2. Evaluasi kurikulum
1. Sebagai Kajian Akademik
2. Sebagai Profesi
3. Sebagai Kebijakan Publik
4. Sebagai Pengukuran
5. Sebagai penelitian
2
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
3. 1. EK Sebagai KajianAkademik
Evaluasi pendidikkan bersamaan dengan
hadirnya kegiatan pendidikan di sekolah (Guru
terhadap siswa)
Ketika proses pendidikan terjadi di sekolah,
maka guru berperan mengambil sebagian
tugas dari orang tua dalam mendidik,
Guru berperan sbg kajian akademik, berhasil
atau tidaknya proses pendidikan. (progress
proses pendidikan anak didik)
3
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
4. 2. EK Sebagai Profesi
Jika Evaluasi adalah suatu profesi, maka harus
ditempuh melalui pendidikan profesi di PT
bagi yang ingin menjadi evaluator di bidang
evaluasi kurikulum, sama halya dengan tenaga
profesi lainnya. (Guru, Dokter, Insinyur dll)
AS adalah negara paling maju dalam bidang
ini, Dg memiliki organisasi Evaluasi
Kurikulum “ American evaluation association
(AEA)
4
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
5. 3. EK Sebagai Kebijakan
Publik
Bentuk dukungan dengan dasar hukum seperti
UU No. 20 tahun 2003, sehingga secara legal
Indonesia telah memiliki dasar keberadaan
evaluasi di dalam dunia pendidikan.
PT dapat megalokasikan dana untuk evaluasi-
evaluasi program yang dikembangkannya.
Agar dapat menjaga mutu PT. (KKNI)
EK berperan untuk mereview perundang-
undangan.
5
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
6. 4. Evaluasi, Pengukuran dan
Tes
Evaluasi terkait erat dengan pengukuran dan
tes, perbedaannya dapat kita lihat diagram
venn, berikut.
E
V
A
L
U
A
S
i
pengukuran
Tes
Non
penguk
uran
6
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
7. 5. EK Sebagai penelitian
ASPEK EVALUASI PENELITIAN
TUJUAN Mentukan keunggulan dan
kelemahan
Menemukan kebenaran
FOKUS KAJIAN Utk fenomena masa kini Masa kini dan yad
PEMANFAATAN Utk waktu terbatas kurikulum
yg berlaku atau program yg
bersifat praktis
Utk waktu tak terbatas selama
fenomena yg dikaji masih ada
KEMANDIRIAN Tdk ada kebebasan krn
pemakai jasa evaluasi ikut
menentukan tujuan, waktu
dan metodologi evaluasi
Kebebasan ada pada peneliti,
kadang ada pengaruh dari
penyandang dana
SIFAT
PEKERJAAN
Berdasarkan minat (interent)
evaluator dan pemakai jasa
Berdasarkan minat peneliti
7
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
9. Definisi Evaluasi Kurikulum
No Evaluator Definisi Evaluasi
1 Tyler (1949) Is the process for determining the degree to which these
changes in behavior are actually taking place
2 Orint, M (1993) Evaluation is concerned with making judge about thing
3 Stufflebeam Is the process of delineating, obtaining, and providing useful
information for judging decision alternatives
4 Cronbach (1980) By term evaluation, we mean systematic examination of events
occurring in and consequent on a contemporary program
5 Meyer (1980) Is the effort to understand the functioning and effect of a
program
6 Guba dan
Lincoln (1985)
A process for describing and evaluating and judging its merit
(nilai) and worth (arti)
7 Longstreet dan
Shane (1993)
Evaluation is judging the success and merit of an undertaking
……… Strictly speaking, curriculum evaluation is concerned
with the success and merit of the curriculum and its design,
planned content, and implementation
9
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
10. (Tyler, 1949), Pengertian awal dari EK, evaluasi
berpokus pada upaya untuk menentukan
tingkat perubahan yang terjadi pada hasil
belajar (behavior)
*hasil belajar pada umumnya diukur dengan tes
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 10
11. Orient (1993)
EK Lebih menitikberatkan pada pemberian
pertimbangan (judgement) . Pertimbangan
yang diberikan berdasarkan kriteria yang
disepakati dan data yg diperoleh dari
lapangan
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 11
12. Hamid Hasan, Prof. Dr.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu
kurikulum untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai nilai dan arti dari
kurikulum dalam suatu konteks tertentu
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 12
13. Tujuan evaluasi Kurikulum
1. Menyediakan informasi mengenai
pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan
suatu kurikulum sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan
2. Menentukan tingkat keberhasilan dan
kegagalan suatu kurikulum serta faktor-faktor
yang berkontribusi dalam suatu lingkungan
tertentu
13
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
14. Lanjutan …
3. Mengembangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah yang dapat digunakan
dalam upaya perbaikan kurikulum,
4. Memahami da menjelaskan karakteristik
suatu kurikulum dan pelaksanaannya.
14
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
15. JENIS EVALUASI KURIKULUM
1. EVALUASI KONTEKS
2. EVALUASI DOKUMEN
3. EVALUASI PROSES
4. EVALUASI PRODUK/HASIL
15
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
16. 1.EVALUASIKONTEKS
Need assessment adalah salah satu bentuk dari
evaluasi konteks.
Dilakukan untuk menentukan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat yang akan
dilayani sekolah
Evaluasi mengenai kesesuain antara ide
kurikulum dengan lingkungan sosial budaya
dimana suatu kurikulum akan di laksanakan
Evaluasi konteks diarahkan kepada dukungan
masyarakat terhadap sekolah.
16
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
17. 2. evaluasidokumen
Evaluasi dokumen terdiri dari evaluasi terhadap
dokumen yang dihasilkan oleh pemerintah
maupun oleh sekolah.
Dokumen pemerintah berupa pp, permen,
keputusan/edaran dirjen, edaran dirjen dsb
Permen mngenai; kerangka dasar kurikulum,
struktur kurikulum, standar kompetensi,
komptensi dasar, beban belajar, kalender
akademik atau mengenai skl
pengesahan kurikulum sekolah harus mendapat
pengesahan dari kepala sekolah dan komite
sekolah
17
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
18. 3.Evaluasiproses
Kegiatan utama pendidikan adalah komunikasi dan interaksi
terencana antara guru dan siswa
Rekording terhadap proses tidak akan mampu
menggambarkan lingkungan pendidikan secara utuh
Evaluasi terhadap proses menjadi kepedulian banyak
evaluator
Permasalahan yang kompleks mendorong para peneliti untuk
menciptakan model-model evaluasi
Ketika guru melaksanakan proses implementasi kurikulum
maka guru berhadapan dg berbagai faktor di luar kendalinya.
Ahli kurikulum Stenhouse menyatakan bahwa proses
adalah jauh lebih penting dibandingkan dengan hasil.
18
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
19. 4. Evaluasi Produk/Hasil
Pada umumnya kita lebih mementingkan
“Produk” dari pada “ Proses”.
Sekolah A:
Input 7 Proses output 8
Sekolah B :
Input 5 Proses output 7
19
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
20. Masyarakat pada umumnya menyatakan
bahwa sekolah A lebih baik dari B, karena
hanya melihat produk (bahwa angka 8 lebih
tinggi dari angka 7)
Sejatinya berdasarkan proses sekolah B jauh
lebih baik, tetapi dimata masyarakat sekolah
B kurang perhatian. Sehingga masyarakat
berbondong-bondong ingin menyekolahkan
anaknya di sekolah A. sehingga munculah
sekolah favorite.
20
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
22. Kesalahan Birokrat
Dalam penentuan peringkat sekolah, Hanya
melihat output dari Ujian. Tidak melihat
kepada proses, bahkan penghargaan
terhadap sekolah yang berhasil dalam
peningkatan “proses” jarang menerima
penghargaan.
(kita sebagai akademisi mesti
mempertimbangkan proses belajar dalam
menentukan hasil pendidikan)
22
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
23. Pembelajaran
Hasil BelajarYang baik, harus dapat mencapai 3 ranah
kompetensi dasar manusia (Kognitif, afektif dan
Psikomotor),
Misalnya:
Seorang siswa mempunyai kemampuan membaca dengan
cepat dan dapat menyerap informasi yang banyak (tahap
ranah kognitif)
Tahap berikutnya dari membaca dia menemukan kesenangan,
kegembiraan, kepuasan, sehingga membaca itu menjadi
suatu kebiasaan membaca. (tahap ranah afektif).
Dari cara membaca dia harus mengatur posisi tubuh,
pencahayaan, kenyaman udara, supaya tidak cepat
ngantuk (tahap ranah Psikomotor)
23
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI
24. Dari contoh tsb di atas, memberikan kesan kepada
kita bahwa:
Jika kita bisa menciptakan masyarakat gemar
membaca, maka akan terbentuk kaum
akademisi, dengan harapan meminimalisir kaum
tawuran
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 24
25. Kesimpulan
1. Dalam rangka mengubah kurikulum yang
berlaku saat ini dengan kurikulum “Baru”,
maka kurikulum saat ini perlu dievaluasi
terlebih dahulu. Karena kita perlu data
kelemahan dan kekuatan dari kurikulum yang
akan diganti tesebut, sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat keputusan.
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 25
26. 2. Evaluasi Hasil Belajar
dari tidak tahu menjadi tahu : K
dari tidak mengerti menjadi mengerti: A
dari tidak bisa menjadi bisa: P
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 26
27. Ruang Lingkup Pengembangan
Kurikulum di Sekolah
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 27
IDE
KURIKUL
UM
STANDAR
ISI
LINGKU
NGAN
HASIL/DAMPAK
PROSES
SILABUS
DOKUMEN
KURIKULUM
SKL
28. Supervisi
Supervisi Kinerja guru sebagai bentuk quality
control terhadap kinerja guru.
Supervisi penting, untuk;
1. Pembinaan profesional guru
2. Perbaikan proses pembelajaran
3. Quality control pada out put
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 28
29. Prinsip-prinsip supervisi
1. Ilmiah (scientific)
a. Sistimatis
b. Objektif
c. Intrumen
2. Demokratis
3. Kooperatif
4. Konstruktif dan kreatif.
(Baca hal 271)
Dr. H. Virgana, MA. 2014, Unindra PGRI 29
32. Ujian Nasional
UNTidak menentukan kelulusan peserta didik di
sekolah. Kelulusan diserahkam kepada sekolah,
tetapi hasil UN digunakan sebagai
pertimbangan penerimaan mahasiswa baru
melalui jalur undangan atau Seleksi Nasional
Masuk PerguruanTinggi Negeri (SNMPTN).
Ketentuan mengenai penggunaan nilai UN SMA
sederajat sebagai pertimbangan dalam
SNMPTN ditentukan oleh masing-masing PT.
33. Bagaimana menurut pendapat
saudara fungsi di adakannya
Ujian Nasional bagi dunia
pendidikan, sedangkan Nilai UN
peserta didik tidak menjadi
faktor penentu Kelulusan?
34. Fungsi UN
1. Fungsi Pokok UN: adalah untuk mengukur
pencapaian standar kompetensi lulusan pada
mata pelajaran tertentu
2. Sedangkan fungsi tambahan: adalah sebagai
correction factor bagi nilai rapor.
3. Side effect: adanya Pemetaan mutu sekolah
35. Hasil Penelitian Puspendik
Bahwa “ ada hubungan yang signifikan antara
nilai UN dan nilai rapor. Semakin baik sebuah
sekolah, perbedaan antara nilai UN dan nilai
raport semakin rendah” Sebaliknya, semakin
jelek sebuah sekolah, perbedaan antara nilai UN
dan nilai rapor semakin tinggi (correction faktor)