1. BATIK KHAS TEGALAN SEBAGAI
KEKAYAAN WARISAN BUDAYA INDONESIA
Mohamad Abidin
Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI,
Jl. Nangka No. 58 (Jl. T.B. Simatupang) Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Indonesia
E-mail: masabistudio@gmail.com
Abstrak
Batik Tegalan merupakan aset yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang merupakan kekayaan warisan
budaya bangsa. Batik Tegalan telah dikenal sekitar akhir abad ke - xix. Pada saat awal batik yang
berkembang adalah batik keraton, namun dalam perkembangan berikutnya batik Tegalan berubah menjadi
batik khas pesisiran. Batik Tegalan mempunyai motif yang jumlahnya mencapai ratusan dan mempunyai
motif yang khas terutama pada motif klasiknya. Batik Tegalan berpotensi untuk dikenal dan diakui oleh
dunia internasional. Batik Tegalan mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Dari hasil
penelitian berupa pengumpulan data dan observasi yang kami lakukan, perkembangan batik Tegalan saat
ini kurang populer dibanding dengan batik dari daerah lain di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
minimnya media informasi yang menginformasikan keberadaan batik Tegalan. Tujuan dari pengangkatan
batik Tegalan sebagai objek penelitian kami yaitu untuk memberikan solusi atas masalah tersebut. Batik
Tegalan memerlukan media yang tepat untuk menginformasikan atau mempromosikan keberadaannya
kepada masyarakat luas. Hal ini agar batik Tegalan mampu bangkit kembali dan dikenal oleh masyarakat
luas serta tetap terjaga kelestariannya sebagaibagian dari warisan kekayaan budaya Indonesia.
Batik Tegalan
Abstract
Batik Tegalan Batik moor is an asset owned by the Indonesian nation is the nation's rich cultural heritage.
Batik moor has been known around the end of the century xix. At the beginning of the developing batik is
batik palace, but in the subsequent development of batik moor turned into a typical coastal batik. Tegalan
batik motifs have amounted to hundreds and has a distinctive motif mainly on classic motifs. Batik
Tegalan potential to be known and recognized by the international community. Batik Tegalan have ups
and downs in its development. From the results of research in the form of data collection and observation
that we do, the development of batik Tegalan currently less popular than the batik from other regions in
Indonesia. This is attributable to the lack of media information that informs the existence of batik moor.
The purpose of the appointment of batik moor as the object of our study is to provide a solution to those
problems. Batik Tegalan require appropriate media to inform or promote its existence to the public. This
is so batik Tegalan able to bounce back and recognized by the public as well as maintained its
preservation as part of the heritage richness of Indonesian culture.
Keyword:batik, tegal,
2. A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, dari aktivitas yang
dilakukannya manusia telah banyak menghasilkan produk budaya. Budaya seolah
sesuatu yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Dari produk budaya yang
dihasilkan tersebut lantas membentuk apa yang dinamakan kebudayaan.
Budaya memang terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman, di
jaman sekarang perkembangan budaya modern terus melesat seiring dengan
berkembangnya teknologi yang semakin modern. Namun hal ini hendaknya jangan
sampai berakibat pada lunturnya budaya tradisional yang menjadi ciri khas dan
merupakan jati diri bangsa.
Salah satu objek desain yang merupakan hasil dari budaya tradisional dan
merupakan produk khas yang diakui sebagai milik bangsa Indonesia salah satunya
yaitu “busana batik”. Batik merupakan tradisi penduduk Indonesia yang telah
berkembang sejak masa lalu. Batik telah bekembang di berbagai wilayah yang ada
di Indonesia. Dan salah satu daerah yang mengembangkan kerajinan batik di
Indonesia yaitu Tegal.
Di Tegal telah berkembang kerajinan batik dengan motif khas pesisiran yang
biasa disebut dengan “Batik Tegalan”. Batik Tegalan telah berkembang sejak
berabad – abad yang lalu. Batik Tegalan mempunyai motif dengan jumlahnya yang
mencapai ratusan. Motif batik Tegalan mempunyai peluang untuk dikenal dan diakui
oleh dunia internasional karena terdapatnya motif – motif yang khas dibanding
daerah lain terutama pada motif-motif klasiknya.
3. B. PEMBAHASAN
Batik merupakan budaya asli milik bangsa Indonesia yang telah berkembang
sejak lama. Kerajinan batik telah berkembang dan tersebar di berbagai wilayah yang
ada di tanah air. Batik juga berkembang di sepanjang daerah pesisir bagian utara
pulau Jawa. Batik yang berkembang di daerah pesisir ini lantas disebut dengan
istilah “batik pesisiran”.
Salah satu daerah yang turut mengembangkan kerajinan batik pesisiran di
tanah air yaitu Tegal. Kegiatan pembatikan di Tegal sudah berkembang sejak lama,
hal ini seperti yang tertulis dalam buku yang berjudul “Indonesia Indah: Batik” yang
ditulis oleh Harmoko dkk, terbitan Yayasan Harapan Kita tahun 1997.
Pembatikan di Tegal dikenal pada akhir abad ke-xix. Pewarna batiknya
menggunakan pewarna buatan sendiri yangg diambil dari tumbuh - tumbuhan: pace
(mengkudu), nila, soga kayu. Warna batik Tegal, awalnya berwarna sogan dan
babaran abu-abu. Setelah dikenal nila pabrik warnanya meningkat menjadi warna
merah-biru. Sedangkan kainnya menggunakan tenunan sendiri. (Harmoko dkk,
1997: 77).
Masyarakat Tegal pada awalnya membuat batik hanya untuk keperluan
keluarga saja. Pada masa lalu kain batik biasa dipakai sebagai pakaian bagian bawah
oleh para wanita (kain tapih) dan sebagai kain selendang yang dipakai untuk
mengendong bayi atau mengendong barang bawaan. Kain batik juga dijadikan
sebagai bingkisan atau sumbangan untuk kerabat yang sedang mengadakan hajatan
seperti sunatan atau pernikahan. Kegiatan membuat batik bagi mereka hanya untuk
mengisi waktu luang disaat mereka tidak ada pekerjaan.
Pada masa – masa awal, batik yang berkembang di Tegal adalah batik
4. keraton, hal ini karena kegiatan pembatikan pada saat itu di lakukan oleh para
pengawal raja Amangkurat I yang mengungsi ke Tegal. Namun dalam
perkembangan berikutnya, batik yang berkembang di Tegal adalah batik dengan
corak pesisiran. Flora dan fauna serta aktivitas yang terjadi di lingkungan mereka
turut menjadi inspirasi dalam motif batik yang mereka buat.
Perubahan corak dan motif batik Tegal ini sangat dipengaruhi oleh kehadiran
sosok Kardinah di daerah Tegal. Kardinah merupakan adik dari RA Kartini yang
pindah ke Tegal karena mengikuti suaminya yaitu RM Adipati Ario Reksonegoro
yang menjadi Bupati Tegal pada tahun 1908-1936.
Kardinah banyak berjasa bagi masyarakat Tegal, dan salah satu jasanya yang
tidak banyak diketahui oleh orang yaitu membangun Sekolah Kepandaian Putri,
untuk gadis pribumi ‘’Wismo Pranowo’’. Di dalam sekolah tersebut, Kardinah
selain memberi pelajaran setara dengan Sekolah Pribumi Kelas Dua pada masa
pemerintah Belanda, juga memberi pelajaran praktik membatik. Ada fasilitas untuk
membatik seperti gudang dan los untuk penyelesaian hasil-hasil pembatikan dengan
soga (warna merah untuk batik) dan wedel (warna hitam untuk batik) (Daryono,
2009).
Batik yang berkembang di Tegal biasa disebut dengan ”batik Tegalan”. Motif
batik Tegalan yang dikembangkan oleh Kardinah dipengaruhi oleh batik Lasem,
daerah yang berdekatan dengan Jepara (tempat kelahiran Kardinah). Namun
demikian batik yang dikembangkan oleh Kardinah berbeda dengan batik Lasem,
karena Kardinah lebih suka memberi warna batiknya dengan warna soga dan hitam.
Corak inilah yang kemudian dikembangkan di daerah Tegal.
Semangat Kardinah dalam mengangkat keunggulan seni rakyat pribumi saat
itu ditunjukan lewat berbagai upaya yang dilakukannya. Berbagai upaya yang
dilakukan Kardinah terhadap batik Tegalan yaitu dengan memperkenalkan hasil
karya batik anak-anak didiknya untuk dipamerkan. Tiap tahun suaminya bersama
dengan guru-guru Wismo Pranowo menyelenggarakan pasar malam di alun-alun
Tegal. Bersama dengan Perkumpulan Kesenian Hindia cabang Tegal mengadakan
pameran di Pekalongan dan Cirebon (Surat-surat Adik RA Kartini, Frits GP Jaquet
5. 2005: 273) (Daryono, 2009).
Sejak saat itu pengrajin batik di Tegal bukan hanya membuat batik untuk
keperluan keluarga saja, mereka juga menjadikan batik sebagai barang dagangan.
Pasaran batik Tegal waktu itu sudah menjangkau ke luar daerah, antara lain ke Jawa
Barat dan di bawa oleh para pengusaha dengan berjalan kaki atau menggunakan
andong dan dokar. Mereka inilah yang kemudian mengembangkan batik di
Tasikmalaya dan Ciamis, di samping pendatang-pandatang lainnya dari kota-kota
batik di Jawa Tengah (Wulandari, 2011: 27).
Batik Tegalan mempunyai motif yang jumlahnya mencapai ratusan. Motif -
motif batik tersebut diantaranya seperti: Motif Beras Mawur, Motif Glodahan, Motif
Tambangan, Motif Belah Ketupat, Motif Dlorongan, Motif Kapal Kandas, Motif
Sido Asih, Motif Gunung Ringgit, Motif Lolak Batu, Motif Cempaka Putih, Motif
Galaran, Motif Gribigan dan lain – lain.
Aktivitas usaha batik tulis Tegalan mengelompok dalam sentra industri
kecil_menengah dan tersebar di beberapa tempat. Untuk Kabupaten Tegal sentra
batik tulis terdapat di beberapa wilayah Kecamatan diantaranya yaitu: Desa
Dukuhsalam (Kecamatan Slawi), Desa Sindang (Kecamatan Dukuhwaru), Desa
Pangkah (Kecamatan Pangkah), Desa Pagiyanten dan Penarukan (Kecamatan
Adiwerna), Desa Talang, Bengle, Langgen, Pasangan, dan Gembong Kulon
(Kecamatan Talang) (Pemda Kabupaten Tegal).
Perkembangan batik Tegalan sempat mengalami pasang surut, pada waktu
krisis ekonomi melanda dunia kegiatan pembatikan di Tegal ikut lesu dan baru
bangkit kembali sekitar tahun 1934. Dan ketika Jepang masuk ke Indonesia
pembatikan di daerah Tegal sempat mati lagi, kini batik Tegalan tengah bangkit
kembali seiring dengan tren batik yang sedang berkembang.
Namun keberadaan batik Tegalan saat ini memang tidak sepopuler batik dari
daerah tetangganya yaitu Pekalongan dan Cirebon. Bahkan dikalangan masyarakat
Tegal sendiri masih banyak yang belum mengenal motif-motif Batik khas Tegalan,
padahal batik Tegalan mempunyai motif yang khas dibanding daerah lain terutama
pada motif – motif klasiknya.
Motif klasik batik Tegalan juga terancam punah karena generasi muda yang
6. ada di Tegal banyak yang tidak bisa meneruskan tradisi membuat batik, walaupun
ada yang mau meneruskan akan tetapi mereka lebih memilih untuk membuat motif-
motif kontemporer (baru) karena waktu pengerjaannya lebih cepat dan harga jualnya
lebih murah. Munculnya kain-kain motif batik dengan teknologi cetak yang
diproduksi secara massal dan dijual dengan harga murah juga turut mengancam
kelestarian motif-motif batik klasik khas Tegalan.
Saat ini berbagai upaya sedang dilakukan untuk mempopulerkan kembali
batik khas Tegalan. Salah satunya yaitu seperti yang dilakukan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal yang tengah mengupayakan agar
para pembatik melakukan pewarnaan batik dengan menggunakan pewarna alam
seperti apa yang pernah dilakukan oleh para pembatik pada masa-masa awal
perkembangan batik Tegalan.
Upaya lain yang dilakukan agar batik Tegalan lebih diminati oleh
masyarakat yaitu dengan membuat bentuk kemasan untuk batik Tegalan. Bentuk
kemasan yang sedang dikembangkan tersebut diantaranya yaitu dengan membuat
kemasan yang berasal dari kedebong pisang kering yang telah diolah menjadi
bentuk kemasan yang menarik dan unik.
Pemda juga aktif dalam upaya melestarikan dan mempopulerkan batik
Tegalan yaitu dengan cara mewajibkan para pegawainya pada setiap hari kamis
untuk memakai baju batik khas Tegalan. Pemda juga melakukan pelatihan
membatik dan mengirimkan pembatik-pembatik muda dari Tegal untuk mengikuti
lomba pembuatan batik serta ikut dalam acara pameran baik yang berskala nasional
ataupun daerah.
Uraian di atas merupakan sekilas dari gambaran mengenai perkembangan
batik Tegalan yang kami jadikan objek penelitian dengan cara mengumpulkan data
dari berbagai sumber literatur serta hasil observasi yang kami lakukan di sana.
Dari data- data yang kami peroleh serta hasil analisis yang kami lakukan,
perlu kiranya batik Tegalan mempunyai media informasi yang tepat untuk
memperkenalkan keberadaannya. Tujuannya yaitu agar lebih banyak lagi
masyarakat yang mengenal dan mengetahui keberadaan batik Tegalan, sehingga
batik Tegalan akan dicintai dan diminati. Sehingga batik Tegalan akan mampu
7. bangkit kembali dan berkembang agar kelestariannya sebagai bagian dari warisan
kekayaan budaya Indonesia tetap terjaga.
C. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan akan arti pentingya sebuah
media informasi untuk memperkenalkan sebuah objek seperti pada batik Tegalan.
Peran media informasi ini sangat diperlukan oleh masyarakat, karena lewat media
inilah masyarakat akan tahu keberadaan batik Tegalan serta mendapat gambaran
singkat mengenai sejarah dan perkembangan serta jenis motif - motif batik yang
ada, sehingga batik Tegalan akan dicintai dan diminati oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Harmoko, dkk. 1997. Indonesia Indah: Batik. Jakarta: Yayasan Harapan Kita.
Pemda Kabupaten Tegal. Buku Profil Kabupaten Tegal: Spirit Tegal Membangun.
Slawi: Bagian Humas Setda Kabupaten Tegal.
Wulandari, Ari, 2011. Batik Nusantara: Makna Filosofi, Cara Pembuatan, Dan
Industri Batik. Yogyakarta: ANDI.
Daryono, Yono. 2009. Semangat Kardinah Untuk Batik Tegal. http://suaramerdeka.
com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/22/73377/Semangat.Kardinah.untuk.
Batik.Tegal, diakses pada 22 November 2014.