Kematian merupakan putusnya keterikatan antara ruh dan jasad seseorang. Dalam Islam, kematian adalah awal perpindahan dari dunia ke alam barzah hingga kiamat. Al-Quran menjelaskan kematian sebagai ajal yang pasti terjadi tanpa manusia dapat mengetahuinya.
1. A. DALIL
Orang yang selalu ingat mati tentu mempersiapkan kehidupan sesudah mati. Dia memahami bahwa
ada lagi kehidupan setelah mati. Bekal kehidupan setelah kematian bukanlah harta melimpah,
rumah mewah, perhiasan berkilo-kilo dan sejenisnya. Bekal yang hanya berlaku adalah “Amal
Kebaikan”.
1. Tiap Jiwa Akan Mati
ُلُّ َ
ف
ْ
سٍ
َ
اىِٕق
َ
ةُ
ل
ْ
م ْ
وت ة ْ
نبْ
ووْكٍْ ِ ال
ش َِّْ َ
ْ
ل
َْ ةْ
ِ
ان
ْ
ة ًْ َنْا
ِ
ْةْ
ل
ا ر ْ
و َعوْ
ن
َ
َ
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. (QS. Al Anbiya: 35)
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
ُلُّ َ
ف
ْ
سٍ
َ
اىِٕق
َ
ةُ
ل
ْ
م ْ
وت ة ا
ن
َ
َّ َنْا
ِ
ْة ر ْ
و َعوْ
ن
َ
َ
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 57).
Tafsir:
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kematian di mana pun kalian berada, maut pasti
akan mendapati kalian. Maka jadilah kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada
Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena
sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput kalian tanpa bisa
dielakkan.
2. Manusia Tidak Bisa Lari dari Kematian
ْل
َ
ْ
ا
رَّْ ٱم ْ
وت لٱ ْ
ذ
ِ
ْر ُ
ن ْ
سَ
َ
ن
ْ
ن ْ
ُ
َ
ن
ا
ٍْهًۥ ْ
ن َٰ ْ
ىيكو َُ ا
ن
َ
َّ ْر
ُ
ُّن
َ
َ ي ِ
ََّْ ْ
نْويكِ ٱ ْ
غَْٰب ْٱ َّْ يكَ
ا
ني
َ
نِبئَاً َتِّْ ْ
ن
َ
نةْ وروت ْعَ “Katakanlah,
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Jumu’ah : 8).
Semakna dengan firman Allah Swt. yang disebutkan di dalam surat An-Nisa, yaitu:
{َتنْم
ِ
ا وة
َ
ٍوَُ َ
ن َُّ
ك
ْ َُ
َ
م ْ
وت ة ْ
و
ِ
ْ ْ
ن
َ
ة
ْ
نْ ْ
ِ
ي َ
ْر َ
نٍَ َُّ اَٰ َُ}
Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. An-Nisa: 78).
Tafsir:
Makna yang dimaksud ialah setiap orang pasti akan mati, tiada sesuatu pun yang dapat
menyelamatkan dia dari kematian, baik dia ikut dalam berjihad ataupun tidak ikut berjihad. Karena
sesungguhnya umur manusia itu ada batasnya dan mempunyai ajal yang telah ditentukan serta
kedudukan yang telah ditetapkan baginya.
3. Kematian Merupakan Ujian
ْ
َّ ْ
ذ
ِ
ة ل
ِ
وَ م ْ
وت ة َّوياي ةْ ْ
نبووْكاْ
ْ
نيُُ
ِ
ة َ
حس ْ
ن
ِ
ة
ل ِ
َتِ و
َ
وْ َ
ََْْ
ِع ة
لَ
ك ْ
و
َ
سب ة
2. Artinya: Dia (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk: 2).
Tafsir:
Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat tersebut yakni bahwa Allah-lah yang menciptakan makhluk dari
tiada menjadi ada untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal
perbuatannya.
4. Kematian Tidak Dapat Ditunda atau Dimajukan
ِليْ ُا اُة َلو
ِ
ة ةُْة
َ
ا ا
َ
َو ْ
ن َ
َوو
ِ
ة ًَ ر ْ
ْ َ
ن ْ
َرة ْ
سَ
ِ
اًَِ ل ا
ْ ر ْ
و َُ ْ
ْ
ىة ْ
سَ
Artinya: Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (QS. Yunus: 49)
Tafsir:
Setiap generasi mempunyai batas usia yang telah ditentukan bagi mereka, dan apabila batas usia itu
telah habis masanya: Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak
(pula) mendahulukannya.
5. Manusia Tidak Tahu Kapan dan di Mana Akan Mati
ا
رْة
ٰ
ةه ِن
ْ
ن ْ
ِ َ
نو ْ
ِ
َ
ْاَِ ا
س ة َيِِ ِ
ََْْ
َ
غَْٰب ة ْ َ
ن
ِ
و ْعَ َُ ْ
ِ
ي
ل
ْ
ََن ْ
ك
ْ
ة َُْ ْ
ََّ
ك
ْ
َ َ
ف
ْ
سٍ ةَُ اُ َ
غ ْ
سَُ
ل
ة
ً
ۗ َُْ ْ
ََّ
ك
ْ
َ
ََ
ف
ْ
سٍ ِ
َّ
ِ
َِّْ َ
ر ْ
ك
ِ
ة
ل َ
م ْ
و َتَ
ا
رْة
ٰ
ةه َ
نَْْٰوِ َ ْ
ل
ْْبَ
Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-
lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Luqman: 34)
Tafsir:
Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang
mengetahuinya. Maka tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali setelah ia diberi tahu
oleh Allah Swt. tentangnya. Pengetahuan mengenai saat hari kiamat tiada seorang pun dari kalangan
nabi yang diutus atau malaikat yang terdekat mengetahuinya.
3. B. PENGERTIAN
Kematian merupakan sesuatu peristiwa keluarnya ruh dari jasad manusia. Dalam Islam,
kematian menjadi awal perpindahan dari alam dunia ke alam barzah, roh manusia yang wafat akan
tinggal di alam barzah hingga kebangkitan manusia dari kuburnya saat kiamat kelak. Kematian
adalah muara akhir dari setiap kehidupan makhluk di dunia. Al-Quran menyebut kematian sebagai
ajal, tawaffa atau istifa’. Menurut Al-Quran kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan
tidak dapat dihindari. Ini terjadi pada seluruh makhluk yang bernyawa, yakni makhluk yang memiliki
ruh dalam jasad (fisik).
Kematian Dalam Prespektif Al-Quran
Kematian dalam perspektif Al-Quran merupakan putusnya keterikatan ruh dengan badan dalam
bentuk yang telah diketahui, disertai pergantian keadaan, serta perpindahan dari satu alam ke alam
yang lain. Perpisahan antara ruh dan jasad ini adalah pintu gerbang untuk memasuki kehidupan yang
baru. Para mufassir seperti Ibnu Katsir, Sayyid Quthb, Buya Hamka, ‘Aidh al-Qarni, dan Quraish
Shihab sependapat bahwa kematian menurut Al-Quran adalah sesuatu yang pasti. Akan tetapi, tidak
ada yang manusia yang dapat mengetahui kapan kematian akan terjadi. Allah Swt. dalam Al-Quran
hanya menjelaskan tentang adanya perjanjian antara manusia dengan rabb-nya serta proses
penciptaan manusia, namun tidak menjelaskan kapan suatu makhluk akan mati. Al-Quran juga
menjelaskan tentang adanya sebab-sebab sesorang akan mengalami kematian, seperti terbunuh,
sakit, dan kecelakaan. Kesemuanya menjadi cara seseorang menuju kematian.
Apa saja proses kematian? kematian adalah tahap di mana seseorang sudah kehilangan
kemampuan hidupnya yang ditandai dengan:
Pernapasan berhenti.
Tidak ada denyut nadi dan detak jantung.
Tidak ada tekanan darah yang terukur.
Pupil melebar.
Otot-otot tubuh rileks.
Usus dan kandung kemih kosong.
Apakah kematian itu sudah ditentukan? Ajal, adalah salah satu takdir yang sudah
ditentukan oleh Allah SWT bahkan sebelum manusia tersebut dilahirkan. Abi Quraish mengatakan,
“Hidup manusia ada ajalnya, ada batas akhirnya. Waktu hidupnya di dunia berakhir tanggal sekian,
nah itu diketahui oleh Allah.”
Apa saja tanda-tanda menjelang kematian? Tanda-Tanda Seseorang Mendekati Ajal, Apa
Saja? Nafsu makan berkurang, Banyak tidur, Menjadi kurang bersosialisasi, Tanda-tanda vital
berubah, Jarang ke toilet, Otot melemah, Penurunan suhu tubuh.
Kematian contoh dari takdir apa? Takdir mubram. Misalnya, takdir soal kelahiran
seseorang, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat. Di samping itu, contoh takdir mubram
mencakup segala musibah dan bencana yang terjadi di muka bumi.
4. C. HIKMAH
Berita tentang kematian atau wafatnya seseorang adalah suatu hal yang biasa dan sering kita
dengar. Kabar wafatnya para tokoh masyarakat, cendikiawan, ulama, karib kerabat, sahabat dan
handai taulan datang silih berganti dari waktu ke waktu. Terlebih beberapa waktu lalu, saat pandemi
mencapai puncaknya di negeri ini, kematian seolah begitu dekat di sekeliling kita. Banyak orang-
orang yang kita cintai meninggal dunia tiba-tiba. Bagaimana pun, semua tentu tak lepas dari kuasa
dan takdir Allah, Penguasa dan Pengatur semesta raya. Selain bersabar dan ikhlas akan ketetapan
Allah, kita juga semestinya harus mampu mengambil pelajaran dan ‘ibrah dari peristiwa kematian
ini. Rasulullah n bersabda: Kafa bil mauti wa’izhan, “Cukuplah kematian sebagai pemberi
nasihat”. (H.R. Baihaqi)
Nasihat dari Kematian
Ada beberapa nasihat dari peristiwa kematian yang dapat kita ambil dan kita renungkan sebagai
bahan pelajaran;
Pertama, hidup di dunia ini hanyalah sementara. Semua manusia pasti akan kembali menghadap
Allah ﷻ untuk mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya di dunia ini. Allah ﷻ berfirman:
“Setiap jiwa akan merasakan mati”. (Q.S. Ali Imran [3]: 185). Semua makhluk yang hidup pada
saatnya akan mendapatkan giliran menemui ajal atau kematian. Hanya soal bagaimana, dimana dan
kapan yang menjadi rahasia Allah. Jika kesadaran ini telah tertanam di dalam jiwa, niscaya akan
dapat menumbuhkan dorongan agar kita mulai berbenah. Berusaha untuk terus memperbaiki diri.
Kedua, masih diberikan nikmat kesehatan dan kesempatan. Kesehatan adalah salah satu nikmat
terbesar yang kadang baru disadari betapa berharganya saat seseorang dalam keadaan sakit. Ada
ungkapan hikmah yang menyatakan bahwa kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang
yang sehat yang tidak terlihat kecuali oleh orang-orang yang sakit.
Ketiga, kematian mengajarkan pentingnya menghargai waktu. Ada dua nikmat besar yang sering
dilupakan manusia kata Nabi, yaitu kesehatan dan kesempatan (waktu). Di saat kita sehat dan
memiliki waktu, tentu banyak hal bermanfaat yang dapat kita lakukan. Dan kesempatan itu akan
berakhir ketika kematian datang menjemput. Sehingga mumpung Allah masih memberikan kita
waktu dan kesempatan, marilah kita gunakan dengan baik untuk banyak beribadah dan menebar
manfaat bagi sesama.
Meraih Husnul Khatimah
Setiap Muslim tentu berharap bahwa pada saatnya nanti ketika ajal datang menjemput meninggal
dalam keadaan husnul khatimah. Husnul khatimah bermakna akhir hidup yang baik. Kebalikannya
adalah suul khatimah, akhir hidup yang buruk. Akhir hidup yang baik bagi seorang Muslim sangat
bermakna. Hal itu mengisyaratkan bahwa kelak di akhirat ia akan memperoleh ridha Allah,
kebahagiaan dan surga-Nya.
Sehingga baik sekali kita sering berdoa, memohon kepada Allah agar dikaruniai anugerah husnul
khatimah. Misalnya dengan sering-sering membaca doa berikut; Allahumma innii asaluka husnal
khatimah, wa audzubika min suuil khatimah. “Ya Allah, hamba bermohon kepada-Mu karuniakanlah
hamba akhir kehidupan yang baik. Dan hamba berlindung kepada-Mu dari akhir kehidupan yang
buruk”. Itu salah satu contoh redaksi doa memohon husnul khatimah yang dapat kita amalkan.
5. Di dalam hadits Nabi disebutkan ada beberapa keadaan dan tanda-tanda seseorang wafat dalam
keadaan husnul khatimah;
Pertama, ketika seseorang mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayatnya. Nabi ﷺ bersabda;
“Barangsiapa yang di akhir hidupnya mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah niscaya ia masuk
surga”. (HR. Abu Dawud). Wajar jika Allah ﷻ memberikan kemuliaan bagi mereka yang menutup
hidupnya dengan membawa kalimat tauhid tersebut. Nabi ﷺ bersabda: “Iman memiliki enam puluh
atau tujuh puluh lebih cabang. Cabang tertinggi dari iman adalah kalimat Laa ilaaha illallaah (tiada
Tuhan selain Allah). Cabang yang terendah adalah menyingkirkan hal yang dapat menyakiti dari
jalan. Dan malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhari).
Kedua, ketika seseorang mengakhiri hidupnya dalam keadaan sedang beramal shalih. Misalnya ia
wafat dalam keadaan sedang berpuasa, shalat, sedekah, membaca al-Quran, menunaikan ibadah
haji dan seterusnya. Orang yang wafat saat sedang menunaikan ibadah dan ketaatan disebutkan
dalam makna hadits shahih riwayat Imam Ahmad sebagai kematian yang husnul khatimah.
Ketiga, orang yang mati syahid. Nabi menyatakan bahwa orang yang meninggal dalam keadaan
syahid adalah calon penghuni surga. Ada beberapa macam keadaan yang dinilai sebagai mati syahid.
Rasulullah bersabda; “Syahid ada tujuh macam selain yang gugur di jalan Allah. Orang yang mati
karena penyakit tha’un (wabah menular) adalah syahid. Orang yang mati tenggelam syahid. Orang
yang mati karena penyakit perut syahid. Orang yang mati terbakar syahid. Orang yang mati karena
tertimpa bangunan syahid. Wanita yang gugur di saat melahirkan ia syahid”. (H.R. Abu Dawud). Juga
disebutkan dalam riwayat hadits lain; “Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya,
jiwanya dan keluarganya maka ia mati syahid”. (H.R. Tirmidzi).
Keempat, orang yang dikenal shalih saat hidupnya dan ia pun meninggal dalam keadaan istiqamah
iman dan Islamnya. Hidupnya senantiasa diisi dengan ketakwaan dan amal kebaikan. Maka insya
Allah ia husnul khatimah, meskipun secara zhahir mungkin tidak memiliki tanda-tanda spesifik saat
wafatnya. Juga terhitung husnul khatimah seorang muslim yang wafat dalam keadaan diuji dengan
sakit, dan ia husnuzhan serta bersabar atas ketetapan-Nya. Pada hakikatnya sakit yang menimpa
seorang muslim adalah ujian. Ia akan menghapus dosa-dosanya dan meninggikan derajatnya
manakala ia sabar dan ridha atas ketetapan-Nya. Wa Allâhu a’lam.
6. D. JENIS-JENIS
Dalam Islam, terdapat istilah mati syahid. Seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan syahid
dianggap memiliki keistimewaan. Beragam keistimewaan yang berlaku bagi seseorang yang mati
syahid beragam, tergantung jenisnya.
Terdapat tiga macam mati syahid menurut Islam, yaitu syahid di dunia dan akhirat, syahid di dunia,
dan syahid di akhirat. Ketiganya terdiri dari beberapa jenis sebab. Mengutip kanal Muhammadiyah,
berikut adalah beberapa jenis orang yang meninggalnya disebut dengan mati syahid.
1. Orang yang terbunuh di jalan Allah
Orang yang terbunuh di saat berperang disebut mati syahid. Namun, yang termasuk dalam golongan
mati syahid bukan hanya mereka yang terlibat dalam peperangan saja. Sabilillah atau kemuliaan
dalam pengertian umum sangat luas. Kondisi tersebut berlaku bagi siapapun yang meninggalnya
karena menempuh amalan dan mengharap keridhaan Allah.
2. Orang yang mati di jalan Allah
Orang yang mati di jalan Allah ada banyak. Misalnya, seseorang yang meninggalnya karena sebab
menuntut ilmu, meninggal saat mengalami kecelakaan di perjalanan berdakwah, meninggal ketika
sedang dalam agenda dakwah, maupun penegak hukum yang sedang memberantas dan mengatasi
kemaksiatan.
3. Orang yang meninggal karena wabah
Rasulullah bersabda tentang penyakit tha’un adalah sebab seseorang mati syahid. Sehingga, mereka
yang meninggal dalam keadaan beriman dan tertular penyakit atau wabah tertentu dianggap mati
syahid.
Hal itu seperti yang ditulis Dosen Program Studi Ilmu Hadits UIN Sunan Kalijaga Dr. Agung Danarto
dalam sebuah artikel. “Siapa yang mati karena suatu wabah penyakit, juga syahid.”
4. Orang yang mati karena sakit perut
Menurut Imam An-Nawawi, orang yang meninggalnya karena terdapat penyakit di perutnya, baik
karena sebab tenggelam, melahirkan, atau yang lainnya dianggap sebagai mati syahid. Seperti dalam
Hadits Riwayat Muslim, “Barang siapa yang mati karena ada penyakit dalam perut maka ia syahid.”
5. Orang yang meninggal karena tenggelam
Dalam hadis riwayat Abu Dawud menjelaskan jenis-jenis mati syahid yang salah satunya adalah
meninggal karena tenggelam.
6. Tertimpa benda keras
Orang yang sebab meninggalnya karena tertimpa benda keras disebut mati syahid. Pengertian benda
keras di sini termasuk tertimpa pohon, tertimpa batu karena longsor, tertimpa pesawat, rudal,
tertimpa rumah karena gempa, material gedung tinggi, dan sebagainya.
7. Orang yang mati terbakar
Dalam hal ini, orang yang sebab meninggalnya karena terbakar juga disebut mati syahid. Terbakar
seperti yang dimaksud termasuk rumahnya mengalami kebakaran, kompor meledak, kendaraannya
terbakar, atau terbakar karena kecelakaan kerja.
7. 8. Orang yang meninggal karena melahirkan
Seorang wanita yang saat hamil atau ketika proses persalinan berlangsung dia meninggal dianggap
mati syahid.
9. Orang yang meninggal karena membela hartanya
Maksud dari poin ini sering disalah artikan. Maksudnya adalah seseorang yang tewas saat hendak
mempertahankan harta dan hak miliknya dari berbagai ancaman seperti pencurian, perampokan,
perampasan, penipuan, dan lain-lain disebut mati syahid.
10. Orang yang mati karena membela agama dan keluarga
Orang yang mati terbunuh karena sebab membela agama, keturunan, dan anggota keluarganya
dianggap mati syahid. Seperti yang disebut dalam hadis riwayat At-Tirmidzi,
“Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh
karena membela agamanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya
(jiwanya) maka ia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka ia
syahid.”
8. KESIMPULAN
Hidup di dunia ini hanyalah sementara masih diberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kematian
mengajarkan pentingnya menghargai waktu. Mempebanyak doa: Allahumma innii asaluka husnal
khatimah, wa audzubika min suuil khatimah. “Ya Allah, hamba bermohon kepada-Mu karuniakanlah
hamba akhir kehidupan yang baik. Dan hamba berlindung kepada-Mu dari akhir kehidupan yang
buruk”. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang beriman yang senantiasa mempersiapkan
bekal untuk kehidupan diakhirat sehingga kita bisa mati dengan husnul khatimah. Mati dengan rida
dari Allah Swt. Mati dengan bekal yang sudah cukup untuk kita berjuang diakhirat. Sebagaimana
bunyi ayat 27-30 dalam surah Al-Fajr, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah
kedalam surga-Ku”
9. TUGAS MAKALAH MATERI TENTANG KEMATIAN
ULANGAN HARIAN
DISUSUN OLEH
Nama: Rinjani Nadiah Putri
Kelas: XI TJKT 4
NIS: 40152
Guru Pembimbing: Riko S.Ag
Program Keahlian: Teknik Komputer dan Jaringan
SMK NEGERI 2 PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN
2022/2023