Khutbah ini membahas tentang kesiapan untuk menghadapi kematian dan persiapan menuju akhirat. Ayat-ayat Alquran dan hadis ditampilkan untuk mengingatkan bahwa kematian adalah takdir yang tidak terelakkan dan hanya amal shaleh yang dapat dibawa di hari kiamat. Umat diminta untuk selalu bertaubat, meningkatkan iman dan taqwa, serta meninggalkan ketergantungan pada dunia.
2. KHUTBAH I
Maasyiral Muslimin Muslimah rahimakumullah.
Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-
kata syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mencurahkan kenikmatan- kepada
kita sehingga kita berkumpul dalam majelis ini. Kita realisasikan rasa syukur kita dengan
melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah semuanya,
marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan
merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Kehidupan seseorang di dunia ini dimulai dengan dilahirkan-nya seseorang dari rahim ibunya.
Kemudian setelah ia hidup beberapa lama, iapun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak
bisa dihindari, kenyataan sebuah kematian yang akan menjemputnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan
disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang
memperdayakan.” (QS. Ali-Imran: 185)
Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang apabila dibaca mata menjadi berkaca-
kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh
seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui
kematian.
Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang. Suatu
perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita memerlukan
perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu perjalanan yang menentukan
apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.
Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan
pertemuan kita dengan alam akhirat. Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah telah
bersabda:
.
“Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa
dan banyak menangis.” (Mutafaq ‘Alaih)
3. Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan keadaan alam akhirat serta kejadian-
kejadian di dalamnya niscaya kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan
lain yang lebih abadi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).
Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak
ada nilainya di sisi Allah.
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menyempurnakan perjalanan itu, yaitu
dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan marilah kita perbanyak taubat
dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan. Seorang penyair berkata:
Lakukanlah bagimu taubat yang penuh pengharapan. Sebelum kematian dan sebelum
dikuncinya lisan. Cepatlah bertaubat sebelum jiwa ditutup. Taubat itu sempurna bagi pelaku
kebajikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala’ berfirman, artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-
murninya.” (QS. At-Tahrim: 8)
Ingatlah wahai saudaraku.
Di kala kita merasakan pedihnya kematian maka Rasulullah sebagai makhluk yang paling
dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersabda,
.
“Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah, sesungguhnya di dalam kematian terdapat rasa
sakit.” (HR. Bukhari)
Ingatlah di kala nyawa kita dicabut oleh malaikat maut. Nafas kita tersengal, mulut kita dikunci,
anggota badan kita lemah, pintu taubat telah tertutup bagi kita. Di sekitar kita terdengar
tangisan dan rintihan handai taulan yang kita tinggalkan. Pada saat itu tidak ada yang bisa
menghindarkan kita dari sakaratul maut. Tiada daya dan usaha yang bisa menyelamatkan kita
dari kematian.
4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
darinya.” (QS. Qaaf: 19)
Allah juga berfirman, artinya,
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di
benteng yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 78)
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Cukuplah kematian sebagai nasehat, cukuplah kematian menjadi-kan hati bersedih, cukuplah
kematian menjadikan air mata berlinang. Perpisahan dengan saudara tercinta. Penghalang
segala kenikmatan dan pemutus segala cita-cita.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita sendiri, kapan kita akan mati ? Di mana kita akan mati ?
Demi Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui jawabannya, oleh karenanya marilah kita selalu
bertaubat kepada Allah dan jangan kita menunda-nunda dengan kata nanti, nanti dan nanti.
Sidang Jumat yang berbahagia.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita. Apa yang menjadikan diri kita terperdaya dengan
kehidupan dunia, padahal kita tahu akan meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa harta dan
kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa untuk menemui Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Hanya amal shalihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita menemui Allah.
Maka marilah kita tingkatkan amalan shaleh kita sebagai bekal nanti menuju akhirat yang
abadi.
.