SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK A DENGAN

PNEUMONIA
KONSEP DASAR
A.

PENGERTIAN
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus.
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis dari rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari IgA.
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Pneumonia Berdasarkan Penyebab :
1. Pneumonia bakteri  Paling banyak ditemui.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia jamur.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Pneumonia hipostatik.

Pneumonia Berdasarkan anatomik :
1. Pneumonia lobaris
Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia).
Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat.

1
3. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis).
Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan jaringan
interlobular.
B.

ETIOLOGI
1.

Streptokokus.

2.

Stafilokkokus.

3.

Pneumokokus.

4.

Haemofilus influenza.

5.

Pseudomonas.

6.

Fungus.

7.

Basil Colli

Semuanya dapat masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran pernapasan
bagian atas, kuman masuk ke bronkiolus kemudian alveolus  MENYEBABKAN
Infasi kuman pada jaringan paru.
 Terjadinya akibat infeksi saluran napas bagian atas.
Dapat terjadi gangguan pada :
1. Proses ventilasi.
2. Proses difusi.
C.

GEJALA KLINIS
1.

Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam tinggi.

2.

Gejala khas :
 Sianosis pada mulut dan hidung.
 Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
 Gelisah, cepat lelah.

3.

Batuk  mula-mula kering  produktif.

4.

Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.

5.

Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis.

2
6.
D.

Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus
KOMPLIKASI

Bila tidak ditangani secara tepat :
1.

Otitis media akut (OMA)  terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian
gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.

2.

Efusi pleura.

3.

Emfisema.

4.

Meningitis.

5.

Abses otak.

6.

Endokarditis.

7.

Osteomielitis.

E.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan berdasarkan jenisnya.
1.

Pneumonia Lobaris
Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari.

2.

Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Penatalaksanaan Medik :
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan :
a.

Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50
–70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari.

b.

Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol infus.

3
c.

Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisisgas darah arteri.

Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
3.

Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis)
Penatalaksanaan Medik :
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi,
sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau
dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan, Perlu
diberikan cairan dengan elektrolit secara intravena dengan untuk mengoreksi
asidosis dan dehidrasi.
Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih
yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian steroid belum ada
kesepakatan. Pemberian sedatif tidak diperkenankan karena menimbulkan
depresi pernafasan. Bila dianggap perlu boleh diberi kloralhidrat. Bronkodilator
tidak dianjurkan karena merupakan konra indikasi karena dapat memperberat
keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan
meningkat.

4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK R DENGAN HERNIA INGUINALIS
LATERALIS
KONSEP DASAR
A.

PENGERTIAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
internus/lateralis, menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternal/medialis.
Disebut lateralis karena terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior.
Kanalis inguinalis pada pria normal berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosessus vaginalis peritonei dan
ligamentum rotundum. Pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum
rotundum.

B.

ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria
ketimbang pada wanita. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula factor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.

5
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih
90 % prosesua vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur
ini hanya beberapa persen.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertropi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup
sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan
otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan m. ilio inguinalis dan m. ilio
femoralis setelah apendiktomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
C.

PATOGENESIS
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Bila bayi lahir, umunya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal
sering belum menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis yang kiri terbuka
maka umumnya yang kanan juga masih terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

6
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis itu
terbuka terus karena prosesus tidak terobliterasi, maka akan timbul hernia
inguinalis lateral congenital.
Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena daerah itu merupakan
locus amnions resistensiae. Maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meninggi, adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat, defekasi yang mengejan dan miktie yang mengejan misalnya pada prostat
hipertropi.
D.

JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS
a.

Hernia Ingunalis Medialis (Direk)
Hernia inguinalis indirek ini hampir selalu disebabkan factor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah, mengalami
inkarserasi (menjepit) dan strangulasi (gangguan vaskularisasi). Mungkin
terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih.
Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus
abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi.

b.

Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis
yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai
hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan
berbentuk tonjolan bulat.

E.

GEJALA KLINIK
Pada umunya keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan dilipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Oleh karena itu klien dapat diminta untuk
batuk atau mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat
dilihat. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha

7
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
F.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum penderita biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan sejak permulaan sudah
tampak, maka harus dibuktikan bahwa benjolan itu dapat dimasukan kembali.
Penderita dalam posisi tidur, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat
masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga
dapat ditegakkan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.

G. DIAGNOSA BANDING
1.

Hidrokel.
Benjolan hidrokel mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan
luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah
hidrokel tidak teraba.

2. Limfadenopati inguinal
Lihat apakah ada infeksi pada kaki. Kadang-kadang benjolannya dapat
dimasukkan.
3. Testis ektopik
Yaitu testis yang masuk berada dikanalis inguinalis, mudah diketahui dengan
meraba daerah skrotum dan menghitung jumlah testisnya.
4. Limpoma
H.

PENGELOLAAN
Pengelolaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak
dipersiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Bila tidak berhasil dalam waktu

8
enam jam, harus dilakukan operasi segera. Pengobatan operatif merupakan satusatunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.

PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM
Streptokokus
Pneumokokus
Stafilokokus

Kecemasan orang tua

Hambatan tumbuh
kembang

Ancaman kehidupan
Perubahan Pola Tidur

Masuk melalui
Saluran nafas bag. atas

Kurang dari kebutuhan
gangguan nutrisi
meningkat

Bronkiolus
Sulit Tidur

Alveoli

Sebagai kompensasi cadangan
lemak dipergunakan oleh tubuh

Merangsang RAS
Nafas kurang pada
Jaringan paru
Peningkatan frekwensi
Pernapasan

Peningkatan metabolisme

Reaksi radang pada
Bronchus dan alveolus

Akumulasi Sekret
Stimulasi Chemoreseption
Fibrosus dan pelebaran

Hipotalamus

Obstruksi jalan
nafas

Atelektasis
DEMAM

Gangguan
Ventilasi
Gangguan Difusi
HIPERTERMIA
s

Bersihan Jalan Nafas
Tidak efektif

Gangguan Pertukaran Gas
Evaporasi meningkat

O2 Ke jaringan Menurun
Cairan Tubuh berkurang

9
Kelemahan
PENURUNAN VOLUME
CAIRAN

A D L
FORMAT PENGKAJIAN

RUANG PERAWATAN ANAK
I.

BIODATA
a.

IDENTITAS KLIEN
1. Nama/nama panggilan

: An. A

2. Tempat tanggal lahir/usia

: Makassar, 27 Oktober 2002/5 bulan.

3. Jenis kelamin

: Laki-laki

4. Agama

: Islam

5. Pendidikan

: -

6. Alamat

: Jl. Banta-bantaeng No. 32

7. Tanggal masuk

: 14 April 2003

8. Tanggal pengkajian

: 15 April 2003

9. Diagnosa medik

: Pneumonia

10. Rencana therapy

: Pemberian O2

b.

Jam : 15.00

IDENTITAS ORANG TUA
2.

Ayah
a. Nama

: Tn. A

b. Usia

: 32 tahun

c. Pendidikan

: Tamat SMA

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : (Wiraswasta) Perbengkelan
e. Agama
f. Alamat
3.

: Islam
: Jl. Banta-bantaeng No. 32

Ibu
a. Nama

: Ny. S

b. Usia

: 29 tahun

c. Pendidikan

: SMP

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. Agama

: Islam

10
f. Alamat

: Jl. Banta-bantaeng

a.

IDENTITAS SAUDARA KANDUNG

NO.

NAMA

USIA

HUBUNGAN

1.

Anshar

10 tahun

Saudara kandung

STATUS
KESEHATAN
Sehat

2.

Asdar

8 tahun

Saudara kandung

Sehat

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang
lalu dan terus menerus.
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak ± 2 bulan yang lalu, sesak. Demam dialami sejak 3 hari
yang lalu secara terus menerus, pada auskultasi didapatkan bunyi ronchi.
Anak nampak lelah karena sesak nafas yang dialaminya.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun).
1.

Prenatal Care
a.

Pemeriksaan kehamilan 1 kali

b.

Keluhan selama hamil : Ibu S menderita Bronchitis,
tekanan darah meningkat, oedem pada kaki.

c.

Riwayat : Ibu S mendapatkan therapy obat sebab pada
saat hamil kaki ibu S oedem dan tekanan darah ibu tinggi dan ibu S
lupa nama obatnya.

d.

Ibu S lupa berapa Kg kenaikan berat badannya pada
saat hamil.

e.
2.

Imunisasi TT dilakukan 1 kali selama hamil.
Natal

a.

Tempat melahirkan di Rumah Sakit.

b.

Persalinan spontan.

11
c.

Penolong persalinan : Dokter.

d.

Cara untuk memudahkan persalinan : Ibu mengatakan
pada saat melahirkan rencananya akan di operasi karena ibu sesak berat,
tetapi tiba-tiba anaknya lahir.

e.

Anak A lahir premature (8 bulan).

3.

Post natal
a.

Kondisi bayi : BB lahir : 2100 gram, PB : 43 cm

b.

Beberapa hari setelah lahir badan anak A agak berwarna
kuning.

c.

Sejak lahir anak A tidak disusui karena ibu S menderita
Bronkhitis dan pada saat melahirkan ibu S sesak berat.

(Untuk semua usia)
-

Anak A pernah mengalami batuk, demam, diare.

-

Anak A tidak pernah jatuh.

-

Anak A belum pernah dirawat di RS sebelumnya, hanya berobat jalan
(rawat jalan atau ke dokter praktek).

-

Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, zat/substansi
kimia, dan tekstil.

-

Anak A tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga
-

Penyakit anggota keluarga :
Ibu S mengatakan ibu mertuanya mempunyai penyakit tekanan darah
tinggi, begitupun ibu S mempunyai tekanan darah yang tinggi juga
menderita Bronkhitis.

12
GENOGRAM 3 GENERASI
48

32

30

50

53

27

25

10

35

23

8

48

33

29

24

5

KETERANGAN :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Tinggal serumah
: Laki-laki yang meninggal
: Perempuan yang meninggal
IV. Riwayat Imunisasi
No

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

Reaksi Setelah
Pemberian

1.
2.

BCG
DPT (I,II,III)

Pada saat baru lahir
DPT I : 2 bulan

13

Demam
3.

DPT II : 3 bulan
Polio I : Baru lahir

Polio (I,II,III,IV)

Polio II : 2 bulan
Polio III : 3 bulan
4.
5.
V.

Campak
Hepatitis

Belum diberikan
Belum diberikan

Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan

: 5500 gram

2. Panjang Badan

: 61 cm

3. Waktu tumbuh gigi : Gigi anak A belum tumbuh
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat :
1. Berguling

: 4 bulan

2. Duduk

: -

3. Merangkak : 4. Berdiri

: -

5. Berjalan

: Anak A belum bisa berjalan.

6. Senyum pada orang lain pertama kali

: Lupa

7. Bicara pertama kali

: Belum bisa bicara

VI.

Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan ibu
menderita bronchitis.
2. Jumlah pemberian : Tiap kali anak menangis (± 10 kali sehari dalam botol
200 cc.
3. Cara memberikan : Dengan dot.
C. Pemberian makanan tambahan

14
a. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan
b. Jenis

: Bubur susu (SUN)

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia

Jenis Nutrisi
Susu Formula Lactogen I
Susus formula + bubur susu (SUN)

1.
0 – 3 bulan

Lama Pemberian
Sampai sekarang
Sampai sekarang

2.
Saat ini
VII.

Riwayat Psichososial

1.

Anak tinggal dirumah sendiri, lingkungan berada ditengah
kota.

2.

Anak tinggal dekat sekolah, ada tempat bermain.

3.

Tidak ada tangga yang berbahaya.

4.

Anak tidak mempunyai kamar sendiri dan tidak mempunyai
ruang bermain.

5.

Hubungan antar anggota keluarga harmonis.

6.

Pengasuh anak adalah orang tua dan nenek.

VIII.

Riwayat Spiritual

1.

Support system dalam keluarga

:

Orang tua, nenek dan

saudara kandung.
2.

Orang tua klien jarang melaksanakan ibadah karena sibuk
mencari nafkah.

IX.

Reaksi Hospitalisasi
A. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
-

Ibu membawa anaknya ke rumah sakit sebab anaknya batuk, sesak dan
demam yang terus menerus selama 3 hari, sejak tanggal 11 April 2003.

-

Dokter selalu menceritakan keadaan anaknya, dan dokter menyarankan
agar anak A diopname supaya mendapatkan perawatan yang lebih
intensif..

15
-

Perasaan orang tua saat ini cemas, sebab anaknya sesak, susah untuk
bernapas.

-

Orang tua klien selalu berkunjung, ibu dan nenek yang menjaga klien
pada siang hari, sedangkan pada malam hari dirawat oleh bapaknya.

-

Hubungan antar anggota keluarga harmonis, dan orang tua klien
mengasuh anaknya sendiri.

B. Pemahaman Anak Tentang Sakit dan Rawat Inap
Tidak dikaji karena anak baru berumur 5 bulan dan belum mengerti tentang
hal itu.
X. Aktifitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi
1.

S
elera makan

Sebelum sakit
Saat sakit
Nafsu makan baik, porsi Anak
malas
makan
makan dihabiskan.

karena sesak.

Susu formula + Bubur Susu formula, anak malas
2.

M susu.
enu makan

makan

3 kali sehari

Tidak teratur

Bubur susu

Tidak mau makan hanya

3. Frekwensi makan

diberi susu

4. Makanan

yang Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

disukai
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan

pola Disuapi

makan

Disuapi

Tidak berdoa saat makan

Tidak berdoa saat makan

Kondisi
1. Jenis Minuman

Sebelum Sakit
ASI, air putih

Saat Sakit
Asi, air putih

2. Frekwensi minum

Kuat minum ± 10 botol Kuat

7. Cara makan
8. Ritual saat makan
B. Cairan

16

minum,

2-3
200 cc/hari

gelas/hari

3. Kebutuhan cairan

Terpenuhi

Lebih 20 cc

4. Cara pemenuhan

Minum pakai dot

Minum

dot,

infus

dextrose 5 %
•

Maintenance
BB = 5,5 Kg
Umur 5 bulan
5,5 x 100 ml/Kg BB = 550 cc/hari
550

24

= 22,92
= 23 tts/menit → Mikro drips

•

Intake cairan saat sakit
Minum : 5 botol x 100 cc = 500 cc
550-500 = 50 cc
 = 2 tts/menit
24
= 120 tt/jam
Infus

•

: 5,5 cc/jam

Out put
SWL urine

= 2 cc x 5,5 Kg x 24 jam
= 265 cc

Faces = 100 cc
IWL

= 30 cc x 5,5Kg BB/24 jam = 165 cc

Total :

SWL + IWL = 265 + 100 + 165
= 530cc.

Jadi out put – intake = - 530 + 550
= 20 cc
C. Eliminasi (BAB & BAK)
Kondisi
1.

Sebelum sakit
Bab dan Bak di celana

17

Saat sakit
Bab dan Bak dicelana
Tempat pembuangan

3 - 4 kali sehari

2 kali sehari

2.

Lunak/encer

Encer

Frekwensi/waktu

Tidak ada

Tidak ada

3. Konsistensi

Tidak ada

Tidak ada

4.
Kesulitan
5.
Obat pencahar
D. Istirahat Tidur
Kondisi
1. Jam tidur

Sebelum Sakit

-

Siang

-

Malam

2. Pola tidur
3. Kebiasaan

Saat Sakit

10.00–13.00, 16.00-18.00 Klien susah tidur
20.00 – 05.00

Klien susah tidur

Teratur

Tidak teratur

sebelum Tidak ada

Tidak ada

tidur
4. Kesulitan tidur

Tidak ada

Sering

terbangun

jika

batuk pada malam hari.

E. Olah Raga
Klien tidak pernah berolah raga karena masih terlalu kecil.
F. Personal Hygiene
Kondisi
1.

Sebelum sakit
M

andi
- Cara

Dimandikan
ibunya

- Frekwensi
Alat
mandi

2 x sehari
Sabun, Bak
handuk

Saat sakit

oleh Dimandikan oleh orang
tuanya atau perawat
1 x sehari
Waslap, sabun, handuk
mandi,
1 x sejak sakit

18
2. Cuci rambut
2 – 3 kali seminggu
Frekwensi Dibantu oleh orang tua
Cara
3. Potong kuku
Frekwensi
Cara
4. Gosok gigi
- Frekwensi
- Cara

Dibantu oleh orang tua
dan perawat

Setiap
kali
kuku
Setiap
kali
kuku panjang dipotong oleh
panjang dipotong oleh perawat
ibunya
Klien
belum
Klien
belum mempunyai gigi
mempunyai gigi

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi
Sebelum Sakit
1.
Kegiatan
Makan, tidur, bermain
sehari-hari
bersama saudaranya
2.
Pengaturan
Makan, bermain, istirahat
jadwal harian

Saat sakit
Tidur, kadang bermain
dengan ibunya.
Mengikuti
program
perawatan
dan
pengobatan di RS
Istirahat/tidur.

3.

Penggunaan
alat Bantu aktivitas

Tidak ada

4.

Kesulitan
pergerakan tubuh

Tidak ada

- Infus terpasang
- Belum bisa berjalan.

Sebelum Sakit
Klien belum sekolah

Saat Sakit
Klien belum sekolah

H. Rekreasi
Kondisi
1.
Perasaan
saat sekolah
2.
Waktu luang
3.

4.
5.

Perasaan
setelah
rekreasi/bermain

Bermain dengan orang Bermain dengan orang
tua dan saudara.
tua dan perawat
Tertawa
Tertawa, menangis
Nonton TV, Istirahat

-

Waktu
senggang keluarga.
Kegiatan

Istirahat di rumah

19

-
hari libur
X.

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
: Lemah
B. Tanda-tanda vital
Suhu

: 37,7 º C

Nadi

: 100 x/menit

Respirasi

: 56 x/menit

Tekanan darah : 80/50 mmHg
C. Antropometri
Panjang Badan

: 61 cm

Berat badan

: 5,5 Kg

1 bulan : 3 Kg

4 bulan : 4,8 Kg

Lingkaran lengan atas : 11,5 cm
Lingkar kepala

: 41,5 cm

Lingkar dada

: 42 cm

Lingkar perut

: 45,5 cm

D. Sistem pernapasan
Hidung

: Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung.

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor.

Dada

:

•

Bentuk dada normal (Barel chest)

•

Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal
:1:1

•

Gerakan dada

: Simetris kiri dan kanan, tidak ada

retraksi dan menggunakan otot bantu pernapasan.
•

Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada
bunyi ronchi,

•

Tidak ada clubbing finger.

E. Sistem Cardiovaskuler

20
-

Conjunctiva tidak anemi, bibir lembab, arteri carotis kuat, tekanan
vena jugularis tidak meninggi.

-

Ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran.
Batas kiri

: Linea medio klavikularis kiri.

Batas kanan

: Line parasternalis kanan

Batas atas

: ICS III kiri atas

-

Suara jantung S1 dan S2 normal, bising aorta, mur-mur, gallop tidak
ada.

-

Capillary refilling time : 2 detik.

F. System Pencernaan
-

Sklera tidak ikterus, bibir lembab dan tidak ada labioskizis.

-

Mulut :

Stomatitis, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh,

kemampuan menelan baik.
-

Gaster : Kembung, tidak ada nyeri dan gerakan peristaltic normal 8
x/menit.

-

Abdomen : Hati teraba 3 cm dibawah arcus costa, lien tidak teraba,
ginjal tidak teraba, tidak teraba feses pada abdomen.

-

Pada anus tidak ada lecet dan hemoroid

G. System indra
1.

Mata
Kelopak mata tidak oedem, bulu mata dan alis tebal.
Lapang pandang : Tidak dikaji.

2.

Hidung
-

3.

Penciuman tidak dikaji, perih, trauma dan mimisan tidak ada
Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada.

Telinga
-

Keadaan daun telinga normal yaitu simetris kiri dan kanan, kanal
auditorus bersih, serumen tidak ada.

-

Fungsi pendengaran normal, klien dapat mendengarkan suara
pemeriksa dan langsung berbalik kearah pemeriksa ketika dibunyikan
kerincingan di sampingnya.

21
H. Sistem syaraf
1.

Fungsi Cerebral
a.

Status mental tidak dikaji.

b.

Kesadaran (GCS) :
E
M

:

V
2.

: 4 (Buka mata secara spontan).
: Klien belum bisa berbicara

Fungsi cranial
Nervus I (Olfaktorius) : Tidak dikaji
Nervus II (Optikus)

: Tidak dikaji.

Nervus III,IV, VI (Okulomotorius, troclearis, Abdusens) : Bola mata
dapat digerakkan, pupil isokor.
Nervus V (Trigeminus) :
Sensorik : Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada daerah
oftalmikus.
Motorik

: Klien belum mempunyai gigi, jadi tidak dikaji.

Nervus VII (Fasialis) :
Sensorik

: Tidak dikaji.

Motorik

: Pada waktu tersenyum dan menangis bibir tidak miring.

Nervus VIII (Akustikus)

:

Klien dapat mendengarkan suara tepuk

tangan dan langsung menoleh ke sumber suara.
Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji
Nervus X (Vagus) : Tidak dikaji
Nervus XI ( Accesorius) : Tidak dikaji
Nervus XII (Hipogosus) : Tidak dikaji
3. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot normal.
4. fungsi sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi normal
5. Fungsi cerebellum : Tidak dikaji
6. Reflex Bisep, trisep, patella, babinski.
7. Iritasi meningen : Tidak dilakukan

22
I. Sistem muskuloskeletal.
Kepala

: Bentuk mesosephal

Vertebrae

: Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri

Pelvis

: Bentuk simetris kiri dan kanan

Lutut

: Tidak ada bengkak, kaku dll

Kaki

: Tidak ada bengkak, dapat bergerak, klien belum bisa berjalan.

Tangan

: Tidak ada bengkak, gerakan aktif.

J. Sistem integumen
Rambut
Kulit

: Warna hitam dan tidak mudah tercabut.
: Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup,
turgor baik.

Kuku

: Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan
kotor.

K. System Endokrin
-

Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid

-

Ekskresi urine tidak berlebihan, tidak ada polidipsi dan poliphagi.

-

Suhu tubuh meningkat.

-

Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut.

L. Sistem perkemihan
Odema palpebra : Tidak ada oedem palpebra, moon face, oedem anasarka
tidak ada.
Keadaan kandung kemih : Normal
Ada nocturia pada malam hari, tidak ada dysuria dan kencing batu.
M. Sistem reproduksi
Pria.
-

Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah.

-

Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum.

N. Sistem Immun
-

Tidak ada riwayat alergi.

-

Kadang-kadang dengan perubahan cuaca klien menjadi flu.

23
XI.

TEST DIAGNOTIK
Tanggal : 15 April 2003
Laboratorium :

Nilai normal

WBC

: + 12.1 x 103 m/mm3

Lymp

: 35.3 %

RBC

: -4.56 x 106 m/mm3

4,5 –5,5 juta/mm3

HCT

: -33.2 %

4,0 – 4,8 %

HB

: -10.7 gr/dl

13 – 16 gr %

MCV

: -72.8 fl

80 – 97

MCH

: -23.5 pg

26.5 – 33.5

MCHC

: 32.2 g/dl

315 – 35.0

PLT

: + 560 x 103/µ l

150 – 400

Urinalysis
SG

: 1.005

PH

: 7

Leu

: Neg.

Nit

: Neg

Pro

: Neg

Glu

: 100 mg/dl

KET

: Neg

UBG : Norm
Bil

: Neg

Ery

: Neg

Mikroskop analysis
Eryth : Leuko : 0 – 1
Cylind : Epith cell

: -

24

5000 – 10.000/mm3
Ro photo :

Ct – Scan : Tidak ada
MRI, USG, EEG, ECG, dll : Tidak ada
Therapy saat ini :
-

Terpasang infus dekstrose 2,5 % 24 tetes/menit

-

Obat injeksi :
Ampicillin 4 x 200 mg
Kloramfenicol 1 x 200 mg.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM TERJADI PADA KLIEN
DENGAN
1.

PNEUMONIA

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan peradangan dan penumpukan sekret.

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolus.

3.

Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan
intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.

4.

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

menurunnya kadar oksigen darah.
5.

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi.

6.

Kurangnya

pengetahuan

orang

tua

tentang

perawatan anak setelah pulang dari Rumah Sakit.
7.

Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi.

25
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF :
1. Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan
batuknya berlendir.
2. Orang tua klien mengeluh anaknya sesak.
3. Orang tua mengatakan anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak
diisap lendirnya sewaktu dilahirkan.
4. Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit.
5. Orang tua klien mengatakan anaknya banyak lendirnya.
6. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus
menerus.
7. Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya.
8. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

26
DATA OBYEKTIF :
1. Klien nampak sesak.
2. Klien demam
3. Klien batuk dan berlendir.
4. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan.
5. Klien nampak lemah.
6. Ekspresi wajah orang tua klien tegang.
7. Orang tua klien nampak cemas.
8. Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi.
9. Vital sign :
TD

: 80/50 mmHg

N

: 100 x/menit

P

: 56 x/menit

S

: 37,7º C

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan

dengan

peradangan,

penumpukan sekret, ditandai dengan :
Data Subyektif :
-

Orang

tua

klien

mengatakan anaknya batuk sejak ±
2 bulan yang lalu, dan batuknya
berlendir.
-

Orang

tua

mengatakan

bahwa anaknya sesak dan batuk

27

TANGGAL
DITEMUKAN
14 April 2003

TANGGAL
TERATASI
17 April 2003
mungkin disebabkan oleh tidak
diisap lendirnya sewaktu dilahirkan.
Data Obyektif :
-

Klien batuk berlendir.

-

Vital sign :
TD : 80/50 mmHg
N

: 100 x/menit

P

: 56 x/menit

S

: 37,7º C

2.

14 April 2003

Gangguan
berhubungan

pertukaran
dengan

17 April 2003

gas

perubahan

membran kapiler, ditandai dengan :
Data Subyektif :
-

Orang tua klien mengeluh
anaknya sesak.

Data Obyektif :
-

Klien nampak sesak.

-

Klien nampak lemah.

-

Pada

pemeriksaan

auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi.
-

Vital Sign :
TD : 80/50 mmHg.
N
P

: 56 x/menit.

S
3.

: 100 x/menit.
: 37,7 °C.

14 April 2003

Gangguan rasa nyaman : panas
berhubungan dengan proses infeksi,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
-

Orang

tua

klien

28

16 April 2003
mengatakan anaknya demam sejak 3
hari yang lalu secara terus menerus.
Data Obyektif :
-

Klien demam.

-

Vital sign :

14 April 2003

16 April 2003

S : 37,7 °C
4.

Resiko

berkurangnya

volume

cairan berhubungan dengan intake oral
yang tidak adekuat, demam, takipnea,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
-

Orang

tua

klien

mengatakan anaknya malas makan
dan minum sejak sakit.
Data Obyektif :
-

Klien demam.

-

Porsi makan dan minum
14 April 2003

tidak dihabiskan.
5.

Klien nampak sesak
Kecemasan

berhubungan

orang
dengan

tua
dampak

hospitalisasi, ditandai dengan :
Data Subyektif :
-

Orang

tua

klien

mengatakan sangat cemas dengan
keadaan anaknya.
-

Orang tua klien sering
bertanya-tanya tentang penyakit
anaknya.

Data Obyektif :

29

15 April 2003
-

Ekspresi wajah orang tua
klien nampak tegang.

-

Orang tua klien nampak
cemas.

30
ANALISA
1.

2.

D A T A
Data Subyektif :
Orang tua
klien mengatakan
anaknya
batuk
sejak ± 2 bulan
yang lalu, dan
batuknya berlendir.
Orang tua
mengatakan bahwa
anaknya sesak dan
batuk
mungkin
disebabkan
oleh
tidak
diisap
lendirnya sewaktu
dilahirkan.
Data obyektif :
Klien
batuk berlendir.
Vital sign
:
TD : 80/50 mmHg.
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC
Data Subyektif :
Orang tua
klien
mengeluh
anaknya sesak.
Data obyektif :
Klien
nampak sesak.
Klien
nampak lemah.
Vital sign
:
TD : 80/50 mmHg
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC
-

DATA

E T I O L O G I
Akumulasi sekret
↓
Obstruksi jalan nafas

MASALAH
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.

↓
Gangguan ventilasi
↓
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Streptokokus
Pneumokokus
Stafilokokus
↓
Masuk melalui saluran
nafas bagian atas
↓
Bronkiolus
↓
Alveoli
↓
Nafas kurang pada
jaringan paru
↓
Reaksi radang pada
bronkus dan alveolus

31

Gangguan pertukaran gas
D A T A
3.
Data Subyektif :
Orang tua
klien
mengatakan
anaknya
demam
sejak 3 hari yang lalu
secara terus menerus
Data Obyektif :
Klien
demam.
Vital sign
:
S : 37,7°C
4. Data Subyektif :
Orang tua
klien
mengatakan
anaknya
malas
makan dan minum
sejak sakit.
Data Obyektif :
Klien
demam.
Porsi
makan dan minum
tidak dihabiskan.
Klien
nampak sesak.
5.

Data Subyektif :
Orang tua
klien
mengatakan
sangat cemas dengan
keadaan anaknya.
Orang tua
klien
sering
bertanya-tanya
tentang
penyakit
anaknya.
Data Obyektif :
Ekspresi
wajah orang tua klien
nampak tegang.
-

E T I L O G I
Reaksi radang pada
bronkus dan alveolus
↓
Stimulasi
Chemoreseption di
hipothalamus
↓
Demam
↓
Hipertermia

MASALAH
Gangguan rasa nyaman :
Panas.

Hipertermia
↓
Evaporasi meningkat
↓
Cairan tubuh berkurang
↓
Penurunan volume
cairan

Resiko
berkurangnya
volume cairan.

Peningkatan frekwensi
pernafasan
↓
Ancaman kehidupan
↓
Kecemasan orang tua

32

Kecemasan
klien.

orang

tua
-

Orang tua
klien nampak cemas.

33
R E N C A N A

K E P E R A W A T A N

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
1.
Bersihan jalan nafas tidak Klien akan menunjukkan
efektif

berhubungan

1.

dengan jalan nafas efektif, ventilasi

RENCANA
Monitor

RASIONAL
status Mengetahui status pernafasan

respiratori setiap 2 jam, klien

memudahkan

peradangan, penumpukan sekret, paru adekuat dan tidak ada

kaji adanya peningkatan intervensi

ditandai dengan :

penumpukan sekret, dengan

status

Data Subyektif :

kriteria :

bunyi nafas abnormal.

pernafasan

selanjutnya,

untuk
dan

dan takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat

-

-

ditemukan pada penerimaan

Orang tua klien mengatakan

Batuk anak berkurang.

atau

anaknya batuk sejak ± 2

-

proses infeksi akut. Pernafasan

bulan

Lendir tidak ada.

dapat melambat dan frekwensi

-

ekspirasi

Vital sign dalam batas

dibanding inspirasi.

yang

lalu,

dan

batuknya berlendir.
Orang tua klien mengatakan

selama

stress/adanya

memanjang

normal :

bahwa anaknya sesak dan

TD : 90/60 mmHg.

Memudahkan keluarnya sekret

batuk mungkin disebabkan

N

: 120 x/menit

oleh tidak diisap lendirnya

P

: 30 x/menit

vibrasi

sewaktu dilahirkan.

S

: 36,5 º C

drainage.

2.

34

Lakukan
dan

perkusi, yang kental dari jalan nafas.
postural
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN
3.

RENCANA
Beri posisi
nyaman

yang mempermudah fungsi pernafasan

memudahkan
bernafas

RASIONAL
yang Peninggian kepala tempat tidur
pasien dengan menggunakan gravitasi.

(peninggian Namun pasien dengan distress

kepala tempat tidur atau berat akan mencari posisi yang
pasien

dipangku

ibunya)

oleh paling mudah untuk bernafas.
Sokongan

tangan/kaki

bantal

dll,

dengan

membantu

menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
Lingkungan tenang dan nyaman
4.

Ciptakan lingkungan memudahkan klien beristirahat,
yang nyaman sehingga sebab lingkungan yang tidak
pasien

dapat

dengan tenang.

tidur nyaman

merupakan

pencetus

reaksi alergi pernafasan yang
dapat mentriger episode akut.

35
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA
Beri minum

5.

yang Hidrasi

cukup.

RASIONAL
membantu

menurunkan

kekentalan

sekret,

mempermudah

pengeluaran.
cairan

Penggunaan

hangat

dapat

menurunkan spasme bronkus.

6. Kolaborasi
medis

dengan

pemberian

tim
obat

sesuai indikasi

Merilekskan otot halus dan

-

menurunkan kongesti lokal,

Bronkodilator

menurunkan

spasme

jalan

nafas, danm produksi mukosa
Banyak

antimikrobial

diindikasikan untuk

36
DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Antimikrobial.
RENCANA

TUJUAN

RASIONAL
Mengontorl
infeksi
pernafasan/pneumina
terapi

dapat

dan

meningkatkan

aliran udara dan memperbaiki
hasil.
2.

Gangguan pertukaran gas Klien

memperlihatkan

berhubungan dengan perubahan perbaikan
membran

kapile

1.

ventilasi,

alveolus, pertukaran

gas

ditandai dengan :

optimal

dan

Data Subyektif :

jaringan

secara

-

Observasi tingkat Gelisah dan ansietas adalah
kesadaran, selidiki adanya manifestasi

secara

perubahan.

tua

klien

anaknya sesak.

oksigenasi
adekuat,

hipoksia,

GDA

bingung/somnolen

memburuk

menunjukkan
serebral

mengeluh -

yang

disfungsi
berhubungan

dengan hipoksemis.

Klien tidak sesak.

Data Obyektif :

-

-

Klien aktif.

kedalaman pernafasan dan derajat

Klien nampak sesak.

-

tanda-tanda sianosis setiap adan/atau

-

Pada

Klien nampak lemah.

pada

disertai

dengan kriteria :

Orang

umum

2.

auskultasi

pemeriksaan
tidak

37

Kaji

2 jam.

frekwensi, Berguna

penyakit.

dalam
distress

evaluasi
pernafasan

kronisnya

proses
ditemukan

lagi

bnyi

tambahan pernafasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL
Sianosis
mungkin
(terlihat

pada

perifer

kuku)

atau

sentral (terlihat sekitar bibir
dan atau telinga). Keabu-abuan
dan

sianosis

mengindikasikan

sentral
beratnya

hipoksemia.
3.

Dorong
pengeluaran

Kental, tebal dan banyaknya
sputum, sekresi adalah sumber utama

pengisapan (suction) bila gangguan pertukaran gas pada
diindikasikan.

jalan nafas kecil, pengisapan
dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.

4.

Lakukan
fokal fremitus.

38

palpasi Penurunan
diduga

getaran

ada

vibrasi

pengumpulan
cairan atau udara terjebak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN
5.

RENCANA
RASIONAL
Kolaborasi dengan Dapat
tim medis pemberian O2 memperbaiki/mencegah
sesuai dengan indikasi.

3.

Gangguan rasa nyaman : Klien menunjukkan suhu 1.
panas

berhubungan

dengan tubuh dalam batas normal,

Pantau
(derajat

suhu
dan

memburuknya hipoksia.

klien Suhu 38,9ºC – 41,1ºC

polanya) menunjukkan

proses

proses infeksi, ditandai dengan dengan kriteria :

perhatikan menggigil atau penyakit

:

-

diaforesis.

Data Subyektif :

Anak tidak demam lagi.

membantu

-

-

diagnosis, misalnyakurva

Orang tua klien mengatakan

Vital sign dalam batas

demam

anaknya demam sejak 3 hari
yang

lalu

secara

normal, S : 37,7ºC.

Pola

lebih

terus

infeksiusakut.
demam

dapat
dalam

lanjut
dari

berakhir
24

jam

menunjukkan pneumonia

menerus.

pneumokokal,

demam

Data Obyektif :

skarlet atau tifoid, demam

-

remiten (bervariasi hanya

Klien demam.

beberapa

-

arah tertentu),

39

derajat

pada
Vital sign :
S : 37,7 º C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL
Menunjukkan infeksi paru,
kurva

intermitten

atau

demam yang kembali normal
sekali dalam periode 24 jam
menunjukkan episode septik
endokarditis septik atau TB.
Menggigil
mendahului
catatan

sering
puncak suhu,
penggunaan

antipiretik mengubah pola
demam dan dapat dibatasi
sampai diagnosis dibuat atau
bila demam tetap lebih besar
dari 38,9ºC
2.

40

Pantau

suhu Suhu

ruangan/jumlah
lingkungan,
batasi/tambahkan
tempat

tidur,

selimut harus diubah untuk
linen mempertahankan

suhu

sesuai mendekati normal

indikasi .
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN
3.

RENCANA
RASIONAL
Berikan
kompres Dapat
membantu
hangat, hindari, hindarkan mengurangi
penggunaan alkohol.

demam,

penggunaan air es/alkohol
mungkin

menyebabkan

kedinginan,

peningkatan

suhu secara aktual. Selain
itu,

alkohol

dapat

mengeringkan kulit.
4.Kolaborasi dengan tim medis Digunakan
pemberian antipiretik.

untuk

mengurangi demam dengan
aksi

sentralnya

hipothalamus,
demam

pada
meskipun

mungkin

dapat

berguna dalam membatasi

41
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4.
Resiko
berkurangnya Klien
volume

cairan

TUJUAN
menunjukkan 1.

berhubungan keseimbangan

cairan

dan

RENCANA
RASIONAL
Kaji
perubahan Peningkatan
tanda vital, contoh : suhu/memanjangnya

dengan intake oral yang tidak elektrolit, dengan kriteria:

peningkatan

demam meningkatkan laju

adekuat,

suhu/demam

metabolik dan kehilangan

memanjang,

takikardia, cairan melalui evaporasi.

demam,

takipnea, -

ditandai dengan :

Anak mau makan sedikit-sedikit

Data Subyektif :
-

tapi sering.

hipotensi ortostatik.

-

peningkatan

Orang tua klien mengatakan Klien tidak demam lagi, suhu
anaknya malas makan dan

menunjukkan

tubuh dalam batas normal

minum sejak sakit.

takikardia
kekurangan

S : 37,7°.

Data Obyektif :

-

-

Porsi

Klien demam.
-

TD ortostatik berubah dan

cairan sistemik.
2.

makan

dan

minum

Kaji turgor kulit, Indikator
kelembaban

membran keadekuatan

mukosa (bibir, lidah).

dihabiskan.

Porsi makan dan minum tidak Klien tidak sesak lagi.
dihabiskan.
-

volume

cairan, meskipun membran
mukosa

-

langsung

mulut

mungkin

kering karena nafas mulut
dan oksigen tambahan.

42
-

Turgor kulit baik.

Klien nampak sesak
Vital sign :
TD : 80/50 mmHg.
N

: 100x/meni

DIAGNOSA KEPERAWATAN
P : 56 x/menit

TUJUAN

RENCANA
RASIONAL
Pantau masukan dan Memberikan
informasi

3.

haluaran, catat warna, tentang

S : 37,7°C

karakter urine. Hitung volume
keseimbangan
Waspadai

keadekuatan
cairan

dan

cairan. kebutuhan penggantian.
kehilangan

yang tampak. Ukur berat
badan setiap hari.
4.

Anjurkan

kepada Pemenuhan

kebutuhan

orang tua klien agar dasar cairan, menurunkan
memberi minum 11/2-2 resiko dehidrasi.
liter

43

perhari

sesuai
kondisi individual.
5.

Kolaborasi
tim

medis

dengan Berguna

menurunkan

pemberian kehilangan cairan.

anti piretik, anti emetik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA
RASIONAL
Berikan cairan IV Karena adanya penurunan

6.

tambahan

sesuai masukan/banyak

keperluan.

kehilangan
penggunaan

cairan,
parenteral

dapat
memperbaiki/mencegah
kekurangan cairan.
5.

Kecemasan orang tua klien Orang

tua

menunjukkan 1.

Catat

derajat Pemahaman

berhubungan dengan dampak takut/kecemasan hilang atau

kecemasan

hospitalisasi, ditandai dengan :

menurun, dengan kriteria :

Informasikan pada orang berdasarkan situasi stres

Data Subyektif :

-

tua

-

Orang tua klien tidak cemas

perasaannya normal dan ketidakseimbangan

44

klien

dan

takut. perasaan

bahwa
(dimana

bahwa ditambah
Orang tua klien mengatakan

lagi.

dorong mengekspresikan oksigen yang mengancam)

sangat cemas dengan keadaan

-

perasaan.

anaknya.

Orang tua tidak bertanya-tanya

-

lagi

Orang tua klien sering bertanya-

pasien

anaknya.

tanya

tentang

penyakit

anaknya.

tentang

normal dapat membantu

penyakit

meningkatkan

beberapa perasaan kontrol
emosi.

Ekspresi wajah orang tua klien
ceria.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN
2.

RENCANA
RASIONAL
Jelaskan
proses Menghilangkan kecemasan
penyakit dan prosedur karena ketidaktahuan dan
dalam

tingkat menurunkan takut tentang

kemampuan orang tua keamanan pribadi. Pada
untuk

memahami

menangani

dan fase dini penjelasan perlu

informasi. diulang dengan sering dan

Kaji situasi saat ini dan singkat karena orang tua
tindakan yang diambil klien
untuk
masalah.

45

mengatasi penurunan
perhatian.

mengalami
lingkup
Mekanisme
3.

koping

dan

Dukung orang tua partisipasi dalam program
klien dalam menerima pengobatan

mungkin

realita situasi, khususnya meningkatkan
rencana untuk periode orang
penyembuhan

tua

belajar

klien

untuk

yang menerima hasil yang

lama. Libatkan orang tua
dalam perencanaan dan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA
RASIONAL
Partisipasi dalam perawatan. Diharapkan dari penyakit
dan

meningkatkan

beberapa rasa kontrol.
4.

Beri support kepada Dukungan
orang tua klien

orang

membantu
tua

menurunkan
kecemasannya.

46

klien
PROPOSAL PROGRAM BERMAIN

47
Nama Pasien

: Andara Sabita

Usia

: 7 bulan

Diagnosa Medis

: Diare dengan dehidrasi ringan.

Tingkat aktivitas

: Klien belum mandiri dan semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua.

Tingkat Perkembangan

:

* Perkembangan psikoseksual

:

Fase Oral
Fase ini anak mendapat kepuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut  dari mengisap, menelan, memainkan
bibir, makan. Dasar perkembangan mental yang sehat pada fase ini tergantung dari hubungan ibu dan anak.
* Perkembangan Sosial

:

Percaya vs tidak percaya
Komponen awal sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya  yang mendasari kehidupan. Rasa aman dan rasa
percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkunganadalah ibu.
* Perkembangan Kognitif

:

Fase sensori motor
Egosentrik  segala usaha ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya/kesenangannya.
Jenis Permainan

: Eksploratory play

Alat Yang digunakan

: Kerincingan warna-warni yang mempunyai pegangan.

Aturan Permainan

:

Perawat menggoyang kerincingan kemudian memberikan kepada ibu klien, ibu klien

menggoyangkan kerincingan tersebut lagi dan memberikannya kepada si anak. Lihat reaksi anak terhadap kerincingan tersebut.

48
Peserta

: - Perawat
- Ibu klien
- Andara Sabita
EVALUASI

NO. DP
4

TGL
26-3-2003

JAM
13.45

PERKEMBANGAN (SOAP) PARAF/NAMA
S : - Orang tua klien sudah tahu
tentang

penyakit

hernia

yaitu mengenai pengertian,
penyebab

dan

pengobatan

tindakan

yang

akan

dilakukan.
- Orang tua klien mengatakan
mengerti bahwa tindakan
pengobatan

hernia

hanyalah dengan operasi.
O : - Orang tua klien tidak
bingung lagi.
Orang

tua

klien

bertanya-tanya

tidak
lagi

49
tentang penyakit anaknya.
A : Masalah sudah teratasi.
P

:

Lanjutkan dan tingkatkan

intervensi 1, 2 dan 3

NO.DP
3

TGL
26-3-2003

JAM
08.15

PERKEMBANGAN (SOAP)
PARAF/NAMA
S : - Orang tua klien
mengatakan anaknya masih
menangis jika skrotumnya
tertekan.
O : - Klien tidak cengeng.
-

50
Klien masih meringis jika
skrotumnya tertekan.
A : Rasa nyeri klien belum
teratasi.
P : Lanjutkan dan tingkatkan
intervensi

1,3

Sedangkan

pemberian

analgetik

tidak

,4.
perlu

diberikan dan rasa nyeri
hilang setelah dilakukan
pembedahan.
-

51
52

More Related Content

What's hot

Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Operator Warnet Vast Raha
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
Fransiska Oktafiani
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Radang genetalia interna
Radang genetalia internaRadang genetalia interna
Radang genetalia internakenggi
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
EllyeUtami
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terima
Sulistia Rini
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
Yabniel Lit Jingga
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
shaniawira dika
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Sinta Sari
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
Amee Hidayat
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
Desy Trisnasari
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
yayax911
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Radang genetalia interna
Radang genetalia internaRadang genetalia interna
Radang genetalia interna
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terima
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
Askep diabetes mellitus
Askep diabetes mellitusAskep diabetes mellitus
Askep diabetes mellitus
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Febris
FebrisFebris
Febris
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 

Viewers also liked (17)

Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti tia mariadi
 
Pengkajian anemia
Pengkajian anemiaPengkajian anemia
Pengkajian anemia
 
Makalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe rahaMakalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe raha
 
Bab iii artritis gout.pdf
Bab iii artritis gout.pdfBab iii artritis gout.pdf
Bab iii artritis gout.pdf
 
Pengkajian perawatan anak difteri
Pengkajian  perawatan anak difteriPengkajian  perawatan anak difteri
Pengkajian perawatan anak difteri
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA
Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA
Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep brongkhopneumonia AKPER PEMDA MUNA
Askep brongkhopneumonia AKPER PEMDA MUNA Askep brongkhopneumonia AKPER PEMDA MUNA
Askep brongkhopneumonia AKPER PEMDA MUNA
 
Hepatitis AKPER PEMKAB MUNA
Hepatitis  AKPER PEMKAB MUNA Hepatitis  AKPER PEMKAB MUNA
Hepatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
 
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNA
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNAPneumonia AKPER PEMKAB MUNA
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNA
 
LP kala II lama
LP kala II lamaLP kala II lama
LP kala II lama
 
Penyimpangan kdm diare print
Penyimpangan kdm diare printPenyimpangan kdm diare print
Penyimpangan kdm diare print
 
Askep keluarga-dengan-stroke
Askep keluarga-dengan-strokeAskep keluarga-dengan-stroke
Askep keluarga-dengan-stroke
 
Penyimpangan kdm anemia
Penyimpangan kdm anemiaPenyimpangan kdm anemia
Penyimpangan kdm anemia
 
Penyimpangan kdm
Penyimpangan kdmPenyimpangan kdm
Penyimpangan kdm
 

Similar to Pneumonia

Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
vinavina25
 
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
gerasimoos
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
Clarissa Rizky
 
[Tara] sken 1 pertemuan 2
[Tara] sken 1 pertemuan 2[Tara] sken 1 pertemuan 2
[Tara] sken 1 pertemuan 2
Taranida Hanifah
 
Referat vicki
Referat vickiReferat vicki
Referat vicki
Vicky Jessica Effendi
 
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaatresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaRejeki Lestari
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,f' yagami
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
Hilda Lamtia
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
Kiki Taqiyyah
 
178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf
Iir Irma Suryani
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
SaniaJunianti
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
Septian Muna Barakati
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaYesi Tika
 
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah, Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Nindi Yulianti
 
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/IIIKelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/IIILilis c'Ben
 
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptx
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptxNEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptx
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptx
AnnabelPinem
 

Similar to Pneumonia (20)

Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
 
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
 
Bab 2 new
Bab 2 newBab 2 new
Bab 2 new
 
[Tara] sken 1 pertemuan 2
[Tara] sken 1 pertemuan 2[Tara] sken 1 pertemuan 2
[Tara] sken 1 pertemuan 2
 
Referat vicki
Referat vickiReferat vicki
Referat vicki
 
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaatresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
 
2. divertikel esofagus
2. divertikel esofagus2. divertikel esofagus
2. divertikel esofagus
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah, Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
 
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/IIIKelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
 
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptx
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptxNEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptx
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN.pptx
 
Askep ispa
Askep ispaAskep ispa
Askep ispa
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Pneumonia

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK A DENGAN PNEUMONIA KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus. Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari : 1. Susunan anatomis dari rongga hidung. 2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring. 3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. 4. Refleks batuk. 5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. 6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional. 7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari IgA. KLASIFIKASI PNEUMONIA Pneumonia Berdasarkan Penyebab : 1. Pneumonia bakteri  Paling banyak ditemui. 2. Pneumonia virus. 3. Pneumonia jamur. 4. Pneumonia aspirasi. 5. Pneumonia hipostatik. Pneumonia Berdasarkan anatomik : 1. Pneumonia lobaris Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru. 2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia). Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat. 1
  • 2. 3. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis). Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan jaringan interlobular. B. ETIOLOGI 1. Streptokokus. 2. Stafilokkokus. 3. Pneumokokus. 4. Haemofilus influenza. 5. Pseudomonas. 6. Fungus. 7. Basil Colli Semuanya dapat masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran pernapasan bagian atas, kuman masuk ke bronkiolus kemudian alveolus  MENYEBABKAN Infasi kuman pada jaringan paru.  Terjadinya akibat infeksi saluran napas bagian atas. Dapat terjadi gangguan pada : 1. Proses ventilasi. 2. Proses difusi. C. GEJALA KLINIS 1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam tinggi. 2. Gejala khas :  Sianosis pada mulut dan hidung.  Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.  Gelisah, cepat lelah. 3. Batuk  mula-mula kering  produktif. 4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia. 5. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis. 2
  • 3. 6. D. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus KOMPLIKASI Bila tidak ditangani secara tepat : 1. Otitis media akut (OMA)  terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi. 2. Efusi pleura. 3. Emfisema. 4. Meningitis. 5. Abses otak. 6. Endokarditis. 7. Osteomielitis. E. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan berdasarkan jenisnya. 1. Pneumonia Lobaris Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari. 2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) Penatalaksanaan Medik : Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan : a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50 –70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol infus. 3
  • 4. c. Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisisgas darah arteri. Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit. 3. Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis) Penatalaksanaan Medik : Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan, Perlu diberikan cairan dengan elektrolit secara intravena dengan untuk mengoreksi asidosis dan dehidrasi. Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian steroid belum ada kesepakatan. Pemberian sedatif tidak diperkenankan karena menimbulkan depresi pernafasan. Bila dianggap perlu boleh diberi kloralhidrat. Bronkodilator tidak dianjurkan karena merupakan konra indikasi karena dapat memperberat keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan meningkat. 4
  • 5. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK R DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus/lateralis, menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui annulus inguinalis eksternal/medialis. Disebut lateralis karena terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior. Kanalis inguinalis pada pria normal berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosessus vaginalis peritonei dan ligamentum rotundum. Pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum rotundum. B. ETIOLOGI Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. 5
  • 6. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesua vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan m. ilio inguinalis dan m. ilio femoralis setelah apendiktomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia C. PATOGENESIS Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 dari kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Bila bayi lahir, umunya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis yang kiri terbuka maka umumnya yang kanan juga masih terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. 6
  • 7. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis itu terbuka terus karena prosesus tidak terobliterasi, maka akan timbul hernia inguinalis lateral congenital. Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena daerah itu merupakan locus amnions resistensiae. Maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meninggi, adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, defekasi yang mengejan dan miktie yang mengejan misalnya pada prostat hipertropi. D. JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS a. Hernia Ingunalis Medialis (Direk) Hernia inguinalis indirek ini hampir selalu disebabkan factor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi (menjepit) dan strangulasi (gangguan vaskularisasi). Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi. b. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek) Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk tonjolan bulat. E. GEJALA KLINIK Pada umunya keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Oleh karena itu klien dapat diminta untuk batuk atau mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha 7
  • 8. biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. F. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum penderita biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak maka penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan sejak permulaan sudah tampak, maka harus dibuktikan bahwa benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga dapat ditegakkan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut. G. DIAGNOSA BANDING 1. Hidrokel. Benjolan hidrokel mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah hidrokel tidak teraba. 2. Limfadenopati inguinal Lihat apakah ada infeksi pada kaki. Kadang-kadang benjolannya dapat dimasukkan. 3. Testis ektopik Yaitu testis yang masuk berada dikanalis inguinalis, mudah diketahui dengan meraba daerah skrotum dan menghitung jumlah testisnya. 4. Limpoma H. PENGELOLAAN Pengelolaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak dipersiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Bila tidak berhasil dalam waktu 8
  • 9. enam jam, harus dilakukan operasi segera. Pengobatan operatif merupakan satusatunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM Streptokokus Pneumokokus Stafilokokus Kecemasan orang tua Hambatan tumbuh kembang Ancaman kehidupan Perubahan Pola Tidur Masuk melalui Saluran nafas bag. atas Kurang dari kebutuhan gangguan nutrisi meningkat Bronkiolus Sulit Tidur Alveoli Sebagai kompensasi cadangan lemak dipergunakan oleh tubuh Merangsang RAS Nafas kurang pada Jaringan paru Peningkatan frekwensi Pernapasan Peningkatan metabolisme Reaksi radang pada Bronchus dan alveolus Akumulasi Sekret Stimulasi Chemoreseption Fibrosus dan pelebaran Hipotalamus Obstruksi jalan nafas Atelektasis DEMAM Gangguan Ventilasi Gangguan Difusi HIPERTERMIA s Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif Gangguan Pertukaran Gas Evaporasi meningkat O2 Ke jaringan Menurun Cairan Tubuh berkurang 9
  • 10. Kelemahan PENURUNAN VOLUME CAIRAN A D L FORMAT PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN ANAK I. BIODATA a. IDENTITAS KLIEN 1. Nama/nama panggilan : An. A 2. Tempat tanggal lahir/usia : Makassar, 27 Oktober 2002/5 bulan. 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : - 6. Alamat : Jl. Banta-bantaeng No. 32 7. Tanggal masuk : 14 April 2003 8. Tanggal pengkajian : 15 April 2003 9. Diagnosa medik : Pneumonia 10. Rencana therapy : Pemberian O2 b. Jam : 15.00 IDENTITAS ORANG TUA 2. Ayah a. Nama : Tn. A b. Usia : 32 tahun c. Pendidikan : Tamat SMA d. Pekerjaan/sumber penghasilan : (Wiraswasta) Perbengkelan e. Agama f. Alamat 3. : Islam : Jl. Banta-bantaeng No. 32 Ibu a. Nama : Ny. S b. Usia : 29 tahun c. Pendidikan : SMP d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT e. Agama : Islam 10
  • 11. f. Alamat : Jl. Banta-bantaeng a. IDENTITAS SAUDARA KANDUNG NO. NAMA USIA HUBUNGAN 1. Anshar 10 tahun Saudara kandung STATUS KESEHATAN Sehat 2. Asdar 8 tahun Saudara kandung Sehat II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang lalu dan terus menerus. III. Riwayat Kesehatan A. Riwayat Kesehatan Sekarang Batuk dialami sejak ± 2 bulan yang lalu, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus, pada auskultasi didapatkan bunyi ronchi. Anak nampak lelah karena sesak nafas yang dialaminya. B. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun). 1. Prenatal Care a. Pemeriksaan kehamilan 1 kali b. Keluhan selama hamil : Ibu S menderita Bronchitis, tekanan darah meningkat, oedem pada kaki. c. Riwayat : Ibu S mendapatkan therapy obat sebab pada saat hamil kaki ibu S oedem dan tekanan darah ibu tinggi dan ibu S lupa nama obatnya. d. Ibu S lupa berapa Kg kenaikan berat badannya pada saat hamil. e. 2. Imunisasi TT dilakukan 1 kali selama hamil. Natal a. Tempat melahirkan di Rumah Sakit. b. Persalinan spontan. 11
  • 12. c. Penolong persalinan : Dokter. d. Cara untuk memudahkan persalinan : Ibu mengatakan pada saat melahirkan rencananya akan di operasi karena ibu sesak berat, tetapi tiba-tiba anaknya lahir. e. Anak A lahir premature (8 bulan). 3. Post natal a. Kondisi bayi : BB lahir : 2100 gram, PB : 43 cm b. Beberapa hari setelah lahir badan anak A agak berwarna kuning. c. Sejak lahir anak A tidak disusui karena ibu S menderita Bronkhitis dan pada saat melahirkan ibu S sesak berat. (Untuk semua usia) - Anak A pernah mengalami batuk, demam, diare. - Anak A tidak pernah jatuh. - Anak A belum pernah dirawat di RS sebelumnya, hanya berobat jalan (rawat jalan atau ke dokter praktek). - Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, zat/substansi kimia, dan tekstil. - Anak A tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas. C. Riwayat Kesehatan Keluarga - Penyakit anggota keluarga : Ibu S mengatakan ibu mertuanya mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, begitupun ibu S mempunyai tekanan darah yang tinggi juga menderita Bronkhitis. 12
  • 13. GENOGRAM 3 GENERASI 48 32 30 50 53 27 25 10 35 23 8 48 33 29 24 5 KETERANGAN : : Laki-laki : Perempuan : Penderita : Tinggal serumah : Laki-laki yang meninggal : Perempuan yang meninggal IV. Riwayat Imunisasi No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian 1. 2. BCG DPT (I,II,III) Pada saat baru lahir DPT I : 2 bulan 13 Demam
  • 14. 3. DPT II : 3 bulan Polio I : Baru lahir Polio (I,II,III,IV) Polio II : 2 bulan Polio III : 3 bulan 4. 5. V. Campak Hepatitis Belum diberikan Belum diberikan Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan Fisik 1. Berat badan : 5500 gram 2. Panjang Badan : 61 cm 3. Waktu tumbuh gigi : Gigi anak A belum tumbuh B. Perkembangan Tiap Tahap Usia anak saat : 1. Berguling : 4 bulan 2. Duduk : - 3. Merangkak : 4. Berdiri : - 5. Berjalan : Anak A belum bisa berjalan. 6. Senyum pada orang lain pertama kali : Lupa 7. Bicara pertama kali : Belum bisa bicara VI. Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI B. Pemberian susu formula 1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan ibu menderita bronchitis. 2. Jumlah pemberian : Tiap kali anak menangis (± 10 kali sehari dalam botol 200 cc. 3. Cara memberikan : Dengan dot. C. Pemberian makanan tambahan 14
  • 15. a. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan b. Jenis : Bubur susu (SUN) D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini Usia Jenis Nutrisi Susu Formula Lactogen I Susus formula + bubur susu (SUN) 1. 0 – 3 bulan Lama Pemberian Sampai sekarang Sampai sekarang 2. Saat ini VII. Riwayat Psichososial 1. Anak tinggal dirumah sendiri, lingkungan berada ditengah kota. 2. Anak tinggal dekat sekolah, ada tempat bermain. 3. Tidak ada tangga yang berbahaya. 4. Anak tidak mempunyai kamar sendiri dan tidak mempunyai ruang bermain. 5. Hubungan antar anggota keluarga harmonis. 6. Pengasuh anak adalah orang tua dan nenek. VIII. Riwayat Spiritual 1. Support system dalam keluarga : Orang tua, nenek dan saudara kandung. 2. Orang tua klien jarang melaksanakan ibadah karena sibuk mencari nafkah. IX. Reaksi Hospitalisasi A. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap - Ibu membawa anaknya ke rumah sakit sebab anaknya batuk, sesak dan demam yang terus menerus selama 3 hari, sejak tanggal 11 April 2003. - Dokter selalu menceritakan keadaan anaknya, dan dokter menyarankan agar anak A diopname supaya mendapatkan perawatan yang lebih intensif.. 15
  • 16. - Perasaan orang tua saat ini cemas, sebab anaknya sesak, susah untuk bernapas. - Orang tua klien selalu berkunjung, ibu dan nenek yang menjaga klien pada siang hari, sedangkan pada malam hari dirawat oleh bapaknya. - Hubungan antar anggota keluarga harmonis, dan orang tua klien mengasuh anaknya sendiri. B. Pemahaman Anak Tentang Sakit dan Rawat Inap Tidak dikaji karena anak baru berumur 5 bulan dan belum mengerti tentang hal itu. X. Aktifitas Sehari-hari A. Nutrisi Kondisi 1. S elera makan Sebelum sakit Saat sakit Nafsu makan baik, porsi Anak malas makan makan dihabiskan. karena sesak. Susu formula + Bubur Susu formula, anak malas 2. M susu. enu makan makan 3 kali sehari Tidak teratur Bubur susu Tidak mau makan hanya 3. Frekwensi makan diberi susu 4. Makanan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada disukai 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola Disuapi makan Disuapi Tidak berdoa saat makan Tidak berdoa saat makan Kondisi 1. Jenis Minuman Sebelum Sakit ASI, air putih Saat Sakit Asi, air putih 2. Frekwensi minum Kuat minum ± 10 botol Kuat 7. Cara makan 8. Ritual saat makan B. Cairan 16 minum, 2-3
  • 17. 200 cc/hari gelas/hari 3. Kebutuhan cairan Terpenuhi Lebih 20 cc 4. Cara pemenuhan Minum pakai dot Minum dot, infus dextrose 5 % • Maintenance BB = 5,5 Kg Umur 5 bulan 5,5 x 100 ml/Kg BB = 550 cc/hari 550  24 = 22,92 = 23 tts/menit → Mikro drips • Intake cairan saat sakit Minum : 5 botol x 100 cc = 500 cc 550-500 = 50 cc  = 2 tts/menit 24 = 120 tt/jam Infus • : 5,5 cc/jam Out put SWL urine = 2 cc x 5,5 Kg x 24 jam = 265 cc Faces = 100 cc IWL = 30 cc x 5,5Kg BB/24 jam = 165 cc Total : SWL + IWL = 265 + 100 + 165 = 530cc. Jadi out put – intake = - 530 + 550 = 20 cc C. Eliminasi (BAB & BAK) Kondisi 1. Sebelum sakit Bab dan Bak di celana 17 Saat sakit Bab dan Bak dicelana
  • 18. Tempat pembuangan 3 - 4 kali sehari 2 kali sehari 2. Lunak/encer Encer Frekwensi/waktu Tidak ada Tidak ada 3. Konsistensi Tidak ada Tidak ada 4. Kesulitan 5. Obat pencahar D. Istirahat Tidur Kondisi 1. Jam tidur Sebelum Sakit - Siang - Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan Saat Sakit 10.00–13.00, 16.00-18.00 Klien susah tidur 20.00 – 05.00 Klien susah tidur Teratur Tidak teratur sebelum Tidak ada Tidak ada tidur 4. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun jika batuk pada malam hari. E. Olah Raga Klien tidak pernah berolah raga karena masih terlalu kecil. F. Personal Hygiene Kondisi 1. Sebelum sakit M andi - Cara Dimandikan ibunya - Frekwensi Alat mandi 2 x sehari Sabun, Bak handuk Saat sakit oleh Dimandikan oleh orang tuanya atau perawat 1 x sehari Waslap, sabun, handuk mandi, 1 x sejak sakit 18
  • 19. 2. Cuci rambut 2 – 3 kali seminggu Frekwensi Dibantu oleh orang tua Cara 3. Potong kuku Frekwensi Cara 4. Gosok gigi - Frekwensi - Cara Dibantu oleh orang tua dan perawat Setiap kali kuku Setiap kali kuku panjang dipotong oleh panjang dipotong oleh perawat ibunya Klien belum Klien belum mempunyai gigi mempunyai gigi G. Aktifitas/Mobilitas Fisik Kondisi Sebelum Sakit 1. Kegiatan Makan, tidur, bermain sehari-hari bersama saudaranya 2. Pengaturan Makan, bermain, istirahat jadwal harian Saat sakit Tidur, kadang bermain dengan ibunya. Mengikuti program perawatan dan pengobatan di RS Istirahat/tidur. 3. Penggunaan alat Bantu aktivitas Tidak ada 4. Kesulitan pergerakan tubuh Tidak ada - Infus terpasang - Belum bisa berjalan. Sebelum Sakit Klien belum sekolah Saat Sakit Klien belum sekolah H. Rekreasi Kondisi 1. Perasaan saat sekolah 2. Waktu luang 3. 4. 5. Perasaan setelah rekreasi/bermain Bermain dengan orang Bermain dengan orang tua dan saudara. tua dan perawat Tertawa Tertawa, menangis Nonton TV, Istirahat - Waktu senggang keluarga. Kegiatan Istirahat di rumah 19 -
  • 20. hari libur X. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum klien : Lemah B. Tanda-tanda vital Suhu : 37,7 º C Nadi : 100 x/menit Respirasi : 56 x/menit Tekanan darah : 80/50 mmHg C. Antropometri Panjang Badan : 61 cm Berat badan : 5,5 Kg 1 bulan : 3 Kg 4 bulan : 4,8 Kg Lingkaran lengan atas : 11,5 cm Lingkar kepala : 41,5 cm Lingkar dada : 42 cm Lingkar perut : 45,5 cm D. Sistem pernapasan Hidung : Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor. Dada : • Bentuk dada normal (Barel chest) • Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal :1:1 • Gerakan dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dan menggunakan otot bantu pernapasan. • Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada bunyi ronchi, • Tidak ada clubbing finger. E. Sistem Cardiovaskuler 20
  • 21. - Conjunctiva tidak anemi, bibir lembab, arteri carotis kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi. - Ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran. Batas kiri : Linea medio klavikularis kiri. Batas kanan : Line parasternalis kanan Batas atas : ICS III kiri atas - Suara jantung S1 dan S2 normal, bising aorta, mur-mur, gallop tidak ada. - Capillary refilling time : 2 detik. F. System Pencernaan - Sklera tidak ikterus, bibir lembab dan tidak ada labioskizis. - Mulut : Stomatitis, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh, kemampuan menelan baik. - Gaster : Kembung, tidak ada nyeri dan gerakan peristaltic normal 8 x/menit. - Abdomen : Hati teraba 3 cm dibawah arcus costa, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba, tidak teraba feses pada abdomen. - Pada anus tidak ada lecet dan hemoroid G. System indra 1. Mata Kelopak mata tidak oedem, bulu mata dan alis tebal. Lapang pandang : Tidak dikaji. 2. Hidung - 3. Penciuman tidak dikaji, perih, trauma dan mimisan tidak ada Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada. Telinga - Keadaan daun telinga normal yaitu simetris kiri dan kanan, kanal auditorus bersih, serumen tidak ada. - Fungsi pendengaran normal, klien dapat mendengarkan suara pemeriksa dan langsung berbalik kearah pemeriksa ketika dibunyikan kerincingan di sampingnya. 21
  • 22. H. Sistem syaraf 1. Fungsi Cerebral a. Status mental tidak dikaji. b. Kesadaran (GCS) : E M : V 2. : 4 (Buka mata secara spontan). : Klien belum bisa berbicara Fungsi cranial Nervus I (Olfaktorius) : Tidak dikaji Nervus II (Optikus) : Tidak dikaji. Nervus III,IV, VI (Okulomotorius, troclearis, Abdusens) : Bola mata dapat digerakkan, pupil isokor. Nervus V (Trigeminus) : Sensorik : Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada daerah oftalmikus. Motorik : Klien belum mempunyai gigi, jadi tidak dikaji. Nervus VII (Fasialis) : Sensorik : Tidak dikaji. Motorik : Pada waktu tersenyum dan menangis bibir tidak miring. Nervus VIII (Akustikus) : Klien dapat mendengarkan suara tepuk tangan dan langsung menoleh ke sumber suara. Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji Nervus X (Vagus) : Tidak dikaji Nervus XI ( Accesorius) : Tidak dikaji Nervus XII (Hipogosus) : Tidak dikaji 3. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot normal. 4. fungsi sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi normal 5. Fungsi cerebellum : Tidak dikaji 6. Reflex Bisep, trisep, patella, babinski. 7. Iritasi meningen : Tidak dilakukan 22
  • 23. I. Sistem muskuloskeletal. Kepala : Bentuk mesosephal Vertebrae : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri Pelvis : Bentuk simetris kiri dan kanan Lutut : Tidak ada bengkak, kaku dll Kaki : Tidak ada bengkak, dapat bergerak, klien belum bisa berjalan. Tangan : Tidak ada bengkak, gerakan aktif. J. Sistem integumen Rambut Kulit : Warna hitam dan tidak mudah tercabut. : Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup, turgor baik. Kuku : Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan kotor. K. System Endokrin - Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid - Ekskresi urine tidak berlebihan, tidak ada polidipsi dan poliphagi. - Suhu tubuh meningkat. - Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut. L. Sistem perkemihan Odema palpebra : Tidak ada oedem palpebra, moon face, oedem anasarka tidak ada. Keadaan kandung kemih : Normal Ada nocturia pada malam hari, tidak ada dysuria dan kencing batu. M. Sistem reproduksi Pria. - Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah. - Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum. N. Sistem Immun - Tidak ada riwayat alergi. - Kadang-kadang dengan perubahan cuaca klien menjadi flu. 23
  • 24. XI. TEST DIAGNOTIK Tanggal : 15 April 2003 Laboratorium : Nilai normal WBC : + 12.1 x 103 m/mm3 Lymp : 35.3 % RBC : -4.56 x 106 m/mm3 4,5 –5,5 juta/mm3 HCT : -33.2 % 4,0 – 4,8 % HB : -10.7 gr/dl 13 – 16 gr % MCV : -72.8 fl 80 – 97 MCH : -23.5 pg 26.5 – 33.5 MCHC : 32.2 g/dl 315 – 35.0 PLT : + 560 x 103/µ l 150 – 400 Urinalysis SG : 1.005 PH : 7 Leu : Neg. Nit : Neg Pro : Neg Glu : 100 mg/dl KET : Neg UBG : Norm Bil : Neg Ery : Neg Mikroskop analysis Eryth : Leuko : 0 – 1 Cylind : Epith cell : - 24 5000 – 10.000/mm3
  • 25. Ro photo : Ct – Scan : Tidak ada MRI, USG, EEG, ECG, dll : Tidak ada Therapy saat ini : - Terpasang infus dekstrose 2,5 % 24 tetes/menit - Obat injeksi : Ampicillin 4 x 200 mg Kloramfenicol 1 x 200 mg. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM TERJADI PADA KLIEN DENGAN 1. PNEUMONIA Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan dan penumpukan sekret. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus. 3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah. 5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. 6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari Rumah Sakit. 7. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi. 25
  • 26. KLASIFIKASI DATA DATA SUBYEKTIF : 1. Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan batuknya berlendir. 2. Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. 3. Orang tua mengatakan anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak diisap lendirnya sewaktu dilahirkan. 4. Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit. 5. Orang tua klien mengatakan anaknya banyak lendirnya. 6. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus. 7. Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya. 8. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya. 26
  • 27. DATA OBYEKTIF : 1. Klien nampak sesak. 2. Klien demam 3. Klien batuk dan berlendir. 4. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan. 5. Klien nampak lemah. 6. Ekspresi wajah orang tua klien tegang. 7. Orang tua klien nampak cemas. 8. Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi. 9. Vital sign : TD : 80/50 mmHg N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7º C DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan, penumpukan sekret, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan batuknya berlendir. - Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak dan batuk 27 TANGGAL DITEMUKAN 14 April 2003 TANGGAL TERATASI 17 April 2003
  • 28. mungkin disebabkan oleh tidak diisap lendirnya sewaktu dilahirkan. Data Obyektif : - Klien batuk berlendir. - Vital sign : TD : 80/50 mmHg N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7º C 2. 14 April 2003 Gangguan berhubungan pertukaran dengan 17 April 2003 gas perubahan membran kapiler, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. Data Obyektif : - Klien nampak sesak. - Klien nampak lemah. - Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi. - Vital Sign : TD : 80/50 mmHg. N P : 56 x/menit. S 3. : 100 x/menit. : 37,7 °C. 14 April 2003 Gangguan rasa nyaman : panas berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien 28 16 April 2003
  • 29. mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus. Data Obyektif : - Klien demam. - Vital sign : 14 April 2003 16 April 2003 S : 37,7 °C 4. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral yang tidak adekuat, demam, takipnea, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit. Data Obyektif : - Klien demam. - Porsi makan dan minum 14 April 2003 tidak dihabiskan. 5. Klien nampak sesak Kecemasan berhubungan orang dengan tua dampak hospitalisasi, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya. - Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya. Data Obyektif : 29 15 April 2003
  • 30. - Ekspresi wajah orang tua klien nampak tegang. - Orang tua klien nampak cemas. 30
  • 31. ANALISA 1. 2. D A T A Data Subyektif : Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan batuknya berlendir. Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak diisap lendirnya sewaktu dilahirkan. Data obyektif : Klien batuk berlendir. Vital sign : TD : 80/50 mmHg. N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7ºC Data Subyektif : Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. Data obyektif : Klien nampak sesak. Klien nampak lemah. Vital sign : TD : 80/50 mmHg N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7ºC - DATA E T I O L O G I Akumulasi sekret ↓ Obstruksi jalan nafas MASALAH Bersihan jalan nafas tidak efektif. ↓ Gangguan ventilasi ↓ Bersihan jalan nafas tidak efektif Streptokokus Pneumokokus Stafilokokus ↓ Masuk melalui saluran nafas bagian atas ↓ Bronkiolus ↓ Alveoli ↓ Nafas kurang pada jaringan paru ↓ Reaksi radang pada bronkus dan alveolus 31 Gangguan pertukaran gas
  • 32. D A T A 3. Data Subyektif : Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus Data Obyektif : Klien demam. Vital sign : S : 37,7°C 4. Data Subyektif : Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit. Data Obyektif : Klien demam. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan. Klien nampak sesak. 5. Data Subyektif : Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya. Data Obyektif : Ekspresi wajah orang tua klien nampak tegang. - E T I L O G I Reaksi radang pada bronkus dan alveolus ↓ Stimulasi Chemoreseption di hipothalamus ↓ Demam ↓ Hipertermia MASALAH Gangguan rasa nyaman : Panas. Hipertermia ↓ Evaporasi meningkat ↓ Cairan tubuh berkurang ↓ Penurunan volume cairan Resiko berkurangnya volume cairan. Peningkatan frekwensi pernafasan ↓ Ancaman kehidupan ↓ Kecemasan orang tua 32 Kecemasan klien. orang tua
  • 34. R E N C A N A K E P E R A W A T A N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN 1. Bersihan jalan nafas tidak Klien akan menunjukkan efektif berhubungan 1. dengan jalan nafas efektif, ventilasi RENCANA Monitor RASIONAL status Mengetahui status pernafasan respiratori setiap 2 jam, klien memudahkan peradangan, penumpukan sekret, paru adekuat dan tidak ada kaji adanya peningkatan intervensi ditandai dengan : penumpukan sekret, dengan status Data Subyektif : kriteria : bunyi nafas abnormal. pernafasan selanjutnya, untuk dan dan takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat - - ditemukan pada penerimaan Orang tua klien mengatakan Batuk anak berkurang. atau anaknya batuk sejak ± 2 - proses infeksi akut. Pernafasan bulan Lendir tidak ada. dapat melambat dan frekwensi - ekspirasi Vital sign dalam batas dibanding inspirasi. yang lalu, dan batuknya berlendir. Orang tua klien mengatakan selama stress/adanya memanjang normal : bahwa anaknya sesak dan TD : 90/60 mmHg. Memudahkan keluarnya sekret batuk mungkin disebabkan N : 120 x/menit oleh tidak diisap lendirnya P : 30 x/menit vibrasi sewaktu dilahirkan. S : 36,5 º C drainage. 2. 34 Lakukan dan perkusi, yang kental dari jalan nafas. postural
  • 35. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN 3. RENCANA Beri posisi nyaman yang mempermudah fungsi pernafasan memudahkan bernafas RASIONAL yang Peninggian kepala tempat tidur pasien dengan menggunakan gravitasi. (peninggian Namun pasien dengan distress kepala tempat tidur atau berat akan mencari posisi yang pasien dipangku ibunya) oleh paling mudah untuk bernafas. Sokongan tangan/kaki bantal dll, dengan membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada. Lingkungan tenang dan nyaman 4. Ciptakan lingkungan memudahkan klien beristirahat, yang nyaman sehingga sebab lingkungan yang tidak pasien dapat dengan tenang. tidur nyaman merupakan pencetus reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut. 35
  • 36. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA Beri minum 5. yang Hidrasi cukup. RASIONAL membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. cairan Penggunaan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. 6. Kolaborasi medis dengan pemberian tim obat sesuai indikasi Merilekskan otot halus dan - menurunkan kongesti lokal, Bronkodilator menurunkan spasme jalan nafas, danm produksi mukosa Banyak antimikrobial diindikasikan untuk 36
  • 37. DIAGNOSA KEPERAWATAN - Antimikrobial. RENCANA TUJUAN RASIONAL Mengontorl infeksi pernafasan/pneumina terapi dapat dan meningkatkan aliran udara dan memperbaiki hasil. 2. Gangguan pertukaran gas Klien memperlihatkan berhubungan dengan perubahan perbaikan membran kapile 1. ventilasi, alveolus, pertukaran gas ditandai dengan : optimal dan Data Subyektif : jaringan secara - Observasi tingkat Gelisah dan ansietas adalah kesadaran, selidiki adanya manifestasi secara perubahan. tua klien anaknya sesak. oksigenasi adekuat, hipoksia, GDA bingung/somnolen memburuk menunjukkan serebral mengeluh - yang disfungsi berhubungan dengan hipoksemis. Klien tidak sesak. Data Obyektif : - - Klien aktif. kedalaman pernafasan dan derajat Klien nampak sesak. - tanda-tanda sianosis setiap adan/atau - Pada Klien nampak lemah. pada disertai dengan kriteria : Orang umum 2. auskultasi pemeriksaan tidak 37 Kaji 2 jam. frekwensi, Berguna penyakit. dalam distress evaluasi pernafasan kronisnya proses
  • 38. ditemukan lagi bnyi tambahan pernafasan DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Sianosis mungkin (terlihat pada perifer kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir dan atau telinga). Keabu-abuan dan sianosis mengindikasikan sentral beratnya hipoksemia. 3. Dorong pengeluaran Kental, tebal dan banyaknya sputum, sekresi adalah sumber utama pengisapan (suction) bila gangguan pertukaran gas pada diindikasikan. jalan nafas kecil, pengisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif. 4. Lakukan fokal fremitus. 38 palpasi Penurunan diduga getaran ada vibrasi pengumpulan
  • 39. cairan atau udara terjebak. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN 5. RENCANA RASIONAL Kolaborasi dengan Dapat tim medis pemberian O2 memperbaiki/mencegah sesuai dengan indikasi. 3. Gangguan rasa nyaman : Klien menunjukkan suhu 1. panas berhubungan dengan tubuh dalam batas normal, Pantau (derajat suhu dan memburuknya hipoksia. klien Suhu 38,9ºC – 41,1ºC polanya) menunjukkan proses proses infeksi, ditandai dengan dengan kriteria : perhatikan menggigil atau penyakit : - diaforesis. Data Subyektif : Anak tidak demam lagi. membantu - - diagnosis, misalnyakurva Orang tua klien mengatakan Vital sign dalam batas demam anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara normal, S : 37,7ºC. Pola lebih terus infeksiusakut. demam dapat dalam lanjut dari berakhir 24 jam menunjukkan pneumonia menerus. pneumokokal, demam Data Obyektif : skarlet atau tifoid, demam - remiten (bervariasi hanya Klien demam. beberapa - arah tertentu), 39 derajat pada
  • 40. Vital sign : S : 37,7 º C DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Menunjukkan infeksi paru, kurva intermitten atau demam yang kembali normal sekali dalam periode 24 jam menunjukkan episode septik endokarditis septik atau TB. Menggigil mendahului catatan sering puncak suhu, penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan dapat dibatasi sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9ºC 2. 40 Pantau suhu Suhu ruangan/jumlah
  • 41. lingkungan, batasi/tambahkan tempat tidur, selimut harus diubah untuk linen mempertahankan suhu sesuai mendekati normal indikasi . DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN 3. RENCANA RASIONAL Berikan kompres Dapat membantu hangat, hindari, hindarkan mengurangi penggunaan alkohol. demam, penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit. 4.Kolaborasi dengan tim medis Digunakan pemberian antipiretik. untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipothalamus, demam pada meskipun mungkin dapat berguna dalam membatasi 41
  • 42. pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi. DIAGNOSA KEPERAWATAN 4. Resiko berkurangnya Klien volume cairan TUJUAN menunjukkan 1. berhubungan keseimbangan cairan dan RENCANA RASIONAL Kaji perubahan Peningkatan tanda vital, contoh : suhu/memanjangnya dengan intake oral yang tidak elektrolit, dengan kriteria: peningkatan demam meningkatkan laju adekuat, suhu/demam metabolik dan kehilangan memanjang, takikardia, cairan melalui evaporasi. demam, takipnea, - ditandai dengan : Anak mau makan sedikit-sedikit Data Subyektif : - tapi sering. hipotensi ortostatik. - peningkatan Orang tua klien mengatakan Klien tidak demam lagi, suhu anaknya malas makan dan menunjukkan tubuh dalam batas normal minum sejak sakit. takikardia kekurangan S : 37,7°. Data Obyektif : - - Porsi Klien demam. - TD ortostatik berubah dan cairan sistemik. 2. makan dan minum Kaji turgor kulit, Indikator kelembaban membran keadekuatan mukosa (bibir, lidah). dihabiskan. Porsi makan dan minum tidak Klien tidak sesak lagi. dihabiskan. - volume cairan, meskipun membran mukosa - langsung mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan. 42
  • 43. - Turgor kulit baik. Klien nampak sesak Vital sign : TD : 80/50 mmHg. N : 100x/meni DIAGNOSA KEPERAWATAN P : 56 x/menit TUJUAN RENCANA RASIONAL Pantau masukan dan Memberikan informasi 3. haluaran, catat warna, tentang S : 37,7°C karakter urine. Hitung volume keseimbangan Waspadai keadekuatan cairan dan cairan. kebutuhan penggantian. kehilangan yang tampak. Ukur berat badan setiap hari. 4. Anjurkan kepada Pemenuhan kebutuhan orang tua klien agar dasar cairan, menurunkan memberi minum 11/2-2 resiko dehidrasi. liter 43 perhari sesuai
  • 44. kondisi individual. 5. Kolaborasi tim medis dengan Berguna menurunkan pemberian kehilangan cairan. anti piretik, anti emetik. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Berikan cairan IV Karena adanya penurunan 6. tambahan sesuai masukan/banyak keperluan. kehilangan penggunaan cairan, parenteral dapat memperbaiki/mencegah kekurangan cairan. 5. Kecemasan orang tua klien Orang tua menunjukkan 1. Catat derajat Pemahaman berhubungan dengan dampak takut/kecemasan hilang atau kecemasan hospitalisasi, ditandai dengan : menurun, dengan kriteria : Informasikan pada orang berdasarkan situasi stres Data Subyektif : - tua - Orang tua klien tidak cemas perasaannya normal dan ketidakseimbangan 44 klien dan takut. perasaan bahwa (dimana bahwa ditambah
  • 45. Orang tua klien mengatakan lagi. dorong mengekspresikan oksigen yang mengancam) sangat cemas dengan keadaan - perasaan. anaknya. Orang tua tidak bertanya-tanya - lagi Orang tua klien sering bertanya- pasien anaknya. tanya tentang penyakit anaknya. tentang normal dapat membantu penyakit meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi. Ekspresi wajah orang tua klien ceria. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN 2. RENCANA RASIONAL Jelaskan proses Menghilangkan kecemasan penyakit dan prosedur karena ketidaktahuan dan dalam tingkat menurunkan takut tentang kemampuan orang tua keamanan pribadi. Pada untuk memahami menangani dan fase dini penjelasan perlu informasi. diulang dengan sering dan Kaji situasi saat ini dan singkat karena orang tua tindakan yang diambil klien untuk masalah. 45 mengatasi penurunan perhatian. mengalami lingkup
  • 46. Mekanisme 3. koping dan Dukung orang tua partisipasi dalam program klien dalam menerima pengobatan mungkin realita situasi, khususnya meningkatkan rencana untuk periode orang penyembuhan tua belajar klien untuk yang menerima hasil yang lama. Libatkan orang tua dalam perencanaan dan DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Partisipasi dalam perawatan. Diharapkan dari penyakit dan meningkatkan beberapa rasa kontrol. 4. Beri support kepada Dukungan orang tua klien orang membantu tua menurunkan kecemasannya. 46 klien
  • 48. Nama Pasien : Andara Sabita Usia : 7 bulan Diagnosa Medis : Diare dengan dehidrasi ringan. Tingkat aktivitas : Klien belum mandiri dan semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua. Tingkat Perkembangan : * Perkembangan psikoseksual : Fase Oral Fase ini anak mendapat kepuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut  dari mengisap, menelan, memainkan bibir, makan. Dasar perkembangan mental yang sehat pada fase ini tergantung dari hubungan ibu dan anak. * Perkembangan Sosial : Percaya vs tidak percaya Komponen awal sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya  yang mendasari kehidupan. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkunganadalah ibu. * Perkembangan Kognitif : Fase sensori motor Egosentrik  segala usaha ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya/kesenangannya. Jenis Permainan : Eksploratory play Alat Yang digunakan : Kerincingan warna-warni yang mempunyai pegangan. Aturan Permainan : Perawat menggoyang kerincingan kemudian memberikan kepada ibu klien, ibu klien menggoyangkan kerincingan tersebut lagi dan memberikannya kepada si anak. Lihat reaksi anak terhadap kerincingan tersebut. 48
  • 49. Peserta : - Perawat - Ibu klien - Andara Sabita EVALUASI NO. DP 4 TGL 26-3-2003 JAM 13.45 PERKEMBANGAN (SOAP) PARAF/NAMA S : - Orang tua klien sudah tahu tentang penyakit hernia yaitu mengenai pengertian, penyebab dan pengobatan tindakan yang akan dilakukan. - Orang tua klien mengatakan mengerti bahwa tindakan pengobatan hernia hanyalah dengan operasi. O : - Orang tua klien tidak bingung lagi. Orang tua klien bertanya-tanya tidak lagi 49
  • 50. tentang penyakit anaknya. A : Masalah sudah teratasi. P : Lanjutkan dan tingkatkan intervensi 1, 2 dan 3 NO.DP 3 TGL 26-3-2003 JAM 08.15 PERKEMBANGAN (SOAP) PARAF/NAMA S : - Orang tua klien mengatakan anaknya masih menangis jika skrotumnya tertekan. O : - Klien tidak cengeng. - 50
  • 51. Klien masih meringis jika skrotumnya tertekan. A : Rasa nyeri klien belum teratasi. P : Lanjutkan dan tingkatkan intervensi 1,3 Sedangkan pemberian analgetik tidak ,4. perlu diberikan dan rasa nyeri hilang setelah dilakukan pembedahan. - 51
  • 52. 52