4. •
Saya pernah mengajar di salah satu sekolah swasta di desa saya tapi tidak sepenuhnya
sama dengan keadaan di Wayatim. Saat itu saya merangkap mengajar Fisika, Kimia,
dan Kewirausahaan. Persamaan dengan keadaan di Wayatim adalah lingkungannya
yang masih lingkungan pedesaan sehingga segala sesuatunya masih tergolong terbatas,
termasuk sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Dengan keterbatasan tersebut saya berusaha untuk membelajarkan materi
pembelajaran dengan sesederhana mungkin namun tetap bermakna. Seperti di
pelajaran kewirausahaan, saya mengkolaborasi kelas x, xi, dan xii untuk merencanakan
bazar sederhana dengan memperjualbelikan barang yang sudah dipersiapkan. Sehingga
dari sini, siswa dapat belajar lebih terbuka dan mampu melihat, mencari, mengelola dan
menciptakan peluang dengan berpikir kritis dan kreatif untuk menghasilkan ide-ide
inovatif dan juga keterampilan untuk menjalankan ide tersebut dengan pengalaman
5. Saya merasakan cukup prihatin dan sedih dengan kondisi
tersebut. Yang saya tahu, banyak siswa yang rela menempuh jarak
yang jauh hanya untuk bersekolah. Namun sampai di sekolah tidak
banyak yang mereka mampu manfaatkan untuk belajar selain
bersandar pada guru dan buku ajar seadanya. Hal ini mungkin
juga mempengaruhi motivasi belajar siswa tersebut dan
berdampak pada angka putus sekolah yang meninggi.
Namun, di sisi lain, saya cukup bangga memiliki andil bagi siswa
yang masih terus termotivasi untuk datang ke sekolah dengan
riang gembira dan kemauan tinggi untuk dapat memperoleh ilmu di
tengah keterbatasan yang ada.
6. Pendidikan di masa itu jelas berbeda dengan pendidikan saat ini. Dari segi
tujuan, pada masa itu, biasanya alasan orang tua menyekolahkan anaknya
untuk mempelajari ilmu yang belum diketahui dan membentuk sebuah
karakter dari siswa.
Segala sesuatu serba terbatas, mulai dari akses pada pelajaran sekolah
sampai sumber informasi selain guru dan buku ajar. Begitu juga media dan
alat bantu pembelajarannya. Sekalipun tidak semua daerah mengalami hal
demikian.
Selain itu, guru tidak bisa menjadi hanya fasilitator saja namun sudah
mejadi sumber belajar siswa, jadi apapun yang dilakukan guru akan sangat
dicontoh oleh siswa.
namun, justru keterbatasan tersebut tidak menyurutkan beberapa siswa
bahkan justru menjadi lecutan untuk terus maju seperti siswa-siswi di
7. •
• Mengetahui karakteristik siswa dan kelas yang akan diajar. Hal
ini bisa dilakukan dengan tes diagnostik kognitif dan non
kognitif.
• Scaffolding dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk dapat
membangun pemahaman dan menginternalisasi informasi baru
sehingga scaffolding dapat membantu siswa-siswa melewati
ZPD-nya masing-masing. Dalam konteks kegiatan pengajaran
dan interaksi dalam suatu kelas, istilah scaffolding digunakan
sebagai gambaran dimana pengajar memberikan bantuan
sementara kepada siswanya untuk membantu mereka
menyelesaikan tugas atau mengembangkan pemahaman baru,
sehingga pada nantinya siswa diharapkan dapat mengerjakan
8. • Saya siap menerapkan strategi tersebut sebagai scaffolding pada ZPD.
• Alasannya melalui scaffolding ini siswa dapat belajar dari apa yang mereka
ketahui dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian bisa siswa bisa
dikelompokkan berdasarkan karakteristik ZPDnya .
• Penerapan scaffolding pada ZPD ini tentunya bisa memposisikan pengajar
untuk hanya memberikan bantuan sementara kepada siswanya dalam
menyelesaikan tugas atau mengembangkan pemahaman baru, sehingga pada
nantinya siswa diharapkan dapat mengerjakan tugas yang serupa sendiri
tanpa bantuan dari siapa pun.
• Scaffolding menuntut pengajar juga untuk ikut serta dalam memunculkan
motivasi siswa dalam menemukan jawaban atau solusi yang benar dan tepat.
Meski pun terkesan sulit dan rumit tetapi scaffolding dapat memberikan hasil
positif yang memuaskan untuk pemahaman dan juga perkembangan siswa.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16. DARI KOOPERATIF KE BENTUK INDIVIDUAL DARI KEGIATAN
BELAJAR
Mandiri, Namun Tidak Sendiri
Orang dewasa menyajikan model tindakan baru, dan
seorang anak meniru model ini. Setelah serangkaian latihan
dibantu oleh orang dewasa, anak dapat melakukan
tindakan ini sendiri, tanpa bantuan apa pun. Peningkatan
keterampilan secara bertahap ini sering diartikan sebagai
tumbuhnya kemandirian atau, dalam istilah Vygotskian,
sebagai keberhasilan seorang anak dalam
menginternalisasi model orang dewasa.
17. Inisiatif seorang anak memiliki
dua fokus.
Isi dan Bentuk Interaksi
Pertama
ditujukan
pada isi
tugas
Kedua,
ditujukan pada
mitra yang
terlibat dalam
tugas bersama
dengan anak
Contoh : Ketika anak ingin
belajar membaca, tentu saja
dia membutuhkan seseorang
(kemitraan) untuk
membantunya. Di mana
kemitraan itu terjali melalui
interaksi antar anak dan
seseorang yang terlibat
sebagai mitra
18. Klasifikasi Bentuk Dasar Interaksi Anak-Dewasa
Hal ini berhubungan dengan Scaffolding dimana memberikan
dukungan secara terstruktur kepada anak
Ketika anak-anak memasuki ruang kelas untuk pertama kalinya dalam
hidup mereka, mereka tidak menjadi pelaku kegiatan belajar secara
otomatis, meskipun mereka memasukkan semua pengalaman kegiatan
prasekolah yang kaya ke dalam kelas. Di sekolah, anak-anak
dihadapkan pada ide-ide yang sebelumnya tidak diketahui, baik yang
menarik maupun yang misterius: angka, kata, gerak, bentuk, dan
sebagainya. Sehingga dalam hal ini orang dewasa harus peka
terhadap pilihan intuitif anak tentang bentuk interaksi.
19. Perbedaan Imitasi dan Kerjasama Belajar
Imitasi di sini adalah merupakan proses
pembelajaran dengan melihat dan
memperhatikan perilaku orang lain
kemudian mencontohnya/menirunya
atau mengikuti prosedur yang
dinstruksikan.
Dalam proses belajar melalui imitasi ini
seseorang/model bertindak sebagai
stimulus pembelajaran. Peserta didik
mengamati stimulus itu dan berupaya
melakukan tingkah laku atau respon
yang sama jenisnya dan menirunya
secara persis.
Kerjasama belajar lebih
menekankan pada kolaborasi
atau kerja sama untuk
meningkatkan pengalaman
belajar. Implementasi dari
kerjasama belajar ini biasanya
berbentuk kelompok belajar
yang terdiri dari dua peserta
atau lebih, untuk mempelajari
suatu keterampilan tertentu.
20. • Ketika menguasai konsep-konsep umum yang dibangun dengan kerja sama akan
memancing sudut pandang atau posisi yang berbeda
• Setiap siswa akan saling bahu-membahu berpartisipasi mengambil perspektif
yang berbeda pada subjek diskusi dan mendesentralisasikan dari sudut pandang
pribadi. Kemudian mengkoordinasikannya untuk mengembangkan pendekatan
atau metode baru yang lebih canggih sehingga mampu merefleksikan tindakan
dan keyakinan mereka sendiri
• Kerjasama dengan teman sebaya dalam kelompok dapat mengurangi peran guru
sebagai pihak ahli dalam setiap pengambilan keputusan atau solusi yang dihadapi
oleh siswa atau pemula
Kerjasama dengan Teman Sebaya
Hal ini dapat memberikan dukungan dan perspektif berbeda sehingga berpengaruh
dalam perkembangan kemampuan reflektif siswa.
21. • Guru hanya bersifat sebagai penasihat dan koordinator sudut pandang siswa dan
memberikan respon atau feedback terhadap solusi atau hipotesis yang sudah dirancang oleh
siswa.
• Wells (1999, p. 324) menjelaskan bahwa: dalam menyelesaikan tugas yang sulit secara
berkelompok, tidak diperlukan adanya anggota yang lebih ahli dari yang lainnya. Mereka
hanya perlu bekerja bersama untuk membangun solusi yang tidak dapat dicapai sendiri oleh
siapa pun. Dengan kata lain, masing-masing "dipaksa untuk naik di atas dirinya sendiri" dan,
dengan membangun kontribusi dari anggota individunya, kelompok secara kolektif
membangun hasil yang tidak dibayangkan oleh satu anggota pun pada awal kolaborasi.
Kerjasama dengan Teman Sebaya
22. Bahaya Refleksi
Refleksi pembelajaran
merupakan salah satu
kegiatan pembelajaran
yang mengharuskan siswa
memberikan umpan balik
baik secara lisan maupun
tulisan pada guru di dalam
kelas.
Menurut Ecclesiastes
maupun Shakespeare,
kemampuan berefleksi
adalah ikatan manusia dan
hadiah yang tak ternilai.
23. • Overthinking
• Membawa memori traumatis
• Terlalu memikirkan masa lalu
• Menimbulkan rasa tidak puas
Namun, kegiatan refleksi
dapat berbahaya dalam
beberapa hal,
diantaranya:
24. KESIMPULA
N
Belajar merupakan upaya memahami konsep dan refleksi
sebagai bagian penting dari tindakan. Menjadi siswa yang
mandiri berarti mampu mengatasi batas pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki, dengan tujuan menemukan cara
bertindak dalam situasi baru. Saat pendidikan baru dimulai guru
memfasilitasi tindakan anak dengan merancang situasi yang
memunculkan pertanyaan dan hipotesis. Namun, pada tingkat
kemandirian yang lebih tinggi, siswa akan memulai
mengungkapkan keinginginan untuk memodifikasi tindakan
mereka dan mencari cara bertindak yang baru.
25. KESIMPULA
N
Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi agar siswa dapat
memunculkan inisiatif dalam merumuskan hipotesis:
• Metode khusus untuk memperkenalkan materi pelajaran,
melalui pengertian yang paling umum, yang mencakup
sistem konseptual yang mewakili materi pelajaran
• Cara non-imitatif khusus untuk berinteraksi dengan orang
dewasa, yang memungkinkan siswa untuk berkoordinasi
dengan guru
26. KESIMPULA
N
• Cara interaksi posisional khusus dengan teman sebaya,
yang membantu mendistribusikan sudut pandang
tentang masalah yang sedang didiskusikan di antara
para peserta dan membantu mengkoordinasikan sudut
pandang yang dihasilkan oleh kelompok. Pola
kerjasama pembelajaran posisional harus bersumber
dari konteks kegiatan pembelajaran.
27. Scaffolding adalah memberikan bantuan penuh kepada
anak anak dalam tahap - tahap awal pembelajaran yang
kemudian berangsur angsur dikurangi dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung
jawab semakin besar segera setelah ia dapat
melakukannya
Scaffoding merupakan pemberian bantuan yang semakin
abstrak sehingga cocok diterapkan pada ZPD karena dapat
membantu peserta didik sesuai zonanya
28. Sebagai calon guru profesional di masa depan, kami
siap utuk menerapkan scaffolding dalam
pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan
pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang dapat diterapkan pada peserta
didik melalui scaffolding ZPD “Zone of Proximal
Development”
29. Persamaan :
Memiliki pandangan yang sama terkait
pandangan tentang pendekatan,
strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan di
sekolah dimana penerapan scaffolding
ini suatu bantuan yang diberikan guru
atau orang yang lebih mampu untuk
mempermudah pengembangan
peserta didik sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan
Perbedaan :
Karena kam semua memiliki
tempat PPL yang berbeda
sehingga memiliki pandangan
yang berbeda terkait dengan
penerapannya karena lokasi
yang berbeda dan
karakteristik siswa yang tidak
sama
30. Persamaan : Kami siap mengajar dengan menerapakan model
pembelajaran scaffolding berdasarkan ZPD setiap peserta didik dengan
cara bimbingan kepada peserta didik secara bertahap untuk mencapai
apa yang harus dipahami dari apa yang sudah diketahuinya hingga
peserta didik mampu mengambil alih tanggung jawabnya. Selain itu, kami
juga akan melaksanakan pembelajaran tutor teman sebaya sehingga
bantuan tidak hanya berasal dari guru
Perbedaan : Penerapan Scaffolding antara sekolah satu dengan sekolah
lainnya memiliki hambatan yang berbeda-beda sehingga guru harus
memahami dengan jelas ZPD setiap peserta didik
31. Apa pandangan Anda
mengenai topik bahasan
tersebut?
Menurut kami, topik bahasan ini memiliki tantangan sendiri untuk
calon pendidik seperti saya karena penerapannya butuh
memahami terlebih dahulu mengenai scaffolding ZPD di setiap
pendidikan. Selain itu, kita bisa menerapkan perspektif
sosiokultural dalam pendidikan
Bagaimana Anda menyikapi
tantangan yang ada terkait
topik bahasan tersebut?
Tantangannya adalah membutuhkan dukungan dari masyarakat
karena sebagai pendidik kita perlu adanya relasi dengan
masyarakat luas agar pencapaian dalam pendidikan juga sejalan.
Apa saja hal baik yang
Anda dapatkan mengenai
topik bahasan tersebut?
Saya dapatkan dalam pembahasan di topik ini saya dapat
memahami dan diberi kesempatan dalam belajar mengenai materi
topik bahasan ini.
32. Bagaimana anda
menerapkan ilmu yang anda
dapatkan terkait topik
bahasan dalam profesu
anda sebagai guru?
Dalam profesi saya sebagai calon guru, saya akan menerapkan ilmu
ini dan menyesuaikan dengan lingkungaan yang adadisekitar agar
dalam mencapai tujuan pembelajaran ZPD ini berjalan baik
Pertanyaan apa yang ingin
anda ajukan lebih lanjut
tentang topik bahasan
tersebut?
Bagaimana dalam penerapan ZPD disekolah yang kekurangan
internet?
33. pelajar yang bertanggung
jawab atas proses dan hasil
belajarnya
kepada tuhan yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia
mempertahankan budaya
leluhur, lokalitas dan
identitasnya, dan tetap
berpikir terbuka dalam
berinteraksi dengan budaya
lain
kemampuan untuk melakukan
kegiatan secara bersama-
sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar
mampu secara objektif
memproses informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif
mampu memodifikasi dan
menghasilkan
34.
35. APA YANG ANDA PIKIRKAN TENTANG TOPIK
INI SEBELUM MEMULAI PROSES
PEMBELAJARAN?
Sebelum proses pembelajaran dimulai yang
saya pikirkan mengenai topik ini yaitu cara
menerapkan pendekatan strategi metode
dan teknik pembelajaran yang menjadi
scaffolding pada ZPD?
APA YANG ANDA PELAJARI DARI KONSEP
YANG ANDA PELAJARI DALAM TOPIK INI?
Belajar merupakan upaya untuk memahami konsep dan
refleksi sebagai bahan penting dari tindakan. Pembelajar
yang mandiri harus mampu untuk mengatasi batas
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki agar tujuan
dalam menemukan maupun
Guru memberikan fasilitas agar siswa dapat merancang
situasi dan memunculkan pertanyaan dan hipotesis.
Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi agar siswa muncul
inisiatif dalam merumuskan hipotesis yaitu dengan metode
khusus untuk memperkenalkan materi pembelajaran
melalui sistem konseptual, lalu cara non imitatif dan cara
interaksi posisional.bertindak menjadi tepat
36. APA YANG ANDA PELAJARI LEBIH LANJUT
BERSAMA DENGAN REKAN?REKAN ANDA
DALAM RUANG KOLABORASI?
Yang kami pelajari yaitu penjelasan terkait
dengan pendekatan strategi metode dan
teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai
scaffolding pada ZPD serta cara
penyusunannya.
Selanjutnya yaitu merancang materi
pembelajaran dengan menerapkan
scaffolding pada ZPD
APA HAL PENTING YANG ANDA PELAJARI DARI
PROSES DEMONSTRASI KONTEKSTUAL YANG
ANDA JALANI BERSAMA KELOMPOK (BISA
TENTANG MATERI, REKAN, DAN DIRI SENDIRI)?
Proses demonstrasi konseptual dari kelompok kami
banyak belajar terkait bagaimana dalam menerapkan
scaffolding yang memperhatikan pendekatan,
strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran
pada ZPD sebab tempat BPL dari kelompok kami
yang berbeda sehingga memiliki sudut pandang yang
berbeda pula.
37. SEJAUH INI, APA YANG SUDAH ANDA PAHAMI
TENTANG TOPIK INI? APA HAL BARU YANG ANDA
PAHAMI ATAU YANG BERUBAH DARI
PEMAHAMAN DI AWAL SEBELUM PEMBELAJARAN
DIMULAI ? APA YANG INGIN ANDA PELAJARI
LEBIH LANJUT?
Topik ini memiliki tantangan bagi calon pendidik untuk
memahami terlebih dahulu terkait dengan scaffolding
pada DPD sehingga dapat menerapkan perspektif
sosiokultural dalam pendidikan. Hal yang ingin saya
pelajari lebih lanjut yaitu tentang bagaimana dalam
melakukan DPD di sekolah yang kekurangan jaringan
internet.
APA YANG ANDA PELAJARI DARI KONEKSI ANTAR
MATERI BAIK DI DALAM MATA KULIAH YANG
SAMA MAUPUN DENGAN MATA KULIAH LAIN?
Koneksi antar materi pada mata kuliah ini yaitu saling
berhubungan satu sama lain yang lebih tepatnya
yaitu dengan profil pelajar Pancasila mula dari
beriman dan bertaqwa, berkebinekaan global,
bergotong-royong, mandiri, dan kreatif.
38. APA MANFAAT PEMBELAJARAN INI UNTUK KESIAPAN ANDA SEBAGAI
GURU? BAGAIMANA ANDA MENILAI KESIAPAN ANDA SAAT INI, DALAM
SKALA 1-10? APA ALASANNYA? APA YANG PERLU ANDA PERSIAPKAN
LEBIH LANJUT UNTUK BISA MENERAPKANNYA DENGAN OPTIMAL?
Manfaat pembelajaran ini bagi kesiapan saya menjadi
sebagai seorang guru yaitu lebih mempersiapkan
segalanya dalam pembelajaran terutama dalam
pendekatan, strategi, metode, model, teknik pada
penerapan scaffolding pada ZPD. Persiapan saya saat
ini adalah 8 sebab banyak hal yang masih banyak hal
yang perlu untuk diketahui dan dipahami terkait
pembelajaran dengan perspektif sosiokultural. Hal yang
perlu dipersiapkan lebih lanjut untuk dapat melakukan
dengan optimal yaitu lebih mendalami topik materi