada sistem
pengelolaan perkebunan secara modern sebagaimana lajimnya yang dikembangkan
di negara-negara maju. Hal ini berdampak pada nilai jual hasil produksi rakyat yang
sangat rendah.
Dalam pengelolaan perkebunan karet ini, dalam masyarakat Dayak Ngaju
tidak asing menemukan partisipasi perempuan dalam proses produksinya.
Persoalannya, dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemerintah, seperti
bantuan perkreditan atau subsidi bagi masyarakat, acap kali perempuan tidak terlibat
atau dilibatkan di dalamnya. Padahal, dalam kegiatan produksi petani penyadap karet
harian, perempuan sangat terlibat.
Tenaga kerja perempuan sebagai gender kelas dua, selain menerima dampak
ekonomi yakni rendahnya nilai jual hasil produksi karet, akibat pengelolaan masih
bersifat tradisonal. Juga secara sosial kultural, menerima ketidakadilan gender yang
berasal dari anggapan bahwa dalam urusan publik, seperti program perkreditan dan
perencanaan subsidi, tidak perlu dilibatkan. Akibatnya, perempuan mengalami
marginalisasi ekonomi dan sosial sekaligus.
3. 3
Berdasarkan hal di atas, menarik untuk mencari tahu peran perempuan dan
laki-laki dalam pengelolaan sumber daya alam produktif, dalam hal ini adalah
perkebunan karet tradisional. Untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan
dan sumber daya alam yang dikuasai perempuan dan laki-laki. Dengan tujuan untuk
memperkuat perspektif gender dalam kegiatan perancangan program bagi rakyat.
Agar rancangan program yang dilaksanakan tidak hanya berdasarkan kerangka
berpikir perancang program. Hal ini sangat terkait dengan sejauh mana perspektif
gender dimiliki oleh perancang program.
Perancangan dan implementasi program yang tidak didasarkan pada
informasi yang akurat tentang pembagian peran antara perempuan dan laki-laki di
wilayah program akan berdampak pada tidak ada kesetaraan dan keadilan gender
dalam pengembangan program, sehingga dapat dikatakan program tersebut tidak
efektif bagi rakyat. Untuk itu, analisa gender diperlukan untuk memperkuat
pemahaman program yang perspektif gender. Analisis gender ini menggunakan
analisis Gender Harvard untuk melihat profil peran gender dalam kelompok sosial
masyarakat.
Penelitian ini mengajukan judul “PERAN PETANI PENYADAP KARET
PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM PRODUKTIF (Analisis Gender (Harvard) pada Masyarakat Petani Penyadap
Karet di Desa Hanua dan Ramang Kec. Banama Tingang kab. Pulang Pisau)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas, maka penelitian ini akan
memahami persoalan sebagai berikut:
4. 4
a. Bagaimana gambaran profil peran gender atau pembagian kerja antara perempuan
dan laki-laki dalam usaha produksi petani penyadap karet di Desa Hanua dan
Desa Ramang?
b. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi partisipasi
perempuan dalam program usaha produktif petani penyadap karet di Desa Hanua
dan Desa Ramang?
1.3. Batasan masalah
Ruang lingkup dan batasan masalah penelitian ini sebagai berikut:
a. Menampilkan deskripsi tentang profil peran gender dalam pengelolaan sumber
daya produktif sebanyak 20 keluarga petani-penyadap karet di Desa Hanua dan
Desa Ramang.
b. Mendeskripsikan kondisi peran gender dalam kategori aktifitas, akses dan kontrol
laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam produktif
perkebunan karet rakyat yang dikelola secara tradisional dan semi modern.
c. Memaparkan variabel-variabel yang termasuk dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman gender terhadap peran gender masyarakat.
1.4. Asumsi Sementara
Berdasarkan pendekatan dan konsep di atas, maka terdapat asumsi sementara
terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam
produktif, yakni:
1. Terdapat pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan sumber
daya produktif (petani-penyadap karet), baik dalam aktivitas yang dilakukan,
maupun akses dan kontrol terhadap hasil produksinya.
5. 5
2. Perempuan memiliki memiliki akses dan kontrol yang lebih terbatas terhadap
pengelolaan hasil produksi dan pemanfaatannya.
6. 5
2. Perempuan memiliki memiliki akses dan kontrol yang lebih terbatas terhadap
pengelolaan hasil produksi dan pemanfaatannya.