SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Ancylostoma Duodenale dan
Necator Americanus (Cacing
Tambang)
Oleh:
dr.Novi Violona Edwar
EPIDEMIOLOGI
 Infeksi cacing tambang pada anak terutama disebabkan oleh ancylostama
duodenale dan necator americanus. Kedua spesies ini termasuk dalam family
strongyloidae dari filum nematoda. Selain kedua spesies tsb, dilaporkan juga
infeksi zoonosis oleh A. braziliense dan A. caninum yang di temukan pada
berbagai jenis karnivora dengan manifestasi klinik yang relatif lebih ringan yaitu
creeping eruption akibat cutaneus larva migrans. Di perkirakan terdapat 1 miliar
orang di seluruh dunia yang menderita infeksi cacing tambang dengan populasi
kasus terbanyak di daerah tropis dan subtropis, terutama di asia dan sub-sahara
afrika. Infeksi N. americanus lebih luas penyebarannya di bandingkan A.
duodenale dan spesies ini juga merupakan penyebab utama infeksi cacing
tambang di Indonesia. Penyakit cacing tambang lebih banyak di dapatkan pada
pria yang umumnya sebagai pekerja di keluarga.
Morfologi
 Cacing dewasa berbentuk silindris dengan kepala membengkok tajam ke
belakang.
 Cacing jantan lebih kecil dari pada cacing betina.
 Telur berbentuk ovoid dengan kulit yang jernih
 Berukuran 74-76 µ x 36-40 µ.
 Saat keluar dari usus telur mengandung satu sel namun jika di keluarkan dengan
feses mengandung 4-8 sel.
 Dalam beberapa tumbuh menjadi stadium morula kemudian menjadi larva
rabditiform (stadium pertama).
Gambar cacing tambang dewasa
a. ancylostoma duodenale b. necator americanos
Morfologi
 Necator americanos dan ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing
tambang dewasa yang hidup dalam tubuh manusia.
 Cacing betina menghasilkan 9000-10000 butir telur sehari.
 Cacing betina mempunyai Panjang sekitar 1 cm, cacing jantang 0.8 cm
 Cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan dalam mulutnya ada
sepasang gigi. Setelah 1-1.5 hari dalam tanah telur tersebut menetas menjadi
larva randitiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform
yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidud selama 7-8 minggu dalam
tanah.
 Setelah menembus kulit larva turut aliran darah ke jantung kemudian ke paru.
a. Telur cacing tambang, b. Larva filariform A.
duodenale, C. larva filariform N. Americanos
 Di dalam jaringan paru larva menembus pembuluh darah masuk kemudian ke bronkus lalu ke
trakea dan larin. Dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus kemudian menajdi
cacing dewasa. Infeksi terjadi jika larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan Bersama
makanan.
Daur hidup necator americanos dan
ancylostoma duodenale
Patogenesis
 Cacing tambang mempunyai alat pengait seperti gunting yang yang membantu
melekatkan cacing pada mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Otot
esofagus cacing menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan
intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Terjadi rupture kapiler dan arteriol yang
menyebabkan perdarahan. Pelepasan enzim hidrolitik dan antikoagulan di
antaranya inhibitor factor VIIa (tissue inhibitory factor). Kemudian mencerna darah
yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemaglobinase, masa inkubasi mulai dari
bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala klinis sperti nyeri
perut, berkisar 1-3 bulan. Untuk menyebabkan anemia di perlukan lebih kurang
500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat bisa kehilangan darah sampai 200ml/
hari.
Gejala Klinis
 Anemia defisiensi besi akibat infeksi cacing tambang menyebabkan hambatan
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi
menyebabkan peningkatan mortalitas maternal, gangguan laktasi dan
prematuritas. Di duga dapat terjadi tranmisi versikal larva filariform. A. duodenale
melalui air susu ibu. gejala klinis nekaoriasis dan ankilostomosis di timbulkan oleh
adanya larva maupun cacing dewasa.
 Dalam 7-14 hari setelah infeksi terjadi ground itch. Pada fase awal yaitu fase
migrasi larva, dapat terjadi nyeri tenggorakan, demam subfebril, batuk, pneumonia
dan pneumonitis.
 Kelainan pada paru pada umumnya ringan kecuali pada infeksi berat, jika terdapat
lebih dari 200 cacing dewasa.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang di sebabkan oleh cacing tambang dewasa dapat berupa nekrosis
jaringan usus, gungguan gizi dan kehilangan darah.
 Nekrosis jaringan usus diakibatkan dinding jaringan usus yang terluka oleh gigitan
cacing dewasa.
 Gangguan gizi, oleh karena banyak kehilangan karbohidrat, lemak dan terutama
protein, bahkan banyak unsur besi (Fe) yang hilang sehingga terjadi malnutrisi.
 Kehilangan darah disebabkan di hisap langsung oleh cacing dewasa.
Gejala klinis
 Setiap ekor necator americanus dapat dapat mengakibat hilangnya darah antara
0.05-0.1 ml/hari sedangkan setiap ekor ancylostoma duodenale dapat mencapai
0.08-0.24 ml/hari.
Cacing tambang di bagi tiga golongan
a) Infeksi ringan di tandai dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala.
b) Infeksi sedang di tandai dengan kehilangan darah yang tidak dapat di
kompensasi dan pasien akan kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan,
anemia, lemah, fisik dan mental yang kurang baik.
c) Sedangkan pada infeksi berat dapat menyebabkan keadaan fisik yang buruk dan
gagal jantung dengan segala akibatnya.
Dianosis
 Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) terdapat
eosinophilia, infiltrate patchy pada foto toraks dan peningkatan kadar IGE.
Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara lansung
dengan mikroskop cahaya, untuk menemukan telur cacing, tetapi pada
pemeriksaan ini tidak dapat membedakan telur N. americanus dan A. duodenale.
 Pemeriksaan untuk membedakan kedua spesies ini adalah dengan faecal smear
pada filter paper strip harada-Mori.
 Pemeriksaan penunjang yatu dengan di temukannya peningkatan IgE dan Ig G4
tetapi pemeriksaan IgG4 tidak di rekom karena biaya mahal.
Tata laksana
 Albendazol 400 mg dosis tunggal, sedangkan untuk anak usia kurang dari 2 tahun
dosisnya 200 mg tunggal.
 Mebendazol 2x 100 mg selama 3 hari
 Pirante pamoat 11 mg/kgBB/hari selama 3 hari
Pencegahan
 Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Pembuangan feses pada jamban atau tempat pembuangan kotoran yang
memenuhi standar kesehatan
b. Memakai sandal, sepatu, atau alas kaki jika keluar rumah
c. Higienitas an sanitasi yang baik.
Thank you 

More Related Content

Similar to ancylostama duodenale .ppt

Similar to ancylostama duodenale .ppt (20)

Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
Askep elephantiasis
Askep elephantiasisAskep elephantiasis
Askep elephantiasis
 
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
 
Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.
 
Makalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhhMakalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhh
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Trematoda usus
Trematoda ususTrematoda usus
Trematoda usus
 
Ppt parasit iv
Ppt parasit ivPpt parasit iv
Ppt parasit iv
 
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza) ppt - ardian s. leky
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza)   ppt - ardian s. lekyVirus (hiv, hepatitis, dengue & influenza)   ppt - ardian s. leky
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza) ppt - ardian s. leky
 
Learning Objective Tropical Infectious Disease
Learning Objective Tropical Infectious DiseaseLearning Objective Tropical Infectious Disease
Learning Objective Tropical Infectious Disease
 
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamurPenyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur
 
Makalah cacing
Makalah cacingMakalah cacing
Makalah cacing
 
Makalah cacing
Makalah cacingMakalah cacing
Makalah cacing
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularis
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 

Recently uploaded

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 

Recently uploaded (20)

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 

ancylostama duodenale .ppt

  • 1. Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus (Cacing Tambang) Oleh: dr.Novi Violona Edwar
  • 2. EPIDEMIOLOGI  Infeksi cacing tambang pada anak terutama disebabkan oleh ancylostama duodenale dan necator americanus. Kedua spesies ini termasuk dalam family strongyloidae dari filum nematoda. Selain kedua spesies tsb, dilaporkan juga infeksi zoonosis oleh A. braziliense dan A. caninum yang di temukan pada berbagai jenis karnivora dengan manifestasi klinik yang relatif lebih ringan yaitu creeping eruption akibat cutaneus larva migrans. Di perkirakan terdapat 1 miliar orang di seluruh dunia yang menderita infeksi cacing tambang dengan populasi kasus terbanyak di daerah tropis dan subtropis, terutama di asia dan sub-sahara afrika. Infeksi N. americanus lebih luas penyebarannya di bandingkan A. duodenale dan spesies ini juga merupakan penyebab utama infeksi cacing tambang di Indonesia. Penyakit cacing tambang lebih banyak di dapatkan pada pria yang umumnya sebagai pekerja di keluarga.
  • 3. Morfologi  Cacing dewasa berbentuk silindris dengan kepala membengkok tajam ke belakang.  Cacing jantan lebih kecil dari pada cacing betina.  Telur berbentuk ovoid dengan kulit yang jernih  Berukuran 74-76 µ x 36-40 µ.  Saat keluar dari usus telur mengandung satu sel namun jika di keluarkan dengan feses mengandung 4-8 sel.  Dalam beberapa tumbuh menjadi stadium morula kemudian menjadi larva rabditiform (stadium pertama).
  • 4. Gambar cacing tambang dewasa a. ancylostoma duodenale b. necator americanos
  • 5. Morfologi  Necator americanos dan ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang dewasa yang hidup dalam tubuh manusia.  Cacing betina menghasilkan 9000-10000 butir telur sehari.  Cacing betina mempunyai Panjang sekitar 1 cm, cacing jantang 0.8 cm  Cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan dalam mulutnya ada sepasang gigi. Setelah 1-1.5 hari dalam tanah telur tersebut menetas menjadi larva randitiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidud selama 7-8 minggu dalam tanah.  Setelah menembus kulit larva turut aliran darah ke jantung kemudian ke paru.
  • 6. a. Telur cacing tambang, b. Larva filariform A. duodenale, C. larva filariform N. Americanos  Di dalam jaringan paru larva menembus pembuluh darah masuk kemudian ke bronkus lalu ke trakea dan larin. Dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus kemudian menajdi cacing dewasa. Infeksi terjadi jika larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan Bersama makanan.
  • 7. Daur hidup necator americanos dan ancylostoma duodenale
  • 8. Patogenesis  Cacing tambang mempunyai alat pengait seperti gunting yang yang membantu melekatkan cacing pada mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Otot esofagus cacing menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Terjadi rupture kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan. Pelepasan enzim hidrolitik dan antikoagulan di antaranya inhibitor factor VIIa (tissue inhibitory factor). Kemudian mencerna darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemaglobinase, masa inkubasi mulai dari bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala klinis sperti nyeri perut, berkisar 1-3 bulan. Untuk menyebabkan anemia di perlukan lebih kurang 500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat bisa kehilangan darah sampai 200ml/ hari.
  • 9. Gejala Klinis  Anemia defisiensi besi akibat infeksi cacing tambang menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi menyebabkan peningkatan mortalitas maternal, gangguan laktasi dan prematuritas. Di duga dapat terjadi tranmisi versikal larva filariform. A. duodenale melalui air susu ibu. gejala klinis nekaoriasis dan ankilostomosis di timbulkan oleh adanya larva maupun cacing dewasa.  Dalam 7-14 hari setelah infeksi terjadi ground itch. Pada fase awal yaitu fase migrasi larva, dapat terjadi nyeri tenggorakan, demam subfebril, batuk, pneumonia dan pneumonitis.  Kelainan pada paru pada umumnya ringan kecuali pada infeksi berat, jika terdapat lebih dari 200 cacing dewasa.
  • 10. Gejala Klinis Gejala klinis yang di sebabkan oleh cacing tambang dewasa dapat berupa nekrosis jaringan usus, gungguan gizi dan kehilangan darah.  Nekrosis jaringan usus diakibatkan dinding jaringan usus yang terluka oleh gigitan cacing dewasa.  Gangguan gizi, oleh karena banyak kehilangan karbohidrat, lemak dan terutama protein, bahkan banyak unsur besi (Fe) yang hilang sehingga terjadi malnutrisi.  Kehilangan darah disebabkan di hisap langsung oleh cacing dewasa.
  • 11. Gejala klinis  Setiap ekor necator americanus dapat dapat mengakibat hilangnya darah antara 0.05-0.1 ml/hari sedangkan setiap ekor ancylostoma duodenale dapat mencapai 0.08-0.24 ml/hari. Cacing tambang di bagi tiga golongan a) Infeksi ringan di tandai dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala. b) Infeksi sedang di tandai dengan kehilangan darah yang tidak dapat di kompensasi dan pasien akan kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mental yang kurang baik. c) Sedangkan pada infeksi berat dapat menyebabkan keadaan fisik yang buruk dan gagal jantung dengan segala akibatnya.
  • 12. Dianosis  Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) terdapat eosinophilia, infiltrate patchy pada foto toraks dan peningkatan kadar IGE. Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara lansung dengan mikroskop cahaya, untuk menemukan telur cacing, tetapi pada pemeriksaan ini tidak dapat membedakan telur N. americanus dan A. duodenale.  Pemeriksaan untuk membedakan kedua spesies ini adalah dengan faecal smear pada filter paper strip harada-Mori.  Pemeriksaan penunjang yatu dengan di temukannya peningkatan IgE dan Ig G4 tetapi pemeriksaan IgG4 tidak di rekom karena biaya mahal.
  • 13. Tata laksana  Albendazol 400 mg dosis tunggal, sedangkan untuk anak usia kurang dari 2 tahun dosisnya 200 mg tunggal.  Mebendazol 2x 100 mg selama 3 hari  Pirante pamoat 11 mg/kgBB/hari selama 3 hari
  • 14. Pencegahan  Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan : a. Pembuangan feses pada jamban atau tempat pembuangan kotoran yang memenuhi standar kesehatan b. Memakai sandal, sepatu, atau alas kaki jika keluar rumah c. Higienitas an sanitasi yang baik.