Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, stres berulang, atau faktor patologis seperti osteoporosis. Diagnosa keperawatan pada klien fraktur meliputi risiko trauma, nyeri, gangguan sirkulasi, infeksi, dan kurangnya pengetahuan. Intervensi keperawatan meliputi imobilisasi, analgesia
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
1. ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN FRAKTUR
Pengertian :
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
disebabkan oleh ruda paksa atau kekerasan yang timbul secara
mendadak, sebagian atau seluruhnya
Sebab – sebab fraktur :
1. Trauma
a. Trauma langsung
→ tertabrak, terpukul, memukul
b. Trauma tidak langsung
→ puntiran, tekukan, terhadap anggota gerak
2. stress fatique → kelelahan akibat tekanan berulang, tekanan
berlebihan menetap
3. Patologis
Terjadi pada tulang yang abnormal atayu sakit
→ osteoporosis
→ osteomalasia
Jenis – jenis fraktur
1. Menurut garis fraktur
a. Fr. Komplit
1
2. Garis patah melalui seluruh penampang tulang, melalui kedua
korteks tulang
b. Fr. Inkomplit
Garis patah tidak melalui penampang tulang :
• Hair line fr → patah retak rambut. Garis patah hamper tidak
tampak shg bentuk tulang tidak berubah
• Buckle fraktur → tonus fraktur terjadi lipatan pada satu korteks
dengan kompresi ( tekanan ) Pada tulang spongiosa
dibawahnya
• Green stick fraktur →fraktur tangkai dahan muda
→terjadi pada tulang anak- anak, tulang masih lembut,
bengkok, korteks tulang utuh→cepat sembuh
2. Menurut bentuk
a. Fr. Transversal ( fragmen melintang ) garis patahnya tegak
lurus thd sumbu panjang tulang
b. Fr. Oblique
Garis patah membentuk sudut thd tulang
Fr. Spiral →spiral
Akibat torsi pada ekstremitas, menimbulkan sedikit kerusakan
jaringan lunak
c. Fr. Kompresi
Dua tulang menumpuk tulang ke-3 yang berada diantaranya
→ Tulang vertebra
d. Fr. Angulasi
Memisahkan fragmen tulang dengan tendon /ligament→ fr.
patella
3. Menurut jumlah garis fraktur
2
3. a. Fr. Komminute
Banyak garis fraktur → fragmen kecil yang terlepas
b. Fr. Segmental
Garis patah lebih dari satu, tiddak berhubungan, satu ujung
tidak memiliki pembuluh darah → sembuh lambat
c. Fr. Multiple
Garis patah lebih dari satu, berlainan tempat
4. Menurut hubungan DG. Dunia Luar
a. Fr. Terbuka
Terbuka luka yang menghubungkan fr. Dengan udara luar,
permukaan kulit
- Grade I
Tulang pecah, menusuk kulit, sedikit terkontaminasi, luka kurang
dari 1 cm
- Grade II
Kerusakan jaringan sedang, luka lebih dari 1 cm, potensial
infeksi
- Grade III
Banyak jejas, kerusakan otot, kulit, saraf, pembuluh darah, luka
6-8 cm
b. Fr. Tertutup
- Tidak berhubungan dengan udara luar
- Banyak terjadi pada tulang yang abnormal → osteoporosis
osteomalasia
Tanda – tanda fraktur
1. Nyeri/ tenderness
3
4. Nyeri terlokalisasi, teraba lunak, nyeri meningkat saat daerah
fraktur digerakan
2. Deformitas / perubahan bentuk
Bengkak, memendek, cekungan
3. Bengkak
Karena kerusakan jaringan dan pembuluh darah
4. Peningkatan suhu tubuh / demam
Respon peradangan
5. Pergerakan abnormal selain sendi
6. Krepitasi → suara derak fragmen tulang yang
patah
7. Kehilangan fungsi → functiolaesa pada daerah
yang terganggu
Komplikasi fraktur
Umum
- Syok, karena trauma / kehilangan darah
- Sindrom remuk
Bagian terbesar otot hancur, membentuk rongga, vaskuler
terganggu, nadi distal tak teraba
- Emboli lemak
Percikan lemak masuk pembuluh darah → emboli
Dini
- Cedera syaraf → perbaikan terjadi setelah reduksi fraktur
- Cedera arteri → pecak, putus
4
5. - Cedera organ vital → tulang rusuk menembus pleura, paru
- Cedera kulit dan jaringan lunak
Lanjut
- Delayed union
Penyembuhan lambat
- Mal union
Penyembuhan tidak tepat
- Non union → tidak menyatu
- Kontraktur sendi
Akibat imobilisasi, pembengkakan
- Miositis ossifikasi
Pertumbuhan kalsium / kalus berada di luar tulang
- Avascular nekrosis
Kematian tulang akibat kerusakan aliran darah
- Osteo mielitis
Peradangan pada tulang
Penatalaksanaan fraktur meliputi 4r :
1. Rekognisi → penilaian terhadap fraktur
- Pemeriksaan klinis
- Anamnesis
- Pemeriksaan foto
2. Reduksi
Mengembalikan kesegarisan dan posisi tulang
- Penggunaan fixasi, bidai, gips, pen, traksi
5
6. 3. Retensi → immobilisasi, mempertahankan reduksi
- Mencegah pergeseran fragmen
- Mencegah pergerakan yang mengancam union
4. Rehabilitation → mengembalikan aktifitas fungsional
seoptimal mungkin
Proses penyembuhan fraktur
1. Stadium hematoma
- Terjadi perubahan pembuluh /pecah → mengakibatkan
hematom disekeliling ( areal fraktur )
- Trejadi antara 24 – 72 jam, hematom membeku mengelilingi
fraktur, tidak direbsorbsi selama masa penyembuhan →
berkembang menjadi granulasi jaringan tulang ( osteogenik )
2. Stadium proliferasi
- Terjadi antara 3 hari s/d 2 minggu
Dari ujung periosteum, endosteum dan sumsum tulang
mensuplai sel : yang berproliferasi ( penimbunan )
- Berdireferensiasi kedalam fibrokartilago, kartilago hyaline
dan jaringan penunjang fibrosa
- Osteogenesis terjadi secara cepat, berbentuk tulang baru
3. Stadium pembentukan kallus
Terjadi 3 – 10 hari setelah fraktur, granulasi berobah
membentuk prokalus sementara, meluas meliputi garis
fraktur, mencapai ukuran maksimal sekitar 14 s/d 21 hari
4. Stadium ossifikasi
- Terjadi 3 minggu s/d 10 minggu
6
7. - Kallus yang menetap berobah menjadi tulang yang kaku,
akibat darim penumpukan garam-garam mineral menutup
dan meliputi ujung-ujung fragmen tulang → menjadi tulang
5. Stadium konsolidasi / remodeling
Setelah pembentukan tulang, kallus diremodelling oleh
aktifitas osteoklast, kelebihan tulang kallus di abssorpsi,
dibuang oleh osteoblast
Pengkajian
1. Aktifitas / istirahat
Terbatas kehilangan fungsi dari bagian yang mengalami
fraktur
2. Sirkulasi
a. Hipotermi → - Respon nyeri
- Vasokonstriksi
b. Takikardi → - Respon Stress
- Hipovolemik
c. Penurunan/ tidak adanya pulsasi bagian distal
d. Kapiler refill malambat
e. Pucat pada patah
f. Edema / hematom daerah fraktur
3. Neurosensory
a. Kemungkinan kehilangan gerak, sensasi
b. Spasme otot
c. Parathesia
d. Deformitas, abnormalitas sendi
e. Kelemahan, kehilangan fungsi
f. Gelisah, agitasi → akibat nyeri, cemas, takut
7
8. 4. NYeri
a. Nyeri hebat → tiba-tiba
b. Kaku otot/kram setelah istirahat → respon vasokontriksi
hipoksia
5. Keamanan/ trauma
a. Robekan kulit
b. Jaringan tersayat
c. Perdarahan
d. Perubahan panas
e. Pembengkakan daerah luka
Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan roentgen :
menentukan lokasi, luas fraktur dan trauma
b. Scan tulang, scant CT atau MRI :
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
c. Arteriogram : dilakukan untuk
mendeteksi adanya kerusakan vaskuler
d. Hitung darah lengkap : Ht
mungkin meningkat menyebabkan hemokonsentrasi, atau
menurun sehingga terjadi perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multiple
e. Kreatinin meningkatkan oleh
karena beban kerja ginjal meningkat yang akibat trauma otot
Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan fraktur dapat timbul masalah keperawatan
yaitu :
1. Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan
kehilangan integritas tulang
8
9. 2. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan spasme otot atau
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera jaringan lunak
3. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan penurunan aliran darah, cidera vaskuler
langsung, edema berlebihan pembentukan thrombus
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan aliran darah atau emboli
lemak
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
rangka neurovaskuler
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit atau jaringan
berhubungan dengan cidera tusuk, fraktur terbuka
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit
8. kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi
Intervensi
1. Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan
kehilangan integritas tulang
a. Mempertahankan tirah baring atau ekstremitas sesuai
indikasi, berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur
bila bergerak
b. Letakkan papan dibawah tempat tidur, pertahankan posisi
netral pada bagian yangh sakit dengan bantal pasir,
gulungan trochanter, papan kaki
9
10. c. Kaji integritas alat fiksasi eksternal
d. Kaji ulang foto atau evaluasi
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot atau gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera jaringan lunak
a. Kaji tingkat nyeri, kedalam, lokasi nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit denga tirah
baring, gips, pemberat, traksi
c. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang fraktur
d. Berikan alternative tindakan kenyamanan contohnya :
Pijatan, perubahan posisi
e. Ajarkan menggunakan tehnik managemen stress,contoh :
relaksasi progresif, latihan nafas dalam dan lain-lain
f. Berikan obat analgetik sesuai program
3. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan penurunan aliran darah, cidera
vaskuler langsung, edema berlebihan pembentukan
thrombus
a. Evaluasi adanya atau kualitas nadi perifer distal terhadap
cidera melalui palpasi, bandingkan dengan ekstremitas yang
satu
b. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada
fraktur
c. Pertahankan peninggian ekstremitas yang cidera kecuali
dikontraindikasikan dengan keyakinan adanya sindrom
kompartemen
d. Anjurkan klien untuk secara rutin latihan ROM, ambulasi
segera mungkin
e. Beri obat sesuai indikasi
10
11. 4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan aliran darah atau emboli
lemak
a. Observasi frekuensi pernafasan dan upayanya
b. Instruksikan dan Bantu dalam latihan nafas dalam dan
batuk, reposisi dengan sering
c. Berikan tambahan O2, bila diindikasikan
d. Berikan obat sesuai indikasi
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
rangka neurovaskuler
a. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera atau
pengobatan dan perhatikan persepsi klien terhadap
imobilisasi
b. Instruksikan dan bantu dalam rentang gerak aktif dan pasif
pada ekstremitas yang sakit dan tidak sakit
c. Bantu dan dorong perawatan diri
d. Observasi TTV
e. Konsul dengan ahli terapi fisik atau okupasi dan spesifikasi
rehabilitasi
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit atau jaringan
berhubungan dengan cidera tusuk, fraktur terbuka
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan
perdarahan, perubahan warna
b. Massage kulit dan penonjolan hilang, pertahankan tempat
tidur kering dan bebas kerutan
c. Ubah posisi sesering mungkin
11
12. d. Bersihkan kelebihan plester dari kulit
e. Massage kulit sekitar balutan luka dengan alcohol
f. Letakan bantalan pelindung dibawah kaki dan diatas tonjolan
tulang
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit
a. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas
b. Observasi tanda-tanda infeksi ( rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolesa)
c. Lakukan perawatan luka sesuai program
d. Observasi hasil laboratorium dan tanda – tanda vital
e. Berikan obat antibiotic sesuai program
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi
a. Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang
b. Beri penguat metode mobilitas dan ambulasi sesuai program
dengan fisioterapi bila diindikasikan
c. Anjurkan penggunaan buck spalk
d. Buat daftar perkembangan aktifitas sejauh mana klien dapat
melakukan kegiatan secara mandiri dan yang memerlukan
bantuan
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari klien sesuai dengan intervensi yaitu
klien diharapkan mampu :
Diagnosa keperawatan 1
Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur, menunjukkan
mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur
Diagnosa keperawatan 2
12
13. Menyatakan nyeri hilang, menunjukkan tindakan rileks,
mampu beradaptasi dalam aktivitas, tidur, istirahat dengan
tepat. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan
aktivitas terapeutik
Diagnosa keperawatan 3
Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya
nadi, kulit hangat, sensasi normal, sensori biasa, tanda-tanda
vital stabil
Diagnosa keperawatan 4
Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat dibuktikan oleh
tidak adanya dyspnoe, cyanosis
Diagnosa Keperawatan 5
Mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin mempertahankan posisi fungsional
PATOFISIOLOGI FRAKTUR
DAYA melebihi kekuatan
TULANG
FRAKTUR
13
14. Jaringan Pembuluh Serabut saraf dan Peristeum Korteks
Lunak darah sum-sum tulang
Perdarahan
Hematoma Hipovolemi Putus Reseptor nyeri - Deformitas
- Krepitasi
Hilang sensasi - Pemendekan
Luka Vasodilatasi Hipotensi Nyeri -Ekstremitas
Port de Eksudasi Suplai darah
Entry Migrasi leuko ke otak menurun
Implamasi
Infeksi Non Infeksi Kesadaran menurun
Bengkak
Delayed union Union Nyeri Syok hipovolemi
Mal union
14