Dokumen ini membahas rencana pelaksanaan program pengembangan budaya keberagamaan di SMK Negeri 1 Sorong, Papua Barat. Program ini bertujuan untuk membentuk sikap dan kepribadian peserta didik melalui pengalaman beragama secara langsung. Rencananya meliputi kegiatan rutin seperti shalat berjamaah dan kegiatan insidental seperti kunjungan ke pesantren. Diperlukan dukungan sarana seperti tempat ibadah dan sumber daya man
Kata berasal dari bahasa latin yang artinya saling
Memukul.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan sebagai
Percekcokan, perselisihan atau pertentangan.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan
Atau membuatnya tidak berdaya.
seni musik, pengertian seni musik, fungsi musik, jenis musik, genre musik, makna dan peranan musik tradisional nusantara, makna dan peranan musik nontradisional nusantara
Mengenai pengertian, fungsi, tipe dari terminal khususnya untuk terminal penumpang serta terminal barang serta fasilitas-fasilitas yang ada di terminal.
Kata berasal dari bahasa latin yang artinya saling
Memukul.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan sebagai
Percekcokan, perselisihan atau pertentangan.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan
Atau membuatnya tidak berdaya.
seni musik, pengertian seni musik, fungsi musik, jenis musik, genre musik, makna dan peranan musik tradisional nusantara, makna dan peranan musik nontradisional nusantara
Mengenai pengertian, fungsi, tipe dari terminal khususnya untuk terminal penumpang serta terminal barang serta fasilitas-fasilitas yang ada di terminal.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
1. 0
Almt : Jl. Pendidikan Km. 8 Sorong – Papua Barat, Telp. (0951) 321550
2. 1
Proyek : Aklivasi Pengalaman Beragama Siswa
Tempat/lokasi : SMK Negeri 1 Sorong – Papua Barat
Alamat : Jl. Pendidikan Km. 8 Sorong – Papua Barat
Pelaksana : Drs. Arbangi
A. Latar belakang
Pendidikan agama di sekolah bukan hanya melalui pengajaran
ilmu pengetahuan (kognitinif) saja di dalam kelas , bersifat normatif,
tekstual, deduktif saja. Pembelajaran agama yang terpenting adalah
pembentukan sikap dan kepribadian yang dilakukan melalui pembiasaan
melalui berbagai pengalaman secara langsung, dengan menghadapkan
peserta didik pada situasi-situasi praktis.
Konteks dari kata pendidikan adalah pemberilan latihan,
pembinaan dan pembiasaan, bukan pemberian pengetahuan. Pembentukan
sikap dan/ atau kepribadian peserta didik melalui pembelajaran Agama
Islam di sekolah-sekolah umum jauh lebih penting dari sekedar membekali
dengan pengetahuan keagamaa. Sedangkan materi ajar yang berkaitan
dengan pengetahuan, hanya sebatas pengenalan, dan peserta didik tidak
ditargetkan untuk menjadi ahli agama.
Pengalaman beragama (Religious experience) adalah sebagai dasar
(langkah utama dan pertama) untuk membawa anak pada kepribadian yang
sadar dalam menjalankan agama (Religious consciousness), dan kemudian
suatu kepribadian / akhlak yang menjadikan agama sebagai sumber
pegangan dalam kehidupannya (Religious reverence).
Pembelajaran pendidikan agama dengan system konvensional,
tidak akan menghasilkan yang berarti, baik pengetahuan agama maupun
pembentukan sikap/perilaku. Hal demikian dapat dianlisa dari rasio antara
, jumlah 2 (dua) jam belajar agama yang tersedia/ Minggu : jumlah peserta
didik: muatan kurikulum, standar kompetensi dan kompetensi dasar:
3. 2
jumlah waktu peserta didik bergaul di luar jam agama, dapat diyakini bahwa,
pendidikan agam Islam di sekolah umum tidak akan melahirkan manusia
sebagaimana yang diimpikan.
Penggiatan pengalaman beragama tidak hanya berlaku bagi peserta didik,
melainkan juga bagi seluruh warga sekolah, yaitu pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya. Dengan demikian, dapat dijadikan media untuk
membudayakan agama di lingkungan sekolah.
Pendidikan agama juga perlu bimbingan untuk penghayatan dan
pengamalan (afektif dan psykhomotorik) di luar kelas, yang bersifat empiris dan
humanistis. Bimbingan untuk penghayatan dan pengamalan agama di perlukan
waktu untuk praktek dan pembiasaan amalan agama secara sistematis, perlu juga
di lakukan di luar kelas. Untuk mengembangkan penghayatan dan pengamalan
agama juga diperlukan suasana yang secara tidak langsung menciptakan
pembiasaan (pembudayaan) yang terkontrol di lingkungan sekolah.
B. Permasalahan
1. Mengapa pengembangan budaya Keberagamaan di SMK Negeri 1
Sorong perlu di lakukan?
2. Langkah apa yang diterapkan dalam pembudayaan keberagamaan di
SMK Negeri 1 Sorong bisa berjalan secara efektif dan efisien?
C. Maksud dan Tujuan
1. Pembiasaan melakukan kebersamaan/kerjasama, saling tolong
menolong, saling menghargai dan menghormati, baik antara guru
dengan guru, guru dengan siswa maupun antara sesama siswa, sehingga
tercipta budaya keberagamaan di sekolah dan terwujud sebuah
lingkungan pendidikan yang kondusif.
2. Membiasakan hidup yang penuh dengan kesabaran, istiqamah dan
keikhlasan dalam segenap tindakan atas dasar jalinan ukuwah
4. 3
Islamiyah. serta Terciptanya budaya keberagamaan di sekolah sehingga
akan terwujudlah sebuah lingkungan pendidikan yang kondusif.
3. Terbinanya ukhuwah Islamiyah yang solid, yang tidak lagi memandang
berbagai perbedaan dalam semua hal, baik pangkat/jabatan,
kaya/miskin, tua/muda, dari suku/etnis mana dan lain-lain.
4. Membiasakan peserta didik dan guru untuk selalu berdzikkir, membaca
al-Qur’an, shalat berjama’ah, mendengarkan tausiah tentang pesan-
pesan Islam kepada manusia sebagai makhluk Allah SWT di Bumi.
5. Membiasakan peserta didik maupun guru untuk bersedekah, yang hasil
pengumpulannya dapat dipakai untuk membantu yang pembiayaan
siswa yang miskin, yang mendapat musibah maupun untuk kepentingan
syi’ar Islam, dan hikmah-hikmah lain.
6. Membiasakan peserta didik bermusyawarah, merencanakan dan
melaksanakan program dakwah, dan Terciptanya budaya
keberagamaan di sekolah sehingga akan terwujudlah sebuah
lingkungan pendidikan yang kondusif.
D. Sarana dan prasarana yang diperlukan
1. Tempat ibadah, Luas 225 m2…………..…….………Rp. 300 000 000
2. Tempat wudhu dan kamar mandi , Luas 18 m2………Rp. 30 000 000
3. Sumber air/sumur bor,……………………………….. Rp. 15 000 000
4. Pengeras suara, ……………………………………… Rp. 5 000 000
5. Podium / Mimbar, …………………………………… Rp. 3 000 000
6. LCD Proyektor,……………………………………… Rp. 9 000 000
Total…………………………………………………...Rp. 362 000 000
F. Support (dukungan)
1. Dukungan Guru yang beragama Islam
2. Dukungan kebijakan pimpinan sekolah
5. 4
3. Dukungan Dinas pendidikan / Pemda
4. Dukungan komite sekolah
5. Dukungan pengawas sekolah
6. Dukungan orang tua / wali dan masyarakat lingkungan
7. Dukungan warga sekolah
G. Kesiapan
1. Sarana ibadah dan sarana pendukung belum tersedia
2. Dukungan dari Pemda beserta jajarannya, pimpinan sekolah dan warga
sekolah belum ada.
H. Jenis Kegiatan
Berdasarkan inventarisasi di SMK Negeri 1 Sorong, maka beberapa jenis
kegiatan pengembangan budaya keberagamaan antara lain:
1. Kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap hari (Senin-Kamis) adalah shalat
berjama’ah yang di dalamnya terdapat kegiatan :
a. Tadarus al-Qur’an dan mentoring baca al-Qur’an
b. Dzikir dan do’a (selesai shalat berjama’ah)
c. Kultum (dilakukan oleh siswa) dilanjutkan dengan tanya jawab
2. Kegiatan Insidental terstruktur
a. Kunjungan ke Pesantren dan panti asuhan
b. Bakti social ke Masjid, makam
c. Mengadakan Bazar amal
d. Pesantren kilat
e. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
I. Kerangka teori
a. Konsep dan strategi
6. 5
1). Pada awal tahun pelajaran guru agama mengadakan tes baca al-
Qur’an bagi siswa baru, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui siswa-
siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an, sehingga perlu diadakan
pembinaan secara khusus.
2). Guru agama mempersiapkan bahan ajar dalam bentuk
diktat/modul, atau disusun sebagaimana buku khutbah yang dapat
disampaikan setiap pertemuan oleh guru/siswa, dan disertakan pula bahan
ajar dalam bentuk CD, mengingat siswa banyak berhubungan dengan
computer, serta menyusun materi pelajaran yang akan ditugaskan kepada
peserta didik, dan instrument lainnya yang mendukung kelengkapan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan “ IT” (Teknologi
Informasi).
3). GPAI melakukan penyusunan kegiatan pembelajaran dengan
tetap mempertimbangkan prinsip fleksibilitas, efisiensi dan pragmatisasi
materi ajar. Perangkat lainnya yang harus dipersiapkan, seperti lembar
pengamatan /kontrol-evaluasi ketercapaian hasil.
4). Dalam melaksanakan kegiatan GPAI mengutamakan koordinasi
dan kerjasama dengan guru bidang studi lain (Team Teaching), serta
dengan pihak-pihak lain, seperti masyarakat (tokoh agama dan
masyarakat) serta mana yang dianggap perlu.
5). Pembelajaran agama (bagi yang Islam) dilaksanakan pada
setiap jam shalat Dhuhur/sesuai yang dijadwalkan, dan/ atau jika siswa
berlebihan dapat dilakukan dengan dua tahapan, atau pada jam sebelum
Dhuhur melalui kegiatan shalat “Dhuha” . Sedangkan yang beragama
non-Islam menyesuaikan. Materi pembelajaran meliputi : Tadarus Al-
Qur’an, Shalat Dhuhur berjama’ah, Infaq, Dzikir, Do’a, Kultum
(berkaitan dengan materi ajar yang sudah dikemas secara terstruktur, dan
disampaikan oleh peserta didik sesuai penjadwalan), tanya jawab, diskusi
tentang program, dan lain-lain.
6). Penggunakan pendekatan Teknologi. Teknologi dalam
pembelajaran berperan sebagai unsur penunjang komunikasi dari pemberi
7. 6
pesan kepada penerima pesan, sehingga memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku yang bersumber dari buah pengalaman belajar. Teknologi pendidikan
merupakan pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat
bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar. Teknologi
pendidikan juga sebagai suatu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang
pendidikan, karena belajar mengajar merupakan problema yang harus dihadapi
secara professional, rasional dan ilmiah.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan sebagai salah satu dari berbagai
macam metodologi dalam pemelajaran, yang intinya mencari cara-cara termudah,
efektif dan efisien dalam mentransfer pengetahuan kepada anak didik. Dua makna
yang mendasar tentang teknologi pendidikan, yakni pertama ; Teknologi
pendidikan dimaknai sebagai metode yang di dalamnya memuat berbagai teknik,
pendekatan, penetapan langkah dan waktu, dan unsur-unsur penunjang lainnya
yang relevan utnuk dapat dipergunakan. Dan pengertian seperti ini sudah
berlangsung sejak lama dalam proses belajar mengajar pada lembaga pendidikan.
Kedua ; teknologi dimaknai sebagai suatu cara mengajar dengan menggunakan
alat-alat modern, hasil pengembangan teknologi informasi yang dapat
diformulasikan penggunaannya dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran PAI dengan menggunakan fasilitas IT dapat diprogramkan,
yakni melalui bekerjasama dengan guru KKPI dalam scop yang terbatas. Materi
Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dengan konsep ini cukup
memadai, sehingga pemanfaatan IT pada PAI dapat menggunakan sisipan waktu
pada pelajaran KKPI.
7). Menyiapkan perangkat-perangkat dalam pembelajaran praktis, yakni ;
Perangkat yang disiapkan oleh guru dibantu siswa adalah : absensi, lembar bacaan
Dzikir dan Do’a, dan lembar materi pelajaran yang akan disampaikan oleh siswa
(secara bergilir) yang telah disesuaikan dengan kurikulum yang disusun oleh
satuan pendidikan, serta fasilitas lain yang mendukung. Dalam hal ini guru-guru
dan tenaga kependidikan lainnya yang beragama Islam dapat bersama-sama
melaksanakan sholat berjama’ah, terlibat dalam pengawasan dan lain sebagainya.
b. Problema dan solusinya
8. 7
1). Tidak terpenuhinya sarana dan prasarana ibadah yang ada di
sekolah, solusinya adalah, pertama, sekolah segera mengadakan fasilitas
tersebut dengan bekerjasama dengan berbagai pihak seperti masyarakat
atau orang tua/wali, Departemen Agama, Pemda dan yang lainnya, kedua,
dengan menggunakan fasilitas yang ada di lingkungan sekolah,
bekerjasama dengan masyarakat.
2). Jika jumlah peserta didik terlalu besar, solusinya adalah,
pertama dengan roling, kedua dengan membagi dalam beberapa kelompok
dibawah naungan guru yang diberi tanggung jawab, dan dengan
menggunakan fasilitas ruang kelas, dan/ atau melalui penggiatan shalat
“Dhuha”.
Konsep tersebut di atas sudah mencakup seluruh komponen standar
kompetensi (SK) dan kompepenti dasar (KD) yang disusun BSNP. Dan
konsep ini hanyalah merupakan presepsi yang masih bersifat fleksibel,
bukan suatu tuntutan yang wajib untuk dilaksanakan. Jika kesulitan untuk
melaksanakan karena faktor penunjang lainnya seperti tidak adanya tempat
ibadah, jauh dari tempat ibadah atau yang lainnya, maka jam belajar
agama dapat dikembalikan seperti biasanya, tetap terstruktur 2 jam per
Minggu, dan waktunya disesuaikan.
c. Pertimbangan penyusunan bahan ajar
Mengingat bahwa kebijakan kurikulum yang dicanangkan
pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka pada
dasarnya penyusunan bahan ajar, mutlak dapat dilakukan sepenuhnya oleh
guru bidang studi tanpa harus adanya keterikatan dengan model silabus
yang dibuat BSNP, terlebih lagi dalam penyelenggaraannya.
Hal demikian dapat dilakukan, dan bukan suatu pelanggaran dari
PERMENDIKNAS Pasal 1 ayat 4 yang menyatakan bahwa “Satuan
pendidikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat
satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan DEPDIKNAS bersama unit utama terkait”.
Penutup
9. 8
Demikian perencanaan pelaksanaan “Penggiatan Pengalaman Beragama
Siswa” di SMK negeri 1 Sorong – Papua Barat. Besar harapan akan dukungan
dari berbagai pihak yang terkait demi kesuksesan kegiatan.
Sorong, 14 Mei 2010