SlideShare a Scribd company logo
LOGIKA
INFORMATIKA
Sukma Puspitorini, ST. M.Kom
Logika dalam ilmu komputer dalam ilmu komputer digunakan
sebagai dasar dalam belajar bahasa pemrograman, struktur
data, kecerdasan buatan, teknik/sistem digital, basis data, teori
komputasi, rekayasa perangkat lunak, sistem pakar, jaringan
syaraf tiruan, dan lain-lainnya yang mempergunakan logika
secara intensif. Salah satu contoh yang populer adlah sistem
digital, yaitu bidang ilmu yang didasari oleh logika untuk
membuat gerbang logika (logic gates) dan arsitektur komputer
sebagai inti mikroprosesor, otak komputer atau central
processing unit.
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
STMIK NURDIN HAMZAH
TA 2019-2020
11
BAB 1 : DASAR-DASAR LOGIKA
1.1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA
Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang
ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti
sekarang ini dan penerapannya menyentuh hampir seluruh bidang ilmu
pengetahuan modern, ilmuwan dan filosof yunani telah mengembangkan
dasar pemikiran ilmu geometri dan logika. Sebut saja THALES (640-546
SM) yaitu seorang ilmuwan geometri yang juga disebut sebagai bapak
filosofi dan penalaran deduktif. Ada juga ahli matematika dan filosof
PHYTAGORAS (572-497 SM) dengan dalil phytagorasnya yang terkenal
yaitu a2
+b2
=c2
.
MATEMATIKA DAN FILSAFAT
Persamaan filsafat dan matematika
 Kerja Filosof adalah berpikir konsep.
 Kerja Matematikawan adalah memperjelas konsep yang
dikembangkan oleh filosof.
Perbedaan filsafat dan matematika
 Filsafat bebas menerapkan berbagai metode rasional.
 Matematikawan hanya menerapkan metode deduksi.
MATEMATIKA DAN LOGIKA
Menurut BETRAND RUSSEL matematika adalah ilmu yang
menyangkut deduksi logis tentang akibat-akibat dari pangkal fikir umum
semua penalaran.
Ini berkaitan dengan konsepsi matematika sebagai ilmu formal,
ilmu tentang bilangan dan ruang, ilmu tentang besaran dan keluasan,
ilmu tentang hubungan, pola bentuk, dan rakitan juga sebagai ilmu yang
bersifat abstrak dan deduktif.
MAKNA LOGIKA
Berasal dari bahasa yunani “LOGOS” yang berarti kata, ucapan,
atau alasan. Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan penalaran. Logika mengkaji prinsip-prinsip penalaran
yang benar dan penalaran kesimpulan yang absah. Ilmu ini pertama kali
dikembangkan sekitar 300 SM oleh ARISTOTELES dan dikenal sebagai
logika tradisioanal atau logika klasik. Dua ribu tahun kemudian
dikembangkan logika modern oleh GEORGE BOOLE dan DE MORGAN yang
disebut dengan Logika Simbolik karena menggunakan simbol-simbol
logika secara intensif.
Dasar pemikiran logika klasik adalah logika benar dan salah yang
disimbolkan dengan 0 (untuk logika salah) dan 1 (untuk logika benar)
yang disebut juga LOGIKA BINER. Tetapi pada kenyataanya dalam
kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita jumpai yang tidak bisa
dinyatakan bahwa sesuatu itu mutlak benar atau mutlak salah. Ada
daerah dimana benar dan salah tersebut nilainya tidak bisa ditentukan
mutlak benar atau mutlak salah alias kabur.
11
Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam logika klasik yang
dikembangkan oleh ARISTOTELES tersebut, seorang ilmuwan dari
Universitas California Berkeley, PROF. LOTFI A.ZADEH pada tahun 1965
mengenalkan suatu konsep berpikir logika yang baru yaitu LOGIKA KABUR
(FUZZY LOGIC).
PADA LOGIKA FUZZY
 Nilai kebenaran bukan bersifat crisp (tegas) 0 dan 1 saja tetapi
berada diantaranya (multivariabel).
 Digunakan untuk merumuskan pengetahuan dan pengalaman
manusia yang mengakomodasi ketidakpastian ke dalam bentuk
matematis tanpa harus mengetahui model matematikanya.
 Pada aplikasinya dalam bidang komputer, logika fuzzy
diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
sistem komputer yang dapat merepresentasikan cara berpikir
manusia.
HUBUNGAN MATEMATIKA DAN LOGIKA
Menurut RUDOLF CARNAP (1931)
 Konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika
dengan melalui batasan-batasan yang jelas.
 Dalil-dalil matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma
logika dengan perantara deduksi logis secara murni.
Menurut BETRAND RUSSEL
 Logika adalah masa muda matematika dan matematika adalah
masa dewasa logika.
LOGIKA DAN KOMPUTER
Arsitektur sistem komputer tersusun atas rangkaian logika 1 (true)
dan 0 (false) yang dikombinasikan dengan sejumlah gerbang logika AND.
OR, NOT, XOR, dan NAND.
Program komputer berjalan di atas struktur penalaran yang baik
dari suatu solusi terhadap suatu permasalahan dengan bantuan
komponen program IF…THEN…ELSE, FOR…TO…DO, WHILE, CASE…OF.
1.2 LOGIKA DAN PERNYATAAN
1.2.1 LOGIKA
PENGERTIAN UMUM LOGIKA
Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti
ketepatan penalaran serta mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar
dan penarikan kesimpulan yang absah.
Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen) dan
hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah
memberikan aturan-aturan sehingga orang dapat menentukan apakah
suatu kalimat bernilai benar.
Kalimat yang dipelajari dalam logika bersifat umum, baik bahasa
sehari-hari maupun bukti matematika yang didasarkan atas hipotesa-
hipotesa. Oleh karena itu aturan-aturan yang berlaku di dalamnya
haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada kalimat atau disiplin
11
ilmu tertentu. Ilmu logika lebih mengarah dalam bentuk sintaks-sintaks
daripada arti dari kalimat itu sendiri.
GAMBARAN UMUM LOGIKA
Secara umum logika dibedakan menjadi dua yaitu Logika Pasti dan
Logika Tidak Pasti. Logika pasti meliputi Logika Pernyataan (Propotitional
Logic), Logika Predikat (Predicate Logic), Logika Hubungan (Relation
Logic) dan Logika Himpunan. Sedangkan logika tidak pasti meliputi Logika
Samar atau kabur (Fuzzy Logic).
Logika Pernyataan membicarakan tentang pernyataan tunggal dan
kata hubungnya sehingga didapat kalimat majemuk yang berupa kalimat
deklaratif.
Logika Predikat menelaah variabel dalam suatu kalimat,
kuantifikasi dan validitas sebuah argumen.
Logika Hubungan mempelajari hubungan antara pernyataan, relasi
simetri, refleksif, antisimtris, dll.
Logika himpunan membicarakan tentang unsur-unsur himpunan
dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.
Logika Samar merupakan pertengahan dari dua nilai biner yaitu ya-
tidak, nol-satu, benar-salah. Kondisi yang ditunjukkan oleh logika samar
ini antara lain : banyak, sedikit, sekitar x, sering, umumnya. Logika
samar banyak diterapkan dalam kecerdasan buatan, mesin pintar atau
sistem cerdas dan alat-alat elektronika. Program komputer dengan
menggunakan logika samar mempunyai kapasitas penyimpanan lebih kecil
dan lebih cepat bila dibanding dengan logika biner.
ALIRAN DALAM LOGIKA
LOGIKA TRADISIONAL
 Pelopornya adalah Aristoteles (384-322 SM)
 Terdiri dari analitika dan dialektika. Ilmu analitika yaitu cara
penalaran yang didasarkan pada pernyataan yang benar sedangkan
dialektika yaitu cara penalaran yang didasarkan pada dugaan.
LOGIKA METAFISIS
 Dipelopori oleh F. Hegel (1770-1831 M)
 Menurut Hegel, logika dianggap sebagai metafisika dimana susunan
pikiran dianggap sebagai kenyataan.
LOGIKA EPISTIMOLOGI
 Diperkenalkan oleh FH. Bradley (1846-1924) dan Bernhard
Bosanquet (1848-1923 M).
 Prisip dari logika epistimologi ini adalah untuk mencapai
pengetahuan yang memadai, pikiran yang logis dan perasaan halus
digabungkan. Selain itu, untuk mencapai kebenaran, logika harus
dihubungkan dengan seluruh pengetahuan yang lainnya.
LOGIKA INSTRUMENTALIS/FRAGMATIS
 Dipelopori oleh Jhon Dewey (1859-1952)
 Prinsipnya adalah logika merupakan alat atau instrumen untuk
menyelesaikan masalah.
11
LOGIKA SIMBOLIS
 Logika simbolis adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah (absah)
yang dikembangkan menggunakan metod ematematika dan
bantuan simbol-simbol khusus sehingga memungkinkan seseorang
menghindari makna ganda dari bahasa sehari-hari.
 Pelopornya adalah Leibniz, De Morgan, dan Boole
 Logika ini menggunakan bahasa simbol untuk mempelajari secara
rinci bagaimana akal harus bekerja dan bercirikan teknis,
matematis, dan ilmiah. Pemakaian simbol matematika ini untuk
mewakili bahsa dalam bentuk pernyataan yang bernilai benar atau
salah.
 Logika simbolis ini kemudian menjadi dasar logika matematika
modern yaitu logika formal yang semata-mata menelaah bentuk da
bukan isi dari apa yang dibicarakan.
1.2.2 PERNYATAAN (PROPOSISI)
Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti,
sedangkan kalimat adalah kumpulan kata yang disusun menurut aturan
tata bahasa dan mengandung arti. Di dalam matematika tidak semua
pernyataan yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam
penalaran. Pernyataan disebut juga kalimat deklaratif yaitu kalimat yang
bersifat menerangkan. Disebut juga proposisi.
Pernyataan/ Kalimat Deklaratif/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai
benar atau salah tetapi tidak keduanya.
Contoh :
1. Yogyakarta adalah kota pelajar (Benar).
2. 2+2=4 (Benar).
3. Semua manusia adalah fana (Benar).
4. 4 adalah bilangan prima (Salah).
5. 5x12=90 (Salah).
Tidak semua kalimat berupa proposisi
Contoh :
1. Dimanakah letak pulau bali?.
2. Pandaikah dia?.
3. Andi lebih tinggi daripada Tina.
4. 3x-2y=5x+4.
5. x+y=2.
1.2.3 PENGHUBUNG KALIMAT DAN TABEL KEBENARAN
Satu atau lebih proposisi dapat dikombinasikan untuk menghasilkan
proposisi baru lewat penggunaan operator logika. Proposisi baru yang
dihasilkan dari kombinasi tersebut disebut dengan proposisi majemuk
(compound composition), sedangkan proposisi yang bukan merupakan
hasil dari kombinasi proposisi lain disebut proposisi atomik. Proposisi
majemuk tersusun dari sejumlah proposisi atomik.
11
Dalam logika dikenal 5 buah penghubung
Simbol Arti Bentuk
¬ Tidak/Not/Negasi Tidak………….
 Dan/And/Konjungsi ……..dan……..
 Atau/Or/Disjungsi ………atau…….
 Implikasi Jika…….maka…….
 Bi-Implikasi ……..bila dan hanya bila……..
Contoh 1.1 :
Misalkan : p menyatakan kalimat “ Mawar adalah nama bunga”
Q menyatakan kalimat “ Apel adalah nama buah”
Maka kalimat “ Mawar adalah nama bunga dan Apel adalah nama
buah “
Dinyatakan dengan simbol p  q
Contoh 1.2 :
Misalkan p: hari ini hari minggu
q: hari ini libur
nyatakan kalimat dibawah ini dengan simbol logika :
a. Hari ini tidak hari minggu tetapi libur
b. Hari ini tidak hari minggu dan tidak libur
c. Tidak benar bahwa hari ini hari minggu dan libur
Penyelesaian
a. Kata “tetapi” mempunyai arti yang sama dengan dan sehingga
kalimat (a) bisa ditulis sebagai : ¬p  q
b. ¬p ¬q
c. ¬(p  q)
NEGASI (INGKARAN)
Jika p adalah “ Semarang ibukota Jawa Tengah”, maka ingkaran atau
negasi dari pernyataan p tersebut adalah p yaitu “ Semarang bukan
ibukota Jawa Tengah” atau “Tidak benar bahwa Semarang ibukota Jawa
Tengah”. Jika p diatas bernilai benar (true), maka ingkaran p (p) adalah
bernilai salah (false) dan begitu juga sebaliknya.
KONJUNGSI
Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan
penghubung “DAN/AND” dengan notasi “”
Contoh 1.3:
p: Fahmi makan nasi
Q:Fahmi minum kopi
11
Maka pq : Fahmi makan nasi dan minum kopi
Pada konjungsi pq akan bernilai benar jika baik p maupun q bernilai
benar. Jika salah satunya (atau keduanya) bernilai salah maka pq
bernilai salah.
DISJUNGSI
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung
“ATAU/OR” dengan notasi “”.
Kalimat disjungsi dapat mempunyai 2 arti yaitu :
a. INKLUSIF OR
Yaitu jika “p benar atau q benar atau keduanya true”
Contoh :
p : 7 adalah bilangan prima
q : 7 adalah bilangan ganjil
p  q : 7 adalah bilangan prima atau ganjil
Benar bahwa 7 bisa dikatakan bilangan prima sekaligus bilangan
ganjil.
b. EKSLUSIF OR
Yaitu jika “p benar atau q benar tetapi tidak keduanya”.
Contoh :
p : Saya akan melihat pertandingan bola di TV.
q : Saya akan melihat pertandingan bola di lapangan.
p  q : Saya akan melihat pertandingan bola di TV atau lapangan.
Hanya salah satu dari 2 kalimat penyusunnya yang boleh bernilai
benar yaitu jika “Saya akan melihat pertandingan sepak bola di TV saja
atau di lapangan saja tetapi tidak keduanya.
IMPLIKASI
Misalkan ada 2 pernyataan p dan q, untuk menunjukkan atau
membuktikan bahwa jika p bernilai benar akan menjadikan q bernilai
benar juga, diletakkan kata “JIKA” sebelum pernyataan pertama lalu
diletakkan kata “MAKA” sebelum pernyataan kedua sehingga didapatkan
suatu pernyataan majemuk yang disebut dengan
“IMPLIKASI/PERNYATAAN BERSYARAT/KONDISIONAL/ HYPOTHETICAL
dengan notasi “”.
Notasi pq dapat dibaca :
1. Jika p maka q
2. q jika p
3. p adalah syarat cukup untuk q
4. q adalah syarat perlu untuk p
Contoh 1.4:
1. p : Pak Ali adalah seorang haji.
q : Pak Ali adalah seorang muslim.
p  q : Jika Pak Ali adalah seorang haji maka pastilah dia seorang
muslim.
2. p : Hari hujan.
11
q : Adi membawa payung.
Benar atau salahkah pernyataan berikut?
a. Hari benar-benar hujan dan Adi benar-benar membawa
payung.
b. Hari benar-benar hujan tetapi Adi tidak membawa payung.
c. Hari tidak hujan tetapi Adi membawa payung.
d. Hari tidak hujan dan Adi tidak membawa payung.
BIIMPLIKASI
Biimplikasi atau bikondosional adalah pernyataan majemuk dari dua
pernyataan p dan q yang dinyatakan dengan notasi “p  q” yang bernilai
sama dengan (p q)  (q  p) sehingga dapat dibaca “ p jika dan hanya
jika q” atau “p bila dan hanya bila q”. Biimplikasi 2 pernytaan hanya akan
bernilai benar jika implikasi kedua kalimat penyusunnya sama-sama
bernilaii benar.
Contoh 1.5 :
p : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus.
q : Dua garis saling membentuk sudut 90 derajat.
p  q : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus jika dan
hanya jika dan hanya jika dua garis saling membentuk sudut 90 derajat.
TABEL KEBENARAN
p q p q pq pq pq pq
T T F F T T T T
T F F T T F F F
F T T F T F T F
F F T T F F T T
Untuk menghindari perbedaan konotasi dan keganjilan arti dalam
menerjemahkan simbol-simbol logika maka dalam matematika tidak
disyaratkan adanya hubungan antara kedua kalimat penyusunnya.
Kebenaran suatu kalimat berimplikasi semata-mata hanya tegantung pada
nilai kebenaran kaliamat penyusunnya. Karena itu digunakan tabel
kebenaran penghubung. Jika p dan q adalah kalimat-kalimat dimana
T=true/benar dan F=false/salah, maka untuk n variable (p,q,…) maka
tabel kebenaran memuat 2n baris.
SOAL LATIHAN 1
1. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut!
a. 3+2=6  4+2=5
b. 3+2=5  4+2=5
c. 3+2=5 atau Jakarta ibukota Jawa Tengah.
d. Jika x2
=4 maka x=2
e. Jika x=-2 maka x2
=4
f. Jika 3x+4=2 dan xbilangan bulat, maka x=-1
g. 4+2=5 dan 6+3=9
h. Salah jika 3+3=7
11
i. Salah bahwa 2+2=4 atau London ada di Perancis.
j. Paris ada di Perancis dan 2+4=6
k. Kopenhagen ada di Denmark atau 1+5=8
l. Kopenhagen ada di Denmark, dan 1+1=5 atau 2+2=4
m. Paris ada di Inggris, atau 1+1=2 dan 3+3=7
2. Misal p : Hari ini udara dingin.
q : Hari ini hujan turun.
Nyatakanlah setiap pernyataan berikut ke dalam kalimat sehari-hari.
a. p f. (q  p) k. pq
b. q g. pq j. (q)
c. pq h. qp l. q  p
d. pq i. pq m. (pq)  p
e. p  q j. pq
3. Jika p : 10 habis dibagi 5
q : 8 adalah bilangan prima
Nyatakan kalimat beriku dalam kalimat sehari-hari!
a. p e. pq i. p  q
b. pq f. pq j. (pq)  (pq)
c. pq g. pq k. (pq)  (q ( p)
d. q h. pq l. (pq) q
4. Misalkan p : Dia tinggi
q : Dia tampan
Tuliskan setiap pernyataan berikut ke dalam bentuk simbol logika
dengan menggunakan p dan q.
a. Dia tinggi dan tampan.
b. Dia tinggi tetapi tidak tampan.
c. Tidak benar bahwa dia pendek atau tampan.
d. Dia tidak tinggi maupun tampan.
e. Dia tinggi, atau dia pendek dan tampan.
f. Tidak benar bahwa dia pendek atau tidak tampan.
5. Buatlah tabel kebenaran dari pernyataan berikut
a. (p  q)
b. p  (pq)
c. [(p(qr))  (qr)]  (pr)
d. (pq)  [((pq)p)  q]
e. ( pq)  (q p)
f. p [((rq)  r)
g. [(pq)  r)  p
11
1.2.4 INGKARAN (NEGASI) SUATU PENYATAAN
NEGASI SUATU KONJUNGSI
Contoh : Fahmi makan nasi dan minum kopi
Suatu konjuggsi akan bernilai benar jika kedua kalimat
penyusunnya yaitu p dan q bernilai benar, sedangkan negasi adalah
pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan awalnya bernilai benar
dan bernilai benar jika pernyataan awalnya bernilai salah.
Oleh karena itu negasi dari : “Fahmi makan nasi dan minum kopi”
adalah suatu pernyataan majemuk lain yang salah satu komponennya
merupakan negasi dari komponen pernyataan awalnya. Jadi negasinya
adalah: “Fahmi tidak makan nasi atau tidak minum kopi”.
Disini berlaku hukum De Morgan yaitu : (pq) ekuivalen dengan pq
NEGASI SUATU DISJUNGSI
Contoh : “Fahmi makan nasi atau minum kopi”
Suatu disjungsi akan bernilai salah hanya jika kedua komponen
penyusunnya bernilai salah., selain itu benar. Oleh karena itu negasi dari
kalimat diatas adalah : “ Tidak benar bahwa Fahmi makan nasi atau
minum kopi” atau dapat juga dikatakan “Fahmi tidak makan nasi dan
tidak minum kopi. Disini berlaku hukum De Morgan yaitu : (pq) 
pq
NEGASI SUATU IMPLIKASI
Contoh 1.6 : “Jika hari hujan maka Adi membawa payung”.
Untuk memperoleh negasi dari pernyataan diatas, kita dapat
mengubah bentuknya ke dalam bentuk disjungsi kemudian dinegasikan,
yaitu :
p q  pq
Maka negasinya
( p q)  (pq)  pq
NEGASI SUATU BIIMPLIKASI
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk
dari dua pernyataaan p dan q yang dinotasikan dengan p  q  (p  q) 
(q  p) sehingga : (p  q)   [(p  q)  (q  p)]
  [(pq )  (qp)]
  (pq )  (qp)
(p  q)  (pq )  (qp)
11
SOAL LATIHAN 2
1. Apakah ingkaran dari kalimat berikut?
a. Jika dia belajar maka dia akan lulus ujian.
b. Dia akan berenang jika dan hanya jika airnya hangat.
c. Jika hari hujan maka dia tidk akan mengendarai mobil.
d. Jika hari dingin maka dia akan memakai baju dingin tetapi bukan
sweater.
e. Jika dia belajar maka dia akan pergi ke kampus atau sekolah seni.
2. Buatlah negasi dari pernyataan berikut!
a. (pq)  (pq)
b. (pq)  ((qq)  (rq))
c. [(pr)  (pq)]  r
3. Sederhanakan pernyataan berikut!
a. Tidak benar bahwa jika bunga mawar berwarna merah maka bunga
violet berwarna ungu.
b. Tidak benar bahwa udara dingin dan hujan turun.
c. Tidak benar bahwa dia pendek atau tampan.
d. Tidak benar bahwa udara tidak dingin atau hujan sedang turun.
e. Tidak benar bahwa jika hujan sedang turun maka udara dingin.
f. Tidak benar bahwa, bunga mawar berwarna merah jika dan hanya
jika bunga violet berwarna ungu.
1.3 TAUTOLOGI, KONTRADIKSI, DAN CONTINGENT
Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar
(True) tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat
penyusunnya, sebaliknya kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang
selalu bernilai salah (False), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran
masing-masing kalimat penyusunnya.
Dalam tabel kebenaran, suatu tautologi selalu bernilai True pada
semua barisnya dan kontradiksi selalu bernilai False pada semua baris.
Kalau suatu kalimat tautologi diturunkan lewat hukum-hukum yang ada
maka pada akhirnya akan menghasilkan True, sebaliknya kontradiksi akan
selalu bernilai False.
Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan nilai F dan T, maka
disebut formula campuran (contingent).
Contoh 1.7 :
1. Tunjukkan bahwa p(p) adalah tautologi!
p p p(p)
T T T
T F T
F T T
F F T
2. Tunjukkan bahwa (pq)  [(p)  (q)] adalah tautologi!
11
p q p q pq p  q (pq)  [(p)  (q)]
T T F F T F T
T F F T T F T
F T T F T F T
F F T T F T T
3. Tunjukkan bahwa (pq)  [(p)  (q)] adalah kontradiksi!
p q p q pq p  q (pq)  [(p)  (q)]
T T F F T F F
T F F T T F F
F T T F T F F
F F T T F T F
4. Tunjukkan bahwa [(pq)  r]  p adalah contingent!
p q r pq (pq)  r [(pq)  r]  p
T T T T T T
T T F T T T
T F T F F T
T F F F F T
F T T F T F
F T F F T F
F F T F T F
F F F F T F
SOAL LATIHAN 3
1. Tuliskan kalimat berikut ini dalam bentuk notasi logika kemudian
tentukan apakh kalimat tersebut tautologi atau bukan
a) Jika Tono pergi kuliah, maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur,
Maka Tini pergi kuliah. Dengan demikian, jika Tono pergi kuliah
atau Siska tidur, maka Tini pergi kuliah.
b) Jika saya lapar dan haus, maka saya lapar.
c) Jika saya lapar dan haus, maka saya haus.
d) Jika tidak benar bahwa mawar itu berwarna merah dan violet
berwarna biru, maka mawar tidak berwarna merah dan violet tidak
berwarna biru.
e) Jika tidak benar bahwa mawar itu berwarna merah dan violet tidak
berwarna biru, maka tidak benar bahwa mawar berwarna merah
dan violet berwarna biru.
2. Buktikan bahwa kalimat berikut bukan tautologi
a) (pq) p
b) (pq)  (qp)
c) (pq)  (pq)
d) p  (pq)
11
e) (pq)  [(pq)]
f) [(pq)  (pr)] (qr)
3. Tentukan apakah ekspresi-ekspresi logika berikut ini termasuk
tautologi, kontradiksi, atau contingent.
a) a  (ba)
b) (ba)  a
c) (a)  a
d) (ab)  (ba)
e) [a(bc)][(ab)(ac)]
f) [a(ab)]  b
g) (ab)  (ab)
h) [(ab)  (bc)]  (ac)
4. Jika (aa) adalah tautologi. Buktikan bahwa ekspresi-ekspresi logika
berikut adalah tautologi.
a) (ab)  (ab)
b) a  (a)
c) [(ac)  b]  [(ac)b]
1.4 KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Perhatikan pernyataan di bawah ini!     
“Jika suatu bendera adalah bendera RI maka ada warna merah pada
bendera tersebut”
Bentuk umum implikasi di atas adalah “p  q” dengan
p : Bendera RI
q : Bendera yang ada warna merahnya.
Dari implikasi diatas dapat dibentuk tiga implikasi lainnya yaitu :
1. KONVERS, yaitu q  p
Sehingga implikasi diatas menjadi :
“ Jika suatu bendera ada warna merahnya, maka bendera tersebut
adalah bendera RI”.
2. INVERS, yaitu p  q
Sehingga implikasi diatas menjadi :
“ Jika suatu bendera bukan bendera RI, maka pada bendera tersebut
tidak ada warna merahnya”.
3. KONTRAPOSISI, yaitu q  p
Sehingga implikasi di atas menjadi :
“ Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya, maka bendera
tersebut bukan bendera RI”.
Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu
implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya, akan tetapi tidak
demikian halnya dengan invers dan konversnya.
11
Hal ini dapat dilihat dari tabel kebenaran berikut
p q p q pq q  p p  q q  p
T T F F T T T T
T F F T F T T F
F T T F T F F T
F F T T T T T T
INGKARAN KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Contoh 1.8:
Tentukan ingkaran atau negasi konvers, invers, dan kontraposisi dari
implikasi berikut.
“Jika suatu bendera adalah bendera RI maka bendera tersebut berwarna
merah dan putih”
Penyelesaian
Misal p : Suatu bendera adalah bendera RI
q : Bendera tersebut berwarna merah dan putih
maka kalimatnya menjadi p  q atau jika menggunakan operator dan
maka p  q ekuivalen(sebanding/) dengan p  q. Sehingga
1. Negasi dari implikasi
Implikasi : (pq)  p  q
Negasinya : (pq)  pq
Kalimatnya :“Suatu bendera adalah bendera RI dan bendera
tersebut tidak berwarna merah dan putih”.
2. Negasi dari konvers
Konvers : qp  qp
Negasinya : (qp)  qp
Kalimatnya : “Ada/Terdapat bendera berwarna merah dan putih
tetapi bendera tersebut bukan bendera RI”.
3. Negasi dari invers
Invers : p  q  (p)q)  pq
Negasinya : (pq)  pq
Kalimatnya : “Suatu bendera bukan bendera RI atau bendera
tersebut berwarna merah dan putih”.
4. Negasi dari kontraposisi
Kontraposisi : q  p  (q)p  qp
Negasinya : (qp)  qp
Kalimatnya : “ Suatu bendera tidak berwarna merah dan putih dan
bendera tersebut adalah bendera RI”.
1.5 EKUIVALENSI LOGIKA
Pada tautologi, dan juga kontradiksi, dapat dipastikan bahwa jika
dua buah ekspresi logika adalah tautologi, maka kedua buah ekspresi
logika tersebut ekuivalen secara logis, demikian pula jika keduanya
kontradiksi. Persoalannya ada pada contingent, karena memiliki semua
11
nilai T dan F. Tetapi jika urutan T dan F atau sebaliknya pada tabel
kebenaran tetap pada urutan yang sama maka tetap disebut ekuivalen
secara logis. Perhatikan pernyataan berikut :
Contoh 1.9 :
1. Dewi sangat cantik dan peramah.
2. Dewi peramah dan sanagt cantik.
Kedua pernyataan di atas, tanpa dipikir panjang, akan dikatakan
ekuivalen atau sama saja. Dalam bentuk ekspresi logika dapat ditulis
sebagai berikut :
A = Dewi sangat cantik.
B = Dewi peramah.
Maka ekspresi logikanya :
1. A  B
2. B  A
Jika dikatakan kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis
maka dapat ditulis A  B  B  A. Ekuivalensi logis dari kedua ekspresi
logika tersebut dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran sebagai berikut
ini :
A B AB BA
T T T T
T F F F
F T F F
F F F F
Pembuktian dengan tabel kebenaran diatas, walaupun setiap ekspresi
logika memiliki nilai T dan F, tetapi karena memiliki urutan yang sama,
maka secara logis tetap dikatakan ekuivalen. Tetapi jika urutan T dan F
tidak sama, maka tidak biasa dikatakan ekuivalen secara logis. Tabel
kebenaran merupakan alat untuk membuktikan kebenaran ekuivalensi
secara logis. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari tabel kebenaran
tersebut. Lihat pernyataan berikut ini :
Contoh 1.10 :
1. Badu tidak pandai, atau dia tidak jujur.
2. Adalah tidak benar jika Badu pandai dan jujur.
Secara intuitif dapat ditebak bahwa kedua pernyataan di atas sebenarnya
sama, tetapi bagaimana jika idbuktikan dengan menggunkan tabel
kebenaran berdasarkan ekspresi logika. Adapaun langkah-langkahnya :
1. Ubah dahulu argumen di atas ke dalam bentuk ekspresi/notasi logika.
Misal : A=Badu pandai
B=Badu jujur
Maka kalimatnya menjadi
1. AB
2. (AB)
2. Buat tabel kebenarannya
11
A B A B AB AB (AB)
T T F F T F F
T F F T F T T
F T T F F T T
F F T T F T T
Perhatikan ekspresi di atas! Meskipun kedua ekspresi logika di atas
memiliki nilai kebenaran yang sama, ada nilai T dan F, keduanya baru
dikatakan ekuivalen secara logis jika dihubungkan dengan perangkai
ekuivalensi dan akhirnya menghasilkan tautologi.
3. Tambahkan perangkai biimplikasi untuk menghasilkan tautologi
AB (AB) AB  (AB)
F F T
T T T
T T T
T T T
Jika hasilnya adalah tautologi (bernilai T semua), maka dikatakan bahwa
kedua argumen tersebut ekuivalen secara logis.
1.5.1 HUKUM-HUKUM EKUIVALENSI LOGIKA
Identitas p1  p p0  p
Ikatan p1  T p0  0
Idempoten pp  p pp  p
Negasi pp  1 pp  0
Negasi Ganda p  p
Komutatif pq  qp pq  qp
Asosiatif (pq)r  p(qr) (pq)r  p(qr)
Distributif p(qr)  (pq)(pr) p(qr)  (pq)(pr)
De Morgan’s (pq)  p  q (pq)  p  q
Aborbsi p(pq)  p p(pq)  p
Selain dengan menggunkan tabel kebenaran, menentukan dua buah
argumen adalah ekuivalen secara logis dapat juga menggunakan hukum-
hukum ekuivalensi logika. Cara ini lebih singkat
Contoh 1.11 :
1. Buktikan ekuivalensi kalimat di bawah ini dengan hukum-hukum
ekuivalensi.
(pq)  (pq)  p
Penyelesaian
(pq)  (pq)  (p(q))  (pq)
 (pq)  (pq)
 p  (qq)
 p  T
11
 p Terbukti
Dalam membuktikan ekuivalensi pq ada 3 macam cara yang bisa
dilakukan :
1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum
ekuivalensi logika yang ada).
2. Q diturunkan terus-menerus (dengan menggunakan hukum-hukum
ekuivalensi logika yang ada), sehingga didapat P.
3. P dan Q diturunkan secara terpisah sehingga akhirnya didapat R
Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks yang
diturunkan ke dalam bentuk yang sederhana. Jadi jika p kompleks amaka
aturan (1) yang dilakukan. Sebaliknya jika q yang lebih kompleks maka
aturan (2) yang dilakukan. Aturan (3) digunakan jika p dan q sama-sama
kompleks.
SOAL LATIHAN 4
1. Buktikan bahwa pasangan-pasangan pernyataan berikut ekuivalen!
a. ((pq)  (pr))  (pq)  (pr)
b. (rp)  ((r(pq))  (rq))  pq
2. Buktikan bahwa ekspresi-ekspresi logika berikut ini ekuivalen dengan
menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika.
a. p  q  (pq)(qp)
b. p  (pq)  1
c. (pq) r  (pq)r
d. p(qr)  (pq)r
e. pq  (pq)
f. [(pq)q]  0
g. [(p(qr))  (p(q r))]  p  1
h. (p  q)  (qp)
i. [p(qr)]  [(pq)(pr)]
PENYEDERHANAAN LOGIKA
Operasi penyederhanaan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logis.
Selanjutnya perhatikan operasi penyederhanaan berikut dengan hukum
yang digunakan tertulis di sisi kanannya. Penyederhanaan ekspresi logika
atau bentuk-bentuk logika ini dibuat sesederhana mungkin dan sudah
tidak dimungkinkan dimanipulasi lagi.
Contoh 1.12 :
1. p  (p  q)
 p  (p  q) ingat pq  pq
 (p)  (p  q) ingat pq  pq
 p  (p  q) Hk. Negasi ganda dan De Morgan
 (pp)  (pq) Hk. Distributif
 p(pq) Hk. Idempoten pp  p
 p Hk. Absorbsi
2. p(pq)
11
 (p1) (pq) Hk.Identitas
 p(1q) Hk.Distributif
 p1 Hk.Identitas 
 p Hk.Identitas 
3. (pq)  (qp)
 (pq)  (qp) ingat pq  pq
 (pq)  (pq) Hk. Komutatif
 [(pq)p]  [(pq)q] Hk. Distributif
 [(pp)(pq)]  [(pq)(qq)] Hk. Distributif
 [0(pq)]  [(pq)0] Hk. Kontradiksi
 (pq)(pq) Hk. Identitas
Operasi penyederhanaan dengan menggunakan hukum-hukum logika
dapat digunakan untuk membuktikan suatu ekspresi logika Tautologi,
Kontradiksi, maupun Contingent. Jika hasil akhir penyederhanaan ekspresi
logika adalah 1, maka ekspresi logika tersebut adalah tautologi. Jika
hasil yang diperoleh adalah 0, berarti ekspresi logika tersebut
kontradiksi. Jika hasilnya tidak 0 ataupun 1, maka ekspresi logikanya
adalah contingent.
Contoh 1.13 :
1. [(pq)p]q
 [(pq)p]  q ingat pq  pq
 [(pq)p]  q ingat pq  pq
 [(pq)p]  q Hk. Negasi ganda dan De Morgan
 [(pp)(qp)]  q Hk. Distributif
 [1(pq)]  q Hk. Idempoten dan komutatif
 (pq)q Hk. Identitas
 p(qq) Hk. Assosiatif
 p1 Hk. Idempoten
 1 Hk. Identitas
Karena hasil akhirnya 1, maka ekspresi logika diatas adalah tautologi.
2. (pq)  [(p)  (q)]
 (pq)(pq)
 [(pq)p][(pq)q] Hk. Distributif
 [(pp)(qp)][(pq)(qq)] Hk. Distributif
 [0(qp)][(pq)0] Hk. Negasi
 (pq)(pq) Hk. Idempoten
 (pp)(qq) Hk. Assosiatif
 00 Hk. Negasi
 0 Hk. Idempoten
Hasil akhir 0, maka ekspresi logika diatas adalah kontradiksi.
3. [(pq)p]  q
 [(pp)(qp)]  q Hk. Distributif
 [0  (qp)]  q Hk. Negasi
 (qp)  q Hk. Identitas
 (qp)  q ingat pq  pq
 (qp)  q Hk. De Morgan
 (qq)p Hk. Assosiatif
 qp Hk. Idempoten
Hasilnya bukan 0 atau 1, ekspresi logika di atas adalah contingent.
11
SOAL LATIHAN 5
1. Gunakan hukum-hukum ekuivalensi logika untuk menyederhanakan
bentuk berikut.
a. (pq)  p
b. p  (pq)
c. (pq)  (pq)
d. (p q)
e. (p q)
f. (p q)
g. ([p (q)]  r
h. p  [(pq)]
i. ((p(qr))  (qr)  (pr)
2. Buktikan hukum-hukum logika berikut ini adalah tautologi atau  1,
dengan memakai penyederhanaan.
a. Silogisme hipotesis.
b. Silogisme disjungtif.
c. Modus ponen.
d. Modus tollen.
3. Buktikan Hukum absorbsi berikut ini dengan penyederhanaan.
a. (pq)(pq)  q
b. (pq)(pq)  q
4. Buktikan ekspresi-ekspresi logika berikut ini tautologi, kontradiksi atau
contingent dengan menggunakan penyederhanaan.
a. p  (qp)
b. (qp)p
c. (p)p
1.5 INFERENSI LOGIKA
ARGUMEN VALID DAN INVALID
Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan
proposisi P1, P2, .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan
menghasilkan proposisi Q yang lain yang disebut konklusi (kesimpulan).
Secara umum di notasikan dengan
P1,P2, ..........,Pn ├Q atau dapat juga ditulis
Nilai kebenaran suatu argumen ditentukan sebagai berikut :
Premis Konklusi
11
“ Suatu argumen P1,P2,…………,,Pn ├ Q dikatakan benar (valid) jika Q bernilai
benar untuk semua premis yang benar dan argumen dalam keadaan
selain itu dikatakan salah (invalid/fallacy)”.
Dengan kata lain, suatu argumen dikatakan valid apabila untuk
sembarang pernyataan yang disubtitusikan ke dalam premis, jika semua
premis benar maka konklusinya juga benar. Sebaliknya jika semua premis
benar tetapi konklusinya ada yang salah maka argumen tersebut
dikatakan invalid (fallacy).
Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi
P1P2........Pn)  Q adalah sebuah Tautologi.
Contoh 1.14 :
1. Premis
P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan
belajar komputer
P2 : Office dan Delphi diperlukan
Konklusi
Q : Semua orang akan belajar komputer
Jika ditulis dalam bentuk notasi logika
Misal p : Office dan Delphi diperlukan
q : Semua orang belajar komputer
Maka argumen diatas dapat ditulis :
pq, p ├ q (valid)
2. Misal p : Saya suka kalkulus
q : Saya lulus ujian kalkulus
Maka argumen p  q, p ├ q dapat ditulis
P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus
P2 : Saya lulus ujian kalkulus
 Saya lulus ujian kalkulus (valid)
Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan premis dan konklusi argumen
2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan
konklusi.
3. Carilah baris kritis yatitu baris diman semua premis bernilai benar.
4. Dalam baris kritis tersebut, jika nilai kesimpulan semuanya benar
maka argumen tersebut valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada
baris dengan nilai konklusi salah maka argumen tersebut tidak valid.
Contoh 1.15:
Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid
a) p(qr), r ├ pq
b) p(qr), q(pr) ├pr
Penyelesaian
a)
Baris
ke
p q r qr p(qr)
(Premis)
r
(Premis)
pq
(konklusi)
1 T T T T T F T
2 T T F T T T T
11
3 T F T T T F T
4 T F F F T T T
5 F T T T T F T
6 F T F T T T T
7 F F T T T F F
8 F F F F F T F
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa baris 2, 4, dan 6 premisnya bernilai
benar semua. Kemudian lihat pada baris konklusi. Ternyata pada baris
konklusi semuanya bernilai benar. Maka argumen diatas adalah valid.
b) Silahkan Anda kerjakan!.
ATURAN PENARIKAN KESIMPULAN
A. MODUS PONEN
Modus ponen atau penalaran langsung adalh salah satu metode
inferensi dimana jika diketahui implikasi ” Bila p maka q ” yang
diasumsikan bernilai benar dan antasenden (p) benar. Supaya
implikasi pq bernilai benar, maka q juga harus bernilai benar.
Modus Ponen : pq , p ├ q
atau dapat juga ditulis
pq
p
――――
 q
Contoh 1.16 :
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut
habis dibagi 10
Digit terakhir suatu bilangan adalah 0
――――――――――――――――――――――――――――――――――――
 Bilangan tersebut habis dibagi 10
B. MODUS TOLLENS
Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis
kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus
ponen. Hal ini mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen
dengan kontraposisinya.
Modus Tollens : pq, q ├ p
Atau dapat juga ditulis
pq
q
――――
 p
Contoh 1.17:
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut
habis dibagi 10
Suatu bilangan tidak habis dibagi 10
――――――――――――――――――――――――――――――――――――
 Digit terakhir bilangan tersebut bukan 0
11
C. PENAMBAHAN DISJUNGTIF (ADDITION)
Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu
kalimat dapat digeneralisasikan dengan penghubung ””. Alasannya
adalah karena penghubung ”” bernilai benar jika salah satu
komponennya bernilai benar.
Misalnya saya mengatakan ”Langit berwarna biru” (bernilai benar).
Kalimat tersebut tetap akan bernilai benar jika ditambahkan kalimat
lain dengan penghubung ””. Misalnya ”Langit berwarna biru atau
bebek adalah binatang menyusui”. Kalimat tersebut tetap bernilai
benar meskipun kalimat ”Bebek adalah binatang menyusui”,
merupakan kalimat yang bernilai salah.
Addition : p ├(pq) atau q ├ (pq)
Atau dapat ditulis
p atau q
―――― ――――
 pq  pq
Contoh 1.18 :
Simon adalah siswa SMU
――――――――――――――――――――
 Simon adalah siswa SMU atau SMP
D. PENYEDERHAAN KONJUNGTIF (SIMPLIFICATION)
Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan
disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan operator ””,
maka kalimat tersebut dapat diambil salah satunya secara khusus
(penyempitan kalimat).
Simplification : (pq) ├p atau (pq) ├ q
Atau dapat ditulis
pq atau pq
――― ―――
 p  q
Contoh 1.19 :
Langit berwarna biru dan bulan berbentuk bulat
―――――――――――――――――――――――――
 Langit berwarna biru atau  Bulan berbentuk bulat
E. SILOGISME DISJUNGTIF
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif (Disjunctive syllogism) adalah
kenyataan bahwa apabila kita dihadapkan pada satu diantara dua
pilihan yang ditawarkan (A atau B). Sedangkan kita tidak
memilih/tidak menyukai A, maka satu-satunua pilihan adalah memilih
B. Begitu juga sebaliknya.
Silogisme Disjungtif : pq, p ├q dan pq, q ├ p
Atau dapat ditulis
pq atau pq
p q
―――― ――――
 q  p
11
Contoh 1.20:
Saya pergi ke mars atau ke bulan
Saya tidak pergi ke mars
――――――――――――――――――
 Saya pergi ke bulan
F. SILOGISME HIPOTESIS (TRANSITIVITY)
Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika
implikasi pq dan qr keduanya bernilai benar, maka implikasi pr
bernilai benar pula.
Transitivity : pq , qr ├ pr
Atau dapat ditulis
pq
qr
―――――
 pr
Contoh 1.21:
Jika hari hujan maka tanahnya menjadi berlumpur
Jika tanahnya berlumpur maka sepatu saya akan kotor
―――――――――――――――――――――――――――――
 Jika hari hujan maka sepatu saya akan kotor.
G. KONJUNGSI
Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan
kedua kalimat tersebut dengan menggunakan penghubung ”” juga
bernilai benar.
Konjungsi
p
q
――
 pq
H. DILEMA
Kadang-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung
””, masing-masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang
sama. Berdasarkan hal itu maka suatu kesimpulan dapat diambil.
Dilema :
pq
pr
qr
―――
r
11
SOAL LATIHAN 5
1. Tentukan konklusi dari premis-premis berikut dan sebutkan aturan
inferensi yang melandasinya.
Jika diketahui
p : Dita sedang online
q : Dita membuka facebook
r : Dita menonton youtube
s : Dita download mp3
t : Dita sedang chating.
a) Jika dita sedang online maka dita tidak membuka facebook.
Dita sedang online.
―――――――――――――――――――――――――――――――

b) Jika Dita tidak sedang online atau membuka facebook maka Dita
tidak sedang online dan tidak membuka facebook.
Dita tidak sedang online atau membuka facebook.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

c) Jika Dita tidak sedang online maka Dita membuka facebook.
Dita tidak sedang online.
―――――――――――――――――――――――――――――――

d) Jika Dita tidak sedang online atau membuka facebook maka dita
membuka facebook atau tidak menonton youtube.
Dita tidak sedang online atau membuka facebook.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

e) Jika Dita tidak sedang online dan membuka facebook maka Dita
membuka facebook dan menonton youtube.
Dita tidak membuka facebook atau Dita tidak menonton youtube.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

f) Jika Dita sedang online dan menonton youtube maka Dita tidak
menonton youtube.
Jika Dita tidak membuka facebook maka Dita menonton youtube.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

g) Jika Dita tidak sedang online dan membuka facebook maka Dita
membuka facebook dan tidak menonton youtube.
Jika Dita membuka facebook dan tidak menonton youtube maka
Dita download mp3.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

11
h) Jika Dita sedang online dan menonton youtube maka Dita tidak
membuka fecebook.
Jika Dita tidak membuka facebook maka Dita mendownload mp3.
Dita tidak mendownload mp3.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

i) Jika Dita tidak sedang online atau tidak membuka facebook maka
Dita sedang mononton youtube dan tidak mendownload mp3.
Jika Dita membuka facebook dan tidak memnonton youtube maka
Dita download mp3.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

j) Jika Dita sedang online maka Dita tidak membuka facebook atau
Dita mendownload mp3.
Dita tidak mendownload mp3.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

k) Jika Dita tidak sedang online atau tidak membuka facebook maka
Dita menonton youtube.
Dita tidak mendownload mp3.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

l) Jika Dita sedang online dan membuka facebook maka Dita
menonton youtube
Dita membuka facebook.
Dita sedang online.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

m) Jika Dita sedang online maka Dita membuka facebook dan
menonton youtube.
Jika Dita menonton youtube maka Dita download mp3.
Dita sedang online.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

n) Jika Dita sedang online atau menonton youtube maka Dita
membuka facebook.
Jika Dita download mp3 maka Dita sedang online.
Dita download mp3.
――――――――――――――――――――――――――――――――――

o) Jika Dita sedang online dan tida membuka facebook maka Dita
menonton youtube.
Dita tidak memnonton youtube.
Jika Dita sedang chatting maka Dita membuka facebook.
――――――――――――――――――――――――――――――――――
11

2. Lengkapilah premis-premis yang hilang berikut dan tentukan
konklusinya.
a) 1. (pq)  (r s) (premis) f) 1. (pq) r (premis)
2. (r s) (premis) 2. pq (premis)
3. (pq)  p (premis) 3. (2, de morgan)
4. (1.2, m tollen) 4. (1,3 silog. disj)
5. (3, de morgan) -----------------
---------------------  (4, addition s)
 (5, simplifikasi) g) 1. (pq)(r s) (premis)
b) 1. (pq)(q r) (premis) 2. rs (premis)
2. (q r)s (premis) 3. (2,de morgan)
3. s (premis) 4. (1,3 m ponen)
4. (1,2 transitivity) 5. (4,de morgan)
5. (4,3 m tollen) -----------------
----------------------  (5,simplification)
 (5, de morgan) h) 1. (pq)r (premis)
c) 1. (pr)  q (premis) 2. r (premis)
2. q  r (premis) 3. (1,2 m tollen)
3. r (premis) 4. (3,de morgan)
4. (1,2 transitivity) -------------------
5. (4,3 m tollen)  (4,simplification)
 (5, de morgan)
d) 1. p  (rq) (premis) i) 1. (pq)  (rs) (premis)
2. r (premis) 2. p (premis)
3. (2, addition ) 3. (1, addition)
4. (3, de morgan) 4. (1,3 m ponen)
--------------------- -------------------
 (m tollen)  (4, simplification)
e) 1. p  q (premis) j) 1. p(qr) (premis)
2. q  r (premis) 2. q (premis)
3. (r  p)  t (premis) 3. (2, addition)
4. (1,2 transitivity) 4. (3,de morgan)
5. (4, ekuivalen r p) ------------------
-------------------  (1,4 m tollen)
 (3,5 m ponen)
3. Buktikan bahwa konklusi dari pernyataan-pernyataan berikut valid
dengan melengkapi aturan inferensinya.
a) 1. sr
2. (pq) r
3. s  (q  r)
4. P
-----------------
 q
b) 1. p(qr)
2. rs
3. p
-----------------
 s
11
c) 1. (p r)q
2. sp
3. s
-----------------
 q
d) 1. (p q) r
2. r
3. tq
-----------------
 t
e) 1. (p q)r
2. sp
3. q u
4. us
----------------
 r
f) 1. (pq)r
2. (qr)
----------------
 p
4. Pada suatu hari Anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa
Anda tidak memakai kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada
beberapa fakta yang Anda pastikan kebenarannya:
a. Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti sudah
melihatnya ketika sarapan pagi.
b. Aku membaca koran di ruang tamu atau aku membacanya di
dapur.
c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamata
kuletakkan di ruang tamu.
d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi.
e. Jika aku membaca koran di ranjang, maka kacamata kuletakkan di
meja samping ranjang.
f. Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku ada di meja
dapur.
Berdasarkan pada fakta-fakta diatas, tentukan di mana letak kacamata
tersebut.
5. Perhatikan hipotesa – hipotesa di bawah ini.
a. Jika Ali mendapat A pada ujian akhir maka Ali mendapat A untuk
matakuliah Logika Jnformatika
b. Jika Ali mendapat A untuk matakuliah Logika Informatika maka dia
dinominasikan mendapat beasiswa.
c. Ali tidak dinominasikan mendapat beasiswa.
Buatlah kesimpulan dari hipotesa di atas.
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
11
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen

More Related Content

What's hot

Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan HeksadesimalTabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan HeksadesimalMustahal SSi
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
nilai eigen dan vektor eigen
nilai eigen dan vektor eigennilai eigen dan vektor eigen
nilai eigen dan vektor eigen
elmabb
 
Geometri Analitik Ruang
Geometri Analitik RuangGeometri Analitik Ruang
Geometri Analitik Ruang
Febri Arianti
 
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabelRpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Neneng Khairani
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 
Pertemuan 6 Penyederhanaan RL-Karnaugh Map
Pertemuan 6   Penyederhanaan RL-Karnaugh MapPertemuan 6   Penyederhanaan RL-Karnaugh Map
Pertemuan 6 Penyederhanaan RL-Karnaugh Map
ahmad haidaroh
 
Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...
Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...
Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...
dayurikaperdana19
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Sigit Rimba Atmojo
 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematika
Suryo Wedo Susilo
 
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunanFajar Istiqomah
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanFahrul Razi
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
arif_baehaqi
 
Sistem numerasi
Sistem numerasi Sistem numerasi
Sistem numerasi
HelvyEffendi
 
Iterasi jacobi
Iterasi jacobiIterasi jacobi
Iterasi jacobi
Angga Debby Frayudha
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
Phe Phe
 
Sejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaSejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematika
Aisyah Turidho
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan HeksadesimalTabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
nilai eigen dan vektor eigen
nilai eigen dan vektor eigennilai eigen dan vektor eigen
nilai eigen dan vektor eigen
 
Geometri Analitik Ruang
Geometri Analitik RuangGeometri Analitik Ruang
Geometri Analitik Ruang
 
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabelRpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
Pertemuan 6 Penyederhanaan RL-Karnaugh Map
Pertemuan 6   Penyederhanaan RL-Karnaugh MapPertemuan 6   Penyederhanaan RL-Karnaugh Map
Pertemuan 6 Penyederhanaan RL-Karnaugh Map
 
Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...
Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...
Kelompok 2 ilkom17 sumber histoirs,sosiologis,dan politis pancasila sebagai s...
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematika
 
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi Boolean
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
 
Sistem numerasi
Sistem numerasi Sistem numerasi
Sistem numerasi
 
Iterasi jacobi
Iterasi jacobiIterasi jacobi
Iterasi jacobi
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
Sejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaSejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematika
 
Turunan numerik
Turunan numerikTurunan numerik
Turunan numerik
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
 

Similar to Bab 1 dasar dasar logika ta 2019

Bab 1 (1)
Bab 1 (1)Bab 1 (1)
Bab 1 (1)
The Viking Dead
 
20101029 pengantar logika_informatika
20101029 pengantar logika_informatika20101029 pengantar logika_informatika
20101029 pengantar logika_informatikaMUBAROK_ZAKI
 
pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2
Fathur Diakfari
 
Tugas kelompok e learning
Tugas kelompok e learningTugas kelompok e learning
Tugas kelompok e learningDidik Mauludin
 
Tugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafatTugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafat
ulfah Nasution
 
Makalah logika informatika
Makalah logika informatikaMakalah logika informatika
Makalah logika informatika
Cidals Ferry
 
22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt
22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt
22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt
LSPP1SMKN1Gondang
 
Logika3
Logika3Logika3
Logika3
fannyseptari
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Siti Hardiyanti
 
Materi 2 Memahami Dasar-dasar Logika
Materi 2  Memahami Dasar-dasar LogikaMateri 2  Memahami Dasar-dasar Logika
Materi 2 Memahami Dasar-dasar Logika
Mira Veranita
 
Logika Matematika, Proposisi Majemuk, Tautologi
Logika Matematika, Proposisi Majemuk, TautologiLogika Matematika, Proposisi Majemuk, Tautologi
Logika Matematika, Proposisi Majemuk, Tautologi
Eman Mendrofa
 
Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
Nur Aqwamah
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
A Mufti Nurhabib
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
Abdul Rais P
 
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
SegerRudhiYantho
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
stmik tasikmalaya
 
Pengenalan Logika dan logika Proposional.ppt
Pengenalan Logika dan logika Proposional.pptPengenalan Logika dan logika Proposional.ppt
Pengenalan Logika dan logika Proposional.ppt
FirdausHwoarang2
 
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.pptKetode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
onelmumtaz
 
Epistemologi Keilmuan (Logika)
Epistemologi Keilmuan (Logika)Epistemologi Keilmuan (Logika)
Epistemologi Keilmuan (Logika)
NurKhasanah50
 

Similar to Bab 1 dasar dasar logika ta 2019 (20)

Bab 1 (1)
Bab 1 (1)Bab 1 (1)
Bab 1 (1)
 
20101029 pengantar logika_informatika
20101029 pengantar logika_informatika20101029 pengantar logika_informatika
20101029 pengantar logika_informatika
 
pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2
 
Tugas kelompok e learning
Tugas kelompok e learningTugas kelompok e learning
Tugas kelompok e learning
 
Tugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafatTugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafat
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Makalah logika informatika
Makalah logika informatikaMakalah logika informatika
Makalah logika informatika
 
22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt
22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt
22. LOGIKA_MATEMATIKA Toto Bara Setiawan Ok.ppt
 
Logika3
Logika3Logika3
Logika3
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Materi 2 Memahami Dasar-dasar Logika
Materi 2  Memahami Dasar-dasar LogikaMateri 2  Memahami Dasar-dasar Logika
Materi 2 Memahami Dasar-dasar Logika
 
Logika Matematika, Proposisi Majemuk, Tautologi
Logika Matematika, Proposisi Majemuk, TautologiLogika Matematika, Proposisi Majemuk, Tautologi
Logika Matematika, Proposisi Majemuk, Tautologi
 
Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
 
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
Pengenalan Logika dan logika Proposional.ppt
Pengenalan Logika dan logika Proposional.pptPengenalan Logika dan logika Proposional.ppt
Pengenalan Logika dan logika Proposional.ppt
 
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.pptKetode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
 
Epistemologi Keilmuan (Logika)
Epistemologi Keilmuan (Logika)Epistemologi Keilmuan (Logika)
Epistemologi Keilmuan (Logika)
 

More from Sukma Puspitorini

Tugas pertemuan 3
Tugas pertemuan 3Tugas pertemuan 3
Tugas pertemuan 3
Sukma Puspitorini
 
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Sukma Puspitorini
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
Sukma Puspitorini
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Sukma Puspitorini
 
Belajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupuBelajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupu
Sukma Puspitorini
 
5 kiat praktis baru
5 kiat praktis baru5 kiat praktis baru
5 kiat praktis baru
Sukma Puspitorini
 
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskeyAljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Sukma Puspitorini
 
E Mail Netiquette
E Mail Netiquette E Mail Netiquette
E Mail Netiquette
Sukma Puspitorini
 

More from Sukma Puspitorini (11)

Tugas pertemuan 3
Tugas pertemuan 3Tugas pertemuan 3
Tugas pertemuan 3
 
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019
 
Belajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupuBelajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupu
 
5 kiat praktis baru
5 kiat praktis baru5 kiat praktis baru
5 kiat praktis baru
 
Kirim papa2
Kirim papa2Kirim papa2
Kirim papa2
 
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskeyAljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
 
Panduan Tugas
Panduan TugasPanduan Tugas
Panduan Tugas
 
E Mail Netiquette
E Mail Netiquette E Mail Netiquette
E Mail Netiquette
 

Recently uploaded

pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 

Bab 1 dasar dasar logika ta 2019

  • 1. LOGIKA INFORMATIKA Sukma Puspitorini, ST. M.Kom Logika dalam ilmu komputer dalam ilmu komputer digunakan sebagai dasar dalam belajar bahasa pemrograman, struktur data, kecerdasan buatan, teknik/sistem digital, basis data, teori komputasi, rekayasa perangkat lunak, sistem pakar, jaringan syaraf tiruan, dan lain-lainnya yang mempergunakan logika secara intensif. Salah satu contoh yang populer adlah sistem digital, yaitu bidang ilmu yang didasari oleh logika untuk membuat gerbang logika (logic gates) dan arsitektur komputer sebagai inti mikroprosesor, otak komputer atau central processing unit. PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK NURDIN HAMZAH TA 2019-2020
  • 2. 11 BAB 1 : DASAR-DASAR LOGIKA 1.1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya menyentuh hampir seluruh bidang ilmu pengetahuan modern, ilmuwan dan filosof yunani telah mengembangkan dasar pemikiran ilmu geometri dan logika. Sebut saja THALES (640-546 SM) yaitu seorang ilmuwan geometri yang juga disebut sebagai bapak filosofi dan penalaran deduktif. Ada juga ahli matematika dan filosof PHYTAGORAS (572-497 SM) dengan dalil phytagorasnya yang terkenal yaitu a2 +b2 =c2 . MATEMATIKA DAN FILSAFAT Persamaan filsafat dan matematika  Kerja Filosof adalah berpikir konsep.  Kerja Matematikawan adalah memperjelas konsep yang dikembangkan oleh filosof. Perbedaan filsafat dan matematika  Filsafat bebas menerapkan berbagai metode rasional.  Matematikawan hanya menerapkan metode deduksi. MATEMATIKA DAN LOGIKA Menurut BETRAND RUSSEL matematika adalah ilmu yang menyangkut deduksi logis tentang akibat-akibat dari pangkal fikir umum semua penalaran. Ini berkaitan dengan konsepsi matematika sebagai ilmu formal, ilmu tentang bilangan dan ruang, ilmu tentang besaran dan keluasan, ilmu tentang hubungan, pola bentuk, dan rakitan juga sebagai ilmu yang bersifat abstrak dan deduktif. MAKNA LOGIKA Berasal dari bahasa yunani “LOGOS” yang berarti kata, ucapan, atau alasan. Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Logika mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penalaran kesimpulan yang absah. Ilmu ini pertama kali dikembangkan sekitar 300 SM oleh ARISTOTELES dan dikenal sebagai logika tradisioanal atau logika klasik. Dua ribu tahun kemudian dikembangkan logika modern oleh GEORGE BOOLE dan DE MORGAN yang disebut dengan Logika Simbolik karena menggunakan simbol-simbol logika secara intensif. Dasar pemikiran logika klasik adalah logika benar dan salah yang disimbolkan dengan 0 (untuk logika salah) dan 1 (untuk logika benar) yang disebut juga LOGIKA BINER. Tetapi pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita jumpai yang tidak bisa dinyatakan bahwa sesuatu itu mutlak benar atau mutlak salah. Ada daerah dimana benar dan salah tersebut nilainya tidak bisa ditentukan mutlak benar atau mutlak salah alias kabur.
  • 3. 11 Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam logika klasik yang dikembangkan oleh ARISTOTELES tersebut, seorang ilmuwan dari Universitas California Berkeley, PROF. LOTFI A.ZADEH pada tahun 1965 mengenalkan suatu konsep berpikir logika yang baru yaitu LOGIKA KABUR (FUZZY LOGIC). PADA LOGIKA FUZZY  Nilai kebenaran bukan bersifat crisp (tegas) 0 dan 1 saja tetapi berada diantaranya (multivariabel).  Digunakan untuk merumuskan pengetahuan dan pengalaman manusia yang mengakomodasi ketidakpastian ke dalam bentuk matematis tanpa harus mengetahui model matematikanya.  Pada aplikasinya dalam bidang komputer, logika fuzzy diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sistem komputer yang dapat merepresentasikan cara berpikir manusia. HUBUNGAN MATEMATIKA DAN LOGIKA Menurut RUDOLF CARNAP (1931)  Konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika dengan melalui batasan-batasan yang jelas.  Dalil-dalil matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika dengan perantara deduksi logis secara murni. Menurut BETRAND RUSSEL  Logika adalah masa muda matematika dan matematika adalah masa dewasa logika. LOGIKA DAN KOMPUTER Arsitektur sistem komputer tersusun atas rangkaian logika 1 (true) dan 0 (false) yang dikombinasikan dengan sejumlah gerbang logika AND. OR, NOT, XOR, dan NAND. Program komputer berjalan di atas struktur penalaran yang baik dari suatu solusi terhadap suatu permasalahan dengan bantuan komponen program IF…THEN…ELSE, FOR…TO…DO, WHILE, CASE…OF. 1.2 LOGIKA DAN PERNYATAAN 1.2.1 LOGIKA PENGERTIAN UMUM LOGIKA Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran serta mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah. Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan aturan-aturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat bernilai benar. Kalimat yang dipelajari dalam logika bersifat umum, baik bahasa sehari-hari maupun bukti matematika yang didasarkan atas hipotesa- hipotesa. Oleh karena itu aturan-aturan yang berlaku di dalamnya haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada kalimat atau disiplin
  • 4. 11 ilmu tertentu. Ilmu logika lebih mengarah dalam bentuk sintaks-sintaks daripada arti dari kalimat itu sendiri. GAMBARAN UMUM LOGIKA Secara umum logika dibedakan menjadi dua yaitu Logika Pasti dan Logika Tidak Pasti. Logika pasti meliputi Logika Pernyataan (Propotitional Logic), Logika Predikat (Predicate Logic), Logika Hubungan (Relation Logic) dan Logika Himpunan. Sedangkan logika tidak pasti meliputi Logika Samar atau kabur (Fuzzy Logic). Logika Pernyataan membicarakan tentang pernyataan tunggal dan kata hubungnya sehingga didapat kalimat majemuk yang berupa kalimat deklaratif. Logika Predikat menelaah variabel dalam suatu kalimat, kuantifikasi dan validitas sebuah argumen. Logika Hubungan mempelajari hubungan antara pernyataan, relasi simetri, refleksif, antisimtris, dll. Logika himpunan membicarakan tentang unsur-unsur himpunan dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya. Logika Samar merupakan pertengahan dari dua nilai biner yaitu ya- tidak, nol-satu, benar-salah. Kondisi yang ditunjukkan oleh logika samar ini antara lain : banyak, sedikit, sekitar x, sering, umumnya. Logika samar banyak diterapkan dalam kecerdasan buatan, mesin pintar atau sistem cerdas dan alat-alat elektronika. Program komputer dengan menggunakan logika samar mempunyai kapasitas penyimpanan lebih kecil dan lebih cepat bila dibanding dengan logika biner. ALIRAN DALAM LOGIKA LOGIKA TRADISIONAL  Pelopornya adalah Aristoteles (384-322 SM)  Terdiri dari analitika dan dialektika. Ilmu analitika yaitu cara penalaran yang didasarkan pada pernyataan yang benar sedangkan dialektika yaitu cara penalaran yang didasarkan pada dugaan. LOGIKA METAFISIS  Dipelopori oleh F. Hegel (1770-1831 M)  Menurut Hegel, logika dianggap sebagai metafisika dimana susunan pikiran dianggap sebagai kenyataan. LOGIKA EPISTIMOLOGI  Diperkenalkan oleh FH. Bradley (1846-1924) dan Bernhard Bosanquet (1848-1923 M).  Prisip dari logika epistimologi ini adalah untuk mencapai pengetahuan yang memadai, pikiran yang logis dan perasaan halus digabungkan. Selain itu, untuk mencapai kebenaran, logika harus dihubungkan dengan seluruh pengetahuan yang lainnya. LOGIKA INSTRUMENTALIS/FRAGMATIS  Dipelopori oleh Jhon Dewey (1859-1952)  Prinsipnya adalah logika merupakan alat atau instrumen untuk menyelesaikan masalah.
  • 5. 11 LOGIKA SIMBOLIS  Logika simbolis adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah (absah) yang dikembangkan menggunakan metod ematematika dan bantuan simbol-simbol khusus sehingga memungkinkan seseorang menghindari makna ganda dari bahasa sehari-hari.  Pelopornya adalah Leibniz, De Morgan, dan Boole  Logika ini menggunakan bahasa simbol untuk mempelajari secara rinci bagaimana akal harus bekerja dan bercirikan teknis, matematis, dan ilmiah. Pemakaian simbol matematika ini untuk mewakili bahsa dalam bentuk pernyataan yang bernilai benar atau salah.  Logika simbolis ini kemudian menjadi dasar logika matematika modern yaitu logika formal yang semata-mata menelaah bentuk da bukan isi dari apa yang dibicarakan. 1.2.2 PERNYATAAN (PROPOSISI) Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat adalah kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan mengandung arti. Di dalam matematika tidak semua pernyataan yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Pernyataan disebut juga kalimat deklaratif yaitu kalimat yang bersifat menerangkan. Disebut juga proposisi. Pernyataan/ Kalimat Deklaratif/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Contoh : 1. Yogyakarta adalah kota pelajar (Benar). 2. 2+2=4 (Benar). 3. Semua manusia adalah fana (Benar). 4. 4 adalah bilangan prima (Salah). 5. 5x12=90 (Salah). Tidak semua kalimat berupa proposisi Contoh : 1. Dimanakah letak pulau bali?. 2. Pandaikah dia?. 3. Andi lebih tinggi daripada Tina. 4. 3x-2y=5x+4. 5. x+y=2. 1.2.3 PENGHUBUNG KALIMAT DAN TABEL KEBENARAN Satu atau lebih proposisi dapat dikombinasikan untuk menghasilkan proposisi baru lewat penggunaan operator logika. Proposisi baru yang dihasilkan dari kombinasi tersebut disebut dengan proposisi majemuk (compound composition), sedangkan proposisi yang bukan merupakan hasil dari kombinasi proposisi lain disebut proposisi atomik. Proposisi majemuk tersusun dari sejumlah proposisi atomik.
  • 6. 11 Dalam logika dikenal 5 buah penghubung Simbol Arti Bentuk ¬ Tidak/Not/Negasi Tidak………….  Dan/And/Konjungsi ……..dan……..  Atau/Or/Disjungsi ………atau…….  Implikasi Jika…….maka…….  Bi-Implikasi ……..bila dan hanya bila…….. Contoh 1.1 : Misalkan : p menyatakan kalimat “ Mawar adalah nama bunga” Q menyatakan kalimat “ Apel adalah nama buah” Maka kalimat “ Mawar adalah nama bunga dan Apel adalah nama buah “ Dinyatakan dengan simbol p  q Contoh 1.2 : Misalkan p: hari ini hari minggu q: hari ini libur nyatakan kalimat dibawah ini dengan simbol logika : a. Hari ini tidak hari minggu tetapi libur b. Hari ini tidak hari minggu dan tidak libur c. Tidak benar bahwa hari ini hari minggu dan libur Penyelesaian a. Kata “tetapi” mempunyai arti yang sama dengan dan sehingga kalimat (a) bisa ditulis sebagai : ¬p  q b. ¬p ¬q c. ¬(p  q) NEGASI (INGKARAN) Jika p adalah “ Semarang ibukota Jawa Tengah”, maka ingkaran atau negasi dari pernyataan p tersebut adalah p yaitu “ Semarang bukan ibukota Jawa Tengah” atau “Tidak benar bahwa Semarang ibukota Jawa Tengah”. Jika p diatas bernilai benar (true), maka ingkaran p (p) adalah bernilai salah (false) dan begitu juga sebaliknya. KONJUNGSI Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung “DAN/AND” dengan notasi “” Contoh 1.3: p: Fahmi makan nasi Q:Fahmi minum kopi
  • 7. 11 Maka pq : Fahmi makan nasi dan minum kopi Pada konjungsi pq akan bernilai benar jika baik p maupun q bernilai benar. Jika salah satunya (atau keduanya) bernilai salah maka pq bernilai salah. DISJUNGSI Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung “ATAU/OR” dengan notasi “”. Kalimat disjungsi dapat mempunyai 2 arti yaitu : a. INKLUSIF OR Yaitu jika “p benar atau q benar atau keduanya true” Contoh : p : 7 adalah bilangan prima q : 7 adalah bilangan ganjil p  q : 7 adalah bilangan prima atau ganjil Benar bahwa 7 bisa dikatakan bilangan prima sekaligus bilangan ganjil. b. EKSLUSIF OR Yaitu jika “p benar atau q benar tetapi tidak keduanya”. Contoh : p : Saya akan melihat pertandingan bola di TV. q : Saya akan melihat pertandingan bola di lapangan. p  q : Saya akan melihat pertandingan bola di TV atau lapangan. Hanya salah satu dari 2 kalimat penyusunnya yang boleh bernilai benar yaitu jika “Saya akan melihat pertandingan sepak bola di TV saja atau di lapangan saja tetapi tidak keduanya. IMPLIKASI Misalkan ada 2 pernyataan p dan q, untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa jika p bernilai benar akan menjadikan q bernilai benar juga, diletakkan kata “JIKA” sebelum pernyataan pertama lalu diletakkan kata “MAKA” sebelum pernyataan kedua sehingga didapatkan suatu pernyataan majemuk yang disebut dengan “IMPLIKASI/PERNYATAAN BERSYARAT/KONDISIONAL/ HYPOTHETICAL dengan notasi “”. Notasi pq dapat dibaca : 1. Jika p maka q 2. q jika p 3. p adalah syarat cukup untuk q 4. q adalah syarat perlu untuk p Contoh 1.4: 1. p : Pak Ali adalah seorang haji. q : Pak Ali adalah seorang muslim. p  q : Jika Pak Ali adalah seorang haji maka pastilah dia seorang muslim. 2. p : Hari hujan.
  • 8. 11 q : Adi membawa payung. Benar atau salahkah pernyataan berikut? a. Hari benar-benar hujan dan Adi benar-benar membawa payung. b. Hari benar-benar hujan tetapi Adi tidak membawa payung. c. Hari tidak hujan tetapi Adi membawa payung. d. Hari tidak hujan dan Adi tidak membawa payung. BIIMPLIKASI Biimplikasi atau bikondosional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataan p dan q yang dinyatakan dengan notasi “p  q” yang bernilai sama dengan (p q)  (q  p) sehingga dapat dibaca “ p jika dan hanya jika q” atau “p bila dan hanya bila q”. Biimplikasi 2 pernytaan hanya akan bernilai benar jika implikasi kedua kalimat penyusunnya sama-sama bernilaii benar. Contoh 1.5 : p : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus. q : Dua garis saling membentuk sudut 90 derajat. p  q : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus jika dan hanya jika dan hanya jika dua garis saling membentuk sudut 90 derajat. TABEL KEBENARAN p q p q pq pq pq pq T T F F T T T T T F F T T F F F F T T F T F T F F F T T F F T T Untuk menghindari perbedaan konotasi dan keganjilan arti dalam menerjemahkan simbol-simbol logika maka dalam matematika tidak disyaratkan adanya hubungan antara kedua kalimat penyusunnya. Kebenaran suatu kalimat berimplikasi semata-mata hanya tegantung pada nilai kebenaran kaliamat penyusunnya. Karena itu digunakan tabel kebenaran penghubung. Jika p dan q adalah kalimat-kalimat dimana T=true/benar dan F=false/salah, maka untuk n variable (p,q,…) maka tabel kebenaran memuat 2n baris. SOAL LATIHAN 1 1. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut! a. 3+2=6  4+2=5 b. 3+2=5  4+2=5 c. 3+2=5 atau Jakarta ibukota Jawa Tengah. d. Jika x2 =4 maka x=2 e. Jika x=-2 maka x2 =4 f. Jika 3x+4=2 dan xbilangan bulat, maka x=-1 g. 4+2=5 dan 6+3=9 h. Salah jika 3+3=7
  • 9. 11 i. Salah bahwa 2+2=4 atau London ada di Perancis. j. Paris ada di Perancis dan 2+4=6 k. Kopenhagen ada di Denmark atau 1+5=8 l. Kopenhagen ada di Denmark, dan 1+1=5 atau 2+2=4 m. Paris ada di Inggris, atau 1+1=2 dan 3+3=7 2. Misal p : Hari ini udara dingin. q : Hari ini hujan turun. Nyatakanlah setiap pernyataan berikut ke dalam kalimat sehari-hari. a. p f. (q  p) k. pq b. q g. pq j. (q) c. pq h. qp l. q  p d. pq i. pq m. (pq)  p e. p  q j. pq 3. Jika p : 10 habis dibagi 5 q : 8 adalah bilangan prima Nyatakan kalimat beriku dalam kalimat sehari-hari! a. p e. pq i. p  q b. pq f. pq j. (pq)  (pq) c. pq g. pq k. (pq)  (q ( p) d. q h. pq l. (pq) q 4. Misalkan p : Dia tinggi q : Dia tampan Tuliskan setiap pernyataan berikut ke dalam bentuk simbol logika dengan menggunakan p dan q. a. Dia tinggi dan tampan. b. Dia tinggi tetapi tidak tampan. c. Tidak benar bahwa dia pendek atau tampan. d. Dia tidak tinggi maupun tampan. e. Dia tinggi, atau dia pendek dan tampan. f. Tidak benar bahwa dia pendek atau tidak tampan. 5. Buatlah tabel kebenaran dari pernyataan berikut a. (p  q) b. p  (pq) c. [(p(qr))  (qr)]  (pr) d. (pq)  [((pq)p)  q] e. ( pq)  (q p) f. p [((rq)  r) g. [(pq)  r)  p
  • 10. 11 1.2.4 INGKARAN (NEGASI) SUATU PENYATAAN NEGASI SUATU KONJUNGSI Contoh : Fahmi makan nasi dan minum kopi Suatu konjuggsi akan bernilai benar jika kedua kalimat penyusunnya yaitu p dan q bernilai benar, sedangkan negasi adalah pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan awalnya bernilai benar dan bernilai benar jika pernyataan awalnya bernilai salah. Oleh karena itu negasi dari : “Fahmi makan nasi dan minum kopi” adalah suatu pernyataan majemuk lain yang salah satu komponennya merupakan negasi dari komponen pernyataan awalnya. Jadi negasinya adalah: “Fahmi tidak makan nasi atau tidak minum kopi”. Disini berlaku hukum De Morgan yaitu : (pq) ekuivalen dengan pq NEGASI SUATU DISJUNGSI Contoh : “Fahmi makan nasi atau minum kopi” Suatu disjungsi akan bernilai salah hanya jika kedua komponen penyusunnya bernilai salah., selain itu benar. Oleh karena itu negasi dari kalimat diatas adalah : “ Tidak benar bahwa Fahmi makan nasi atau minum kopi” atau dapat juga dikatakan “Fahmi tidak makan nasi dan tidak minum kopi. Disini berlaku hukum De Morgan yaitu : (pq)  pq NEGASI SUATU IMPLIKASI Contoh 1.6 : “Jika hari hujan maka Adi membawa payung”. Untuk memperoleh negasi dari pernyataan diatas, kita dapat mengubah bentuknya ke dalam bentuk disjungsi kemudian dinegasikan, yaitu : p q  pq Maka negasinya ( p q)  (pq)  pq NEGASI SUATU BIIMPLIKASI Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataaan p dan q yang dinotasikan dengan p  q  (p  q)  (q  p) sehingga : (p  q)   [(p  q)  (q  p)]   [(pq )  (qp)]   (pq )  (qp) (p  q)  (pq )  (qp)
  • 11. 11 SOAL LATIHAN 2 1. Apakah ingkaran dari kalimat berikut? a. Jika dia belajar maka dia akan lulus ujian. b. Dia akan berenang jika dan hanya jika airnya hangat. c. Jika hari hujan maka dia tidk akan mengendarai mobil. d. Jika hari dingin maka dia akan memakai baju dingin tetapi bukan sweater. e. Jika dia belajar maka dia akan pergi ke kampus atau sekolah seni. 2. Buatlah negasi dari pernyataan berikut! a. (pq)  (pq) b. (pq)  ((qq)  (rq)) c. [(pr)  (pq)]  r 3. Sederhanakan pernyataan berikut! a. Tidak benar bahwa jika bunga mawar berwarna merah maka bunga violet berwarna ungu. b. Tidak benar bahwa udara dingin dan hujan turun. c. Tidak benar bahwa dia pendek atau tampan. d. Tidak benar bahwa udara tidak dingin atau hujan sedang turun. e. Tidak benar bahwa jika hujan sedang turun maka udara dingin. f. Tidak benar bahwa, bunga mawar berwarna merah jika dan hanya jika bunga violet berwarna ungu. 1.3 TAUTOLOGI, KONTRADIKSI, DAN CONTINGENT Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (True) tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya, sebaliknya kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (False), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Dalam tabel kebenaran, suatu tautologi selalu bernilai True pada semua barisnya dan kontradiksi selalu bernilai False pada semua baris. Kalau suatu kalimat tautologi diturunkan lewat hukum-hukum yang ada maka pada akhirnya akan menghasilkan True, sebaliknya kontradiksi akan selalu bernilai False. Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan nilai F dan T, maka disebut formula campuran (contingent). Contoh 1.7 : 1. Tunjukkan bahwa p(p) adalah tautologi! p p p(p) T T T T F T F T T F F T 2. Tunjukkan bahwa (pq)  [(p)  (q)] adalah tautologi!
  • 12. 11 p q p q pq p  q (pq)  [(p)  (q)] T T F F T F T T F F T T F T F T T F T F T F F T T F T T 3. Tunjukkan bahwa (pq)  [(p)  (q)] adalah kontradiksi! p q p q pq p  q (pq)  [(p)  (q)] T T F F T F F T F F T T F F F T T F T F F F F T T F T F 4. Tunjukkan bahwa [(pq)  r]  p adalah contingent! p q r pq (pq)  r [(pq)  r]  p T T T T T T T T F T T T T F T F F T T F F F F T F T T F T F F T F F T F F F T F T F F F F F T F SOAL LATIHAN 3 1. Tuliskan kalimat berikut ini dalam bentuk notasi logika kemudian tentukan apakh kalimat tersebut tautologi atau bukan a) Jika Tono pergi kuliah, maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, Maka Tini pergi kuliah. Dengan demikian, jika Tono pergi kuliah atau Siska tidur, maka Tini pergi kuliah. b) Jika saya lapar dan haus, maka saya lapar. c) Jika saya lapar dan haus, maka saya haus. d) Jika tidak benar bahwa mawar itu berwarna merah dan violet berwarna biru, maka mawar tidak berwarna merah dan violet tidak berwarna biru. e) Jika tidak benar bahwa mawar itu berwarna merah dan violet tidak berwarna biru, maka tidak benar bahwa mawar berwarna merah dan violet berwarna biru. 2. Buktikan bahwa kalimat berikut bukan tautologi a) (pq) p b) (pq)  (qp) c) (pq)  (pq) d) p  (pq)
  • 13. 11 e) (pq)  [(pq)] f) [(pq)  (pr)] (qr) 3. Tentukan apakah ekspresi-ekspresi logika berikut ini termasuk tautologi, kontradiksi, atau contingent. a) a  (ba) b) (ba)  a c) (a)  a d) (ab)  (ba) e) [a(bc)][(ab)(ac)] f) [a(ab)]  b g) (ab)  (ab) h) [(ab)  (bc)]  (ac) 4. Jika (aa) adalah tautologi. Buktikan bahwa ekspresi-ekspresi logika berikut adalah tautologi. a) (ab)  (ab) b) a  (a) c) [(ac)  b]  [(ac)b] 1.4 KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI Perhatikan pernyataan di bawah ini!      “Jika suatu bendera adalah bendera RI maka ada warna merah pada bendera tersebut” Bentuk umum implikasi di atas adalah “p  q” dengan p : Bendera RI q : Bendera yang ada warna merahnya. Dari implikasi diatas dapat dibentuk tiga implikasi lainnya yaitu : 1. KONVERS, yaitu q  p Sehingga implikasi diatas menjadi : “ Jika suatu bendera ada warna merahnya, maka bendera tersebut adalah bendera RI”. 2. INVERS, yaitu p  q Sehingga implikasi diatas menjadi : “ Jika suatu bendera bukan bendera RI, maka pada bendera tersebut tidak ada warna merahnya”. 3. KONTRAPOSISI, yaitu q  p Sehingga implikasi di atas menjadi : “ Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya, maka bendera tersebut bukan bendera RI”. Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya, akan tetapi tidak demikian halnya dengan invers dan konversnya.
  • 14. 11 Hal ini dapat dilihat dari tabel kebenaran berikut p q p q pq q  p p  q q  p T T F F T T T T T F F T F T T F F T T F T F F T F F T T T T T T INGKARAN KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI Contoh 1.8: Tentukan ingkaran atau negasi konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi berikut. “Jika suatu bendera adalah bendera RI maka bendera tersebut berwarna merah dan putih” Penyelesaian Misal p : Suatu bendera adalah bendera RI q : Bendera tersebut berwarna merah dan putih maka kalimatnya menjadi p  q atau jika menggunakan operator dan maka p  q ekuivalen(sebanding/) dengan p  q. Sehingga 1. Negasi dari implikasi Implikasi : (pq)  p  q Negasinya : (pq)  pq Kalimatnya :“Suatu bendera adalah bendera RI dan bendera tersebut tidak berwarna merah dan putih”. 2. Negasi dari konvers Konvers : qp  qp Negasinya : (qp)  qp Kalimatnya : “Ada/Terdapat bendera berwarna merah dan putih tetapi bendera tersebut bukan bendera RI”. 3. Negasi dari invers Invers : p  q  (p)q)  pq Negasinya : (pq)  pq Kalimatnya : “Suatu bendera bukan bendera RI atau bendera tersebut berwarna merah dan putih”. 4. Negasi dari kontraposisi Kontraposisi : q  p  (q)p  qp Negasinya : (qp)  qp Kalimatnya : “ Suatu bendera tidak berwarna merah dan putih dan bendera tersebut adalah bendera RI”. 1.5 EKUIVALENSI LOGIKA Pada tautologi, dan juga kontradiksi, dapat dipastikan bahwa jika dua buah ekspresi logika adalah tautologi, maka kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis, demikian pula jika keduanya kontradiksi. Persoalannya ada pada contingent, karena memiliki semua
  • 15. 11 nilai T dan F. Tetapi jika urutan T dan F atau sebaliknya pada tabel kebenaran tetap pada urutan yang sama maka tetap disebut ekuivalen secara logis. Perhatikan pernyataan berikut : Contoh 1.9 : 1. Dewi sangat cantik dan peramah. 2. Dewi peramah dan sanagt cantik. Kedua pernyataan di atas, tanpa dipikir panjang, akan dikatakan ekuivalen atau sama saja. Dalam bentuk ekspresi logika dapat ditulis sebagai berikut : A = Dewi sangat cantik. B = Dewi peramah. Maka ekspresi logikanya : 1. A  B 2. B  A Jika dikatakan kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis maka dapat ditulis A  B  B  A. Ekuivalensi logis dari kedua ekspresi logika tersebut dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran sebagai berikut ini : A B AB BA T T T T T F F F F T F F F F F F Pembuktian dengan tabel kebenaran diatas, walaupun setiap ekspresi logika memiliki nilai T dan F, tetapi karena memiliki urutan yang sama, maka secara logis tetap dikatakan ekuivalen. Tetapi jika urutan T dan F tidak sama, maka tidak biasa dikatakan ekuivalen secara logis. Tabel kebenaran merupakan alat untuk membuktikan kebenaran ekuivalensi secara logis. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari tabel kebenaran tersebut. Lihat pernyataan berikut ini : Contoh 1.10 : 1. Badu tidak pandai, atau dia tidak jujur. 2. Adalah tidak benar jika Badu pandai dan jujur. Secara intuitif dapat ditebak bahwa kedua pernyataan di atas sebenarnya sama, tetapi bagaimana jika idbuktikan dengan menggunkan tabel kebenaran berdasarkan ekspresi logika. Adapaun langkah-langkahnya : 1. Ubah dahulu argumen di atas ke dalam bentuk ekspresi/notasi logika. Misal : A=Badu pandai B=Badu jujur Maka kalimatnya menjadi 1. AB 2. (AB) 2. Buat tabel kebenarannya
  • 16. 11 A B A B AB AB (AB) T T F F T F F T F F T F T T F T T F F T T F F T T F T T Perhatikan ekspresi di atas! Meskipun kedua ekspresi logika di atas memiliki nilai kebenaran yang sama, ada nilai T dan F, keduanya baru dikatakan ekuivalen secara logis jika dihubungkan dengan perangkai ekuivalensi dan akhirnya menghasilkan tautologi. 3. Tambahkan perangkai biimplikasi untuk menghasilkan tautologi AB (AB) AB  (AB) F F T T T T T T T T T T Jika hasilnya adalah tautologi (bernilai T semua), maka dikatakan bahwa kedua argumen tersebut ekuivalen secara logis. 1.5.1 HUKUM-HUKUM EKUIVALENSI LOGIKA Identitas p1  p p0  p Ikatan p1  T p0  0 Idempoten pp  p pp  p Negasi pp  1 pp  0 Negasi Ganda p  p Komutatif pq  qp pq  qp Asosiatif (pq)r  p(qr) (pq)r  p(qr) Distributif p(qr)  (pq)(pr) p(qr)  (pq)(pr) De Morgan’s (pq)  p  q (pq)  p  q Aborbsi p(pq)  p p(pq)  p Selain dengan menggunkan tabel kebenaran, menentukan dua buah argumen adalah ekuivalen secara logis dapat juga menggunakan hukum- hukum ekuivalensi logika. Cara ini lebih singkat Contoh 1.11 : 1. Buktikan ekuivalensi kalimat di bawah ini dengan hukum-hukum ekuivalensi. (pq)  (pq)  p Penyelesaian (pq)  (pq)  (p(q))  (pq)  (pq)  (pq)  p  (qq)  p  T
  • 17. 11  p Terbukti Dalam membuktikan ekuivalensi pq ada 3 macam cara yang bisa dilakukan : 1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika yang ada). 2. Q diturunkan terus-menerus (dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika yang ada), sehingga didapat P. 3. P dan Q diturunkan secara terpisah sehingga akhirnya didapat R Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks yang diturunkan ke dalam bentuk yang sederhana. Jadi jika p kompleks amaka aturan (1) yang dilakukan. Sebaliknya jika q yang lebih kompleks maka aturan (2) yang dilakukan. Aturan (3) digunakan jika p dan q sama-sama kompleks. SOAL LATIHAN 4 1. Buktikan bahwa pasangan-pasangan pernyataan berikut ekuivalen! a. ((pq)  (pr))  (pq)  (pr) b. (rp)  ((r(pq))  (rq))  pq 2. Buktikan bahwa ekspresi-ekspresi logika berikut ini ekuivalen dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika. a. p  q  (pq)(qp) b. p  (pq)  1 c. (pq) r  (pq)r d. p(qr)  (pq)r e. pq  (pq) f. [(pq)q]  0 g. [(p(qr))  (p(q r))]  p  1 h. (p  q)  (qp) i. [p(qr)]  [(pq)(pr)] PENYEDERHANAAN LOGIKA Operasi penyederhanaan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logis. Selanjutnya perhatikan operasi penyederhanaan berikut dengan hukum yang digunakan tertulis di sisi kanannya. Penyederhanaan ekspresi logika atau bentuk-bentuk logika ini dibuat sesederhana mungkin dan sudah tidak dimungkinkan dimanipulasi lagi. Contoh 1.12 : 1. p  (p  q)  p  (p  q) ingat pq  pq  (p)  (p  q) ingat pq  pq  p  (p  q) Hk. Negasi ganda dan De Morgan  (pp)  (pq) Hk. Distributif  p(pq) Hk. Idempoten pp  p  p Hk. Absorbsi 2. p(pq)
  • 18. 11  (p1) (pq) Hk.Identitas  p(1q) Hk.Distributif  p1 Hk.Identitas   p Hk.Identitas  3. (pq)  (qp)  (pq)  (qp) ingat pq  pq  (pq)  (pq) Hk. Komutatif  [(pq)p]  [(pq)q] Hk. Distributif  [(pp)(pq)]  [(pq)(qq)] Hk. Distributif  [0(pq)]  [(pq)0] Hk. Kontradiksi  (pq)(pq) Hk. Identitas Operasi penyederhanaan dengan menggunakan hukum-hukum logika dapat digunakan untuk membuktikan suatu ekspresi logika Tautologi, Kontradiksi, maupun Contingent. Jika hasil akhir penyederhanaan ekspresi logika adalah 1, maka ekspresi logika tersebut adalah tautologi. Jika hasil yang diperoleh adalah 0, berarti ekspresi logika tersebut kontradiksi. Jika hasilnya tidak 0 ataupun 1, maka ekspresi logikanya adalah contingent. Contoh 1.13 : 1. [(pq)p]q  [(pq)p]  q ingat pq  pq  [(pq)p]  q ingat pq  pq  [(pq)p]  q Hk. Negasi ganda dan De Morgan  [(pp)(qp)]  q Hk. Distributif  [1(pq)]  q Hk. Idempoten dan komutatif  (pq)q Hk. Identitas  p(qq) Hk. Assosiatif  p1 Hk. Idempoten  1 Hk. Identitas Karena hasil akhirnya 1, maka ekspresi logika diatas adalah tautologi. 2. (pq)  [(p)  (q)]  (pq)(pq)  [(pq)p][(pq)q] Hk. Distributif  [(pp)(qp)][(pq)(qq)] Hk. Distributif  [0(qp)][(pq)0] Hk. Negasi  (pq)(pq) Hk. Idempoten  (pp)(qq) Hk. Assosiatif  00 Hk. Negasi  0 Hk. Idempoten Hasil akhir 0, maka ekspresi logika diatas adalah kontradiksi. 3. [(pq)p]  q  [(pp)(qp)]  q Hk. Distributif  [0  (qp)]  q Hk. Negasi  (qp)  q Hk. Identitas  (qp)  q ingat pq  pq  (qp)  q Hk. De Morgan  (qq)p Hk. Assosiatif  qp Hk. Idempoten Hasilnya bukan 0 atau 1, ekspresi logika di atas adalah contingent.
  • 19. 11 SOAL LATIHAN 5 1. Gunakan hukum-hukum ekuivalensi logika untuk menyederhanakan bentuk berikut. a. (pq)  p b. p  (pq) c. (pq)  (pq) d. (p q) e. (p q) f. (p q) g. ([p (q)]  r h. p  [(pq)] i. ((p(qr))  (qr)  (pr) 2. Buktikan hukum-hukum logika berikut ini adalah tautologi atau  1, dengan memakai penyederhanaan. a. Silogisme hipotesis. b. Silogisme disjungtif. c. Modus ponen. d. Modus tollen. 3. Buktikan Hukum absorbsi berikut ini dengan penyederhanaan. a. (pq)(pq)  q b. (pq)(pq)  q 4. Buktikan ekspresi-ekspresi logika berikut ini tautologi, kontradiksi atau contingent dengan menggunakan penyederhanaan. a. p  (qp) b. (qp)p c. (p)p 1.5 INFERENSI LOGIKA ARGUMEN VALID DAN INVALID Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P1, P2, .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain yang disebut konklusi (kesimpulan). Secara umum di notasikan dengan P1,P2, ..........,Pn ├Q atau dapat juga ditulis Nilai kebenaran suatu argumen ditentukan sebagai berikut : Premis Konklusi
  • 20. 11 “ Suatu argumen P1,P2,…………,,Pn ├ Q dikatakan benar (valid) jika Q bernilai benar untuk semua premis yang benar dan argumen dalam keadaan selain itu dikatakan salah (invalid/fallacy)”. Dengan kata lain, suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disubtitusikan ke dalam premis, jika semua premis benar maka konklusinya juga benar. Sebaliknya jika semua premis benar tetapi konklusinya ada yang salah maka argumen tersebut dikatakan invalid (fallacy). Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi P1P2........Pn)  Q adalah sebuah Tautologi. Contoh 1.14 : 1. Premis P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan belajar komputer P2 : Office dan Delphi diperlukan Konklusi Q : Semua orang akan belajar komputer Jika ditulis dalam bentuk notasi logika Misal p : Office dan Delphi diperlukan q : Semua orang belajar komputer Maka argumen diatas dapat ditulis : pq, p ├ q (valid) 2. Misal p : Saya suka kalkulus q : Saya lulus ujian kalkulus Maka argumen p  q, p ├ q dapat ditulis P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus P2 : Saya lulus ujian kalkulus  Saya lulus ujian kalkulus (valid) Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tentukan premis dan konklusi argumen 2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan konklusi. 3. Carilah baris kritis yatitu baris diman semua premis bernilai benar. 4. Dalam baris kritis tersebut, jika nilai kesimpulan semuanya benar maka argumen tersebut valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai konklusi salah maka argumen tersebut tidak valid. Contoh 1.15: Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid a) p(qr), r ├ pq b) p(qr), q(pr) ├pr Penyelesaian a) Baris ke p q r qr p(qr) (Premis) r (Premis) pq (konklusi) 1 T T T T T F T 2 T T F T T T T
  • 21. 11 3 T F T T T F T 4 T F F F T T T 5 F T T T T F T 6 F T F T T T T 7 F F T T T F F 8 F F F F F T F Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa baris 2, 4, dan 6 premisnya bernilai benar semua. Kemudian lihat pada baris konklusi. Ternyata pada baris konklusi semuanya bernilai benar. Maka argumen diatas adalah valid. b) Silahkan Anda kerjakan!. ATURAN PENARIKAN KESIMPULAN A. MODUS PONEN Modus ponen atau penalaran langsung adalh salah satu metode inferensi dimana jika diketahui implikasi ” Bila p maka q ” yang diasumsikan bernilai benar dan antasenden (p) benar. Supaya implikasi pq bernilai benar, maka q juga harus bernilai benar. Modus Ponen : pq , p ├ q atau dapat juga ditulis pq p ――――  q Contoh 1.16 : Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10 Digit terakhir suatu bilangan adalah 0 ――――――――――――――――――――――――――――――――――――  Bilangan tersebut habis dibagi 10 B. MODUS TOLLENS Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus ponen. Hal ini mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya. Modus Tollens : pq, q ├ p Atau dapat juga ditulis pq q ――――  p Contoh 1.17: Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10 Suatu bilangan tidak habis dibagi 10 ――――――――――――――――――――――――――――――――――――  Digit terakhir bilangan tersebut bukan 0
  • 22. 11 C. PENAMBAHAN DISJUNGTIF (ADDITION) Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat digeneralisasikan dengan penghubung ””. Alasannya adalah karena penghubung ”” bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Misalnya saya mengatakan ”Langit berwarna biru” (bernilai benar). Kalimat tersebut tetap akan bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung ””. Misalnya ”Langit berwarna biru atau bebek adalah binatang menyusui”. Kalimat tersebut tetap bernilai benar meskipun kalimat ”Bebek adalah binatang menyusui”, merupakan kalimat yang bernilai salah. Addition : p ├(pq) atau q ├ (pq) Atau dapat ditulis p atau q ―――― ――――  pq  pq Contoh 1.18 : Simon adalah siswa SMU ――――――――――――――――――――  Simon adalah siswa SMU atau SMP D. PENYEDERHAAN KONJUNGTIF (SIMPLIFICATION) Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan operator ””, maka kalimat tersebut dapat diambil salah satunya secara khusus (penyempitan kalimat). Simplification : (pq) ├p atau (pq) ├ q Atau dapat ditulis pq atau pq ――― ―――  p  q Contoh 1.19 : Langit berwarna biru dan bulan berbentuk bulat ―――――――――――――――――――――――――  Langit berwarna biru atau  Bulan berbentuk bulat E. SILOGISME DISJUNGTIF Prinsip dasar Silogisme Disjungtif (Disjunctive syllogism) adalah kenyataan bahwa apabila kita dihadapkan pada satu diantara dua pilihan yang ditawarkan (A atau B). Sedangkan kita tidak memilih/tidak menyukai A, maka satu-satunua pilihan adalah memilih B. Begitu juga sebaliknya. Silogisme Disjungtif : pq, p ├q dan pq, q ├ p Atau dapat ditulis pq atau pq p q ―――― ――――  q  p
  • 23. 11 Contoh 1.20: Saya pergi ke mars atau ke bulan Saya tidak pergi ke mars ――――――――――――――――――  Saya pergi ke bulan F. SILOGISME HIPOTESIS (TRANSITIVITY) Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi pq dan qr keduanya bernilai benar, maka implikasi pr bernilai benar pula. Transitivity : pq , qr ├ pr Atau dapat ditulis pq qr ―――――  pr Contoh 1.21: Jika hari hujan maka tanahnya menjadi berlumpur Jika tanahnya berlumpur maka sepatu saya akan kotor ―――――――――――――――――――――――――――――  Jika hari hujan maka sepatu saya akan kotor. G. KONJUNGSI Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan menggunakan penghubung ”” juga bernilai benar. Konjungsi p q ――  pq H. DILEMA Kadang-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung ””, masing-masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu maka suatu kesimpulan dapat diambil. Dilema : pq pr qr ――― r
  • 24. 11 SOAL LATIHAN 5 1. Tentukan konklusi dari premis-premis berikut dan sebutkan aturan inferensi yang melandasinya. Jika diketahui p : Dita sedang online q : Dita membuka facebook r : Dita menonton youtube s : Dita download mp3 t : Dita sedang chating. a) Jika dita sedang online maka dita tidak membuka facebook. Dita sedang online. ―――――――――――――――――――――――――――――――  b) Jika Dita tidak sedang online atau membuka facebook maka Dita tidak sedang online dan tidak membuka facebook. Dita tidak sedang online atau membuka facebook. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  c) Jika Dita tidak sedang online maka Dita membuka facebook. Dita tidak sedang online. ―――――――――――――――――――――――――――――――  d) Jika Dita tidak sedang online atau membuka facebook maka dita membuka facebook atau tidak menonton youtube. Dita tidak sedang online atau membuka facebook. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  e) Jika Dita tidak sedang online dan membuka facebook maka Dita membuka facebook dan menonton youtube. Dita tidak membuka facebook atau Dita tidak menonton youtube. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  f) Jika Dita sedang online dan menonton youtube maka Dita tidak menonton youtube. Jika Dita tidak membuka facebook maka Dita menonton youtube. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  g) Jika Dita tidak sedang online dan membuka facebook maka Dita membuka facebook dan tidak menonton youtube. Jika Dita membuka facebook dan tidak menonton youtube maka Dita download mp3. ―――――――――――――――――――――――――――――――――― 
  • 25. 11 h) Jika Dita sedang online dan menonton youtube maka Dita tidak membuka fecebook. Jika Dita tidak membuka facebook maka Dita mendownload mp3. Dita tidak mendownload mp3. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  i) Jika Dita tidak sedang online atau tidak membuka facebook maka Dita sedang mononton youtube dan tidak mendownload mp3. Jika Dita membuka facebook dan tidak memnonton youtube maka Dita download mp3. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  j) Jika Dita sedang online maka Dita tidak membuka facebook atau Dita mendownload mp3. Dita tidak mendownload mp3. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  k) Jika Dita tidak sedang online atau tidak membuka facebook maka Dita menonton youtube. Dita tidak mendownload mp3. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  l) Jika Dita sedang online dan membuka facebook maka Dita menonton youtube Dita membuka facebook. Dita sedang online. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  m) Jika Dita sedang online maka Dita membuka facebook dan menonton youtube. Jika Dita menonton youtube maka Dita download mp3. Dita sedang online. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  n) Jika Dita sedang online atau menonton youtube maka Dita membuka facebook. Jika Dita download mp3 maka Dita sedang online. Dita download mp3. ――――――――――――――――――――――――――――――――――  o) Jika Dita sedang online dan tida membuka facebook maka Dita menonton youtube. Dita tidak memnonton youtube. Jika Dita sedang chatting maka Dita membuka facebook. ――――――――――――――――――――――――――――――――――
  • 26. 11  2. Lengkapilah premis-premis yang hilang berikut dan tentukan konklusinya. a) 1. (pq)  (r s) (premis) f) 1. (pq) r (premis) 2. (r s) (premis) 2. pq (premis) 3. (pq)  p (premis) 3. (2, de morgan) 4. (1.2, m tollen) 4. (1,3 silog. disj) 5. (3, de morgan) ----------------- ---------------------  (4, addition s)  (5, simplifikasi) g) 1. (pq)(r s) (premis) b) 1. (pq)(q r) (premis) 2. rs (premis) 2. (q r)s (premis) 3. (2,de morgan) 3. s (premis) 4. (1,3 m ponen) 4. (1,2 transitivity) 5. (4,de morgan) 5. (4,3 m tollen) ----------------- ----------------------  (5,simplification)  (5, de morgan) h) 1. (pq)r (premis) c) 1. (pr)  q (premis) 2. r (premis) 2. q  r (premis) 3. (1,2 m tollen) 3. r (premis) 4. (3,de morgan) 4. (1,2 transitivity) ------------------- 5. (4,3 m tollen)  (4,simplification)  (5, de morgan) d) 1. p  (rq) (premis) i) 1. (pq)  (rs) (premis) 2. r (premis) 2. p (premis) 3. (2, addition ) 3. (1, addition) 4. (3, de morgan) 4. (1,3 m ponen) --------------------- -------------------  (m tollen)  (4, simplification) e) 1. p  q (premis) j) 1. p(qr) (premis) 2. q  r (premis) 2. q (premis) 3. (r  p)  t (premis) 3. (2, addition) 4. (1,2 transitivity) 4. (3,de morgan) 5. (4, ekuivalen r p) ------------------ -------------------  (1,4 m tollen)  (3,5 m ponen) 3. Buktikan bahwa konklusi dari pernyataan-pernyataan berikut valid dengan melengkapi aturan inferensinya. a) 1. sr 2. (pq) r 3. s  (q  r) 4. P -----------------  q b) 1. p(qr) 2. rs 3. p -----------------  s
  • 27. 11 c) 1. (p r)q 2. sp 3. s -----------------  q d) 1. (p q) r 2. r 3. tq -----------------  t e) 1. (p q)r 2. sp 3. q u 4. us ----------------  r f) 1. (pq)r 2. (qr) ----------------  p 4. Pada suatu hari Anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda pastikan kebenarannya: a. Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti sudah melihatnya ketika sarapan pagi. b. Aku membaca koran di ruang tamu atau aku membacanya di dapur. c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamata kuletakkan di ruang tamu. d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi. e. Jika aku membaca koran di ranjang, maka kacamata kuletakkan di meja samping ranjang. f. Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku ada di meja dapur. Berdasarkan pada fakta-fakta diatas, tentukan di mana letak kacamata tersebut. 5. Perhatikan hipotesa – hipotesa di bawah ini. a. Jika Ali mendapat A pada ujian akhir maka Ali mendapat A untuk matakuliah Logika Jnformatika b. Jika Ali mendapat A untuk matakuliah Logika Informatika maka dia dinominasikan mendapat beasiswa. c. Ali tidak dinominasikan mendapat beasiswa. Buatlah kesimpulan dari hipotesa di atas.