Pelaku perjalanan dengan penyakit penyerta yang menggunakan moda transportasi udara memerlukan perlakuan dan penilaian khusus secara medis guna keamanan dan kenyamanan selama perjalanan
3. INDIKATOR HASIL BELAJAR
1. Peserta mampu menjelaskan konsep kesehatan
penerbangan
2. Peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesehatan penerbangan
4. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
Konsep
Kesehatan
Penerbangan
6. FISIOLOGI
PENERBANGAN
Semakin tinggi kemampuan
manusia untuk mencapai
ketinggian pada penerbangan,
pendakian gunung, dan pesawat
luar angkasa, semakin penting
kita memahami efek ketinggian
tempat dan rendahnya tekanan
udara terhadap tubuh manusia
dan hemostasis tubuh yang
terjadi di tempat ketinggian
dan penerbangan ruang
angkasa.
8. RESIKO PENERBANGAN
Resiko penerbangan khususnya
dalam kesehatan penerbangan
dapat saja terjadi karena perubahan
tekanan atmosfer.
Penyakit karena terbang tinggi
merupakan suatu sindrom yang
biasanya bersifat akut dan
disebabkan karena kurangnya
oksigen dalam jaringan sebagai
akibat menurunnya tekanan parsiil
dari oksigen dalam udara yang
dihirup dan mengakibatkan
terjadinya HIPOKSIA
KENALI
SIFAT DARI HIPOKSIA
1. Tidak terasa datangnya
2. Tidak memberikan rasa sakit ,
seringnya euphoria
GEJALA
1. Air hunger
2. Nadi dan Pernafasan meningkat
3. Gangguan cara berpikir,
konsentrasi dan melakukan
gerakan koordinatif
4. Cyanosis
5. Lemas
6. Kejang
7. Pingsan
8. Mengantuk
9. Malas
10. Euphoria
WASPADA
9. Kecuali hipoksia, semua kelainan yang
terjadi akibat berubahnya tekanan sekitar
tubuh, dalam penerbangan dikenal
dengan DYSBARISME
Dysbarisme dibagi menjadi 2 golongan:
1. Akibat pengembangan gas - gas
dalam rongga tubuh (traktus
gastrointestinal, telinga, gigi, sinus
paranasalis)
2. Akibat penguapan gas-gas yang
terlarut dalam tubuh (bends, chokes,
kulit, sistem saraf)
DYSBARISME JETLAG
JET LAG merupakan salah satu resiko dari
penerbangan. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan waktu dari tempat
keberangkatan ke daerah tujuan, sehingga
tubuh dipaksa untuk menyesuaikan diri
yang disebut juga Circardian Rhythms
Seseorang yang memiliki penyakit seperti
penyakit cardiovaskular, pulmonary,
neuropsychiatri serta kondisi khusus seperti:
hamil, pasca operasi, diabetes, fraktur,
penyakit mata, radiasi dll tentunya lebih
memiliki resiko untuk mengalami gangguan
kesehatan dalam penerbangan khususnya
penerbangan yang lama seperti dari tanah
air ke tanah suci begitupun sebaliknya.
10. Perjalanan
Udara
● Pesawat Boeing
● Kloter : 393-450 pax
● Durasi : 9 - 11 jam
● Jarak jauh
● Ketinggian pesawat
30.000-40.000
● Perbedaan waktu
(Indonesia lebih cepat 4
jam dari Arab Saudi)
14. Asuhan Keperawatan Pre - Flight
Asuhan Keperawatan Pre
Flight dimulai ketika
Jemaah Haji tiba di
Asrama Haji Embarkasi
sampai dengan sebelum
naik pesawat
15.
16. Asuhan Keperawatan Pre - Flight
Pada tahap inilah yang akan
menentukan Jemaah Haji
tersebut LAIK atau TIDAK LAIK
TERBANG. Bagi Jemaah yang
laik terbang dengan penyakit
tertentu, harus mendapatkan
perhatian yang ekstra dan perlu
dilakukan pemeriksaan tekanan
darah dan saturasi oksigen
terutama bagi Jemaah haji
dengan komorbid penyakit
jantung dan paru.
Bagi Jemaah dengan komorbid
anemia dan riwayat perdarahan
perlu dilakukan pemeriksaan Hb
rapid test sebelum terbang.
Mengingat sebagian besar
Jemaah yang berangkat sudah
berusia lanjut, dan mungkin
juga ini adalah pengalaman
pertama kali bagi mereka
melakukan perjalanan dengan
menggunakan pesawat, maka
hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap psikisnya.
17. Pengkajian
Perilaku
1. Penurunan produktivitas
2. Gelisah
3. Melihat sepintas
4. Insomnia
5. Kontak mata yang buruk
6. Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa
hidup
7. Agitasi
8. Mengintai
9. Tampak waspada
18. Pengkajian
Afektif
1. Gelisah
2. Kesedihan yang mendalam
3. Kebencian
4. Perasaan tidak adekuat
5. Berfokus pada diri sendiri
6. Peningkatan kewaspadaan
7. Iritabilitas
8. Gugup, senang berlebihan
9. Bingung, menyesal
10.Ragu, tidak percaya diri
11. Khawatir
24. 1. Krisis situasional, maturasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Ancaman terhadap konsep diri,
terhadap kematian
4. Kekhawatiran mengalami
kegagalan
5. Disfungsi sistem keluarga
6. Hubungan orang tua-anak
tidak memuaskan
7. Faktor keturunan
(temperamen mudah teragitasi
sejak lahir)
8. Penyalahgunaan zat
9. Terpapar bahaya lingkungan
(mis. toksin, polutan, dan lain-
lain)
10.Kurang terpapar informasi
Penyebab
25. Tanda Gejala
Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir
dengan akibat.
3. Sulit berkonsentrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
M
A
Y
O
R
M I N O R
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.
Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremor.
6. Muka tampak pucat.
27. Intervensi Keperawatan Reduksi Ansietas
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah dan kemampuan mengambil
keputusan
2. Monitor tanda - tanda ansietas
OBSERVASI
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani jemaah untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh
perhatian
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
6. Motivasi untuk mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Lakukan pengukuran tekanan darah, dan saturasi oksigen
TERAPEUTIK
28. Intervensi Keperawatan Reduksi Ansietas
EDUKASI
KOLABORASI
1. Informasikan secara faktual mengenai diagnosa, pengobatan, dan prognosis
2. Anjurkan jemaah haji melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan
mengungkapkan perasaan dan persepsi
3. Anjurkan untuk melakukan peregangan selama di pesawat dan mengurangi kopi
sebelum keberangkatan
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Ajarkan cara penggunaan toilet di pesawat
6. Jelaskan hal hal yang harus dilakukan ketika berada di pesawat
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
29. Yang Diperhatikan
Saat Pre-Flight
1. Pemantauan seluruh
Jemaah terutama yang
RISTI
2. Obat (pengisian lembar
obat dan legalisasi oleh
KKP, copy resep, insulin,
3. Barang bawaan yang
dilarang
4. Koordinasi dengan PPIH
Embarkasi bidang
kesehatan (pra manifest,
Jemaah tidak laik terbang
5. Koordinasi dengan
maskapai jemaah yang
membutuhkan kursi roda
30.
31. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
Asuhan
Keperawatan
In-Flight
32. Askep In-Flight
Perubahan tekanan, suhu,
oksigen, dan kelembaban saat
kita sedang terbang
menggunakan pesawat
ternyata bisa mempengaruhi
fungsi tubuh. hal ini bisa
mengakibatkan terjadinya
● Hipoksia
● Dehidrasi
● Deep Vein Thrombosis
● Hipotermia
● Mabuk Udara
33. Penyebab
Hipoksia
1. Oksigenasi paru yang tidak
memadai
2. Penyakit paru
3. Shunt vena ke arteri
4. Transpor dan pelepasan
oksigen yang inadekuat
5. Pemakaian oksigen yang
tidak memadai pada
jaringan
Dehidrasi
Suhu dingin secara otomatis
tubuh akan banyak
mengeluarkan panas
sehingga akan menyebabkan
pemakaian energi dan cairan
yang berlebih sehingga
dapat menyebabkan
dehidrasi
In-Flight
34. Deep Vein Thrombosis
1. Iritasi atau cedera vena
dalam
2. Aliran darah yang melambat
karena kurang gerak
3. Darah yang menggumpal
Hipotermia
Paparan cuaca atau air dingin
yang terlalu lama tanpa
pakaian yang lengkap untuk
menahan kondisi dingin
Mabuk Udara
Pengaruh gaya G yang kecil tetapi
secara berulang-ulang yang
menyerang alat keseimbangan
Penyebab In-Flight
35. ● Gangguan pertukaran gas b.d
Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, Perubahan membran
alveolus-kapiler d.d Dispnea, PCO2
meningkat / menurun, PO2
menurun. Takikardia, Bunyi napas
tambahan, Pusing,, Penglihatan
kabur, Sianosis. Diaforesis.
Gelisah. Napas cuping hidung.
Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/irregular
dalam/dangkal). Warna kulit
abnormal (mis. pucat, kebiruan).
Kesadaran menurun
Outcome
Pertukaran gas meningkat
Intervensi keperawatan
1. Pemantauan respirasi
2. Terapi oksigen
Diagnosa Keperawatan
37. ● Hipovolemia b.d kekurangan intake
cairan, evaporasi d.d frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menyempit, membrane
mukosa kering, volume urine
menurun, merasa lemah, mengeluh
haus, pengisian vena menurun,
status mental berubah, suhu tubuh
meningkat, konsentrasi urine
meningkat.
Outcome
Status cairan membaik
Intervensi Keperawatan
1. Manajemen hipovolemia
2. Pemantauan cairan
Diagnosa Keperawatan
38.
39. ● Perfusi perifer tidak efektif b.d
Hiperglikemia, Penurunan konsentrasi
hemoglobin, Peningkatan tekanan
darah, Kekurangan volume cairan.
Penurunan aliran arteri dan/atau
vena, Kurang terpapar informasi
tentang faktor pemberat (mis.
merokok, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas), Kurang terpapar
informasi tentang proses penyakit
(mis. diabetes melitus, hiperlipidemia),
Kurang aktivitas fisik. d.d Pengisian
kapiler > 3 detik. Nadi perifer menurun
atau tidak teraba. Akral teraba dingin.
Warga kulit pucat. Parastesia. Nyeri
ekstremitas, edema. Turgor kulit
menurun.
Outcome
Perfusi perifer meningkat
Intervensi Keperawatan
1. Perawatan sirkulasi
2. Manajemen sensasi
perifer
Diagnosa Keperawatan
40. ● Hipotermi b.d Terpapar suhu
lingkungan rendah, Malnutrisi,
Pemakaian pakaian tipis,
Penurunan laju metabolisme, Tidak
beraktivitas, Kurang terpapar
informasi tentang pencegahan
hipotermia d.d kulit terasa dingin,
Menggigil, Suhu tubuh dibawah
nilai normal, Akrosianosis,
Bradikardi, Dasar kuku sianotik,
Hipoglikemia, Hipoksia, Pengisian
kapiler > 3 detik, Konsumsi oksigen
meningkat, Piloereksi/merinding,
Takikardia, Vasokonstruksi perifer
Outcome
Termoregulasi membaik
Intervensi Keperawatan
Manajemen hipotermia
Diagnosa Keperawatan
41. ● Nausea b.d mabuk perjalanan,
Gangguan biokimiawi (mis.
uremia, ketoasidosis diabetik)
Gangguan pada esophagus,
Distensi lambung, Iritasi
lambung, d.d Mengeluh mual,
Merasa ingin muntah, Tidak
berminat makan, Saliva
meningkat, Pucat, Diaforesis,
Takikardia
Outcome
Tingkat nausea menurun
Intervensi Keperawatan
Manajemen mual
Diagnosa Keperawatan
42. Yang Diperhatikan
Saat In-Flight
1. Visitasi seluruh Jemaah
terutama yang risti secara
bergantian
2. Koordinasi dengan purser
medical kit dan dokter kit
yang ada di pesawat
3. Pencegahan dehidrasi dan
edukasi toilet training
4. Pencegahan DVT
5. Anjuran istirahat tidur
6. Mengingatkan Jemaah
untuk mengkonsumsi obat
rutinnya tepat waktu
43.
44. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
Asuhan
Keperawatan
Post-Flight
45.
46. Askep Post-Flight
Fatigue adalah penurunan
kapasitas kerja fisik dan mental
yang tidak pulih dengan
istirahat
Barotitis adalah kerusakan
pada telinga tengah yang
disebabkan oleh tekanan udara
yang tidak seimbang
Jet Lag adalah suatu kondsi
fisiologis yang terjadi akibat
gangguan terhadap circardian
rhythms tubuh
Demensia adalah sindrom
penurunan kognitif dan
fungsional, biasanya terjadi di
kemudian hari sebagai akibat
dari neurodegeratif dan proses
serebrovaskuler
47. Fatigue
Tanda dan Gejala:
1. Merasa energi tidak pulih
walaupun telah tidur
2. Mengeluh lelah
3. Tampak lesu
4. Tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin
5. Kebutuhan istirahat meningkat
6. Merasa bersalah akibat tidak
mampu menjalankan tanggung
jawab
Pengkajian
48. ● Keletihan b.d Gangguan
tidur, Kondisi fisiologis (mis.
penyakit kronis, penyakit
terminal, anemia,
malnutrisi), Stres berlebihan,
Depresi d.d mengeluh lelah,
merasa kurang tenaga,
tampak lesu, merasa energi
tidak pulih walaupun telah
tidur.
Outcome
Tingkat keletihan menurun
Intervensi Keperawatan
1. Edukasi aktivitas/istirahat
2. Manajemen Energi
Diagnosa Keperawatan
49. Diagnosis kelelahan merupakan perasaan subjektif yang tidak
teratasi dengan istirahat dan intervensi keperawatan tidak
difokuskan untuk meningkatkan daya tahan beraktivitas, melainkan
untuk membantu Jemaah beradaptasi dengan kondisi yang
dialaminya.
50. Intervensi Keperawatan Keletihan
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan jemaah menerima informasi
2. Berikan kesempatan kepada jamaah untuk bertanya
3. Anjurkan jemaah untuk dapat menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
4. Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat ( mis: kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas)
5. Ajarkan jemaah cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
51. Pengkajian
Barotitis
Tanda dan gejala:
1. Pada ketinggian rasa sakit
pada telinga tengah karena
meregangnya selaput
gendang, bahkan dapat
merobekkan selaput gendang
2. Pada waktu turun tekanan di
telinga tengah menjadi lebih
kecil dari tekanan di luar
sehingga udara akan mengalir
masuk telinga tengah
53. Intervensi Keperawatan Nyeri Akut
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Observasi
1. Identifikasi
● Local, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
● Skala nyeri
● Respon nyeri non verbal
● Faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
2. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
54. Intervensi Keperawatan Nyeri Akut
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan manuver valsava dan manuver Toynbee
4. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik jika perlu
55. Gunakan manuver Toynbee untuk melegakan telinga.
• Manuver ini dapat membantu melegakan tekanan di
telinga tengah dan menghilangkan sumbatan yang
membuat Anda merasa tidak nyaman.
• Minumlah seteguk air, tetapi jangan langsung ditelan.
• Tutup mulut Anda dan gunakan jari tangan untuk
menutup lubang hidung. Setelah itu, telan air yang ada
di dalam mulut. Anda boleh mengulangi manuver ini
maksimal 5 kali.
Gunakan manuver valsalva untuk melepaskan tekanan
pada telinga.
• Tutup kedua lubang hidung dan mulut Anda.
• Hembuskan napas perlahan dengan mencoba
mengeluarkannya dari hidung.
• Jangan mengembuskan udara terlalu kuat karena bisa
merusak gendang telinga. Anda mungkin bisa
mendengar suara letupan kecil saat tekanan pada telinga
terlepas, tetapi seharusnya tidak merasa nyeri.
Manuver Valsava dan Manuver Toynbee
56. Pengkajian
Jet Lag
Tanda dan gejala:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan, pola tidur tidak
biasa, insomnia
3. Disorientasi, pening,
iritabilitas
4. Depresi kecil
5. Diare
57. ● Gangguan pola tidur b.d
Hambatan lingkungan (mis.
kelembaban lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan,
kebisingan, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tinda
kan), Kurang kontrol tidur
Kurang privasi, Tidak familiar
dengan peralatan tidur d.d
Mengeluh sulit tidur, Mengeluh
sering terjaga, Mengeluh tidak
puas tidur, Mengeluh pola tidur
berubah, Mengeluh istirahat
tidak cukup
Outcome
Pola tidur membaik
Intervensi Keperawatan
Dukungan Tidur
Diagnosa Keperawatan
58. Intervensi Keperawatan Gangguan Pola Tidur
Observasi
1. Identifikasi pola
aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor
pengganggu tidur
3. Identifikasi makanan
dan minuman yang
mengganggu tidur
4. Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi
1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur)
2. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresure)
4. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Terapeutik
59. Intervensi Keperawatan Gangguan Pola Tidur
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama penerbangan
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
4. Ajarkan faktor faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis, psikologis, gaya hidup)
5. Ajarkan relaksasi otot
60. Demensia
Tanda dan gejala:
1. Kehilangan memori
2. Kesulitan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
3. Masalah dengan Bahasa
4. Disorientasi waktu dan tempat
5. Tidak dapat mengambil
keputusan
6. Perubahan suasana hati dan
kepribadian
Pengkajian
61. Diagnosa Keperawatan
● Konfusi akut b.d delirium,
demensia, Fluktuasi siklus
tidur-bangun, Usia lebih dari
60 tahun, d.d Kurang motivasi
untuk memulai/menyelesaikan
perilaku berorientasi tujuan
dan terarah. Fluktuasi fungsi
kognitif, tingkat kesadaran,
aktivitas psikomotorik, salah
persepsi, halusinasi, gelisah
Outcome
Tingkat konfusi menurun
Intervensi Keperawatan
Manajemen Delirium
62. Intervensi Keperawatan Konfusi Akut
Observasi
1. Identifikasi faktor resiko delirium
2. Monitor status neurologis dan tingkat delirium
Terapeutik
1. Berikan pencahayaan yang baik
2. Hindari stimulus sensori berlebihan
3. Sediakan jam yang mudah terbaca
4. Sediakan informasi apa yang terjadi dan apa yang dapat terjadi
selanjutnya
5. Lakukan reorientasi
6. Sediakan lingkungan fisik yang konsisten
7. Berikan informasi baru secara perlahan, sedikit demi sedikit, diulang
ulang
63. Intervensi Keperawatan Konfusi Akut
Edukasi
Anjuran penggunaan alat bantu sensorik (kacamata, alat bantu
dengar)
Kolaborasi
Kolaborasi penggunaan obat ansietas, jika perlu
64. Yang Diperhatikan
Saat Post-Flight
1. Koordinasi dengan purser
Jemaah yang perlu kursi
roda
2. Evakuasi Jemaah yang
membutuhkan pertolongan
darurat
3. Koordinasi dengan tim medis
daker bandara (jika ada
Jemaah yang rujuk, dirawat,
wafat)
4. Persiapkan pencatatan dan
pelaporan menjelang
mendarat (jumlah Jemaah,
jumlah Jemaah jika ada yang
sakit, butuh kursi roda,
dirujuk, tanazul, wafat