LINK DOWNLOAD
http://www.tipspublicspeaking.net/2014/09/download-makalah-kepemimpinan-pdf-gratis.html
Download malakah kepemimpinan gratis ini sekarang. Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Pada dasarnya Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Download Makalah Kepemimpinan Pdf Gratis
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Aminuddin, dkk. 2005. Islam Pengetahuan dan Teknologi. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Imtihana, Aida, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Konsep Dasar dan Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisasi, Profesion...Mu'tiah Silmi
Bismillahirrahmanirrahim :) selamat belajar
1. Pengertian Profesi
Menurut Yeni, 2006:
Dalam arti sempit: Profesi berarti kegiatan yg dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan se-kaligus dituntut daripadanya pelaksa-naan norma-norma sosial dengan baik. Profesi berasal dari kata Latin: Proffessio yg mempunyai dua arti: yaitu janji/ikrar dan pekerjaan Dalam arti Luas: Profesi berarti kegiatan apa saja dan siapa saja utk memperoleh nafkah yg dilakukan dgn suatu keahlian tertentu
PENGERTIAN PROFESI: Profesi adlh bidang pekerjaan yg dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, Kejuruan, dsb). Dalam kamus besar bahasa Indonesia Profesi biasa diartikan sbg suatu bidang pekerjaan yg didasarkan pada keahlian tertentu Secara Istilah Profesi adlh merupakan pekerjaan yg menuntut kemampuan intelektual khusus yg diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yg bertujuan utk menguasai keterampilan atau keahlian dlm melayani atau memberikan advis pada orang lain dgn menerima upah atau gaji dlm jumlah tertentu Sudarwan Danim dgn merujuk pendapat Howard M. Vollmer dan Donald Mills.
Kata Profesi dapat diketahui dari tiga sumber makna:
1. Makna ETIMOLOGI: secara etimologi berasal dari bhs Inggris Profesion atau bhs Latin Profecus/professio; yg berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dlm mengerjakan pekerjaan tertentu. Sumber makna Profesi
2. Makna TERMINOLOGI: berarti sebagai suatu pekerjaan yg mensyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yg ditekankan pd pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Yaitu pekerjaan yg mensyaratkan pengetahuan teoretis sebagai instrumen utk melakukan pekerjaan praktis.
3. Makna SOSIOLOGI: Profesi menunjukkan suatu kepercayaan, bahkan suatu keyakinan, atas suatu kebenaran, atau kredibilitas seseorang, dan menunjukan suatu pekerjaan atau urusan tertentu.
2. Pengertian Profesional
Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 Ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesional berarti persyaratan yang memadai sebagai suatu profesi. Pekerjaan professional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan keahlian dan keterampilan khusus dalam melaksanakan profesinya.
Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 1988).
Pengertian professional dikatakan sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalakannya, dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir) (Tilaar, 1999).
Profesional berasal dari kata sifat yang berarti sangat mampu melakukan suatu pekerjaan. Sebagai kata benda, lanjutan di download aja :)
LINK DOWNLOAD
http://www.tipspublicspeaking.net/2014/09/download-makalah-kepemimpinan-pdf-gratis.html
Download malakah kepemimpinan gratis ini sekarang. Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Pada dasarnya Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Download Makalah Kepemimpinan Pdf Gratis
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Aminuddin, dkk. 2005. Islam Pengetahuan dan Teknologi. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Imtihana, Aida, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Konsep Dasar dan Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisasi, Profesion...Mu'tiah Silmi
Bismillahirrahmanirrahim :) selamat belajar
1. Pengertian Profesi
Menurut Yeni, 2006:
Dalam arti sempit: Profesi berarti kegiatan yg dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan se-kaligus dituntut daripadanya pelaksa-naan norma-norma sosial dengan baik. Profesi berasal dari kata Latin: Proffessio yg mempunyai dua arti: yaitu janji/ikrar dan pekerjaan Dalam arti Luas: Profesi berarti kegiatan apa saja dan siapa saja utk memperoleh nafkah yg dilakukan dgn suatu keahlian tertentu
PENGERTIAN PROFESI: Profesi adlh bidang pekerjaan yg dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, Kejuruan, dsb). Dalam kamus besar bahasa Indonesia Profesi biasa diartikan sbg suatu bidang pekerjaan yg didasarkan pada keahlian tertentu Secara Istilah Profesi adlh merupakan pekerjaan yg menuntut kemampuan intelektual khusus yg diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yg bertujuan utk menguasai keterampilan atau keahlian dlm melayani atau memberikan advis pada orang lain dgn menerima upah atau gaji dlm jumlah tertentu Sudarwan Danim dgn merujuk pendapat Howard M. Vollmer dan Donald Mills.
Kata Profesi dapat diketahui dari tiga sumber makna:
1. Makna ETIMOLOGI: secara etimologi berasal dari bhs Inggris Profesion atau bhs Latin Profecus/professio; yg berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dlm mengerjakan pekerjaan tertentu. Sumber makna Profesi
2. Makna TERMINOLOGI: berarti sebagai suatu pekerjaan yg mensyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yg ditekankan pd pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Yaitu pekerjaan yg mensyaratkan pengetahuan teoretis sebagai instrumen utk melakukan pekerjaan praktis.
3. Makna SOSIOLOGI: Profesi menunjukkan suatu kepercayaan, bahkan suatu keyakinan, atas suatu kebenaran, atau kredibilitas seseorang, dan menunjukan suatu pekerjaan atau urusan tertentu.
2. Pengertian Profesional
Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 Ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesional berarti persyaratan yang memadai sebagai suatu profesi. Pekerjaan professional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan keahlian dan keterampilan khusus dalam melaksanakan profesinya.
Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 1988).
Pengertian professional dikatakan sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalakannya, dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir) (Tilaar, 1999).
Profesional berasal dari kata sifat yang berarti sangat mampu melakukan suatu pekerjaan. Sebagai kata benda, lanjutan di download aja :)
Presentai administrasi pendidikan kelompok 1.
Prinsip dan fungsi administrasi pendidikan.
Prinsip administrasi pendidikan dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Prinsip Efisiensi
2. Prinsip Pengelolaan
3. Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
4. Prinsip Kepemimpinan Yang Efektif
5. Prinsip Kerjasama
sedangkan fungsi dari administrasi pendidikan yaitu dibagi menjadi 6 pokok pembahasan.
1. Pernecanaan
2. Pengorganisasian
3. Pemberi Motivasi
4. Pemberi Inovasi
5. Mengawasi
6. Evaluasi
BAB VII PENDEKATAN DAN ASPEK-ASPEK PENGARUH ADMINISTRASI PEMBANGUNANsalamaummi
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
TUGAS MATA KULIAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
DOSEN PENGAMPU Dr. Bambang Kusbandrijo, MS
Makalah Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran Kelompok 02GitaArya1
Administrasi kurikulum adalah pelayanan program pendidikan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pendidikan. Administrasi kurikulum dapat dimaknai sebagai ukuran yang diterapkan oleh suatu departemen administrasi pendidikan terkait dengan kurikulum konstruksi, pengembangan, dan perbaikan.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Fungsi Administrasi Kurikulum
Sebelum membahas pengertian administrasi kurikulum secara keseluruhan maka dapat
dibahas secara singkat terlebih dahulu tentang pengertian administrasi dan kurikulum
ketika berdiri sendiri-sendiri.
Administrasi
Istilah administrasi berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata yaitu ‘’ad’’ dan
‘’ministare’’. Perkataan ‘’ad’’ berarti ke atau kepada, sedangkan ‘’ministare’’ berarti
melayani, membantu, memimpin. Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi itu
merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subyek tertentu. Dalam pengertian sempit
administrasi diartikan sebagai ‘’Tata – Usaha” yang tugas pokoknya berhubungan erat
dengan pekerjaan tulis menulis di kantor1[1].
Pada umumnya yang dimaksud dengan administrasi adalah proses keseluruhan
penyelenggaraan dari setiap usaha sekelompok manusia yang ingin bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan mendayagunakan segala
sumber secara efisien dan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya
administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling melayani dan mengarahkan
secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan
bersama2[2].
Kurikulum
Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani
kuno, yang berasala dari kata Curir yang artinya pelari, dan Curere artinya tempat berpacu
atau tempat berlomba. Sedangkan Curriculum mempunyai arti ‘’jarak’’ yang harus ditempuh
oleh pelari. Bila dilihat dalam kamus Webster tahun 1812, kurikulum ialah 1) a race course,
a place for running; a charoit. 2) a course, in general; applied particulary to the course of
study in a university. Maksud pengertian kurikulum sebagaimana definisi tersebut
mempunyai dua pengertian yakni suatu jarak untuk perlombaan yang harus ditempuh oleh
para pelari, dan juga diartikan sebagai chariot yaitu semacam kereta pacu pada zaman dulu
yang berupa alat untuk membawa seseorang dari awal atau start hingga finis3[3].
Dalam perkembangan selanjutnya istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan
dan pengajaran, yang dalam konteksnya kurikulum dapat diartikan secara sempit dan luas.
Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang
diberikan di sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman
belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah.
Dengan pengertian luas ini berarti usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar
kepada siswa dalam upaya menghasilkan lulusan yang baik secara kuantitatif maupun
kualitatif tercakup dalam pengertian kurikulum4[4].
1[1] Doloksaribu,dkk, AdministrasiPendidikan,(Surabaya:PenerbitUsahaNasional,1984).h. 2-3
2[2] Diunduhdari : http://rudisiswoyoalfatih.blogspot.com/2012/02/makalah-administrasi-tentang-
kurikulum.html
3[3] SyafruddinNurdin, Guru ProfesionalDan ImplementasiKurikulum,(Jakarta:PenerbitQuantum
Teaching,2005). h.31
4[4] Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung:PTRefikaAditama,2008). h.22
2. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”5[5].
Administrasi Kurikulum
Setelah mengetahui akan pengertian masing-masing dari administrasi dan kurikulum,
maka dapat dibahas pengertian kurikulum secara keseluruhan.
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu
terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan6[6].
Dalam kaitannya dengan hal ini, pada tingkat sekolah apapun yang menjadi tugas
utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi peserta
didik. Karena pada dasarnya pengelolaan atau manajemen pendidikan fokus terhadap segala
usahanya pada praktek belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya
segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah atau lembaga pendidikan
senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.
Dalam kaitannya dengan kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan
kurikulum, diantaranya adalah 7[7]:
Kurikulum merupakan inti pokok yang menjadi substansi kegiatan di sekolah. Kurikulum
berisi perencanaan kegiatan belajar serta tujuan yang akan dicapai.
Kurikulum dipandang sebagai suatu sistem yang meliputi sistem sekolah, sistem pendidikan
dan bahkan sistem masyarakat. Dalam hal ini, tercakup tata laksana perencanaan kurikulum,
pelaksanaan serta evaluasi dan penyempurnaan kurikulum.
Kurikulum sebagai suatu studi yang dikaji oleh para ahli di bidang kurikulum. Dalam kaitan
ini, para ahli kurikulum berupaya melakukan pengembangan dan inovasi di bidang
kurikulum.
Dengan demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum tiada lain adalah berbagai
kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga
kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi kurikulum kemudian dikembangkan,
sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang
diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum menghendaki agar rumusan
kurikulum benar-benar berangkat dari kebutuhan akan sebuah instrumen yang terencana
dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula.
Sehubungan dengan pengertian dasar kurikulum tersebut, maka fungsi kurikulum
difokuskan pada tiga aspek berikut8[8]:
1. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan, yaitu sebagai alat untuk mencapai
seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur
kegiatan sehari-hari.
5[5] Diunduhdari : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum/
6[6] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro”, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1996).
h. 80.
7[7] Diunduhdari : http://rudisiswoyoalfatih.blogspot.com/2012/02/makalah-administrasi-tentang-
kurikulum.html
8[8] Hafni Ladjid, Pengembangan KurikulumMenuju KurikulumBerbasisKompetensi,(Jakarta:
PenerbitQuantumTeaching,2005).h. 3
3. 2. Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai pemeliharaan proses pendidikan
dan penyiapan tenaga kerja.
3. Fungsi bagi konsumen, yaitu sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan
program pendidikan dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.
B. Landasan Kurikulum
Lebih jauh sebelum kurikulum tersebut direncanakan atau dibuat, ada 3 hal pokok
yang menjadi landasan pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan kurikulum, diantaranya
adalah9[9]:
1. Landasan Filosofis
Dalam pengertian yang sederhana, umumnya filsafat diartikan sebagai cara berfikir
yang radikal dan menyeluruh, yaitu suatu cara berfikir yang mengkaji tentang objek secara
mendalam. Salah satu kajian filsafat adalah tentang hakikat manusia, apa sebenarnya manusia
itu, apa hakikat hidup manusia, dan apa tujuan hidupnya.
Tahap berikutnya filsafat mempersoalkan tentang hidup dan eksistensi manusia,
pandangan hidup manusia, sebagai makhluk beragama, makhluk sosial, dan makhluk yang
berbudaya. Dalam hal ini, kaitannya dengan kurikulum sangat diperlukan terutama dalam
menetapkan arah dan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, berdasarkan atas landasan ini maka pendidikan sebagai segala
upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didiknya harus mampu menjadikan
manusia yang beriman dan bertakwa, berilmu dan beramal serta mengabdi pada nusa dan
bangsa (sesuai dengan pandangan hidup dan asas Pancasila Bangsa Indonesia, atau
sebagaimana yang tertuang dalam GBHN), sehingga bagi guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya yang bertugas sebagai pelaksana, pembina dan pengembang kurikulum
di sekolah dapat mempedomani tujuan pendidikan nasional.
2. Landasan Sosial Budaya
Pendidikan juga merupakan proses sosialisasi dari pewarisan budaya dari generasi
ke generasi selanjutnya dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik
sebagai individu, kelompok masyarakat, maupun dalam konteks yang lebih luas yaitu budaya
bangsa. Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan daya
cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban manusia yang lebih luas dan tinggi, yaitu
manusia yang berbudaya.
Semakin meningkatnya perkembangan sosial budaya manusia akibat majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang merupakan bagian dari budaya itu sendiri, akan
menjadikan tuntutan hidup manusia yang semakin tinggi pula. Untuk itu diperlukan kesiapan
sekolah atau lembaga pendidikan dalam menjawab segala tantangan akibat perkembangan
kebudayaan tersebut. Oleh sebab itu, pendidikan harus dapat mengantisipasinya dengan jalan
menyiapkan peserta didik untuk hidup secara wajar sesuai dengan perkembangan sosial
budaya masyarakatnya. Dalam hal ini diperlukan inovasi-inovasi pendidikan terutama yang
menyangkut kurikulum pendidikan.
Kurikulum pendidikan harus dan sewajarnya pula disesuaikan dengan kondisi
masyarakat saat ini, bahkan harus dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi.
Untuk itu pula guru dituntut dapat membina dan melaksanakan kurikulum, agara apa yang
diberikan kepada peserta didiknya berguna dan relevan dengan kehidupan dalam masyarakat.
3. Landasan Psikologi
9[9] SyafruddinNurdin, Guru ProfesionalDan ImplementasiKurikulum,(Jakarta:PenerbitQuantum
Teaching,2005). h.33-42
4. Pada dasarnya pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan unsur-unsur psikologi,
sebab pendidikan menyangkut perilaku manusia itu sendiri, mendidik berarti merubah
tingkah laku anak menuju kedewasaan. Oleh sebab itu, dalam proses belajar mengajar selalu
dikaitkan dengan teori-teori perubahan tingkah laku anak. Beberapa teori belajar yang dikenal
antara lain :
Teori Behaviorisme
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku. Artinya bahwa peserta didik sebagai organisme yang merespon terhadap stimulus dari
dunia sekitarnya.
Fungsi guru dalam kaitannya dengan teori ini ialah menyajikan stimulus tertentu yang
dapat membangkitkan respon peserta didik berupa hasil belajar yang diinginkan. Untuk
mengatur proses S-R secara sistematis, bahan pelajaran harus dipilah-pilah menjadi butir-
butir informasi, lalu diurut secara tepat, dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang
paling kompleks.
Teori Psikologi Daya
Aliran Psikologi Daya berprinsip bahwa belajar adalah mendisiplinkan dan
menguatkan daya-daya mental dan daya fikir melalui latihan yang ketat. Sebagai contoh bila
otak dikembangkan melalui studi matematika, atau bidang studi lainnya, maka ia akan
mampu mentransfer pelajaran itu kepada bidang yang lainnya, hal ini disebabkan oleh
kemampuan daya pikir dan mentalnya yang berkembang.
Teori Pengembangan Kognitif
Teori ini memandang bahwa kematangan mental berkembang secara berangsur-
angsur dalam individu seseorang sesuai dengan apa yang ada di sekitarnya (lingkungan).
Untuk itu anak harus dibimbing secara berhati-hati dan diberi pelajaran yang sesuai dengan
perkembangan mentalnya, dengan kata lain apa yang diberikan kepada anak didik harus
disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya.
Menurut J. Pieget ada 4 tahap perkembangan kognitif-intelektual, yaitu :
a) Tahap Senso-motoris (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi mulai belajar mengenal dunia luar melalui alat inderanya
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
b) Tahap Pra-operasional (umur 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengenal lingkungannya melalui lambang-lambang
(warna, bentuk, gambar). Dan pada masa pra-operasional telah mulai mengembangkan
persepsi-persepsi melalui pengenalan lingkungan tersebut.
c) Teori Operasional Konkrit (umur 7 – 11 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengenal logika. Artinya anak mulai menggunakan akal
pikirannya dari pada persepsi yang bersifat sederhana.
d) Tahap Operasional (umur 11 tahun ke atas)
Pada tahap ini, anak mulai sanggup berfikir secara abstrak dan dapat memecahkan
masalah secara formal tanpa melihat secara riil objek yang dibahas.
Teori Lapangan (Teori Gestalt)
Para ahli yang menganut aliran ini menganggap anak bukan sekedar sebagai objek
dalam pengajaran, tetapi juga sebagai subjek didik, dengan pengertian lain, anak dianggap
sentral dalam proses tersebut.
Teori ini lebih mementingkan individu anak, oleh karena itu para penganutnya lebih
cenderung kepada pendidikan yang bersifat humanistik dengan memupuk konsep diri yang
positif pada diri anak didik.
Teori Kepribadian
Menurut Freud ada 5 tipe watak yang berpengaruh terhadap pola motivasi individu,
antara lain :
5. a) Tipe a-moral : anak sepenuhnya egosentris, ia memuaskan diri tanpa menghiraukan orang
lain.
b) Tipe expedient : anak egosentris, patuh tanpa memiliki system moral internal dan dengan
demikian dapat memuaskan kebutuhan diri, jadi ia diatur oleh control eksternal.
c) Tipe konformis : anak berusaha memenuhi tuntutan eksternal karena takut tidak mendapat
perhatian dan penghargaan, jadi anak masih belum mempunyai sistem moral internal.
d) Tipe irational conscientious : artinya ia memiliki sistem moral internal tentang yang baik dan
yang buruk, akan tetapi dalam pelaksanaannya ia sangat ketat dan kaku.
e) Tipe altruistik rational : pada saat ini sistem moral anak telah sangat berkembang, ia
menyadari kebutuhan dan keinginan orang lain dan ia sangat sensitif dan rela berkorban
untuk orang lain.
Teori kepribadian ini bertalian erat dengan teori kognitif dan teori lapangan dalam
usaha mengenal peserta didik sebagai individu. Tiap individu berkembang melalui tahapan-
tahapan perkembangan yang antara satu individu dengan individu lainnya berbeda-beda
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
C. Komponen Kurikulum
Kurikulum dalam suatu sekolah mengandung 3 komponen dasar, yaitu komponen
tujuan, isi atau materi, dan komponen organisasi atau strategi.
1. Komponen Tujuan
Pada hakikatnya tujuan kurikulum merupakan tujuan dari setiap program pendidikan
yang akan diberikan kepada anak didik, karena kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Tujuan pendidikan secara umum dijabarkan dari falsafah bangsa, yaitu Pancasila.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Berdasarkan hakikat dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan menjadi tujuan
kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata pelajaran atau
bidang studi sampai kepada tujuan instruksional. Sebelum menetapkan dan menyusun isi
kurikulum, serta strategi kurikulum terlebih dahulu harus ditetapkan rumusan tujuannya,
sebab : a)tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan, b) tujuan menjadi
indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan, dan c) tujuan menjadi pegangan dalam
setiap usaha dan tindakan dari pelaksana pendidikan.
Beberapa sumber yang lazim digunakan dalam menentukan dan menyusun tujuan
kurikulum, antara lain : a) falsafah bangsa, b) strategi pembangunan, c) hakikat anak didik,
dan d) ilmu pengetahuan.
Bila diurutkan tata tingkat tujuan pendidikan itu sebagai berikut10[10]:
a) Tujuan pendidikan nasional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tataran nasional
(sesuai dengan pandangan atau falsafah bangsa yaitu Pancasila, atau secara jelas telah
dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Dalam pencapaiannya dapat berwujud sebagai warga negara berkepribadian
nasional yang bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat, bangsa dan tanah air.
10[10] Hafni Ladjid, Pengembangan KurikulumMenuju KurikulumBerbasisKompetensi,(Jakarta:
PenerbitQuantumTeaching,2005).h. 4-5
6. b) Tujuan institusional, yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat lembaga pendidikan, dalam
pencapaiannya dapat berwujud sebagai tamatan sekolah yang mampu dididik lebih lanjut
menjadi tenaga profesional dalam bidang tertentu dan pada jenmjang tertentu.
c) Tujuan kurikulum, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat tataran mata
pelajaran atau bidang studi, dalam usaha pencapaiannya dapat berwujud sebagai peserta didik
yang menguasai disiplin mata pelajaran atau bidang studi tertentu yang dipelajari.
d) Tujuan instruksional, yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat tataran pengajaran yang
dapat berwujud sebagai bentuk watak, kemampuan berfikir dan berketerampilan teknologinya
secara bertahap.
2. Komponen Isi Atau Materi
Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang
harus diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk
menentukan isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan,
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, selain itu juga tidak terlepas dari kaitannya dengan kondisi anak didik (psikologis
anak) pada setiap jenjang pendidikan tersebut.
Ada beberapa kriteria dalam memilih isi kurikulum yang dapat membantu pada
perancangan kurikulum, antara lain sebagai berikut11[11]:
Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan peserta didik
Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial
Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang komprehensif, artinya mengandung
aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang
Isi kurikulum harus mengandung aspek ilmiah yang tahan uji
Isi kurikulum harus mengandung bahan yang jelas
Isi harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan
disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran
yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi atau materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum
itu dapat dikelompokan menjadi 12[12]:
1. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
3. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
3. Komponen Organisasi Dan Strategi
Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk
melaksanakan suatu kurikulum sekolah, yang meliputi pelaksanaan pengajaran atau
pembelajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara
keseluruhan. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan bagian yang termasuk dalam bidang
garap pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini, maka para
pelaksana (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang pasti, sesuai dengan
11[11] SyafruddinNurdin, Guru ProfesionalDan ImplementasiKurikulum,(Jakarta:Penerbit
QuantumTeaching,2005). h.55
12[12] Diunduhdari : http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/komponen-komponen-
kurikulum.html
7. ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan
menjadi semakin besar.
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik guna
tercapainya tujuan pendidikan atau pembelajaran yang telah di tetapkan13[13]. Organisasi
kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan
berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran,
menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang
akan di sajikan kepada peserta didik serta menentukan peranan pendidik dan peserta diidk
dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu
yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang harus diajarkan kepada peserta didik. Setiap organisasi
kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis
maupun praktis.
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi kurikulum berperan sebagai suatu
metode untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar
yang di selenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru,
peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum.
Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan
struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah pengorganisasian atau
penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan
dengan masalah sistem-sistem pelaksanann kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya sistem
pengalokasian waktu14[14].
Dilihat dari struktur organisasi kurikulum horizontal, ada tiga tipe atau bentuk
kurikulum, yaitu15[15]:
1. Separated Subject Curriculum (Mata Pelajaran Terpisah)
Pada bentuk ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, dimana
antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak
mempunyai kaitan sama sekali, sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang
lingkupnya. Bentuk kurikulum ini dapat digambarkan sebagai berikut:
13[13] Diunduhdari : http://hidayah-cahayapetunjuk.blogspot.com/2012/03/organisasi-
kurikulum.html
14[14] Diunduhdari: http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/komponen-komponen-kurikulum/
15[15] SyafruddinNurdin, Guru ProfesionalDan ImplementasiKurikulum,(Jakarta:Penerbit
QuantumTeaching,2005). h.42-49
8. Dalam hal ini, jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung
pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang
menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, yaitu
berpusat pada bahan pelajaran dari pada child centered yang berpusat pada minat dan
kebutuhan anak. Dari segi ini, jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara
keseluruhan.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari bentuk kurikulum semacam ini, antara
lain :
a) Penyajian bahan pelajaran dapat disajikan atau disusun secara logis dan sistematis.
b) Organisasinya sederhana, dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan dan dilaksanakan.
c) Mudah dievaluasi dan dites.
d) Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
e) Guru mempergunakannya lebih mudah.
f) Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.
g) Lebih tersusun dan sistematis.
Sedangkan kelemahan bentuk kurikulum ini adalah sebagai berikut:
a) Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya sebenarnya tidak relevan dengan
kenyataan sekarang ini, dan tidak mendidik peserta didik dalam menghadapi situasi
kehidupan mereka.
b) Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik
secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan karena hanya berpedoman
pada apa yang tertera dalam buku atau teks.
c) Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik, karena pada kurikulum ini
hanya menyampaikan apa yang dialami manusia pada masa terdahulu dalam bentuk yang
sistematis dan logis.
d) Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani,
perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada
perkembangan intelektual anak.
e) Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena
mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara ulangan dan hafalan, serta kurang
membawa kepada berpikir secara mandiri.
f) Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif, karena hanya
berdasarkan kepada buku yang telah ditetapkan, tanpa mengalami perubahan dan
penyesuaian yang berarti dengan situasi dan kondisi masyarakat yang selalu berkembang
dengan pesat dan dinamis.
2. Correlated Curriculum (Mata Pelajaran Gabungan)
Correlated Curriculum adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya
suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap
memperhatikan ciri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut. Hubungan (korelasi) antar
mata pelajaran tersebut dapat dilakukan secara:
a. Insidental, artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan
mata pelajaran lainnya, sebagai contoh bidang studi IPA juga disinggung tentang Geografi
dan Antropologi.
b. Hubungan yang lebih erat, misalnya suatu pokok permasalahan yang diperbincangkan dalam
berbagai bidang studi.
c. Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan
masing-masing mata pelajaran tersebut, disebut dengan Broad Field.
9. Dalam kurikulum ini dapat dikelompokkan menjadi lima broad field (mata pelajaran),
yaitu:
a. Ilmu pengetahuan sosial, peleburan dari mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, civic hukum,
ekonomi dan sejenisnya.
b. Bahasa, peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,
menyimak, dan pengetahuan bahasa.
c. Ilmu pengetahuan alam, peleburan dari mata pelajaran ilmu alam, ilmu hayat, ilmu kimia,
dan kesehatan.
d. Matematika, peleburan dari berhitung, aljabar, ilmu ilmu ukur, sudut, ruang, bidang, dan
statistik.
e. Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat, dan seni drama.
Bentuk broad field curriculum tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut ini:
Bentuk broad field curriculum tersebut mempunyai beberapa keuntungan atau
kelebihan diantaranya sebagai berikut:
a. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, dimana dalam pelajaran
yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu.
b. Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai
bidang studi.
c. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mendalam dengan penguraian dan
penjelasan dari berbagai bidang studi.
d. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional.
e. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip dari pada pengetahuan
(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Adapun kelemahan dari bentuk kurikulum ini adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat
peserta didik, demikian juga masalah-masalah yang dikemukakan tidak berkenaan secara
langsung dengan kehidupan sehari-hari yang dialami peserta didik.
b. Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata
pelajaran.
c. Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
10. d. Kebanyakan diantara para guru tidak atau kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga
dapat mengaburkan pemahaman peserta didik.
3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Dalam Integrated
Curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya suatu
masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu.
Contoh bentuk kurikulum ini dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut:
Kurikulum ini mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat, sebagai berikut:
a. Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat.
b. Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar.
c. Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat.
d. Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja
sendiri, dan memikul tanggung jawab bersama dan bekerja sama dalam kelompok.
e. Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan atau kemampuan individu, minat dan
kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.
Sedangkan kelemahan-kelemahan Integrated Curriculum ini adalah sebagai berikut:
a. Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini.
b. Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
c. Terlalu memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah setiap
tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi atau materinya.
d. Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum.
e. Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
f. Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum
tersebut.
11. Sedangkan dilihat dari struktur oraganisasi kurikulum vertikal dapat dilaksanakan
melaui16[16]:
1. Sistem kelas, dimana kenaikan kelas diadakan setiap program secara serempak.
2. Sistem tanpa kelas, perpindahan dari dari satu tingkat program ke tingkat program
berikutnya, yang mana dapat dilakukan tanpa harus menunggu teman-teman yang lain.
3. Sistem campuran (gabungan antara sistem kelas dan tanpa kelas).
Selanjutnya dalam struktur vertikal ini tercakup pula sistem unit waktu yang
digunakannya. Misalnya apakah sistem semester atau caturwulan.
Akhirnya struktur program ini menyangkut pula penjadwalan dan pembagian waktu
untuk masing-masing bidang studi atau isi kurikulum pada setiap tingkat atau kelas.
D. Dasar-dasar Dan Prinsip-prinsip Perencanaan Serta Pengembangan Kurikulum
Perencanaan kurikulum hendaknya didasarkan atas faktor-faktor di bawah ini17[17]:
1. Tujuan Pendidikan
Dalam tujuan pendidikan terkandung nilai-nilai yang ingin dicapai. Hal ini
menunjukkan bahwasannya nilai-nilai tersebut harus tertanam di dalam jiwa peserta didik,
yang kemudian harus diwujudkan dalam tingkah laku. Sarana untuk menanamkan nilai-nilai
tersebut adalah kurikulum. Oleh sebab itu, kurikulum harus benar-benar direncanakan sesuai
dengan nilai yang tersebut. Jadi, perencanaan kurikulum harus bersumber dari tujuan
pendidikan, sehingga dengan kata lain tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam perencanaan kurikulum.
2. Masyarakat
Masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
penyusunan kurikulum. Hal tersebut disebabkan karena peserta didik berada di tengah-tengah
masyarakat, dan lembaga pendidikan didirikan oleh masyarakat dengan harapan agar sekolah
dan peserta didik dapat menyumbangkan baktinya untuk memajukan masyarakat, dan agar
peserta didik kelak dapat hidup di dalam masyarakat tersebut sesuai dengan tuntutan
masyarakat.
Jadi, sebelum menyusun kurikulum, sekolah haruslah lebih dahulu menyelidiki akan
berbagai hal, yaitu:
Norma-norma, adat kebiasaan, pengetahuan-pengetahuan, kepercayaan-kepercayaan, sikap,
cara bertingkah laku, yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Lapangan-lapangan kehidupan (areas of living) yang ada dan yang akan ada di dalam
masyarakat tersebut serta pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh setiap
lapangan penghidupan.
Dengan demikian, dapatlah kurikulum disusun sesuai dengan situasi, tuntutan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
16[16] Hafni Ladjid, Pengembangan KurikulumMenuju KurikulumBerbasisKompetensi,(Jakarta:
PenerbitQuantumTeaching,2005).h. 7
17[17] Doloksaribu,dkk, AdministrasiPendidikan,(Surabaya:PenerbitUsahaNasional,1984).
h. 34-37
12. 3. Peserta Didik
Dalam hal peserta didik ini tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya.
Karena setiap anak merupakan pribadi tersendiri, maka setiap anak harus mempunyai
kurikulum sendiri-sendiri, sesuai dengan bakat, minat kebutuhan, tingkat kecerdasan dan cita-
citanya.
Jadi prinsipnya ialah bukan anak yang harus menyesuaikan diri kepada kurikulum,
melainkan kurikulumlah yang harus disesuaikan kepada masing-masing anak.
Dengan demikian, sebelum menyususn suatu kurikulum sekolah, haruslah lebih
dahulu diselidiki minat, kebutuhan, bakat, tingkat kecerdasan, cita-cita, latar belakang sosial
dari masing-masing anak.
Setelah ditinjau tiga faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan kurikulum,
maka berikut dapat dipaparkan tentang prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.
Menurut Sudirman. S prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip Orientasi Pada Tujuan
Semua kegiatan pendidikan (belajar mengajar) dalam hubungannya dengan
pelaksanaan kurikulum yang telah disusun, harus seuai dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
2. Prinsip Relavansi
Yang dimaksud dengan prinsip relevansi adalah kesesuaian antara pendidikan
dengan tuntutan kehidupan. Prinsip relevansi pendidikan dengan kehidupan, sekurang-
kurangnya terdapat tiga segi yang harus sesuai (relevan),
yaitu relevansi pendidikan dengan lingkungan siswa, relevansi pendidikan dengan kehidupan
sekarang dan yang akan datang, dan relevansi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan.
3. Prinsip Efektifitas
Yang dimaksud prinsip efektifitas dalam pendidikan adalah sampai sejumlah mana
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pendidikan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Prinsip efektivitas pendidikan dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu efektivitas mengajar guru dan efektiviktas belajar murid.
4. Prinsip Efisiensi
Yang dimaksud dengan prinsip efisiensi dalam pendidikan yaitu seimbangnya usaha
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan hasil yang dicapai oleh lulusan atau
peserta didik. Dalam pengembangan kurikulum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip
efisiensi ini adalah waktu yang
digunakan, tenaga yang dikeluarkan, peralatan dan biaya yang dikeluarkan sedapatnya dapat
mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan.
5. Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur atau tidak kaku dalam memberikan kebebasan
bertindak. Dalam kurikulum pengertian tersebut dimaksudkan kebebasan dalam memilih
program-program pendidikan bagi murid dan kebebasan dalam mengembangkan program
pendidikan bagi para guru.
6. Prinsip Integritas
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip integritas (keterpaduan),
perencanaan integritas ini bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-
unsurnya. Pelaksanaan integritas ini melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah
maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi
yang bulat dan utuh. Disamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses
pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
7. Prinsip Sinkronisasi
13. Implikasi prinsip ini mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler seirama, searah
dan satu tujuan. Sehingga jangan samapai terjadi suatu kegiatan kurikuler yang menghambat,
berlawanan, atau mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya.
8. Prinsip Kesinambungan (Kontuinitas)
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-aspek,
materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama
lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak
jelas alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
9. Prinsip Objektifitas
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler dilakukan dengan
kegiatan catatan kebenaran ilmiah dengan mengenyampingkan pengaruh-pengaruh emosional
dan irasional.
10. Prinsip Demokrasi
Implikasi prinsip ini ialah mengusahakan agar dalam penyelenggaraan pendidikan
dikelola dan dilaksanakan secara demokrasi.
Ada beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum, yaitu18[18]:
1. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan pengajaran
2. Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran
Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran dilakukan, apabila bahan pelajaran
dalam suatu kurikulum sudah tidak sesuai dengan tujuan pendidikan, tidak sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan siswa dan atau sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Adapun langkah-langkah atau tahapan dalam pengembangan kurikulum ini dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Pengembangan Tingkat Lembaga
Tahap pengembangan tingkat lembaga ini mencakup:
a. Perumusan Tujuan Institusional (lembaga)
Adalah rumusan tujuan pendidikan yang terdiri dari rumusan pengetahuanketerampila
n dan sikap yang diharapkan dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan
keseluruhan program pendidikan pada suatu sekolah tertentu.
b. Penetapan Isi Dan Struktur Program
Adalah penetapan bidang-bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan penetapan struktur program mencakup :
1. Jenis program pendidikan (umum, akademis, keguruan, kejuruan, spesialisasi)
2. Sistem dan jumlah kelas serta unit waktu yang digunakan.
3. Jumlah bidang studi yang diajarkan perminggu atau perhari.
4. Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi perminggu atau perhari
c. Penyusunan Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Langkah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan, meliputi :
1. Melaksanakan pengajaran
2. Mengadakan penilaian
3. Mengadakan bimbingan dan penyuluhan
4. Melaksanakan administrasi dan supervisi
2. Tahap Pengembangan Setiap Bidang Studi
18[18] Hafni Ladjid, Pengembangan KurikulumMenuju KurikulumBerbasisKompetensi,(Jakarta:
PenerbitQuantumTeaching, 2005).h. 14
14. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan setiap program bidang
studi ini, meliputi:
a. Merumuskan tujuan kurikuler
b. Merumuskan tujuan pengajaran (instruksional)
c. Menetapkan pokok bahasan atau sub pokok bahasan
d. Menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
3. Tahap Pengembangan Program Pengajaran Di Kelas
Tugas guru dalam rangka mengembangkan program pengajaran adalah :
1. Menetapkan satuan bahasan dari bahan pengajaran yang tercantum dalam GBPP.
2. Mengembangkan program pengajaran untuk masing-masing satuan bahasan yang nanti akan
dilaksanakan di kelas.
E. Kegiatan Administrasi Kurikulum
Secara operasional kegiatan administrasi kurikulum dapat di identifikasikan menjadi
tiga kegiatan pokok yakni19[19];
1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pendidik
2. Kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik
3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika
warga sekolah
Disamping itu, kegiatan lain yang menyangkut administrasi kurikulum yakni;
kegiatan yang menyangkut proses belajar mengajar (PBM), karena kegiatan ini erat kaitannya
dengan ketiga kegiatan pokok di atas. Untuk lebih memahami apa dan bagaimana sebenarnya
kegiatan administrasi itu, dapat dilihat dari uraian dibawah ini.
1) Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pendidik
A. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program pengajaran, dan ketentuan
tentang beban mengajar wajib guru.
B. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran.
Ada tiga jenis jadwal pelajaran untuk guru, yaitu:
1. Jadwal pelajaran kurikuler
Disusun secara edukatif oleh guru atau tim guru dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan akademik seperti:
a) Keseimbangan berat atau ringannya bobot pelajaran setiap hari.
b) Pengaturan mata pelajaran mana yang perlu didahulukan, ditengah atau
diakhir pelajaran, seperti olahraga, matematika, kesenian dan seterusnya.
c) Mana pelajaran yang bersifat pratikum, PKL, PPL dan sebagainya.
2. Jadwal pelajaran ko-kurikuler
Disusun secara strategik sesuai situasi dan kondisi individual atau
kelompok peserta didik sehingga dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan serta
mencerna materi pelajaran secara efektif dan efisien.
3) Jadwal pelajaran ekstra-kurikuler
Disusun diluar jam pelajaran kurikuler dan progran ko-kurikuler,
biasanya bersifat pengembangan ekspresi, hobi, bakat serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
dapat menunjang PBM.
C. Tugas guru dalam kegiatan PBM
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting.
Guru menentukan segalanya, mau diapakan siswa, apa yang harus dikuasai siswa dan sejauh
19[19] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro”, (Jakarta:PT Rineka Cipta,
1996).h. 83
15. mana keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran, semuanya tergantung guru. Dengan
demikan, para guru harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Membuat desain instruksional
Desain instruksional adalah suatu perencanaan pengajaran yang menggunakan pendekatan
sistem, atau pengajaran dianggap sebagai sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang
saling berinteraksi dan saling berhubungan satu sama lain, untuk mencapai suatu tujuan.
2. Melaksanakan pengajaran, termasuk strategi pengelolaan kelas
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal
yang dapat mengganggu suasana belajar mengajar. Pengelolaan kelas disini bisa berupa
strategi fisikal dan nonfisikal.
a) Strategi fisikal, pengelolaan kelas yang lebih memperhatikan kesuksesan
PBM yang ditunjang dengan kondisioning lainnya.
b) Strategi nonfisikal, pengelolaan kelas yang lebih mengarah pada
kesuksesan PBM yang ditunjang dengan kondisioning jiwani atau emosional.
3. Mengevaluasi hasil belajar
Salah satu aspek pokok dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah mengevaluasi
sejauh mana terjadinya prestasi belajar siswa melalui latar belakang serta faktor-faktor lain
yang mungkin mempengaruhinya.
2) Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik atau siswa
Demi suksesnya proses belajar mengajar, seorang siswa atau peserta
didik harus kreatif dalam menyusun jadwal, kapan waktu belajar dan kapan
waktu untuk bermain atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
3) Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademis
Merupakan kegiatan untuk mensinkronisasi segala kegiatan sekolah, yang
kurikuler, ekstra- kurikuler, akademik atau non-akademik, hari libur dan
sebagainya.
Adapun Kegiatan yang menyangkut proses belajar mengajar (PBM):
a. Penyusunan rencana kerja tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan.
b. Penyusunan jadwal pelajaran.
c. Penyusunan jadwal ulangan dan ujian.
d. Penyusunan daftar buku dan alat pelajaran yang akan digunakan dalam
berbagai kegiatan belajar.
e. Penyusunan norma penilaian.
f. Pencatatan dan pelaporan hasil-hasil kegiatan dan prestasi belajar siswa.
g. Penyusunan rencana dan kegiatan “belajar di dalam sekolah” dan “belajar di
luar sekolah”.