SlideShare a Scribd company logo
Bab 6 Analisis Neraca Pembayaran
    Setelah kita mengetahui dua macam perkiraan sosial atau social accounts yang berupa neraca
pembayaran luar negeri dan neraca hutang piutang luar negeri, langkah selanjutnya ialah mempelajari
bagaimana cara menganalisis angka-angka yang terdapat dalam kedua perkiraan sosial tersebut.
    Dalam bab ini akan diuraikan beberapa macam analisis neraca pembayaran luar negeri. Pertama-
tama akan dibahas analisis status debitur-kreditur sebuah perekonomian. Mendasarkan pada hipotesis
siklus status debitur-kreditur kita akan memahami kebijakan pemerintah yang tidak ragu-ragu
memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk membiayai pembangunan ekonomi kita.
    Macam analisis yang disajikan berikutnya ialah analisis investasi luar negeri. Kalau analisis
kestatusan sebagai negara debitur atau sebagai negara kreditur merupakan analisis jangka panjang,
analisis investasi luar negeri dapat dikatakan merupakan analisis jangka pendek.
    Macam analisis neraca pembayaran yang rupa-rupanya pada dewasa ini sedang populer-populernya
ialah analisis debt-servicing capacity. Macam analisis ini disajikan dalam Subbab 6.3.
    Analisis ekuilibrium-disekuilibrium neraca pembayaran merupakan analisis neraca pembayaran
yang dari sudut pandangan ekonomi keuangan internasional adalah yang paling berperan. Boleh
dikatakan hampir semua materi bahas yang dimuat dalam literatur 'International Finance' berkisar pada
masalah disekuilibrium neraca pembayaran. Mengingat bahwa uraian mengenai macam analisis ini
terlalu banyak untuk dimuat dalam sebuah sub-bab dari bab ini, maka Bab 7 disajikan khusus untuk
memuat uraian analisis ekuilibrium-disekuilibrium neraca pembayaran.
6.1. Negara Debitur dan Negara Kreditur
    Dengan cara membandingkan nilai kekayaan penduduk suatu negara yang tertanam di luar negeri
dengan nilai kekayaan penduduk negara lain yang tertanam di dalam perekonomian negara tersebut,
kita dapat membedakan antara negara yang mempunyai status sebagai negara debitur dan negara
yang mempunyai status sebagai negara kreditur. Mudahlah kiranya dipahami bahwa apabila jumlah
nilai kekayaan dalam artian yang luas, yaitu meliputi semua harta benda yang dimilikinya secara
langsung, pesertaan modal dan semua piutang, melebihi jumlah nilai seluruh kekayaan asing, juga
dalam artian yang luas, yang tertanam di negara tersebut, wajar untuk disebut sebagai negara kreditur
atau 'creditor country'. Sebaliknya apabila suatu negara, seperti misalnya negara kita sendiri sampai
dewasa ini, jumlah nilai seluruh kekayaan penduduk yang tertanam di luar negeri lebih kecil bila
dibandingkan dengan jumlah nilai kekayaan negara lain yang tertanam di negara tersebut, maka
negara tersebut kita katakan mempunyai status sebagai negara debitur atau 'debtor country'.
    Dengan demikian berarti bahwa kalau kita ingin mengetahui apakah suatu negara mempunyai
status sebagai negara kreditur ataukah sebagai negara debitur, cara yang kita lakukan ialah dengan
meneliti angka-angka pada 'balances ofindebtedness' negara tersebut. Akan tetapi seperti yang telah
diuraikan pada Bab 5, kebanyakan negara sampai dewasa ini tidak menyusun 'balances of
indebtedness' secara lengkap dan cukup dapat diandalkan angka-angkanya. Oleh karena itulah kita perlu
menempuh jalan lain. Adapun cara yang lazim digunakan untuk menggantikan cara tersebut di atas
ialah dengan memanfaatkan angka-angka pada neraca pembayaran negara tersebut.
    Pendekatan dengan menggunakan data neraca pembayaran, landasan teoritiknya cukup kuat dan
banyak sekali dipergunakan. Pendekatan ini menggunakan anggapan bahwa nilai aktiva ditentukan
oleh besarnya pendapatan yang diperoleh dari aktiva tersebut. Pendekatan dengan menggunakan
konsepsi nilai sekarang atau 'present value' tergolong dalam kategori pendekatan tersebut. Dengan
menggunakan pendekatan tersebut, semakin besar pendapatan yang dihasilkan dari pemilikan sebuah
aktiva, semakin besar nilai aktiva bersangkutan.
    Kita telah mengetahui bahwa pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sebagai hasil yang
diperoleh dari penanaman modalnya di luar negeri mengenai semua pencatatannya tertampung dalam pos
pendapatan modal atau income on investment. Oleh karena nilai kredit pos pendapatan modal merupakan
pendapatan yang diperoleh penduduk negara neraca pembayaran dan di lain pihak nilai debit pos
pendapatan modal menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh investor asing dari penanaman
modalnya di negara kita, maka mudah kiranya dipahami bahwa:
(a)apabila pos pendapatan modal pada sebuah neraca pembayaran mempunyai saldo kredit, maka negara
yang mempunyai neraca pembayaran tersebut kita sebut sebagai negara kreditur, dan
(b)apabila pos pendapatan modal mempunyai saldo debit, makanegara yang mempunyai neraca
pembayaran kita sebut sebagai negara debitur.
    Selanjutnya perlu diketengahkan bahwa sementara pemikir ekonomi, dari pengamatan yang
kemudian juga disusul oleh penalaran, melihat bahwa status debitur-kreditur suatu negara tidaklah
statik, melainkan mengalami perubahan. Sekalipun berubahnya sangat pelan serta tidak mempunyai
derajat kepastian yang tinggi, namun dapat terjadi perubahan tersebut membentuk sebuah siklus.




Gambar 6.1.1.:    SIKLUS STATUS DEBITUR-KREDITUR SUATU NEGARA
    Sebagai contoh klasik yang biasa dipergunakan untuk menerangkan hipotesa ini ialah hubungan
antara negara Inggris dengan negara Amerika Serikat." Pada awal abad 19 negara Inggris banyak
menanam modalnya di Amerika Serikat. Untuk membiayai ini negara Inggris memerlukan saldo kredit
pada pos neraca perdagangannya. Dengan saldo kredit pada pos Pendapatan Modal dan pos Neraca
Perdagangan berarti bahwa negara Inggris mempunyai kedudukan sebagai negara kreditur muda. Pada
waktu yang sama negara Amerika Serikat mempunyai kedudukan yang berkebalikan dari kedudukan
negara Inggris; yaitu berkedudukan sebagai negara debitur muda. Neraca pendapatan modalnya bersaldo
negatif, neraca perdagangannya pun bersaldo negatif juga.
    Dengan modal yang diimpornya dari Inggris tersebut negara Amerika Serikat mulai membangun
perekonomiannya. Dengan berhasilnya perekonomian Amerika Serikat membangun perekonomiannya,
kemampuannya untuk menghasilkan berbagai macam barang dan jasa meningkat.2) Akibat selanjutnya
dari gejala ini ternyata berupa meningkatnya kemampuan negara tersebut untuk mengekspor.
Peningkatan ekspor tersebut ternyata mempunyai trend yang meningkat, yang bahkan akhirnya
menghasilkan angka ekspor yang absolut yang melebihi impornya. Dengan telah berubahnya saldo
neraca perdagangan yang semula negatif berubah menjadi positif berarti bahwa status sebagai negara
debitur tua, statusnya sebagai negara debitur berangsur-angsur ditinggalkan.
    Dengan berubahnya tanda saldo neraca perdagangan negara Amerika Serikat, berarti saldo neraca
perdagangan negara Inggris tandanya berubah dari semula bertanda positif, sekarang bertanda negatif.
Ini mempunyai makna bahwa negara Inggris kedudukannya telah berubah menjadi negara kreditur
tua. Perubahan tersebut terjadi sekitar tahun 1914.
    Proses evolusi siklus status debitur-kreditur kedua negara tersebut dipercepat oleh
berkecamuknya dua Perang Dunia. Kerusakan perekonomian Inggris di satu pihak dan perekonomian
    Amerika Serikat yang boleh dikatakan utuh ternyata mempercepat beralihnya arah aliran modal;
yang dulunya dari Inggris menuju Amerika Serikat sekarang dari Amerika Serikat menuju Inggris.
    Ini dengan sendirinya mengakibatkan mengecilnya saldo debit pos Neraca Pendapatan Modal
perekonomian Amerika Serikat dan mengecilkan saldo kredit Neraca Pendapatan Modal negara
Inggris. Gejala ini ternyata berjalan terus dan akhirnya tibalah saatnya saldo pos Pendapatan Modal
tersebut untuk negara Amerika Serikat berubah tandanya menjadi positif dan untuk Inggris berubah
tandanya menjadi negatif.
    Mulai saat itu, tetapi juga sampai saat ini, baik saldo pos Perdagangan maupun pos Pendapatan
Modal untuk negara Inggris kedua-duanya tidak lagi positif, tetapi negatif. Ini berarti bahwa negara
Inggris kini tidak lagi mempunyai kedudukan sebagai negara kreditur, melainkan sebagai negara
debitur. Sebaliknya negara Amerika Serikat statusnya telah berubah juga, yang dulunya mempunyai
kedudukan sebagai negara debitur, mulai saat itu, merupakan negara kreditur terbesar di dunia.
    Apabila kita mempelajari neraca pembayaran negara kita, kita menemukan bahwa semenjak kita
berhasil menghimpun data ekonomi dengan cukup lengkap untuk dapat disusunnya dalam bentuk
neraca pembayaran luar negeri, pos "pendapatan modal" neraca pembayaran yang berhasil kita susun
tersebut senantiasa menghasilkan saldo debit. Ini menunjukkan bahwa perekonomian kita sejak dahulu
sampai sekarang mempunyai status sebagai negara debitur. Saldo debitnya tersebut menunjukkan
kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini kiranya mudah kita pahami mengingat
bahwa 'investment account' neraca pembayaran kita juga tendensinya mempunyai saldo kredit dari
tahun ke tahun. Kenyataannya seperti ini memang merupakan kejadian yang wajar, kalau kita ingat
bahwa dana yang kita pergunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi kita dari tahun ke tahun
sebagian berasal dari luar negeri, baik dalam bentuk pinjaman jangka panjang maupun penanaman
modal langsung oleh para investor asing.
    Kalau kita ingat akan hipotesis siklus debitur-kreditur seperti diuraikan di atas, kita tidak perlu
khawatir dengan pinjaman luar negeri yang semakin menumpuk. Asalkan modal asing tersebut kita
manfaatkan sungguh-sungguh, modal pinjaman luar negeri tersebut akan mampu melunasinya sendiri.
Betullah bahwa pinjaman luar negeri dan modal asing dalam bentuk lainnya yang mengalir ke dalam
perekonomian kita menyebabkan membengkaknya saldo debit pos pendapatan modal neraca
pembayaran kita. Ini berarti bahwa negara kita sampai sekarang mempunyai status sebagai negara
debitur muda. Berubahnya status dari negara debitur muda menjadi negara debitur tua menurut teori
ditandai oleh berubahnya tanda saldo neraca perdagangan barang dan jasa; yaitu dari saldo minus ke saldo
plus. Apabila neraca perdagangan tersebut saldo kreditnya telah berkesinambungan dari tahun ke tahun,
saldo debit pos "pendapatan modal" akan menurun, yang berarti bahwa negara kita statusnya telah
berubah menjadi negara debitur tua.
    Dari segi tinjauan ini, data negara pembayaran tahun anggaran 1979/1980 dan 1980/ 1981
mendorong kita berpandangan optimis. Dapat kiranya kita katakan bahwa pada tahun-tahun tersebut
perekonomian kita nyaris berhasil meninggalkan status-negara debitur muda kita, sebab pada dua tahun
anggaran tersebut tidak hanya pos perdagangannya yang bersaldo kredit, bahkan "current account"
neraca pembayaran kita memiliki saldo kredit.
    Akan tetapi sayang, tahun-tahun yang sangat menggembirakan tersebut segera disusul oleh
menghebatnya resesi dunia dan "memburuknya" pasar minyak dunia. Kedua faktor inilah yang
menyebabkan tidak dapat dipertahankannya saldo kredit transaksi berjalan neraca pembayaran luar
negeri kita. Ini berarti bahwa status sebagai negara debitur muda rupa-rupanya bagi perekonomian kita
sampai saat ini memang belum waktunya dapat kita tinggalkan.
6.2. Analisis Investasi Luar Negeri
    Kalau analisis status debitur-kreditur suatu negara biasa disebut sebagai analisis jangka panjang,
mengingat bahwa perubahan status yang satu ke status yang lain memakan waktu beberapa dasawarsa,
analisis investasi luar negeri dapat dikategorikan sebagai analisis jangka pendek.
    Masalah-masalah yang ingin terjawab dari analisis investasi luar negeri suatu perekonomian ialah:
dalam tahun neraca pembayaran, berapa besar investasi luar negeri netto yang diadakan oleh
perekonomian tersebut, dan bagaimana cara membiayai investasi luar negeri tersebut. Apabila suatu
perekonomian mengalami disinvestasi, yaitu jumlah nilai penanaman modal oleh orang asing ke
dalam perekonomian tersebut dalam tahun neraca pembayaran lebih besar daripada jumlah nilai
penanaman modal luar negeri yang dilakukan oleh penduduk negara tersebut, maka pertanyaan di atas
perlu diubah sedikit menjadi "disinvestasi yang diadakan oleh negara tersebut dipergunakan untuk
apa".
    Untuk menganalisis investasi luar negeri pos-pos neraca pembayaran kita golong-golongkan
sebagai berikut:
 /. Saving Accounts:
    1.Perdagangan (barang-barang dan jasa-jasa)
    2.Pendapatan modal
    3.Transaksi-transaksi unilateral.
//. Investment Accounts:
    4.Penanaman modal langsung
    5.Hutang piutang jangka panjang
    6.Hutang piutang jangka pendek.
///. Cash Accounts:
    7.   Sektor Moneter.
    Sesudah pos-pos neraca pembayaran kita golongkan dengan penggolongan seperti di atas, kita
teliti saldo-saldo dari kelompok pos-pos tersebut. Pertama-tama kita perhatikan saldo 'investment
account'. Investment account yang mempunyai saldo debit menunjukkan bahwa negara tersebut
melakukan 'foreign investment'. Sebaliknya apabila investment account mempunyai saldo kredit
menunjukkan negara tersebut melakukan 'foreign investment'.
    Foreign investment yang dibarengi oleh 'foreign saving', yaitu saldo kredit pada saving account,
mempunyai tendensi untuk bisa bertahan lama. Sebaliknya apabila foreign investment' ini dibarengi
oleh foreign dissaving' yaitu saldo debit pada saving account, dapat diramalkan bahwa foreign
investment tersebut tidak akan dapat bertahan lama. Saldo debit pada investment account yang
dibarengi oleh saldo debit pada saving account pasti disertai dengan kreditnya saldo 'cash account'.
Kreditnya saldo cash account inilah yang kita sebut foreign dishoarding'. Foreign dishoarding berupa
penurunan cadangan internasional negara tersebut. Apabila negara tersebut mengalami foreign
dishoarding terus menerus cadangan internasional akan terus menerus menurun, yang pada akhirnya
cadangan tersebut tidak dapat dikurangi lagi, hal mana berarti foreign investment tidak lagi dapat
dipertahankan.
    Setelah kita mengetahui mengenai hubungan investasi (atau disinvestasi) luar negeri lengkap
dengan cara membelanjainya (atau cara menggunakannya), hal yang perlu kita ketahui juga ialah
hubungan antara 'investment account' dengan saldo pos pendapatan modal. Mengingat bahwa saldo
kredit 'investment account' menunjukkan adanya 'capital inflow' atau impor capital netto dan saldo
debit 'investment account' menunjukkan besarnya capital outflow yang dapat disebut juga adanya
ekspor modal netto, maka mudahlah kiranya untuk dipahami bahwa saldo kredit 'investment account'
tendensinya mengakibatkan meningkatnya nilai saldo debit atau menurunnya nilai saldo kredit pos
pendapatan modal. Saldo debit 'investment account' adalah sebaliknya, yaitu tendensinya akan
mengakibatkan meningkatnya saldo kredit atau menurunnya saldo debit pos pendapatan modal.
6.3. Analisis Debt-Service Ratio
    Analisis neraca pembayaran internasional yang dewasa ini sedang populer-populernya ialah 'debt
service capacity analysis' atau analisis daya kemampuan pemenuhan kewajiban hutang luar negeri.
Analisis ini terutama dimanfaatkan oleh negara-negara kreditur dalam mempertimbangkan pemberian
pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman yang diberikan kepada negara-negara yang sedang
berkembang. Analisis macam ini mereka rasakan sangat perlu, sebab pengalaman menunjukkan jumlah
negara yang sedang berkembang yang pernah mengalami ketidak mampuan memenuhi kewajiban
membayar bunga dan angsuran pinjaman kepada negara lain dapat dikatakan cukup banyak. Dari tahun
1965 sampai dengan tahun 1972 terjadi dua puluh satu kali penjadwalan kembali atau 'rescheduling'
pembayaran hutang sebelas negara yang sedang berkembang.3'
    Tingginya daya kemampuan suatu negara dalam memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri yang
timbul sebagai akibat dari pinjaman luar negeri mereka dapat diukur dengan menggunakan indikator-
indikator daya pemenuhan kewajiban hutang luar negeri yang biasa disebut juga debt-servicing
capacity indicators, yang untuk selanjutnya kita singkat dengan kependekan indikator-indikator DSC.
Sedangkan yang dimaksud dengan 'debt service'tidak lain ialah jumlah bunga pinjaman dan cicilan yang
harus dibayar oleh penduduk negara tersebut kepada penduduk negara lain untuk kurun waktu neraca
pembayaran.
    Data yang diperlukan untuk menghasilkan indikator-indikator DSC tersebut tidak seluruhnya
berasal dari neraca pembayaran, melainkan juga dari sumber-sumber lainnya. Antara lain ialah dari
neraca hutang piutang luar negeri, yang biasa disebut juga 'balance of indebtedness'dan dari perkiraan
pendapatan nasional. Indikator-indikator DSC yang banyak dipergunakan antara lain adalah seperti di
bawah ini4):
1.'Debt service to exports ratio'. Indikator DSC ini merupakan angka banding antara nilai debt service
dengan nilai ekspor total. Semakin tinggi angka banding ini, semakin rendah daya kemampuan suatu
negara dalam melunasi kewajiban-kewajiban luar negerinya, sebab ekspor merupakan salah satu
sumber devisa dengan mana negara tersebut dapat membayar bunga dan juga cicilan pinjaman luar
negerinya.
2.'Imports to reserve ratio', yaitu angka banding antara nilai impor dengan cadangan luar negeri.
Tingginya angka ini menunjukkan lebih kecilnya proporsi cadangan valuta asing yang dapat dipergunakan
untuk memenuhi kewajiban luar negeri yang telah jatuh tempo. Dengan demikian berarti bahwa semakin
tinggi nilai indikator DSC ini semakin rendah dayakemampuan negara tersebut dalam
memenuhikewajiban-kewajibanluarnegerinya.
3.'Outstanding debt to current amortization ratio', yaitu angka banding pinjaman luar negeri yang
dimiliki oleh suatu negara terhadap besarnya cicilan. Angka banding ini dengan sendirinya
menunjukkan dalam jangka waktu berapa lama negara tersebut mempunyai beban angsuran. Oleh
karena itulah maka semakin tinggi nilai indikator DSC ini dapat diartikan sebagai semakin rendah
daya pemenuhan kewajiban luar negerinya. Dengan perkataan lain semakin tinggi nilai indikator
DSC macam ini, semakin tinggi resiko pemberian pinjaman kepada negara tersebut.
4.'Debt service to capital inflow ratio'. Kita mengetahui bahwa masuknya modal ke dalam negeri dapat
dipergunakan untuk menutup neraca perdagangan yang defisit maupun juga untuk menutup kewajiban
membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri. Dengan demikian berarti bahwa lebih rendahnya nilai
indikator DSC ini relatif lebih rendah pula resiko pemberian pinjaman kepada negara tersebut.
5. Imports to GNP ratio', yaitu angka banding nilai impor terhadap nilai produk nasional
    bruto. Tingginya nilai indikator ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
    masyarakat    perekonomian      sangat   menggantungkan      pada    tersedianya   barang-barang    dan
    jasa-jasa dari luar negeri. Hal semacam ini tendensinya berarti bahwa bagi pemerintah
    relatif sukar untuk mengekang impor bilamana diperlukan. Dengan lebih sukarnya
    mengurangi impor berarti jaminan akan terbayarnya bunga dan angsuran pelunasan
    pinjaman luar negeri negara tersebut kecil.
6.Tingkat pertumbuhan ekspor'. Meningkatnya nilai ekspor berarti meningkat pula penerimaan devisa,
yang penggunaannya antara lain dapat untuk membayar debt service. Oleh karena itulah maka
mudahlah dipahami kalau suatu negara tingkat pertumbuhan ekspornya tinggi, 'debt-servicing
capacity'nya juga tinggi.
7.'Fluktuasi ekspor'. Kenyataan menunjukkan bahwa fluktuasi baik nilai maupun volume ekspor
komoditi yang satu dengan komoditi yang lain berbeda-beda. Ekspor komoditi hasil pertanian dapat
saja tiba-tiba merosot volumenya sebagai akibat adanya kegagalan panen. Sebaliknya hasil produksi
yang berlimpah-limpah dapat mengakibatkan menurunnya harga di pasar dunia. Dengan demikian
kiranya mudah dipahami bahwa dengan indikator-indikator DSC lainnya yang tingginya sama, lebih
tingginya sifat fluktuasi ekspor akan ditafsirkan lebih rendahnya 'debt servicing capacity' suatu negara.
8.Tingkat pertumbuhan produk domestikper kapita'. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan produk
domestik nyata per kapita semakin besar proporsi pendapatan yang diperuntukkan untuk konsumsi,
sehingga bagian atau proporsi yang diperuntukkan untuk memenuhi kewajiban masyarakat melunasi
bunga dan pengembalian pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri meningkat. Ini dengan
sendirinya berarti bahwa tingginya nilai indikator DSC macam ini harus diinterpretasikan sebagai
meningkatnya 'debt servicing capacity' negara tersebut.
    Sebagai catatan akhir terhadap penggunaan berbagai indikator DSC tersebut, perlu diperingatkan
di sini bahwa dalam menginterpretasikan angka-angka indikator tersebut kita tidak boleh melupakan arti
pentingnya hubungan antara indikator yang satu dengan indikator lainnya.

More Related Content

What's hot

Penganggaran modal
Penganggaran modalPenganggaran modal
Penganggaran modal
Wulan Agusti
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Sugeng Budiharsono
 
Bab 11 permintaan-penawaran uang
Bab 11   permintaan-penawaran uangBab 11   permintaan-penawaran uang
Bab 11 permintaan-penawaran uangYusron Blacklist
 
Dasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of tradeDasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of trade
Ihsan Amruh
 
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangKeragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Dadang Solihin
 
Wesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjangWesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjang
Firdha Aryati
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Aditya Panim
 
10 analisis kredit
10 analisis kredit10 analisis kredit
10 analisis kreditImo Priyanto
 
Sistem moneter-internasional
Sistem moneter-internasionalSistem moneter-internasional
Sistem moneter-internasional
EryPrasetyo5
 
Pengembalian atas Investasi dan Analisis Profitabilitas
Pengembalian atas Investasi dan Analisis ProfitabilitasPengembalian atas Investasi dan Analisis Profitabilitas
Pengembalian atas Investasi dan Analisis Profitabilitas
Rani Widianti
 
Analisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasiAnalisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasi
Universitas Mulawarman Samarinda
 
sistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasilsistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasil
nelifaizah
 
Biaya modal ppt ok
Biaya modal ppt okBiaya modal ppt ok
Biaya modal ppt ok
Wirodat Az
 
Capital budgeting
Capital budgetingCapital budgeting
Capital budgeting
gilang talha
 
Time Value Of Money
Time Value Of MoneyTime Value Of Money
Time Value Of Money
Roesdaniel Ibrahim, ST. CHt.
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
Judianto Nugroho
 
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
turah11
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
gadis sriyamti
 

What's hot (20)

Penganggaran modal
Penganggaran modalPenganggaran modal
Penganggaran modal
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
 
Bab 11 permintaan-penawaran uang
Bab 11   permintaan-penawaran uangBab 11   permintaan-penawaran uang
Bab 11 permintaan-penawaran uang
 
Dasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of tradeDasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of trade
 
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangKeragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
 
Bab 8 multiplier
Bab 8   multiplierBab 8   multiplier
Bab 8 multiplier
 
Wesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjangWesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjang
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
 
10 analisis kredit
10 analisis kredit10 analisis kredit
10 analisis kredit
 
Sistem moneter-internasional
Sistem moneter-internasionalSistem moneter-internasional
Sistem moneter-internasional
 
Pengembalian atas Investasi dan Analisis Profitabilitas
Pengembalian atas Investasi dan Analisis ProfitabilitasPengembalian atas Investasi dan Analisis Profitabilitas
Pengembalian atas Investasi dan Analisis Profitabilitas
 
Rasio Keuangan
Rasio KeuanganRasio Keuangan
Rasio Keuangan
 
Analisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasiAnalisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasi
 
sistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasilsistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasil
 
Biaya modal ppt ok
Biaya modal ppt okBiaya modal ppt ok
Biaya modal ppt ok
 
Capital budgeting
Capital budgetingCapital budgeting
Capital budgeting
 
Time Value Of Money
Time Value Of MoneyTime Value Of Money
Time Value Of Money
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
 
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 

Similar to Bab 6 analisis neraca pembayaran

Neraca pembayaran 2
Neraca pembayaran 2Neraca pembayaran 2
Neraca pembayaran 2Ninjas Saga
 
Kelompok 17
Kelompok 17Kelompok 17
Kelompok 17
Azizah Syarif
 
1. 5. Neraca Pembayaran.pptx
1. 5. Neraca Pembayaran.pptx1. 5. Neraca Pembayaran.pptx
1. 5. Neraca Pembayaran.pptx
padlah1984
 
Neraca pembayaran
Neraca pembayaranNeraca pembayaran
Neraca pembayaran
Brawijaya University
 
Definisi Neraca Pembayaran, Balance of Payment
Definisi Neraca Pembayaran, Balance of PaymentDefinisi Neraca Pembayaran, Balance of Payment
Definisi Neraca Pembayaran, Balance of Payment
aisyah0396
 
Makalah neraca pembayaran internasional
Makalah neraca pembayaran internasional Makalah neraca pembayaran internasional
Makalah neraca pembayaran internasional
Novi Lestari
 
Aplikasi neraca pembayaran dalam bisnis
Aplikasi neraca pembayaran dalam bisnisAplikasi neraca pembayaran dalam bisnis
Aplikasi neraca pembayaran dalam bisnisWahono Diphayana
 
Ekonomi
EkonomiEkonomi
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaranTugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
siti aisah
 
artikel Neraca pembayaran dan perdagangan
artikel Neraca pembayaran dan perdaganganartikel Neraca pembayaran dan perdagangan
artikel Neraca pembayaran dan perdagangan
ameer69
 
M12. neraca pembayaran
M12. neraca pembayaranM12. neraca pembayaran
M12. neraca pembayaran
erlina na
 
EKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptx
EKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptxEKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptx
EKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptx
IndahSimbolon2
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...Trisno Harefa
 
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12
mohamad amsanudin
 
12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran
emi halimi
 
Bab neraca pembayaran
Bab neraca pembayaranBab neraca pembayaran
Bab neraca pembayaranZuyyina Afwa
 
Utang Indonesia
Utang IndonesiaUtang Indonesia
Utang IndonesiaDwi Anita
 
ch14-Liabilitas jangka panjang.pptx
ch14-Liabilitas jangka panjang.pptxch14-Liabilitas jangka panjang.pptx
ch14-Liabilitas jangka panjang.pptx
PratanaMidiastuty3
 
Penelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Penelusuran Aset Dan Pemulihan KerugianPenelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Penelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 

Similar to Bab 6 analisis neraca pembayaran (20)

neraca pembayaran
neraca pembayaranneraca pembayaran
neraca pembayaran
 
Neraca pembayaran 2
Neraca pembayaran 2Neraca pembayaran 2
Neraca pembayaran 2
 
Kelompok 17
Kelompok 17Kelompok 17
Kelompok 17
 
1. 5. Neraca Pembayaran.pptx
1. 5. Neraca Pembayaran.pptx1. 5. Neraca Pembayaran.pptx
1. 5. Neraca Pembayaran.pptx
 
Neraca pembayaran
Neraca pembayaranNeraca pembayaran
Neraca pembayaran
 
Definisi Neraca Pembayaran, Balance of Payment
Definisi Neraca Pembayaran, Balance of PaymentDefinisi Neraca Pembayaran, Balance of Payment
Definisi Neraca Pembayaran, Balance of Payment
 
Makalah neraca pembayaran internasional
Makalah neraca pembayaran internasional Makalah neraca pembayaran internasional
Makalah neraca pembayaran internasional
 
Aplikasi neraca pembayaran dalam bisnis
Aplikasi neraca pembayaran dalam bisnisAplikasi neraca pembayaran dalam bisnis
Aplikasi neraca pembayaran dalam bisnis
 
Ekonomi
EkonomiEkonomi
Ekonomi
 
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaranTugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
 
artikel Neraca pembayaran dan perdagangan
artikel Neraca pembayaran dan perdaganganartikel Neraca pembayaran dan perdagangan
artikel Neraca pembayaran dan perdagangan
 
M12. neraca pembayaran
M12. neraca pembayaranM12. neraca pembayaran
M12. neraca pembayaran
 
EKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptx
EKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptxEKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptx
EKONOMI_INTERNASIONAL_design_12_Neraca_Pembayaran.pptx
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
 
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 12
 
12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran
 
Bab neraca pembayaran
Bab neraca pembayaranBab neraca pembayaran
Bab neraca pembayaran
 
Utang Indonesia
Utang IndonesiaUtang Indonesia
Utang Indonesia
 
ch14-Liabilitas jangka panjang.pptx
ch14-Liabilitas jangka panjang.pptxch14-Liabilitas jangka panjang.pptx
ch14-Liabilitas jangka panjang.pptx
 
Penelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Penelusuran Aset Dan Pemulihan KerugianPenelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Penelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
 

More from Fitria Hadri Yani

Proteksi perdagangan
Proteksi perdaganganProteksi perdagangan
Proteksi perdagangan
Fitria Hadri Yani
 
Produk domestik bruto
Produk domestik brutoProduk domestik bruto
Produk domestik bruto
Fitria Hadri Yani
 
P ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetapP ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetapFitria Hadri Yani
 
Permasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikanPermasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikan
Fitria Hadri Yani
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiFitria Hadri Yani
 
Pengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumPengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumFitria Hadri Yani
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
Fitria Hadri Yani
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutFitria Hadri Yani
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
Fitria Hadri Yani
 
Masalah pendidikan di indonesia
Masalah pendidikan di indonesiaMasalah pendidikan di indonesia
Masalah pendidikan di indonesiaFitria Hadri Yani
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
Fitria Hadri Yani
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
Fitria Hadri Yani
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
Fitria Hadri Yani
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutFitria Hadri Yani
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
Fitria Hadri Yani
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
Fitria Hadri Yani
 

More from Fitria Hadri Yani (19)

Proteksi perdagangan
Proteksi perdaganganProteksi perdagangan
Proteksi perdagangan
 
Produk domestik bruto
Produk domestik brutoProduk domestik bruto
Produk domestik bruto
 
P ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetapP ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetap
 
Permasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikanPermasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikan
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
 
Pengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumPengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulum
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tiebout
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
 
Masalah pendidikan di indonesia
Masalah pendidikan di indonesiaMasalah pendidikan di indonesia
Masalah pendidikan di indonesia
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tiebout
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Kelompok 8..
Kelompok 8..Kelompok 8..
Kelompok 8..
 

Recently uploaded

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 

Bab 6 analisis neraca pembayaran

  • 1. Bab 6 Analisis Neraca Pembayaran Setelah kita mengetahui dua macam perkiraan sosial atau social accounts yang berupa neraca pembayaran luar negeri dan neraca hutang piutang luar negeri, langkah selanjutnya ialah mempelajari bagaimana cara menganalisis angka-angka yang terdapat dalam kedua perkiraan sosial tersebut. Dalam bab ini akan diuraikan beberapa macam analisis neraca pembayaran luar negeri. Pertama- tama akan dibahas analisis status debitur-kreditur sebuah perekonomian. Mendasarkan pada hipotesis siklus status debitur-kreditur kita akan memahami kebijakan pemerintah yang tidak ragu-ragu memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk membiayai pembangunan ekonomi kita. Macam analisis yang disajikan berikutnya ialah analisis investasi luar negeri. Kalau analisis kestatusan sebagai negara debitur atau sebagai negara kreditur merupakan analisis jangka panjang, analisis investasi luar negeri dapat dikatakan merupakan analisis jangka pendek. Macam analisis neraca pembayaran yang rupa-rupanya pada dewasa ini sedang populer-populernya ialah analisis debt-servicing capacity. Macam analisis ini disajikan dalam Subbab 6.3. Analisis ekuilibrium-disekuilibrium neraca pembayaran merupakan analisis neraca pembayaran yang dari sudut pandangan ekonomi keuangan internasional adalah yang paling berperan. Boleh dikatakan hampir semua materi bahas yang dimuat dalam literatur 'International Finance' berkisar pada masalah disekuilibrium neraca pembayaran. Mengingat bahwa uraian mengenai macam analisis ini terlalu banyak untuk dimuat dalam sebuah sub-bab dari bab ini, maka Bab 7 disajikan khusus untuk memuat uraian analisis ekuilibrium-disekuilibrium neraca pembayaran. 6.1. Negara Debitur dan Negara Kreditur Dengan cara membandingkan nilai kekayaan penduduk suatu negara yang tertanam di luar negeri dengan nilai kekayaan penduduk negara lain yang tertanam di dalam perekonomian negara tersebut, kita dapat membedakan antara negara yang mempunyai status sebagai negara debitur dan negara yang mempunyai status sebagai negara kreditur. Mudahlah kiranya dipahami bahwa apabila jumlah nilai kekayaan dalam artian yang luas, yaitu meliputi semua harta benda yang dimilikinya secara langsung, pesertaan modal dan semua piutang, melebihi jumlah nilai seluruh kekayaan asing, juga dalam artian yang luas, yang tertanam di negara tersebut, wajar untuk disebut sebagai negara kreditur atau 'creditor country'. Sebaliknya apabila suatu negara, seperti misalnya negara kita sendiri sampai dewasa ini, jumlah nilai seluruh kekayaan penduduk yang tertanam di luar negeri lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah nilai kekayaan negara lain yang tertanam di negara tersebut, maka negara tersebut kita katakan mempunyai status sebagai negara debitur atau 'debtor country'. Dengan demikian berarti bahwa kalau kita ingin mengetahui apakah suatu negara mempunyai status sebagai negara kreditur ataukah sebagai negara debitur, cara yang kita lakukan ialah dengan meneliti angka-angka pada 'balances ofindebtedness' negara tersebut. Akan tetapi seperti yang telah diuraikan pada Bab 5, kebanyakan negara sampai dewasa ini tidak menyusun 'balances of indebtedness' secara lengkap dan cukup dapat diandalkan angka-angkanya. Oleh karena itulah kita perlu
  • 2. menempuh jalan lain. Adapun cara yang lazim digunakan untuk menggantikan cara tersebut di atas ialah dengan memanfaatkan angka-angka pada neraca pembayaran negara tersebut. Pendekatan dengan menggunakan data neraca pembayaran, landasan teoritiknya cukup kuat dan banyak sekali dipergunakan. Pendekatan ini menggunakan anggapan bahwa nilai aktiva ditentukan oleh besarnya pendapatan yang diperoleh dari aktiva tersebut. Pendekatan dengan menggunakan konsepsi nilai sekarang atau 'present value' tergolong dalam kategori pendekatan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, semakin besar pendapatan yang dihasilkan dari pemilikan sebuah aktiva, semakin besar nilai aktiva bersangkutan. Kita telah mengetahui bahwa pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sebagai hasil yang diperoleh dari penanaman modalnya di luar negeri mengenai semua pencatatannya tertampung dalam pos pendapatan modal atau income on investment. Oleh karena nilai kredit pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh penduduk negara neraca pembayaran dan di lain pihak nilai debit pos pendapatan modal menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh investor asing dari penanaman modalnya di negara kita, maka mudah kiranya dipahami bahwa: (a)apabila pos pendapatan modal pada sebuah neraca pembayaran mempunyai saldo kredit, maka negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut kita sebut sebagai negara kreditur, dan (b)apabila pos pendapatan modal mempunyai saldo debit, makanegara yang mempunyai neraca pembayaran kita sebut sebagai negara debitur. Selanjutnya perlu diketengahkan bahwa sementara pemikir ekonomi, dari pengamatan yang kemudian juga disusul oleh penalaran, melihat bahwa status debitur-kreditur suatu negara tidaklah statik, melainkan mengalami perubahan. Sekalipun berubahnya sangat pelan serta tidak mempunyai derajat kepastian yang tinggi, namun dapat terjadi perubahan tersebut membentuk sebuah siklus. Gambar 6.1.1.: SIKLUS STATUS DEBITUR-KREDITUR SUATU NEGARA Sebagai contoh klasik yang biasa dipergunakan untuk menerangkan hipotesa ini ialah hubungan
  • 3. antara negara Inggris dengan negara Amerika Serikat." Pada awal abad 19 negara Inggris banyak menanam modalnya di Amerika Serikat. Untuk membiayai ini negara Inggris memerlukan saldo kredit pada pos neraca perdagangannya. Dengan saldo kredit pada pos Pendapatan Modal dan pos Neraca Perdagangan berarti bahwa negara Inggris mempunyai kedudukan sebagai negara kreditur muda. Pada waktu yang sama negara Amerika Serikat mempunyai kedudukan yang berkebalikan dari kedudukan negara Inggris; yaitu berkedudukan sebagai negara debitur muda. Neraca pendapatan modalnya bersaldo negatif, neraca perdagangannya pun bersaldo negatif juga. Dengan modal yang diimpornya dari Inggris tersebut negara Amerika Serikat mulai membangun perekonomiannya. Dengan berhasilnya perekonomian Amerika Serikat membangun perekonomiannya, kemampuannya untuk menghasilkan berbagai macam barang dan jasa meningkat.2) Akibat selanjutnya dari gejala ini ternyata berupa meningkatnya kemampuan negara tersebut untuk mengekspor. Peningkatan ekspor tersebut ternyata mempunyai trend yang meningkat, yang bahkan akhirnya menghasilkan angka ekspor yang absolut yang melebihi impornya. Dengan telah berubahnya saldo neraca perdagangan yang semula negatif berubah menjadi positif berarti bahwa status sebagai negara debitur tua, statusnya sebagai negara debitur berangsur-angsur ditinggalkan. Dengan berubahnya tanda saldo neraca perdagangan negara Amerika Serikat, berarti saldo neraca perdagangan negara Inggris tandanya berubah dari semula bertanda positif, sekarang bertanda negatif. Ini mempunyai makna bahwa negara Inggris kedudukannya telah berubah menjadi negara kreditur tua. Perubahan tersebut terjadi sekitar tahun 1914. Proses evolusi siklus status debitur-kreditur kedua negara tersebut dipercepat oleh berkecamuknya dua Perang Dunia. Kerusakan perekonomian Inggris di satu pihak dan perekonomian Amerika Serikat yang boleh dikatakan utuh ternyata mempercepat beralihnya arah aliran modal; yang dulunya dari Inggris menuju Amerika Serikat sekarang dari Amerika Serikat menuju Inggris. Ini dengan sendirinya mengakibatkan mengecilnya saldo debit pos Neraca Pendapatan Modal perekonomian Amerika Serikat dan mengecilkan saldo kredit Neraca Pendapatan Modal negara Inggris. Gejala ini ternyata berjalan terus dan akhirnya tibalah saatnya saldo pos Pendapatan Modal tersebut untuk negara Amerika Serikat berubah tandanya menjadi positif dan untuk Inggris berubah tandanya menjadi negatif. Mulai saat itu, tetapi juga sampai saat ini, baik saldo pos Perdagangan maupun pos Pendapatan Modal untuk negara Inggris kedua-duanya tidak lagi positif, tetapi negatif. Ini berarti bahwa negara Inggris kini tidak lagi mempunyai kedudukan sebagai negara kreditur, melainkan sebagai negara debitur. Sebaliknya negara Amerika Serikat statusnya telah berubah juga, yang dulunya mempunyai kedudukan sebagai negara debitur, mulai saat itu, merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Apabila kita mempelajari neraca pembayaran negara kita, kita menemukan bahwa semenjak kita berhasil menghimpun data ekonomi dengan cukup lengkap untuk dapat disusunnya dalam bentuk neraca pembayaran luar negeri, pos "pendapatan modal" neraca pembayaran yang berhasil kita susun tersebut senantiasa menghasilkan saldo debit. Ini menunjukkan bahwa perekonomian kita sejak dahulu
  • 4. sampai sekarang mempunyai status sebagai negara debitur. Saldo debitnya tersebut menunjukkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini kiranya mudah kita pahami mengingat bahwa 'investment account' neraca pembayaran kita juga tendensinya mempunyai saldo kredit dari tahun ke tahun. Kenyataannya seperti ini memang merupakan kejadian yang wajar, kalau kita ingat bahwa dana yang kita pergunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi kita dari tahun ke tahun sebagian berasal dari luar negeri, baik dalam bentuk pinjaman jangka panjang maupun penanaman modal langsung oleh para investor asing. Kalau kita ingat akan hipotesis siklus debitur-kreditur seperti diuraikan di atas, kita tidak perlu khawatir dengan pinjaman luar negeri yang semakin menumpuk. Asalkan modal asing tersebut kita manfaatkan sungguh-sungguh, modal pinjaman luar negeri tersebut akan mampu melunasinya sendiri. Betullah bahwa pinjaman luar negeri dan modal asing dalam bentuk lainnya yang mengalir ke dalam perekonomian kita menyebabkan membengkaknya saldo debit pos pendapatan modal neraca pembayaran kita. Ini berarti bahwa negara kita sampai sekarang mempunyai status sebagai negara debitur muda. Berubahnya status dari negara debitur muda menjadi negara debitur tua menurut teori ditandai oleh berubahnya tanda saldo neraca perdagangan barang dan jasa; yaitu dari saldo minus ke saldo plus. Apabila neraca perdagangan tersebut saldo kreditnya telah berkesinambungan dari tahun ke tahun, saldo debit pos "pendapatan modal" akan menurun, yang berarti bahwa negara kita statusnya telah berubah menjadi negara debitur tua. Dari segi tinjauan ini, data negara pembayaran tahun anggaran 1979/1980 dan 1980/ 1981 mendorong kita berpandangan optimis. Dapat kiranya kita katakan bahwa pada tahun-tahun tersebut perekonomian kita nyaris berhasil meninggalkan status-negara debitur muda kita, sebab pada dua tahun anggaran tersebut tidak hanya pos perdagangannya yang bersaldo kredit, bahkan "current account" neraca pembayaran kita memiliki saldo kredit. Akan tetapi sayang, tahun-tahun yang sangat menggembirakan tersebut segera disusul oleh menghebatnya resesi dunia dan "memburuknya" pasar minyak dunia. Kedua faktor inilah yang menyebabkan tidak dapat dipertahankannya saldo kredit transaksi berjalan neraca pembayaran luar negeri kita. Ini berarti bahwa status sebagai negara debitur muda rupa-rupanya bagi perekonomian kita sampai saat ini memang belum waktunya dapat kita tinggalkan. 6.2. Analisis Investasi Luar Negeri Kalau analisis status debitur-kreditur suatu negara biasa disebut sebagai analisis jangka panjang, mengingat bahwa perubahan status yang satu ke status yang lain memakan waktu beberapa dasawarsa, analisis investasi luar negeri dapat dikategorikan sebagai analisis jangka pendek. Masalah-masalah yang ingin terjawab dari analisis investasi luar negeri suatu perekonomian ialah: dalam tahun neraca pembayaran, berapa besar investasi luar negeri netto yang diadakan oleh perekonomian tersebut, dan bagaimana cara membiayai investasi luar negeri tersebut. Apabila suatu perekonomian mengalami disinvestasi, yaitu jumlah nilai penanaman modal oleh orang asing ke dalam perekonomian tersebut dalam tahun neraca pembayaran lebih besar daripada jumlah nilai
  • 5. penanaman modal luar negeri yang dilakukan oleh penduduk negara tersebut, maka pertanyaan di atas perlu diubah sedikit menjadi "disinvestasi yang diadakan oleh negara tersebut dipergunakan untuk apa". Untuk menganalisis investasi luar negeri pos-pos neraca pembayaran kita golong-golongkan sebagai berikut: /. Saving Accounts: 1.Perdagangan (barang-barang dan jasa-jasa) 2.Pendapatan modal 3.Transaksi-transaksi unilateral. //. Investment Accounts: 4.Penanaman modal langsung 5.Hutang piutang jangka panjang 6.Hutang piutang jangka pendek. ///. Cash Accounts: 7. Sektor Moneter. Sesudah pos-pos neraca pembayaran kita golongkan dengan penggolongan seperti di atas, kita teliti saldo-saldo dari kelompok pos-pos tersebut. Pertama-tama kita perhatikan saldo 'investment account'. Investment account yang mempunyai saldo debit menunjukkan bahwa negara tersebut melakukan 'foreign investment'. Sebaliknya apabila investment account mempunyai saldo kredit menunjukkan negara tersebut melakukan 'foreign investment'. Foreign investment yang dibarengi oleh 'foreign saving', yaitu saldo kredit pada saving account, mempunyai tendensi untuk bisa bertahan lama. Sebaliknya apabila foreign investment' ini dibarengi oleh foreign dissaving' yaitu saldo debit pada saving account, dapat diramalkan bahwa foreign investment tersebut tidak akan dapat bertahan lama. Saldo debit pada investment account yang dibarengi oleh saldo debit pada saving account pasti disertai dengan kreditnya saldo 'cash account'. Kreditnya saldo cash account inilah yang kita sebut foreign dishoarding'. Foreign dishoarding berupa penurunan cadangan internasional negara tersebut. Apabila negara tersebut mengalami foreign dishoarding terus menerus cadangan internasional akan terus menerus menurun, yang pada akhirnya cadangan tersebut tidak dapat dikurangi lagi, hal mana berarti foreign investment tidak lagi dapat dipertahankan. Setelah kita mengetahui mengenai hubungan investasi (atau disinvestasi) luar negeri lengkap dengan cara membelanjainya (atau cara menggunakannya), hal yang perlu kita ketahui juga ialah hubungan antara 'investment account' dengan saldo pos pendapatan modal. Mengingat bahwa saldo kredit 'investment account' menunjukkan adanya 'capital inflow' atau impor capital netto dan saldo debit 'investment account' menunjukkan besarnya capital outflow yang dapat disebut juga adanya ekspor modal netto, maka mudahlah kiranya untuk dipahami bahwa saldo kredit 'investment account' tendensinya mengakibatkan meningkatnya nilai saldo debit atau menurunnya nilai saldo kredit pos
  • 6. pendapatan modal. Saldo debit 'investment account' adalah sebaliknya, yaitu tendensinya akan mengakibatkan meningkatnya saldo kredit atau menurunnya saldo debit pos pendapatan modal. 6.3. Analisis Debt-Service Ratio Analisis neraca pembayaran internasional yang dewasa ini sedang populer-populernya ialah 'debt service capacity analysis' atau analisis daya kemampuan pemenuhan kewajiban hutang luar negeri. Analisis ini terutama dimanfaatkan oleh negara-negara kreditur dalam mempertimbangkan pemberian pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman yang diberikan kepada negara-negara yang sedang berkembang. Analisis macam ini mereka rasakan sangat perlu, sebab pengalaman menunjukkan jumlah negara yang sedang berkembang yang pernah mengalami ketidak mampuan memenuhi kewajiban membayar bunga dan angsuran pinjaman kepada negara lain dapat dikatakan cukup banyak. Dari tahun 1965 sampai dengan tahun 1972 terjadi dua puluh satu kali penjadwalan kembali atau 'rescheduling' pembayaran hutang sebelas negara yang sedang berkembang.3' Tingginya daya kemampuan suatu negara dalam memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri yang timbul sebagai akibat dari pinjaman luar negeri mereka dapat diukur dengan menggunakan indikator- indikator daya pemenuhan kewajiban hutang luar negeri yang biasa disebut juga debt-servicing capacity indicators, yang untuk selanjutnya kita singkat dengan kependekan indikator-indikator DSC. Sedangkan yang dimaksud dengan 'debt service'tidak lain ialah jumlah bunga pinjaman dan cicilan yang harus dibayar oleh penduduk negara tersebut kepada penduduk negara lain untuk kurun waktu neraca pembayaran. Data yang diperlukan untuk menghasilkan indikator-indikator DSC tersebut tidak seluruhnya berasal dari neraca pembayaran, melainkan juga dari sumber-sumber lainnya. Antara lain ialah dari neraca hutang piutang luar negeri, yang biasa disebut juga 'balance of indebtedness'dan dari perkiraan pendapatan nasional. Indikator-indikator DSC yang banyak dipergunakan antara lain adalah seperti di bawah ini4): 1.'Debt service to exports ratio'. Indikator DSC ini merupakan angka banding antara nilai debt service dengan nilai ekspor total. Semakin tinggi angka banding ini, semakin rendah daya kemampuan suatu negara dalam melunasi kewajiban-kewajiban luar negerinya, sebab ekspor merupakan salah satu sumber devisa dengan mana negara tersebut dapat membayar bunga dan juga cicilan pinjaman luar negerinya. 2.'Imports to reserve ratio', yaitu angka banding antara nilai impor dengan cadangan luar negeri. Tingginya angka ini menunjukkan lebih kecilnya proporsi cadangan valuta asing yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban luar negeri yang telah jatuh tempo. Dengan demikian berarti bahwa semakin tinggi nilai indikator DSC ini semakin rendah dayakemampuan negara tersebut dalam memenuhikewajiban-kewajibanluarnegerinya. 3.'Outstanding debt to current amortization ratio', yaitu angka banding pinjaman luar negeri yang dimiliki oleh suatu negara terhadap besarnya cicilan. Angka banding ini dengan sendirinya menunjukkan dalam jangka waktu berapa lama negara tersebut mempunyai beban angsuran. Oleh
  • 7. karena itulah maka semakin tinggi nilai indikator DSC ini dapat diartikan sebagai semakin rendah daya pemenuhan kewajiban luar negerinya. Dengan perkataan lain semakin tinggi nilai indikator DSC macam ini, semakin tinggi resiko pemberian pinjaman kepada negara tersebut. 4.'Debt service to capital inflow ratio'. Kita mengetahui bahwa masuknya modal ke dalam negeri dapat dipergunakan untuk menutup neraca perdagangan yang defisit maupun juga untuk menutup kewajiban membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri. Dengan demikian berarti bahwa lebih rendahnya nilai indikator DSC ini relatif lebih rendah pula resiko pemberian pinjaman kepada negara tersebut. 5. Imports to GNP ratio', yaitu angka banding nilai impor terhadap nilai produk nasional bruto. Tingginya nilai indikator ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perekonomian sangat menggantungkan pada tersedianya barang-barang dan jasa-jasa dari luar negeri. Hal semacam ini tendensinya berarti bahwa bagi pemerintah relatif sukar untuk mengekang impor bilamana diperlukan. Dengan lebih sukarnya mengurangi impor berarti jaminan akan terbayarnya bunga dan angsuran pelunasan pinjaman luar negeri negara tersebut kecil. 6.Tingkat pertumbuhan ekspor'. Meningkatnya nilai ekspor berarti meningkat pula penerimaan devisa, yang penggunaannya antara lain dapat untuk membayar debt service. Oleh karena itulah maka mudahlah dipahami kalau suatu negara tingkat pertumbuhan ekspornya tinggi, 'debt-servicing capacity'nya juga tinggi. 7.'Fluktuasi ekspor'. Kenyataan menunjukkan bahwa fluktuasi baik nilai maupun volume ekspor komoditi yang satu dengan komoditi yang lain berbeda-beda. Ekspor komoditi hasil pertanian dapat saja tiba-tiba merosot volumenya sebagai akibat adanya kegagalan panen. Sebaliknya hasil produksi yang berlimpah-limpah dapat mengakibatkan menurunnya harga di pasar dunia. Dengan demikian kiranya mudah dipahami bahwa dengan indikator-indikator DSC lainnya yang tingginya sama, lebih tingginya sifat fluktuasi ekspor akan ditafsirkan lebih rendahnya 'debt servicing capacity' suatu negara. 8.Tingkat pertumbuhan produk domestikper kapita'. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan produk domestik nyata per kapita semakin besar proporsi pendapatan yang diperuntukkan untuk konsumsi, sehingga bagian atau proporsi yang diperuntukkan untuk memenuhi kewajiban masyarakat melunasi bunga dan pengembalian pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri meningkat. Ini dengan sendirinya berarti bahwa tingginya nilai indikator DSC macam ini harus diinterpretasikan sebagai meningkatnya 'debt servicing capacity' negara tersebut. Sebagai catatan akhir terhadap penggunaan berbagai indikator DSC tersebut, perlu diperingatkan di sini bahwa dalam menginterpretasikan angka-angka indikator tersebut kita tidak boleh melupakan arti pentingnya hubungan antara indikator yang satu dengan indikator lainnya.