SlideShare a Scribd company logo
INFERTILITAS
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK
Dinda Pramesti
(032)
Mas Dhiana
(033)
Ayu Sujani
(034)
Ayu Dita
(035)
Yuni Fafaryanti
(036)
Wilandari
(037)
Mirah Surya
(038)
Pengertian Infertilitas
• Infertilitas adalah masalah pada
sistem reproduksi yang menyebabkan
pasangan sulit memiliki keturunan.
Apabila Anda dan pasangan sudah
rutin berhubungan intim untuk
mempunyai anak selama satu tahun,
namun tetap belum berhasil, maka
kondisi ini dapat diwaspadai sebagai
gejala infertilitas.
• Apabila ada anggapan bahwa
infertilitas hanya terjadi pada wanita,
hal ini sepenuhnya salah. Infertilitas
dapat dialami oleh pria maupun
wanita. Sehingga, jika suatu
pasangan mengalami kesulitan dalam
memiliki keturunan, baik istri dan
suami perlu melakukan pemeriksaan.
Klasifikasi infertilitas
Infertilitas adalah tidak terjadinya
kehamilan setelah menikah 1 tahun atau lebih dan
melakukan hubungan seksual secara teratur 2 – 3x
perminggu tanpa adanya pemakaian kontrasepsi.
WHO memberi batasan :
1. Infertilitas primer : belum pernah hamil pada
wanita yang telah berkeluarga meskipun hubungan
seksual dilakukan secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu
paling kurang 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder : tidak terdapat kehamilan
setelah berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih
pada seorang wanita yang telah berkeluarga
dengan hubungan seksual secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya
pernah hamil.
Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi infertilitas
Faktor perempuan
Penyebab infertilitas pada wanita
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
a. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi seperti SOPK, gangguan
pada siklus haid, insufiensi ovarium primer.
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4
kelas, yaitu:
• Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus
hipofisis (hipogonadotropin -
hipogonadism)
• Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium
(normogonadotropin -normogonadism)
• Kelas 3 : Kegagalan ovarium
(hipergonadotropin-hipogonadism)
• Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
b. Gangguan tuba dan pelvis
Kerusakan tuba dapat disebabkan
oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea,
TBC) maupun endometriosis.
Klasifikasi kerusakan tuba yaitu :
• Ringan/ Grade 1 : Oklusi tuba
proksimal tanpa adanya fibrosis
atau oklusi tuba distal tanpa ada
distensi. Mukosa tampak baik.
Perlekatan ringan (perituba-
ovarium)
• Sedang/Grade 2 : Kerusakan tuba
berat unilateral
• Berat/Grade 3 : Kerusakan tuba
berat bilateral. Fibrosis tuba luas.
Distensi tuba > 1,5 cm. Mukosa
tampak abnormal. Oklusi tuba
bilateral. Perlekatan berat dan luas.
c. Gangguan uterus
Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara
lain :
Septum Uteri : Hal ini dapat menghambat maturasi
normal embrio karena kapasitas uterus yang kecil.
Septum uteri berdasarkan ukuran dibagi menjadi 3
kelompok :
• - Stadium I : 0-1 cm
• - Stadium II : 1-3 cm
• - Stadium III : >3 cm
Mioma Uteri : Mioma khususnya mioma submukosa
mempengaruhi transportasi gamet dengan cara
menghalangi ostium tuba. Pembesaran dari rahim
dan distorsi dari kontur uterus mungkin
mempengaruhi implantasi, menyebabkan
disfungsional kontraktilitas uterus, yang pada
gilirannya bisa mengganggu dengan migrasi sperma,
transportasi sel telur atau mengganggu nidasi.
FAKTOR PRIA
a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer(
hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor genetik (sindrome
Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung lainnya terkait
anatomi, infeksi (mumps orchitis), atau gonadotoksin.
b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma, radang saluran
genital (prostatitis), varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia,
atau gangguan dengan perlengketan sperma ( ke zona pelusida) atau penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens
bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat pada epididimis atau duktus
ejakulatorius.
Selain itu
Fertilitas
laki-laki
juga dapat
menurun
akibat dari:
a. Kelainan urogenital kongenital atau
didapat
b. Infeksi saluran urogenital
c. Suhu skrotum yang meningkat (contohnya
akibat dari varikokel)
d. Kelainan endokrin
e. Kelainan genetik
f. Faktor imunologi
Faktor Risiko
Infertilitas
1. Gaya
hidup
• Konsumsi Alkohol. Alkohol dapat berdampak pada fungsi
sel Leydig dengan mengurangi sintesis testosteron dan
menyebabkan kerusakan pada membran basalis. Konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
pada fungsi hipotalamus dan hipofisis.
• Merokok. Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit
(menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap mitokondria),
sperma (menyebabkan tingginya kerusakan morfologi),
dan embrio (menyebabkan keguguran).
• Berat badan. Perempuan yang memiliki indeks massa
tubuh (IMT) lebih dari 29, cenderung memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan. Laki-laki
yang memiliki IMT > 29 akan mengalami gangguan
fertilitas.
• Olahraga. Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan
fertilitas karena akan meningkatkan aliran darah dan
status anti oksidan
• Stress. Terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi,
karena stress dapat menyebabkan penyempitan aliran
darah ke organ-organ panggul.
2. Obat-
obatan
- Spironolakton akan merusak produksi testosteron
dan sperma
- Sulfasalazin mempengaruhi perkembangan
sperma normal (dapat digantikan dengan
mesalamin)
- Kolkisin dan allopurinol dapat mengakibatkan
penurunan sperma untuk membuahi oosit
- Antibiotik tetrasiklin, gentamisin, neomisin,
eritromisin dan nitrofurantoin pada dosis yang
tinggi berdampak negatif pada pergerakan dan
jumlah sperma.
- Simetidin terkadang menyebabkan impotensi dan
sperma yang abnormal
- Siklosporin juga dapat menurunkan fertilitas pria
• Bentuk lain penyalahgunaan zat juga dapat
mempengaruhi infertilitas. Marijuana menghambat
sekresi dari GnRH dan dapat menekan fungsi
reproduksi dari pria dan wanita.
3. Pekerjaan
• Terdapat beberapa
pekerjaan yang melibatkan
paparan bahan berbahaya
bagi kesuburan seorang
wanita atau pria. Bahan
yang telah teridentifikasi
dapat mempengaruhi
kesuburan diantaranya
panas, radiasi sinar-X,
logam dan pestisida.
Masalah yang timbul
Masalah vagina kemungkinan adanya sumbatan
atau peradangan yang mengirangi kemampuan
menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar
serviks.
Masalah serviks meliputi keadaan anatomi serviks,
bentuk kanalis servikalis sendiri dan keadaan lendir
serviks. Uji pascasenggama merupakan test yang
erat berhubungan dengan faktor serviks dan
imunologi.
Masalah uterus meliputi kontraksi uterus, adanya
distorsi kavum uteri karena sinekia,mioma atau
polip, peradangan endometrium. Masalah uterus
ini menggangu dalam hal implantasi, pertumbuhan
intra uterin, dan nutrisi serta oksigenasi janin.
Pemeriksaan untuk masalah uterus ini meliputi biopsi
endometrium,histerosalpingografi dan histeroskopi.
Masalah tuba merupakan yang paling sering
ditemukan (25-50%). Penilaian patensi tuba
merupakan salah satu pemeriksaan terpenting dalam
pengelolhan infertilitas.
Masalah ovarium meliputi ada tidaknya ovulasi, dan
fungsi korpus luteum. Fungsi hormonal berhubungan
dengan masalah ovarium, ini yang dapat dinilai
beberapa pemeriksaan antara lain perubahan lendir
serviks, suhu basal badan, pemeriksaan hormonal dan
biopsi endometrium.
Masalah imunologi biasanya dibahas bersama-sama
masalah lainnya yaitu masalah serviks dan masalah air
mani karena memang kedua faktor ini erat
hubungannya dengan mekanisme imunologi.
Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosa
Tahap Pertama (Fase I)
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap
pasien dengan menanyakan identitas
pasangan suami istri meliputi umur,
pekerjaan, lama menikah, evaluasi
dari pasien wanita terhadap
ketidakteraturan siklus haid atau
siklus haid, dismneorea, infeksi organ
reproduksi yang pernah dialami,
riwayat hanya bedah pelvis, riwayat
hubungan seksual, riwayat obstetri
yang lalu, kontrasepsi yang digunakan
dan pemeriksaan serta pengobatan
infertilitas yang pernah dilakukan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
mendiagnosis infertilitas adalah :
a. Vital Sign : Pemeriksaan vital sign yang
terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory
rate dan suhu badan.
b. Pengukuran BB/TB : Pemeriksaan ini
digunakan untuk menilai BMI.
c. Pemeriksaan fisik umum : Melakukan
pemeriksaan fisik yang terfokus untuk
mencari petunjuk penyebab terjadinya
infertilitas berupa pemeriksaan ciri-ciri
perkembangan seks sekunder, gangguan
endokrin yang dapat dilihat pada
pembengkakan kelenjar tiroid,
pemeriksaan payudara, dan organ
genitalia.
d. Pemeriksaan pelvis : Pemeriksaan pelvis
sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan
endomertiosis yang ditandai dengan nyeri
tekan,penebalan fornik posterior dan nyeri
organ pelvis.
Pemeriksaan Penunjang Infertilitas
1. Penilaian ovulasi
• Cara optimal untuk mengukur ovulasi pada wanita yang memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur adalah dengan mengkombinasikan
serangkaian pemindaian USG dan pengkuran kosentrasi serum FSH dan
LH pada fase follikuler dan progesteron pada fase luteal.
2. Uji Pasca Senggama (UPS)
• Merupakan pemeriksaan sederhana tetapi dapat memberikan informasi
tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. Pengambilan getah
serviks dari kanalis endo-serviks dilakukan setelah 2-12 jam pasca
senggama. Pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop. UPS dikatakan
positif bila ditemukan paling sedikit 5 sperma.
Tahap Kedua (Fase II)
• Infertilitas tuba di diagnosa sekitar 15-50% pada pasangan subfertil.
Histerosalpingografi sinar-X (HSG) memberikan gambar rongga uterus dan
tuba fallopi. HSG merupakan uji pendahuluan yang paling sederhana
untuk menggambarkan rongga uterus dan tuba fallopi dan sedikit
komplikasi. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan HSG untuk menilai
potensi tuba.
HSG (Histerosalpingorgrafi)
Hysterosalpingo-contrast sonography (HyCosy)
• Saat ini HSG menggunakan ultrasonografi dan medium kontras
ultrasound yang mengandung mikropartikel galaktosa mungkin
untuk dilakukan dan demikian bebas dari kemungkinan risiko
radiasi. Prosedur sebaiknya dilakukan dalam cara dan waktu
yang sama di dalam siklus seperti pada HSG konversional. Tidak
hanya potensi tuba saja yang dapat diperiksa tetapi juga
sebelum diinjeksikan agen kontras, ultrasound dapat
memvisualisasaikan morfologi ovarium dan abnormalitas
jaringan lunak, seperti fibroid atau kelainan cacat bawaan uterus
dan servik.
Tahap Ketiga ( Fase III )
Laparaskopi
• Akhir-akhir ini laparaskopi dianggap cara terbaik untuk menilai
fungsi tuba fallopi. Laparaskopi memberikan
gambaranpanoramik terhadap anatomi reproduktif panggul dan
pembesaran dari permukaan uterus, tuba, dan peritoneum.
Oleh karena nya, laparaskopi dapat mengidentifikasi penyakit
oklusif tuba yang lebih ringan, adhesi pelvis atau adneksa serta
endometriosis yang dapat mempengaruhi fertilitas yang tidak
terdeteksi oleh HSG.
Penatalaksanaan
a. Gangguan ovulasi
Penanganan gangguan ovulasi berdasarkan WHO, yaitu:
• WHO kelas I
Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat
badan menjadi normal akan membantu mengembalikan ovulasi dan
kesuburan. Pengobatan yang disarankan untuk kelainan anovulasi pada
kelompok ini adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan LH
(rLH), hMG atau hCG.
• WHO Kelas II
Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan
dengan cara pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen
(klomifen sitrat), tindakan drilling ovarium, atau penyuntikan
gonadotropin. Perempuan dengan gangguan ovulasi WHO kelas II
dianjurkan untuk mengkonsumsi klomifen sitrat sebagai penanganan
awal selama maksimal 6 bulan. Efek samping klomifen sitrat
diantaranya adalah sindrom hiperstimulasi, rasa tidak nyaman di perut,
serta kehamilan ganda.
• WHO Kelas III
Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena
kegagalan fungsi ovarium (WHO kelas III) sampai saat
ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap
pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Konseling yang
baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita
gangguan ovulasi WHO kelas III sampai kemungkinan
tindakan adopsi anak.
• WHO Kelas IV
Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau
kabergolin) dapat membuat pasien hiperprolaktinemia
menjadi normoprolaktinemia sehingga gangguan
ovulasi dapat teratasi.
b. Gangguan Tuba
Tindakan bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba
derajat ringan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan.
c. Endometriosis
Meskipun terapi medisinalis endometriosis terbukti dapat
mengurangi rasa nyeri namun belum ada data yang menyebutkan
bahwa pengobatan dapat meningkatkan fertilitas. Beberapa
penelitian acak melaporkan bahwa penggunaan progestin dan
agonis GnRH tidak dapat meningkatkan fertilitas pasien
endometriosis derajat ringan sampai sedang.
d. Tatalaksana infertilitas idiopatik
Manajemen ekspektatif
Kemungkinan hamil spontan yang relatif tinggi pada pasangan
infertilitas idiopatik mendukung strategi penanganan secara
ekspektatif. Pasangan dapat diberi pengertian tentang masa subur,
dan disarankan untuk melakukan hubungan seksual tanpa
kontrasepsi.
Klomifen Sitrat
Klomifen sitrat dapat mengatasi kasus infertilitas idiopatik
dengan cara memperbaiki disfungsi ovulasi ringan dan
merangsang pertumbuhan folikel multipel. Pasien
dianjurkan untuk memulai terapi inisial 50 mg sehari
mulai pada hari ke-2-6 siklus haid. Pemantauan folikel
dengan USG transvaginal dilakukan pada hari ke 12 untuk
menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan ganda.
Pasangan disarankan untuk melakukan hubungan seksual
terjadwal dari hari ke-12 siklus haid.
Inseminasi Intrauterin
Inseminasi intrauterin dengan atau tanpa stimulasi
merupakan pilihan pada tatalaksana infertilitas idiopatik.
Peningkatan jumlah spermatozoa yang motil dalam uterus
dan menempatkan sperma dalam jarak yang dekat
terhadap 1 atau lebih oosit berpotensi meningkatkan
kemungkinan terjadinya kehamilan. Inseminasi dapat
dilakukan dengan atau tanpa prosedur stimulasi ovarium.
e. Tatalaksana pada gangguan sperma
Defisiensi Testikular
1) Ekstraksi Sperma dari Testis (TESE)
TESE dapat menjadi bagian terapi intracytoplasmic sperm
injection (ICSI) pada pasien dengan non-obstruktif azoospermia
(NOA). Spermatogenensis mungkin terpusat: pada 50-60%
dengan NOA, spermatozoa dapat ditemukan dan digunakan
untuk ICSI. Pada kasus mikrodelesi komplit AZFa and AZFb,
kecenderungan ditemukannya sperma adalah nol. Testicular
sperm extraction (TESE) adalah teknik pilihan dan menunjukkan
hasil yang baik.
2) Varikokel
3) Hipogonadisme
Defisiensi endokrin dapat mengakibatkan rendahnya spermatogenesis dan
rendahnya sekresi testosteron karena rendahnya sekresi LH dan FSH. Setelah
mengeksklusi bentuk sekunder (obat, hormon, tumor), pilihan terapi
tergantung dari tujuan terapi apakah untuk mencapai tingkat androgen yang
normal atau mencapai fertilitas. Stimulasi produksi sperma membutuhkan
penatalaksanaan dengan human chorionic gonadotrophin (hCG) yang
dikombinasikan dengan FSH rekombinan. Jika kelainan hipogonadism
hipogonadotropik berasal dari hipotalamus, terapi alternatif dari pemberian
hCG adalah terapi dengan GnRH pulsatil. Pada pasien dengan hipogonadism
yang terjadi sebelum pubertas dan belum diterapi dengan gonadotropin atau
GnRH, terapi 1-2 tahun diperlukan untuk mencapai produksi sperma yang
optimal.
4) Idiopatik
Terapi empiris
Terapi medisinalis terbukti efektif pada kasus kelainan endokrin, seperti
hiperprolaktinemia, hipotiroidisme, atau hiperplasia adrenal kongenital.
Kelainan hipogonadotropin hipogonadism dapat diterapi dengan pemberian
gonadotropin eksogen. Tindakan operasi pengambilan sperma dari testis atau
epididimis dapat dilakukan pada masalah obstruksi, infertilitas laki-laki derajat
berat atau kegagalan ejakulasi.
Askeb Kasus Infertilitas
• Data diri klien
• Keluhan utama, riwayat keluhan utama
• Riwayat menstruasi
• Riwayat kesehatan masa lalu
• Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat perkawinan
• Riwayat penggunaan kontrasepsi
• Riwayat obstetric
• Pola kebiasaan sehari-hari
Pengkajian
Data psikososiokultural
• Berapa usia perkawinan
• Umur istri dan suami
• Frekuensi hubungan seks
• Tingkat kepuasan seks
• Tehnik hubungan seks
• Apakah masing-masin pernah kawin
• Apakah dari perkawinan tersebut mempunyai anak
• Jika punya berapa umur anak terkecil
• Apakah pernah menderita penyakit yang mungkin dapat
menurunkan kesuburan seperti penyakit infeksi menular
seksual atau pernah mengalami operasi.
Anamnesa umum( bersama ) :
Anamnesa
khusus :
• Anamnesa khusus istri :
• Berapa umur saat menarche
• Apakah haid teratur
• Berapa lama terjadi
pendarahan.
• Apakah terdapat
gumpalan darah
• Apakah disertai rasa nyeri
saat menstruasi
• Apakah keputihan
• Apakah terdapat kontak
berdarah.
• Riwayat alat reprodruksi.
• Apakah pernah
mengalami operasi alat
genetelia
• Apakah pernah memakai
KB-IUCD
• Apakah pernah
keguguran.
• Apakah pernah infeksi
genetelia.
• Anamnesa suami :
• Bagaimana tingkat
ereksi
• Apakah pernah
mengalami penyakit
hubungan seksual
• Pola kebiasaan
sehari-hari dan gaya
hidup
Pemeriksaan
fisik
1. keadaan
umum
2. TTV
3. Pengukuran :
TB, BB, LiLA
4. Pemeriksaan
fisik umum
(head to toe)
Upaya bidan dalam menangani infertilitas :
• Konseling tentang teknik berhubungan seksual , cara menghitung masa subur,
makanan yang dapat meningkatkan kesuburan
• Menganjurkan berhubungan seksual saat masa subur secara teratur 3x/minggu.
• Memberi dukungan psikologis
• Melakukan kolaborasi atau rujukan untuk mengetahui penyebab, diagnose dan
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pencegahan :
• Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau minum
minuman beralkohol.
• Mengurangi konsumsi minuman berkafein, karena dapat mengganggu kesuburan
• Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu kurus.
• Hindari stress berlebihan.
• Jika Periode bulanan tidak teratur, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan.
• Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi
prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah
tersebut harus ditangani dengan baik.
Teknologi Reproduksi berbantu
Teknologi reproduksi berbantu adalah sekelompok metode yang
digunakan untuk membantu pasangan infertil untuk memperoleh
keturunan. Sebelum melakukan program teknologi berbantu, perlu
diperhatikan 3 hal :
Sperma
Sel telur
oosit
Rahim atau
uterus
Sebelum melakukan teknologi reproduksi berbantu, pasien akan
menjalani beberapa tes, antara lain:
Laki-laki
Analisis sperma
Pemeriksaan hormon : FSH,
testosteron, prolaktin
Antibodi antisperma
Hepatitis B, hepatitis C, klamidia,
HIV
Wanita
Histeroskopi
Pemeriksaan hormon : FSH, LH,
estradiol, prolaktin
Uji lab : TORCH, Hepatitis B,
Hepatitis C, HIV
Tuberkulosis Pelvis
a. Inseminasi buatan (Artificial Insemination)
• Inseminasi buatan adalah dengan memasukkan cairan mani ke dalam
rahim wanita untuk menghasilkan kehamilan. Tindakan ini pada
umumnya berhasil dengan baik, tergantung pada keterampilan dokter,
sejauh ini tidak ada resiko bagi wanita ataupun terdapat cacat pada bayi.
Inseminasi buatan terbagi atas 2 jenis :
• AIH = homologous artificial insemination atau pembuahan homolog
dengan menggunakan benih dari suami sendiri
• AID = heterologous artificial insemination atau pembuahan heterolog
dengan menggunakan benih bukan suami sendiri.
b. In Vitro Fertilization (IVF)
• Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro
fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum)
dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode
untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak
berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel
sperma dalam sebuah medium cair.
c. Gamete Intra Fallopian Transfer
• Adalah pemindahan gamet ke dalam tuba falopi. Gamet adalah sperma
lelaki atau telur perempuan. Dalam proses GIFT, sperma dan telur akan dicampur
dan kemudian disuntik ke dalam saluran indung telur (tuba fallopi). Selepas
dipindahkan, gamet-gamet akan bersatu seperti proses normal dalam tubuh.
Setelah bersatunya gamet tersebut, embrio akan bergerak ke dalam rahim
seperti biasa dan begitu seterusnya sampai kehamilan normal terjadi.
d. Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)
• ZIFT (Zygote Intra Fallopian Transfer) juga dipanggil PROST (Pronuclear
Stage Transfer). Dalam prosedur ini, telur dan sperma dibiar selama 14 jam,
terjadi zigot dengan 2 pronukleus terbentuk. Selepas penyatuan itu, zigot
dipindahkan ke saluran telur.
e. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
• ICSI adalah sbuah teknik mikromanipulasi dengan menyuntikkan sebuah
spermatoozoa yang berasal dari ejakulat ke dalam ooplasma oosit yang
mature.Saat ini yang menjadi perhatian utama dari tindakan ICSI adalah
keamanan prosedur ICSI dan hubungannya dengan luaran bayi yang dihasilkan.
Kontroversi dibidang ini terutama menyangkut 4 hal yaitu luaran obstetric,
kemungkinan kelainan kromosom, kelainan kongenital, dan gangguan
perkembangan. Hal lain yang masih dicari yaitu kemungkinan kerusakan DNA
sperma akibat ICSI.
Sekian dan Terimakasih

More Related Content

Similar to KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx

MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdfMK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
Yuyunyagustina
 
123479073 referat-infertilitas
123479073 referat-infertilitas123479073 referat-infertilitas
123479073 referat-infertilitas
azil ikram
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
estikuliah21
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUSASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
maya746072
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
Irmadani Irmadani
 
Kel 3 fertilisasi
Kel 3 fertilisasiKel 3 fertilisasi
Kel 3 fertilisasi
feni gita safitri
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
fhradillah
 
Asuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologi
Asuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologiAsuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologi
Asuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologi
hilwazaitun93
 
Pre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufdPre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufd
Yeni Laelasari
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Septian Muna Barakati
 
Infertilitas
 Infertilitas Infertilitas
Infertilitas
siskadhewi3
 
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptxPPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
FatimahNur28
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
rayiputri
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
Hilda Aswar
 
BIOLOGI.pptx
BIOLOGI.pptxBIOLOGI.pptx
BIOLOGI.pptx
Risma77
 
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^Lidya NazirH
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriSeptian Muna Barakati
 

Similar to KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx (20)

MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdfMK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
 
123479073 referat-infertilitas
123479073 referat-infertilitas123479073 referat-infertilitas
123479073 referat-infertilitas
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUSASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Kel 3 fertilisasi
Kel 3 fertilisasiKel 3 fertilisasi
Kel 3 fertilisasi
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
Asuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologi
Asuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologiAsuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologi
Asuhan kebidanan pada kasus kompleks dengan topik patofisiologi
 
Pre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufdPre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufd
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
Infertilitas
 Infertilitas Infertilitas
Infertilitas
 
Sap abortus
Sap abortusSap abortus
Sap abortus
 
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptxPPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
BIOLOGI.pptx
BIOLOGI.pptxBIOLOGI.pptx
BIOLOGI.pptx
 
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 

Recently uploaded

Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 

KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx

  • 2. ANGGOTA KELOMPOK Dinda Pramesti (032) Mas Dhiana (033) Ayu Sujani (034) Ayu Dita (035) Yuni Fafaryanti (036) Wilandari (037) Mirah Surya (038)
  • 4. • Infertilitas adalah masalah pada sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan sulit memiliki keturunan. Apabila Anda dan pasangan sudah rutin berhubungan intim untuk mempunyai anak selama satu tahun, namun tetap belum berhasil, maka kondisi ini dapat diwaspadai sebagai gejala infertilitas. • Apabila ada anggapan bahwa infertilitas hanya terjadi pada wanita, hal ini sepenuhnya salah. Infertilitas dapat dialami oleh pria maupun wanita. Sehingga, jika suatu pasangan mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan, baik istri dan suami perlu melakukan pemeriksaan.
  • 6. Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun atau lebih dan melakukan hubungan seksual secara teratur 2 – 3x perminggu tanpa adanya pemakaian kontrasepsi. WHO memberi batasan : 1. Infertilitas primer : belum pernah hamil pada wanita yang telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan. 2. Infertilitas sekunder : tidak terdapat kehamilan setelah berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.
  • 8. Etiologi infertilitas Faktor perempuan Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi ovarium primer. WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas, yaitu: • Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin - hipogonadism) • Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin -normogonadism) • Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism) • Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
  • 9. b. Gangguan tuba dan pelvis Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis. Klasifikasi kerusakan tuba yaitu : • Ringan/ Grade 1 : Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada distensi. Mukosa tampak baik. Perlekatan ringan (perituba- ovarium) • Sedang/Grade 2 : Kerusakan tuba berat unilateral • Berat/Grade 3 : Kerusakan tuba berat bilateral. Fibrosis tuba luas. Distensi tuba > 1,5 cm. Mukosa tampak abnormal. Oklusi tuba bilateral. Perlekatan berat dan luas.
  • 10. c. Gangguan uterus Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara lain : Septum Uteri : Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas uterus yang kecil. Septum uteri berdasarkan ukuran dibagi menjadi 3 kelompok : • - Stadium I : 0-1 cm • - Stadium II : 1-3 cm • - Stadium III : >3 cm Mioma Uteri : Mioma khususnya mioma submukosa mempengaruhi transportasi gamet dengan cara menghalangi ostium tuba. Pembesaran dari rahim dan distorsi dari kontur uterus mungkin mempengaruhi implantasi, menyebabkan disfungsional kontraktilitas uterus, yang pada gilirannya bisa mengganggu dengan migrasi sperma, transportasi sel telur atau mengganggu nidasi.
  • 11. FAKTOR PRIA a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer( hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor genetik (sindrome Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung lainnya terkait anatomi, infeksi (mumps orchitis), atau gonadotoksin. b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma, radang saluran genital (prostatitis), varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma ( ke zona pelusida) atau penetrasi. c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat pada epididimis atau duktus ejakulatorius.
  • 12. Selain itu Fertilitas laki-laki juga dapat menurun akibat dari: a. Kelainan urogenital kongenital atau didapat b. Infeksi saluran urogenital c. Suhu skrotum yang meningkat (contohnya akibat dari varikokel) d. Kelainan endokrin e. Kelainan genetik f. Faktor imunologi
  • 13. Faktor Risiko Infertilitas 1. Gaya hidup • Konsumsi Alkohol. Alkohol dapat berdampak pada fungsi sel Leydig dengan mengurangi sintesis testosteron dan menyebabkan kerusakan pada membran basalis. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hipotalamus dan hipofisis. • Merokok. Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan morfologi), dan embrio (menyebabkan keguguran). • Berat badan. Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29, cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan. Laki-laki yang memiliki IMT > 29 akan mengalami gangguan fertilitas. • Olahraga. Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena akan meningkatkan aliran darah dan status anti oksidan • Stress. Terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.
  • 14. 2. Obat- obatan - Spironolakton akan merusak produksi testosteron dan sperma - Sulfasalazin mempengaruhi perkembangan sperma normal (dapat digantikan dengan mesalamin) - Kolkisin dan allopurinol dapat mengakibatkan penurunan sperma untuk membuahi oosit - Antibiotik tetrasiklin, gentamisin, neomisin, eritromisin dan nitrofurantoin pada dosis yang tinggi berdampak negatif pada pergerakan dan jumlah sperma. - Simetidin terkadang menyebabkan impotensi dan sperma yang abnormal - Siklosporin juga dapat menurunkan fertilitas pria • Bentuk lain penyalahgunaan zat juga dapat mempengaruhi infertilitas. Marijuana menghambat sekresi dari GnRH dan dapat menekan fungsi reproduksi dari pria dan wanita.
  • 15. 3. Pekerjaan • Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya bagi kesuburan seorang wanita atau pria. Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar-X, logam dan pestisida.
  • 17. Masalah vagina kemungkinan adanya sumbatan atau peradangan yang mengirangi kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks. Masalah serviks meliputi keadaan anatomi serviks, bentuk kanalis servikalis sendiri dan keadaan lendir serviks. Uji pascasenggama merupakan test yang erat berhubungan dengan faktor serviks dan imunologi. Masalah uterus meliputi kontraksi uterus, adanya distorsi kavum uteri karena sinekia,mioma atau polip, peradangan endometrium. Masalah uterus ini menggangu dalam hal implantasi, pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta oksigenasi janin.
  • 18. Pemeriksaan untuk masalah uterus ini meliputi biopsi endometrium,histerosalpingografi dan histeroskopi. Masalah tuba merupakan yang paling sering ditemukan (25-50%). Penilaian patensi tuba merupakan salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolhan infertilitas. Masalah ovarium meliputi ada tidaknya ovulasi, dan fungsi korpus luteum. Fungsi hormonal berhubungan dengan masalah ovarium, ini yang dapat dinilai beberapa pemeriksaan antara lain perubahan lendir serviks, suhu basal badan, pemeriksaan hormonal dan biopsi endometrium. Masalah imunologi biasanya dibahas bersama-sama masalah lainnya yaitu masalah serviks dan masalah air mani karena memang kedua faktor ini erat hubungannya dengan mekanisme imunologi.
  • 20. Diagnosa Tahap Pertama (Fase I) 1. Anamnesis Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas pasangan suami istri meliputi umur, pekerjaan, lama menikah, evaluasi dari pasien wanita terhadap ketidakteraturan siklus haid atau siklus haid, dismneorea, infeksi organ reproduksi yang pernah dialami, riwayat hanya bedah pelvis, riwayat hubungan seksual, riwayat obstetri yang lalu, kontrasepsi yang digunakan dan pemeriksaan serta pengobatan infertilitas yang pernah dilakukan.
  • 21. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertilitas adalah : a. Vital Sign : Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory rate dan suhu badan. b. Pengukuran BB/TB : Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai BMI. c. Pemeriksaan fisik umum : Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus untuk mencari petunjuk penyebab terjadinya infertilitas berupa pemeriksaan ciri-ciri perkembangan seks sekunder, gangguan endokrin yang dapat dilihat pada pembengkakan kelenjar tiroid, pemeriksaan payudara, dan organ genitalia. d. Pemeriksaan pelvis : Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan endomertiosis yang ditandai dengan nyeri tekan,penebalan fornik posterior dan nyeri organ pelvis.
  • 22. Pemeriksaan Penunjang Infertilitas 1. Penilaian ovulasi • Cara optimal untuk mengukur ovulasi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan mengkombinasikan serangkaian pemindaian USG dan pengkuran kosentrasi serum FSH dan LH pada fase follikuler dan progesteron pada fase luteal. 2. Uji Pasca Senggama (UPS) • Merupakan pemeriksaan sederhana tetapi dapat memberikan informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks dilakukan setelah 2-12 jam pasca senggama. Pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop. UPS dikatakan positif bila ditemukan paling sedikit 5 sperma. Tahap Kedua (Fase II) • Infertilitas tuba di diagnosa sekitar 15-50% pada pasangan subfertil. Histerosalpingografi sinar-X (HSG) memberikan gambar rongga uterus dan tuba fallopi. HSG merupakan uji pendahuluan yang paling sederhana untuk menggambarkan rongga uterus dan tuba fallopi dan sedikit komplikasi. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan HSG untuk menilai potensi tuba. HSG (Histerosalpingorgrafi)
  • 23. Hysterosalpingo-contrast sonography (HyCosy) • Saat ini HSG menggunakan ultrasonografi dan medium kontras ultrasound yang mengandung mikropartikel galaktosa mungkin untuk dilakukan dan demikian bebas dari kemungkinan risiko radiasi. Prosedur sebaiknya dilakukan dalam cara dan waktu yang sama di dalam siklus seperti pada HSG konversional. Tidak hanya potensi tuba saja yang dapat diperiksa tetapi juga sebelum diinjeksikan agen kontras, ultrasound dapat memvisualisasaikan morfologi ovarium dan abnormalitas jaringan lunak, seperti fibroid atau kelainan cacat bawaan uterus dan servik. Tahap Ketiga ( Fase III ) Laparaskopi • Akhir-akhir ini laparaskopi dianggap cara terbaik untuk menilai fungsi tuba fallopi. Laparaskopi memberikan gambaranpanoramik terhadap anatomi reproduktif panggul dan pembesaran dari permukaan uterus, tuba, dan peritoneum. Oleh karena nya, laparaskopi dapat mengidentifikasi penyakit oklusif tuba yang lebih ringan, adhesi pelvis atau adneksa serta endometriosis yang dapat mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh HSG.
  • 25. a. Gangguan ovulasi Penanganan gangguan ovulasi berdasarkan WHO, yaitu: • WHO kelas I Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat badan menjadi normal akan membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan. Pengobatan yang disarankan untuk kelainan anovulasi pada kelompok ini adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan LH (rLH), hMG atau hCG. • WHO Kelas II Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan dengan cara pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen sitrat), tindakan drilling ovarium, atau penyuntikan gonadotropin. Perempuan dengan gangguan ovulasi WHO kelas II dianjurkan untuk mengkonsumsi klomifen sitrat sebagai penanganan awal selama maksimal 6 bulan. Efek samping klomifen sitrat diantaranya adalah sindrom hiperstimulasi, rasa tidak nyaman di perut, serta kehamilan ganda.
  • 26. • WHO Kelas III Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan fungsi ovarium (WHO kelas III) sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita gangguan ovulasi WHO kelas III sampai kemungkinan tindakan adopsi anak. • WHO Kelas IV Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau kabergolin) dapat membuat pasien hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia sehingga gangguan ovulasi dapat teratasi.
  • 27. b. Gangguan Tuba Tindakan bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba derajat ringan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan. c. Endometriosis Meskipun terapi medisinalis endometriosis terbukti dapat mengurangi rasa nyeri namun belum ada data yang menyebutkan bahwa pengobatan dapat meningkatkan fertilitas. Beberapa penelitian acak melaporkan bahwa penggunaan progestin dan agonis GnRH tidak dapat meningkatkan fertilitas pasien endometriosis derajat ringan sampai sedang. d. Tatalaksana infertilitas idiopatik Manajemen ekspektatif Kemungkinan hamil spontan yang relatif tinggi pada pasangan infertilitas idiopatik mendukung strategi penanganan secara ekspektatif. Pasangan dapat diberi pengertian tentang masa subur, dan disarankan untuk melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi.
  • 28. Klomifen Sitrat Klomifen sitrat dapat mengatasi kasus infertilitas idiopatik dengan cara memperbaiki disfungsi ovulasi ringan dan merangsang pertumbuhan folikel multipel. Pasien dianjurkan untuk memulai terapi inisial 50 mg sehari mulai pada hari ke-2-6 siklus haid. Pemantauan folikel dengan USG transvaginal dilakukan pada hari ke 12 untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan ganda. Pasangan disarankan untuk melakukan hubungan seksual terjadwal dari hari ke-12 siklus haid. Inseminasi Intrauterin Inseminasi intrauterin dengan atau tanpa stimulasi merupakan pilihan pada tatalaksana infertilitas idiopatik. Peningkatan jumlah spermatozoa yang motil dalam uterus dan menempatkan sperma dalam jarak yang dekat terhadap 1 atau lebih oosit berpotensi meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Inseminasi dapat dilakukan dengan atau tanpa prosedur stimulasi ovarium.
  • 29. e. Tatalaksana pada gangguan sperma Defisiensi Testikular 1) Ekstraksi Sperma dari Testis (TESE) TESE dapat menjadi bagian terapi intracytoplasmic sperm injection (ICSI) pada pasien dengan non-obstruktif azoospermia (NOA). Spermatogenensis mungkin terpusat: pada 50-60% dengan NOA, spermatozoa dapat ditemukan dan digunakan untuk ICSI. Pada kasus mikrodelesi komplit AZFa and AZFb, kecenderungan ditemukannya sperma adalah nol. Testicular sperm extraction (TESE) adalah teknik pilihan dan menunjukkan hasil yang baik. 2) Varikokel
  • 30. 3) Hipogonadisme Defisiensi endokrin dapat mengakibatkan rendahnya spermatogenesis dan rendahnya sekresi testosteron karena rendahnya sekresi LH dan FSH. Setelah mengeksklusi bentuk sekunder (obat, hormon, tumor), pilihan terapi tergantung dari tujuan terapi apakah untuk mencapai tingkat androgen yang normal atau mencapai fertilitas. Stimulasi produksi sperma membutuhkan penatalaksanaan dengan human chorionic gonadotrophin (hCG) yang dikombinasikan dengan FSH rekombinan. Jika kelainan hipogonadism hipogonadotropik berasal dari hipotalamus, terapi alternatif dari pemberian hCG adalah terapi dengan GnRH pulsatil. Pada pasien dengan hipogonadism yang terjadi sebelum pubertas dan belum diterapi dengan gonadotropin atau GnRH, terapi 1-2 tahun diperlukan untuk mencapai produksi sperma yang optimal. 4) Idiopatik Terapi empiris Terapi medisinalis terbukti efektif pada kasus kelainan endokrin, seperti hiperprolaktinemia, hipotiroidisme, atau hiperplasia adrenal kongenital. Kelainan hipogonadotropin hipogonadism dapat diterapi dengan pemberian gonadotropin eksogen. Tindakan operasi pengambilan sperma dari testis atau epididimis dapat dilakukan pada masalah obstruksi, infertilitas laki-laki derajat berat atau kegagalan ejakulasi.
  • 32. • Data diri klien • Keluhan utama, riwayat keluhan utama • Riwayat menstruasi • Riwayat kesehatan masa lalu • Riwayat penyakit keluarga • Riwayat perkawinan • Riwayat penggunaan kontrasepsi • Riwayat obstetric • Pola kebiasaan sehari-hari Pengkajian Data psikososiokultural • Berapa usia perkawinan • Umur istri dan suami • Frekuensi hubungan seks • Tingkat kepuasan seks • Tehnik hubungan seks • Apakah masing-masin pernah kawin • Apakah dari perkawinan tersebut mempunyai anak • Jika punya berapa umur anak terkecil • Apakah pernah menderita penyakit yang mungkin dapat menurunkan kesuburan seperti penyakit infeksi menular seksual atau pernah mengalami operasi. Anamnesa umum( bersama ) :
  • 33. Anamnesa khusus : • Anamnesa khusus istri : • Berapa umur saat menarche • Apakah haid teratur • Berapa lama terjadi pendarahan. • Apakah terdapat gumpalan darah • Apakah disertai rasa nyeri saat menstruasi • Apakah keputihan • Apakah terdapat kontak berdarah. • Riwayat alat reprodruksi. • Apakah pernah mengalami operasi alat genetelia • Apakah pernah memakai KB-IUCD • Apakah pernah keguguran. • Apakah pernah infeksi genetelia. • Anamnesa suami : • Bagaimana tingkat ereksi • Apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual • Pola kebiasaan sehari-hari dan gaya hidup
  • 34. Pemeriksaan fisik 1. keadaan umum 2. TTV 3. Pengukuran : TB, BB, LiLA 4. Pemeriksaan fisik umum (head to toe)
  • 35. Upaya bidan dalam menangani infertilitas : • Konseling tentang teknik berhubungan seksual , cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan • Menganjurkan berhubungan seksual saat masa subur secara teratur 3x/minggu. • Memberi dukungan psikologis • Melakukan kolaborasi atau rujukan untuk mengetahui penyebab, diagnose dan penatalaksanaan lebih lanjut. Pencegahan : • Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau minum minuman beralkohol. • Mengurangi konsumsi minuman berkafein, karena dapat mengganggu kesuburan • Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu kurus. • Hindari stress berlebihan. • Jika Periode bulanan tidak teratur, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan. • Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani dengan baik.
  • 37. Teknologi reproduksi berbantu adalah sekelompok metode yang digunakan untuk membantu pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Sebelum melakukan program teknologi berbantu, perlu diperhatikan 3 hal : Sperma Sel telur oosit Rahim atau uterus
  • 38. Sebelum melakukan teknologi reproduksi berbantu, pasien akan menjalani beberapa tes, antara lain: Laki-laki Analisis sperma Pemeriksaan hormon : FSH, testosteron, prolaktin Antibodi antisperma Hepatitis B, hepatitis C, klamidia, HIV Wanita Histeroskopi Pemeriksaan hormon : FSH, LH, estradiol, prolaktin Uji lab : TORCH, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV Tuberkulosis Pelvis
  • 39. a. Inseminasi buatan (Artificial Insemination) • Inseminasi buatan adalah dengan memasukkan cairan mani ke dalam rahim wanita untuk menghasilkan kehamilan. Tindakan ini pada umumnya berhasil dengan baik, tergantung pada keterampilan dokter, sejauh ini tidak ada resiko bagi wanita ataupun terdapat cacat pada bayi. Inseminasi buatan terbagi atas 2 jenis : • AIH = homologous artificial insemination atau pembuahan homolog dengan menggunakan benih dari suami sendiri • AID = heterologous artificial insemination atau pembuahan heterolog dengan menggunakan benih bukan suami sendiri. b. In Vitro Fertilization (IVF) • Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
  • 40. c. Gamete Intra Fallopian Transfer • Adalah pemindahan gamet ke dalam tuba falopi. Gamet adalah sperma lelaki atau telur perempuan. Dalam proses GIFT, sperma dan telur akan dicampur dan kemudian disuntik ke dalam saluran indung telur (tuba fallopi). Selepas dipindahkan, gamet-gamet akan bersatu seperti proses normal dalam tubuh. Setelah bersatunya gamet tersebut, embrio akan bergerak ke dalam rahim seperti biasa dan begitu seterusnya sampai kehamilan normal terjadi. d. Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT) • ZIFT (Zygote Intra Fallopian Transfer) juga dipanggil PROST (Pronuclear Stage Transfer). Dalam prosedur ini, telur dan sperma dibiar selama 14 jam, terjadi zigot dengan 2 pronukleus terbentuk. Selepas penyatuan itu, zigot dipindahkan ke saluran telur. e. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) • ICSI adalah sbuah teknik mikromanipulasi dengan menyuntikkan sebuah spermatoozoa yang berasal dari ejakulat ke dalam ooplasma oosit yang mature.Saat ini yang menjadi perhatian utama dari tindakan ICSI adalah keamanan prosedur ICSI dan hubungannya dengan luaran bayi yang dihasilkan. Kontroversi dibidang ini terutama menyangkut 4 hal yaitu luaran obstetric, kemungkinan kelainan kromosom, kelainan kongenital, dan gangguan perkembangan. Hal lain yang masih dicari yaitu kemungkinan kerusakan DNA sperma akibat ICSI.