SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PEBDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisa
dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium
terjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan
dan terjadi Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan
kembali seperti normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh.
Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur
1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10%
pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 1617 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai
dewasa bila tidak ditangani.
Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisa
urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa pada
urine menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran
kemih (UTI).
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi
memiliki resiko menderita UTI 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa
resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP
tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak
sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan
jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko UTI.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat ditarik Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Phimosis ?
2. Etiologi dan patologi Phimosis ?
3. Manifestasi klinis dan komplikasi Phimosis ?
4. Penatalaksanaan dan perawatan Phimosis ?
1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medical Bedah III dan semoga kami sebagai
penyusun dapat mengambil manfaat serta dapat memperluas wawasan pada pasien dengan
diagnosa medis Phimosis pada khususnya.

1.3.2

Tujuan Umum

-

Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit Phimosis.

-

Untuk mempermudah dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien Phimosis.

1.4 Manfaat
1.4.1

Bagi Penyusun

-

Dapat belajar dalam penyusunan keperawatan Phimosis

-

Dapat menambah ilmu dalam pembentukan makalahdi bidang kesehatan.

1.4.2

Bagi Pendidikan
Sebagai sumbangsih dalam makalah asuhan keperawatan di bidang kesehatan urologi.

1.4.3

Bagi Pembaca
Sebagai sedikit pengetahuan tentang asuhan keperawatan bidang kesehatan urologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretaksi
keproximal sampai ke korona glandis.

2.2 Etiologi
a.

Konginetal (fimosis fisiologis)
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal
pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans
penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan
deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium
terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat
usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia
5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
b.

Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian
setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

2.3 Patofisiologi
2.4 Gejala Klinis
1. prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
2. Balloning
3. Sakit saat berkemih
4. Sulit kencing
5. Pancaran kencing sedikit

2.5 Komplikasi
Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan :
1. Infeksi gland penis
2. Infeksi prepusium
3. Infeksi prepusium & Infeksi gland penis

2.6 Penatalaksanaan
-

Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka dan
terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder.

-

Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang
dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi
spontan.

-

Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi atau infeksi
postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi, dimana pada fimosis disertai
balanitis/postitis harus diberikan antibiotika terlebih dahulu.

2.7 Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
1. Perawatan Rutin
2. Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan popok
basah untuk waktu yang lama.
3.

Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap
aliran keluar.

4. Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kutup

diangkat.

Digunakan

jahitan catgut

untuk

mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah.
5. Perawatan Pra Bedah Rutin
6. Perawatan Pasca Bedah
Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya perdarahan. Pembalut
diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul berguna untuk membersihkan penis dan
mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu sering diganti.
Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia yang
membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang
adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis
meatus. Hal ini dapat diterapi dengan meatotomi dan dilatasi.
7. Bimbingan bagi orang tua.
Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk pulang
kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi. Mereka juga harus
diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk
mengobatinya.

2.8 Asuhan Keperawatan Phimosis
Asuhan Keperawatan pasien dengan Phimosis melalui pendekatan proses Keperawatan
yang terdiri dari pengkajian Keperawatan, perencanaan Keperawatan, penatalaksanaan dan
evaluasi keperawatan.
2.9 Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data
Data dasar yang berhubungan dengan Phimosis adalah sebagai berikut :
-

Nyeri saat berkemih

-

Balloning

-

Retensi Urine

2.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) sampai penekanan pada saat berkemih.
2. Gangguan Eliminasi urine sampai retensi urine.
3. Resiko infeksi saluran kemih sampai penumukan smegma di ujung penis.

2.11 Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sampai penekanan pada saat berkemih
Tujuan

:

Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri
Intervensi
-

:

Kaji skala nyeri

R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang harus diberikan.
-

Ajarkan teknik relaksasi

R/ merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi.
-

Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat
R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos

2. Gangguan eliminasi urine sampai retensi urine
Tujuan :
Klien mengatakan tidak ada hambatan aliran urine
Intervensi
-

:

Kaji haluan urine
R/ retensi urine dapat terjadi karena adanya sumbatan

-

Perhatikan waktu
R/ untuk mengetahui output pasien
-

Dorong klien untuk berkemih bila terasa ada dorongan tetapi tidak lebih dari 30 menit
R/ penahanan urine selama > 30 menit bias merusak sel kemih

3. Resiko infeksi saluran kemih sampai penumpukan urine diujung penis
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi saluran kemih
Intervensi
-

:

Lihat tanda-tanda infeksi
R/ untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan.

-

Konsul dengan tim medis tentang prosedur sirkumsisi
R/ sirkumsisi mencegah infeksi saluran kemih (UTI)
BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan
konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya
produksi hormon dan pertumbuhan.
Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa
diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah
infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi
pertumbuhan bakteri.

3.2

Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat
penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih (UTI)

Gabung Multiply

Buka Toko, Gratis

Masuk ke Site

Bantuan

English

CARI

"Catatan Kecil"
BerandaBlogFotoMusikKalenderTautan

Tugas Kuliah: PHIMOSIS

Dec 11, '09 3:53 AM
untuk semuanya

Ini salah satu tugas kuliah ilmu Bedah, kebetulan saya mendapatkan kasus
ini untuk diangkat, check this out, semoga bermanfaat

.

eneswe
1. Definisi
Phimosis adalah keadaan di mana kulit penis
(preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans).
ii.

Patofisiologi
Phimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan
glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahanlahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi
penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium
terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi
retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun,
90 % prepusium sudah dapat diretraksi. Tapi pada
sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis,
sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan
akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Smegma terjadi
dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang
mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.

iii.

Gejala Klinis
Gangguan aliran urin seperti sulit kencing, pancaran urin
mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis
pada saat miksi dan menimbulkan retensi urin. Higiene
lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi
pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis
(balanitis) atau infeksi pada glans penis dan prepusium
penis (balanopostitis). Kadang ada benjolan lunak di ujung

nina septi
Pesan Pribadi
Laporkan
Pelanggaran
Drawing our Life :-)
penis karena adanya korpus smegma (timbunan smegma
didalam sakus prepusium penis).
iv.

Pemeriksaan
Lakukan pemeriksaan fisik pada penis.

v.

Penatalaksanaan
Phimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat
diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4
kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian
prepusium dapat diretraksi spontan. Tidak dianjurkan
melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat
menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung
prepusium sehingga akan terbentuk phimosis sekunder.
Terapi phimosis dapat berupa sirkumsisi plastic /
sirkumsisi radikal setelah usia 2 tahun. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus
segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas
lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan
mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada
saat yang sama, periengketan dibebaskan dan dilakukan
frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat
frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah
karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi
adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep
kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari
Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
usia sekitar tiga tahun

vi.

Gambar
Apa Itu "Phimosis"?
bagianini ditulis oleh dokter anak Robert Van Howe, MD, FAAP.
"Phimosis" adalah istilah yang samar. Dalam penggunaannya secara umum, phimosis biasanya
berarti kondisi apapun dimana kulit khatan penis tidak bisa ditarik.
Kebanyakan bayi dilahirkan dengan kulit khatan yang tidak bisa ditarik. Ini normal!
Phimosis yang “sesungguhnya” – lebih baik disebut sebagai pengencangan kulit khatan
(“preputial stenosis,”) karena “phimosis” memiliki sangat banyak definisi yang berbeda dan
sekarang istilah itu tidak memiliki arti penting apapun – muncul hanya pada kurang dari 2% pria
yang tidak disunat. Pengaruh dari pengencangan kulit khatan (preputial stenosis) pada pria yang
disunat pada dasarnya mirip.
Dari kelompok 2% ini, 85–95% memilih tropical steroid. Dari mereka yang tidak melakukan ini,
setidaknya 75% akan memilih untuk melakukan peregangan di bawah bius lokal, baik secara
manual maupun dengan balon. Perhitungannya sederhana: paling banyak 7 anak laki-laki diatara
10,000 harus dioperasi karena pengencangan kulit khatan. Tidak heran Canadian Paediatric
Society menyebut penyunatan sebagai prosedur yang “kuno”!
Ada beberapa alternatif untuk penyunatan ekstrem yang mempertahankan fungsi dari kepala
penis dan memberikan hasil berupa lebih sedikit hal yang menyakitkan (rasa sakit, pendarahan,
komplikasi). Artikel terbaik untuk dibaca adalah artikel tahun 1994 oleh Cuckow et al. Selain itu,
mengapa Anda ingin kehilangan semua Meissner corpuscles, jaringan syaraf yang sama yang
menyediakan sentuhan halus pada ujung jari?

Diagnosa Palsu Atas Phimosis
Kepala penis anak laki-laki mungkin bisa kencang setelah masa puber. 1,7,8 Ini adalah kondisi
yang sepenuhnya normal dan itu bukan phimosis. Menurut pengalaman di dalam kebudayankebudayaan dimana penyunatan tidak biasa dilakukan, pengencangan ini sangat jarang
membutuhkan pengobatan. Peregangan yang terjadi dengan sendirinya biasanya muncul seiring
dengan meningkatnya kedewasaan. 1,7,8 Seseorang bisa mengharapkan 50 persen dari anak lakilaki yang berusia sepuluh tahun; 90 persen dari anak laki-laki yang berusia 16 tahun, dan 98-99
persen dari pria yang berusia 18 tahun untuk memiliki kulit khatan yang sepenuhnya bisa ditarik.
Pengobatan jarang dibutuhkan. Jika perawatan memang penting, maka hal itu seharusnya tidak
dilakukan hingga setelah masa puber dan pria bisa menimbang pilihan terapis dan mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang ia miliki. 8 Perhatikan bahwa kulit khatan anak-anak
belum matang dan tidak boleh ditarik paksa untuk “dibersihkan” atau untuk alasan appaun
lainnya, karena tindakan ini akan menyebabkan keruskan pada jaringan-jaringan yang sedang
berkembang. Anak itu harus diberitahu bahwa kulit khatannya pada akhirnya akan bisa ditarik.
Orang pertama yang menarik kulit khatan tersebut harus anak itu sendiri.
Rickwood dan rekan-rekannya menyediakan definisi medis yang spesifik mengenai Phimosis :
phimosis yang sesungguhnya adalah kulit khatan yang kaku dan tidak bisa ditarik, yang
disebabkan oleh Balanitis Xerotica Obliterans (BXO) dan dibedakan dengan cincin yang
memutih dari kulit sklerotik yang mengeras di puncak kepala penis. 2,10 Pemeriksaan histologis
oleh seorang patolog penting untuk mengkonfirmasikan diagnosa itu. 2 jika BXO tidak ada,
maka tidak ada phimosis.
Sejumlah laporan di dalam literatur medis dari Inggris mengindikasikan bahwa doker-dokter
medis tidak dilatih untuk membedakan perkembangan normal atas kepala penis yang ketat pada
anak laki-laki dan phimosis patologis. 3,4,5,6,11 Hasilnya adalah kasus salah diagnosa atas
pererkembangan normal dari ketatnya kepala penis yang dianggap sebagai phimosis patologis di
Inggris. 3,4,5,6,11
CIRP telah menerima sejumlah laporan untuk menunjukkan bahwa sempitnya kepala penis yang
normal pada anak laki-laki di Amerika Serikat seringkali salah didiagnosa sebagai phimosis
patologis. CIRP peraya bahwa situasi di Amerika Serikat sudah pasti tidak lebih baik bahkan
mungkin jauh lebih buruk, daripada situasi di Inggris. Orang tua dari anak laki-laki yang tidak
disunat juga seringkali secara salah diinstruksikan agar menarik paksa kulit khatan yang belum
matang untuk dibersihkan, bertentangan dengan rekomedasi dari American Academy of
Pediatrics.
Sebagai konsekuensi dari salah diagnosa dan kebingungan atas sempitya perkembangan normal
dan ketidakmampuan untuk ditarik kembali dengan phimosis patologis, banyak dilakukan
penyunatan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Shankar dan Rickwood menemukan bahwa
jumlah penyunatan yang dilakukan di Inggris ternyata 8 kali lebih banyak daripada jumlah yang
dibutuhkan. 10 Jumlah dari penyunatan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan di Amerika
Serikat tidak diketahui.
Penyunatan sekarang direkomendasikan hanya dalam kasus-kasus phimosis yang telah
dikonfirmasikan dan disebabkan oleh balanitis xerotica obliterans (BXO). Bagaimanapun juga,
pengobatan yang lebh baru mungkin menghapuskan kebutuhan atas penyunatan. BXO bisa
dikenali dari area yang mengeras dari kulit yang memutih di dekat puncak kulit khatan yang
membuat kulit khatan itu tidak bisa ditarik lagi. 2,9,10,11Shankar and Rickwood menemukan
tingkat pengaruh yang rendah: hanya 0.4 dari 1000 anak laki-laki pertahun, dan hanya 6 diantara
100 anak laki-laki saat mereka berusia 15 tahun 10 Lihatlah Balanitis Xerotica Obliterans untuk
informasi lebih lanjut. Kasus lainnya dari kulit khatan yang tidak bisa ditarik memberikan
jawaban atas perawatan yang tradisional, tidak merusak, tidak traumatis, dan tidak mahal. Daftar
pustaka
1. Jakob Øster. Further fate of the foreskin: Incidence of preputial adhesions, phimosis, and smegma among
2.

Danish schoolboys.. Arch Dis Child (published by the British Medical Association), April 1968. p. 200202.
Rickwood AMK, Hemalatha V, Batcup G, Spitz L. Phimosis in boys. Brit J Urol 1980;52:147-150.
3. Rickwood AMK, Walker J. Is phimosis overdiagnosed in boys and are too many circumcisions performed
in consequence?Ann R Coll Surg Engl 1989;71(5):275-7.

4. Griffiths D, Frank JD. Inappropriate circumcision referrals by GPs. J R Soc Med 1992; 85: 324-325.
5. Andrew Gordon and Jack Collin. Save the normal foreskin. Br Med J 1993;306:1-2.
6. Nigel Williams, Julian Chell, Leela Kapila. Why are children referred for circumcision?Brit Med J 1993;
306:28.

7. Kayaba H, Tamura H, Kitajima S, et al. Analysis of shape and retractability of the prepuce in 603 Japanese
8.
9.
10.
11.
12.

13.
14.

boys. Journal of Urology, 1996 Nov, V156 N5:1813-1815.
Warren JP: NORM UK and the Medical Case against Circumcision. In: Sexual Mutilations: A Human
Tragedy; Proceedings of the 4th Intl Symposium on Sexual Mutilations , Denniston GC and Milos MF, Eds.
New York, Plenum, 1997) (ISBN 0-306-45589-7)
Van Howe RS. Cost-effective treatment of phimosis. Pediatrics 1998; 102(4)/e43. (Link to
www.pediatrics.org)
Rickwood AMK. Medical indications for circumcision. BJU Int 1999: 83 Suppl 1, 45-51.
Shankar KR, Rickwood AM. The incidence of phimosis in boys. BJU Int 1999 Jul;84(1):101-2.
Donnell SC. Diagnosis and treatment of phimosis. In: George C. Denniston, Frederick Mansfield Hodges,
Marilyn Faye Milos (eds). Male and Female Circumcision: Medical, Legal, and Ethical Considerations in
Pediatric Practice. Kluwer Academic/Plenum Publishers New York, Boston, London, 1999.(ISBN 0-30646131-5)
Rickwood AMK, Kenny SE, Donnell SC. Towards evidence based circumcision of English boys: survey of
trends in practice. BMJ 2000;321:792-793. (Link to www.bmj.com)
Spilsbury K, Semmens JB, Wisniewski ZS. et al.Circumcision for phimosis and other medical indications
in Western Australian boys. Med J Aust 2003 178 (4): 155-158.

Pengobatan Phimosis
perawatan medis dan pembedahan di zaman ini
Ilmu pengetahuan medis telah mengembangkan tiga kelas perawatan yang berbeda dengan
penyunatan yang ekstrem atas kulit khatan yang mengencang. Pengobatan pertama adalah
perawatan medis dengan mengoleskan salep di kepala penis, yang kedua adalah perlahan-lahan
menarik bukaan kulit khatan untuk membuatnya lebih besar, dan yang ketiga adalah
menggunakan pembedahan untuk membuat bukaan kepala penis lebih luas. Ketiga perawatan itu
didiskusikan di bawah ini.
Pengobatan Aktual

Tahun 1990an telah melihat datangnya penggunaan obat-obatan steroidal dan non steroidal yang
aktual untuk mengobati kulit khatan yang mengencang (phimosis) pada anak laki-laki. Salep
steroid saat ini menjadi perawatan yang paling diminati utnuk phimosis, karena rendahnya
ketidakwajaran, sedikitnya rasa sakit atau trauma, dan rendanya biaya.
Laporan-laporan pada literatur medis dari Swedia, Norwegia, Denmark, Italia, Perancis,
Australia, Serbia, dan Amerika Serikat telah menunjukkan kemanjuran salep steroid ini atas
penyempitan kepala penis pada anak laki-laki. Penggunaan salep steroid pada kulit khatan
memiliki efek mempercepat pertumbuhan normal dan perluasan kulit khatan yang terjadi setelah
beberapa tahun dan biasanya memberikan hasil berupa kulit khatan yang langsung bisa ditarik.
Kulit khatan yang sempit biasanya pada akhirnya meluas tanpa pengobatan.
Pengobatan ini tidak membutuhkan pembedahan. Tidak ada trauma dan risiko pembedahan.
Perawatan ini tidak mahal. Kulit khatan dan semua fungsi protektif, rangsangan seksual, sensori,
dan fisik seksual masih tetap dipertahankan. Juga dilaporkan tingkat kesukesan di kisaran 85-95
persen. Pengobatan dari kepala penis yang sempit dan tidak bisa ditarik dengan salep steroid
direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics dalam Circumcision Policy
Statement tahun 1999.
CIRP memberikan daftar pustaka dari artikel-artikel medis atas penggunan salep steroid untuk
mengobati phimosis. Ilmuwan telah mengadakan riset atas penggunaan salep steroid didalam
pengobatan medis (tanpa pembedahan) atas kulit khatan yang tidak bisa ditarik. Semua telah
menemukan bahwa pengobatan medis seperti itu aman dan memiliki tingkat kesuseksan sekitar
85 %. Yilmaz et al. merekomendasikan penggunaan dari salep steroid untuk menghindari rasa
ragu-ragu, stress, dan trauma yang disebabkan oleh penyunatan. Artikel-artikel itu disusun
berdasarkan urutan publikasinya.
Daftar pustaka
Lang K. Eine konservative Therapie der Phimose [A conservative therapy for phimosis]. Monatsschrift der
Kinderheilkunde 1986; 134: 824-5.
Meyrick Thomas RH. Ridley CM. Black MM. Clinical features and therapy of lichen sclerosus et
atrophicus affecting males. Clin Exp Dermatol 1987; 12: 126-128.
Fortier-Beaulieu M, Thomine E, Mitrofanof P. Laurent P. Heinet J. Lichen sclero-atrophique preputial de
l'enfant. [Lichen sclerosus et atrophicus in children.] Ann Pediatr (Paris) 1990; 37: 673-676.
Jorgensen ET, Svensson A. The treatment of phimosis in boys with a potent topical steroid (clobetasol
propionate 0.05%) cream. Acta Derm Venereol 1993; 73: 55-6.
Kikiros CS, Beasley SW, Woodward AA. The response of phimosis to local steroid application. Pediatr
Surg Int 1993; 8: 329-32.
Wright JE. Further to "the further fate of the foreskin".Med J Aust 1994; 160: 134-5.
Wright JE. The treatment of phimosis with topical steroid. Aust N Z J Surg 1994; 64: 327-8.
Jorgensen ET, Svensson A. Phimosis hos pojkar kan behandlas med steroid salva [Phimosis in boys can be
treated with a steroid ointment.] (letter) Lakartidningen 1994; 91: 1291.
Golubovic Z, Milanovic D et al. The conservative treatment of phimosis in boys. British Journal of
Urology 1996; Vol 78: pages 786-788.
Atilla M et al. A Nonsurgical Approach to the Treatment of Phimosis: Local nonsteroidal, Antiinflammatory ointment Application. J Urol, July 1997, Vol. 158, 196-197.
Dewan PA, Tieu HC, Chieng BS. Phimosis: Is circumcision necessary?J Paediatr and Child Health
1996;32:285-289.
Marzaro M, Carmingola G, Zoppellaro F, et al. [Phimosis: when does it require surgical intervention?].
Minerva Pediatr 1997;49(6):245-8.
Ruud E, Holt J. [Phimosis can be treated with local steroids]. Tidsskr Nor Laegeforen 1997;117(4):513-4.
Van Howe RS. Cost-effective treatment of phimosis. Pediatrics 1998; 102(4)/e43. (Link to
www.pediatrics.org)
Chu CC, Chen KC, Diau GY. Topical steroid treatment of phimosis in boys. J Urol 1999;162(3 Pt 1):8613.
Monsour MA, Rabinovitch HH, Dean GE. Medical management of phimosis in children: our experience
with topical steroids. J Urol 1999;162(3 Pt 2):1162-4.
Pless TK, Spjeldanes N, Jorgensen TM. [Topical steroids in the treatment of phimosis in children]. Ugeskr
Laeger 1999;161(47):6493-5.
Orsola A, Caffaratti J, Garat JM. Conservative treatment of phimosis in children using a topical steroid.
Urology 2000;56(2):307-10.
Berdeu D, Sauze L, Ha-Vinh P. Blum-Boisgard C. Cost-effectiveness analysis of treatments for phimosis: a
comparison of surgical and medicinal approaches and their economic effect. BJU Int 2001;87(3):239-244.
Klyver H, Mortensen SO, Klarskov OP, Christiansen P. [Treatment of phimosis with a steroid creme in
boys]. Ugeskr Laeger 2001;163(7):922-4.
Dewan PA. Treating Phimosis. Med J Aust 2003 178 (4): 148-150.
Ashfield JE, Nickel KR, Siemens DR, et al.Treatment of phimosis with topical steroids in 194 children. J
Urol 2003;169(3):1106-8.
Yilmaz E. BatIslam E, Basar MM, Basar H. Psychological trauma of circumcision in the phallic period
could be avoided by using topical steroids. Int J Urol 2003;10(12):651-6.

Perluasan dan peregangan

Kulit yang berada di bawah tekanan menjadi lebih luas dengan cara menumbuhkan sel-sel baru.
Membesarnya ukuran kulit ini terjadi karena penarikan yang lembut selama jangka waktu
tertentu. Perawatan ini tidak traumatis dan tidak merusak. Peregangan secara manual bisa
dilakukan tanpa bantuan dari dokter maupun paramedis. Perawatan ini tidak mahal. Pertolongan
terhadap phimosis dengan teknik peregagnan memiliki keuntungan berupa terjaganya semua
jaringan kulit khatan dan syara-syaraf kenikmatan seksual. Metode Beaugé telah terbukti berhasil
untuk banyak orang.
Daftar pustaka
Cooper GG, Thomson GJ, Raine PA. Therapeutic retraction of the foreskin in childhood.Br Med J Clin Res
Ed 1983; 286: 186-7.
Griffiths DM, Freeman NV. Non-surgical separation of preputial adhesions. The Lancet, Vol 8398 (August
11, 1984) No. 2: Page 344.
MacKinlay GA. Save the prepuce: Painless separation of preputial adhesions in the outpatient clinic. BMJ
1988; 297: 590-1.
Dunn HP. Non-surgical management of phimosis. Aust N Z J Surg 1989;59(12):963.
Beaugé M. Conservative Treatment of Primary Phimosis in Adolescents[Traitement Medical du Phimosis
Congenital de L'Adolescent]. Saint-Antoine University. Paris VI. 1990-1991.
He Y, Zhou XH. Balloon dilation treatment of phimosis in boys: report of 512 cases. Chinese Med J 1991;
104: 491-3.
Lim A, Saw Y, Wake PN, Croton RS. Use of a eutectic mixture of local anaesthetics in the release of
preputial adhesions: is it a worthwhile alternative? Br J Urol 1994; 73: 428-30.
Beaugé M. The causes of adolescent phimosis. Br J Sex Med 1997; Sept/Oct: 26.
Tambahan: Turumaki Corporation di Jepang menyatakan bahwa mereka telah menemukan
peralatan untuk meregangkan kulit khatan. Mereka mengklaim bahwa kesuksesan bisa dicapai
hanya dalam hitungan minggu. (catatan: CIRP tidak memuji atau mempromosikan produk atau
situs komersial apapun).
[catatan CIRP: sekarang ada bulletin board online dimana para pria saling bertukar catatan
mengenai perawatan tradisional, khususnya peregangan dari kulit khatan yang tidak bisa ditarik.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi device for stretching the foreskin.]
Perawatan Gabungan

Sebuah laporan dari Italia mengenai kombinasi penggunaan salep steroid dan peregangan untuk
memberikan membebaskan kulit khatan yang tidak bisa ditarik.
Daftar pustaka
Zampieri N, Corroppolo M, Giacomello L, et al.Phimosis: Stretching methods with or without application
of topical steroids?J Pediatr 2005;147(5):705-6.

Alternatif Operasi Tradisional

Preputioplasty adalah istilah medis untuk operasi plastik pada kulit khatan. Tindakan itu adalah
alternatif yang lebih tradisional terhadap penyunatan tradisional atau dorsal slit (menyobek
sedikit ujung kulit khatan sehingga kepala penis terekspos) untuk perawatan dari preputial
stenosis atau phimosis. Banyak dokter telah menyarankan alternatif operasi/pembedahan untuk
penyunatan karena banyaknya masalah, risiko, komplikasi, dan kerugian yang bisa terjadi karena
penyunatan.
Keuntungan-keuntungan dari preputioplasty antara lain adalah lebih cepat, pemulihannya lebih
tidak menyakitkan, lebih sedikit ketidakwajaran, serta kulit khatan dan bermacam-macam
fungsinya yakni fungsi protektif, erogenous, dan seksual fisiologis masih bsia sipertahankan.
Ada sejumlah literatur medis berupa artikel yang mendeskripsikan bermacam-macam teknik
preputioplasty. CIRP disajikan berdasarkan sejumlah artikel yang telah kita kenal. Artikel ini
disusun berdasarkan urutan dari dimuatnya mereka.

Beberapa prosedur Seperti Y- and V- plasties adalah rumit dan harus dilakukan oleh seorang
dokter bedah ahli agar memberikan hasil yang baik. Konsekuensinya, prosedur-prosedur ini
belum terlalu diminati.
Banyak dokter merekomendasikan prosedur “dorsal slit dengan penutup transversal” yang
dideskripsikan oleh Cuckow, Rix, and Mouriquand. The American Academy of Pediatrics
sekarang merekomendasikan prosedur Cuckow di dalam Circumcision Policy Statement tahun
1999. Prosedurnya relatif sederhana untuk dilakukan dan memberikan hasil yang baik. Prosedur
lateral yang lebih baru yang dideskripsikan oleh Lane et al., bagaimanapun juga, bisa
menawarkan sebuah perbaikan kosmetik terhdap prosedur Cuckow. Prosedur itu menggerakkan "
sobekan dengan penutup transversal" dari puncak ke sisi. Daftar pustaka
Library holdings
Schloffer, H. Zur Technik der Phimosenoperation. Zentralblatt für Chirugie 1901; 28:658-660.
Marschner, G. Zur Technik der Phimosen-Operation. Methoden und Ergebinisse. Zentralblatt für Chirurgie
1971; 96: 131-135.
Diaz A, Kantor HI. Dorsal slit. A circumcision alternative. Obstet Gynecol 1971; 37: 619-22.
Parkash S. Phimosis and its plastic correction. J Indian Med Assoc 1972; 58: 389-90.
Kodega, G. and Kus, G. Operative treatment of phimosis by means of spiralo plastic operation of the
foreskin. Urologija i Nefrologija (Moscow) 1973;38:56-57.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Holmland DE. Dorsal incision of the prepuce and skin closure with Dexon in patients with
phimosis. Scand J Urol Nephrol 1973; 7:97-9.
Emmett AJ. Four V-flap repair of preputial stenosis (phimosis). Plast Reconstr Surg 1975; 55:
687-9.
Gil Barbosa M, Aguilera Gonzalez C, Alipaz A, Garcia Sanchez JL. La balanolisis como sustituto
de la circuncision. [Balanolysis as a substitute for circumcision] Salud Publica Mex 1976, 18: 8939.
Parkash S, Rao BR. Preputial stenosis--its site and correction. Plast Reconstr Surg
1980;66(2):281-2.
Ohjimi T. Ohjimi H. Special surgical techniques for relief of phimosis. J Dermatol Surg Oncol
1981; 7: 326-30.
Emmett AJ. Z-plasty recontruction for preputial stenosis---a surgical alternative to circumcision.
Aust Paediatr J 1982; 18: 219-20.
Codega G, Guizzardi D, Di Giuseppe P, Fassi P. Helicoid plasty in the treatment of phimosis.
Minerva Chir 1983; 38(22):1903-7.
Cooper GG, Thompson GJL, Raine PAM. Therapeutic retraction of the foreskin in childhood. Brit
Med J 1983 286: 186-187.
Hoffman S. Metz P, Ebbehoj J. A new operation for phimosis: prepuce saving technique with
multiple Y-V plasties. Br J Urol 1984; 56: 319-21.
Moro G, Gesmundo R, Bevilacqua A, Maiullari E, Gandini R. La circoncisione con postoplatica.
Nota di tecnica operatoria. [Circumcision with preputioplasty: Notes on operative technique.]
Minerva Chir 1988; 43: 893-4.
Wahlin N. "Triple incision plasty." A convenient procedure for preputial relief. Scand J Urol
Nephrol 1992; 26: 107-10.
Cuckow PM, Rix G, Mouriquand PD. Preputial plasty: a good alternative to circumcision. J
Pediatr Surg 1994; 29: 561-3.
de Castella H. Prepuceplasty: an alternative to circumcision. Ann R Coll Surg Engl 1994; 76: 2578.
Leal MJ, Mendes J. A circuncisao ritual e correccao plastica da fimose. [Ritual circumcision and
the plastic repair of phimosis.] Acta Med Port 1994; 7: 475-481.
Ohjimi H, Ogata K, Ohjimi T. A new method for the relief of adult phimosis. J Urol 1995; 153:
1607-9.
o
o
o
o
o

Van Howe RS. Cost-effective treatment of phimosis. Pediatrics 1998; 102(4)/e43. (Link to
www.pediatrics.org)
Pascotto R, Giancotti E. The treatment of phimosis in childhood without circumcision: plastic
repair of the prepuce. Minerva Chir 1998;53:561-565.
Lane TM, South LM. Lateral preputioplasty for phimosis. J R Coll Surg Edinb 1999:44(5):310-2.
Saxena AK, Schaarschmidt K, Reich A, Willital GH. Non-retractile foreskin: a single center 13year experience. Int Surg 2000;85(2):180-3.
Fischer-Klein C, Rauchenwald M. Triple incision to treat phimosis in children: an alternative to
circumcision. BJU Int 2003;92(4):459.

Perawatan tradisional untuk phimosis and paraphimosis di dalam literature medis
klasik. Frederick M. Hodges, D. Phil., sejarahwan medis Oxford, telah melakukan riset untuk literatur
medis klasik. Ia menyajikan laporannya atas perawatan phimosis dan paraphimosis di zaman purbakala.
o

Hodges FM. Phimosis in antiquity. World Journal of Urology 1999; 17(3):133-136.

More Related Content

What's hot

Penyulit kala iii persalinan
Penyulit kala iii persalinanPenyulit kala iii persalinan
Penyulit kala iii persalinanLilis c'Ben
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uterineng elis
 
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iii
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iiiMendeteksi komplikasi persalinan kala iii
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iii
cahyatoshi
 
Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit Dan Komplikasi Masa NifasPenyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
pjj_kemenkes
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
pjj_kemenkes
 
INFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFASINFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFAS
Nova Ci Necis
 
SALIN PENYULIT KALA III DAN IV
SALIN PENYULIT KALA III DAN IVSALIN PENYULIT KALA III DAN IV
SALIN PENYULIT KALA III DAN IV
Lilis c'Ben
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
cahyatoshi
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Power point kehamilan ektopika
Power point kehamilan ektopikaPower point kehamilan ektopika
Power point kehamilan ektopikaChuliez Tiiya
 
Endometritis
EndometritisEndometritis
Endometritis
Irma Delima
 
Kdp2
Kdp2Kdp2
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannyaKomplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Chiyapuri
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
Fiyani Hernandez
 
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggulPemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul
Mediana Sutopo L
 

What's hot (17)

Penyulit kala iii persalinan
Penyulit kala iii persalinanPenyulit kala iii persalinan
Penyulit kala iii persalinan
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iii
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iiiMendeteksi komplikasi persalinan kala iii
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iii
 
Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit Dan Komplikasi Masa NifasPenyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 
Ginekologi Jenis-jenis penyakit kandungan
Ginekologi Jenis-jenis penyakit kandunganGinekologi Jenis-jenis penyakit kandungan
Ginekologi Jenis-jenis penyakit kandungan
 
INFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFASINFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFAS
 
SALIN PENYULIT KALA III DAN IV
SALIN PENYULIT KALA III DAN IVSALIN PENYULIT KALA III DAN IV
SALIN PENYULIT KALA III DAN IV
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Power point kehamilan ektopika
Power point kehamilan ektopikaPower point kehamilan ektopika
Power point kehamilan ektopika
 
Endometritis
EndometritisEndometritis
Endometritis
 
Kdp2
Kdp2Kdp2
Kdp2
 
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannyaKomplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggulPemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul
 
Tumor jinak ovarium
Tumor jinak ovariumTumor jinak ovarium
Tumor jinak ovarium
 

Viewers also liked

Examen intro
Examen introExamen intro
Examen intro
Rene Torres Visso
 
Programas y aplicaciones
Programas y aplicacionesProgramas y aplicaciones
Programas y aplicaciones
sebasfelichaparro
 
Impresoras
ImpresorasImpresoras
Práctica 18
Práctica 18Práctica 18
Práctica 18
Rurus9
 
3. componentes de-redes
3. componentes de-redes3. componentes de-redes
3. componentes de-redes
scenteno
 
ACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBA
ACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBAACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBA
ACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBA
ANDREA LESMES
 
Byron lopez
Byron lopez Byron lopez
Byron lopez
jb1984
 
Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"
Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"
Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"
Universidad Autónoma Gabriel René Moreno. Bolivia
 
Hedilmar la gripe ah1n1
Hedilmar la gripe ah1n1Hedilmar la gripe ah1n1
Hedilmar la gripe ah1n1
hedilmarastrid
 
Ukrsepro certification 120
Ukrsepro certification 120Ukrsepro certification 120
Ukrsepro certification 120
evanat kinson
 
Askep tb paru
Askep tb paruAskep tb paru
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Tarea no2
Tarea no2Tarea no2
Ukrsepro certification 118
Ukrsepro certification 118Ukrsepro certification 118
Ukrsepro certification 118
evanat kinson
 
Ukrsepro certification 110
Ukrsepro certification 110Ukrsepro certification 110
Ukrsepro certification 110
evanat kinson
 
Ukrsepro certification 116
Ukrsepro certification 116Ukrsepro certification 116
Ukrsepro certification 116
evanat kinson
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Operator Warnet Vast Raha
 

Viewers also liked (20)

Examen intro
Examen introExamen intro
Examen intro
 
Programas y aplicaciones
Programas y aplicacionesProgramas y aplicaciones
Programas y aplicaciones
 
Impresoras
ImpresorasImpresoras
Impresoras
 
Práctica 18
Práctica 18Práctica 18
Práctica 18
 
3. componentes de-redes
3. componentes de-redes3. componentes de-redes
3. componentes de-redes
 
ACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBA
ACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBAACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBA
ACTIVIDAD: PRESENTACION DE PRUEBA
 
Byron lopez
Byron lopez Byron lopez
Byron lopez
 
Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"
Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"
Clase2 Diplomado "Aprendizaje a distancia con el empleo de Internet"
 
Hedilmar la gripe ah1n1
Hedilmar la gripe ah1n1Hedilmar la gripe ah1n1
Hedilmar la gripe ah1n1
 
Ukrsepro certification 120
Ukrsepro certification 120Ukrsepro certification 120
Ukrsepro certification 120
 
Askep tb paru
Askep tb paruAskep tb paru
Askep tb paru
 
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 
Tarea no2
Tarea no2Tarea no2
Tarea no2
 
Askep pada pasien amputasi
Askep pada pasien amputasiAskep pada pasien amputasi
Askep pada pasien amputasi
 
Ukrsepro certification 118
Ukrsepro certification 118Ukrsepro certification 118
Ukrsepro certification 118
 
Ukrsepro certification 110
Ukrsepro certification 110Ukrsepro certification 110
Ukrsepro certification 110
 
Ukrsepro certification 116
Ukrsepro certification 116Ukrsepro certification 116
Ukrsepro certification 116
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Askep pada paisen ringitis
Askep pada paisen ringitisAskep pada paisen ringitis
Askep pada paisen ringitis
 

Similar to Askep phimosis

Referat vicki
Referat vickiReferat vicki
Referat vicki
Vicky Jessica Effendi
 
Penyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesia
Penyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesiaPenyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesia
Penyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesia
PutriAnggun37
 
Asuhan myometritis
Asuhan myometritisAsuhan myometritis
Asuhan myometritis
anitasintia
 
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxinfeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
WulanPurnamasari45
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
Irmadani Irmadani
 
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Siti Afni Zulfah
 
Salpingitis
SalpingitisSalpingitis
Salpingitis
pie-pien
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
igaditaadindaputri
 
maternitas.pptx
maternitas.pptxmaternitas.pptx
maternitas.pptx
Saptikaaw
 
KB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia InternaKB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia Interna
pjj_kemenkes
 
makalah Keputihan
makalah Keputihanmakalah Keputihan
makalah Keputihan
dery laskar/ kahadari
 
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
pjj_kemenkes
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
Pradasary
 
MAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docxMAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docx
SukmaWati571293
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
pjj_kemenkes
 
Kista askep 2
Kista askep 2Kista askep 2
Kista askep 2
Dani Saputra
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skenePradasary
 
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBURKESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
Annisa Nabila
 
Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko
 Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko
Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko
pjj_kemenkes
 

Similar to Askep phimosis (20)

Referat vicki
Referat vickiReferat vicki
Referat vicki
 
Penyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesia
Penyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesiaPenyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesia
Penyakit mioma uteri tahun 2022 di indonesia
 
Asuhan myometritis
Asuhan myometritisAsuhan myometritis
Asuhan myometritis
 
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxinfeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
 
Salpingitis
SalpingitisSalpingitis
Salpingitis
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
 
maternitas.pptx
maternitas.pptxmaternitas.pptx
maternitas.pptx
 
KB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia InternaKB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia Interna
 
makalah Keputihan
makalah Keputihanmakalah Keputihan
makalah Keputihan
 
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 
MAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docxMAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docx
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
Kista askep 2
Kista askep 2Kista askep 2
Kista askep 2
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBURKESEHATAN WANITA USIA SUBUR
KESEHATAN WANITA USIA SUBUR
 
Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko
 Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko
Asuhan Keperawatan Postpartum Beresiko
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep phimosis

  • 1. BAB I PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan kembali seperti normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon. Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 1617 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani. Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa pada urine menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih (UTI). Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi memiliki resiko menderita UTI 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko UTI. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian diatas dapat ditarik Rumusan masalah sebagai berikut : 1. Pengertian Phimosis ?
  • 2. 2. Etiologi dan patologi Phimosis ? 3. Manifestasi klinis dan komplikasi Phimosis ? 4. Penatalaksanaan dan perawatan Phimosis ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Khusus Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medical Bedah III dan semoga kami sebagai penyusun dapat mengambil manfaat serta dapat memperluas wawasan pada pasien dengan diagnosa medis Phimosis pada khususnya. 1.3.2 Tujuan Umum - Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit Phimosis. - Untuk mempermudah dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien Phimosis. 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Penyusun - Dapat belajar dalam penyusunan keperawatan Phimosis - Dapat menambah ilmu dalam pembentukan makalahdi bidang kesehatan. 1.4.2 Bagi Pendidikan Sebagai sumbangsih dalam makalah asuhan keperawatan di bidang kesehatan urologi. 1.4.3 Bagi Pembaca Sebagai sedikit pengetahuan tentang asuhan keperawatan bidang kesehatan urologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretaksi keproximal sampai ke korona glandis. 2.2 Etiologi a. Konginetal (fimosis fisiologis)
  • 3. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis. b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka. 2.3 Patofisiologi
  • 4.
  • 5.
  • 6. 2.4 Gejala Klinis 1. prepusium tidak bisa ditarik ke belakang 2. Balloning 3. Sakit saat berkemih 4. Sulit kencing 5. Pancaran kencing sedikit 2.5 Komplikasi Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan : 1. Infeksi gland penis 2. Infeksi prepusium 3. Infeksi prepusium & Infeksi gland penis 2.6 Penatalaksanaan - Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder. - Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan. - Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi atau infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi, dimana pada fimosis disertai balanitis/postitis harus diberikan antibiotika terlebih dahulu. 2.7 Prinsip terapi dan manajemen keperawatan 1. Perawatan Rutin 2. Kebersihan penis Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan popok basah untuk waktu yang lama. 3. Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap aliran keluar. 4. Sirkumsisi
  • 7. Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. 5. Perawatan Pra Bedah Rutin 6. Perawatan Pasca Bedah Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya perdarahan. Pembalut diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul berguna untuk membersihkan penis dan mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu sering diganti. Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi dengan meatotomi dan dilatasi. 7. Bimbingan bagi orang tua. Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya. 2.8 Asuhan Keperawatan Phimosis Asuhan Keperawatan pasien dengan Phimosis melalui pendekatan proses Keperawatan yang terdiri dari pengkajian Keperawatan, perencanaan Keperawatan, penatalaksanaan dan evaluasi keperawatan.
  • 8. 2.9 Pengkajian Keperawatan Pengumpulan data Data dasar yang berhubungan dengan Phimosis adalah sebagai berikut : - Nyeri saat berkemih - Balloning - Retensi Urine 2.10 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut : 1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) sampai penekanan pada saat berkemih. 2. Gangguan Eliminasi urine sampai retensi urine. 3. Resiko infeksi saluran kemih sampai penumukan smegma di ujung penis. 2.11 Perencanaan Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sampai penekanan pada saat berkemih Tujuan : Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri Intervensi - : Kaji skala nyeri R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang harus diberikan. - Ajarkan teknik relaksasi R/ merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi. - Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos 2. Gangguan eliminasi urine sampai retensi urine Tujuan : Klien mengatakan tidak ada hambatan aliran urine Intervensi - : Kaji haluan urine R/ retensi urine dapat terjadi karena adanya sumbatan - Perhatikan waktu
  • 9. R/ untuk mengetahui output pasien - Dorong klien untuk berkemih bila terasa ada dorongan tetapi tidak lebih dari 30 menit R/ penahanan urine selama > 30 menit bias merusak sel kemih 3. Resiko infeksi saluran kemih sampai penumpukan urine diujung penis Tujuan : Tidak terjadi infeksi saluran kemih Intervensi - : Lihat tanda-tanda infeksi R/ untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan. - Konsul dengan tim medis tentang prosedur sirkumsisi R/ sirkumsisi mencegah infeksi saluran kemih (UTI)
  • 10. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya produksi hormon dan pertumbuhan. Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi pertumbuhan bakteri. 3.2 Saran Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih (UTI) Gabung Multiply Buka Toko, Gratis Masuk ke Site Bantuan English CARI "Catatan Kecil" BerandaBlogFotoMusikKalenderTautan Tugas Kuliah: PHIMOSIS Dec 11, '09 3:53 AM untuk semuanya Ini salah satu tugas kuliah ilmu Bedah, kebetulan saya mendapatkan kasus ini untuk diangkat, check this out, semoga bermanfaat . eneswe
  • 11. 1. Definisi Phimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans). ii. Patofisiologi Phimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahanlahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi. Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya. iii. Gejala Klinis Gangguan aliran urin seperti sulit kencing, pancaran urin mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urin. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada glans penis dan prepusium penis (balanopostitis). Kadang ada benjolan lunak di ujung nina septi Pesan Pribadi Laporkan Pelanggaran Drawing our Life :-)
  • 12. penis karena adanya korpus smegma (timbunan smegma didalam sakus prepusium penis). iv. Pemeriksaan Lakukan pemeriksaan fisik pada penis. v. Penatalaksanaan Phimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan. Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk phimosis sekunder. Terapi phimosis dapat berupa sirkumsisi plastic / sirkumsisi radikal setelah usia 2 tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, periengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari
  • 13. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun vi. Gambar
  • 14. Apa Itu "Phimosis"? bagianini ditulis oleh dokter anak Robert Van Howe, MD, FAAP. "Phimosis" adalah istilah yang samar. Dalam penggunaannya secara umum, phimosis biasanya berarti kondisi apapun dimana kulit khatan penis tidak bisa ditarik. Kebanyakan bayi dilahirkan dengan kulit khatan yang tidak bisa ditarik. Ini normal! Phimosis yang “sesungguhnya” – lebih baik disebut sebagai pengencangan kulit khatan (“preputial stenosis,”) karena “phimosis” memiliki sangat banyak definisi yang berbeda dan sekarang istilah itu tidak memiliki arti penting apapun – muncul hanya pada kurang dari 2% pria yang tidak disunat. Pengaruh dari pengencangan kulit khatan (preputial stenosis) pada pria yang disunat pada dasarnya mirip. Dari kelompok 2% ini, 85–95% memilih tropical steroid. Dari mereka yang tidak melakukan ini, setidaknya 75% akan memilih untuk melakukan peregangan di bawah bius lokal, baik secara manual maupun dengan balon. Perhitungannya sederhana: paling banyak 7 anak laki-laki diatara 10,000 harus dioperasi karena pengencangan kulit khatan. Tidak heran Canadian Paediatric Society menyebut penyunatan sebagai prosedur yang “kuno”! Ada beberapa alternatif untuk penyunatan ekstrem yang mempertahankan fungsi dari kepala penis dan memberikan hasil berupa lebih sedikit hal yang menyakitkan (rasa sakit, pendarahan, komplikasi). Artikel terbaik untuk dibaca adalah artikel tahun 1994 oleh Cuckow et al. Selain itu, mengapa Anda ingin kehilangan semua Meissner corpuscles, jaringan syaraf yang sama yang menyediakan sentuhan halus pada ujung jari? Diagnosa Palsu Atas Phimosis Kepala penis anak laki-laki mungkin bisa kencang setelah masa puber. 1,7,8 Ini adalah kondisi yang sepenuhnya normal dan itu bukan phimosis. Menurut pengalaman di dalam kebudayankebudayaan dimana penyunatan tidak biasa dilakukan, pengencangan ini sangat jarang membutuhkan pengobatan. Peregangan yang terjadi dengan sendirinya biasanya muncul seiring dengan meningkatnya kedewasaan. 1,7,8 Seseorang bisa mengharapkan 50 persen dari anak lakilaki yang berusia sepuluh tahun; 90 persen dari anak laki-laki yang berusia 16 tahun, dan 98-99 persen dari pria yang berusia 18 tahun untuk memiliki kulit khatan yang sepenuhnya bisa ditarik. Pengobatan jarang dibutuhkan. Jika perawatan memang penting, maka hal itu seharusnya tidak dilakukan hingga setelah masa puber dan pria bisa menimbang pilihan terapis dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang ia miliki. 8 Perhatikan bahwa kulit khatan anak-anak belum matang dan tidak boleh ditarik paksa untuk “dibersihkan” atau untuk alasan appaun lainnya, karena tindakan ini akan menyebabkan keruskan pada jaringan-jaringan yang sedang
  • 15. berkembang. Anak itu harus diberitahu bahwa kulit khatannya pada akhirnya akan bisa ditarik. Orang pertama yang menarik kulit khatan tersebut harus anak itu sendiri. Rickwood dan rekan-rekannya menyediakan definisi medis yang spesifik mengenai Phimosis : phimosis yang sesungguhnya adalah kulit khatan yang kaku dan tidak bisa ditarik, yang disebabkan oleh Balanitis Xerotica Obliterans (BXO) dan dibedakan dengan cincin yang memutih dari kulit sklerotik yang mengeras di puncak kepala penis. 2,10 Pemeriksaan histologis oleh seorang patolog penting untuk mengkonfirmasikan diagnosa itu. 2 jika BXO tidak ada, maka tidak ada phimosis. Sejumlah laporan di dalam literatur medis dari Inggris mengindikasikan bahwa doker-dokter medis tidak dilatih untuk membedakan perkembangan normal atas kepala penis yang ketat pada anak laki-laki dan phimosis patologis. 3,4,5,6,11 Hasilnya adalah kasus salah diagnosa atas pererkembangan normal dari ketatnya kepala penis yang dianggap sebagai phimosis patologis di Inggris. 3,4,5,6,11 CIRP telah menerima sejumlah laporan untuk menunjukkan bahwa sempitnya kepala penis yang normal pada anak laki-laki di Amerika Serikat seringkali salah didiagnosa sebagai phimosis patologis. CIRP peraya bahwa situasi di Amerika Serikat sudah pasti tidak lebih baik bahkan mungkin jauh lebih buruk, daripada situasi di Inggris. Orang tua dari anak laki-laki yang tidak disunat juga seringkali secara salah diinstruksikan agar menarik paksa kulit khatan yang belum matang untuk dibersihkan, bertentangan dengan rekomedasi dari American Academy of Pediatrics. Sebagai konsekuensi dari salah diagnosa dan kebingungan atas sempitya perkembangan normal dan ketidakmampuan untuk ditarik kembali dengan phimosis patologis, banyak dilakukan penyunatan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Shankar dan Rickwood menemukan bahwa jumlah penyunatan yang dilakukan di Inggris ternyata 8 kali lebih banyak daripada jumlah yang dibutuhkan. 10 Jumlah dari penyunatan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan di Amerika Serikat tidak diketahui. Penyunatan sekarang direkomendasikan hanya dalam kasus-kasus phimosis yang telah dikonfirmasikan dan disebabkan oleh balanitis xerotica obliterans (BXO). Bagaimanapun juga, pengobatan yang lebh baru mungkin menghapuskan kebutuhan atas penyunatan. BXO bisa dikenali dari area yang mengeras dari kulit yang memutih di dekat puncak kulit khatan yang membuat kulit khatan itu tidak bisa ditarik lagi. 2,9,10,11Shankar and Rickwood menemukan tingkat pengaruh yang rendah: hanya 0.4 dari 1000 anak laki-laki pertahun, dan hanya 6 diantara 100 anak laki-laki saat mereka berusia 15 tahun 10 Lihatlah Balanitis Xerotica Obliterans untuk informasi lebih lanjut. Kasus lainnya dari kulit khatan yang tidak bisa ditarik memberikan jawaban atas perawatan yang tradisional, tidak merusak, tidak traumatis, dan tidak mahal. Daftar pustaka 1. Jakob Øster. Further fate of the foreskin: Incidence of preputial adhesions, phimosis, and smegma among 2. Danish schoolboys.. Arch Dis Child (published by the British Medical Association), April 1968. p. 200202. Rickwood AMK, Hemalatha V, Batcup G, Spitz L. Phimosis in boys. Brit J Urol 1980;52:147-150.
  • 16. 3. Rickwood AMK, Walker J. Is phimosis overdiagnosed in boys and are too many circumcisions performed in consequence?Ann R Coll Surg Engl 1989;71(5):275-7. 4. Griffiths D, Frank JD. Inappropriate circumcision referrals by GPs. J R Soc Med 1992; 85: 324-325. 5. Andrew Gordon and Jack Collin. Save the normal foreskin. Br Med J 1993;306:1-2. 6. Nigel Williams, Julian Chell, Leela Kapila. Why are children referred for circumcision?Brit Med J 1993; 306:28. 7. Kayaba H, Tamura H, Kitajima S, et al. Analysis of shape and retractability of the prepuce in 603 Japanese 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. boys. Journal of Urology, 1996 Nov, V156 N5:1813-1815. Warren JP: NORM UK and the Medical Case against Circumcision. In: Sexual Mutilations: A Human Tragedy; Proceedings of the 4th Intl Symposium on Sexual Mutilations , Denniston GC and Milos MF, Eds. New York, Plenum, 1997) (ISBN 0-306-45589-7) Van Howe RS. Cost-effective treatment of phimosis. Pediatrics 1998; 102(4)/e43. (Link to www.pediatrics.org) Rickwood AMK. Medical indications for circumcision. BJU Int 1999: 83 Suppl 1, 45-51. Shankar KR, Rickwood AM. The incidence of phimosis in boys. BJU Int 1999 Jul;84(1):101-2. Donnell SC. Diagnosis and treatment of phimosis. In: George C. Denniston, Frederick Mansfield Hodges, Marilyn Faye Milos (eds). Male and Female Circumcision: Medical, Legal, and Ethical Considerations in Pediatric Practice. Kluwer Academic/Plenum Publishers New York, Boston, London, 1999.(ISBN 0-30646131-5) Rickwood AMK, Kenny SE, Donnell SC. Towards evidence based circumcision of English boys: survey of trends in practice. BMJ 2000;321:792-793. (Link to www.bmj.com) Spilsbury K, Semmens JB, Wisniewski ZS. et al.Circumcision for phimosis and other medical indications in Western Australian boys. Med J Aust 2003 178 (4): 155-158. Pengobatan Phimosis perawatan medis dan pembedahan di zaman ini Ilmu pengetahuan medis telah mengembangkan tiga kelas perawatan yang berbeda dengan penyunatan yang ekstrem atas kulit khatan yang mengencang. Pengobatan pertama adalah perawatan medis dengan mengoleskan salep di kepala penis, yang kedua adalah perlahan-lahan menarik bukaan kulit khatan untuk membuatnya lebih besar, dan yang ketiga adalah menggunakan pembedahan untuk membuat bukaan kepala penis lebih luas. Ketiga perawatan itu didiskusikan di bawah ini. Pengobatan Aktual Tahun 1990an telah melihat datangnya penggunaan obat-obatan steroidal dan non steroidal yang aktual untuk mengobati kulit khatan yang mengencang (phimosis) pada anak laki-laki. Salep
  • 17. steroid saat ini menjadi perawatan yang paling diminati utnuk phimosis, karena rendahnya ketidakwajaran, sedikitnya rasa sakit atau trauma, dan rendanya biaya. Laporan-laporan pada literatur medis dari Swedia, Norwegia, Denmark, Italia, Perancis, Australia, Serbia, dan Amerika Serikat telah menunjukkan kemanjuran salep steroid ini atas penyempitan kepala penis pada anak laki-laki. Penggunaan salep steroid pada kulit khatan memiliki efek mempercepat pertumbuhan normal dan perluasan kulit khatan yang terjadi setelah beberapa tahun dan biasanya memberikan hasil berupa kulit khatan yang langsung bisa ditarik. Kulit khatan yang sempit biasanya pada akhirnya meluas tanpa pengobatan. Pengobatan ini tidak membutuhkan pembedahan. Tidak ada trauma dan risiko pembedahan. Perawatan ini tidak mahal. Kulit khatan dan semua fungsi protektif, rangsangan seksual, sensori, dan fisik seksual masih tetap dipertahankan. Juga dilaporkan tingkat kesukesan di kisaran 85-95 persen. Pengobatan dari kepala penis yang sempit dan tidak bisa ditarik dengan salep steroid direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics dalam Circumcision Policy Statement tahun 1999. CIRP memberikan daftar pustaka dari artikel-artikel medis atas penggunan salep steroid untuk mengobati phimosis. Ilmuwan telah mengadakan riset atas penggunaan salep steroid didalam pengobatan medis (tanpa pembedahan) atas kulit khatan yang tidak bisa ditarik. Semua telah menemukan bahwa pengobatan medis seperti itu aman dan memiliki tingkat kesuseksan sekitar 85 %. Yilmaz et al. merekomendasikan penggunaan dari salep steroid untuk menghindari rasa ragu-ragu, stress, dan trauma yang disebabkan oleh penyunatan. Artikel-artikel itu disusun berdasarkan urutan publikasinya. Daftar pustaka Lang K. Eine konservative Therapie der Phimose [A conservative therapy for phimosis]. Monatsschrift der Kinderheilkunde 1986; 134: 824-5. Meyrick Thomas RH. Ridley CM. Black MM. Clinical features and therapy of lichen sclerosus et atrophicus affecting males. Clin Exp Dermatol 1987; 12: 126-128. Fortier-Beaulieu M, Thomine E, Mitrofanof P. Laurent P. Heinet J. Lichen sclero-atrophique preputial de l'enfant. [Lichen sclerosus et atrophicus in children.] Ann Pediatr (Paris) 1990; 37: 673-676. Jorgensen ET, Svensson A. The treatment of phimosis in boys with a potent topical steroid (clobetasol propionate 0.05%) cream. Acta Derm Venereol 1993; 73: 55-6. Kikiros CS, Beasley SW, Woodward AA. The response of phimosis to local steroid application. Pediatr Surg Int 1993; 8: 329-32. Wright JE. Further to "the further fate of the foreskin".Med J Aust 1994; 160: 134-5. Wright JE. The treatment of phimosis with topical steroid. Aust N Z J Surg 1994; 64: 327-8. Jorgensen ET, Svensson A. Phimosis hos pojkar kan behandlas med steroid salva [Phimosis in boys can be treated with a steroid ointment.] (letter) Lakartidningen 1994; 91: 1291. Golubovic Z, Milanovic D et al. The conservative treatment of phimosis in boys. British Journal of Urology 1996; Vol 78: pages 786-788. Atilla M et al. A Nonsurgical Approach to the Treatment of Phimosis: Local nonsteroidal, Antiinflammatory ointment Application. J Urol, July 1997, Vol. 158, 196-197. Dewan PA, Tieu HC, Chieng BS. Phimosis: Is circumcision necessary?J Paediatr and Child Health 1996;32:285-289. Marzaro M, Carmingola G, Zoppellaro F, et al. [Phimosis: when does it require surgical intervention?]. Minerva Pediatr 1997;49(6):245-8. Ruud E, Holt J. [Phimosis can be treated with local steroids]. Tidsskr Nor Laegeforen 1997;117(4):513-4.
  • 18. Van Howe RS. Cost-effective treatment of phimosis. Pediatrics 1998; 102(4)/e43. (Link to www.pediatrics.org) Chu CC, Chen KC, Diau GY. Topical steroid treatment of phimosis in boys. J Urol 1999;162(3 Pt 1):8613. Monsour MA, Rabinovitch HH, Dean GE. Medical management of phimosis in children: our experience with topical steroids. J Urol 1999;162(3 Pt 2):1162-4. Pless TK, Spjeldanes N, Jorgensen TM. [Topical steroids in the treatment of phimosis in children]. Ugeskr Laeger 1999;161(47):6493-5. Orsola A, Caffaratti J, Garat JM. Conservative treatment of phimosis in children using a topical steroid. Urology 2000;56(2):307-10. Berdeu D, Sauze L, Ha-Vinh P. Blum-Boisgard C. Cost-effectiveness analysis of treatments for phimosis: a comparison of surgical and medicinal approaches and their economic effect. BJU Int 2001;87(3):239-244. Klyver H, Mortensen SO, Klarskov OP, Christiansen P. [Treatment of phimosis with a steroid creme in boys]. Ugeskr Laeger 2001;163(7):922-4. Dewan PA. Treating Phimosis. Med J Aust 2003 178 (4): 148-150. Ashfield JE, Nickel KR, Siemens DR, et al.Treatment of phimosis with topical steroids in 194 children. J Urol 2003;169(3):1106-8. Yilmaz E. BatIslam E, Basar MM, Basar H. Psychological trauma of circumcision in the phallic period could be avoided by using topical steroids. Int J Urol 2003;10(12):651-6. Perluasan dan peregangan Kulit yang berada di bawah tekanan menjadi lebih luas dengan cara menumbuhkan sel-sel baru. Membesarnya ukuran kulit ini terjadi karena penarikan yang lembut selama jangka waktu tertentu. Perawatan ini tidak traumatis dan tidak merusak. Peregangan secara manual bisa dilakukan tanpa bantuan dari dokter maupun paramedis. Perawatan ini tidak mahal. Pertolongan terhadap phimosis dengan teknik peregagnan memiliki keuntungan berupa terjaganya semua jaringan kulit khatan dan syara-syaraf kenikmatan seksual. Metode Beaugé telah terbukti berhasil untuk banyak orang. Daftar pustaka Cooper GG, Thomson GJ, Raine PA. Therapeutic retraction of the foreskin in childhood.Br Med J Clin Res Ed 1983; 286: 186-7. Griffiths DM, Freeman NV. Non-surgical separation of preputial adhesions. The Lancet, Vol 8398 (August 11, 1984) No. 2: Page 344. MacKinlay GA. Save the prepuce: Painless separation of preputial adhesions in the outpatient clinic. BMJ 1988; 297: 590-1. Dunn HP. Non-surgical management of phimosis. Aust N Z J Surg 1989;59(12):963. Beaugé M. Conservative Treatment of Primary Phimosis in Adolescents[Traitement Medical du Phimosis Congenital de L'Adolescent]. Saint-Antoine University. Paris VI. 1990-1991. He Y, Zhou XH. Balloon dilation treatment of phimosis in boys: report of 512 cases. Chinese Med J 1991; 104: 491-3. Lim A, Saw Y, Wake PN, Croton RS. Use of a eutectic mixture of local anaesthetics in the release of preputial adhesions: is it a worthwhile alternative? Br J Urol 1994; 73: 428-30. Beaugé M. The causes of adolescent phimosis. Br J Sex Med 1997; Sept/Oct: 26.
  • 19. Tambahan: Turumaki Corporation di Jepang menyatakan bahwa mereka telah menemukan peralatan untuk meregangkan kulit khatan. Mereka mengklaim bahwa kesuksesan bisa dicapai hanya dalam hitungan minggu. (catatan: CIRP tidak memuji atau mempromosikan produk atau situs komersial apapun). [catatan CIRP: sekarang ada bulletin board online dimana para pria saling bertukar catatan mengenai perawatan tradisional, khususnya peregangan dari kulit khatan yang tidak bisa ditarik. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi device for stretching the foreskin.] Perawatan Gabungan Sebuah laporan dari Italia mengenai kombinasi penggunaan salep steroid dan peregangan untuk memberikan membebaskan kulit khatan yang tidak bisa ditarik. Daftar pustaka Zampieri N, Corroppolo M, Giacomello L, et al.Phimosis: Stretching methods with or without application of topical steroids?J Pediatr 2005;147(5):705-6. Alternatif Operasi Tradisional Preputioplasty adalah istilah medis untuk operasi plastik pada kulit khatan. Tindakan itu adalah alternatif yang lebih tradisional terhadap penyunatan tradisional atau dorsal slit (menyobek sedikit ujung kulit khatan sehingga kepala penis terekspos) untuk perawatan dari preputial stenosis atau phimosis. Banyak dokter telah menyarankan alternatif operasi/pembedahan untuk penyunatan karena banyaknya masalah, risiko, komplikasi, dan kerugian yang bisa terjadi karena penyunatan. Keuntungan-keuntungan dari preputioplasty antara lain adalah lebih cepat, pemulihannya lebih tidak menyakitkan, lebih sedikit ketidakwajaran, serta kulit khatan dan bermacam-macam fungsinya yakni fungsi protektif, erogenous, dan seksual fisiologis masih bsia sipertahankan. Ada sejumlah literatur medis berupa artikel yang mendeskripsikan bermacam-macam teknik preputioplasty. CIRP disajikan berdasarkan sejumlah artikel yang telah kita kenal. Artikel ini disusun berdasarkan urutan dari dimuatnya mereka. Beberapa prosedur Seperti Y- and V- plasties adalah rumit dan harus dilakukan oleh seorang dokter bedah ahli agar memberikan hasil yang baik. Konsekuensinya, prosedur-prosedur ini belum terlalu diminati.
  • 20. Banyak dokter merekomendasikan prosedur “dorsal slit dengan penutup transversal” yang dideskripsikan oleh Cuckow, Rix, and Mouriquand. The American Academy of Pediatrics sekarang merekomendasikan prosedur Cuckow di dalam Circumcision Policy Statement tahun 1999. Prosedurnya relatif sederhana untuk dilakukan dan memberikan hasil yang baik. Prosedur lateral yang lebih baru yang dideskripsikan oleh Lane et al., bagaimanapun juga, bisa menawarkan sebuah perbaikan kosmetik terhdap prosedur Cuckow. Prosedur itu menggerakkan " sobekan dengan penutup transversal" dari puncak ke sisi. Daftar pustaka Library holdings Schloffer, H. Zur Technik der Phimosenoperation. Zentralblatt für Chirugie 1901; 28:658-660. Marschner, G. Zur Technik der Phimosen-Operation. Methoden und Ergebinisse. Zentralblatt für Chirurgie 1971; 96: 131-135. Diaz A, Kantor HI. Dorsal slit. A circumcision alternative. Obstet Gynecol 1971; 37: 619-22. Parkash S. Phimosis and its plastic correction. J Indian Med Assoc 1972; 58: 389-90. Kodega, G. and Kus, G. Operative treatment of phimosis by means of spiralo plastic operation of the foreskin. Urologija i Nefrologija (Moscow) 1973;38:56-57. o o o o o o o o o o o o o o o Holmland DE. Dorsal incision of the prepuce and skin closure with Dexon in patients with phimosis. Scand J Urol Nephrol 1973; 7:97-9. Emmett AJ. Four V-flap repair of preputial stenosis (phimosis). Plast Reconstr Surg 1975; 55: 687-9. Gil Barbosa M, Aguilera Gonzalez C, Alipaz A, Garcia Sanchez JL. La balanolisis como sustituto de la circuncision. [Balanolysis as a substitute for circumcision] Salud Publica Mex 1976, 18: 8939. Parkash S, Rao BR. Preputial stenosis--its site and correction. Plast Reconstr Surg 1980;66(2):281-2. Ohjimi T. Ohjimi H. Special surgical techniques for relief of phimosis. J Dermatol Surg Oncol 1981; 7: 326-30. Emmett AJ. Z-plasty recontruction for preputial stenosis---a surgical alternative to circumcision. Aust Paediatr J 1982; 18: 219-20. Codega G, Guizzardi D, Di Giuseppe P, Fassi P. Helicoid plasty in the treatment of phimosis. Minerva Chir 1983; 38(22):1903-7. Cooper GG, Thompson GJL, Raine PAM. Therapeutic retraction of the foreskin in childhood. Brit Med J 1983 286: 186-187. Hoffman S. Metz P, Ebbehoj J. A new operation for phimosis: prepuce saving technique with multiple Y-V plasties. Br J Urol 1984; 56: 319-21. Moro G, Gesmundo R, Bevilacqua A, Maiullari E, Gandini R. La circoncisione con postoplatica. Nota di tecnica operatoria. [Circumcision with preputioplasty: Notes on operative technique.] Minerva Chir 1988; 43: 893-4. Wahlin N. "Triple incision plasty." A convenient procedure for preputial relief. Scand J Urol Nephrol 1992; 26: 107-10. Cuckow PM, Rix G, Mouriquand PD. Preputial plasty: a good alternative to circumcision. J Pediatr Surg 1994; 29: 561-3. de Castella H. Prepuceplasty: an alternative to circumcision. Ann R Coll Surg Engl 1994; 76: 2578. Leal MJ, Mendes J. A circuncisao ritual e correccao plastica da fimose. [Ritual circumcision and the plastic repair of phimosis.] Acta Med Port 1994; 7: 475-481. Ohjimi H, Ogata K, Ohjimi T. A new method for the relief of adult phimosis. J Urol 1995; 153: 1607-9.
  • 21. o o o o o Van Howe RS. Cost-effective treatment of phimosis. Pediatrics 1998; 102(4)/e43. (Link to www.pediatrics.org) Pascotto R, Giancotti E. The treatment of phimosis in childhood without circumcision: plastic repair of the prepuce. Minerva Chir 1998;53:561-565. Lane TM, South LM. Lateral preputioplasty for phimosis. J R Coll Surg Edinb 1999:44(5):310-2. Saxena AK, Schaarschmidt K, Reich A, Willital GH. Non-retractile foreskin: a single center 13year experience. Int Surg 2000;85(2):180-3. Fischer-Klein C, Rauchenwald M. Triple incision to treat phimosis in children: an alternative to circumcision. BJU Int 2003;92(4):459. Perawatan tradisional untuk phimosis and paraphimosis di dalam literature medis klasik. Frederick M. Hodges, D. Phil., sejarahwan medis Oxford, telah melakukan riset untuk literatur medis klasik. Ia menyajikan laporannya atas perawatan phimosis dan paraphimosis di zaman purbakala. o Hodges FM. Phimosis in antiquity. World Journal of Urology 1999; 17(3):133-136.