14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
Attitudes towards Interprofessional - Kelompok PA-TEN.pptx
1. PPDS FK Unand - Peeriode Januari 2024
Attitudes Towards
Interprofessional
Education in The
Medical Curriculum
a systematic review of the literature
01
Interprofessional Education
2. dr. Indra Budi Permana
Orthopaedi & Traumatologi
dr. Rince Novelia
Patologi Klinis
Interprofessional Education
02
dr. Lia Andini Sulistia Ningrum
Patologi Anatomi
dr. Sari Almira Taria
Dermatologi & Venerologi
dr. Yulia Oksi Yulanda
Ilmu Kesehatan Anak
dr. Kardiyus Syaputra
Obstetri & Ginekologi
dr. Sureza Larke Wajendra
Ilmu Bedah
dr. Exalt Weddi Suwantra
Ilmu Penyakit Dalam
4. 04
Interprofessional Education
Judul : Attitudes towards Interprofessional education in
the medical curriculum: a systematic review of the
literature
Penulis : Joana Berger-Estilita, Alexander Fuchs, Markus
Hahn, Hsin Chiang and Robert Greif
Asal : Department of Anaesthesiology and Pain Medicine,
Inselspital, Bern University Hospital, University of Bern,
Bern, Switzerland
Identitas Jurnal
5. Latar
Belakang
• IPE terjadi ketika “mahasiswa dari dua atau lebih profesi
saling belajar dari, tentang, dan mengenai satu sama lainnya
agar menghasilkan kolaborasi yang efektif dan menuju
outcome kesehatan yang lebih baik
• Bebera papenelitian empiris yang terus berkembang
menunjukkan IPE memiliki dampak positif seperti sikap,
pengetahuan, skills, dan attitude pada mahasiwa yang
terpapar IPE
• Kapan waktu terbaik mahasiswa kesehatan mendapatkan
IPE masih menjadi perdebatan
05
Interprofessional Education
6. 06
Kapan waktu yang tepat
untuk memberikan
intervensi IPE pada
kurikulum Pendidikan
kedokteran ?
Interprofessional Education
Research Question
“
7. 20
Metodologi Penelitian
Desain Studi
Sumber & Kriteria yang
Diseleksi
• Systematic Review yang berfokus pada Literatur berdasarakan
PRISMA ( Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-analyses)
• Meta-analysis dengan Group Study yang terdaftar PROSPERO.
• Dilakukan pada 12 Desember 2019
• Sumber data : PubMed, PsycINFO, EThOS, EMBASE, PEDro dan
SCOPUS
• Kata kunci pencarian : interprofession, interprofessional education,
inter professional, inter professionally, IPE, dan medical student
Interprofessional Education
8. 09
Kriteria Inklusi
• Penelitian kuantitatif yang melaporkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap terhadap IPE dengan
menggunakan instrument IPE yang telah divalidasi
• Penelitian yang menggunakan Instrumen yang telah
divalidasi secara komprehensif berdasarkan Tes
Psikometri.
• Penelitian dengan kuesioner yang reliabel dan valid
serta bisa dijadikan sebagai perbandingan di tingkat
internasional, juga penelitian yang bisa dibandingkan
menggunakan metode statistik
• Penelitian dengan minimal 35 mahasiswa kedokteran
di tahun yang sama
• Penelitian dengan durasi intervensi penelitian
maksimal 6 bulan
Interprofessional Education
9. 10
Kriteria Eksklusi
• Penelitian yang berasal darikonferensi dan abstrak
yang diterbitkan melalui artikel tanpa peer review
• Penelitian yang menggunakan kuesioner yang tidak
tervalidasi
• Penelitian yang tidak menyediakan tekslengkap
dalam Bahasa Inggris atau Jerman
Interprofessional Education
11. Terdapat 23 studi yang
dilakukan Systematic
review, 14 diantaranya
studi di Amerika
Serikat
07
Systematic
Review
“
5 studi di Eropa (UK, IT,
SP, GER, SWE)
1 Studi di
Singapore
2 studi di
Australia
Interprofessional Education
12. 12
Penilaian Kualitas dan
Risiko Bias
Menggunakan the McMaster Critical Review Form for
Quantitative Studies, nilai 1 jika memenuhi kriteria dan
0 jika tidak. Total skor 16.
Interprofessional Education
≤ 8 = poor
9 – 10 = fair
11 – 12 = good
15 – 16 = excellent
Interpretasi :
14. 14
23 Penelitian
Interprofessional Education
Tahun Pendidikan
•9 penelitian (39%) : Mahasiswa FK tahun pertama
•5 penelitian (22%) : Mahasiswa FK tahun kedua
•6 penelitian (26%) : Mahasiswa FK tahun ketiga
•2 penelitian (9%) : Mahasiswa FK tahun keempat
Penelitian
•Pre-test dan post test
16. 16
Interprofessional Education
Didapatkan 49 jenis outcome (luaran) menggunakan 46 instrument
penilaian yang berbeda, dengan 35 diantaranya menggunakan metode
kuesioner
Outcome :
• 38 dari 49 outcome menyatakan sikap terhadap IPE dan atau
profesi lain
• 8 dari 49 outcome menyatakan kepuasan terhadap IPE dan atau
profesi lain
• Sebagian besar penilaian terhadap sikap menggunakan RIPLS,
digunakan pada 6 penelitian.
• Total ada 22 jenis penilaian yang digunakan
17. Hasil
17
Interprofessional Education
• Lebih setengah penelitian (n=13) terjadi
peningkatan sikap positif terhadap IPE setelah
di intervensi
• 9 penelitian menyatakan mahasiswa
kedokteran tidak mengalami perubahan sikap
yang signifikan terhadap IPE
• 1 penelitian menyatakan peningkatan sikap
negative pasca intervensi
18. 11
Interprofessional Education
• Early (First Half) :
• 15 / 23 Penelitian
• Late (Second Half) :
• 8 / 23 Penelitian
• Secara umum lebih banyak dilakukan pada empat
tahun pertama pendidikan
Paparan
terhadap
IPE
19. 19
Masa Studi
Interprofessional Education
• Sarjana 3-4 tahun, dilanjutkan Program
Pendidikan Lanjutan selama 4 tahun
• 56 dari 141 sekolah kedokteran
terakreditasi adalah swasta
• Kelas lebih kecil dengan rata-rata 146
siswa per tahun pendidikan
• Lama Pendidikan 6 tahun tanpa program
apapun sebelumnya
• Ada 36 sekolah kedokteran negeri dan 2
sekolah kedokteran swasta
• Kelas lebih besar dengan rata rata jumlah
siswa lebih dari 260 per kelas
Amerika
Eropa
Implementasi IPE lebih mudah
dilakukan pada kelas yang kecil
Sekolah swasta memiliki tekanan
yang lebih besar untuk
mengevaluasi program
Lebih banyak Studi di
Amerika
20. 20
Interprofessional Education
(+) Berkontribusi pada pengembangan identitas profesional
siswa dan memberi pengalaman dalam bekerja secara
kolaboratif dengan siswa di berbagai profesi kesehatan
(-) Rumit karena siswa focus pada Pendidikan profesi
Clinical Years
Berguna dalam menghilangkan sikap
negatif dan menghindari stereotipe
Pre-clinical Years
• Dikenalkan pada tahun
awal pendidikan
• Dilanjutkan pada
kurikulum di tahun
tahun berikutnya
stereotipe
Kesimpulan
21. 1
2
3
4
5
21
Masih diperlukan lebih banyak penelitian mengenai model intervensi IPE (termasuk evaluasi
yang memadai mengenai keefektifitasan) khususnya mengenai hasil jangka panjang
Pelatihan IPE yang berkepanjangan tidak memungkinkan sehingga intervensi
intermiten mungkin merupakan strategi yang baik.
Perbedaan dalam keefektifan IPE dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan siswa, sikap,
harapan, stereotip, mode kurikulum.
Perencana kurikulum dan pembuat kebijakan harus merumuskan metode
Pendidikan interprofessional yang mengarah pada praktik yang lebih baik
Pengukuran kompentensi interprofessional yang lebih jelas diperlukan untuk menilai hasil
dari program gelar profesi kesehatan dan untuk menentukan pendekatan Pendidikan
interprofessional apa yahng bermanfaat bagi pasien dan masyarakat
Interprofessional Education
22. 22
Terdapat masalah dalam membuat meta analisis :
• Pertama RIPLS menggunakan rata-rata dalam
artikelnya, seharusnya dihitung dengan median
• Selain itu siswa yang melaporkan quisioner
sebelum dan sesudah intervensi dikumpulkan
dalam kelompok dan item berbeda (quisioner
megalami modifikasi)
• Dalam penelitian tertentu beberapa item tidak
dilaporkan
• Beberapa penelitian lain memberi skor terbalik
(sikap negatif) dan beberapa penelitian tidak
melaporkan perubahan skor yang merupakan
hasil metaanalisis yang baik
Interprofessional Education
23. 14
Keterbatasan
Penelitian
Interprofessional Education
• Perbedaan kurikulum yang significant
• Tinjauan sistematik ini mengambil penelitian dengan
jumlah sampel minimal 35 siswaàdapat menyebabkan
bias seleksi atau mengabaikan intervensi yang berpotensi
relevan
• Mengeluarkan laporan penelitian yang tidak melaporkan
hasil spesifik pada siswa kedokteran
• Mengeluarkan penelitian kualitatif non-acak, non
eksperimental
24. 24
• Pada tinjauan sistematis yang telah dilakukan menunjukkan
bukti perubahan sikap pada post-intervensi mahasiwa
kedokteran yang menerima IPE saat masa pre-klinis maupun
masa klinis.
• Masih sedikit penelitian yang melaporkan outcome IPE pada
jangka panjang maupun menengah
Interprofessional Education
Kesimpulan
25. Fun Hacks | Marceline Anderson
25
Apakah Bisa
Dilaksanakan?
Bisa! dengan
komitmen
bersama
27. Fun Hacks | Marceline Anderson
27
BUT HOW??
Program IPE
STUDY
DO
PLAN ACTION
Studi kualitatif
kebutuhan, Pertemuan
wakil Dekan 1 masing-
masing profesi, analisa
SWOT, pembentukkan
tim, pelatihan pengajar
Rapat prodi,
penyusunan kurikulum,
,embuat bahan ajar, uji
coba melaksanakan
perkuliahan IPE
Evaluasi dan analisa
proses
Lakukan perbaikan
OUTCOME:
•Peningkatan mutu
pembelajaran
•Peningkatan pengetahuan.
Sikap dan prilaku yang positif
terhadap IPE
•Keberhasilan IPC
28. SEMESTER KEDOKTERAN KEPERAWATAN KEBIDANAN GIZI/KESMAS TUJUAN METODE WAKTU
Orientasi mahasiswa
baru
Pengenalan IPE Pengenalan IPE Pengenalan IPE Pengenalan IPE
Menghilangkan
stereotype dan
eksklusivitas
Kuliah tatap Muka 1 hari
Tahun 1
Komunikasi Efektif
dalam praktek
kedokteran kepada
pasien dan
interprofesional
Komunikasi Efektif
dalam praktek
keperawatan kepada
pasien dan
interprofesional
Komunikasi Efektif
dalam praktek
kebidanan kepada
pasien dan
interprofesional
ilmu komunikasi
kepada pasien dan
interprofessional
Membangun cara
komunikasi yang baik
terhadap klien ataupun
dalam tim
Kuliah Tatap muka 1 minggu
Tahun 3 Modul IPE IPE IPE IPE
Membangun sikap
kerja tim dan
kolaborasi,
membangun identitas
profesional, saling
mengetahui peran dan
tanggung jawab
Kuliah kolaborasi antar
mahasiswa profesi,
Small group discussio
interprofesi,
Community health
project
4-6 minggu
Klinik FOME PKL PKL PKL
Menguatkan sikap
kerja tim dan
kolaborasi,
menguatkan identitas
profesional, saling
mengetahui peran dan
tanggung jawab
PKL kolaborasi
(Pelayanan pasien
dengan pendekatan
keluarga dalam tim
interprofesi)
4-6 minggu
Fun Hacks | Marceline Anderson
28
29. 29
Interprofessional Education
Terdapat pelatihan/coaching panduan cara
berkomunikasi, penerimaan penerima pelayanan
kesehatan dan pemaparan tanggung jawab masing-
masing profesi yang dilakukan secara berkala setiap
tahunnya dan dievaluasi setiap tiga bulan oleh
ambassador masing-masing departemen
Setelah melakukan coaching dilakukan roleplay/drill
dalam melakukan pelayanan pasien baik dalam ward
maupun ER antar departemen
30. 29
Interprofessional Education
Apabila terdapat pelanggaran pada panduan tersebut
dapat diadukan pada ambassador tiap departemen
(aduan sistematis), sanksi dapat berupa teguran
ataupun coaching ulang. Sanksi lebih berat dapat
berupa pengaduan langsung kepada koordinato, nilai
evaluasi tahunan karyawan, dan surat peringatan (SP)
dari HRD
Menurut ambassador, coaching dan evaluasi tersebut
menyebabkan meningkatnya tingkat kepuasan pasien
dan keluarga pasien; dan menurunnya tingkat complain
dari penerima pelayanan kesehatan
31. 29
Interprofessional Education
Pengalaman ketika bekerja di rumah sakit. Saat itu terjadi kesalahpahaman yang menurut
saya cukup fatal. Saat ada 2 orang pasien sebut saja pasien A dan pasien B. Pasien A
rencana dilakukan Tindakan operasi pengangkatan kanker buli pukul 18.00 dengan kondisi
pasien anemia (Hb 7,0). Pasien B adalah pasien dengan kanker tiroid yang direncanakan
pengangkatan kelenjar tidoid (total tiroidectomy) pukul 21.00.
Saat itu pasien masuk dari Poli pukul 14.00 dan saya sebagai dokter jaga saat itu
melakukan asesmen awal dan menyampaikan instruksi segera melakukan Tindakan
tranfusi untuk pasien A dan melaporkan persiapan operasi pasien B ke kamar operasi.
Namun saat saya visite ke ruangan pukul 17.30, pasien A masih belum mendapatkan
tranfusi dan perawat ruangan melaporkan pasien B ke dokter spesialis anestesi dengan
nilai tidoid yang sangat tinggi padahal tidak ada instruksi untuk melapor ke bagian
anestesi.
32. 29
Interprofessional Education
Akibatnya, pasien A batal operasi pukul 18.00 karena pasien harus diperbaiki terlebih dulu
kondisinya sebelum operasi, dan pasien B batal operasi karena dokter spesialis anestesi
meminta perbaiki hasil lab nya terlebih dulu. Saat itu saya langsung menghadap kepada
dokter bedahnya dan dokter bedah tersebut menjelaskan bahwa salah satu tujuan
operasi bukan hanya mengangkat tiroidnya, tetapi juga secara alami akan menurunkan
nilai hasil pemeriksaan tiroid yang saat inni sangat tinggi.
Dari situ saya belajar bahwa mengerjakan instruksi yang diminta itu penting dan
melakukan Tindakan yang tidak dikoordinasikan terlebih dulu juga berakibat fatal. Tentu
saja yang dirugikan pada kasus ini adalah pasien yang seharusnya bisa operasi sesuai
dengan jam yang sudah ditentukan namun mundur dan bahkan batal operasi karena
komunikasi antar petugas RS yang tidak baik.