Teks tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko hipertensi. Beberapa faktor risiko utama hipertensi adalah genetik, obesitas, usia lanjut, diet kaya garam, dan merokok. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak terkontrol seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
1. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 10
[ARTIKEL REVIEW]]
RISK FACTORS OF HYPERTENSION
Bianti Nuraini
Faculty of Medicine, University of Lampung
Abstract
Hypertension is defined an increasing blood pressure more than normal value or as a systolic blood pressure of 140 mmHg
or more, or a diastolic blood pressure of 90 mmHg or more. According to the American Society of Hypertension (ASH),
Hypertension is a syndrome or collection symtoms that influences of progressiveness a cardiovascular problem, the
collection symtoms are result from many interconected condition such as aging process, because of hypertension is an
interaction of multiple genetic and environmental factors.The complication of hypertension is do toe uncontrolled high
blood pressure, in which can lead to heart attack or coronary artery deseases, heart failure, stroke, kidney desease and
retinopaty. Although the etiologies of hypertension are not clear yet, but the impact of hypertension was very dangeorous
for an incresing mortality and morbidity, so that hypertension called “the silent killer”. Several factors are known to cause
hypertension consist of causal factors that can be modified (diet, obesity, smoking, diabetes and diseases) and the causes
that can not be modified (age, ras, sex and genetic).
Keywords: Hypertension, various factors of hypertension
Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit peningkatan tekanan darah di atas nilai normal. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah penyakit
jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronik, dan retinopati. Penyebab terjadinya hipertensi sampai saat ini
belum dapat dipastikan, namun dampak dari hipertensi mengakibatkan morbiditas yang memerlukan penanganan serius,
dan mortalitas yang cukup tinggi sehingga hipertensi disebut sebagai “the silent killer”. Beberapa faktor yang diketahui
menyebabkan terjadinya hipertensi terdiri dari faktor penyebab yang dapat dimodifikasi (diet, obesitas, merokok, dan
penyakit DM) dan faktor penyebab yang tidak dapat dimodifikasi (usia, ras, jenis kelamin dan genetik).
Kata Kunci: Hipertensi, berbagai faktor terjadinya hipertensi
. . .
Korespondensi : Bianti Nuraini | biantinuraini17@gmail.com
Pendahuluan
Tekanan darah merupakan gaya
yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah dan ditimbulkan oleh
desakan darah terhadap dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa dari
jantung ke jaringan. Besar tekanan
bervariasi tergantung pada pembuluh
darah dan denyut jantung. Tekanan darah
paling tinggi terjadi ketika ventrikel
berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling
rendah ketika ventrikel berelaksasi
(tekanan diastolik). Pada keadaan
hipertensi, tekanan darah meningkat yang
ditimbulkan karena darah dipompakan
melalui pembuluh darah dengan kekuatan
berlebih.1
Hipertensi merupakan suatu
keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg
dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg setelah dua kali pengukuran
terpisah.2
Hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer
atau esensial yang penyebabnya tidak
diketahui dan hipertensi sekunder yang
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali
2. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 11
tidak menimbulkan gejala, sementara
tekanan darah yang terus-menerus tinggi
dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu
dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala.2
DISKUSI
Definisi Hipertensi
Menurut American Society of
Hypertension (ASH) hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala
kardiovaskuler yang progresif sebagai
akibat dari kondisi lain yang kompleks dan
saling berhubungan, WHO menyatakan
hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg,
(JNC VII) berpendapat hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah diatas 140/90
mmHg, sedangkan menurut Brunner dan
Suddarth hipertensi juga diartikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan
darahnya diatas 140/90 mmHg. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik yang persisten
diatas 140 mmHg sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.3,4,5
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut JNC VII
Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan
bertambahnya umur, maka tekanan darah
juga akan meningkat. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sampai
dekade kelima dan keenam kemudian
menetap atau cenderung menurun.
Peningkatan umur akan menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis, pada usia
lanjut terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu reflex baroreseptor
pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga
sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun.6
Penurunan elastisitas pembuluh
darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer sebagai hasil
temuan akhir tekanan darah meningkat
karena merupakan hasil temuan kali curah
Jantung (HR x Volume sekuncup) x
Tahanan perifer.6
Hipertensi yang tidak terkontrol
akan menimbulkan berbagai komplikasi,
bila mengenai jantung kemungkinan dapat
terjadi infark miokard, jantung koroner,
gagal jantung kongestif, bila mengenai
otak terjadi stroke, ensevalopati
hipertensif, dan bila mengenai ginjal
terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan bila
mengenai mata akan terjadi retinopati
hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang
mungkin timbul merupakan penyakit yang
3. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 12
sangat serius dan berdampak terhadap
psikologis penderita karena kualitas
hidupnya rendah terutama pada kasus
stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung.7
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak
mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi antara lain :
1. Genetik: adanya faktor genetik pada
keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko
menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.8
Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi
esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga.9
2. Obesitas: berat badan merupakan
faktor determinan pada tekanan darah
pada kebanyakan kelompok etnik di
semua umur. Menurut National
Institutes for Health USA (NIH,1998),
prevalensi tekanan darah tinggi pada
orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk
pria dan 32% untuk wanita,
dibandingkan dengan prevalensi 18%
untuk pria dan 17% untuk wanita bagi
yang memiliki IMT <25 (status gizi
normal menurut standar internasional).
10
Menurut Hall (1994) perubahan
fisiologis dapat menjelaskan hubungan
antara kelebihan berat badan dengan
tekanan darah, yaitu terjadinya
resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-
angiotensin, dan perubahan fisik pada
ginjal.10
3. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya
hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause salah satunya adalah
penyakit jantung koroner.10
Wanita
yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur
wanita secara alami, yang umumnya
mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun.11
4. Stres: stres dapat meningkatkan
tekanah darah sewaktu. Hormon
adrenalin akan meningkat sewaktu kita
stres, dan itu bisa mengakibatkan
jantung memompa darah lebih cepat
sehingga tekanan darah pun
meningkat. 12
5. Kurang olahraga: olahraga banyak
dihubungkan dengan pengelolaan
penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat
4. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 13
menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan
yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu. Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan
sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang
mendesak arteri.10
6. Pola asupan garam dalam diet: badan
kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium
yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya
hipertensi. 13
7. Kebiasaan Merokok: merokok
menyebabkan peninggian tekanan
darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan
insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis.14
Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51%
subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok
1-14 batang rokok perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15
batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan
merokok lebih dari 15 batang perhari.15
Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume
sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari
variabel tersebut yang tidak
terkompensasi maka dapat menyebabkan
timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki
sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi
dan mempertahankan stabilitas tekanan
darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat
kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem reaksi cepat seperti reflex
kardiovaskuler melalui sistem saraf,
refleks kemoreseptor, respon iskemia,
susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
Sedangkan sistem pengendalian reaksi
lambat melalui perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
dikontrol oleh hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem
poten dan berlangsung dalam jangka
panjang yang dipertahankan oleh sistem
pengaturan jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ.16
5. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 14
Mekanisme terjadinya hipertensi
adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.17
Aksi pertama adalah meningkatkan
sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume
urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi
pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. 17
Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.18
Manifestasi klinis yang dapat muncul
akibat hipertensi menurut Elizabeth J.
Corwin ialah bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang
timbul dapat berupa nyeri kepala saat
terjaga yang kadang-kadang disertai mual
dan muntah akibat peningkatan tekanan
darah intrakranium, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, ayunan langkah
tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) karena peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
dependen akibat peningkatan tekanan
kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi
atau hemiplegia atau gangguan tajam
penglihatan. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah epistaksis, mudah
marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-
kunang.19
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko
utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan
penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan
mempengaruhi semua sistem organ dan
akhirnya memperpendek harapan hidup
sebesar 10-20 tahun. 20
Mortalitas pada
pasien hipertensi lebih cepat apabila
penyakitnya tidak terkontrol dan telah
menimbulkan komplikasi ke beberapa
organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan
atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal.21
Komplikasi yang terjadi pada
hipertensi ringan dan sedang mengenai
6. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 15
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata
berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan.
Gagal jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi berat
selain kelainan koroner dan miokard. Pada
otak sering terjadi stroke dimana terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak
sementara (Transient Ischemic
Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama
dan pada proses akut seperti pada
hipertensi maligna.22
Hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari
kenaikan tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain
adanya autoantibodi terhadap reseptor
angiotensin II, stress oksidatif. Penelitian
lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam
berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming
growth factor-β (TGF-β).23
Otak
Stroke merupakan kerusakan target
organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena
perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang mendarahi otak
mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya akan berkurang.
Arteri-arteri di otak yang mengalami
arterosklerosis melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi
terutama pada hipertensi maligna atau
hipertensi dengan onset cepat. Tekanan
yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler, sehingga mendorong cairan masuk
ke dalam ruang intertisium di seluruh
susunan saraf pusat. Hal tersebut
menyebabkan neuron-neuron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan
kematian.19
Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila
arteri koroner mengalami arterosklerosis
atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah yang melalui
pembuluh darah tersebut, sehingga
miokardium tidak mendapatkan suplai
oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen
miokardium yang tidak terpenuhi
menyebabkan terjadinya iskemia jantung,
yang pada akhirnya dapat menjadi
infark.24
Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi
karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan
glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-
unit fungsional ginjal, sehingga nefron
akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan
membran glomerulus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin
sehingga sering dijumpai edema sebagai
akibat dari tekanan osmotik koloid plasma
7. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 16
yang berkurang. Hal tersebut terutama
terjadi pada hipertensi kronik.25
Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah
dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula
kerusakan yang dapat ditimbulkan.
Kelainan lain pada retina yang terjadi
akibat tekanan darah yang tinggi adalah
iskemik optik neuropati atau kerusakan
pada saraf mata akibat aliran darah yang
buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan
vena retina. Penderita retinopati
hipertensif pada awalnya tidak
menunjukkan gejala, yang pada akhirnya
dapat menjadi kebutaan pada stadium
akhir.26
Kerusakan yang lebih parah pada
mata terjadi pada kondisi hipertensi
maligna, di mana tekanan darah
meningkat secara tiba-tiba. Manifestasi
klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi
secara mendadak, antara lain nyeri kepala,
double vision, dim vision, dan sudden
vision loss.26
Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi menurut JNC
VII bertujuan untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovakuler dan ginjal. fokus utama
dalam penatalaksanaan hipertensi adalah
pencapaian tekanan sistolik target
<140/90 mmHg. Pada pasien dengan
hipertensi dan diabetes atau panyakit
ginjal, target tekanan darahnya adalah
<130/80 mmHg. Pencapaian tekanan
darah target secara umum dapat
dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut:
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari
menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih,
konsumsi alkohol berlebih, asupan
garam dan asupan lemak, latihan fisik
serta meningkatkan konsumsi buah dan
sayur.
- Menurunkan berat badan bila status
gizi berlebih: peningkatan berat
badan di usia dewasa sangat
berpengaruh terhadap tekanan
darahnya. Oleh karena itu,
manajemen berat badan sangat
penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.27
- Meningkatkan aktifitas fisik: orang
yang aktivitasnya rendah berisiko
terkena hipertensi 30-50% daripada
yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas
fisik antara 30-45 menit sebanyak
>3x/hari penting sebagai
pencegahan primer dari hipertensi.
27
- Mengurangi asupan natrium
- Menurunkan konsumsi kafein dan
alkohol: kafein dapat memacu
jantung bekerja lebih cepat,
sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya.
Sementara konsumsi alkohol lebih
dari 2-3 gelas/hari dapat
meningkatkan risiko hipertensi.27
b. Terapi Farmakologi:
Terapi farmakologis yaitu obat
antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis
thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, calcium chanel
blocker atau calcium antagonist,
Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor
Blocker atau AT1 receptor antagonist/
blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya
bendroflumetiazid).28
Adapun contoh-
8. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 17
contoh obat anti hipertensi antaralain
yaitu:
a. beta‐bloker, (misalnya propanolol,
atenolol),
b. penghambat angiotensin converting
enzymes (misalnya captopril,
enalapril),
c. antagonis angiotensin II (misalnya
candesartan, losartan),
d. calcium channel blocker (misalnya
amlodipin, nifedipin) dan
e. alpha‐blocker (misalnya
doksasozin).28
Yang lebih jarang digunakan adalah
vasodilator dan antihipertensi kerja
sentral dan yang jarang dipakai,
guanetidin, yang diindikasikan untuk
keadaan krisis hipertensi.29
Penanganan menurunkan tekanan
darah dapat memberikan penurunan
insidensi stroke dengan persentase
sebesar 35-40%; infark mioakrd, 20-25%;
gagal jantung, lebih dari 50%. Diperkirakan
bahwa pada pasien dengan hipertensi
stage 1 (Tekanan darah sistolik 140-159
mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99
mmHg) yang disertai dengan faktor resiko
penyakit kardiovaskuler, jika dapat
menurunkan tekanan darahnya sebesar 12
mmHg selama 10 tahun akan mencegah 1
kematian dari setiap 11 pasien yang
diobati. Pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler atau kerusakan organ,
hanya 9 pasien yang diketahui melakukan
pengontrolan tekanan darah dalam
mencegah kematian.29
Target terapi pengontrolan tekanan
darah ialah tekanan darah sistolik (TDS)
<140 mmHg, dan tekanan darah diastolik
(TDD) <90 mmHg. Pada pasien umunya,
pengontrolan tekanan darah sistolik (TDS)
merupakan hal yang lebih penting
hubungannya dengan faktor resiko
kardiovakuler dibandingkan tekanan darah
diastolik (TDD) kecuali pada pasien lebih
muda dari umur 50 tahun. Hal ini
disebabkan oleh karena kesulitan
pengontrolan TDS umumnya terjadi pada
pasien yang berumur lebih tua. Percobaan
klinik terbaru, memperlihatkan
pengontrolan tekanan darah efektif dapat
ditemukan pada hampir semua pasien
hipertensi, namun kebanyakan mereka
menggunakan dua atau lebih obat
kombinasi. Namun ketika dokter gagal
dengan modifikasi gaya hidup, dengan
dosis obat-obat antihipertensi yang
adekuat, atau dengan kombinasi obat
yang sesuai, maka akan menghasilkan
pengontrolan tekanan darah yang tidak
adekuat.30
Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang
penting tetapi tidak lengkap jika tanpa
dilakukan tindakan pencegahan untuk
menurunkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler akibat hipertensi. Menurut
Bustan MN (1995) dan Budistio (2001),
upaya pencegahan dan penanggulangan
hipertensi didasarkan pada perubahan
pola makan dan gaya hidup. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan
meliputi:
Perubahan pola makan
Pembatasan penggunaan garam hingga
4-6gr per hari, makanan yang
mengandung soda kue, bumbu
penyedap dan pengawet makanan.
Mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi (jeroan,
kuning telur, cumi-cumi, kerang,
kepiting, coklat, mentega, dan
margarin).
Menghentikan kebiasaan merokok,
minum alkohol
Olah raga teratur
Hindari stres
9. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 18
SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan :
1. Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik yang persisten
diatas 140 mmHg sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.3,4,5
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi
a. Genetik
b. Obesitas
c. Jenis kelamin
d. Stres
e. Kurang olahraga
f. Pola asupan garam dalam diet
g. Kebiasaan Merokok
3. Komplikasi yang dapat timbul apabila
hipertensi tidak ditangani antaralain
yaitu:
a. Apabila mengenai bagian otak otak
maka akan mengalami stroke. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang mendarahi
otak mengalami hipertropi atau
penebalan, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya
akan berkurang.
b. Kardiovaskular: infark miokard, gagal
jantung
c. Ginjal: penyakit ginjal kronik
d. Mata : retinopati
DAFTAR PUSTAKA
1. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di
Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007
[cited 2011 Oct 7]. p:29-50, 90-126. Available
from: http://eprints.undip.ac.id/.
2. Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi
Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210.
3. A. Tjokronegoro dan H. Utama. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit, E.J.
Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer.
Jakarta: Gaya Baru; 2001. p:453-456.
4. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman
WC, Green LA, Izzo JL et al. Seventh Report of
the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. Hypertension 2003; 42: 1206-
1252
5. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: FK UI; 2006.
6. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive
Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran
Pathologic Basis of Disease, 7th edition.
Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005.p 528-
529.
7. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangkinang Periode Januari
sampai Juni 2008. c2009 [cited 2011 Oct 7].
Available from :
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009
//.
8. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003.
Using a Problem Detection Study (PDS) to
Identify and Compare Health Care Privider
and Consumer Views of Antihypertensive
therapy. Journal of Human Hypertension, Jun
Vol 17 Issue 6, p: 397.
9. Yunis Tri, dkk. Blood Presure Survey Indonesia
Norvask Epidemiology Study. Medika Volume
XXXIX 2003; 4: 234-8.
10. Cortas K, et all. Hypertension. Last update
May 11 2008. [cited 2015 Jan 10]. Available
from: http//:www.emedicine.com.
11. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive
Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran
Pathologic Basis of Disease, 7th edition.
Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005.p 528-
529
12. Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. Sepuluh
Penyakit Terbanyak di Kabupaten Kampar
tahun 2006. Bangkinang 2007.
13. Shapo L, Pomerleau J, McKee M.
Epidemiology of Hypertension and Associated
Cardiovascular Risk Factors in a Country in
Transition. Albania: Journal Epidemiology
Community Health 2003;57:734–739
14. Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi
dan Faktor Risikonya dalam Kajian
Epidemiologi. 2007 Bagian Epidemiologi FKM
UNHAS. [cited 2014 Dec 12]. Available from:
http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/in
dex.php?option=com_content&task=view&id
=38&Itemid=12).
10. Bianti Nuraini l Risk Factors Of Hypertension
J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 19
15. Bowman ST et al. Clinical Research
Hypertension. A Prospective Study of
Cigarette Smokey And Risk of Inciden
Hypertension In Bringham And Women
Hospital Massachucetts, 2007.p 1-3.
16. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood
Pressure and Primary Hypertension:
Pathogenesis in Clinical Hypertension:
Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA:
Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.
17. Anonim.Hipertensi.Primer. [cited 2014 Nov
10]. Available from:
http://www.scribd.com/doc/3498615/HIPERT
ENSI PRIMER?autodown=doc.
18. Lembaga Teknologi Fakultas Teknik
Universitas Indonesia bekerja sama dengan
Proyek Pengembangan Industri Garam
Beryodium, Ditjen Industri Kimia, Agro dan
Hasil Hutan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Retensi Kandungan Iodium. Last
update Sabtu, 8 Juni 2002. [cited 2014 Nov
12]. Available from:
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cg
i?newsid1023429340,5799.
19. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita
Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak
dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba
Kabanjahe [internet]. c2011 [cited 2012 Feb
9]. p:10-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id/.
20. Cardiology Channel. Hypertension (High Blood
Pressure). [cited 2014 Nov 10]. Available
from: http://www.Cardiologychannel.com
21. Hoeymans N, Smit HA, Verkleij H, Kromhout
D. Cardiovascular Risk Factors in Netherlands.
Eur Heart , 1999.p:520.
22. Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi
Primer Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi III, Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal.453-470.
23. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
p: 599-601.
24. .E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi
(Terjemahan) [monograph online]. Jakarta:
EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694.
Available from:
http://books.google.com/books/.
25. .E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi
(Terjemahan) [monograph online]. Jakarta:
EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p:694.
Available from:
http://books.google.com/books/.
26. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive
Retinopathy [internet]. c2010 [cited 2011 Dec
27]. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/.
27. Cortas K, et all. Hypertension. Last update
May 11 2008. [cited 2015 Jan 10]. Available
from: http//:www.emedicine.com.
28. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ke
IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. Jakarta. 2006: 610-14.
29. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.Jakarta:
Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
30. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
p: 599-601.