2. EPIDEMIOLOGI
Infeksi cacing tambang pada anak terutama disebabkan oleh ancylostama
duodenale dan necator americanus. Kedua spesies ini termasuk dalam family
strongyloidae dari filum nematoda. Selain kedua spesies tsb, dilaporkan juga
infeksi zoonosis oleh A. braziliense dan A. caninum yang di temukan pada
berbagai jenis karnivora dengan manifestasi klinik yang relatif lebih ringan yaitu
creeping eruption akibat cutaneus larva migrans. Di perkirakan terdapat 1 miliar
orang di seluruh dunia yang menderita infeksi cacing tambang dengan populasi
kasus terbanyak di daerah tropis dan subtropis, terutama di asia dan sub-sahara
afrika. Infeksi N. americanus lebih luas penyebarannya di bandingkan A.
duodenale dan spesies ini juga merupakan penyebab utama infeksi cacing
tambang di Indonesia. Penyakit cacing tambang lebih banyak di dapatkan pada
pria yang umumnya sebagai pekerja di keluarga.
3. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindris dengan kepala membengkok tajam ke
belakang.
Cacing jantan lebih kecil dari pada cacing betina.
Telur berbentuk ovoid dengan kulit yang jernih
Berukuran 74-76 µ x 36-40 µ.
Saat keluar dari usus telur mengandung satu sel namun jika di keluarkan dengan
feses mengandung 4-8 sel.
Dalam beberapa tumbuh menjadi stadium morula kemudian menjadi larva
rabditiform (stadium pertama).
5. Morfologi
Necator americanos dan ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing
tambang dewasa yang hidup dalam tubuh manusia.
Cacing betina menghasilkan 9000-10000 butir telur sehari.
Cacing betina mempunyai Panjang sekitar 1 cm, cacing jantang 0.8 cm
Cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan dalam mulutnya ada
sepasang gigi. Setelah 1-1.5 hari dalam tanah telur tersebut menetas menjadi
larva randitiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform
yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidud selama 7-8 minggu dalam
tanah.
Setelah menembus kulit larva turut aliran darah ke jantung kemudian ke paru.
6. a. Telur cacing tambang, b. Larva filariform A.
duodenale, C. larva filariform N. Americanos
Di dalam jaringan paru larva menembus pembuluh darah masuk kemudian ke bronkus lalu ke
trakea dan larin. Dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus kemudian menajdi
cacing dewasa. Infeksi terjadi jika larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan Bersama
makanan.
8. Patogenesis
Cacing tambang mempunyai alat pengait seperti gunting yang yang membantu
melekatkan cacing pada mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Otot
esofagus cacing menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan
intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Terjadi rupture kapiler dan arteriol yang
menyebabkan perdarahan. Pelepasan enzim hidrolitik dan antikoagulan di
antaranya inhibitor factor VIIa (tissue inhibitory factor). Kemudian mencerna darah
yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemaglobinase, masa inkubasi mulai dari
bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala klinis sperti nyeri
perut, berkisar 1-3 bulan. Untuk menyebabkan anemia di perlukan lebih kurang
500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat bisa kehilangan darah sampai 200ml/
hari.
9. Gejala Klinis
Anemia defisiensi besi akibat infeksi cacing tambang menyebabkan hambatan
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi
menyebabkan peningkatan mortalitas maternal, gangguan laktasi dan
prematuritas. Di duga dapat terjadi tranmisi versikal larva filariform. A. duodenale
melalui air susu ibu. gejala klinis nekaoriasis dan ankilostomosis di timbulkan oleh
adanya larva maupun cacing dewasa.
Dalam 7-14 hari setelah infeksi terjadi ground itch. Pada fase awal yaitu fase
migrasi larva, dapat terjadi nyeri tenggorakan, demam subfebril, batuk, pneumonia
dan pneumonitis.
Kelainan pada paru pada umumnya ringan kecuali pada infeksi berat, jika terdapat
lebih dari 200 cacing dewasa.
10. Gejala Klinis
Gejala klinis yang di sebabkan oleh cacing tambang dewasa dapat berupa nekrosis
jaringan usus, gungguan gizi dan kehilangan darah.
Nekrosis jaringan usus diakibatkan dinding jaringan usus yang terluka oleh gigitan
cacing dewasa.
Gangguan gizi, oleh karena banyak kehilangan karbohidrat, lemak dan terutama
protein, bahkan banyak unsur besi (Fe) yang hilang sehingga terjadi malnutrisi.
Kehilangan darah disebabkan di hisap langsung oleh cacing dewasa.
11. Gejala klinis
Setiap ekor necator americanus dapat dapat mengakibat hilangnya darah antara
0.05-0.1 ml/hari sedangkan setiap ekor ancylostoma duodenale dapat mencapai
0.08-0.24 ml/hari.
Cacing tambang di bagi tiga golongan
a) Infeksi ringan di tandai dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala.
b) Infeksi sedang di tandai dengan kehilangan darah yang tidak dapat di
kompensasi dan pasien akan kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan,
anemia, lemah, fisik dan mental yang kurang baik.
c) Sedangkan pada infeksi berat dapat menyebabkan keadaan fisik yang buruk dan
gagal jantung dengan segala akibatnya.
12. Dianosis
Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) terdapat
eosinophilia, infiltrate patchy pada foto toraks dan peningkatan kadar IGE.
Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara lansung
dengan mikroskop cahaya, untuk menemukan telur cacing, tetapi pada
pemeriksaan ini tidak dapat membedakan telur N. americanus dan A. duodenale.
Pemeriksaan untuk membedakan kedua spesies ini adalah dengan faecal smear
pada filter paper strip harada-Mori.
Pemeriksaan penunjang yatu dengan di temukannya peningkatan IgE dan Ig G4
tetapi pemeriksaan IgG4 tidak di rekom karena biaya mahal.
13. Tata laksana
Albendazol 400 mg dosis tunggal, sedangkan untuk anak usia kurang dari 2 tahun
dosisnya 200 mg tunggal.
Mebendazol 2x 100 mg selama 3 hari
Pirante pamoat 11 mg/kgBB/hari selama 3 hari
14. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Pembuangan feses pada jamban atau tempat pembuangan kotoran yang
memenuhi standar kesehatan
b. Memakai sandal, sepatu, atau alas kaki jika keluar rumah
c. Higienitas an sanitasi yang baik.