Makalah ini membahas sistem muskuloskeletal yang terdiri atas otot, tulang, dan sendi. Otot terbagi menjadi otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Tulang terdiri atas tulang tengkorak, kerangka dada, tulang belakang dan pinggul, serta tulang anggota gerak. Makalah ini juga membahas anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal serta penyakit-penyakit yang dapat timbul pada sistem terse
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, Sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Makalah ini membahas tentang peranan sterilisasi dalam bidang kebidanan. Sterilisasi adalah proses untuk membebaskan benda dari semua mikroorganisme untuk mencegah infeksi. Tujuan sterilisasi adalah mencegah infeksi, merusak makanan, dan mencegah kontaminasi. Ada beberapa metode sterilisasi seperti mekanik, pemanasan, sinar, dan kimia. Sterilisasi digunakan di rumah sakit dan ruang operasi untuk mencegah
Makalah ini membahas sistem muskuloskeletal yang terdiri atas otot, tulang, dan sendi. Otot terbagi menjadi otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Tulang terdiri atas tulang tengkorak, kerangka dada, tulang belakang dan pinggul, serta tulang anggota gerak. Makalah ini juga membahas anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal serta penyakit-penyakit yang dapat timbul pada sistem terse
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, Sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Makalah ini membahas tentang peranan sterilisasi dalam bidang kebidanan. Sterilisasi adalah proses untuk membebaskan benda dari semua mikroorganisme untuk mencegah infeksi. Tujuan sterilisasi adalah mencegah infeksi, merusak makanan, dan mencegah kontaminasi. Ada beberapa metode sterilisasi seperti mekanik, pemanasan, sinar, dan kimia. Sterilisasi digunakan di rumah sakit dan ruang operasi untuk mencegah
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Dokumen tersebut membahas tentang adaptasi sel, termasuk organisasi sel, modalitas cidera sel, dan mekanisme adaptasi sel. Modul ini menjelaskan struktur dan fungsi sel serta bagaimana sel dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis cidera.
DEFENISI
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009).
PATOFISIOLOGI
Akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan yang ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara kelenjar keringat. Kemudian akan timbul radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar diabsorbsi oleh stratum korneum.
Miliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiksnya belum sempurna.
Kasus miliariasis terjadi pada 40-50% bayi balu lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama akan menghilang dengan sendirinya 3-4 minggu kemudian. Kadang-kadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
ETIOLOGI
Udara panas dan lembab
Infeksi oleh bakteri
Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
Aktivitas yang berlebihan
Setelah menderita demam atau panas
Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum. (Lenteraimpian, 2010)
GEJALA KLINIS
Miliaria Rubra
Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian. Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropic.
Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal. Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
Miliaria Profunda
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstremitas.
PENCEGAHAN
Anjurkan anak mandi 2x sehari
Jika anak berkeringat lap dengan dengan handuk basah lalu keringkan dan beri bedak tabur
Jangan memberi anak bedak jika kulitnya sedang berkeringat
Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku normal dan abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima secara sosial, sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari norma sosial dan dapat memiliki dampak negatif bagi individu atau masyarakat. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis perilaku abnormal seperti psikopati, defisiensi moral, dan abnormalitas seksual beserta penyebab dan ciri-cirinya.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)pjj_kemenkes
1) Pasien dengan gangguan penglihatan katarak membutuhkan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas penglihatan dan mencegah komplikasi seperti infeksi dan cedera.
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar diabetes mellitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya. Diabetes mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan produksi insulin atau resistensi terhadap insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel pankreas dan tipe 2 yang le
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi fisiologi persepsi sensori. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang 5 sistem sensori utama yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan beserta proses kerjanya mulai dari rangsangan masuk, transduksi, konduksi saraf, dan persepsi. Dokumen juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi proses sensori."
Berduka adalah respon normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu melakukan koping secara bertahap untuk menerima kehilangan. Berduka diwujudkan secara unik pada setiap orang dan dipengaruhi pengalaman pribadi, budaya, dan keyakinan. Teori Engel menjelaskan proses berduka melalui lima fase mulai dari penyangkalan hingga penerimaan.
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyamanpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan pembelajaran umum dan khusus serta uraian materi mengenai konsep keamanan dan kenyamanan beserta asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan tersebut. Materi ini mencakup pengertian, klasifikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan tindakan pencegahan gangguan keamanan dan kenyamanan.
Makalah ini membahas tentang miopi yang meliputi definisi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan komplikasi miopi. Miopi adalah kelainan refraksi dimana cahaya difokuskan di depan retina yang menyebabkan penglihatan kabur untuk objek jauh. Penyebab miopi antara lain faktor genetik dan lingkungan seperti kebiasaan membaca dalam waktu lama. Manifestasi klinis miopi berupa penglihatan kabur untuk j
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai penelitian dan uji klinis tentang berbagai metode untuk mengurangi perkembangan miopia pada anak-anak, seperti penggunaan obat, kacamata bifokal, lensa kontak, dan orthokeratology. Namun, bukti yang kuat masih diperlukan untuk menentukan efektivitas jangka panjang dari metode-metode tersebut.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Dokumen tersebut membahas tentang adaptasi sel, termasuk organisasi sel, modalitas cidera sel, dan mekanisme adaptasi sel. Modul ini menjelaskan struktur dan fungsi sel serta bagaimana sel dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis cidera.
DEFENISI
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009).
PATOFISIOLOGI
Akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan yang ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara kelenjar keringat. Kemudian akan timbul radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar diabsorbsi oleh stratum korneum.
Miliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiksnya belum sempurna.
Kasus miliariasis terjadi pada 40-50% bayi balu lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama akan menghilang dengan sendirinya 3-4 minggu kemudian. Kadang-kadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
ETIOLOGI
Udara panas dan lembab
Infeksi oleh bakteri
Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
Aktivitas yang berlebihan
Setelah menderita demam atau panas
Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum. (Lenteraimpian, 2010)
GEJALA KLINIS
Miliaria Rubra
Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian. Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropic.
Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal. Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
Miliaria Profunda
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstremitas.
PENCEGAHAN
Anjurkan anak mandi 2x sehari
Jika anak berkeringat lap dengan dengan handuk basah lalu keringkan dan beri bedak tabur
Jangan memberi anak bedak jika kulitnya sedang berkeringat
Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku normal dan abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima secara sosial, sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari norma sosial dan dapat memiliki dampak negatif bagi individu atau masyarakat. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis perilaku abnormal seperti psikopati, defisiensi moral, dan abnormalitas seksual beserta penyebab dan ciri-cirinya.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)pjj_kemenkes
1) Pasien dengan gangguan penglihatan katarak membutuhkan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas penglihatan dan mencegah komplikasi seperti infeksi dan cedera.
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar diabetes mellitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya. Diabetes mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan produksi insulin atau resistensi terhadap insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel pankreas dan tipe 2 yang le
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi fisiologi persepsi sensori. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang 5 sistem sensori utama yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan beserta proses kerjanya mulai dari rangsangan masuk, transduksi, konduksi saraf, dan persepsi. Dokumen juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi proses sensori."
Berduka adalah respon normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu melakukan koping secara bertahap untuk menerima kehilangan. Berduka diwujudkan secara unik pada setiap orang dan dipengaruhi pengalaman pribadi, budaya, dan keyakinan. Teori Engel menjelaskan proses berduka melalui lima fase mulai dari penyangkalan hingga penerimaan.
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyamanpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan pembelajaran umum dan khusus serta uraian materi mengenai konsep keamanan dan kenyamanan beserta asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan tersebut. Materi ini mencakup pengertian, klasifikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan tindakan pencegahan gangguan keamanan dan kenyamanan.
Makalah ini membahas tentang miopi yang meliputi definisi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan komplikasi miopi. Miopi adalah kelainan refraksi dimana cahaya difokuskan di depan retina yang menyebabkan penglihatan kabur untuk objek jauh. Penyebab miopi antara lain faktor genetik dan lingkungan seperti kebiasaan membaca dalam waktu lama. Manifestasi klinis miopi berupa penglihatan kabur untuk j
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai penelitian dan uji klinis tentang berbagai metode untuk mengurangi perkembangan miopia pada anak-anak, seperti penggunaan obat, kacamata bifokal, lensa kontak, dan orthokeratology. Namun, bukti yang kuat masih diperlukan untuk menentukan efektivitas jangka panjang dari metode-metode tersebut.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, stres berulang, atau faktor patologis seperti osteoporosis. Diagnosa keperawatan pada klien fraktur meliputi risiko trauma, nyeri, gangguan sirkulasi, infeksi, dan kurangnya pengetahuan. Intervensi keperawatan meliputi imobilisasi, analgesia
Evolucion de las telecomunicaciones en la republica dominicananoelmarcano
La evolución de las telecomunicaciones en República Dominicana comenzó en 1886 con la llegada del teléfono, pero no fue hasta 1930 cuando se estableció la primera compañía de telecomunicaciones del país. A lo largo de las décadas siguientes se realizaron diversas mejoras tecnológicas como la introducción del teléfono automático en 1926-1927, la instalación del primer cable submarino en 1968 y el establecimiento de la primera estación terrena de satélites en 1975. En la actualidad, el país cuenta con redes de telefonía f
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi telinga tengah atau otitis media akut. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus dan haemophilus influenzae yang masuk melalui rongga hidung atau trauma pada telinga. Gejala utamanya adalah nyeri telinga, demam, dan kesulitan makan. Jika tidak diobati, infeksi dapat menyebar dan merusak tulang telinga serta menyebabkan gangguan pendengaran.
Pasien mengalami konjungtivitis yang ditandai dengan mata merah, gatal dan berair serta bengkaknya palpebra. Pemeriksaan menunjukkan hiperemia konjungtiva bulbi dan palpebra tanpa gangguan fungsi mata. Diagnosis kemungkinan besar konjungtivitis bakteri, virus atau alergi, namun diperlukan pemeriksaan lanjut untuk menegakkan diagnosis pasti.
La miopía es el problema visual más común y ocurre cuando los rayos de luz se enfocan en un punto delante de la retina, haciendo que las imágenes se vean borrosas. Puede ser causada por un aumento en la curvatura de la córnea o el tamaño del ojo. Se corrige generalmente con lentes negativas u opciones quirúrgicas como LASIK para miopías menores o implantes de lentes para miopías mayores.
Makalah ini membahas tentang myopia (rabun jauh), meliputi pengertian, etiologi, gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medis. Myopia disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik dan lingkungan, dan gejalanya adalah kaburnya penglihatan pada objek jauh. Pada myopia patologi dapat terjadi komplikasi seperti degenerasi retina. Penatalaksanaannya meliputi kac
Tinjauan pustaka mendiskusikan anatomi mata dan kelainan refraksi. Anatomi mata meliputi kornea, lensa, dan perkembangan mata anak. Kelainan refraksi meliputi definisi, patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala klinis, serta klasifikasi miopia dan hipermetropia. Miopia disebabkan oleh kekuatan pembiasan mata yang berlebihan sementara hipermetropia disebabkan oleh kekuatan pembiasan yang lemah. Kedua
Dokumen tersebut membahas tentang indra penglihatan mata, mekanisme kerja mata, dan cacat atau kelainan pada mata. Termasuk struktur mata seperti kornea, iris, pupil, lensa, retina, dan bagian-bagian lainnya beserta fungsinya. Juga dibahas tentang cacat mata seperti katarak, rabun senja, xeroftalmia, dan lainnya beserta penyebabnya.
Mata adalah organ utama penglihatan manusia, yang terdiri dari bola mata, saraf optik, otak, dan struktur pendukung lain. Bola mata mengandung jutaan sel saraf dan dapat memproses informasi visual secara simultan. Penglihatan melibatkan proses pembiasan cahaya, akomodasi kanta mata, kontraksi anak mata, dan penumpuan pandangan untuk membentuk imej di retina. Berbagai gangguan penglihatan seperti rabun
Dokumen tersebut membahas tentang ketajaman penglihatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pencahayaan. Disebutkan bahwa intensitas pencahayaan yang buruk dapat menurunkan ketajaman penglihatan karena dapat menyebabkan kelainan refraksi mata atau kelelahan mata. Hubungan antara pencahayaan dan ketajaman penglihatan telah dibuktikan lewat beberapa penelitian.
[Ringkuman]
Teks tersebut membahas tentang alat optik alami yaitu mata dan beberapa alat optik buatan seperti kamera, lup, mikroskop, dan teropong. Mata merupakan alat optik alami yang paling canggih dan rumit namun tidak ada alat optik buatan yang dapat menyainginya. Teks tersebut juga menjelaskan bagian-bagian dan fungsi mata serta beberapa cacat penglihatan dan cara mengatasinya.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fungsi mata, serta berbagai gangguan penglihatan dan cara penanganannya. Dijelaskan bahwa lensa mata memfokuskan cahaya ke retina untuk membentuk bayangan, dan berbagai kelainan seperti miopi, hipermetropi, dan presbiopi dapat dikoreksi dengan kacamata.
Dokumen tersebut membahas tentang katarak, termasuk anatomi dan fisiologi lensa mata, jenis-jenis katarak seperti kongenital, juvenil, degeneratif, dan komplikata, serta gejala dan pengobatan katarak.
1. ASKEP MYOPIA
1.1DEFENISI
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar
yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang
dibiaskan di depan retina ( bintik kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang.
Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat sedangkan
melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh. Pasien miopia mempunyai
pungtum remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita
akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.
Mata minus / myopia / short sighred eye adalah : keadaan pada mata dimana
cahaya/benda yang jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selpaut
jala/bintik kuning
Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini
diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang
dan diatur dan tepat jatuh diretina (Mansjoer, 2002).
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi
dibiaskan pada satu titik di depan retina.
Terdapat dua teori utama tentang terjadinya pemanjangan sumbu bola mata pada
myopia yaitu:
Teori biologik menganggap pemanjangan sumbu bola mata sebagai akibat
kelainan pertumbuhan retina(overgrowth)
Teori mekanik mengemukakan penekanan (stress) sklera sebagai penyebab
pemanjangan tersebut.
Myopia Yaitu keadaan di mana mata terasa kabur apabila melihat objek-objek
yang letaknya jauh, tapi mata mampu melihat objek yang dekat.
Pada rabun jauh (myopia) penderita selalu berusaha memicingkan matanya agar
dapat melihat lebih jelas objek-objek yang jauh letaknya. Hal ini adalah ciri khas
utama dari penderita myopia.
Myopia paling banyak terjadi pada usia anak-anak dan ditemukan secara tak
sengaja pada saat skrining pemeriksaan mata di sekolah. Pada umumnya memang
hal ini disebabkan oleh keturunan. Selain karena faktor keturunan, myopia juga
bisa disebabkan oleh faktor kelengkungan kornea maupun kelainan bentuk lensa
mata.
Ciri khas lain dari myopia ini adalah sifatnya yang progresif hingga pada usia
remaja (hal ini dikarenakan faktor panjang sumbu bola mata yang bertambah
seiring pertumbuhan anak) dan kemudian progresifitasnya menurun pada usia
dewasa muda. Pertambahan derajat myopia membutuhkan kaca mata yang makin
berat kekuatannya, karena itu pada masa usia dini dianjurkan agar pemeriksaan
diulang tiap 6 bulan.
Tipe / Bentuk myopia yaitu:
1)Myopia Axial
Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter
Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power
2. normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
2)Myopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan darikelengkungan
kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat, dimana ukuran bola mata normal.
3)Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media
penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga
pembiasan lebih kuat.
4)Perubahan Posisi Lensa
Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucomaberhubungan
dengan terjadinya myopia.
Myopia dikategorikan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan kebutaan
bagi penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata. Myopia
berbahaya ini dibarengi dengan kerapuhan dari selaput jala (retina) yang makin
lama makin menipis dari waktu ke waktu.
Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala
(retina), yang membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk pemulihannya.
Tingkat keberhasilan pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat tergantung pada
kecepatan tindakan penanggulangannya.
1.2ETIOLOGI
Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli
kacamata ) percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-
peneliti dan para professional peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia
sekarang telah menjadi sebuah kombinasi genetik dan merupakan salah satu faktor
lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:
Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui sebagai hilangnya pola mata ), terjadi
ketika kualitas gambar dalam retina berkurang.
Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan
atau di belakang retina
Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan
pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka
semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang
berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para
penderita miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak
tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002).
1.3PATOFISIOLOGI
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum
diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi
penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma.
Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di
dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata
dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini
merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme
3. patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:
1)Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
2)Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
3)Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa sama dengan
myopia maligna sama dengan myopia degenerative.
4)Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6
dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atrofi karioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang
terjadi rupture membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk
terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak Fuch
berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar,
dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optic.
(Sidarta, 2005).
1.4MANIFESTASI KLINIK
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek
dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis
tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.
Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya
terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka
kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin
menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu
menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat
myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi
ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir
ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia
mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis
atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai
pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita
akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).
Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:
1)Gejala subjektif :
Kabur bila melihat jauh
Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
Astenovergens
2)Gejala objektif :
a)Myopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative
4. lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
b)Myopia patologik :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan
pada:
Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi
yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan myopia.
Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat
lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke
seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang
atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
pendarahan subretina pada daerah macula.
Retina bagian perifer: Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh
lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat
penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai
fundus tigroid. (Illyas,2005).
1.5PENCEGAHAN
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan
gelap dan menonton TV dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu,
penurunan pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang telah
dikembangkan untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak efektif.
Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia
dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik dan
para peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa kacamata
yang dapat dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar Malaysia juga baru-
baru ini melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang baru menyatakan bahwa
pembentukan atau perbaikan pada penderita myopia disebabkan karena melajunya
pertumbuhan myopia, ini juga terdapat dalam pertanyaan-pertanyaan klinis.
Banyak pengobatan myopia mengalami kesulitan dan juga terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa grup kontrol cukup menutupi
kekurangan tersebut
Sampai sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah
kelainan refraksi pada anak atau mencegah jangan sampai menjadi parah.
Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat
tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan
penggunaan kacamata.
Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini:
Mencegah terjadinya kebiasaan buruk. Hal yang perlu diperhatikan adalah sejak
kecil anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak, dan memegang alat tulis dengan
benar. Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau
melihat TV. Batasi jam membaca. Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter),
dan gunakanlah penerangan yang cukup. Kalau memungkinkan untuk anak-anak
diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.
5. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang baik.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau bergantian
melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah myopia. (Curtin, 2002).
1.6PENATALAKSANAAN
1)Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk
mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu
keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras
atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.
Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan
latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan).
Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan
para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada
beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-
bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah
pengobatan myopia yang efektif.
Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau
operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah
untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea
mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain
lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk
jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan
pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda.
Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi
dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan
lebih baik bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak
lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea.
Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang
ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak( Lee dan
Bailey, www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
2)Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun
banyak digunakan ada penderita myopia
(www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
1.7PEMERIKSAN PENUNJANG
Foto fundus / retina
Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata ( E.E.G =
electro – ence falogram
EVP (evoked potential examination)
USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada
tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)
CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan
6. 2.1PENGKAJIAN
2.1.1PENGKAJIAN FISIK PENGLIHATAN
1)Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata
ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling
atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya
dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji
hitung jari dari jarak 6 meter.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji
dengan arah sinar.
Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan
pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.
Penilaian :
Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya
bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat
melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat
pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat melihat atau
menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka dinyatakan
tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60
meter.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter.
Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
pengelihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan,
maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar
pada jarak tidak terhingga.
2)Pengkajian Gerakan Mata
Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan
pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu
benda diam sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian
karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal
mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali ke titik
semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena
sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke
sisi temporal, di namakan eksoforia; kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi
nasal di sebut esoforia.
Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke lateral ke kedua sisi sepanjang
sumbu horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing
membentuk sumbu 60 derajat dengan sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal
lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang
melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama transisi
dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah
7. satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar.
Keadaan ini bias juga terjadi bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan
yang lain.
3)Pengkajian Lapang Pandang, pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1
sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata
dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa.
Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila
pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya.
Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari
yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa
di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal
dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan
memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap
manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai
dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya ke depan.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik Mata
1)Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
2)Buku Mata, posisi dan distribusinya
3)Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
4)Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara
bersama.
5)Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya
seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.
2.2DIAGNOSA
1)Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/gangguan status organ indera
2)Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada
kepala, kelelahan pada mata)
3)Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
2.3INTERVENSI
DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/perubahan status organ indera
1)Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2)Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan
klien-perawat
3)Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4)Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan
gangguan penglihatan
DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri
pada kepala, kelelahan pada mata)
1)Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2)Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
8. Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan
mengurangi ansietas
3)Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional: Mengurangi ansietas klien
DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
1)Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2)Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan
dilakukan
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3)Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi
tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV
dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.
2.4EVALUASI
1)Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2)Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3)Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC
Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual Science. The Chinese university of
Hongkong.88(10):1315-1319. www.pubmedcentral.nih.gov/artclender
Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology
(abstract only). www.pubmedcentral.nih.gov/articlender
ASKEP MYOPIA
A.KONSEP DASAR
1.PENGERTIAN
9. Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat
sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan
retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda
tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh diretina (Mansjoer, 2002).
2.ETIOLOGI
Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi.
Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara
langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ
mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal
kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan benda
yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya
(Curtin, 2002).
3.PATOFISIOLOGI
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih
belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi
penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma.
Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di
dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata
dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini
merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme
patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:
1) Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
2) Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
10. 3) Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia
pernisiosa sama dengan myopia maligna sama dengan myopia
degenerative.
4) Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6
dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata
sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal
papil disertai dengan atrofi karioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang
terjadi rupture membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk
terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak Fuch
berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar,
dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optic.(Sidarta, 2005).
4.GEJALA KLINIK
Miopia terdiri dari gejala Subjektif dan Objektif.
Gejala Subjektif
a) Kabur bila melihat jauh
b) Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c) Mata cepat lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai
dengan akomodasi)
d) Sering sakit kepala
e)Menyipitkan mata bila melihat jauh
Gejala Objektif
a) Miopia simpleks
11. Ciri-cirinya
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam da pupil yang relatif
lebar. Biasanya ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal, atau dapat
diserta kresen miopia (miopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf
optik.
b) Miopia patologik
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
Gambaran yang ditemukan pada semen posterior berupa kelainan-kelainan pada :
Badan kaca, dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi
yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam
badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasio badan kaca yang dianggap
belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.
Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, cresent miopia, papil terlihat
labih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Cresent miopia dapat
ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah
koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
Makula berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
Retina bagian perifer berupa degenerasi kista retina bagian perifer.
5. DIAGNOSIS
Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita miopia antara lain adalah :
12. Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu
objek dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan
tulis, tetapi dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara
umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari :
a) Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan
jarak dekat (Jaeger).
b) Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian
kaca mata.
c) Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikan kemungkinan
ada atau tidaknya kebutaan.
d) Uji gerakan otot-otot mata
e) Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina
f) Mengukur tekanan cairan di dalam mata
g) Pemeriksaan retina
6. KOMPLIKASI
Katarak
Glaukoma
Abalasio retina
Miopic makulopaty
Vitreal Liquefaction dan Detachment
7. PENCEGAHAN
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam
keadaan gelap dan menonton TV dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun
13. lalu, penurunan pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang
telah dikembangkan untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak efektif.
Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan Visual Hygiene berikut ini:
Mencegah terjadinya kebiasaan buruk. Hal yang perlu diperhatikan adalah
sejak kecil anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak, dan memegang alat tulis
dengan benar. Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan
membaca atau melihat TV. Batasi jam membaca. Aturlah jarak baca yang tepat
(30 centimeter), dan gunakanlah penerangan yang cukup. Kalau memungkinkan
untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak
bacanya selalu 30 cm. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah
kebiasaan yang baik.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau
bergantian melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah myopia.
(Curtin, 2002).
B.PENGKAJIAN
1. Pengkajian Fisik Penglihatan
a. Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata
ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling
atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca
seluruhnya dengan benar.
Penilaiannya :Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat
membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar
14. b. Pengkajian Gerakan Mata
Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan pemeriksa, dan
pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam
sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau
tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata.
c. Pengkajian Lapang Pandang,
Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling
berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa
menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Pasien di minta tetap
melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan
superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari
posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan
nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam
penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi
informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara
mempertahankan arah lirikannya ke depan.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
1) Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
2) Buku Mata, posisi dan distribusinya
3) Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
4) Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi
secara bersama.
5) Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan
cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.
C.DIAGNOSA
15. 1. Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/gangguan status organ indera
2. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri
pada kepala, kelelahan pada mata)
3. Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
D.INTERVENSI
DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/perubahan status organ indera
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta
kepercayaan klien-perawat
3. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan
penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan
dengan gangguan penglihatan
DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri
pada kepala, kelelahan pada mata)
1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
16. Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan
mengurangi ansietas
3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional: Mengurangi ansietas klien
DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan
dilakukan
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan
posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur,
menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan
pada mata.
E.EVALUASI
1) Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2) Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
17. DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC
Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual Science. The Chinese university of
Hongkong.88(10):1315-1319. www.pubmedcentral.nih.gov/artclender
Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology
(abstract only). www.pubmedcentral.nih.gov/articlender