Art Deco adalah gaya hias yang populer antara 1920-1939 yang mempengaruhi berbagai bidang seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri. Gaya ini dipengaruhi oleh aliran modern seperti Kubisme dan Futurisme serta juga gaya tradisional dari Mesir, Persia, dan Aztek. Art Deco dicirikan oleh penggunaan bentuk geometris, trapesium, dan zigzag serta bahan seperti aluminium.
Pada Bangunan Arsitektur Kolonial Museum Nasional yang dibangun pada abad ke-18 berada di Jakarta, Indonesia dengan gaya arsitektur Neo-Klasik yang berasal dari negara Eropa mempunyai teori-teori umum mengenai bentuk , ruang, dan tatanan terhadap bangunan.
Hal ini membuktikan bahwa sebuah bangunan yang ingin diciptakan tidak terlewati oleh perihal detail teori-teori sebuah bentuk bangunan, ruang-ruang yang berada dalam bangunan tersebut dan juga cara pentaan denah ruang yang akan digunakan nantinya dan masiih menjadi pegangan untuk para arsitek untuk merancang sebuah bangunan hingga kini.
Outrigger adalah suatu struktur tambahan berbentuk rangka batang berdimensi besar, yang dipasang menghubungkan core dengan kolom-kolom eksterior suatu bangunan gedung. Pemakaiannya telah cukup terbukti efektif dalam mengurangi simpangan lateral suatu bangunan tingkat tinggi, khususnya pada bangunan yang memiliki lebih dari 40 lantai.
TRANSFORMASI BUDAYA, ARSITEKTUR NEO KLASIK 1750 - 1900
TRANSFORMASI WILAYAH, PERKEMBANGAN PERKOTAAN 1800 - 1909
TRANSFORMASI WILAYAH, REKAYASA STRUKTURAL 1755 - 1939
MODERN 1900
FUNGSIONALISME, CIAM 1928 - 1959
GAYA INTERNASIONAL 1925 - 1965
CIAM menuntut suatu wilayah harus mempunyai fungsi yang sangat maksimum dengan memenuhi semua kebutuhan penghuni di wilayah tsb dan dalam penempatan daerah-daerah harus menempatkannya pada lokasi yang terbaik dan harus terdapat paparan matahari pada semua tempat tinggal. Dan bangunan tidak boleh dibangun di sepanjang area transportasi, dan pada teknik modern harus menggunakan konstruksi bangunan apartemen tinggi dengan ruang luas yang berjauahan, membebaskan tanah dari struktur bangunan untuk ruang hijau yang luas.
Pada Bangunan Arsitektur Kolonial Museum Nasional yang dibangun pada abad ke-18 berada di Jakarta, Indonesia dengan gaya arsitektur Neo-Klasik yang berasal dari negara Eropa mempunyai teori-teori umum mengenai bentuk , ruang, dan tatanan terhadap bangunan.
Hal ini membuktikan bahwa sebuah bangunan yang ingin diciptakan tidak terlewati oleh perihal detail teori-teori sebuah bentuk bangunan, ruang-ruang yang berada dalam bangunan tersebut dan juga cara pentaan denah ruang yang akan digunakan nantinya dan masiih menjadi pegangan untuk para arsitek untuk merancang sebuah bangunan hingga kini.
Outrigger adalah suatu struktur tambahan berbentuk rangka batang berdimensi besar, yang dipasang menghubungkan core dengan kolom-kolom eksterior suatu bangunan gedung. Pemakaiannya telah cukup terbukti efektif dalam mengurangi simpangan lateral suatu bangunan tingkat tinggi, khususnya pada bangunan yang memiliki lebih dari 40 lantai.
TRANSFORMASI BUDAYA, ARSITEKTUR NEO KLASIK 1750 - 1900
TRANSFORMASI WILAYAH, PERKEMBANGAN PERKOTAAN 1800 - 1909
TRANSFORMASI WILAYAH, REKAYASA STRUKTURAL 1755 - 1939
MODERN 1900
FUNGSIONALISME, CIAM 1928 - 1959
GAYA INTERNASIONAL 1925 - 1965
CIAM menuntut suatu wilayah harus mempunyai fungsi yang sangat maksimum dengan memenuhi semua kebutuhan penghuni di wilayah tsb dan dalam penempatan daerah-daerah harus menempatkannya pada lokasi yang terbaik dan harus terdapat paparan matahari pada semua tempat tinggal. Dan bangunan tidak boleh dibangun di sepanjang area transportasi, dan pada teknik modern harus menggunakan konstruksi bangunan apartemen tinggi dengan ruang luas yang berjauahan, membebaskan tanah dari struktur bangunan untuk ruang hijau yang luas.
BAB I
Transformasi Budaya: Arsitektur Neo- Classical 1750 – 1900
BAB II
Transformasi Wilayah: Perkembangan Perkotaan 1800 – 1909
BAB III
Transformasi Teknis: Rekayasa Struktural 1775 – 1939
MODERN
Architectural Design VI
Middle-rise buildings as apartments and retail functions. Eco architecture is relations between human and nature.
by Rahmawati 212012189 Department of Architecture - Institute Technology National Bandung
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
BAB I
Transformasi Budaya: Arsitektur Neo- Classical 1750 – 1900
BAB II
Transformasi Wilayah: Perkembangan Perkotaan 1800 – 1909
BAB III
Transformasi Teknis: Rekayasa Struktural 1775 – 1939
MODERN
Architectural Design VI
Middle-rise buildings as apartments and retail functions. Eco architecture is relations between human and nature.
by Rahmawati 212012189 Department of Architecture - Institute Technology National Bandung
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
Sejarah Pekembangan Arsitektur, Arsitektur Periode 1941-1960Sukma Anggraini
Periode ini awalnya dipengaruhi oleh Perang Dunia dan Revolusi Industri. Gaya yang berjaya pada masa ini adalah arsitektur Modern Formalism, dengan arsitek populer diantaranya Le Corbusier dan Hugo Alavar Henrik Aalto
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Art deco
Art Deco adalah Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum
Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior, interior, mebel,
patung, poster, pakaian, perhiasan dan lain-lain dari 1920 hingga 1939[1], yang memengaruhi seni
dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri, maupun seni visual seperti misalnya
fesyen, lukisan, seni grafis, dan film. Gerakan ini, dalam pengertian tertentu, adalah gabungan dari
berbagai gaya dan gerakan pada awal abad ke-20, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme,
Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme. Popularitasnya memuncak pada 1920-an. Meskipun banyak
gerakan desain mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif.
Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern.
Sejarah
Stasiun Kereta Api Eliel Saarinen di Helsinki, Finlandia 1904 - 1914.
Art Deco merepresentasikan modernisasi dunia yang begitu cepat. Ketika gaya ini sudah
menyebar luas dan sudah ada di dunia ''fashion'' di Amerika dan Eropa, kata - kata "Art Deco"
sendiri tidak dikenal. Modernistik atau 1925 Style yang menjadi namanya. Kata Art Deco sendiri
mulai muncul dari tahun 1925 di sebuah konferensi l'Exposition Internationale des Arts
Decoratifs Industriels et Modernes yang diadakan di Paris, Perancis[2].Kata Art Deco termasuk
terminologi yang baru pada saat itu, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam sebuah
katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Decoratifs di Paris yang pada saat itu sedang
mengadakan pameran dengan tema “Les Années 25”. Pameran itu bertujuan meninjau kembali
pameran internasional l’Expositioan Internationale des Arts Décoratifs Industriels et Modernes.
Sejak saat itu nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu sedang populer dan
modern. Munculnya terminologi itu pada beberapa artikel semakin membuat nama Art Deco
eksis. Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art
Deco” karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969 [3].
Dalam perjalanannya Art Deco dipengaruhi oleh berbagai macam aliran modern, antara lain
Kubisme, Futurisme dan Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno misalnya
dari Mesir, Siria dan Persia[1]. Meskipun Art Deco terlihat seperti ultra modern, sebenarnya bisa
ditelaah kembali ke jaman kuburan Mesir kuno. Secara khusus, penemuan kubur Raja Tut pada
tahun 1920 membuka pintu lebar terhadap gaya ini. Garis yang tegas, warna - warna yang kuat
2. dan fitur - fitur arsitektural yang berbentuk zig-zag ditambahkan ke dalam objek - objek yang
diletakkan di dalam kubur untuk menghibur dan mencerahkan raja yang sedang tertidur[4].
The Paris exposition serves as a useful bookmark but it wasn't the beginning. By 1925 numerous
buildings incorporated elements that would find their way into the Art Deco style. Consider Eliel
Saarinen's train station at Helsinki (1904-1914). With its four giant figures, each holding a globe
of light, it is the very essence of Art Deco.
Eksposisi Paris benar - benar menjadi momok, namun itu bukan awalnya. Tahun 1925 berbagai
bangunan mengaplikasikan elemen - elemen yang menuju ke gaya Art Deco. Contohnya adalah
Stasiun Kereta Api Eliel Saarinen di Helsinki, Finlandia 1904 - 1914. Dengan 4 figur raksasa,
setiap figurnya memiliki Globe of Light atau bola lampu, yang sangat esensial bagi Art Deco[5]
[sunting] Sumber-sumber dan Atribut-atribut
Walter Dorwin Teague's "Beau Brownie" camera for Eastman Kodak.
secara umum dianggap sebagai suatu bentuk eklektik dari keanggunan dan gaya modernisme,
yang dipengaruhi berbagai sumber. Diantaranya adalah seni tradisional Afrika, Mesir, atau Aztek
Meksiko, dan juga Abad Mesin atau teknologi Streamline seperti penerbangan modern,
Penerangan listrik, radio, dan bangunan pencakar langit. Pengaruh desain ini terlihat pada
fractionated, crystalline, bentuk facet dari dekorasi Kubisme dan Futurism, dalam wadah
Fauvisme. Tema populer lain dalam Art Deco adalah bentuk-bentuk bersifat trapezoid, zigzag,
geometri, dan bentuk puzzle, yang banyak terlihat pada karya mula-mula. Sejalan dengan
pengaruh-pengaruh ini,Art Deco dikarakterkan dengan penggunaan bahan-bahan seperti
aluminum, stainless steel,lacquer , inlaid wood, kulit hiu (shagreen), dan kulit zebra. Penggunaan
berani dari bentuk bertingkat, sapuan kurva (unlike the sinuous, natural curves of the Art
Nouveau), pola-pola chevron , dan motif pancaran matahari adalah tipikal dari Art Deco.
Beberapa dari motif ini sering muncul pada saat ini— contohnya, motif pancaran matahari dalam
3. berbagai konteks seperti sepatu wanita, radiator grilles, auditorium dari Radio City Music Hall,
dan puncak dari Gedung Chrysler.
[sunting] Art Deco di Indonesia
Villa Isola, Bandung. Arsitek Wolff Schoemaker.
Bioskop Megaria, Jakarta.
Hotel Savoy Homann, Bandung. Arsitek Albert Aalbers.
Grand Hotel Preanger, Bandung. Arsitek Wolff Schoemaker.