Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...TV Desa
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa untuk Mendorong Terwujudnya Desa Maju, Mandiri, dan Berdaya | MalMing Kemendagri #24
Bersama : Rina Syarini, ST, MA - Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...TV Desa
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa untuk Mendorong Terwujudnya Desa Maju, Mandiri, dan Berdaya | MalMing Kemendagri #24
Bersama : Rina Syarini, ST, MA - Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024Dr. Zar Rdj
ARAHAN PRESIDEN TERPILIH
1. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR, Menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan-kawasan produksi rakyat: kawasan industri kecil, Kawasan Ekonomi Khusus, kawasan pariwisata, kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan tambak-tambak perikanan;
2. PEMBANGUNAN SDM, Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah, penurunan stunting-kematian ibu-kematian bayi, peningkatan kualitas pendidikan, vokasi, membangun lembaga manajemen talenta Indonesia, dan dukungan bagi diaspora bertalenta tinggi;
3. MENDORONG INVESTASI, Mengundang investasi seluas-luasnya untuk membuka lapangan pekerjaan, memangkas perizinan, pungli dan hambatan investasi lainnya;
4. REFORMASI BIROKRASI, Reformasi struktural agar lembaga semakin sederhana, semakin simple, semakin lincah, mindset berubah, kecepatan melayani, kecepatan memberikan izin, efisiensi Lembaga;
5. PENGGUNAAN APBN, Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran, memastikan setiap rupiah dari APBN memiliki manfaat ekonomi, memberikan manfaat untuk rakyat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Materi Presentasi oleh Bapak Yaury Tetanel (SAPA/Strategic Alliance for Poverty Alleviation) dalam Diskusi Publik “Akuntabilitas Sosial CSR Industri Ekstraktif dan Peranannya dalam Penanggulangan Kemiskinan” di Jakarta, 18 Juli 2013; yang diselenggarakan oleh PWYP Indonesia bekerjasama dengan FITRA Jatim dan didukung oleh Yayasan TIFA
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024Dr. Zar Rdj
ARAHAN PRESIDEN TERPILIH
1. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR, Menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan-kawasan produksi rakyat: kawasan industri kecil, Kawasan Ekonomi Khusus, kawasan pariwisata, kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan tambak-tambak perikanan;
2. PEMBANGUNAN SDM, Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah, penurunan stunting-kematian ibu-kematian bayi, peningkatan kualitas pendidikan, vokasi, membangun lembaga manajemen talenta Indonesia, dan dukungan bagi diaspora bertalenta tinggi;
3. MENDORONG INVESTASI, Mengundang investasi seluas-luasnya untuk membuka lapangan pekerjaan, memangkas perizinan, pungli dan hambatan investasi lainnya;
4. REFORMASI BIROKRASI, Reformasi struktural agar lembaga semakin sederhana, semakin simple, semakin lincah, mindset berubah, kecepatan melayani, kecepatan memberikan izin, efisiensi Lembaga;
5. PENGGUNAAN APBN, Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran, memastikan setiap rupiah dari APBN memiliki manfaat ekonomi, memberikan manfaat untuk rakyat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Materi Presentasi oleh Bapak Yaury Tetanel (SAPA/Strategic Alliance for Poverty Alleviation) dalam Diskusi Publik “Akuntabilitas Sosial CSR Industri Ekstraktif dan Peranannya dalam Penanggulangan Kemiskinan” di Jakarta, 18 Juli 2013; yang diselenggarakan oleh PWYP Indonesia bekerjasama dengan FITRA Jatim dan didukung oleh Yayasan TIFA
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Tahapan Pelaksanaan Kegi...Joy Irman
Modul Pelatihan Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) terdiri atas beberapa Sub-Modul, yaitu Pengantar Perencanaan, Proses Perencanaan, Pengumpulan Data, Studi EHRA (Environment Health Risk Assessment), Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS), Tata Cara Survei, Perumusan Kebijakan dan Strategi Sanitasi, Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), Perencanaan SPAL-Terpusat (SPAL-T), Tahapan Pelaksanaan, dan Konsultasi Publik & Legalisasi Rencana.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
Bab 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi
1. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
1
Paparan bab ini memuat tentang strategi untuk melakukan monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada
monitoring dan evaluasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang telah ditetapkan dalam bab-bab sebelumnya
Tujuan pembangunan sanitasi tingkat kota telah ditetapkan oleh pemerintah kota dan dinyatakan dalam
sebuah dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK). Dokumen SSK juga mencantumkam target-target
pembangunan sanitasi subsektor (air bersih, air limbah, persampahan dan drainase) serta target aspek
perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi, kebijakan dan daftar panjang program dan kegiatan telah
disiapkan dalam dokumen ini guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan sanitasi kota.
Dalam pelaksanaannya nanti, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi untuk proses pelaksanaan SSK
serta hasilnya guna melihat ketepatan penggunaan sumber daya baik keuangan maupun manusia.
Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan SSK juga perlu dilakukan untuk mengetahui
hambatan/masalah dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kualitas proses di
kemudian hari. Pemantauan dan evaluasi SSK akan dilakukan untuk menilai capaian-capaian subsektor
sanitasi dan aspek perilaku hidup bersih dan sehat seperti tercantum di bab 2 dan 4 dokumen SSK.
Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan untuk:
1. Memverifikasi tingkat efektifitas dan efisiensi proses pelaksanaan kegiatan.
2. Mengidentifikasi capaian dan kelemahannya.
3. Menetapkan rekomendasi langkah perbaikan untuk mengoptimalkan pencapaian.
Sedangkan evaluasi bertujuan untuk menilai konsep, desain, pelaksanaan, dan manfaat kegiatan dan
program pembangunan sanitasi.
Hasil pemantauan dan evaluasi sangat penting sebagai umpan balik bagi pengambil keputusan berkaitan:
1. Kemajuan relatif capaian strategis pembangunan sanitasi dengan dilaksanakannya kegiatan-
kegiatan pembangunan dalam kerangka kebijakan dan strategi yang disepakati.
2. Bentuk usaha peningkatkan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam usaha pencapaian visi
pembangunan sanitasi.
3. Kelembagaan untuk Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi
Pemantauan dan evaluasi mulai dilakukan di bulan Februari 2014 atau setelah SSK diresmikan sebagai
acuan bagi pemerintah kota dalam membangun sanitasi. Pemantauan dilakukan setiap empat bulan yaitu
2. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
2
di bulan April, Agustus dan Desember. Kerangka waktu ini dipilih untuk menyelaraskan proses
pemantauan dan evaluasi dengan alur perencanaan dan penganggaran daerah.
Evaluasi dilakukan untuk menemukan penyebab munculnya deviasi antara rencana tercantum dalam SSK
dengan realisasi capaian. Untuk evaluasi pelaksanaan kegiatan, deviasi dapat dilihat dari jumlah kegiatan
yang diusulkan dalam SSK dengan jumlah kegiatan yang diakomodasi SKPD. Disamping itu dapat dilihat
pula dari perbandingan jumlah investasi dan keluaran kegiatan.
Evaluasi capaian strategis dapat dilihat dari deviasi target dengan capaian sasaran subsektor sanitasi.
Kegiatan evaluasi capaian strategis menggunakan data yang disarikan dari kegiatan pemantauan
pelaksanaan kegiatan dan pemantauan capaian strategis pemerintah kota. Meskipun begitu, evaluasi ini
perlu memperhatikan kontributor diluar pemerintah kota yaitu swasta dan masyarakat. Oleh karena itu,
survei sanitasi seluruh kota perlu dilakukan untuk menilai capaian beberapa indikator. Survei ini
hendaknya dilakukan minimal setiap dua tahun sekali dan menggunakan metode yang sama. Evaluasi
berkaitan dengan dampak dari dilaksanakannya kegiatan perlu dilakukan tersendiri dalam jangka waktu
yang lebih panjang (5 tahunan).
3. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
3
Tujuan : Tercapainya Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk layanan limbah domestik tahun 2015
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
Berkurangnya
praktek Buang
air besar
sembarangan
dari 42 %
menjadi 40%
tahun 2015
Tidak ada
penduduk yang
melakukan
Praktek BAB di
tahun 2015
42%
Dinas
Kesehatan
2% 41% 40%
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
1. Tersedianya
perencanaan
pengelolaan
air limbah
domestik dan
industri
rumah tangga
skala
perKabupate
n pada akhir
tahun 2018
Tersedianya
Masterplan Air
Limbah
0
Dokumen
Dinas PU
dan
Bappeda
1
Dokumen
Masterplan
1
Dokumen
-
2. Meningkatkan
cakupan
kepemilikan
jamban
1. Persentase
keluarga yang
memiliki akses
Jamban
24%
Dinas
Kesehatan 35 % 25 % 28 %
31 % 35 %
4. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
4
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
keluarga
dengan
penggunaan
tangki septik
dari 24%
menjadi 35%
pada akhir
tahun 2018.
2. Presentase
penyediaan
Jamban
Komunal/
MCK++
0 unit
Dinas PU
20 Unit 4 Unit 4 Unit 4 Unit
3. Tersedianya
dan
berfungsinya
IPAL
Komunal dari
0 unit menjadi
3 unit pada
akhir tahun
2018. Pembangunan
IPAL Komunal 0 Unit
Dinas PU
3 Unit 1 unit 1 Unit 1 Unit
5. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
5
Tabel 5.1b: Matriks Kerangka Logis Subsektor Persampahan
Tujuan : Meningkatkan cakupan dan kualitas layanan dalam sistem pengelolaan persampahan melalui pembangunan sarana dan prasarana yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
1. Meningkat
nya
efektivitas
layanan
pengelolaa
n
persampah
an dari 8%
menjadi
34% pada
akhir tahun
2018.
2.
Meningkat
nya
partisipasi
masyaraka
t dalam
pengelolaa
n sampah
dengan
sistem 3R
(reduce,
reuse dan
Meningkatnya
efektivitas
layanan
pengelolaan
persampahan
dari 8%
menjadi 34%
pada akhir
tahun 2018
2% Distakobertam 34% 5 % 10% 20% 25% 34%
Meningkatnya
partisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
dengan
sistem 3R
(reduce,
reuse dan
recycle) skala
rumah tangga
dari 0%
menjadi 2%
0 % Distakobertam 2% 1% 2%
6. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
6
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
recycle)
skala
rumah
tangga
dari 0 %
menjadi
2% pada
tahun
2017.
3. Tersedianya
perencana
an
pengelolaa
n
persampa
han skala
perKabupa
ten pada
akhir tahun
2014.
4. Tersedianya
Perencana
an TPA
yang
ramah
lingkungan
dan sesuai
dengan
kriteria
pada tahun
2018
Tersedianya
Masterplan
Persampahan
Belum
ada
dokumen
Distakobertam
Tersedianya
masterplan
persampahan
1
penyusunan
masterplan
persampahan
7. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
7
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
TPA
Pasang
surut.
5. Tersedianya
TPA
control
landfill
6. Meningkatkan
sarana
dan
prasarana
persampa
han yang
memadai
8. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
8
Tabel 5.1c: Matriks Kerangka Logis Subsektor Drainase
Tujuan : Mewujudkan pembangunan drainase yang berwawasan lingkungan
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
1. Tersedianya
dokumen
perencanaan
sistem
drainase
Kabupaten
yang
terintegrasi di
akhir tahun
2013
2. Berkurangnya
luas
genangan di
Kabupaten
Tanjung
Jabung Timur
di akhir Tahun
2018
1. Tersedianya 1
Dokumen
Masterplan
drainase
2. Meningkatnya
porsi belanja fisik
sub sektor
drainase dari 1%
hingga
10% pada akhir
tahun 2018
1% Dinas PU 10% 2% 4% 6% 8% 10%
9. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
9
Tujuan : Meningkatkan kualitas lingkungan dan partisipasi masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat.
Sasaran Indikator
Data Dasar
Target
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Sumber &
Tahun
Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi Rencana Realiasi
1. Meningkatnya
cakupan
PROHISAN
pada Tahun
2018.
2. Meningkatnya
peran media
dalam
PROHISAN.
3. Meningkatnya
jumlah
dukungan
sektor swasta
(CSR) dalam
PROHISAN
sampai tahun
2018 .
Meningkatnya
cakupan
prohisan dari
40% hingga 80%
40%
Dinas
Kesehatan
70% 45% 50% 60% 65% 70%
10. STRATEGI SANITASI KOTA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR – PROVINSI JAMBI
10
5.1 MEKANISME MONEV IMPLEMENTASI SSK
Mekanisme Monev terhadap pelaksanaan Kegiatan di tingkat lokal ini dimaksudkan untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya sasaran dan hasil-hasil yang diinginkan dari kegiatan Sanitasi
yang dilaksanakan di tingkat lokal yaitu dengan memonitoring pelaksanaannya berdasarkan
indikator kinerja sebagai bahan input terhadap perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan
Sanitasil di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi
Strategi Sanitasi Kabupaten dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 menjelaskan mekanisme
monitoring dan evaluasi implementasi Strategi Sanitasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur bahwa
setiap obyek pemantauan (indikator yang ingin dicapai) pada empat subsector yaitu : air limbah,
persampahan, drainase, PHBS dan promosi Higiene terdapat penanggungjawab baik itu
penanggungjawab utama, pengumpul data dan dokumentasi, pengolah data/pemantau serta waktu
pelaksanaan kegiatan serta sistem pelaporannya.
Tabel 5.2 : Mekanisme Monev Implementasi SSK
Objek Pantauan
Penanggung Jawab
Waktu
Pelaksanaan
Pelaporan
Penanggung
Jawab Utama
Pengumpul
Data dan
Dokumentasi
Pengolah data
Pemantau
Penerima
Laporan
Format
Semua data dan
informasi yang
masuk sebagai
upaya untuk
mengembangkan
data base terkait
sanitasi
Bupati, tim
pengawas, tim
pengarah/kepala
SKPD, dan ketua
DPRD
Bappeda, Dinas
PU, Dinas
Kesehatan,
Dinas
Takobertam dan
Kantor PDL,
BPMPDK
Bappeda, Dinas
PU, Dinas
Kesehatan, Dinas
Takobertam dan
Kantor PDL,
BPMPDK
setiap tahun
Pokja
Sanitasi/AMPL
Laporan
softcopy/
hardcopy
Laporan realisasi
fisik dan keuangan
(RFK) sector
sanitasi
Bupati, tim
pengawas, tim
pengarah/kepala
SKPD, dan ketua
DPRD
Bappeda, Dinas
PU, Dinas
Kesehatan,
Dinas
Takobertam dan
Kantor PDL,
BPMPDK
Bappeda, Dinas
PU, Dinas
Kesehatan, Dinas
Takobertam dan
Kantor PDL,
BPMPDK
setiap tahun
Pokja
Sanitasi/AMPL
Laporan
softcopy/
hardcopy
Data hasil survey
dan studi sanitasi
Bupati, tim
pengawas, tim
pengarah/kepala
SKPD, dan ketua
DPRD
Bappeda, Dinas
PU, Dinas
Kesehatan,
Dinas
Takobertam dan
Kantor PDL,
BPMPDK
Bappeda, Dinas
PU, Dinas
Kesehatan, Dinas
Takobertam dan
Kantor PDL,
BPMPDK
setiap tahun
Pokja
Sanitasi/AMPL
Laporan
softcopy/
hardcopy