Dokumen tersebut membahas pentingnya kesehatan dan sanitasi dalam situasi bencana, termasuk penyediaan air bersih, sanitasi, dan promosi kesehatan. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai aspek terkait air bersih, sanitasi, pengelolaan sampah, dan pencegahan penyakit dalam situasi darurat.
Dokumen tersebut membahas tentang penyediaan air minum berkualitas bagi masyarakat di daerah bencana alam. Terdapat beberapa poin penting yaitu (1) penyediaan air bersih dapat dilakukan melalui pemboran sumur atau unit pengolahan air yang mudah dipindahkan, (2) standar kualitas air minum antara lain kadar bakteri coliform rendah dan klorin 0,2-0,5 mg/L, (3) fasilitas sanitasi se
Dokumen tersebut merupakan format inspeksi lingkungan untuk beberapa sarana air minum yang mencakup data umum lokasi sarana, parameter kualitas fisik air, indikator penilaian risiko kontaminasi, serta rekomendasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang merupakan pendekatan untuk mengkaji dan memprediksi dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat. ADKL meliputi identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak, pemusatan isu utama, dan pengukuran dampak menggunakan indikator kesehatan seperti angka kematian dan kesakitan.
Manajemen bencana dan kedaruratan meliputi upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sebelum, saat, dan sesudah terjadinya bencana. Kegiatan tanggap darurat mencakup manajemen dan koordinasi, perlindungan korban, logistik, penampungan, air bersih, sanitasi, kesehatan, dan pelayanan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang penyediaan air minum berkualitas bagi masyarakat di daerah bencana alam. Terdapat beberapa poin penting yaitu (1) penyediaan air bersih dapat dilakukan melalui pemboran sumur atau unit pengolahan air yang mudah dipindahkan, (2) standar kualitas air minum antara lain kadar bakteri coliform rendah dan klorin 0,2-0,5 mg/L, (3) fasilitas sanitasi se
Dokumen tersebut merupakan format inspeksi lingkungan untuk beberapa sarana air minum yang mencakup data umum lokasi sarana, parameter kualitas fisik air, indikator penilaian risiko kontaminasi, serta rekomendasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang merupakan pendekatan untuk mengkaji dan memprediksi dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat. ADKL meliputi identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak, pemusatan isu utama, dan pengukuran dampak menggunakan indikator kesehatan seperti angka kematian dan kesakitan.
Manajemen bencana dan kedaruratan meliputi upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sebelum, saat, dan sesudah terjadinya bencana. Kegiatan tanggap darurat mencakup manajemen dan koordinasi, perlindungan korban, logistik, penampungan, air bersih, sanitasi, kesehatan, dan pelayanan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan lingkungan pemukiman. Tiga aspek utama yang dibahas adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan pemukiman, persyaratan lingkungan pemukiman yang sehat, dan upaya-upaya untuk menjamin kesehatan di lingkungan pemukiman.
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI PENDIDIKAN
PHBS TEMPAT KERJA
PHBS TEMPAT UMUM
PHBS RUMAH TANGGA
PERKEMBANGAN BALITA
TAMAN POSYANDU
DESA SIAGA
Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang meliputi pengertian, hakikat, dan berbagai aspek PHBS seperti di bidang gizi, kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, serta peran berbagai pihak dalam mendorong PHBS seperti rumah tangga, lembaga pendidikan, tempat kerja, dan organisasi kemasyarakatan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator-indikator untuk
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
[Ringkasan]
Buku saku ini berisi panduan bagi petugas kesehatan dan kader masyarakat dalam melakukan verifikasi terhadap deklarasi desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) atau desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Panduan ini menjelaskan tentang tahapan verifikasi, kriteria verifikasi untuk masing-masing pilar STBM, dan mekanisme pencabutan status deklarasi jika hasil monitoring menunjukkan masih ada masyar
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran indeks lalat, indeks tungau/pinjal, dan kepadatan nyamuk. Terdapat cara kerja dan alat yang digunakan untuk masing-masing pengukuran serta interpretasi hasilnya. Juga dibahas siklus hidup lalat dan penyakit onchocerciasis yang disebabkan oleh cacing Onchocerca volvulus dan disampaikan melalui gigitan nyamuk.
Dokumen tersebut membahas tentang stunting pada anak, yaitu kondisi gagal pertumbuhan yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Dokumen ini menyatakan bahwa sekitar 30% anak Indonesia mengalami stunting yang dapat berakibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Dokumen juga menjelaskan beberapa penyebab dan gejala stunting serta cara pencegahannya melalui indikator PHBS yang dil
Dokumen ini menjelaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Klinik Sanitasi Puskesmas Kenten yang mencakup tujuan, kebijakan, referensi, alat dan bahan, langkah-langkah kerja, bagan alir, unit terkait, dan dokumen pendukung. SOP ini digunakan sebagai pedoman bagi penanggung jawab program dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif secara terpadu dan
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...Restu Sulistiyo
Analisa bivariat menguji pengaruh antara variabel dependen dan independen dengan uji chi-square dan fisher. Uji chi-square untuk dua variabel nominal atau ordinal sedangkan fisher untuk sampel kecil dengan data nominal atau ordinal. Uji statistik nonparametrik lain seperti Wilcoxon untuk dua kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi tidak normal, sedangkan Mann Whitney untuk dua kelompok bebas dengan skala ordinal atau interval tidak normal.
Buku pedoman perencanaan tingkat puskesmasFendy dc
Perencanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu tahun agar Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai rencana tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat serta sumber dana lainnya.
Tujuan Khusus :
a) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat
b) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai usulan.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana
Standard minimum-penanganan-pasca-bencanaFahlevi Qalbi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang standar minimum kebutuhan pascabencana yang mencakup standar umum, standar pokok kebutuhan dalam situasi bencana, serta standar kebutuhan air, sanitasi, pangan, dan penanganan masalah gizi di tempat pengungsian.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan lingkungan pemukiman. Tiga aspek utama yang dibahas adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan pemukiman, persyaratan lingkungan pemukiman yang sehat, dan upaya-upaya untuk menjamin kesehatan di lingkungan pemukiman.
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI PENDIDIKAN
PHBS TEMPAT KERJA
PHBS TEMPAT UMUM
PHBS RUMAH TANGGA
PERKEMBANGAN BALITA
TAMAN POSYANDU
DESA SIAGA
Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang meliputi pengertian, hakikat, dan berbagai aspek PHBS seperti di bidang gizi, kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, serta peran berbagai pihak dalam mendorong PHBS seperti rumah tangga, lembaga pendidikan, tempat kerja, dan organisasi kemasyarakatan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator-indikator untuk
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
[Ringkasan]
Buku saku ini berisi panduan bagi petugas kesehatan dan kader masyarakat dalam melakukan verifikasi terhadap deklarasi desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) atau desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Panduan ini menjelaskan tentang tahapan verifikasi, kriteria verifikasi untuk masing-masing pilar STBM, dan mekanisme pencabutan status deklarasi jika hasil monitoring menunjukkan masih ada masyar
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran indeks lalat, indeks tungau/pinjal, dan kepadatan nyamuk. Terdapat cara kerja dan alat yang digunakan untuk masing-masing pengukuran serta interpretasi hasilnya. Juga dibahas siklus hidup lalat dan penyakit onchocerciasis yang disebabkan oleh cacing Onchocerca volvulus dan disampaikan melalui gigitan nyamuk.
Dokumen tersebut membahas tentang stunting pada anak, yaitu kondisi gagal pertumbuhan yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Dokumen ini menyatakan bahwa sekitar 30% anak Indonesia mengalami stunting yang dapat berakibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Dokumen juga menjelaskan beberapa penyebab dan gejala stunting serta cara pencegahannya melalui indikator PHBS yang dil
Dokumen ini menjelaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Klinik Sanitasi Puskesmas Kenten yang mencakup tujuan, kebijakan, referensi, alat dan bahan, langkah-langkah kerja, bagan alir, unit terkait, dan dokumen pendukung. SOP ini digunakan sebagai pedoman bagi penanggung jawab program dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif secara terpadu dan
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...Restu Sulistiyo
Analisa bivariat menguji pengaruh antara variabel dependen dan independen dengan uji chi-square dan fisher. Uji chi-square untuk dua variabel nominal atau ordinal sedangkan fisher untuk sampel kecil dengan data nominal atau ordinal. Uji statistik nonparametrik lain seperti Wilcoxon untuk dua kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi tidak normal, sedangkan Mann Whitney untuk dua kelompok bebas dengan skala ordinal atau interval tidak normal.
Buku pedoman perencanaan tingkat puskesmasFendy dc
Perencanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu tahun agar Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai rencana tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat serta sumber dana lainnya.
Tujuan Khusus :
a) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat
b) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai usulan.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana
Standard minimum-penanganan-pasca-bencanaFahlevi Qalbi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang standar minimum kebutuhan pascabencana yang mencakup standar umum, standar pokok kebutuhan dalam situasi bencana, serta standar kebutuhan air, sanitasi, pangan, dan penanganan masalah gizi di tempat pengungsian.
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting. Dokumen ini menjelaskan peran air dalam kehidupan, penyakit yang berhubungan dengan air, serta persyaratan kualitas air minum sesuai peraturan pemerintah.
Dokumen tersebut membahas upaya kesling dalam bencana di Indonesia, mencakup type bencana, fenomena bencana di Indonesia, dan standar minimum pelayanan kebencanaan serta upaya kesehatan lingkungan. Dokumen ini juga menyajikan hasil survei pengungsian akibat letusan Gunung Sinabung dan analisis kondisi pasokan air bersih, sanitasi, pengendalian vektor, dan promosi kesehatan di lokasi penampungan pengungsi.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak sehat dan lingkungan yang tidak higienis, seperti diare, kolera, cacingan, hepatitis A, dan tipus. Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan stunting pada anak, kematian bayi dan balita, dan menular melalui rantai kontaminasi melalui 5F (makanan, tangan, air, lalat, dan tanah). Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penular
Seiring waktu, pemahaman tentang kesehatan lingkungan terus berkembang, dan tantangan baru terus muncul seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sejarah kesehatan lingkungan mencerminkan upaya manusia untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan kesehatan lingkungan di sekolah yang meliputi air bersih, udara bersih, tanah bebas pencemaran, pangan higienis, sarana dan fasilitas sekolah yang memenuhi standar, serta pengelolaan sampah yang baik untuk mencegah penyebaran penyakit. Kualitas lingkungan sekolah perlu dipantau untuk mencapai tujuan pendidikan yang sehat bagi siswa.
Dokumen tersebut membahas pentingnya mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah penyakit, karena tangan sering menjadi agen penular penyakit. Cuci tangan pakai sabun efektif menurunkan angka diare dan ISPA serta penyakit lainnya. Meski demikian, kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.
Dokumen tersebut membahas tentang dampak perubahan iklim terhadap layanan air bersih, sanitasi dan kebersihan (WASH) di Indonesia. Asia Pasifik merupakan kawasan paling rawan bencana di dunia dan perubahan iklim berpotensi memperparah dampak bencana serta meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap gangguan layanan WASH. Upaya PMI dalam meningkatkan kapasitas layanan darurat dan pemulihan WASH penting untuk mengurangi dampak
Manfaat dan pentingnya cuci tangan pakai sabun dijosephcac
Mencuci tangan dengan sabun penting untuk mencegah penularan penyakit, namun perilaku ini masih kurang dipraktikkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan hari khusus untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mencuci tangan dengan sabun untuk mengurangi kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup.
Dokumen tersebut membahas pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS) dalam mengurangi risiko penyakit diare. CTPS dapat menurunkan risiko diare hingga 42-53% karena sabun mampu menghilangkan bakteri penyebab diare hingga 90%. Dokumen ini juga menjelaskan langkah-langkah CTPS yang benar serta persyaratan sarana CTPS.
Secara Umum
Memberikan acuan bagi petugas kesehatan dlm penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
Secara Khusus Tersedianya standar :
SDM Kesehatan
Penyiapan fasilitas pelayanan
Pelayanan pengobatan, gizi, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi
Pengendalian penyakit potensial wabah
Pengaturan obat bantuan
Manajemen Kesehatan pada Penanggulangan BencanaBambang Fadhil
Manajemen Kesehatan pada Penanggulangan Bencana merupakan Kajian dari langkah Mitigasi, Sebelum bencana, Saat Bencana dan pada kondisi rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pemeriksaan gas darah arteri digunakan untuk mendeteksi gangguan metabolik dan pernafasan melalui analisis ketidakseimbangan asam-basa. Prosedurnya melibatkan pengambilan darah arteri dengan jarum untuk diuji pH, pCO2, HCO3, dan BE guna menginterpretasikan jenis asidosis atau alkalosis. Hasilnya digunakan untuk menentukan intervensi seperti latihan nafas, cairan infus, atau suplemen bikar
Terima kasih atas informasinya. Saya mengerti bahwa dokumen tersebut membahas upaya meminimalkan insiden Ventilator-associated Pneumonia (VAP) dengan melakukan dekontaminasi orofaring menggunakan larutan klorheksidin 0,2%.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Kesehatan dan Psikososial
• Mengapa penting dalam situasi bencana?
• Infrastruktur lokal/setempat rusak/hancur
• Bisa mengakibatkan kurang gizi, sakit, stress yang
tinggi, mudah terjangkit penyakit.
• Kondisi tempat tinggal yang buruk, berpotensi
sebagai sarana perkembangbiakan hama penyakit
(vektor)
• Lingkungan hidup terganggu
4. Perlunya WatSan & PromKes dalam Bencana
Air
Air tidak aman; 6,000 anak setiap hari meninggal (1/15 detik)
1 Juta orang kekurangan suplai air ; kebutuhan dasar
Hanya bisa hidup 3 hari tanpa minum air
Kurang suplai air ; menghabiskan waktu & energi serta
merendahkan martabat manusia
Sanitasi & PHBS
2.4 Juta orang atau 2/5 penduduk dunia
Aksi yang mudah ; Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) mengurangi 1/3
penyakit diare
PHBS Buruk; angka kesakitan di negara berkembang meningkat
5. Ruang Lingkup “Watsan”
•
•
•
•
•
•
Ketersediaan Air
Promosi kesehatan
Pengendalian vektor
Pengelolaan limbah padat
Pembuangan tinja
Drainase
Sources:
The Sphere Project (2004) Humanitarian Charter and Minimum Standards in Disaster Response
WEDC (2002) Emergency Sanitation: Assessment and Programme Design, Loughborough University, UK
6. Ketersediaan Air
1. Akses dan Jumlah air
Penggunaan air minum, masak, kebersihan pribadi min
15L/org/hari (2,5 - 3L utk air minum & makan /orang/hari )
Praktek kebersihan dasar 2-6 L/org/hari
Jarak terjauh dari RT ke sumber air 500 m
di “Rumah Sakit” 5L pasien rawat jalan dan 40-60 liter
pasien rawat inap/hr
Pusat penanganan kolera 60 L/pasien/hr
Sekolah 3 L/siswa/hr, utk minum, cuci tangan
Jamban umum 1-2 L/orang/hr untuk cuci tangan, 2-8
L/jamban/ hr untuk pembersihan jamban , cebok 1-2
L/orang/hr
Ambil air tidak lebih dari 30menit untuk mengisi 20L
tempat air/jeriken. ( antrian)
7. Ketersediaan Air
Jumlah maksimal penggunaan di tiap sumber air
tergantung pada keluaran dan ketersediaan air
masing masing sbb:
- 250 orang/keran berdasarkan atas aliran 7,5
liter/menit
- 500 orang tiap pompa tangan berdasarkan aliran 17
liter/menit
- 400 orang tiap sumur berdasarkan aliran 12,5
liter/menit
8. Ketersediaan air
2. Kualitas Air
0 faecal coliforms/100ml air
0.5mg/L chlorine bebas dalam kran dengan
tingkat kekeruhan di bawah 5 NTU (
nephelololetric turbidity units), wabah 1 mg/L
Tidak tercemar bahan kimia, dan sumber
sumber radiasi
Pengelolahan air yang baik dengan
merebus, klorinasi, solar desinfektan dll
9. Ketersediaan Air
Analisa Kualitas Air
• Pemeriksaan Fisik (Warna, Rasa, Bau)
• Pemeriksaan Kimia (
PH, Chlor,Ni,Na, Fe, dll)
• Pemeriksaan Bakteriologis
• Kepercayaan masyarakat (Air direbus)
Masalah Utama Air terkontaminasi oleh bakteri E- Colli (tercemar oleh Tinja)
10. Ketersediaan air
3. Sarana Air
2 jeriken ( pengambilan dan penyimpanan ) uk
10-20L per KK
Tempat penyimpanan mempunyai leher sempit
atau penutup, aman
Ada 1 tempat cuci untuk 100 orang dan tempat
mencuci perorangan dan tempat mandi
perempuan
12. Promosi kesehatan
Masyarakat terlibat dalam upaya dan pencegahan
menurunnya kondisi hygienis dan memelihara sarana
sarana yang ada
Tersedianya 2 tenaga penyuluh kebersihan/penggerak
masyarakat tiap 1000 penduduk
Masyarakat mendapatkan akses dan terlibat dalam
identifikasi dan promosi penggunaan barang barang
kebersihan , kesehatan yang bermartabat
Gunakan strategi komunikasi dengan pendekatan
faktor sosial, budaya dan keagamaan.
Semua perempuan & anak perempuan mendapatkan
perlengkapan kebersihan pada saat menstruasi
13. Promosi kesehatan
-
-
Barang barang kebersihan dasar :
Wadah air untuk pengangkutan , kapasitas 10-20 L 1
orang/keluarga
Wadah air untuk penampungan, kapasitas 10-20 L = 1
orang//bln keluarga
250 gram sabun mandi =1 orang/bln
200 gram sabun cuci =1 orang/bln
14. Pengendalian vektor
Masyarakat memiliki pengetahuan dan senjata untuk
melindungi diri sendiri ( kelambu
berinsektisida, tudung saji dll)
Perhatian lebih kepada kelompok resiko tinggi
Perlindungan lingkungan masyarakat dari paparan
vektor secara fisik, alami, kimiawi
Menjauhi exposure nyamuk di waktu kritis
Yang terkena malaria untuk segera di periksa dan dirawat
Personil yang melakukan vektor kontrol dilengkapi APD
16. Pembuangan tinja
Lingkungan bebas tinja
Jarak jamban dan sumber resapan terpisah 30 m dari
sumber air tanah, tidak mencemari
Jarak jamban 50 meter dari pemukiman
Dasar jamban /lubang resapan berada 1,5 m diatas
permukaan air tanah
Perhatian khusus bagi tinja anak anak
Sarana jamban memadai, cocok, dekat dengan tempat
pemukiman , aman dan terlindungi, tersedia air, tidak
membawa bahaya kesehatan bagi lingkungan, terpisah 3:1
20 penduduk untuk 1 jamban
Menggunakan bahan bangunan dan peralatan lokal
17. Pembuangan tinja
Lokasi
Jangka pendek
Jangka panjang
Pasar
1 jamban/50 kios
1 jamban/20 kios
Pusat kesehatan /
masyarakat
1 jamban/20 TT atau 50
pasien rawat jalan
1 jamban/10 TT atau 20
pasien rawat jalan
Pusat pemberian
makanan tambahan
1 jamban/50 orang
dewasa
1 jamban untuk 20 anak
anak
1 jamban/50 orang
dewasa
1 jamban untuk 10 anak
anak
Sekolah
1 jamban untuk 30
perempuan
1 jamban untuk 60 laki
laki
1 jamban untuk 30
perempuan
1 jamban untuk 60 laki
laki
kantor
1 jamban untuk 20 staf
18. Diagram “F’s”:
• Faeces (tinja) dapat ditularkan melalui media:
• Fluids (air) – Minum Air
• Fields(Lapangan) – Air permukaan/air tanah
terkontaminasi
• Flies (lalat)
• Fingers (jari Tangan)
20. Penghalang Penyebaran penyakit “Tinja-Mulut” melalui penularan
diagram “F”
Source: Almedon, A., Blumenthal, U., Manderson, L. (1997) Hygiene Evaluation Procedures:
Approaches and Methods for Assessing Hygiene Practices
21. Waktu Bakteri Pathogen Mati dalam Tinja
Pathogen
Masa Tenggang
E coli
Salmonella
Shigella
Vibrio Colerae
Enteric Viruses
Hookworms
Ascaris
1 Bulan
+
+
+
+
+
+
+
2 Bulan
+
+
+
+
+
+
3 Bulan
+
4 Bulan
+
5 Bulan
+
6 Bulan
+
10 Bulan
+
21
27. Pengelolahan limbah padat
Masyarakat dilibatkan dalam rancangan pelaksanaan
program pembuangan sampah padat
Minimalkan berkembang nya vektor
Memisahkan limbah medis yang berbahaya
pendauran ulang sampah
Menyediakan tempat penampungan sampah sementara dan
pembuangan akhir, pastikan adanya sistem pengumpulan
sampah berkala , pengosongan 2 kali/minggu
Jarak Rt dengan tempat pembuangan warga ± 100 m
Tersedia 1 tempat sampahvolume 100 Luntuk setiap 10 RT
28. Saluran limbah
Lingkungan tempat tinggal, sarana titik air terhindar
dari genangan air buangan
Air saluran limbah tidak mencemari sumber air
Diperlukan perawatan khusus untuk mencegah jamban
dan pembuangan dari banjir dapat menghindari
kerusakan stuktural , tersedianya lubang resapan