SlideShare a Scribd company logo
Masalah Pendidikan di Indonesia*
sim on January 5th, 2009
*oleh : Rini Setyowati, Haniah Nurlali, Diah Ayu Wulandari FKIP Geografi UNS
Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya
membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang
muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kita. Sebagai siswa dan
sekaligus sebagai calon pendidik, kami merasakan ketimpangan-ketimpangan pendidikan, seperti
:
1. Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang
maksimal dan masih tetap saja. Gembar-gembor kurikulum baru, katanya lebih baiklah, lebih
tepat sasaran. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula
pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada
prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya.
Pemerintah sendiri seakan tutup mata, bahwa dalam prakteknya Guru di Indonesia yang layak
mengajar hanya 60% dan sisanya masih perlu pembenahan. Hal ini terjadi karena pemerintah
menginkan hasil yang baik tapi lupa dengan elemen-elemen dasar dalam pendidikan. Contohnya
guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan
dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan
pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan
pendidikan yang kita tempuh. Menurut slogan jawa, guru itu digugu dan ditiru, tapi fakta yang
ada, banyak masyarakat yang memandang rendah terhadap profesi guru, padahal tanpa guru kita
tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini.
2. Biaya
Akhir-akhir ini biaya pendidikan semakin mahal, seperti mengalami kenaikan BBM. Banyak
masyarakat yang memiliki persepsi pendidikan itu mahal dan lebih parahnya banyak pula pejabat
pendidikan yang ngomong, kalau pengen pendidikan yang berkualitas konsekuensinya harus
membayar mahal. Pendidikan sekarang ini seperti diperjual-belikan bagi kalangan kapitalis
pendidikan dan pemerintah sendiri seolah membiarkan saja dan lepas tangan.
Sekarang ini memang digalakan program wajib belajar 9 tahun dengan bantuan Bos. Tapi
bagaimana dengan daerah-daerah yang terpencil nan jauh disana?? Apa mereka sudah
mengenyam pendidikan?? Padahal mereka sebagai WNI berhak mendapatkan pendidikan yang
layak.
Akhir-akhir ini pemerintah dalam system pendidikan yang baru akan membagi pendidikan
menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini
berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri
diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur
formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan
tidak mampu. Hal ini saya rasa sangat konyol, bukankah kebijakan ini sama saja dengan
mengotak-kotakan pendidikan kita, mau dikemanakan pendidikan kita bila kita terus diam dan
pasrah menerima keputusan Pemerintah?? Ironis sekali bila kebijakan ini benar-benar terjadi.
3. Tujuan pendidikan
Katanya pendidikan itu mencerdaskan, tapi kenyataannya pendidikan itu menyesatkan.
Bagaiamana tidak? Lihat saja kualitas pendidikan kita hanya diukur dari ijazah yang kita dapat.
Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual dengan mudahnya dan banyak pula yang
membelinya (baik dari masyarakat ataupun pejabat-pejabat). Bukankah ini memalukan?? Berarti
kalau kita punya uang maka kita tidak usah sekolah tapi sama dengan yang sekolah karena
memiliki ijasah. Harusnya pendidikan itu menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang
tinggi, memiliki analisis tentang apa yang terjadi sehingga bila di terjunkan dalam suatu
permasalahan dapat mengambil suatu keputusan.
4. Disahkannya RUU BHP menjadi Undang- Undang
DPR RI telah mensahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP)
menjadi Undang-Undang. Selama tiga tahun itupula, UU yang berisi 14 bab dan 69 pasal banyak
mengalami perubahan. Namun, disahkannya UU BHP ini banyak menuai protes dari kalangan
mahasiswa yang khawatir akan terjadinya komersialisasi dan liberalisasi terhadap dunia
pendidikan.
|Rabu, 17 Desember 2008, suara mahasiswa Universitas Indonesia yang memprotes pengesahan
RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) sudah semakin tipis. Namun, teriakan tetap mereka
lantangkan di lobi Gedung Nusantara II DPR, Rabu (17/12) sore.
Ketua BEM UI 2008 Edwin Nafsa Naufal mengatakan, mereka sudah mengawal pembahasan
RUU ini selama 3 tahun. Bahkan, sebuah konsep tandingan sudah disiapkan. Segala aspirasi dan
masukan, sudah disampaikan kepada Pansus RUU BHP.
Hal yang dikhawatirkan, undang-undang baru ini akan membuat biaya pendidikan semakin
mahal dan tidak terakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Anggapan mahasiswa ini, dikatakan
Ketua Pansus RUU BHP Irwan Prayitno, salah besar. Pendanaan. 20 persen operasional dibiayai
pemerintah. Untuk investasi dan bangunan seluruhnya dibiayai pemerintah.
UU BHP juga menetapkan perguruan tinggi negeri atau PTS wajib memberikan beasiswa sebesar
20 persen dari seluruh jumlah mahasiswa di lembaganya. Namun, jika ternyata Perguruan Tinggi
yang terkait tidak mempunyai dana yang mencukupi, untuk memberikan beasiswa, akhirnya
dana tersebut akan dibebankan kepada mahasiswa lagi. UU BHP ini akan menjadi kerangka
besar penataan organisasi pendidikan dalam jangka panjang. UU BHP sendiri saat ini sedang
dalam proses mencari input. Jadi, untuk memperkuat status hukum PT BHMN, ia akan diatur
dalam UU BHP.
5. Kontoversi diselenggaraknnya UN
Perdebatan mengenai Ujian Nasional (UN) sebenarnya sudah terjadi saat kebijakan tersebut
mulai digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003. UN atau pada awalnya bernama Ujian Akhir
Nasional (UAN) menjadi pengganti kebijakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas).
Dari hasil kajian Koalisi Pendidikan (Koran Tempo, 4 Februari 2005), setidaknya ada empat
penyimpangan dengan digulirkannya UN. Pertama, aspek pedagogis. Dalam ilmu kependidikan,
kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan,
yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan. Kedua,
aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
telah dilanggar, misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana
dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan
yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru
melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada
pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap
pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya
melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.
Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya,
pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada
tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi
peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan
di-UN-kan di sekolah ataupun di rumah.
Keempat, aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun 2005,
dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD
dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi
tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya.
Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN.
Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.
6. Kesrusakan fasilitas sekolah
Nanang Fatah, pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengatakan, sekitar 60
persen bangunan sekolah di Indonesia rusak berat. Di wilayah Jabar, sekolah yang rusak
mencapai 50 persen.
Kerusakan bangunan sekolah tersebut berkaitan dengan usia bangunan yang sudah tua. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, sejak tahun 2000-2005 telah dilaksankan proyek perbaikan
infrastruktur sekolah oleh Bank Dunia, dengan mengucurkan dana Bank Dunia pada Komite
Sekolah.
Menurut saya, kerusakan bangunan pendidikan jelas akan mempengaruhi kualitas pendidikan
karena secara psikologis seorang anak akan merasa tidak nyaman belajar pada kondisi ruanagan
yang hamper roboh.
Bangsaku bangkitlah dengan Pendidikanmu, agar kita menjadi singa yang siap mengaung
keseluruh dunia bukan seperti kambing yang selalu malu menunjukan dirinya.
Sumber:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/17/16114897/mahasiswa.khawatir.uu.bhp.bikin.pend
idikan.semakin.mahal.
http://www.geramtolakbhp.blogspot.com/Potret Dunia Pendidikan Indonesia
http://mybluegreen.net/serbaneka/potret-dunia-pendidikan-indonesia/
http://beritasore.com/2007/07/03/uu-bhp-tidak-mengarah-privatisasi-perguruan-tinggi/
Tags: Masalah Pendidikan

More Related Content

What's hot

Dasar Dasar MIPA
Dasar Dasar MIPADasar Dasar MIPA
Dasar Dasar MIPA
enifolia
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy amelia
SiiPoppy
 
Asement edu
Asement eduAsement edu
Asement edusihah
 
Komposisi penduduk pendidikan
Komposisi penduduk   pendidikanKomposisi penduduk   pendidikan
Komposisi penduduk pendidikan
Eka Arya
 
Beasiswa bidik-misi
Beasiswa bidik-misiBeasiswa bidik-misi
Beasiswa bidik-misi
Iqbal Irvani M
 
Pedoman bidikmisi 2016
Pedoman bidikmisi 2016Pedoman bidikmisi 2016
Pedoman bidikmisi 2016
Chusnul Labib
 
Essay Tentang Bidikmisi
Essay Tentang BidikmisiEssay Tentang Bidikmisi
Essay Tentang Bidikmisi
TOFIK SUPRIYADI
 
Makalah landasan
Makalah landasanMakalah landasan
Makalah landasan
Presdir Sutrisno
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMastudiar Daryus
 
Politik pendidikan
Politik pendidikanPolitik pendidikan
Politik pendidikan
Antho jie
 
Pendidikan di india
Pendidikan di indiaPendidikan di india
Pendidikan di india
Edy Wardoyo
 
Makalah pip ekonomi dan pendidikan
Makalah pip   ekonomi dan pendidikanMakalah pip   ekonomi dan pendidikan
Makalah pip ekonomi dan pendidikan
rizka fanikmah
 

What's hot (13)

Dasar Dasar MIPA
Dasar Dasar MIPADasar Dasar MIPA
Dasar Dasar MIPA
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy amelia
 
Asement edu
Asement eduAsement edu
Asement edu
 
Komposisi penduduk pendidikan
Komposisi penduduk   pendidikanKomposisi penduduk   pendidikan
Komposisi penduduk pendidikan
 
Beasiswa bidik-misi
Beasiswa bidik-misiBeasiswa bidik-misi
Beasiswa bidik-misi
 
Pedoman bidikmisi 2016
Pedoman bidikmisi 2016Pedoman bidikmisi 2016
Pedoman bidikmisi 2016
 
Essay Tentang Bidikmisi
Essay Tentang BidikmisiEssay Tentang Bidikmisi
Essay Tentang Bidikmisi
 
Makalah landasan
Makalah landasanMakalah landasan
Makalah landasan
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinya
 
Politik pendidikan
Politik pendidikanPolitik pendidikan
Politik pendidikan
 
Pendidikan di india
Pendidikan di indiaPendidikan di india
Pendidikan di india
 
29bab 20081123201837__1279__28
29bab  20081123201837__1279__2829bab  20081123201837__1279__28
29bab 20081123201837__1279__28
 
Makalah pip ekonomi dan pendidikan
Makalah pip   ekonomi dan pendidikanMakalah pip   ekonomi dan pendidikan
Makalah pip ekonomi dan pendidikan
 

Similar to Masalah pendidikan di indonesia

Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
Denny Kodrat
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
Denny Kodrat
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy amelia
SiiPoppy
 
Tugas pip rini
Tugas pip riniTugas pip rini
Tugas pip rini
Rini de Lopez
 
permasalahan makro dan permasalahan mikro
permasalahan makro dan permasalahan mikropermasalahan makro dan permasalahan mikro
permasalahan makro dan permasalahan mikro
muhammadsucahyo
 
Tugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikro
Tugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikroTugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikro
Tugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikro
muhammadsucahyo
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
harjunode
 
Makalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikanMakalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikan
Septian Muna Barakati
 
Makalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanMakalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikan
Ali Rohman
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
Dadang DjokoKaryanto
 
Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)novanisa febrina
 
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiaMakalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
suyono fis
 
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaPermasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Siti Sya'anah
 
Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)novanisa febrina
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
Kun_Fauzy
 
Problematika pendidikan
Problematika pendidikanProblematika pendidikan
Problematika pendidikan
Dwi Halimasari
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaayu02
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Hariyatunnisa Ahmad
 
Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2
Septian Muna Barakati
 

Similar to Masalah pendidikan di indonesia (20)

Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy amelia
 
Tugas pip rini
Tugas pip riniTugas pip rini
Tugas pip rini
 
Pengantar Pendidikan
Pengantar PendidikanPengantar Pendidikan
Pengantar Pendidikan
 
permasalahan makro dan permasalahan mikro
permasalahan makro dan permasalahan mikropermasalahan makro dan permasalahan mikro
permasalahan makro dan permasalahan mikro
 
Tugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikro
Tugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikroTugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikro
Tugas baru permasalahan makro dan permasalahan mikro
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
Makalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikanMakalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikan
 
Makalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanMakalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikan
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
 
Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)
 
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiaMakalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
 
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaPermasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinya
 
Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)Nova nisa febrina (tugas eldarni)
Nova nisa febrina (tugas eldarni)
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
 
Problematika pendidikan
Problematika pendidikanProblematika pendidikan
Problematika pendidikan
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
 
Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2
 

More from Fitria Hadri Yani

Proteksi perdagangan
Proteksi perdaganganProteksi perdagangan
Proteksi perdagangan
Fitria Hadri Yani
 
Produk domestik bruto
Produk domestik brutoProduk domestik bruto
Produk domestik bruto
Fitria Hadri Yani
 
P ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetapP ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetapFitria Hadri Yani
 
Permasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikanPermasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikan
Fitria Hadri Yani
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiFitria Hadri Yani
 
Pengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumPengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumFitria Hadri Yani
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
Fitria Hadri Yani
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutFitria Hadri Yani
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
Fitria Hadri Yani
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
Fitria Hadri Yani
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
Fitria Hadri Yani
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
Fitria Hadri Yani
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutFitria Hadri Yani
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
Fitria Hadri Yani
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
Fitria Hadri Yani
 
Bab 6 analisis neraca pembayaran
Bab 6 analisis neraca pembayaranBab 6 analisis neraca pembayaran
Bab 6 analisis neraca pembayaranFitria Hadri Yani
 

More from Fitria Hadri Yani (19)

Proteksi perdagangan
Proteksi perdaganganProteksi perdagangan
Proteksi perdagangan
 
Produk domestik bruto
Produk domestik brutoProduk domestik bruto
Produk domestik bruto
 
P ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetapP ph badan dan badan usaha tetap
P ph badan dan badan usaha tetap
 
Permasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikanPermasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikan
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
 
Pengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumPengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulum
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tiebout
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tiebout
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Kelompok 8..
Kelompok 8..Kelompok 8..
Kelompok 8..
 
Bab 6 analisis neraca pembayaran
Bab 6 analisis neraca pembayaranBab 6 analisis neraca pembayaran
Bab 6 analisis neraca pembayaran
 

Masalah pendidikan di indonesia

  • 1. Masalah Pendidikan di Indonesia* sim on January 5th, 2009 *oleh : Rini Setyowati, Haniah Nurlali, Diah Ayu Wulandari FKIP Geografi UNS Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kita. Sebagai siswa dan sekaligus sebagai calon pendidik, kami merasakan ketimpangan-ketimpangan pendidikan, seperti : 1. Kurikulum Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Gembar-gembor kurikulum baru, katanya lebih baiklah, lebih tepat sasaran. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Pemerintah sendiri seakan tutup mata, bahwa dalam prakteknya Guru di Indonesia yang layak mengajar hanya 60% dan sisanya masih perlu pembenahan. Hal ini terjadi karena pemerintah menginkan hasil yang baik tapi lupa dengan elemen-elemen dasar dalam pendidikan. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh. Menurut slogan jawa, guru itu digugu dan ditiru, tapi fakta yang ada, banyak masyarakat yang memandang rendah terhadap profesi guru, padahal tanpa guru kita tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini. 2. Biaya Akhir-akhir ini biaya pendidikan semakin mahal, seperti mengalami kenaikan BBM. Banyak masyarakat yang memiliki persepsi pendidikan itu mahal dan lebih parahnya banyak pula pejabat pendidikan yang ngomong, kalau pengen pendidikan yang berkualitas konsekuensinya harus membayar mahal. Pendidikan sekarang ini seperti diperjual-belikan bagi kalangan kapitalis pendidikan dan pemerintah sendiri seolah membiarkan saja dan lepas tangan. Sekarang ini memang digalakan program wajib belajar 9 tahun dengan bantuan Bos. Tapi bagaimana dengan daerah-daerah yang terpencil nan jauh disana?? Apa mereka sudah mengenyam pendidikan?? Padahal mereka sebagai WNI berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Akhir-akhir ini pemerintah dalam system pendidikan yang baru akan membagi pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini
  • 2. berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu. Hal ini saya rasa sangat konyol, bukankah kebijakan ini sama saja dengan mengotak-kotakan pendidikan kita, mau dikemanakan pendidikan kita bila kita terus diam dan pasrah menerima keputusan Pemerintah?? Ironis sekali bila kebijakan ini benar-benar terjadi. 3. Tujuan pendidikan Katanya pendidikan itu mencerdaskan, tapi kenyataannya pendidikan itu menyesatkan. Bagaiamana tidak? Lihat saja kualitas pendidikan kita hanya diukur dari ijazah yang kita dapat. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual dengan mudahnya dan banyak pula yang membelinya (baik dari masyarakat ataupun pejabat-pejabat). Bukankah ini memalukan?? Berarti kalau kita punya uang maka kita tidak usah sekolah tapi sama dengan yang sekolah karena memiliki ijasah. Harusnya pendidikan itu menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi, memiliki analisis tentang apa yang terjadi sehingga bila di terjunkan dalam suatu permasalahan dapat mengambil suatu keputusan. 4. Disahkannya RUU BHP menjadi Undang- Undang DPR RI telah mensahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) menjadi Undang-Undang. Selama tiga tahun itupula, UU yang berisi 14 bab dan 69 pasal banyak mengalami perubahan. Namun, disahkannya UU BHP ini banyak menuai protes dari kalangan mahasiswa yang khawatir akan terjadinya komersialisasi dan liberalisasi terhadap dunia pendidikan. |Rabu, 17 Desember 2008, suara mahasiswa Universitas Indonesia yang memprotes pengesahan RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) sudah semakin tipis. Namun, teriakan tetap mereka lantangkan di lobi Gedung Nusantara II DPR, Rabu (17/12) sore. Ketua BEM UI 2008 Edwin Nafsa Naufal mengatakan, mereka sudah mengawal pembahasan RUU ini selama 3 tahun. Bahkan, sebuah konsep tandingan sudah disiapkan. Segala aspirasi dan masukan, sudah disampaikan kepada Pansus RUU BHP. Hal yang dikhawatirkan, undang-undang baru ini akan membuat biaya pendidikan semakin mahal dan tidak terakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Anggapan mahasiswa ini, dikatakan Ketua Pansus RUU BHP Irwan Prayitno, salah besar. Pendanaan. 20 persen operasional dibiayai pemerintah. Untuk investasi dan bangunan seluruhnya dibiayai pemerintah. UU BHP juga menetapkan perguruan tinggi negeri atau PTS wajib memberikan beasiswa sebesar 20 persen dari seluruh jumlah mahasiswa di lembaganya. Namun, jika ternyata Perguruan Tinggi yang terkait tidak mempunyai dana yang mencukupi, untuk memberikan beasiswa, akhirnya dana tersebut akan dibebankan kepada mahasiswa lagi. UU BHP ini akan menjadi kerangka besar penataan organisasi pendidikan dalam jangka panjang. UU BHP sendiri saat ini sedang dalam proses mencari input. Jadi, untuk memperkuat status hukum PT BHMN, ia akan diatur dalam UU BHP.
  • 3. 5. Kontoversi diselenggaraknnya UN Perdebatan mengenai Ujian Nasional (UN) sebenarnya sudah terjadi saat kebijakan tersebut mulai digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003. UN atau pada awalnya bernama Ujian Akhir Nasional (UAN) menjadi pengganti kebijakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Dari hasil kajian Koalisi Pendidikan (Koran Tempo, 4 Februari 2005), setidaknya ada empat penyimpangan dengan digulirkannya UN. Pertama, aspek pedagogis. Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan. Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar, misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-UN-kan di sekolah ataupun di rumah. Keempat, aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun 2005, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN. 6. Kesrusakan fasilitas sekolah Nanang Fatah, pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengatakan, sekitar 60 persen bangunan sekolah di Indonesia rusak berat. Di wilayah Jabar, sekolah yang rusak mencapai 50 persen. Kerusakan bangunan sekolah tersebut berkaitan dengan usia bangunan yang sudah tua. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sejak tahun 2000-2005 telah dilaksankan proyek perbaikan
  • 4. infrastruktur sekolah oleh Bank Dunia, dengan mengucurkan dana Bank Dunia pada Komite Sekolah. Menurut saya, kerusakan bangunan pendidikan jelas akan mempengaruhi kualitas pendidikan karena secara psikologis seorang anak akan merasa tidak nyaman belajar pada kondisi ruanagan yang hamper roboh. Bangsaku bangkitlah dengan Pendidikanmu, agar kita menjadi singa yang siap mengaung keseluruh dunia bukan seperti kambing yang selalu malu menunjukan dirinya. Sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/17/16114897/mahasiswa.khawatir.uu.bhp.bikin.pend idikan.semakin.mahal. http://www.geramtolakbhp.blogspot.com/Potret Dunia Pendidikan Indonesia http://mybluegreen.net/serbaneka/potret-dunia-pendidikan-indonesia/ http://beritasore.com/2007/07/03/uu-bhp-tidak-mengarah-privatisasi-perguruan-tinggi/ Tags: Masalah Pendidikan