Pasien datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak yang memberat. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi paru kronis dan TB paru. Diagnosis banding PPOK eksaserbasi dan TB paru. Diagnosis kerja PPOK eksaserbasi ditambah TB paru berdasarkan hasil laboratorium dan rontgen dada. Pengobatan dilakukan dengan antibiotik, nebulizer, dan OAT kategori 1. Kondisi pasien membaik selama perawatan in
Laporan kasus seorang pria berusia 39 tahun dengan keluhan utama badan terasa lemas selama 5 bulan. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan abnormalitas pada darah rutin serta fungsi ginjal dan hati. Diagnosis pasien gangguan fungsi ginjal lanjut, gastritis akut, dan hipertensi.
[Ringkasan]
Pasien laki-laki berusia 51 tahun mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan fraktur tertutup pada plateau tibia kanan. Pasien dirujuk ke RS dengan keluhan nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kanan. Pemeriksaan menemukan bengkak dan nyeri pada lutut kanan serta fraktur pada radiologi. Pasien dirawat dan mendapatkan tindakan operasi untuk memperbaiki fraktur dengan pemasangan peralatan internal. Pro
Pasien laki-laki berusia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri dada. Pemeriksaan menunjukkan hipertensi dan peningkatan biomarker jantung. Diagnosis CAD pro CAG. Dilakukan PCI dengan pemasangan stent untuk mengatasi penyempitan arteri koroner.
Pasien datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak yang memberat. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi paru kronis dan TB paru. Diagnosis banding PPOK eksaserbasi dan TB paru. Diagnosis kerja PPOK eksaserbasi ditambah TB paru berdasarkan hasil laboratorium dan rontgen dada. Pengobatan dilakukan dengan antibiotik, nebulizer, dan OAT kategori 1. Kondisi pasien membaik selama perawatan in
Laporan kasus seorang pria berusia 39 tahun dengan keluhan utama badan terasa lemas selama 5 bulan. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan abnormalitas pada darah rutin serta fungsi ginjal dan hati. Diagnosis pasien gangguan fungsi ginjal lanjut, gastritis akut, dan hipertensi.
[Ringkasan]
Pasien laki-laki berusia 51 tahun mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan fraktur tertutup pada plateau tibia kanan. Pasien dirujuk ke RS dengan keluhan nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kanan. Pemeriksaan menemukan bengkak dan nyeri pada lutut kanan serta fraktur pada radiologi. Pasien dirawat dan mendapatkan tindakan operasi untuk memperbaiki fraktur dengan pemasangan peralatan internal. Pro
Pasien laki-laki berusia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri dada. Pemeriksaan menunjukkan hipertensi dan peningkatan biomarker jantung. Diagnosis CAD pro CAG. Dilakukan PCI dengan pemasangan stent untuk mengatasi penyempitan arteri koroner.
Berita acara presentasi portofolio mengenai kasus malaria tropika oleh dr. Aila Mustofa di RSUD Kelet. Presentasi dihadiri oleh 14 dokter internship dan dua dokter pendamping serta mencatat identitas dan tanda tangan peserta.
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Pasien wanita berusia 75 tahun dirujuk ke IGD dengan keluhan bengkak dan nyeri pada kaki kiri selama sebulan. Pemeriksaan menemukan edema dan vena kolateral pada kaki kiri serta skor Wells 5 yang menduga DVT sinistra. Diagnosis DVT sinistra dan risiko trombosis tinggi ditetapkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pasien juga didiagnosis anemia berat berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengk
1. Laporan kasus tentang pasien wanita berusia 43 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati dan diagnosa cholelithiasis dan cholesistitis. 2. Pemeriksaan menemukan batu empedu multiple pada pemeriksaan USG abdomen. 3. Pasien dirawat inap dan diberi tatalaksana medikamentosa serta diet rendah lemak dan pulih dengan baik.
Pasien wanita berusia 51 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala dan riwayat hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi, anemia, dan komplikasi hipertensi seperti CKD stadium IV, HHD, serta hipertensi urgensi. Rencana tindakan meliputi manajemen CKD, hipertensi, dan komplikasinya dengan obat, diet, dan monitoring.
Pasien wanita berusia 53 tahun datang dengan keluhan lemah pada kedua kaki. Pemeriksaan menunjukkan paraparese UMN, hiperestesi setinggi T11, dan refleks meningkat. Diagnosis kerja adalah mielopati thorakal segmen T11 yang diduga disebabkan tumor medula spinalis.
Berita acara presentasi portofolio mengenai kasus malaria tropika oleh dr. Aila Mustofa di RSUD Kelet. Presentasi dihadiri oleh 14 dokter internship dan dua dokter pendamping serta mencatat identitas dan tanda tangan peserta.
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Pasien wanita berusia 75 tahun dirujuk ke IGD dengan keluhan bengkak dan nyeri pada kaki kiri selama sebulan. Pemeriksaan menemukan edema dan vena kolateral pada kaki kiri serta skor Wells 5 yang menduga DVT sinistra. Diagnosis DVT sinistra dan risiko trombosis tinggi ditetapkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pasien juga didiagnosis anemia berat berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengk
1. Laporan kasus tentang pasien wanita berusia 43 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati dan diagnosa cholelithiasis dan cholesistitis. 2. Pemeriksaan menemukan batu empedu multiple pada pemeriksaan USG abdomen. 3. Pasien dirawat inap dan diberi tatalaksana medikamentosa serta diet rendah lemak dan pulih dengan baik.
Pasien wanita berusia 51 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala dan riwayat hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi, anemia, dan komplikasi hipertensi seperti CKD stadium IV, HHD, serta hipertensi urgensi. Rencana tindakan meliputi manajemen CKD, hipertensi, dan komplikasinya dengan obat, diet, dan monitoring.
Pasien wanita berusia 53 tahun datang dengan keluhan lemah pada kedua kaki. Pemeriksaan menunjukkan paraparese UMN, hiperestesi setinggi T11, dan refleks meningkat. Diagnosis kerja adalah mielopati thorakal segmen T11 yang diduga disebabkan tumor medula spinalis.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1. i
LAPORAN KASUS
Artritis Septik Genu Sinistra
DISUSUN OLEH :
dr. Eflyn Yusniar Purba
PEMBIMBING:
dr. Alaludin Lapananda, Sp.PD
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
KEMENTERIAN KESEHATAN INDONESIA
RSUD DR. MM DUNDA – PUSKESMAS LIMBOTO –PUSKESMAS TIBAWA
GORONTALO
2021-2022
2. ii
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Eflyn Yusniar Purba
Judul Laporan Kasus : Artrisis Septik Genu Sinistra
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Program Internship 2021 – 2022
Gorontalo, September 2021
Pembimbing I,
dr. Alaludin Lapananda Sp.PD
Pembimbing II,
dr. Femi Hasan
3. iii
Daftar Isi
Judul .................................................................................................................................. i
Lembar pengesahan ......................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
Laporan Kasus ................................................................................................................. 1
A. Identitas .................................................................................................................. 1
B. Anamnesis .............................................................................................................. 1
C. Pemeriksaan fisis .................................................................................................... 1
D. Pemeriksaan penunjang .......................................................................................... 4
E. Diagnosis ................................................................................................................ 6
F. Tatalaksana ............................................................................................................. 6
Diskusi ............................................................................................................................... 7
A. Definisi .................................................................................................................... 7
B. Etiologi dan Faktor Resiko....................................................................................... 8
C. Patofisiologi Artritis Septik...................................................................................... 9
D. Diagnosis ................................................................................................................ 14
E. Tatalaksana ............................................................................................................. 19
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 2
5. 5
Laporan Kasus
A. Identitas
Nama : Tn. IH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11 Agustus 1967
Agama : Islam
Alamat : Limboto
Ruang rawat : Irina F
RM : 371641
Tanggal Masuk : 18-07-2021
B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kiri
Riwayat penyakkt sekarang :
Pasien laki-laki mrs dengan keluhan nyeri pada lutut kiri sejak 2 hari SMRS. Nyeri
pada lutut kiri dirasakan saat istirahat maupun saat digerakkan. Keluhan disertai bengkak
pada lutut kiri. Keluhan tersebut membuat pasien sulit menggerakkan kaki dan membuat
pasien terbangun pada saat tidur.. Nyeri berkurang saat pasien minum obat namun keluhan
muncul kembali beberapa waktu kemudian. Pasien juga mengeluh bab berwarna hitam
sejak 1 hari yll.
Keluhan disertai demam hingga menggigil yang dialami kurang lebih 2 hari SMRS.
Nafsu makan baik, bab dan bak dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa sejak 1 tahun yang lalu. Riw. asam urat (+) sejak 5 tahun yll. Riw.
Trauma disangkal. Riw. infeksi menular seksual (-) Riw. gigi berlubang, keluar cairan dari
telinga, batuk lama (-). Riwayat hipertensi (-). Riwayat DM (-).
Riw. Penyakit lambung (-)
Riwayat Penaykit Keluarga :
(-)
Riwayat Kebiasaan Pribadi :
Riw. merokok tidak ada.
Riwayat penggunaan obat anti nyeri (+).
6. 6
C. Pemeriksaan Fisis
1. Deskripsi Umum
Sakit sedang / Gizi Baik / GCS E4M6V5 (compos mentis)
BB : 65 kg
TB : 165 cm
IMT : 23,89 kg/m2
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 24 kali/menit, torakoabdominal
Saturasi : 98% tanpa modalitas oksigen
Suhu : 38,3 oC
3. Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut : Hitam, sulit dicabut
4. Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebral (-/-)
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
5. Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Otorrhea : (-)
Pendarahan : (-)
6. Hidung
Perdarahan : (-)
7. 7
Rhinorrea : (-)
7. Leher
Kel. gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
8. Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (-), sianosis (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi : Perdarahan gusi (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-),tremor (-),hiperemis (-), bercak putih (-)
9. Thoraks
Inspeksi : simetris, hemithoraks kanan dan kiri, tidak terlihat massa, tidak
terlihat sikatriks, tidak terlihat venektasis
Palpasi : Vokal fremitus normal pada kedua sisi hemithoraks, nyeri tekan
tidak ada, tidak teraba massa, tidak ada krepitasi
Perkusi : Sonor lemah pada hemithoraks kanan
Auskultasi : Bunyi nafas bronkhial, ronkhi ada (-/-), wheezing (-/-)
10. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II sinistra, Batas kanan jantung ICS III linea
parasternalis dextra, Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung tidak ada.
11. Punggung
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
8. 8
Gerakan : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada skoliosis
12. Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas, tidak ada massa
Auskultasi : bising usus kesan normal
Palpasi : supel, nyeri tekan regio suprapubic (+), tidak teraba massa
Perkusi : timpani
13. Ekstremitas
Edema : (-)
Akral : hangat
Palmar eritem : (-)
Clubbing finger : (-)
14. Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
15. Anus dan Rektum : tidak dilakukan pemeriksaaan
16. Status lokalis :
Regio genu sinistra
Look : tampak bengkak, hiperemis (+) ,
Feel :teraba hangat (+) . Deformitas (-) .
Move :ROM terbatas.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
PEMERIKSAAN
HASIL SATUAN NILAI NORMAL
18/07/2021
Hemoglobin 6.6 gr/dL 11-16
Leukosit 12.2 10^3/mm 5-10
Trombosit` 232 10^3/mm 150-450
Hematokrit 20.2 % 44-65
Eritrosit 2.29 10^6/mm 3.5-5.5
GDS 141 Mg/dL <150
Ureum 17 Mg/dl 10-50
Kreatinin 0.6 Mg/dL 0.6-1.6
Asam urat 7.7 UL Lk : 3.4–7.0
SGPT/ALT 19 UL 0-31
9. 9
E. Diagnosis
1. Artritis Septik Genu Sinistra dd Osteoartritis Genu sinistra
2. Anemia ec melena
F. Tatalaksana
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj Antrain 3 x 1 amp
3. Inj Omeprazole 2 x 1 amp
4. Sucralfat syr 3 x 2 cth ac
5. Advice dr Alaludin Sp.PD Inj Ceftriaxone 2x1 gr ST + Transfusi PRC 4 bag
G. Follow Up Pasien
19/07/21 Ruang Rawat Irina F Perawatan H-2
ss S 0O O A P P
nyeri dan
bengkak pada
lutut kiri.
Demam (-)
Bab hitam (-)
Dem
ku KU : TSS
TD : 120/80
N : 87x/mnt
S : 37
RR : 20x/mnt
Kepala : CA+/+
Tht : dbn
c/p : dbn
abdomen : dbn
ekstremitas : dbn
R. genu sinistra :
L tampak edema
dan hiperemis
F teraba hangat (+)
M ROM terbatas
Artritis Septik Genu
Sinsitra dd
Osteoarthiris Genu
Sinistra + anemia ec
melena
IVFD RL 20 tpm
Mm :
IV :
Inj Ceftriaxone 2x1 gr (2)
Inj Antrain 3x1 amp
Inj Omeprazole 2x1 amp
Oral :
Sucralfat syr 3x2 cth ac
Advice :
Periksa Foto Genu AP/Lat
Sin
10. 10
20/07/21 Ruang Rawat Irina F Perawatan H-3
ss S 0O O A
P P
nyeri dan bengkak
pada lutut kiri.
Demam (-)
Bab hitam (-)
Dem
ku KU : TSS
TD : 120/80
N : 80
S : 36.5
RR : 20
Kepala : CA+/+
Tht : dbn
c/p : dbn
abdomen : dbn
ekstremitas : dbn
R. genu sinistra :
L tampak edema
dan hiperemis
F teraba hangat (+)
M ROM terbatas
Artritis Septik
Genu Sinsitra dd
Osteoarthiris
Genu Sinistra +
anemia ec melena
IVFD RL +drips antrain
2 amp 20 tpm
Mm :
IV :
Inj Ceftriaxone 2x1 gr
(3)
Inj Omeprazole 2x1 amp
Oral :
Sucralfat syr 3x2 cth ac
Kaltrofen supp 1aplique
(extra)
11. 11
21/07/21 Ruang Rawat Irina F Perawatan H-4
ss S 0O O A
P P
nyeri dan
bengkak pada
lutut kiri makin
hebat
Demam (+)
Bab hitam (-)
dem
ku KU : TSS
TD : 110/80
N : 98
S : 38.5
RR : 18
Kepala : CA+/+
Tht : dbn
c/p : dbn
abdomen : dbn
ekstremitas : dbn
R. genu sinistra :
L tampak edema
dan hiperemis
F teraba hangat (+)
M ROM terbatas
Artritis Septik
Genu Sinsitra dd
Osteoarthiris
Genu Sinistra +
anemia ec
melena
IVFD RL +drips antrain 2
amp 20 tpm
Mm :
IV :
Inj Ceftriaxone 2x1 gr (4)
STOP
Inj Omeprazole 2x1 amp
Oral :
Sucralfat syr 3x2 cth ac
Kaltrofen supp 2x aplique
extra
Trf prc bag 2/4
Advice dr Alalulin SpPD
Argout 3x1 tab
Inj Cefotaxime 3x1 gr ST
Inj Methylprednisolon
3x125 mg (1)
12. 12
22/07/21 Ruang Rawat Irina F Perawatan H-5
ss S 0O O A
P P
nyeri dan bengkak pada
lutut kiri menetap
Demam (-)
Bab hitam (-)
Hasil :
Soft tissue swelling
geniu sinistra
Dem
ku KU : TSS
TD : 110/70
N : 89x/mn
S : 36.8
RR : 19
Kepala : CA+/+
Tht : dbn
c/p : dbn
abdomen : dbn
ekstremitas : dbn
R. genu sinistra :
L tampak edema
dan hiperemis
berkurang
F teraba hangat (-)
M ROM terbatas
Artritis Septik
Genu Sinsitra
dd Osteoarthiris
Genu Sinistra +
anemia ec
melena
IVFD RL +drips
antrain 2 amp 20 tpm
Mm :
IV :
Inj Cefotaxime 3x1 gr
(2)
Inj Methylprednisolon
3x125 mg (2)
Inj Omeprazole 2x1
amp
Oral :
Sucralfat syr 3x2 cth
ac
Argout 3x1 tab
Trf PRC 3/4 bag
13. 13
23/07/21 Ruang Rawat Irina F Perawatan H-6
ss S 0O O A
P P
nyeri dan bengkak
pada lutut kiri
berkurang
Demam (-)
Bab hitam (-)
ku KU : TSS
TD : 120/80
N : 18x/mnt
S : 36.5
RR : 18
Kepala : d CA+/+
Tht : dbn
c/p : dbn
abdomen : dbn
ekstremitas : dbn
R. genu sinistra :
L tampak edema
berkurang dan
hiperemis (-)
F teraba hangat
(-)
M ROM terbatas
Susp. Artritis
Septik Genu
Sinsitra dd
Osteoarthiris
Genu Sinistra +
anemia ec
melena
IVFD RL +drips antrain
2 amp 20 tpm
Mm :
IV :
Inj Cefotaxime 3x1 gr
(3)
Inj Methylprednisolon
3x125 mg (3)
Inj Omeprazole 2x1
amp
Oral :
Sucralfat syr 3x2 cth ac
Argout 3x1 tab
Trf PRC 4/4 bag
14. 14
24/07/21 Ruang Rawat Irina F Perawatan H-7
ss S 0O O A
P P
nyeri dan
bengkak pada
lutut kiri
berkurang
Demam (-)
Bab hitam (-)
Dem
ku KU : TSS
TD : 120/80
N : 85x/mnt
S : 36.8
RR : 18
Kepala : CA-/-
Tht : dbn
c/p : dbn
abdomen : dbn
ekstremitas : dbn
R. genu sinistra :
L tampak edema
dan hiperemis
berkurang
F teraba hangat (-)
M ROM terbatas
Susp. Artritis
Septik Genu
Sinsitra dd
Osteoarthiris
Genu Sinistra +
anemia ec melena
IVFD RL +drips antrain 2
amp 20 tpm
Mm :
IV :
Inj Cefotaxime 3x1 gr (4)
Inj Methylprednisolon 3x125
mg (4)
Inj Omeprazole 2x1 amp
Oral :
Sucralfat syr 3x2 cth ac
Argout 3x1 tab
Boleh Rawat Jalan
15. 15
Diskusi
A. Definisi
Artritis septik dikenal juga dengan nama artritis piogenik atau artritis supurativa
adalah infeksi pada synovium yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi pada synovium
mengakibatkan terbentuknya pus pada rongga synovial.1
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Staphylococcus merupakan penyebab utama artritis septik. Staphylococcus aureus
bertanggung jawab sebanyak 37-56% kasus artritis septik. MRSA merupakan penyebab
artritis septik sebanyak 25% dan merupakan masalah emergensi karena perjalanan
penyakitnya yang bersifat progresif dengan tingkat resistensi yang tinggi terhadap berbagai
antibiotik. MRSE sering menyebabkan artritis septik paska tindakan bedah pada sendi
tersebut atau akibat penyebaran hematogen yang berasal dari tempat lain pada penderita
rawat inap sebesar 9-40%.
Penyebab lainnya adalah kelompok streptococcus, dimana Streptococcus B sering
menyebabkan artritis septik pada orangtua, terutama yang menderita penyakit kronik
seperti diabetes melitus, sirosis hepatis dan gangguan neurologi. Streptococcus piogenik
sering menyebabkan artritis septik pada infeksi kulit kronis, trauma dan penyakit autoimun.
Bakteri gram negatif penyebab artritis septik adalah Neisseria gonorrhoeae dan
Neisseria meningitides. N. gonorrhoeae sering menyebabkan artritis septik pada dewasa
muda. Basil gram negatif menyebabkan artritis septik sebesar 10-20% diantaranya adalah
E. coli, Proteus mirabilis, Klebsiela dan Enterobacter, serta Pseudomonas aeruginosa,
sering ditemukan pada penderita penyalahgunaan obat secara intravena.
Sebanyak 1,2 – 6% artritis septik disebabkan oleh bakteri anaerob, dengan urutan
terbanyak adalah Propionibacterium acnes, coccus anaerob (Peptostreptococcus spp.) ,
Bacteroides spp. dan Clostridium spp. Artritis septik karena bakteri anaerob ini biasanya
terdapat pada sendi dengan riwayat trauma, riwayat operasi sebelumnya, sendi prostetik,
ataupun ada sumber infeksi didekat sendi yang bersangkutan.
16. 16
Gambar 1. Faktor Risiko 2
C. Patofisiologi Artritis Septik
Patogenesis artritis septik merupakan multifaktorial dan tergantung pada interaksi
patogen bakteri dan respon imun hospes. Proses yang terjadi pada sendi alami dapat dibagi
pada tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri, terjadinya infeksi, dan induksi respon inflamasi
hospes.
a. Faktor virulensi bakteri
Stafilokokus
Sifat tropism jaringan dari bakteri merupakan hal yang sangat penting untuk terjadinya
infeksi sendi. S. aureus memiliki reseptor bervariasi (adhesin) yang memediasi
perlengketan efektif pada jaringan sendi yang bervariasi. Adhesin ini diatur secara ketat
oleh faktor genetik, termasuh regulator gen asesori (agr), regulator asesori stafilokokus
(sar), dan sortase A.
17. 17
N. Gonnorheae
N. Gonnorheae mempunyai kempapuan untuk melekatkan diri pada permukaan sel
host/penjamu melalui filamen atau villi yang terdapat pada permukaan selnya. N.
Gonnorheae juga mempunyai protein IA dan IB pada permukaann selnya dan mempunyai
kemampuan berikatan dnegan protein H pada penjamu. Ikatan ini akan mengaktivasi
sistem komplemen melalui jalur klasik dan jalur alternatif. Protein IA juga dapat
emncegah lisis bakteri dalam lisosom neutrophil, sehingga memperpanjang masa hidup
bakteri. Lipooligosakarida (LOS) mempunyai aktivitas endotokosin dan berkontribusi
terhadap kerusakan sendi yang bersangkutan.
b. Respon imun hospes
Sekali kolonisasi dalam ruang sendi, bakteri secara cepat berproliferasi dan
mengaktifkan respon inflamasi akut. Awalnya sel sinovial melepaskan sitokin
proinflamasi termasuk interleukin-1β (IL-1β), dan IL- 6. Sitokin ini mengaktifkan
pelepasan protein fase akut dari hepar dan juga mengaktifkan sistem komplemen.
Demikian juga terjadi masuknya sel polymorphonuclear (PMN) ke dalam
ruang sendi. Tumor necrosis factor-α (TNF-α dan sitokin inflamasi lainnya penting
dalam mengaktifkan PMN agar terjadi fogistosis bakteri yang efektif. Kelebihan
sitokin seperti TNF-α, IL-1β, IL-6, dan IL-8 dan macrophage colony-stimulating
factor dalam ruang sendi menyebabkan kerusakan rawan sendi dan tulang yang cepat.
Sel-sel fagosit mononoklear seperti monosit dan makrofag migrasi ke ruang sendi
segera setelah PMN, tetapi perannya belum jelas. Komponen lain yang penting pada
18. 18
imun inat pada infeksi stafilokokus adalah sel natural killer (NK), dan nitric oxide
(NO). Sedangkan peran dari limfosit T dan B dan respon imun didapat pada artritis
septik tidak jelas.
D. Diagnosis Artritis Septik
Untuk mendiagnosis , diperlukan pemeriksaan lengkap yang dimulai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. 3
1. Anamnesis
Keluhan septic arthritis berupa keluhan 18ocal dan sistemik. Gejala klasik adalah
demam dan nyeri lokal pada sendi yang terinfeksi. Demam merupakan gejala sistemik
paling sering pada 60-80% kasus, biasanya ringan; demam tinggi lebih dari 390C pada
30-40% kasus. Nyeri pada septic arthritis berupa nyeri berat terus-menerus saat istirahat
ataupun saaat aktif. Nyeri local pada sendi disertai tanda-tanda peradangan (tumor,
kalor, dolor, rubor, functio laesa).
Evaluasi teliti meliputi anamnesis detail mencakup faktor risiko (faktor predisposisi,
mencari sumber bakteremia transien ataupun menetap (infeksi kulit, pneumonia, infeksi
saluran kemih, tindakan, pemakai obat suntik, dll) atau trauma sendi mengingat
patogenesis penyakit ini dapat melalui penyebaran lokal, inokulasi langsung, ataupun
hematogen.
19. 19
Gambar 2. Manifestasi artritis 4
2. Pemeriksaan fisik3
Secara umum pasien akan tampak malaise dan demam. Pemeriksaan fisik lokal
harus bisa membedakan inflamasi yang disebabkan struktur intraartikular atau
periartikular (seperti bursa atau kulit). Secara umum, kerusakan struktur intraartikular
menyebabkan keterbatasan gerak aktif ataupun pasif yang berat. Bengkak ditemukan
lebih luas atau diffuse dan sendi sering dalam posisi ruang intraartikular terluas (position
of maximal intraarticular space); misalnya lutut diposisikan dalam posisi ekstensi
maksimal. Sendi lutut yang paling sering terkena (45-56% kasus) diikuti sendi panggul
(16-38%). Septic arthritis poliartikular yang melibatkan dua atau tiga sendi pada 10-
20% kasus dan sering dihubungkan dengan rheumatoid arthritis.Diagnosis selalu
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sistematis dan detail.
Untuk pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis artritis septik yaitu
terdiri dari pemeriksaan sebagai berikut : 3
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan hitung leukosit, laju endap darah, dan C-reactive protein (CRP)
berguna untuk mendeteksi proses infeksi atau inflamasi, namun tidak spesifik. Jika
meningkat, penanda-penanda tersebut dapat digunakan untuk memantau respon
terapi. Kultur darah dapat positif pada 25-50% kasus.
b. Analisis Cairan Sendi
Aspirasi cairan sendi merupakan gold standard penegakan diagnosis dan harus
dilakukan segera bila diduga septic arthritis. Untuk daerah yang sulit dijangkau
seperti sendi panggul dan bahu dapat digunakan alat pemandu ultrasound. Cairan
sendi dengan hitung leukosit lebih dari 50.000/mm3 dan sel PMN lebih dari 90%
dikorelasikan dengan arthritis infeksius. Analisis cairan sendi menggunakan
mikroskop cahaya terpolarisasi dapat menyingkirkan penyakit sendi akibat deposit
kristal, tetapi ditemukannya kristal pada cairan sendi tidak menyingkirkan
kemungkinan septic arthritis yang bisa terjadi bersamaan. Analisis glukosa dan
protein pada cairan sendi tidak sensitive atau spesifik pada artiritis septic.
20. 20
Pengecatan gram cairan sinovial positif Staphylococcus pada 75% kasus dan positif
basil gram negatif pada 50% kasus arthritis. Hasil ini dapat menuntun terapi
antibiotik awal sebelum hasil kultur dan tes sensitivitas.
Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) bakteri dapat mendeteksi adanya
asam nukleat bakteri dalam jumlah kecil dengan sensitivitas dan spesifisitas hampir
100%. Beberapa keuntungan PCR antara lain :
1. mendeteksi bakteri dengan cepat,
2. dapat mendeteksi bakteri yang tumbuh lambat,
3. mendeteksi bakteri yang tidak dapat dikultur,
4. mendeteksi bakteri pada pasien yang sedang mendapat terapi,
5. mengidentifikasi bakteri baru sebagai penyebab. Kelemahan PCR adalah
hasil positif palsu bila bahan ataupun reagen terkontaminasi selama proses
pemeriksaan. PCRdapat membantu mengisolasi beberapa organisme seperti
spesies Borrelia, namun hanya dilakukan bila dicurigai
Gambar 3. Aspirasi Cairan Sendi 4
Gambar 4. Aspirasi Cairan Sendi 3
21. 21
c. Pemeriksaan radiologis
Ultrasonografi sensitif untuk mendeteksi efusi sendi (1-2 mL), pelebaran lebih dari
2 mm antara kapsul sendi dan tulang merupakan penanda efusi, bisa echo-free
(mungkin transient synovitis) atau hiperekoik (lebih mungkin septic arthritis).Foto
x-ray polos biasanya dalam batas normal. Beberapa hal yang dapat dievaluasi dari
foto polos berupa pembengkakan jaringan lunak, pelebaran celah sendi, dan
subluksasi ringan (akibat cairan sendi). Kadang infeksi E.coli menghasilkan gas
dalam sendi. Penyempitan dan ireguleritas celah sendi merupakan gambaran lanjut
artritis septik. MRI dan radionuklir dapat membantu diagnosis artritis di tempat-
tempat sulit seperti sendi sakroiliaka dan sternoklavikul
E. Tatalaksana Artritis Septik
a. Farmakologi 8
• Pengobatan artritis septic harus segera dimulai setelah dievaluasi secara lengkap,
termausk pengambilan bahan darah, ataupun cairan synovial untuk dilakukan kultur dan
pemeriksaan sensitivitas terhadap antibiotik. Antibiotic segera diberikan tanpa menunggu
hasil kultur. Cephalosporin generasi ke III cefotaxime 1 gr/8 jam atau ceftriaxone 1-2gr/24
jam secara intravena sebagai terapi empirik.Keterlambatan dalam pemberian antibiotik
dapat menyebabkan kuman secara cepat berkembang biak dan akan menimbulkan
kerusakan permanen pada rawan sendi, menyebabkan penyebaran secara hematogen dan
pada akhirnya menimbulkan sepsis yang dapat menimbulkan kematian. Hal lain yang harus
Gambar 5. Radiopedia gambaran Artritis Septik 5
22. 22
dilakukan adalah melakukan punksi/aspirasi cairan synovial untuk mengeluarkan pus
sebanyak mungkin. Bila gagal dengan aspirasi, maka perlu dilakukan drainase dengan
tindakan bedah.
Dalam pemberian antibiotik, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
berat ringannya penyakit, umur penederita, pola kuman pada rumah sakit yang
bersangkutan, serta faktor resiko yang ada. Lama pemberian antiobiotik tergantung jenis
kuman. Bila penyebabnya adalah streptokokus atau gram negatif, antibiotic dapat diberikan
selama minimal 2 minggu, 3 minggu untuk stafilokokus, serta 4 minggu untuk bakteri
pneumokokus atau basil gram negatif.
Sendi yang mengalami infeksi diistirahatkan pada posisi fisiologis untuk mencegah
kekakuan/kontraktur dikemudian hari. Bila infeksi telah diatasi, maka harus dilakukan
latihan gerakan sendi tanpa beban, sebab Latihan ini dapat meningkatkan suplai nutrisi
terhadap rawan sendi, sehingga dapat mempercepat pemulihan rawan tersebut.
Apabila dalam waktu 7 hari tidak ada perbaikan secara klinis, atau jumlah cairan
synovial tetap atau bahkan bertambah, drainase tidak berjalan secara adekuat, maka harus
segera dilakukan artoskopi atau drainase secara terbuka, tidal irrigation ataupun artrotomi/
b. Non Farmakologi 7
Pada fase akut, pasien disarankan untuk mengistirahatkan sendi yang terkena.
Rehabilitasi penting untuk menjaga fungsi sendi dan mengurangi morbiditas septic
Gambar 6. Pilihan Antiobiotik 7
23. 23
arthritis. Rehabilitasi seharusnya sudah dilakukan saat muncul arthritis untuk mengurangi
kehilangan fungsi.
Pada fase akut, pasien cenderung mempertahankan posisi sendi yang dapat
memudahkan komplikasi kontraktur sendi. Bidai kadang perlu untuk mempertahankan
posisi dengan fungsi optimal; sendi lutut dengan posisi ekstensi, sendi panggul seimbang
posisi ekstensi dan rotasi netral, siku fleksi 90 dan pergelangan tangan posisi netral sampai
sedikit ekstensi. Pada fase akut, latihan kontraksi otot isotonik harus segera dilakukan
untuk mencegah atrofi otot. Pergerakan sendi baik aktif maupun pasif harus segera
dilakukan dalam 24 jam setelah keluhan membaik.
Drainase
Pengeluaran pus dari sendi esensial pada manajemen septic arthritis. Aspirasi
jarum dapat digunakan pada kasus sendi-sendi kecil dan distal. Metode aspirasi tidak
invasif dan proses penyembuhan lebih cepat; namun tidak berkaitan dengan lama
perawatan atau penurunan mortalitas. Kelemahan aspirasi adalah tidak dapat mengangkat
adhesi ataupun gumpalan infeksi.
Metode pembedahan membandingkan arthroscopy dengan open arthrotomy; tidak
terdapat bukti salah satu metode lebih unggul daripada yang lainnya. Secara umum, untuk
infeksi sendi panggul digunakan metode open arthrotomy karena letak anatominya yang
dalam dan risiko osteonekrosis atau dislokasi. Metode arthroscopy terbaru menghasilkan
irigasi pus yang aman dan sama efektifnya dengan drainase terbuka. Open arthrotomy
direkomendasikan pada situasi spesifik seperti pada infeksi sendi disertai osteomielitis. Di
Amerika Serikat, 65% ahli bedah dan 76% rheumatologis menyarankan drainase secara
arthroscopy pada setiap infeksi sendi; 27% ahli bedah dan 22% rheumatologis
menyarankan serial aspirasi sendi; 8% ahli bedah dan 12% rheumatologis menyarankan
open arthrotomy.
Tatalaksana kasus PJI (periprosthetic joint infection) berbeda dari septic arthritis.
Selain harus dilakukan debridement, dapat dilakukan implant retention atau mungkin revisi
arthroplasty.
24. 24
DAFTAR PUSTAKA
1. Najirman.2014.Artritis Septik.Reumatologi.Ilmu Penyakit Dalam.Interna Publishing:
3233-42
2. Adjie R F K.2018.Pendekatan Diagnosis Dan Tatalaksana Septic Arthtritis. Continuing
Medical Education.IDI : 349-52
3. Darya I W, Putra T R.2018. Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik. p47-55 .
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3880/2875
4. Longmore M, Wilkinson B, Baldwin A etc. 2014.Septic Arthtritis. Rheumatology. Oxford
Handbook of Clinical Medicine.546
5. Travis F, Radswiki et al.2021. Radiographic Feature of Septic Arthritis. diakses dari
https://radiopaedia.org/articles/septic-arthritis (09.16)
6. Eimed PAPDI. 2015. Artritis Septik. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam.
7. Lawren C Madofu. Harrison.Infection Arthritis. 940-942.
8. Ilmu Penyakit Dalam. Bab 35. Rheumatology.