SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
KONSEP DASAR PENYAKIT
I. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg.
(Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. (http://www.ningharmanto.com/2009/01/hipertensi/)
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan
Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
“normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
II. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar
seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih tinggi
dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan
tekanan darah dengan penyebab tertentu.
III. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
 Stenosis arteri renalis
 Pielonefritis
 Glomerulonefritis
 Tumor-tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
 Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
 Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
 Hiperaldosteronism
 Sindroma Cushing
 Feokromositoma
3. Obat-obatan
 Pil KB
 Kortikosteroid
 Siklosporin
 Eritropoietin
 Kokain
 Penyalahgunaan alkohol
 Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
 Koartasio aorta
 Preeklamsi pada kehamilan
 Porfiria intermiten akut
 Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
V. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
VI. MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
 sakit kepala
 kelelahan
 mual
 muntah
 sesak nafas
 gelisah
 pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
VII. KLASIFIKASI
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori Sistolik
(mmhg)
Diastolik
(mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi.
berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua
kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
"normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced
hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah
bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR.
Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat,
peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap
hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan
sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah
secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat
dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya
bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.
VIII. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya :
 Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
 Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
 Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
 Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU,
Abdul Madjid (2004), meliputi :
 Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan
adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya
diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, HDL, LDL
 Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
 Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum
(meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat
menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan
tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal),
asam urat (factor penyebab hipertensi)
 Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
X. PENATALAKSANAAN
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan
pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat
dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai
pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
 Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
 Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
 Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa
berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
 Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
 Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
 Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.
 Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
SIRKULASI
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular.
Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan
diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan
jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak
teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2
pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur
stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ;
pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
INTEGRITAS EGO
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan
empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara.
ELIMINASI
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
dimasa lalu)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena;
glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
NEUROSENSORI
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori
(ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon
dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat
dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi
(indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
PERNAPASAN
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal
paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi).
Sianosis.
KEAMANAN
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal.
PEMBELAJARAN/PENYULUHAN
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
serebrovaskular/ginjal.
r risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain;
penggunaan obat/alcohol.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan
Misinterpretasi informasi
9. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
III. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RA
1 Gangguan perfusi
serebral berhubungan
dengan penurunan
suplai oksigen otak
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
dapat mencapai atau
mempertahankan tingkat umum
sadar penuh,bebas dari gejala
atau komplikasi neurologis
merugikan dengan kriteria hasil
:
 Pasien dapat
mendemonstrasikan tanda-tanda
vital stabil
1. Pantau TD, catat adanya
hipertensi sistolik secara
terus menerus dan tekanan
nadi yang semakin berat.
2. Pantau frekuensi jantung,
catat adanya Bradikardi,
Tacikardia atau bentuk
Disritmia lainnya.
3. Pantau pernapasan
meliputi pola dan
iramanya.
4. Catat status neurologis
dengan teratur dan
bandingkan dengan
keadaan normalnya
5. Berikan obat anti
hipertensif misal
diazoksida (hiperstat) dan
hidralazin (apresolin)
 Normal
mempertaha
otak yang ko
fluktuasi
Kehilangan
mengikuti k
vaskularisas
lokal/menyeb
 Perubahan
sering B
Disritmia d
mencermink
depresi/traum
otak pada
memiliki
sebelumnya.
 Napas yang
menunjukka
gangguan
memerlukan
lebih lanjut.
 Pengkajia
adanya p
kesadaran
berguna d
lokasi peny
perkembang
serebral.
 Efektif d
tekanan dar
krisis hiper
dihubungkan
intoksifikasi
2 Perubahan nutrisi :
lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan masukan
berlebih sehubungan
dengan kebutuhan
metabolik.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
mampu mengidentifikasi
hubungan antara hipertensi
dengan kegemukan, dengan
kriteria hasil :
 Pasien menunjukkan perubahan
pola makan
 Mempertahankan berat badan
dengan pemeliharaan kesehatan
optimal
 Melakukan/mempertahankan
program olahraga yang tepat
secara individual
1. Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan langsung
antara hipertensi dan
kegemukan
2. Bicarakan pentingnya
menurunkan masuka kalori
dan batasi batasan lemak,
garam dan gula
3. Tetapkan keinginan pasien
untuk menurunkan berat
badan
4. Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet.
5. Rujuk ke ahli gizi sesuai
indikasi
 Kegemuk
tambahan
darah tingg
antara kap
peningkatan
jantungberk
peningkatan
 kesalahan
menunjang
ateroskleros
yang meru
hipertensi.
garam mem
cairan intra
merusak g
memperburu
 motivasi
berat bada
Individu h
untuk menu
bila tidak m
akan berhas
.

kekuatan/ke
program
membantu
individu
penyesuaian
 Memberik
bantuan d
kebutuhan d
3 Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan edema
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan keseimbangan
masukan dan haluaran,BB
stabil, tanda vital dalam rentang
normal dan tak ada oedema
dengan kriteria hasil :
 Menyatakan pemahaman diet
individu/pembatasan cairan
1. Awasi denyut jantung, TD,
CVP
2. Catat pemasukan dan
pengeluaran secara akurat.
3. Awasi berat jenis urine
4. Timbang tiap hari dengan
alat dan pakaian yang sama
5. Kaji kulit, wajah area
tergantung untuk edema
6. Berikan obat sesuai
indikasi (diuretik)
 Tacikardi d
karena 1.
untuk meng
Pembatasan
selama
hipovolemia
perubahan
ginjal dan
renin-angiot
 Perlu untuk
gnjal, kebu
cairan
 Mengukur
untuk mengk
 Penimban
harian ad
status
Peningkatan
dari 0,5 kg
retensi caira
 Edema ter
jaringan ya
tubuh conto
area lumbos
 Membantu
cairan
4 Nyeri berhubungan
dengan peningkatan
tekanan vascular
serebral dan iskemia
miokard
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
Nyeri terkontrol dengan kriteria
hasil :
 Mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan
 Mengikuti regimen farmakologi
yang diresepkan
 Skala nyri 0-1
 Wajah pasien tidak meringis
1. Observasi derajat nyeri
2. Pertahankan tirah baring
selama fase akut
3. Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit
kepala atau nyeri dada
misal, kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan
leher, teknik relaksasi (
panduan imajinasi,
distraksi ) dan aktivitas
waktu senggang.
4. Minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
misalnya, mengejan saat
BAB, batuk panjang,
membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda vital
 Mengetahui
dirasakan
mempermud
selanjutnya

stimulasi/me
relaksasi
 Tindakan
tekanan va
yang memp
respon simp
menghilangk
komplikasin
 Aktivitas
vasokontriks
kepala pada
tekanan vas
 Mengetahu
6. Kolaborasi :
- Analgesik
- Antiansietas mis,
lorazepam, diazepam
pasien. Pe
tanda vita
nyeri belum
 Menurunka
dan menu
sistem saraf
 Dapat me
dan ketida
diperberat o
5 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
Kelemahan umum
dan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang
diinginkan/diperukan dengan
kriteria hasil :
 Melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat
diukur
 Menunjukkan penurunan dalam
tanda-tanda intoleransi fisiologi
1. Kaji respon pasien
terhadap aktivitas,
perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20 kali per menit
di atas frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan darah
yang nyata selama /sesudah
aktivitas, dpsnea atau nyeri
dada, keletihan dan
kelemahan yang
berlebihan, diaforesis,
pusing atau pingsan
2. Instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energi
, misalnya menggunakan
kursi saat mandi, duduk
saat menyisir rambut atau
menggosok gigi,
melakukan aktivitas
dengan perlahan
 Menyebutka
membantu d
respons fisio
aktivitas dan
merupakan i
kelebihan ke
dengan tingk
 Teknik meng
mengurangi
juga memba
antara supla
oksigen
3. Kaji sejauh mana aktivitas
yang dapat ditoleransi
4. Berikan dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat
ditoleransi
 Mengidentif
kemampuan
melakukan a
perawatan d
 Kemajuan a
mencegah pe
jantung tiba
bantuan han
kebutuhan h
mendorong k
melakukan a
6 Ansietas
berhubungan dengan
perubahan kondisi
kesehatan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
tampak rileks
Kriteria hasil:
 Melaporkan cemas berkurang
sampai hilang
 Mampu mengidentifikasi cara
hidup yang sehat untuk
membagikan perasaannya
1. Observasi tingkah laku
yang menunjukkan tingkat
ansietas
2. Tinggal bersama pasien,
mempertahankan sikap
yang tenang. Mengakui
atau menjawab
kekhawatirannya dan
mengizinkan perilaku
pasien yang umum.
3. Jelaskan prosedur,
lingkungan sekeliling atau
suara yang mungkin
didengar oleh pasien
 Ansietas rin
ditunjukkan
rangsang da
Ansietas ber
kedalam kea
menimbulka
terancam, ke
untuk berbic
 Menegaskan
orang terdek
perasaan pa
lingkungann
 Memberikan
akurat yang
kesalahan in
dapat berper
4. Bicara singkat dengan kata
sederhana.
5. Kurangi stimulasi dari luar
: tempatkan pada ruangan
yang tenang, kurangi
lampu yang terlalu terang,
kurangi orang jumlah orang
yang berhubungan dengan
pasien
ansietas
 Rentang per
menjadi pen
berkurang y
kemampuan
informasi.
 Menciptaka
terapiutik
7 Koping individu
tidak efektif
berhubungan dengan
Krisis situasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
mampu mengidentifikasi
perilaku koping efektif dengan
kriteria hasil :
 Menyatakan kesadaran
kemampuan koping/kekuatan
pribadi
 Mengidentifikasi potensial
situasi stres dan mengambil
langkah untuk menghindari atau
mengubahnya.
 Mendemonstrasikan
pengguanaan keterampilan atau
metode koping efektif
1. kaji keefektifan strategi
koping dengan
mengobservasi perilaku
misal, kemampuan
menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan dalam
partisipasi dalam rencana
pengobatan
2. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi stresor
spesifik dan kemungkinan
strategi untuk
mengatasinya
3. Libatkan pasien dalam
perencanaan perawatan dan
beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana
 Mekanisme
mengubah p
mengatasi h
mengintegra
diharuskan
sehari-hari
 Manifestasi
maladaptif m
indikator m
dan diketa
penentu utam
 Keterlibatan
perasan k
berkelanjuta
keterampilan
meningkatka
pengobatan
4. Dorong pasien untuk
mengevaluasi
prioritas/tujuan hidup.
Tanyakan ” apakah yang
anda lakukan merupakan
apa yang anda inginkan?”
5. Bantu pasien utuk
mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu
untuk menyesuaikan
daripada membatalkan
tujuan diri/keluarga
regimen tera
 Fokus
terhadap re
ada relatif t
pasien ten
diinginkan.
 Perubahan
diprioritaska
untuk meng
menentu dan
8 Kurang pengetahuan
mengenai kondisi dan
rencana pengobatan
berhubungan dengan
Misinterpretasi
informasi
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
menyatakan pemahaman tentang
proses penyakit dan regimen
pengobatan dengan kriteria hasil
:
 Mengidentifikasi efek samping
obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu
diperhatikan
 Mempertahankan TD dalam
parameter normal
1. Kaji kesiapan dan
hambatan dalam belajar.
Termasuk orang terdekat
2. Tetapkan dan nyatakan
batas TD normal. Jelaskan
tentang hipertensi efeknya
pada jantung, pembuluh
darah, ginjal dan otak.
3. Hindari mengatakan TD ”
 Kesalahan k
menyangkal
perasaan sej
lama dinikm
minat pasien
untuk memp
kemajuan da
pasien tidak
bahwa mem
pengobatan
perubahan p
dipertahank
 Pemahaman
darah tinggi
gejala adala
normal ” dan gunakan
istilah ” terkontrol dengan
baik ” saat menggambarkan
TD pasien dalam batas
yang diinginkan.
4. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi faktor-
faktor risiko kardiovaskuler
yang dapa diubah misal,
obesitas, diet tinggi lemak
jenuh dan kolesterol, pola
hidup monoton,merokok,
minum alkohol, pola hidup
penuh stres.
5. Atasi masalah dengan
pasien untuk
mengidentifikasi cara
dimana perubahan gaya
hidup yang tepat dapat
dibuat untuk mengurangi
faktor-faktor penyebab
Hipertensi
6. Bahas pentingnya
menghentikan merokok
dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk
berhenti merokok.
memungkink
melanjutkan
meskipun ke
 Karena peng
hipertensi ad
kehidupan, m
penyampaia
akan memba
memahami k
melanjutkan
pengobatan/
 Faktor-fakt
menunjukka
menunjang h
penyakit kar
ginjal.
 Dengan men
perilaku yan
”biasa/mem
aman”akan
menyusahka
petunjuk dan
meningkatka
pasien dalam
tugas
 Nikotin men
ketokolamin
peningkatan
TD, dan vas
mengurangi
dan meningk
miokardium
9 Risiko tinggi
penurunan curah
jantung berhubungan
dengan Peningkatan
afterload,
vasokontriksi
pembuluh darah.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
mampu berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan
tekanan darah/ beban kerja
jantung dengan criteria hasil :
 Mempertahankan tekanan darah
dalam rentang individu yang
dapat diterima
 Memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung yang stabil
dalam rentang normal pasien
1. Pantau TD. Ukur pada
kedua tangan/ paha untuk
evaluasi awal. Gunakan
ukuran manset yang tepat
dan teknik yang akurat.
2. Catat keberadaan, kualitas
denyutan sentral dan
perifer
3. Auskultasi tonus jantung
dan bunyi nafas
 Perbandin
memberikan
lebih le
keterlibatan
vaskular.
diklasifikasik
dewasa se
tekanan dia
hasil pengu
atas 130
sebagai pen
kemudian
Hipertensisis
merupakan
ditentukan
serebrovask
iskemi jant
diastolik 90-
 Den
,jugularis,ra
mungkin t
pada tungka
mencermink
vasokontriks
) dan konges
4. Amati warnakulit,
kelembaban, suhu dan
masa pengisian kapiler
5. Pertahankan pembatasan
aktivitas seperti istirahat di
tempat tidur/ kursi, jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan, bantu pasien
melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
kebutuhan
6. Berikan lingkungan
tenang, nyaman, kurangi
aktivitas / keributan
lingkungan. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal.
7. Kolaborasi :
- Berikan obat-obat sesuai
indikasi seperti Diuretik
tiazid dan vasodilator
 S4 umum te
hipertensi b
hipertrofi
krakel,
mengindikas
sekunder t
atau gagal j
 Adanya p
lembab da
kapiler
berkaitan d
atau
dekompensa
jantung.
 Menurun
ketegangan
tekanan da
penyakit hip
 Membantu
rangsang
meningkatka
 Tiazid m
sendiri atau
obat lain un
pada pasie
ginjal yan
Diuretik ini
agen antihip
membatasi
Vasodilator
aktivitas ko
vena pada u
10 Risiko injuri/cedera
berhubungan dengan
penglihatan ganda (
diplopia )
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
tidak mengalami suatu injury
dalam perawatan di rumah sakit
maupun di rumah dengan
kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami cedera.
1. Jauhkan dari benda-benda
tajam
2. Berikan penerangan yang
cukup
3. Usahakan lantai tidak licin
dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga
klien untuk selalu
menemani klien dalam
beraktivitas
 Meminimalk
 Meminimalk
benturan
 Meminimalk
 Menghindar
saat istiraha
 Untuk menin
keamanan
IV. EVALUASI
Dx 1: Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
Dx 2: Pasien menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
Dx 3: Pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang
normal dan tak ada oedema
Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
Dx.4: Pasien mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Skala nyri 0-1
Wajah pasien tidak meringis
Dx.5:Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.6 : Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.7 : Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau
mengubahnya.
Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode kopi
Dx.8 : Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
Mempertahankan TD dalam parameter normal
Dx.9 : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
Dx.10 : Pasien tidak mengalami cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1.
Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi

More Related Content

What's hot (20)

91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Askpe hipertensi
Askpe hipertensiAskpe hipertensi
Askpe hipertensi
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
Makalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratumMakalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratum
 
Tamponade Jantung
Tamponade JantungTamponade Jantung
Tamponade Jantung
 
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarEkstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
 
Nefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritikNefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritik
 
190899859 contoh-leaflet-hipertensi
190899859 contoh-leaflet-hipertensi190899859 contoh-leaflet-hipertensi
190899859 contoh-leaflet-hipertensi
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Gagal Nafas
Gagal NafasGagal Nafas
Gagal Nafas
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Aritmia mengancam jiwa
Aritmia mengancam jiwaAritmia mengancam jiwa
Aritmia mengancam jiwa
 
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposalErsi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
 
Pathways trauma kepala
Pathways trauma kepalaPathways trauma kepala
Pathways trauma kepala
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
 
Pengkajian anemia
Pengkajian anemiaPengkajian anemia
Pengkajian anemia
 

Viewers also liked

ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiOperator Warnet Vast Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI pjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anRismayanti Hairil
 
Askep Hipertensi
Askep HipertensiAskep Hipertensi
Askep Hipertensiarfian vhio
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensiBriliant Nissa
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI pjj_kemenkes
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...Warnet Raha
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganYabniel Lit Jingga
 
Hipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonyaHipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonyaMaul_N
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusDokter Tekno
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFBaskoro Abdiansyah
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 

Viewers also liked (20)

ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Makalah hipertensi
Makalah hipertensiMakalah hipertensi
Makalah hipertensi
 
Askep Hipertensi
Askep HipertensiAskep Hipertensi
Askep Hipertensi
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
 
hardy
hardyhardy
hardy
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien dengan
 
Hipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonyaHipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonya
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Makalah hipertensi
Makalah hipertensiMakalah hipertensi
Makalah hipertensi
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 

Similar to ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI (20)

Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
BAB II..docx
BAB II..docxBAB II..docx
BAB II..docx
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
 
HIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptx
HIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptxHIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptx
HIPERTENSI_Ppt [Autosaved].pptx
 
HIPERTENSI_Ppt.pptx
HIPERTENSI_Ppt.pptxHIPERTENSI_Ppt.pptx
HIPERTENSI_Ppt.pptx
 
HIPERTENSI baru_Ppt.pptx
HIPERTENSI baru_Ppt.pptxHIPERTENSI baru_Ppt.pptx
HIPERTENSI baru_Ppt.pptx
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
hipertensi erika.pptx
hipertensi erika.pptxhipertensi erika.pptx
hipertensi erika.pptx
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Hipertensi 2
Hipertensi 2Hipertensi 2
Hipertensi 2
 
Hipertensi 1
Hipertensi 1Hipertensi 1
Hipertensi 1
 
Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 2 AKPER PEMKAB MUNA
 

More from Hilda Lamtia

More from Hilda Lamtia (8)

Mode bantuan ventilasi
Mode bantuan ventilasiMode bantuan ventilasi
Mode bantuan ventilasi
 
Keseimbangan asam bas
Keseimbangan asam basKeseimbangan asam bas
Keseimbangan asam bas
 
Makalah rbd kel.2
Makalah rbd kel.2Makalah rbd kel.2
Makalah rbd kel.2
 
Konsep keperawatan
Konsep keperawatanKonsep keperawatan
Konsep keperawatan
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Pathway ca paru
Pathway ca paruPathway ca paru
Pathway ca paru
 
Batu empedu
Batu empeduBatu empedu
Batu empedu
 
Makalah tb 2
Makalah tb 2Makalah tb 2
Makalah tb 2
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (19)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI KONSEP DASAR PENYAKIT I. PENGERTIAN Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang- kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. (http://www.ningharmanto.com/2009/01/hipertensi/) Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. II. EPIDEMIOLOGI Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu. III. ETIOLOGI
  • 2. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis : 1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi). 2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal  Stenosis arteri renalis  Pielonefritis  Glomerulonefritis  Tumor-tumor ginjal  Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)  Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)  Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal  Hiperaldosteronism  Sindroma Cushing  Feokromositoma 3. Obat-obatan
  • 3.  Pil KB  Kortikosteroid  Siklosporin  Eritropoietin  Kokain  Penyalahgunaan alkohol  Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab Lainnya  Koartasio aorta  Preeklamsi pada kehamilan  Porfiria intermiten akut  Keracunan timbal akut Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu : 1. Peningkatan kecepatan denyut jantung 2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama 3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama IV. FAKTOR PREDISPOSISI Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
  • 4. lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. V. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi. Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
  • 5. VI. MANIFESTASI KLINIS Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:  sakit kepala  kelelahan  mual  muntah  sesak nafas  gelisah  pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. VII. KLASIFIKASI The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
  • 6. Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Normal < 130 <85 Normal tinggi 130-139 85-89 Hipertensi † Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99 Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109 Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110 Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat,
  • 7. peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian. VIII. KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya :  Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).  Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).  Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.  Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil. IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :  Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
  • 8.  Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.  Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)  Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan X. PENATALAKSANAAN Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Pengobatan non obat (non farmakologis) 2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Pengobatan non obat (non farmakologis) Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah : 1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh 2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
  • 9. hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis. 3. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. 4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. 5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.  Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.  Penghambat Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.  Betabloker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.  Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
  • 10. samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.  Penghambat ensim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.  Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.  Penghambat Reseptor Angiotensin II Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
  • 11. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea SIRKULASI Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi. Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi) INTEGRITAS EGO
  • 12. Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan) Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara. ELIMINASI Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu) MAKANAN/CAIRAN Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun). Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik) NEUROSENSORI Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis. Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi. NYERI/KETIDAKNYAMANAN Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
  • 13. PERNAPASAN Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok. Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis. KEAMANAN Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal. PEMBELAJARAN/PENYULUHAN Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal. r risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah. 2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak 3. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik. 4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard 5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional 8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi 9. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia ) 10. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
  • 14.
  • 15. III. RENCANA KEPERAWATAN NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RA 1 Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas dari gejala atau komplikasi neurologis merugikan dengan kriteria hasil :  Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil 1. Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat. 2. Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia lainnya. 3. Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya. 4. Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya 5. Berikan obat anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan hidralazin (apresolin)  Normal mempertaha otak yang ko fluktuasi Kehilangan mengikuti k vaskularisas lokal/menyeb  Perubahan sering B Disritmia d mencermink depresi/traum otak pada memiliki sebelumnya.  Napas yang menunjukka gangguan memerlukan lebih lanjut.  Pengkajia adanya p kesadaran berguna d lokasi peny perkembang
  • 16. serebral.  Efektif d tekanan dar krisis hiper dihubungkan intoksifikasi 2 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, dengan kriteria hasil :  Pasien menunjukkan perubahan pola makan  Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal  Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual 1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan 2. Bicarakan pentingnya menurunkan masuka kalori dan batasi batasan lemak, garam dan gula 3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan 4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. 5. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi  Kegemuk tambahan darah tingg antara kap peningkatan jantungberk peningkatan  kesalahan menunjang ateroskleros yang meru hipertensi. garam mem cairan intra merusak g memperburu  motivasi berat bada Individu h untuk menu bila tidak m akan berhas .
  • 17.  kekuatan/ke program membantu individu penyesuaian  Memberik bantuan d kebutuhan d 3 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema dengan kriteria hasil :  Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan 1. Awasi denyut jantung, TD, CVP 2. Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat. 3. Awasi berat jenis urine 4. Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama 5. Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema 6. Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)  Tacikardi d karena 1. untuk meng Pembatasan selama hipovolemia perubahan ginjal dan renin-angiot  Perlu untuk gnjal, kebu cairan  Mengukur untuk mengk  Penimban harian ad status Peningkatan dari 0,5 kg retensi caira
  • 18.  Edema ter jaringan ya tubuh conto area lumbos  Membantu cairan 4 Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :  Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan  Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan  Skala nyri 0-1  Wajah pasien tidak meringis 1. Observasi derajat nyeri 2. Pertahankan tirah baring selama fase akut 3. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi ( panduan imajinasi, distraksi ) dan aktivitas waktu senggang. 4. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk. 5. Kaji tanda-tanda vital  Mengetahui dirasakan mempermud selanjutnya  stimulasi/me relaksasi  Tindakan tekanan va yang memp respon simp menghilangk komplikasin  Aktivitas vasokontriks kepala pada tekanan vas  Mengetahu
  • 19. 6. Kolaborasi : - Analgesik - Antiansietas mis, lorazepam, diazepam pasien. Pe tanda vita nyeri belum  Menurunka dan menu sistem saraf  Dapat me dan ketida diperberat o 5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan kriteria hasil :  Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur  Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi 1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan 2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi , misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan  Menyebutka membantu d respons fisio aktivitas dan merupakan i kelebihan ke dengan tingk  Teknik meng mengurangi juga memba antara supla oksigen
  • 20. 3. Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi 4. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi  Mengidentif kemampuan melakukan a perawatan d  Kemajuan a mencegah pe jantung tiba bantuan han kebutuhan h mendorong k melakukan a 6 Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks Kriteria hasil:  Melaporkan cemas berkurang sampai hilang  Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya 1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas 2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum. 3. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien  Ansietas rin ditunjukkan rangsang da Ansietas ber kedalam kea menimbulka terancam, ke untuk berbic  Menegaskan orang terdek perasaan pa lingkungann  Memberikan akurat yang kesalahan in dapat berper
  • 21. 4. Bicara singkat dengan kata sederhana. 5. Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien ansietas  Rentang per menjadi pen berkurang y kemampuan informasi.  Menciptaka terapiutik 7 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif dengan kriteria hasil :  Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi  Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya.  Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif 1. kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misal, kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam partisipasi dalam rencana pengobatan 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya 3. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana  Mekanisme mengubah p mengatasi h mengintegra diharuskan sehari-hari  Manifestasi maladaptif m indikator m dan diketa penentu utam  Keterlibatan perasan k berkelanjuta keterampilan meningkatka
  • 22. pengobatan 4. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan ” apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?” 5. Bantu pasien utuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan diri/keluarga regimen tera  Fokus terhadap re ada relatif t pasien ten diinginkan.  Perubahan diprioritaska untuk meng menentu dan 8 Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan dengan kriteria hasil :  Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan  Mempertahankan TD dalam parameter normal 1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat 2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak. 3. Hindari mengatakan TD ”  Kesalahan k menyangkal perasaan sej lama dinikm minat pasien untuk memp kemajuan da pasien tidak bahwa mem pengobatan perubahan p dipertahank  Pemahaman darah tinggi gejala adala
  • 23. normal ” dan gunakan istilah ” terkontrol dengan baik ” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan. 4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor- faktor risiko kardiovaskuler yang dapa diubah misal, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup penuh stres. 5. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor penyebab Hipertensi 6. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok. memungkink melanjutkan meskipun ke  Karena peng hipertensi ad kehidupan, m penyampaia akan memba memahami k melanjutkan pengobatan/  Faktor-fakt menunjukka menunjang h penyakit kar ginjal.  Dengan men perilaku yan ”biasa/mem aman”akan menyusahka petunjuk dan meningkatka pasien dalam tugas  Nikotin men
  • 24. ketokolamin peningkatan TD, dan vas mengurangi dan meningk miokardium 9 Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung dengan criteria hasil :  Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima  Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien 1. Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat. 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas  Perbandin memberikan lebih le keterlibatan vaskular. diklasifikasik dewasa se tekanan dia hasil pengu atas 130 sebagai pen kemudian Hipertensisis merupakan ditentukan serebrovask iskemi jant diastolik 90-  Den ,jugularis,ra mungkin t pada tungka mencermink vasokontriks ) dan konges
  • 25. 4. Amati warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler 5. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan 6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. 7. Kolaborasi : - Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik tiazid dan vasodilator  S4 umum te hipertensi b hipertrofi krakel, mengindikas sekunder t atau gagal j  Adanya p lembab da kapiler berkaitan d atau dekompensa jantung.  Menurun ketegangan tekanan da penyakit hip  Membantu rangsang meningkatka  Tiazid m sendiri atau
  • 26. obat lain un pada pasie ginjal yan Diuretik ini agen antihip membatasi Vasodilator aktivitas ko vena pada u 10 Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia ) Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan kriteria hasil : - Pasien tidak mengalami cedera. 1. Jauhkan dari benda-benda tajam 2. Berikan penerangan yang cukup 3. Usahakan lantai tidak licin dan basah 4. Pasang side rail 5. Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas  Meminimalk  Meminimalk benturan  Meminimalk  Menghindar saat istiraha  Untuk menin keamanan
  • 27. IV. EVALUASI Dx 1: Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil Dx 2: Pasien menunjukkan perubahan pola makan Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual Dx 3: Pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan Dx.4: Pasien mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan Skala nyri 0-1 Wajah pasien tidak meringis Dx.5:Pasien tampak rileks Melaporkan cemas berkurang sampai hilang Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya Dx.6 : Pasien tampak rileks Melaporkan cemas berkurang sampai hilang Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya Dx.7 : Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya. Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode kopi Dx.8 : Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan Mempertahankan TD dalam parameter normal Dx.9 : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien Dx.10 : Pasien tidak mengalami cedera.
  • 28.
  • 29. DAFTAR PUSTAKA Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta ;EGC Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi