SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA PADA
USAHATANI PADI RAWA LEBAK
DI DESA SOAK BATOK KECAMATAN INDRALAYA UTARA
KABUPATEN OGAN ILIR
ANALYSIS OF LABOR OUTPUT IN
SWAMP RICE CREATING
IN SOAK BATOK VILLAGE INDRALAYA UTARA DISTRICT
OGAN ILIR REGENCY
Tassya Auria Zahra
05011281823085
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
PERNYATAAN INTEGRITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tassya Auria Zahra
NIM : 05011281823085
Judul : Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di
Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Menyatakan bahwa seluruh data dan informasi yang saya sajikan dalam
skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri di bawah supervise
pembimbing, kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya. Apabila di
kemudian hari ditemukan adanya unsur plagiasi dalam skripsi ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik dari Universitas Sriwijaya.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak mendapat
paksaan dari pihak manapun.
Indralaya, Desember 2021
Tassya Auria Zahra
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Tassya Auria Zahra, anak sulung dari lima
bersaudara, merupakan anak dari Husni Alias dan Yoyoh Sadiah. Dilahirkan di
Palembang pada tanggal 8 Februari 2001.
Riwayat pendidikan penulis yaitu TK (Taman Kanak–Kanak) di TK YWKA
(Yayasan Wanita Kereta Api) Kota Palembang pada tahun 2005, Sekolah Dasar di
SD Negeri 30 Kota Palembang pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 27 Kota Palembang pada tahun 2012, dan melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 16 Kota Palembang pada tahun 2015. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Sriwijaya sejak tahun 2018 melalui jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selain belajar dibangku perkuliahan, penulis juga mengikuti organisasi yang
ada di kampus yaitu Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan yaitu
HIMASEPERTA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan
Organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Jurusan yaitu DPM KM SOSEK.
v Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis curahkan atas kehadirat Allah SWT. Shalawat
beserta salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah SAW sebagai utusannya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini “Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani
Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten
Ogan Ilir”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sang pencipta, Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan
hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan
terimakasih juga atas pertolongan Allah SWT semua prosesnya dapat terlewati.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya agar skripsi
ini dapat terselesaikan dan dimudahkan segala jalannya.
3. Pacar yang telah mendukung dan membantu selama proses penelitian
berlangsung hingga selesai.
4. Bapak Kepala Desa Soak Batok yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian di desa tersebut.
5. Bapak Kepala Dusun III Desa Soak Batok yang telah membantu memberikan
izin dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
6. Teman-teman seperbimbingan yaitu Asti, Salman, Rifyal dan khususnya Femi
yang telah membantu dalam proses penelitian serta memberikan semangat
dalam proses pengerjaannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belumlah sempurna baik
penulisan maupun isi karena keterbatsan kemampuan penulis. Penulis berharap
semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi kita semua dan bagi penulis
khususnya.
Indralaya, Desember 2021
Penulis
vi Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 5
1.3. Tujuan .................................................................................................. 6
1.4. Manfaat ................................................................................................ 6
BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 7
2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 7
2.2. Model Pendekatan................................................................................ 18
2.3. Hipotesis .............................................................................................. 19
2.4. Batasan Operasional............................................................................. 21
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 23
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 23
3.2. Metode Penelitian ................................................................................ 23
3.3. Metode Penarikan Contoh.................................................................... 23
3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 24
3.5. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
vii Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan
Indralaya Utara Tahun 2016..................................................... 4
viii Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian................................................. 18
1 Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan bidang pertanian memiliki istilah kegiatan
usahatani, usahatani merupakan kegiatan petani yang menentukan,
mengorganisasikan, mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal, penggunaan dilakukan seefektif
dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan manfaat yang sebaik-
baiknya serta pendapatan maksimal bagi petani (Suratiyah, 2015). Menurut
Juhardi (2013) dalam Sari (2021) pertanian merupakan salah satu sektor yang
memiliki relisiensi yang tinggi dalam menghadapi berbagai permasalahan
ekonomi suatu negara. Sebagai negara agraris dan negara maritim yang besar,
sektor pertanian dalam arti yang luas (termasuk pertanian tanaman pangan,
perkebunan, pertenakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan sumber
pendapatan sekaligus sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Di Indonesia sendiri prospek sumberdaya lahan rawa lebak yang
dimiliki dan letak yang strategis dengan aksesibilitas yang cukup baik, merupakan
modal dasar serta peluang besar untuk pengembangan sektor pertanian tanaman
pangan pada skala regional maupun nasional (Pujihatri, 2017).
Lahan rawa lebak merupakan lahan potensial dan prospektif untuk
pengembangannya di masa depan. Pemanfaatan lahan rawa lebak di Indonesia
memiliki peranan penting dan strategis bagi pengembangan pertanian terutama
mendukung ketahanan pangan Nasional. Menurut Pujiharti (2017) luas lahan rawa
lebak yang terdapat di Indonesia ada sekitar 13,28 juta ha, yang terdiri atas 4,17
juta ha rawa lebak dangkal/pematang, 6,08 juta ha lahan rawa lebak tengahan, dan
3,04 juta ha lahan rawa lebak dalam yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan
Papua. Salah satu kegiatan pertanian yang dilakukan di lahan rawa lebak adalah
usahatani padi, apalagi tanaman padi merupakan komoditi yang dominan ditanami
di lahan rawa lebak. Hal ini disebabkan oleh luas lahan rawa lebak yang
berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian khususnya tanaman padi masih
2
Universitas Sriwijaya
tersedia cukup luas.
Padi adalah salah satu bahan pangan yang paling utama, karena
keberadaannya yang sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat dan menjadi
makanan pokok (beras) bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi di
tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,02% dibandingkan dengan produksi
padi pada tahun 2019. Sebagian besar (94,9%) produksi padi dihasilkan dari
agroekosistem lahan sawah, dan sisanya dari lahan kering (Pujiharti, 2017).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2020) luas lahan panen padi di Sumatera
Selatan padi sebesar 551,32 ribu ha dengan produksi padi sebesar 2,74 juta ton
GKG dari total keseluruhan produksi padi indonesia yaitu 54,65 juta ton GKG
dari total luas lahan padi mencapai 10,65 juta ha.
Sedangkan lahan rawa lebak terluas terdapat di Sumatera, yaitu sekitar 3,44
juta ha dan yang sesuai untuk lahan pertanian sekitar 1,15 juta ha dan Sumatera
Selatan merupakan lahan rawa lebak yang dominan. Luas total lahan rawa lebak
yang ada di Sumatera Selatan yaitu mencapai 285.941 ha. Salah satu daerah yang
mempunyai potensi lahan rawa lebak terluas adalah Kabupaten Ogan Ilir, dimana
pada tahun 2015 berada di urutan kedua untuk luas lahan padi rawa lebak yang
ditanami satu kali dalam setahun, dengan luas lahan sebesar 45.074 ha. Namun
untuk lahan rawa lebak yang ditanami dua kali dalam setahun masih tergolong
kecil yaitu hanya sebesar 1.615 ha (Badan Pusat Statistik, 2016).
Lahan rawa lebak memiliki keunggulan apabila dimanfaatkan dengan
teknologi pengelolaan dan tanaman terpadu yang tepat, juga akan mampu
menghadapi tantangan kebutuhan pangan yang semakin besar, meningkatkan
pendapatan petani, serta memperluas lapangan pekerjaan. Karakteristik lahan
rawa lebak yang berbeda-beda membuat pengelolaannya pun berbeda-beda di
setiap daerah. Pemanfaatan lahan rawa lebak tersebut ada yang dilakukan dengan
cara modern dan beberapa ada pula yang tetap mempertahankan kearifan lokal di
daerahnya, dimana masyarakat selalu menerapkan kebiasaan dari jaman dahulu
dalam budidaya usahatani dan pengolahan lahannya.
Menurut Lestari (2021) berdasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa
Desa Soak Batok yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
masih terdapat kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padinya yaitu pada
3
Universitas Sriwijaya
tahap pengadaan benih, penanaman, panen, dan pasca panen. Kearifan lokal
merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki masyarakat pada umumnya dan
berperan sebagai ilmu untuk bertahan hidup di lingkungannya dengan menyatukan
berbagai aspek mulai dari kepercayaan, norma, dan budaya. Kearifan lokal
biasanya banyak ditemui pada saat adanya kegiatan adat dan juga kepercayaan
masyarakat yang diyakini dengan rentang waktu yang cukup lama serta sering kali
bertujuan sebagai solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat sehari-hari (Ridwan et al., 2016).
Pengolahan lahan yang tepat dalam usahatani memang perlu dilakukan
namun terdapat faktor lain yang juga harus diperhatikan yaitu tenaga kerja.
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan petani
dalam pelaksanaan usahataninya. Menurut Larasati (2012) tenaga kerja adalah
suatu faktor produksi yang utama. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal
dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja meliputi tenaga kerja pria,
tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak dan tenaga kerja ternak dan tenaga
mesin.
Sedangkan menurut Baruwadi (2012) tenaga kerja yaitu suatu faktor penting
dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarga
maupun tenaga kerja dari luar keluarga serta kegiatan produksi yang utama dalam
kegiatan usahataninya dan sebagai pemimpin yang mengatur seluruh aspek
organisasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian yang diusahakan secara
keseluruhan. Alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh
petani secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan
usahatani lainnya.
Dalam analisa ketenagakerjaan dibidang pertanian, pengunaan tenaga kerja
dibidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan
tenaga kerja merupakan suatu besaran tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran
tenaga kerja tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk hari orang kerja (HOK) yang
dihitung setiap hari kerjanya (Rahim et al., 2014). Atau dengan kata lain curahan
tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam kegiatan usahatani
dimana tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses produksi dan pengolahan
sampai pasca panen. Adapun menurut Utami (2015) faktor-faktor yang
4
Universitas Sriwijaya
mempengaruhi curahan tenaga kerja adalah tingkat pendidikan, usia, pengalaman
kerja, dan jenis kelamin.
Sebagian besar tenaga kerja yang tersedia di suatu pedesaan adalah kegiatan
pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarso (2014) dalam Zahasfana
(2017) yang menyatakan bahwa sebenarnya sektor pertanian masih merupakan
tumpuan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Desa Soak Batok
Kecamatan Indralaya Utara merupakan salah satu Desa yang ada di Kabupaten
Ogan Ilir yang mayoritas penduduknya adalah bekerja sebagai petani padi. Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara merupakan salah satu desa penghasil padi
juga memanfaatkan lahan rawa lebak dalam kegiatan pengolahan pertaniannya.
Sebagian besar penduduk Desa Soak Batok bekerja di bidang pertanian baik
dikelola sendiri maupun sebagai buruh tani atau tenaga kerja pertanian. Data mata
pencaharian penduduk menurut desa di Kecamatan Indralaya Utara dapat di lihat
pada Tabel 1.1. berikut ini.
Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya
Utara Tahun 2016
No. Desa/Kelurahan Mata Pencaharian
1. Bakung Perkebunan Karet
2. Lorok Perkebunan Palawija
3. Parit Perkebunan Karet
4. Pumajaya Perkebunan Karet
5. Payakabung Perkebunan Karet
6. Tanjung Baru Pertanian Holtikultura dan Peternakan
7. Tanjung Pering Industri makanan dan Peternakan
8. Sungai Rambutan Pertanian Holtikultura
9. Soak Batok Pertanian Padi
10. Timbangan Perdagangan dan Jasa
11. Suka Mulya Perkebunan Kelapa Sawit
12. Pulau Kabal Perkebunan Karet
13. Tanjung Pule Pertanian Holtikultura
14. Permata Baru Perdagangan dan Jasa
15. Palem Raya Perdagangan dan Jasa
16. Pulau Semambu Pertanian Holtikultura dan Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara, 2016
5
Universitas Sriwijaya
Total luas lahan panen yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten
Ogan ilir pada padi sawah adalah sebesar 838 ha dengan produksi 3.129 ha dan
produktivitas sebesar 3.732 ton/ha (Badan Pusat Statistika, 2020). Selain itu
berdasarkan data Badan Pusat Statistika Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016 diatas
bahwa Desa Soak Batok merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Indralaya
Utara yang memiliki jumlah penduduk bermata pencaharian sebagian besar petani
padi. Desa Soak Batok yang berbatasan dengan Desa Sungai Rambutan dan Kota
Madya Palembang memiliki luas wilayah 2.500 Ha, Desa ini dipecah menjadi 4
Dusun dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 603 dan jumlah penduduk sekitar
6.007 jiwa yang mata pencariannya 95% adalah sebagai petani padi.
Peluang peningkatan produksi padi adalah pemanfaatan lahan rawa lebak
(Pujiharti, 2017). Desa Soak Batok dipilih karena merupakan wilayah mayoritas
pertanian padi yang juga memanfaatkaan lahan rawa lebak berbasis kearifan lokal
dalam usahatani nya. Terkait penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai kearifan lokal pada usahatani padi di Desa Soak Batok Kecamatan
Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir, pada penelitian ini akan dikaji lebih jauh
seperti apa kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang diterapkan oleh
masyarakat setempat. Selain itu rumah tangga petani sangat berperan penting
sebagai penyedia tenaga kerja baik segi pertanian maupun non pertanian sehingga
kegiatan yang dilakukan dapat mempengaruhi alokasi curahan tenaga kerja petani.
Oleh sebab itu, curahan waktu kerja petani sangat penting untuk dipelajari karena
berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga petani (Norfahmi et al., 2017
dalam Sari, 2021).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan pokok kajian tentang “Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada
Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa
6
Universitas Sriwijaya
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir?
2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada
usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat
di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
2. Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak
di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
3. Menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja
pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir.
1.4. Manfaat
Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian
ini antara lain:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani rawa lebak mengenai kearifan lokal dalam
pengelolaan tanaman padi di rawa lebak.
2. Sebagai sumber informasi untuk penelitian sejenis dan sebagai landasan untuk
melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas serta
bermanfaat bagi masyarakat.
3. Diharapkan dapat berguna bagi pemerintah ataupun instansi, sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait ketenagakerjaan dan lahan
rawa lebak.
7 Universitas Sriwijaya
BAB 2
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsepsi Kearifan Lokal
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata:
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M.
Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan)
sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat)
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan
setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau
kecerdasan setempat “local genious”. (Sartini, 2004)
Kearifan lokal adalah bentuk pengetahuan tradisional yang dipahami oleh
manusia atau masyarakat yang berinteraksi dengan alam sekitarnya, sehingga
kearifan lokal dapat disebut sebagai pengetahuan kebudayaan yang mencakup
model-model pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu kelompok
masyarakat secara lestari termasuk cara menjaga hubungan dengan alam melalui
pemanfaatan yang bertanggung jawab (Suhartini, 2009 dalam Kristiyanto, 2017).
Selain itu, menurut Khairullah dan Ar-Riza (2017) kearifan lokal merupakan
warisan budaya Indonesia dari nenek moyang terdahulu, yang melalui proses
interaksi panjang dalam pembentukannya antara manusia dengan lingkungannya
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam prosesnya, kearifan
lokal ini sangat bergantung dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan
sekitar masyarakat yang kemudian dipengaruhi oleh pandangan, sikap, serta pola
perilaku masyarakat terhadap lingkungannya.
Adapun karakteristik kearifan lokal, yaitu (1) harus menggabungkan
pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang tentang etika dan nilai-nilai
moral; (2) kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan
untuk menghancurkannya; dan (3) kearifan lokal harus berasal dari anggota
komunitas yang lebih tua. Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika,
8
Universitas Sriwijaya
kepercayaan, adat-istiadat, hukum, adat, aturan-aturan khusus. Selanjutnya, nilai-
nilai yang relevan dengan kearifan lokal, antara lain nilai kejujuran, tanggung
jawab, disiplin, kreatif, serta kerja keras (Mungmachon, 2012).
Kearifan lokal berasal dari kemampuan yang masyarakat miliki untuk
mengelola serta mengatur ketersediaan dari sumber daya alam yang ada di
lingkungan sekitarnya sehingga mereka tentunya kehidupan mereka dapat
bergantung dari alam tersebut (Pseurnay, 2018). Qamar et al., (2017) juga
menambahkan bahwasanya nilai-nilai budaya dari suatu lingkungan ataupun
bangsa merupakan kearifan lokal dari lingkungan tersebut yang mencerminkan
jati diri dari masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat dalam suatu lingkungan
tersebut perlu menjaga nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek
moyang terdahulu.
Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal
dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu
kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya
berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan
lingkungan maupun sosial. Petani mempunyai kearifan dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam budidaya pertanian padi baik yang masih berlangsung
sampai saat ini maupun yang sudah hilang dan ditinggalkan. Salah satu contoh
yang mulai ditinggalkan petani adalah pembajakan sawah dengan menggunakan
kerbau, para petani sudah beralih dengan menggunakan handtractor dengan
alasan lebih cepat dan mudah (Guntur et al., 2016)
Pada zaman dahulu, beberapa kearifan lokal dalam sistem pertanian banyak
diremehkan oleh sistem pertanian maju yang mengejar produksi. Hal tersebut
dikarenakan kearifan lokal dianggap tidak efektif dan efisien. Namun, seiring
berjalannya waktu banyak ahli yang menganjurkan untuk pembangunan pertanian
berbasis kearifan lokal. Hal tersebut agar penggunaan sumberdaya alam dapat
berlangsung lama (Khairullah dan Ar-Riza, 2017).
9
Universitas Sriwijaya
2.1.2. Konsepsi Lahan Rawa Lebak
Lahan rawa lebak terbentuk akibat perbedaan elevasi yang kecil, sehingga
kelancaran aliran permukaan menuju laut terhambat, selanjutnya terbentuk
genangan yang berupa rawa, terutama di sepanjang aliran sungai-sungai besar.
Kedalaman genangan bersifat dinamis tergantung musim serta bentuk dan posisi
lahan. Pada musim kemarau genangan air berkurang dan kondisi sebaliknya pada
musim hujan. Permasalahan air di lahan rawa lebak sangat tergantung pada
tipologinya, sebagai contoh pada lahan dengan tipologi lebak pematang, maka
pengelolaan air pada wilayah ini harus bertujuan untuk mengurangi jumlah air
yang masuk ke persawahan. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi genangan
yang tinggi dan mengkonservasi air pada musim kemarau agar tanaman tercukupi
kebutuhan airnya (Syahputra et al., 2019).
Lahan rawa lebak ini selalu digenangi air apabila musim hujan tiba dan
selanjutnya akan perlahan-lahan surut seiring dengan pergantian musim yaitu dari
musim hujan ke musim kemarau. Berdasarkan tinggi genangan dan lama
genangan, lahan rawa lebak dapat dikelompokkan menjadi lebak dangkal dengan
tinggi genangan 100 cm dan lama genangan >3-6 bulan. Di lahan rawa lebak ini,
jenis komoditas dan indeks pertanaman sangat bergantung dari jenis lebaknya,
dengan tingkat kesuburan sedang karena ada pengkayaan hara dari luapan sungai
(Mulyani dan Sarwani, 2013). Pengelolaan lahan rawa lebak secara garis besar
meliputi : (1) pola tanam dan teknologi budidaya, (2) aspek pendukung dan (3)
sumber daya manusia (Syahputra et al., 2019).
Ada dua kelompok tanah di lahan lebak, yaitu tanah gambut, dengan
ketebalan lapisan gambut >50 cm, dan tanah mineral, dengan ketebalan lapisan
gambut di permukaan <50 cm. Tanah mineral yang mempunyai lapisan gambut di
permukaan 20-50 cm disebut tanah mineral bergambut. Tanah mineral murni
hanya memiliki lapisan gambut di permukaan <20 cm. Tanah di lahan rawa lebak
memiliki kandungan hara tanah yang rendah sehingga perlu dilakukan
pengelolaan hara. (Subagyo, 2006 dalam Pujiharti, 2017).
Lahan rawa lebak memiliki potensi dan peluang sangat besar untuk
pengembangan usahatani terpadu (tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan)
dengan memerhatikan kondisi lahan dan memanfaatkan teknologi yang ramah
10
Universitas Sriwijaya
lingkungan (Suryana 2016). Jenis lahan rawa lebak yang potensial tersebut yaitu
lebak pematang/dangkal dan lebak tengahan. Biasanya pada lahan rawa lebak
jenis ini banyak dijadikan sebagai area persawahan yang ditanami palawija dan
juga sayuran pada pinggiran sawahnya. Sedangkan untuk lebak dalam, biasanya
lebih cocok dijadikan sebagai tempat budidaya ikan air tawar (Alwi dan
Tapakrisnanto, 2016).
Produksi padi di lahan rawa lebak dapat ditingkatkan melalui peningkatan
indeks pertanaman (IP), produktivitas, penekanan senjang hasil dan kehilangan
hasil. Produktivitas padi di lahan rawa lebak dapat ditingkatkan dengan
pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Teknologi yang dapat diterapkan
pada lahan rawa lebak adalah varietas unggul baru, cara tanam, pengelolaan hara
spesifik lokasi, pengelolaan air, serta pengendalian hama dan penyakit terpadu
(Pujiharti, 2017).
Namun tidak semua tipe lahan rawa lebak dapat ditanami padi setiap tahun.
Pada lebak dangkal dan lebak tengahan, penanaman padi dapat dilakukan satu
sampai dua kali setahun, sedangkan lebak dalam yang merupakan daerah
cekungan hanya dapat ditanami padi pada musim kemarau yang agak panjang.
Tinggi dan rendahnya genangan air pada rawa lebak berpengaruh terhadap
penentuan jenis tanaman yang akan ditanam, khususnya padi, jagung, dan kedelai.
Budidaya tanaman padi dapat dilakukan di lahan rawa lebak dangkal pada bulan
Januari, di rawa lebak tengahan pada bulan Febuari, dan di lahan rawa lebak
dalam pada bulan Mei (Waluyo et al., 2008 dalam Pujiharti, 2017).
Keadaan suatu ekosistem lahan rawa lebak membuat cukup besarnya
kesempatan untuk memanfaatkan lahan rawa sebagai tempat produksi pertanian
yang tepat. Jenis tanaman yang tentunya dapat diusahakan di lahan rawa lebak
juga beragam jenisnya. Apabila rawa lebak yang dimiliki oleh petani dikelola
secara optimal, maka dapat memperoleh hasil yang maksimal dan tentunya
keuntungan yang diperoleh juga akan besar jika dilihat dari sisi hasil produksinya.
Hasil dari analisis usahatani terhadap berbagai macam komoditas yang diusahakan
di lahan rawa lebak menunjukkan peluang yang cukup besar, namun besar
kecilnya pendapatan yang akan diperoleh tergantung dengan nilai ekonomi serta
pola tanam yang digunakan (Noor dalam Soraya, 2020).
11
Universitas Sriwijaya
2.1.3. Konsepsi Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara seorang petani sebagai
pengusaha menyusun, mengatur dan menjalankan usaha itu (Adiwilaga, 1982
dalam Kawengian et al., 2019). Sedangkan menurut Rivai (1980) dalam
Kawengian et al., (2019) usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja
dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Jenis usahatani
bervariasi karena setiap bagian lahan memiliki kemampuan yang berbeda dan
beragam keputusan manusia yang ditetapkan atas usahatani mereka.
Menurut Zaman et al., (2020) usahatani adalah kumpulan usaha yang
dilakukan dalam kegiatan pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani serta
mengupayakan untuk perbaikan kualitas hidup para petani dengan
memberdayakan tenaga kerja yang tersedia, modal dan sumber daya alam yang
melimpah, serta kemampuan yang petani miliki. Kegiatan usahatani harus dapat
bersaing secara berkelanjutan dengan memperhatikan keinginan pasar, potensi
dari sumber daya yang ada dan juga kondisi masyarakat serta lembaga-lembaga
yang tersedia.
Soekartawi (2003) dalam Zahasfana (2017), mendefinisikan usahatani
sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang
diperlukan untuk produksi pada bidang pertanian seperti udara, tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah dan sebagainya yang ada di
alam ini. Sedangkan menurut Suratiyah (2015) usahatani merupakan cara petani
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-
faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Pada dasarnya, usahatani terdiri atas beberapa unsur yang memiliki peranan
penting dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur tersebut diantaranya lahan pertanian,
tenaga kerja, modal dan manajemen (Normansyah, et al., 2014). Dalam ilmu
usahatani ada empat faktor produksi yang memegang peranan penting yaitu tanah,
modal, tenaga kerja dan manajemen, sehingga pendapatan usahatani merupakan
balas jasa dari penyusutan empat faktor produksi tersebut. untuk usahatani padi
sawah, produksi gabah sangat tergantung dari peranan luas lahan, pemupukan,
pestisida dan tenaga kerja. Namun yang patut diperhitungkan bahwa besar
12
Universitas Sriwijaya
kecilnya produksi dipengaruhi oleh kondisi setempat (Fadhla, 2017).
Usahatani di Indonesia pada umumnya dari segi tenaga kerja bukan
merupakan usaha tani keluarga yang murni, berapapun kecilnya usaha tani
tersebut pasti menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Bahkan, kadang kala pada
usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih besar dari
tenaga kerja keluarga. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, misalnya pada
kegiatan tanam, penyiangan dan panen (Suratiyah, 2015). Pada akhirnya, kegiatan
usahatani akan menghasilkan suatu output, yang kemudian akan memberikan
penghasilan bagi petani. Kegiatan usahatani ini merupakan langkah awal yang
dilakukan petani dalam memperoleh keuntungan. Sehingga untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal, maka usahatani yang dilakukan perlu optimal.
2.1.4. Konsepsi Padi
Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan yang termasuk
salah satu makanan pokok masyarakat di Indonesia. Tanaman padi tergolong
tanaman semusim yang termasuk ke dalam familia Gramineae. Ciri-ciri yang
umum dimiliki oleh tanaman padi yaitu akarnya merupakan jenis akar serabut,
batang yang dimiliki sangat pendek, strukturnya terbentuk dari sekumpulan
pelepah daun yang saling menopang dan berbentuk batang, jenis daunnya yaitu
daun sempurna dan pelepahnya tegak, mempunyai bentuk seperti lanset pada
bagian daunnya, berwarna hijau muda hingga tua, memiliki urat dan tergolong
jenis daun sejajar, tertutupi oleh rambut-rambut pendek serta renggang, tergolong
jenis bunga majemuk, untuk jenis malainya yaitu bercabang-cabang, bunganya
menyatu menjadi floret, dan berada di panikula atau pada spilet yang duduk, tipe
buahnya yaitu berupa bulir atau kariopsis yaitu susah membedakan antara buah
dan bijinya, berbentuk nyaris bulat bahkan lonjong, memiliki ukuran 3 mm
sampai dengan 15 mm, ditutupi oleh palea dan lemna atau biasanya lebih dikenal
sekam, memiliki struktur yang dominan yaitu berupa endospermium yang
biasanya dikonsumsi manusia (Aksi Agraris Kanisius dalam Soraya, 2020).
Padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal dari dua
benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi sendiri
sudah dimulai sejak Tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok. Padi
13
Universitas Sriwijaya
merupakan tanaman yang istimewa karena memiliki kemampuan beradaptasi
hampir pada semua lingkungan dari dataran rendah hingga dataran tingi
(2000 mdpl), dari daerah tropis hingga subtropis, dari daerah basah atau rawa-
rawa hingga daerah kering dan berpasir, dari daerah subur hingga pada daerah
marjinal atau cekaman (Zahasfana, 2017). Padi ini merupakan salah satu
komoditi pertanian yang di konsumsi sebagai makanan pokok oleh sebagian besar
penduduk Indonesia, sebagian besar penduduk juga memperoleh pendapatan
pokok dari berusahatani padi.
Menurut Donggulo (2017) padi merupakan komoditas tanaman pangan
penghasil beras yang memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi
Indonesia. Yaitu beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan
pokok lainnya. Diantaranya jagung, umbi-umbian, sagu dan sumber karbohidrat
lainnya. Sehingga keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan asupan karbohidrat yang dapat mengenyangkan dan
merupakan sumber karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi. Padi
sebagai tanaman pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk
Indonesia untuk makanan pokok sehari-hari.
Pembudidayaan padi melalui proses yang panjang, berbulan-bulan, dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Proses pembudidayaan semua jenis padi
sama. Menurut semua informan yang bekerja sebagai seorang petani dan
penggarap maupun petani dan penggiling juga buruh tani, mempunyai
pengetahuan yang sama tentang cara pembudidayaan padi, tahapannya yaitu:
pemilihan benih, penyemaian benih dan persiapan lahan, tanam padi dan
pemeliharaan padi, serta panen padi (Gunawan, 2018).
Sedangkan menurut Aak (1990) dalam Zahasfana (2017), sistem budidaya
padi sawah lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan budidaya padi lading. Ia
juga menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam budidaya padi, antara
lain: pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Tanaman padi
termasuk tanaman pangan yang penting karena tergolong komoditas utama di
Indonesia dalam menyokong pangan masyarakat. Komoditas padi memiliki
peranan penting sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap
tahunnya meningkat dikarenakan pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta
14
Universitas Sriwijaya
berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010).
2.1.5. Konsepsi Tenaga Kerja
Tenaga kerja (man power) menurut Soetriono (2003) dalam Zahasfana
(2017), adalah kelompok penduduk dalam usia kerja, dimana ia mampu bekerja
atau melakukan kegiatan ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan Suratiyah (2015) juga
mendefinisikan tenaga kerja sebagai salah satu unsur penentu, terutama bagi
usahatani yang sangat tergantung pada musim, kelangkaan tenaga kerja
mengakibatkan mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk, khususnya tenaga kerja
petani beserta anggota keluarganya. Baik pada usahatani keluarga maupun
perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi
dengan tekhnologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini
dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang tidak dapat digantikan
oleh selain tenaga kerja manusia.
Sumber utama tenaga kerja adalah penduduk, pertimbangan utama disini
adalah kelayakan bekerja menurut umur. Penduduk yang layak bekerja ditinjau
dari umur tersebut sebagai penduduk usia kerja. Jumlah ini yang pantas untuk
disebut sebagai tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kegiatan produksi sumber daya manusia, hal ini sering disebut man power. Batas
umur yang layak bekerja di Indonesia adalah 10 tahun. Namun di negara yang
sudah maju batas umur lebih tinggi yaitu 15-65 tahun. Kelayakan bekerja dapat
dibentuk oleh tradisi turun-temurun. Untuk negara yang sedang berkembang batas
bawah ini relatif lebih muda daripada untuk negara yang sudah maju (Sumarsono,
2003 dalam Zahasfana 2017).
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik
tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2015)
adalah antara lain: keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu
dan tidak merata, penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas, tidak
mudah distandarkan, dirasionalkan dan dispesialisasikan, serta beraneka ragam
15
Universitas Sriwijaya
coraknya daradang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karakteristik tersebut
akan memerlukan sistem manajerial tertentu yang harus dipahami sebagai
peningkatan usahatani itu sendiri. Khususnya di Indonesia, sistem manajerial
usahatani biasanya masih sangat sederhana.
Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah,
modal dan pengelolaan. Tenaga kerja sebagai faktor produksi adalah tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses
produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja terlihat dari tersedianya tenaga
kerja, tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan (Yuniawan,
A.I. 2012). Kadang kala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. Hal ini
menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani bukan hanya mengelola
usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja
utama usahataninya.
Jenis tenaga kerja lain selain tenaga kerja manusia adalah ternak dan
mekanik. Faktor produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan
suatu usahatani. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya
menyumbangkan tenaga (labor), tetapi juga bertindak sebagai seorang pemimpin
(manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani
sangat menentukan kualitas tenaga kerja (Kawengian et al., 2019).
Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar
keluarga. Mubyarto (1985) dalam Zahasfana (2017) menjelaskan bahwa ayah
sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun
sudah dapat dianggap sebagai tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga
kerja yang berasal dari keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada
produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang.
Tenaga kerja keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang sudah dewasa
tetapi belum kawin ini disebut tenaga kerja keluarga inti yang pembagian tugas
dan kewajibannya berdasarkan status dan peranannya di dalam keluarga tersebut.
Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari
luar anggota keluarga petani dan diupah. Kegiatan tenaga kerja luar keluarga
sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari,
16
Universitas Sriwijaya
kecakapan dan umur tenaga kerja. Tenaga kerja dari luar keluarga dapat berupa
tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan tergantung pada keperluan, tetapi
untuk penggarapan sawah biasanya tenaga kerja diatur secara borongan
(Mubyarto, 1985 dalam Zahasfana, 2017).
2.1.6. Konsepsi Curahan Tenaga Kerja
Menurut Sumarsono (2003) dalam Zahasfana (2017), curahan tenaga kerja
adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam kegiatan usahatani dengan satuan
hari kerja (HKP) baik yang berasal dari dari dalam keluarga maupun dari luar
keluarga, sedangkan curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja yang akan
digunakan oleh pekerja untuk melakukan pekerjaannya di pabrik, di rumah dan
pekerjaan sambilan. Lama bekerja dalam setiap minggu bagi setiap orang tidak
sama. Ada yang bekerja di pabrik dan di rumah saja, tapi ada juga yang selain
bekerja di pabrik dan melakukan pekerjaan rumah tangga, masih juga melakukan
pekerjaan sambilan. Hal ini tergantung pada keadaan tenaga kerja tersebut. Alasan
ekonomi adalah yang paling dominan, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-
hari atau menambah penghasilan keluarga. Selain itu jumlah orang yang harus
ditanggung menjadi salah satu alasan kenapa seorang tenaga kerja tersebut
melakukan pekerjaan sambilan.
Curahan tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan oleh tenaga kerja dalam
suatu kegiatan atau usaha. Menurut Soekartawi (2002) dalam Tatipikilawan
(2012) konversi laki-laki dewasa (umur lebih dari 15 tahun) 1 HKP, wanita
dewasa (umur lebih dari 15 tahun) 0,8 HKP dan 0,5 HKP untuk anak-anak
(kurang dari 15 tahun) dengan rata-rata 8 jam kerja perhari. Pada penelitian ini
variabel harian kerja pria diukur berdasarkan besarnya curahan tenaga kerja pada
usaha domba tersebut dengan satuan HOK.
Curahan kerja adalah jumlah waktu yang dialokasikan untuk melakukan
serangkaian kegiatan yang biasa dilakukan di dalam dan luar rumah tangga dalam
satuan waktu atau jam. Sedangkan Jumlah curahan tenaga kerja adalah banyaknya
tenaga kerja yang dicurahkan untuk tiap jenis pekerjaan dalam usahatani padi
sawah, dihitung menurut perhitungan hari orang kerja setara pria (HOK)
(Kawengian et al., 2019).
17
Universitas Sriwijaya
Jumlah jam kerja yang dicurahkan pada suatu kegiatan dipengaruhi oleh
produktivitas tenaga kerja pada kegiatan tersebut, artinya semakin tinggi
produktivitas tenaga kerja mendorong orang untuk mencurahkan waktu kerja lebih
lama. Curahan jam kerja usahatani keluarga dan curahan jam kerja upahan adalah
waktu yang digunakan secara langsung tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja
upahan dalam pengelolaan usahatani padi sawah dalam bentuk curahan jam kerja
selama satu kali musim tanam (Kawengian et al., 2019).
Suratiyah (2015) menjelaskan bahwa, curahan tenaga kerja pada usahatani
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: 1) Faktor alam yang meliputi curah
hujan, iklim, kesuburan, jenis topografi, 2) Faktor jenis lahan yang meliputi
sawah, tegal dan pekarangan, serta 3) Luas, letak dan penyebarannya. Faktor-
faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga kerja,
Alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh petani
secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani
lainnya. Ada 3 kemungkinan alokasi waktu seseorang bekerja dari waktu yang
tersedia, yaitu: (1) bekerja di rumah; (2) bekerja di luar rumah; (3) waktu istirahat.
Ketiga alokasi tersebut menghasilkan 3 macam komoditi, yaitu hasil kerja di
rumah diantaranya memasak, mengurus anak, membersihkan rumah. Hasil kerja
di luar rumah berupa upah yang digunakan untuk membeli keperluan hidupnya
dan utility yang diperoleh dari waktu istiahat (Zahasfana, 2017).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi alokasi waktu seseorang dalam
bekerja, antara lain: keadaan sosial ekonomi keluarga, pemilihan asset tingkat
produktif, tingkat upah, karakteristik yang melekat pada setiap anggota keluarga
yang dicirikan dengan faktor usia, tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki
anggota keluarga lain. Pertambahan pendapatan cenderung mengurangi jam kerja
(income effect), dengan meningkatnya status ekonomi (peningkatan pendapatan)
seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsinya dan akan lebih banyak
menikmati waktu senggangnya. Hal ini berarti mereka telah mengurangi jam kerja
untuk keperluan tersebut (Sumarsono, 2003 dalam Zahasfana, 2017).
18
Universitas Sriwijaya
2.2. Model Pendekatan
Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendekatan secara diagramatik, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini.
Keterangan:
Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian
Desa Soak Batok
Petani
Lahan Rawa Lebak
Kearifan
Lokal
Usahatani Padi
Rawa Lebak
Curahan
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
Tenaga Kerja
Luar Keluarga
- Pengolahan Lahan
- Pengadaan Benih
dan Penyemaian
- Penanaman
- Pemeliharaan
- Panen
- Pasca Panen
- Tingkat Pendidikan
(Orang)
- Usia (Tahun)
- Pengalaman Kerja
(Tahun)
- Luas Lahan Garapan
(Hektar)
- Jumlah Tanggungan
(Orang)
: Terdiri dari
: Dipengaruhi
: Mempunyai
: Terdapat
19
Universitas Sriwijaya
2.3. Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Guntur et al., (2016),
menyatakan bahwa Desa Huta Gurgur II merupakan salah satu penghasil padi di
kecamatan silaen kabupaten toba samosir, yang dalam kehidupan sehari-hari
petani nya melakukan budidaya tanaman padi selalu menggunakan cara
tradisional. Kearifan lokal di bidang pertanian padi dijalani oleh petani padi di
Desa Huta Gurgur II ini. Kearifan lokal yang dilakukan petani padi sawah di Desa
Huta Gurgur II adalah membuat si gabe ni taon, yaitu mensyukuri kegiatan yang
kita lakukan berjalan lancar dan kita tetap sehat. Kearifan lokal tanaman padi yang
dijalani petani dilakukan dari kegiatan pembukaan lahan hingga ke pemasaran.
Kearifan lokal yang ada di desa Huta Gurgur II sebanyak 77 kearifan lokal.
Diantaranya Kearifan lokal petani padi yang dahulu ada 25 kearifan lokal,
kearifan lokal yang dahulu ada sampai sekarang masih dilakukan berjumlah 52
kearifan lokal, dan kearifan lokal yang sekarang tidak ada. Keuntungan petani
tersebut mempertahankan kearifan lokal sampai sekarang adalah lebih
mempererat tali persaudaraan sesama masyarakat, dan tetap membangkitkan
budaya batak agar tidak hilang akibat masuknya budaya barat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soraya (2020), diperoleh
hasil bahwa kearifan lokal di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan yang masih
tetap diterapkan oleh petani hingga saat ini terdiri dari tiga kegiatan pengelolaan
lahan rawa lebak yaitu pengelolaan ternak berupa kerbau, pengelolaan ikan di
lahan rawa dan pengelolaan tanaman padi di lahan rawa. Pengelolaan tanaman
padi di lahan rawa lebak Desa Bangsal, terdiri atas tujuh tahapan di antaranya:
pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, panen hingga pasca panen.
Sabiningrum (2010), dalam penelitiannya mengenai curahan kerja dan
pendapatan keluarga pada petani Salak Pondoh di Desa Bangunkerto. Hasil dari
penelitian tersebut adalah curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih rendah
dibandingkan dengan pekerjaan sektor formal dan informal, namun pendapatan
yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor lain
tersebut. Curahan kerja petani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan
kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bekerja dan status
20
Universitas Sriwijaya
pekerjaan. Curahan pekerja di sektor formal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
usia, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan
luar dan pengalaman kerja sedangkan pendapatan tidak dipengaruhi secara nyata
oleh variabel penjelas. Untuk curahan kerja di sektor informal dipengaruhi secara
nyata oleh usia, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman
kerja, sedangkan pendapatan pekerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata
oleh modal awal.
Berdasarkan penelitian Rosalina (2017) menyatakan bahwa wanita tani
memerankan peranan penting dalam keterlibatannya pada kegiatan usahatani
untuk meningkatkan produksi padi sawah. Kegiatan yang dilakukan wanita tani
dipengaruhi oleh curahan waktu kerja yang tergantung pada faktor sosial ekonomi
dan keadaan keluarganya, seperti tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga,
tingkat upah, luas lahan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan tingkat
pengalaman. Lalu berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel independen maka
variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, dan status
perkawinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel curahan waktu
kerja wanita tani pada usahatani padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
jumlah tanggungan keluarga semakin sedikit, upah semakin meningkat, dan luas
lahan yang digarap semakin luas maka curahan waktu kerja wanita tani
mengalami peningkatan. Dan apabila wanita tani berstatus belum menikah atau
janda cenderung memiliki curahan waktu kerja yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita tani yang menikah.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Diduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada
usahatani padi rawa lebak adalah tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman
kerja, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan garapan.
2. Diduga masih terdapat kearifan lokal yang diterapkan dalam usahatani padi
rawa lebak yang dilakukan oleh petani di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan
Ilir mulai dari kegiatan pengolahan lahan, pengadaan dan penyemaian benih,
penanaman, pemeliharaan, panen hingga pasca panennya.
21
Universitas Sriwijaya
2.4. Batasan Operasional
Adapun batasan-batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir.
2. Responden dalam penelitian ini adalah petani padi rawa lebak di Desa Soak
Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
3. Key informan adalah kepala adat ataupun pejabat terkait yang memiliki
pengetahuan mengenai kearifan lokal dan potensi di Desa Soak Batok.
4. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan petani di Desa Soak Batok yang
merupakan warisan secara turun temurun dari generasi sebelumnya dan juga
merupakan proses pengalaman hidup yang dijalani yang kemudian diterapkan
dalam proses usahatani di lahan rawa lebak.
5. Kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebak meliputi pengolahan lahan,
pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen sampai
dengan pasca panen.
6. Usahatani padi rawa lebak adalah kegiatan membudidayakan dan
mengembangkan padi di lahan rawa lebak untuk mendapatkan manfaat dan
hasil dari komoditas tersebut.
7. Tenaga kerja pertanian adalah orang yang digunakan untuk melaksanakan kerja
dalam proses usahatani padi rawa lebak.
8. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam usahatani
padi dengan satuan hari orang kerja (HOK) yang berasal dari dalam keluarga
dan luar keluarga.
9. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam
petani yaitu kepala keluarga beserta istri dan anak.
10. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga
yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku.
11. Komposisi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga adalah tenaga kerja
pria dan tenaga kerja wanita.
12. Tenaga kerja pria adalah tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak yang
berjenis kelamin pria dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau
22
Universitas Sriwijaya
berumur diatas 15 tahun (HKP).
13. Tenaga kerja wanita adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang berjenis
kelamin wanita dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau berumur
diatas 15 tahun (HKW).
14. Tingkat pendidikan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang
menunjukkan jenjang pendidikan formal responden petani padi rawa lebak
(orang).
15. Usia petani merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan data
sekunder dengan indiaktor usia atau umur responden petani padi rawa lebak
(tahun).
16. Pengalaman kerja merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan
lamanya responden petani rawa lebak bekerja sebagai petani (tahun).
17. Luas lahan garapan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang
menunjukkan besarnya luas lahan garapan untuk usahatani padi rawa lebak
yang diusahakan oleh responden petani padi rawa lebak (hektar).
18. Jumlah tanggungan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang
menunjukkan banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan
responden petani rawa lebak (orang).
23 Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir. Dengan waktu pelaksanaan yang dilakukan pada bulan
Desember 2021 sampai dengan bulan Januari 2022. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Indralaya Utara khususnya di Desa Soak Batok
memiliki mata pencaharian sebagai petani padi rawa lebak yang diteliti sesuai
dengan topik bahasan yaitu kearifan lokal usahatani padi dan curahan tenaga
kerja.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey
method). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari petani dimana data
tersebut mewakili daerah yang akan diteliti, metode ini dilakukan dengan cara
berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. Penelitian dilaksanakan dengan
melakukan wawancara mendalam kepada responden di Desa Soak Batok dan
memberikan daftar pertanyaan (kuisioner) yang berisi pertanyaan yang digunakan
sebagai bahan untuk pengumpulan data agar mendapatkan data dan informasi
mengenai curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak.
3.3. Metode Penarikan Contoh
Metode penarikan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple
Random Sampling) terhadap populasi petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok.
Metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) adalah
pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi berdasarkan sumber informasi (key
informan) yang dianggap mewakili populasi petani padi rawa lebak, serta
masyarakat yang mampu memberikan opini tentang kajian yang dilakukan.
Jumlah penduduk Desa Soak Batok sekitar 6.007 jiwa yang mata
24
Universitas Sriwijaya
pencahariannya sebanyak 95% merupakan seorang petani padi. Desa Soak Batok
ini terdapat 16 sampai 17 kelompok tani, dalam satu kelompok terdapat 13 sampai
36 orang anggota. Jumlah populasi petani rawa lebak di Desa Soak Batok
sebanyak 385 orang. Untuk mengetahui jumlah sampel yang mewakili populasi
maka digunakan rumus Slovin. Menurut Hidayat (2017) rumus Slovin yaitu rumus
yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel minimal jika perilaku dari
sebuah populasi tidak diketahui secara pasti. Dari perhitungan Slovin tersebut
dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 15% diperoleh jumlah sampel
pada penelitian ini yaitu sebanyak 39,84 atau dibulatkan menjadi 40 orang petani
yang bermata pencaharian utama sebagai petani padi rawa lebak di Desa Soak
Batok. Responden dipilih untuk menggali informasi mengenai curahan tenaga
kerja dan kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara serta observasi. Metode
wawancara dilakukan dengan tanya jawab pada petani mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. pengambilan data primer dilakukan dengan teknik
wawancara langsung kepada petani menggunakan pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu pada kuesioner. Sedangkan metode observasi
digunakan untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan (crosscheck)
mengenai kesesuaian antara hasil wawancara dengan keadaan di lapangan.
Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dari pihak-
pihak tertentu. Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur, hasil penelitian
terdahulu, internet serta studi dokumentasi terkait dengan penelitian ini, juga dari
beberapa lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian. Selain itu data
sekunder yang diambil juga berupa data dari berbagai tulisan seperti data statistik
daerah Kecamatan Indralaya Utara dan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ogan Ilir. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara mencari di internet,
membaca buku, jurnal, mendatangi dinas serta mencari informasi lainnya
mengenai penelitian melalui sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
25
Universitas Sriwijaya
3.5. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi untuk dianalisis
secara sistematis dan dijelaskan secara deskriptif dengan bantuan program
Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statisctical Package For Social Science).
Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengidentifikasi kearifan
lokal pada usahatani padi rawa lebak dari awal pengelolaan lahan, pengadaan
benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, sampai dengan pasca
panen. Proses memperoleh data ini menggunakan analisis secara deskriptif
berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden dan juga bertanya kepada
key informan yang biasanya merupakan orang yang dituakan di desa tersebut.
Hasil yang diperoleh kemudian dipresentasekan berdasarkan jumlah responden.
Untuk menjawab permasalahan kedua yaitu menganalisis seberapa besar
curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok dapat
dijawab menggunakan rumus :
JK Total = JO x HK x JK x HKP
HKSP =
Keterangan:
HKSP = Hari Kerja Setara Pria (hari kerja)
JO = Jumlah Orang (orang)
HK = Hari Kerja (hari)
JK = Jam Kerja (jam)
JKS = Jam Kerja Standar (jam)
HKP = Hari Kerja Pria (hari)
Hernanto (1996) membuat konversi tenaga kerja, yaitu dengan
membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain
dikonversi atau disetarakan dengan pria, yaitu: 1 pria = 1 hari kerja pria; 1 wanita
= 0,7 hari kerja pria; dan 1 anak = 0,5 hari kerja pria.
Untuk menjawab permasalahan ketiga yaitu menganalisis pengaruh faktor-
faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja yaitu tingkat pendidikan, usia
petani, pengalaman kerja, dan luas lahan garapan pada usahatani padi rawa lebak
di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir yaitu
menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda
merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen, hubungan masing-masing variabel
26
Universitas Sriwijaya
independen yang positif atau negatif, dan memprediksi nilai dari variabel
independen. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dari variabel
independen yaitu (tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman kerja, dan luas
lahan garapan) terhadap variabel dependen (Curahan tenaga kerja).
Menurut Novita (2012) analisis regresi linier berganda tersebut dapat
dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis
regresi linier berganda yang menjadi variabel dependen (Y) adalah curahan
tenaga kerja. Sedangkan variabel independen (X), yaitu tingkat pendidikan
(X1), usia petani (X2), pengalaman kerja (X3), luas lahan garapan (X4), dan
jumlah tanggungan (X5).
Persamaan regresi linier berganda yang digunakan, yaitu:
Y = b0 + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b5X5
Keterangan:
Y = Curahan tenaga kerja (HOK)
X1 = Tingkat pendidikan (Orang)
X2 = Usia petani (Tahun)
X3 = Pengalaman Kerja (Tahun)
X4 = Luas lahan garapan (Ha)
X5 = Jumlah tanggungan (Orang)
b0 = Intersep atau konstanta regresi penaksir dari β0
b1 – b4 = Koefisien regresi penaksir dari β1 – β4
2. Uji Koefisien Determinasi (R2
)
Uji koefisien determinasi (R2
) digunakan untuk mengukur besarnya sumbangan
variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien
determinasi (R2
) mempunyai nilai antara 0 sampai 1 atau 1 > R > 0. Semakin
tinggi nilai koefisien determinasi (R2
) suatu regresi atau semakin mendekati
nilai 1 maka akan semakin baik regresinya. Sebaliknya, nilai koefisien
determinasi (R2
) suatu regresi yang semakin kecil akan membuat kesimpulan
dari regresi tersebut tidak dipercaya. Umumnya nilai koefisien determinasi (R2
)
ditulis dalam bentuk persen.
3. Uji Koefisien Korelasi (r)
Uji koefisien korelasi (r) digunakan untuk menunjukkan ukuran kekuatan
hubungan linier antara variabel dependen dan variabel independen. Besarnya
koefesien korelasi (r) berkisar antara +1 sampai dengan -1. Jika koefesien
27
Universitas Sriwijaya
korelasi (r) positif maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya
jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi. Sebaliknya,
koefesien korelasi (r) negatif maka kedua variabel mempunyai hubungan
terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan rendah.
4. Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel
independen (X) secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Y). Uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.
Hipotesis:
H0 : β1= β2 = β3 = β4 = 0
Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
Kaidah keputusan:
a) Apabila Fhitung ≤ Ftabel (α = 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat.
b) Apabila Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat.
5. Uji t (Uji Regresi secara Individual)
Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat kuat atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara terpisah terhadap variabel dependen. Adapun cara pengujiannya yaitu:
a) Jika nilai signifikansi kurang dari tingkat kesalahan (0,05), berarti terdapat
pengaruh yang nyata atau signifikan pada variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai signifikansi lebih dari tingkat kesalahan (0,05), berarti tidak
terdapat pengaruh yang nyata atau tidak signifikan pada variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen.
Hipotesis:
H0 : β1 = β2 = β3= β4 = 0
Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
28
Universitas Sriwijaya
Kaidah keputusan :
a) Apabila t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara
individu variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
b) Apabila t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara
individu variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
6. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan korelasi antara variabel independen yang satu dengan lainnya.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independennya. Jika variabel independen saling berkorelasi maka
variabelvariabel tersebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi maka
dapat dilihat, sebagai berikut:
a) Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Melihat nilai toleransi dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu
model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai toleransi
kurang dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.
7. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu
variabel independen. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas, salah satunya dengan menggunakan uji Breush-Pagan/
Cook-Weisberg test. Hasil dari uji Breush-Pagan/Cook-Weisberg test dapat
diketahui dengan melihat nilai signifikansinya. Jika nilai tersebut lebih besar
dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Sedangkan apabila nilai
tersebut kurang dari 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas.
29
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, M. dan Chendy Tapakrisnanto. 2016. Potensi dan Karakteristik Lahan Rawa
Lebak. Bogor : IAARD Press.
Badan Pusat Statistik. 2016. Mata Pencaharian Di Kecamatan Indralaya Utara.
Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara.
Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Sumatera
Selatan. Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Ogan Ilir Dalam Angka 2020. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir.
Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi
Menurut Provinsi 2018-2020. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Baruwadi, M. 2012. Ekonomi Rumah Tangga. Universitas Negeri, Gorontalo.
Donggulo, Candra V et al. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) Pada Berbagai Pola Jajar Legowo Dan Jarak Tanam. Jurnal
Agroland. Vol. 24, No. 1. Hal : 27 – 35.
Fadhla, Teuku. 2017. Analisis Manajemen Usaha Tani dalam Meningkatkan
Pendapatan dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Tangan-Tangan Kab.
Aceh Barat Daya. Jurnal Visioner & Strategis. Vol. 6, No. 2. Hal : 9-23.
Gunawan, Lia et al. 2018. Studi Etnobotani Tanaman Padi (Oryza Sativa) di Desa
Wonoharjo, Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon. Vol. 4, No. 2. Hal : 133-138.
Guntur, Alfensius et al. 2016. Kajian Kearifan Lokal Petani Padi Sawah di Desa
Huta Gurgur Ii Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau. Vol. 3, No. 2. Hal : 1-7.
Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kawengian, Trifly et al. 2019. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi di
Desa Lowian Kecamatan Maesaan. Jurnal Transdisiplin Pertanian
(Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan),
Sosial dan Ekonomi. Vol. 15, No. 3. Hal : 397-406.
Khairullah, I. dan Isdijanto Ar-Riza. 2017. Kearifan Lokal Petani Lahan Rawa
Lebak. Jakarta : IAARD Press.
Kristyanto, Eko Noer. 2017. Kedudukan Kearifan Lokal Dan Peranan Masyarakat
Dalam Penataan Ruang di Daerah. Jurnal Rechtsvinding Media Pembinaan
Hukum Nasional. Vol. 6, No. 2. Hal : 151-170.
Larasati. 2012. Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Petani
Padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Malang :
Universitas Brawijaya.
30
Universitas Sriwijaya
Lestari, Dinda. 2021. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Berbasis Kearifan
Lokal Dalam Pengelolaan Tanaman Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Normansyah, D., Siti Rochaeni dan A.D. Humaerah. 2014. Analisis Pendapatan
Usahatani Sayuran di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis. Vol. 8, No. 1.
Novita, Rista. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja
Wanita Tani Pada Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus Di Desa Ngarjo
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto). Skripsi. Malang :
Universitas Brawijaya.
Pesurnay, Althien Jhon. 2018. Local Wisdom in a New Paradigm : Applying
System Theory to the Study of Local Culture in Indonesia. IOP Conference
Series : Earth and Environmental Science.
Pujiharti, Yulia. 2017. Peluang Peningkatan Produksi Padi Di Lahan Rawa Lebak
Lampung. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 36, No. 1. Hal : 13-20.
Qamar, Nurul., et al. 2017. Local Wisdom of Bugis-Makassar in Legal
Perspective. International Multidisciplinary Conference and Call for Paper.
Rahim, A dan D. Retno. 2014. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Ridwan, M., A. Fatchan dan I.K. Astina. 2016. Potensi Objek Wisata Toraja Utara
Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Sumber Materi Geografi Pariwisata. Jurnal
Pendidikan. Vol. 1, No. 1.
Rosalina, Berlin. 2017. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Terhadap Curahan Waktu
Kerja Kelompok Wanita Tani Padi di Desa Banjaran Kecamatan Bangsri
Kabupaten Jepara. Skripsi. Departemen Pertanian : Agribisnis.
Sabiningrum, 2010. Pendapatan Keluarga dan Curahan Tenaga Kerja Pada Petani
Salak Pondoh Desa Bangunkerto Skripsi. Fakultas Pertanian Unibraw.
Malang.
Sari, Lili Nopita. 2021. Curahan Tenaga Kerja Petani Untuk Pendapatan Rumah
Tangga Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Rantau Alih Kecamatan
Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang. Skripsi. Palembang : Universitas
Sriwijaya.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. Vol. 14, No. 2. Hal : 111-120.
Soraya, Madina. 2020. Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Desa Bangsal Kecamatan
Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Skripsi. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur : Penebar Swadaya.
31
Universitas Sriwijaya
Suryana. 2016. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Tani Terpadu Berbasis
Kawasan di Lahan Rawa. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 35, No. 2. Hal :
57–68.
Syahputra, Fikri dan Ishak Yuarsah Inan. 2019. Prospek Lahan Sawah Lebak
Untuk Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan. Indonesian Journal of Socio Economics. Vol. 1, No. 2. Hal : 109-
114.
Tatipikilawan, Jomima M. 2012. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga
Pada Usaha Peternakan Kerbau di Pulau Moa Kabupaten Maluku Baratdaya.
Jurnal Agroforestri. Vol. 7, No. 1. Hal : 9-10.
Utami, Annisa Wanda. 2015. Analisi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha
Domba Analysis Farm Worker Productivity In Sheep Farm. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran. 7 (3) : 1-25.
Yuniawan, A.I. 2012. Faktor-Faktor Yang Berpenaruh Terhadap Produksi
Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Ciamis Galuh.
Zahasfana, Linda Laila. 2017. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi di Desa
Gumelar Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Skripsi. Jember :
Universitas Jember.
Zaman, Nur., et al. 2020. Ilmu Usahatani. Medan : Yayasan Kita Menulis.

More Related Content

Similar to 6. PROPOSAL SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
Bab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakaBab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakairwanza
 
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfTesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfSudirman Sultan
 
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...rina0107
 
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan siloFaktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan siloPascasarjana POLITEKNIK NEGERI JEMBER
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...Dicky Audi
 
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiStrategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiSudirman Sultan
 
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdfAnalisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdfAndesson1
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...Warnet Raha
 

Similar to 6. PROPOSAL SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf (20)

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
proposal metil1tititn
proposal metil1tititnproposal metil1tititn
proposal metil1tititn
 
Bab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakaBab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustaka
 
09 e00942
09 e0094209 e00942
09 e00942
 
09 e00942
09 e0094209 e00942
09 e00942
 
3861
38613861
3861
 
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfTesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
 
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
 
4250406037
42504060374250406037
4250406037
 
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan siloFaktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
 
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiStrategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
 
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdfAnalisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
 
achmad (2).pdf
achmad (2).pdfachmad (2).pdf
achmad (2).pdf
 
syarif
syarifsyarif
syarif
 
Skripsi 334
Skripsi 334Skripsi 334
Skripsi 334
 
Kti wa ode isnawati
Kti wa ode isnawatiKti wa ode isnawati
Kti wa ode isnawati
 
Kti wa ode isnawati
Kti wa ode isnawatiKti wa ode isnawati
Kti wa ode isnawati
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
 
Kti wa ode isnawati (2)
Kti wa ode isnawati (2)Kti wa ode isnawati (2)
Kti wa ode isnawati (2)
 

More from Muhammad Ihsan

8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdfMuhammad Ihsan
 
4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdfMuhammad Ihsan
 
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdfMuhammad Ihsan
 
3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdfMuhammad Ihsan
 
7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdfMuhammad Ihsan
 
2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdfMuhammad Ihsan
 
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdfMuhammad Ihsan
 

More from Muhammad Ihsan (7)

8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
8. FILE JURUSAN TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
 
4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
4. LAPORAN MAGANG TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
 
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
 
3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
3. LAPORAN PL TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
 
7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
7. BIODATA ALUMNI FOTO TENGAH TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
 
2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
2. MAKALAH SEMHAS TASSYA AURIA ZAHRA_05011281823085.pdf
 
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

6. PROPOSAL SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf

  • 1. PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI RAWA LEBAK DI DESA SOAK BATOK KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR ANALYSIS OF LABOR OUTPUT IN SWAMP RICE CREATING IN SOAK BATOK VILLAGE INDRALAYA UTARA DISTRICT OGAN ILIR REGENCY Tassya Auria Zahra 05011281823085 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021
  • 2.
  • 3. PERNYATAAN INTEGRITAS Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Tassya Auria Zahra NIM : 05011281823085 Judul : Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Menyatakan bahwa seluruh data dan informasi yang saya sajikan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri di bawah supervise pembimbing, kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya unsur plagiasi dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dari Universitas Sriwijaya. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak mendapat paksaan dari pihak manapun. Indralaya, Desember 2021 Tassya Auria Zahra
  • 4. RIWAYAT HIDUP Nama lengkap penulis adalah Tassya Auria Zahra, anak sulung dari lima bersaudara, merupakan anak dari Husni Alias dan Yoyoh Sadiah. Dilahirkan di Palembang pada tanggal 8 Februari 2001. Riwayat pendidikan penulis yaitu TK (Taman Kanak–Kanak) di TK YWKA (Yayasan Wanita Kereta Api) Kota Palembang pada tahun 2005, Sekolah Dasar di SD Negeri 30 Kota Palembang pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 27 Kota Palembang pada tahun 2012, dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 16 Kota Palembang pada tahun 2015. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sriwijaya sejak tahun 2018 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selain belajar dibangku perkuliahan, penulis juga mengikuti organisasi yang ada di kampus yaitu Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan yaitu HIMASEPERTA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan Organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Jurusan yaitu DPM KM SOSEK.
  • 5. v Universitas Sriwijaya KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis curahkan atas kehadirat Allah SWT. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah SAW sebagai utusannya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini “Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir”. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Sang pencipta, Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan terimakasih juga atas pertolongan Allah SWT semua prosesnya dapat terlewati. 2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya agar skripsi ini dapat terselesaikan dan dimudahkan segala jalannya. 3. Pacar yang telah mendukung dan membantu selama proses penelitian berlangsung hingga selesai. 4. Bapak Kepala Desa Soak Batok yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di desa tersebut. 5. Bapak Kepala Dusun III Desa Soak Batok yang telah membantu memberikan izin dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung. 6. Teman-teman seperbimbingan yaitu Asti, Salman, Rifyal dan khususnya Femi yang telah membantu dalam proses penelitian serta memberikan semangat dalam proses pengerjaannya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belumlah sempurna baik penulisan maupun isi karena keterbatsan kemampuan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi kita semua dan bagi penulis khususnya. Indralaya, Desember 2021 Penulis
  • 6. vi Universitas Sriwijaya DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI............................................................................................... vi DAFTAR TABEL....................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 5 1.3. Tujuan .................................................................................................. 6 1.4. Manfaat ................................................................................................ 6 BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 7 2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 7 2.2. Model Pendekatan................................................................................ 18 2.3. Hipotesis .............................................................................................. 19 2.4. Batasan Operasional............................................................................. 21 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 23 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 23 3.2. Metode Penelitian ................................................................................ 23 3.3. Metode Penarikan Contoh.................................................................... 23 3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 24 3.5. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
  • 7. vii Universitas Sriwijaya DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya Utara Tahun 2016..................................................... 4
  • 8. viii Universitas Sriwijaya DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian................................................. 18
  • 9. 1 Universitas Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan bidang pertanian memiliki istilah kegiatan usahatani, usahatani merupakan kegiatan petani yang menentukan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal, penggunaan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan manfaat yang sebaik- baiknya serta pendapatan maksimal bagi petani (Suratiyah, 2015). Menurut Juhardi (2013) dalam Sari (2021) pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki relisiensi yang tinggi dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi suatu negara. Sebagai negara agraris dan negara maritim yang besar, sektor pertanian dalam arti yang luas (termasuk pertanian tanaman pangan, perkebunan, pertenakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan sumber pendapatan sekaligus sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Di Indonesia sendiri prospek sumberdaya lahan rawa lebak yang dimiliki dan letak yang strategis dengan aksesibilitas yang cukup baik, merupakan modal dasar serta peluang besar untuk pengembangan sektor pertanian tanaman pangan pada skala regional maupun nasional (Pujihatri, 2017). Lahan rawa lebak merupakan lahan potensial dan prospektif untuk pengembangannya di masa depan. Pemanfaatan lahan rawa lebak di Indonesia memiliki peranan penting dan strategis bagi pengembangan pertanian terutama mendukung ketahanan pangan Nasional. Menurut Pujiharti (2017) luas lahan rawa lebak yang terdapat di Indonesia ada sekitar 13,28 juta ha, yang terdiri atas 4,17 juta ha rawa lebak dangkal/pematang, 6,08 juta ha lahan rawa lebak tengahan, dan 3,04 juta ha lahan rawa lebak dalam yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Salah satu kegiatan pertanian yang dilakukan di lahan rawa lebak adalah usahatani padi, apalagi tanaman padi merupakan komoditi yang dominan ditanami di lahan rawa lebak. Hal ini disebabkan oleh luas lahan rawa lebak yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian khususnya tanaman padi masih
  • 10. 2 Universitas Sriwijaya tersedia cukup luas. Padi adalah salah satu bahan pangan yang paling utama, karena keberadaannya yang sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat dan menjadi makanan pokok (beras) bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi di tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,02% dibandingkan dengan produksi padi pada tahun 2019. Sebagian besar (94,9%) produksi padi dihasilkan dari agroekosistem lahan sawah, dan sisanya dari lahan kering (Pujiharti, 2017). Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2020) luas lahan panen padi di Sumatera Selatan padi sebesar 551,32 ribu ha dengan produksi padi sebesar 2,74 juta ton GKG dari total keseluruhan produksi padi indonesia yaitu 54,65 juta ton GKG dari total luas lahan padi mencapai 10,65 juta ha. Sedangkan lahan rawa lebak terluas terdapat di Sumatera, yaitu sekitar 3,44 juta ha dan yang sesuai untuk lahan pertanian sekitar 1,15 juta ha dan Sumatera Selatan merupakan lahan rawa lebak yang dominan. Luas total lahan rawa lebak yang ada di Sumatera Selatan yaitu mencapai 285.941 ha. Salah satu daerah yang mempunyai potensi lahan rawa lebak terluas adalah Kabupaten Ogan Ilir, dimana pada tahun 2015 berada di urutan kedua untuk luas lahan padi rawa lebak yang ditanami satu kali dalam setahun, dengan luas lahan sebesar 45.074 ha. Namun untuk lahan rawa lebak yang ditanami dua kali dalam setahun masih tergolong kecil yaitu hanya sebesar 1.615 ha (Badan Pusat Statistik, 2016). Lahan rawa lebak memiliki keunggulan apabila dimanfaatkan dengan teknologi pengelolaan dan tanaman terpadu yang tepat, juga akan mampu menghadapi tantangan kebutuhan pangan yang semakin besar, meningkatkan pendapatan petani, serta memperluas lapangan pekerjaan. Karakteristik lahan rawa lebak yang berbeda-beda membuat pengelolaannya pun berbeda-beda di setiap daerah. Pemanfaatan lahan rawa lebak tersebut ada yang dilakukan dengan cara modern dan beberapa ada pula yang tetap mempertahankan kearifan lokal di daerahnya, dimana masyarakat selalu menerapkan kebiasaan dari jaman dahulu dalam budidaya usahatani dan pengolahan lahannya. Menurut Lestari (2021) berdasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa Desa Soak Batok yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir masih terdapat kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padinya yaitu pada
  • 11. 3 Universitas Sriwijaya tahap pengadaan benih, penanaman, panen, dan pasca panen. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki masyarakat pada umumnya dan berperan sebagai ilmu untuk bertahan hidup di lingkungannya dengan menyatukan berbagai aspek mulai dari kepercayaan, norma, dan budaya. Kearifan lokal biasanya banyak ditemui pada saat adanya kegiatan adat dan juga kepercayaan masyarakat yang diyakini dengan rentang waktu yang cukup lama serta sering kali bertujuan sebagai solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari (Ridwan et al., 2016). Pengolahan lahan yang tepat dalam usahatani memang perlu dilakukan namun terdapat faktor lain yang juga harus diperhatikan yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan petani dalam pelaksanaan usahataninya. Menurut Larasati (2012) tenaga kerja adalah suatu faktor produksi yang utama. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja meliputi tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak dan tenaga kerja ternak dan tenaga mesin. Sedangkan menurut Baruwadi (2012) tenaga kerja yaitu suatu faktor penting dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarga maupun tenaga kerja dari luar keluarga serta kegiatan produksi yang utama dalam kegiatan usahataninya dan sebagai pemimpin yang mengatur seluruh aspek organisasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian yang diusahakan secara keseluruhan. Alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh petani secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani lainnya. Dalam analisa ketenagakerjaan dibidang pertanian, pengunaan tenaga kerja dibidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja merupakan suatu besaran tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk hari orang kerja (HOK) yang dihitung setiap hari kerjanya (Rahim et al., 2014). Atau dengan kata lain curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam kegiatan usahatani dimana tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses produksi dan pengolahan sampai pasca panen. Adapun menurut Utami (2015) faktor-faktor yang
  • 12. 4 Universitas Sriwijaya mempengaruhi curahan tenaga kerja adalah tingkat pendidikan, usia, pengalaman kerja, dan jenis kelamin. Sebagian besar tenaga kerja yang tersedia di suatu pedesaan adalah kegiatan pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarso (2014) dalam Zahasfana (2017) yang menyatakan bahwa sebenarnya sektor pertanian masih merupakan tumpuan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara merupakan salah satu Desa yang ada di Kabupaten Ogan Ilir yang mayoritas penduduknya adalah bekerja sebagai petani padi. Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara merupakan salah satu desa penghasil padi juga memanfaatkan lahan rawa lebak dalam kegiatan pengolahan pertaniannya. Sebagian besar penduduk Desa Soak Batok bekerja di bidang pertanian baik dikelola sendiri maupun sebagai buruh tani atau tenaga kerja pertanian. Data mata pencaharian penduduk menurut desa di Kecamatan Indralaya Utara dapat di lihat pada Tabel 1.1. berikut ini. Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya Utara Tahun 2016 No. Desa/Kelurahan Mata Pencaharian 1. Bakung Perkebunan Karet 2. Lorok Perkebunan Palawija 3. Parit Perkebunan Karet 4. Pumajaya Perkebunan Karet 5. Payakabung Perkebunan Karet 6. Tanjung Baru Pertanian Holtikultura dan Peternakan 7. Tanjung Pering Industri makanan dan Peternakan 8. Sungai Rambutan Pertanian Holtikultura 9. Soak Batok Pertanian Padi 10. Timbangan Perdagangan dan Jasa 11. Suka Mulya Perkebunan Kelapa Sawit 12. Pulau Kabal Perkebunan Karet 13. Tanjung Pule Pertanian Holtikultura 14. Permata Baru Perdagangan dan Jasa 15. Palem Raya Perdagangan dan Jasa 16. Pulau Semambu Pertanian Holtikultura dan Perdagangan Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara, 2016
  • 13. 5 Universitas Sriwijaya Total luas lahan panen yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan ilir pada padi sawah adalah sebesar 838 ha dengan produksi 3.129 ha dan produktivitas sebesar 3.732 ton/ha (Badan Pusat Statistika, 2020). Selain itu berdasarkan data Badan Pusat Statistika Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016 diatas bahwa Desa Soak Batok merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Indralaya Utara yang memiliki jumlah penduduk bermata pencaharian sebagian besar petani padi. Desa Soak Batok yang berbatasan dengan Desa Sungai Rambutan dan Kota Madya Palembang memiliki luas wilayah 2.500 Ha, Desa ini dipecah menjadi 4 Dusun dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 603 dan jumlah penduduk sekitar 6.007 jiwa yang mata pencariannya 95% adalah sebagai petani padi. Peluang peningkatan produksi padi adalah pemanfaatan lahan rawa lebak (Pujiharti, 2017). Desa Soak Batok dipilih karena merupakan wilayah mayoritas pertanian padi yang juga memanfaatkaan lahan rawa lebak berbasis kearifan lokal dalam usahatani nya. Terkait penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kearifan lokal pada usahatani padi di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir, pada penelitian ini akan dikaji lebih jauh seperti apa kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang diterapkan oleh masyarakat setempat. Selain itu rumah tangga petani sangat berperan penting sebagai penyedia tenaga kerja baik segi pertanian maupun non pertanian sehingga kegiatan yang dilakukan dapat mempengaruhi alokasi curahan tenaga kerja petani. Oleh sebab itu, curahan waktu kerja petani sangat penting untuk dipelajari karena berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga petani (Norfahmi et al., 2017 dalam Sari, 2021). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pokok kajian tentang “Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa
  • 14. 6 Universitas Sriwijaya Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir? 2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir? 1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 2. Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 3. Menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 1.4. Manfaat Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bahan informasi bagi petani rawa lebak mengenai kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padi di rawa lebak. 2. Sebagai sumber informasi untuk penelitian sejenis dan sebagai landasan untuk melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas serta bermanfaat bagi masyarakat. 3. Diharapkan dapat berguna bagi pemerintah ataupun instansi, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait ketenagakerjaan dan lahan rawa lebak.
  • 15. 7 Universitas Sriwijaya BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsepsi Kearifan Lokal Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”. (Sartini, 2004) Kearifan lokal adalah bentuk pengetahuan tradisional yang dipahami oleh manusia atau masyarakat yang berinteraksi dengan alam sekitarnya, sehingga kearifan lokal dapat disebut sebagai pengetahuan kebudayaan yang mencakup model-model pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat secara lestari termasuk cara menjaga hubungan dengan alam melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab (Suhartini, 2009 dalam Kristiyanto, 2017). Selain itu, menurut Khairullah dan Ar-Riza (2017) kearifan lokal merupakan warisan budaya Indonesia dari nenek moyang terdahulu, yang melalui proses interaksi panjang dalam pembentukannya antara manusia dengan lingkungannya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam prosesnya, kearifan lokal ini sangat bergantung dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan sekitar masyarakat yang kemudian dipengaruhi oleh pandangan, sikap, serta pola perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Adapun karakteristik kearifan lokal, yaitu (1) harus menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang tentang etika dan nilai-nilai moral; (2) kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan untuk menghancurkannya; dan (3) kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua. Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika,
  • 16. 8 Universitas Sriwijaya kepercayaan, adat-istiadat, hukum, adat, aturan-aturan khusus. Selanjutnya, nilai- nilai yang relevan dengan kearifan lokal, antara lain nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kreatif, serta kerja keras (Mungmachon, 2012). Kearifan lokal berasal dari kemampuan yang masyarakat miliki untuk mengelola serta mengatur ketersediaan dari sumber daya alam yang ada di lingkungan sekitarnya sehingga mereka tentunya kehidupan mereka dapat bergantung dari alam tersebut (Pseurnay, 2018). Qamar et al., (2017) juga menambahkan bahwasanya nilai-nilai budaya dari suatu lingkungan ataupun bangsa merupakan kearifan lokal dari lingkungan tersebut yang mencerminkan jati diri dari masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat dalam suatu lingkungan tersebut perlu menjaga nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Petani mempunyai kearifan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pertanian padi baik yang masih berlangsung sampai saat ini maupun yang sudah hilang dan ditinggalkan. Salah satu contoh yang mulai ditinggalkan petani adalah pembajakan sawah dengan menggunakan kerbau, para petani sudah beralih dengan menggunakan handtractor dengan alasan lebih cepat dan mudah (Guntur et al., 2016) Pada zaman dahulu, beberapa kearifan lokal dalam sistem pertanian banyak diremehkan oleh sistem pertanian maju yang mengejar produksi. Hal tersebut dikarenakan kearifan lokal dianggap tidak efektif dan efisien. Namun, seiring berjalannya waktu banyak ahli yang menganjurkan untuk pembangunan pertanian berbasis kearifan lokal. Hal tersebut agar penggunaan sumberdaya alam dapat berlangsung lama (Khairullah dan Ar-Riza, 2017).
  • 17. 9 Universitas Sriwijaya 2.1.2. Konsepsi Lahan Rawa Lebak Lahan rawa lebak terbentuk akibat perbedaan elevasi yang kecil, sehingga kelancaran aliran permukaan menuju laut terhambat, selanjutnya terbentuk genangan yang berupa rawa, terutama di sepanjang aliran sungai-sungai besar. Kedalaman genangan bersifat dinamis tergantung musim serta bentuk dan posisi lahan. Pada musim kemarau genangan air berkurang dan kondisi sebaliknya pada musim hujan. Permasalahan air di lahan rawa lebak sangat tergantung pada tipologinya, sebagai contoh pada lahan dengan tipologi lebak pematang, maka pengelolaan air pada wilayah ini harus bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang masuk ke persawahan. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi genangan yang tinggi dan mengkonservasi air pada musim kemarau agar tanaman tercukupi kebutuhan airnya (Syahputra et al., 2019). Lahan rawa lebak ini selalu digenangi air apabila musim hujan tiba dan selanjutnya akan perlahan-lahan surut seiring dengan pergantian musim yaitu dari musim hujan ke musim kemarau. Berdasarkan tinggi genangan dan lama genangan, lahan rawa lebak dapat dikelompokkan menjadi lebak dangkal dengan tinggi genangan 100 cm dan lama genangan >3-6 bulan. Di lahan rawa lebak ini, jenis komoditas dan indeks pertanaman sangat bergantung dari jenis lebaknya, dengan tingkat kesuburan sedang karena ada pengkayaan hara dari luapan sungai (Mulyani dan Sarwani, 2013). Pengelolaan lahan rawa lebak secara garis besar meliputi : (1) pola tanam dan teknologi budidaya, (2) aspek pendukung dan (3) sumber daya manusia (Syahputra et al., 2019). Ada dua kelompok tanah di lahan lebak, yaitu tanah gambut, dengan ketebalan lapisan gambut >50 cm, dan tanah mineral, dengan ketebalan lapisan gambut di permukaan <50 cm. Tanah mineral yang mempunyai lapisan gambut di permukaan 20-50 cm disebut tanah mineral bergambut. Tanah mineral murni hanya memiliki lapisan gambut di permukaan <20 cm. Tanah di lahan rawa lebak memiliki kandungan hara tanah yang rendah sehingga perlu dilakukan pengelolaan hara. (Subagyo, 2006 dalam Pujiharti, 2017). Lahan rawa lebak memiliki potensi dan peluang sangat besar untuk pengembangan usahatani terpadu (tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan) dengan memerhatikan kondisi lahan dan memanfaatkan teknologi yang ramah
  • 18. 10 Universitas Sriwijaya lingkungan (Suryana 2016). Jenis lahan rawa lebak yang potensial tersebut yaitu lebak pematang/dangkal dan lebak tengahan. Biasanya pada lahan rawa lebak jenis ini banyak dijadikan sebagai area persawahan yang ditanami palawija dan juga sayuran pada pinggiran sawahnya. Sedangkan untuk lebak dalam, biasanya lebih cocok dijadikan sebagai tempat budidaya ikan air tawar (Alwi dan Tapakrisnanto, 2016). Produksi padi di lahan rawa lebak dapat ditingkatkan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), produktivitas, penekanan senjang hasil dan kehilangan hasil. Produktivitas padi di lahan rawa lebak dapat ditingkatkan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Teknologi yang dapat diterapkan pada lahan rawa lebak adalah varietas unggul baru, cara tanam, pengelolaan hara spesifik lokasi, pengelolaan air, serta pengendalian hama dan penyakit terpadu (Pujiharti, 2017). Namun tidak semua tipe lahan rawa lebak dapat ditanami padi setiap tahun. Pada lebak dangkal dan lebak tengahan, penanaman padi dapat dilakukan satu sampai dua kali setahun, sedangkan lebak dalam yang merupakan daerah cekungan hanya dapat ditanami padi pada musim kemarau yang agak panjang. Tinggi dan rendahnya genangan air pada rawa lebak berpengaruh terhadap penentuan jenis tanaman yang akan ditanam, khususnya padi, jagung, dan kedelai. Budidaya tanaman padi dapat dilakukan di lahan rawa lebak dangkal pada bulan Januari, di rawa lebak tengahan pada bulan Febuari, dan di lahan rawa lebak dalam pada bulan Mei (Waluyo et al., 2008 dalam Pujiharti, 2017). Keadaan suatu ekosistem lahan rawa lebak membuat cukup besarnya kesempatan untuk memanfaatkan lahan rawa sebagai tempat produksi pertanian yang tepat. Jenis tanaman yang tentunya dapat diusahakan di lahan rawa lebak juga beragam jenisnya. Apabila rawa lebak yang dimiliki oleh petani dikelola secara optimal, maka dapat memperoleh hasil yang maksimal dan tentunya keuntungan yang diperoleh juga akan besar jika dilihat dari sisi hasil produksinya. Hasil dari analisis usahatani terhadap berbagai macam komoditas yang diusahakan di lahan rawa lebak menunjukkan peluang yang cukup besar, namun besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh tergantung dengan nilai ekonomi serta pola tanam yang digunakan (Noor dalam Soraya, 2020).
  • 19. 11 Universitas Sriwijaya 2.1.3. Konsepsi Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara seorang petani sebagai pengusaha menyusun, mengatur dan menjalankan usaha itu (Adiwilaga, 1982 dalam Kawengian et al., 2019). Sedangkan menurut Rivai (1980) dalam Kawengian et al., (2019) usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Jenis usahatani bervariasi karena setiap bagian lahan memiliki kemampuan yang berbeda dan beragam keputusan manusia yang ditetapkan atas usahatani mereka. Menurut Zaman et al., (2020) usahatani adalah kumpulan usaha yang dilakukan dalam kegiatan pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani serta mengupayakan untuk perbaikan kualitas hidup para petani dengan memberdayakan tenaga kerja yang tersedia, modal dan sumber daya alam yang melimpah, serta kemampuan yang petani miliki. Kegiatan usahatani harus dapat bersaing secara berkelanjutan dengan memperhatikan keinginan pasar, potensi dari sumber daya yang ada dan juga kondisi masyarakat serta lembaga-lembaga yang tersedia. Soekartawi (2003) dalam Zahasfana (2017), mendefinisikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pada bidang pertanian seperti udara, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah dan sebagainya yang ada di alam ini. Sedangkan menurut Suratiyah (2015) usahatani merupakan cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor- faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Pada dasarnya, usahatani terdiri atas beberapa unsur yang memiliki peranan penting dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur tersebut diantaranya lahan pertanian, tenaga kerja, modal dan manajemen (Normansyah, et al., 2014). Dalam ilmu usahatani ada empat faktor produksi yang memegang peranan penting yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen, sehingga pendapatan usahatani merupakan balas jasa dari penyusutan empat faktor produksi tersebut. untuk usahatani padi sawah, produksi gabah sangat tergantung dari peranan luas lahan, pemupukan, pestisida dan tenaga kerja. Namun yang patut diperhitungkan bahwa besar
  • 20. 12 Universitas Sriwijaya kecilnya produksi dipengaruhi oleh kondisi setempat (Fadhla, 2017). Usahatani di Indonesia pada umumnya dari segi tenaga kerja bukan merupakan usaha tani keluarga yang murni, berapapun kecilnya usaha tani tersebut pasti menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Bahkan, kadang kala pada usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih besar dari tenaga kerja keluarga. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, misalnya pada kegiatan tanam, penyiangan dan panen (Suratiyah, 2015). Pada akhirnya, kegiatan usahatani akan menghasilkan suatu output, yang kemudian akan memberikan penghasilan bagi petani. Kegiatan usahatani ini merupakan langkah awal yang dilakukan petani dalam memperoleh keuntungan. Sehingga untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, maka usahatani yang dilakukan perlu optimal. 2.1.4. Konsepsi Padi Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan yang termasuk salah satu makanan pokok masyarakat di Indonesia. Tanaman padi tergolong tanaman semusim yang termasuk ke dalam familia Gramineae. Ciri-ciri yang umum dimiliki oleh tanaman padi yaitu akarnya merupakan jenis akar serabut, batang yang dimiliki sangat pendek, strukturnya terbentuk dari sekumpulan pelepah daun yang saling menopang dan berbentuk batang, jenis daunnya yaitu daun sempurna dan pelepahnya tegak, mempunyai bentuk seperti lanset pada bagian daunnya, berwarna hijau muda hingga tua, memiliki urat dan tergolong jenis daun sejajar, tertutupi oleh rambut-rambut pendek serta renggang, tergolong jenis bunga majemuk, untuk jenis malainya yaitu bercabang-cabang, bunganya menyatu menjadi floret, dan berada di panikula atau pada spilet yang duduk, tipe buahnya yaitu berupa bulir atau kariopsis yaitu susah membedakan antara buah dan bijinya, berbentuk nyaris bulat bahkan lonjong, memiliki ukuran 3 mm sampai dengan 15 mm, ditutupi oleh palea dan lemna atau biasanya lebih dikenal sekam, memiliki struktur yang dominan yaitu berupa endospermium yang biasanya dikonsumsi manusia (Aksi Agraris Kanisius dalam Soraya, 2020). Padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi sendiri sudah dimulai sejak Tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok. Padi
  • 21. 13 Universitas Sriwijaya merupakan tanaman yang istimewa karena memiliki kemampuan beradaptasi hampir pada semua lingkungan dari dataran rendah hingga dataran tingi (2000 mdpl), dari daerah tropis hingga subtropis, dari daerah basah atau rawa- rawa hingga daerah kering dan berpasir, dari daerah subur hingga pada daerah marjinal atau cekaman (Zahasfana, 2017). Padi ini merupakan salah satu komoditi pertanian yang di konsumsi sebagai makanan pokok oleh sebagian besar penduduk Indonesia, sebagian besar penduduk juga memperoleh pendapatan pokok dari berusahatani padi. Menurut Donggulo (2017) padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Yaitu beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya. Diantaranya jagung, umbi-umbian, sagu dan sumber karbohidrat lainnya. Sehingga keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan karbohidrat yang dapat mengenyangkan dan merupakan sumber karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi. Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk makanan pokok sehari-hari. Pembudidayaan padi melalui proses yang panjang, berbulan-bulan, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Proses pembudidayaan semua jenis padi sama. Menurut semua informan yang bekerja sebagai seorang petani dan penggarap maupun petani dan penggiling juga buruh tani, mempunyai pengetahuan yang sama tentang cara pembudidayaan padi, tahapannya yaitu: pemilihan benih, penyemaian benih dan persiapan lahan, tanam padi dan pemeliharaan padi, serta panen padi (Gunawan, 2018). Sedangkan menurut Aak (1990) dalam Zahasfana (2017), sistem budidaya padi sawah lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan budidaya padi lading. Ia juga menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam budidaya padi, antara lain: pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Tanaman padi termasuk tanaman pangan yang penting karena tergolong komoditas utama di Indonesia dalam menyokong pangan masyarakat. Komoditas padi memiliki peranan penting sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat dikarenakan pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta
  • 22. 14 Universitas Sriwijaya berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010). 2.1.5. Konsepsi Tenaga Kerja Tenaga kerja (man power) menurut Soetriono (2003) dalam Zahasfana (2017), adalah kelompok penduduk dalam usia kerja, dimana ia mampu bekerja atau melakukan kegiatan ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan Suratiyah (2015) juga mendefinisikan tenaga kerja sebagai salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung pada musim, kelangkaan tenaga kerja mengakibatkan mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Baik pada usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan tekhnologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang tidak dapat digantikan oleh selain tenaga kerja manusia. Sumber utama tenaga kerja adalah penduduk, pertimbangan utama disini adalah kelayakan bekerja menurut umur. Penduduk yang layak bekerja ditinjau dari umur tersebut sebagai penduduk usia kerja. Jumlah ini yang pantas untuk disebut sebagai tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan produksi sumber daya manusia, hal ini sering disebut man power. Batas umur yang layak bekerja di Indonesia adalah 10 tahun. Namun di negara yang sudah maju batas umur lebih tinggi yaitu 15-65 tahun. Kelayakan bekerja dapat dibentuk oleh tradisi turun-temurun. Untuk negara yang sedang berkembang batas bawah ini relatif lebih muda daripada untuk negara yang sudah maju (Sumarsono, 2003 dalam Zahasfana 2017). Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2015) adalah antara lain: keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan tidak merata, penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas, tidak mudah distandarkan, dirasionalkan dan dispesialisasikan, serta beraneka ragam
  • 23. 15 Universitas Sriwijaya coraknya daradang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karakteristik tersebut akan memerlukan sistem manajerial tertentu yang harus dipahami sebagai peningkatan usahatani itu sendiri. Khususnya di Indonesia, sistem manajerial usahatani biasanya masih sangat sederhana. Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Tenaga kerja sebagai faktor produksi adalah tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja terlihat dari tersedianya tenaga kerja, tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan (Yuniawan, A.I. 2012). Kadang kala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. Hal ini menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahataninya. Jenis tenaga kerja lain selain tenaga kerja manusia adalah ternak dan mekanik. Faktor produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usahatani. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga (labor), tetapi juga bertindak sebagai seorang pemimpin (manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani sangat menentukan kualitas tenaga kerja (Kawengian et al., 2019). Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga. Mubyarto (1985) dalam Zahasfana (2017) menjelaskan bahwa ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun sudah dapat dianggap sebagai tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Tenaga kerja keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang sudah dewasa tetapi belum kawin ini disebut tenaga kerja keluarga inti yang pembagian tugas dan kewajibannya berdasarkan status dan peranannya di dalam keluarga tersebut. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga petani dan diupah. Kegiatan tenaga kerja luar keluarga sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari,
  • 24. 16 Universitas Sriwijaya kecakapan dan umur tenaga kerja. Tenaga kerja dari luar keluarga dapat berupa tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan tergantung pada keperluan, tetapi untuk penggarapan sawah biasanya tenaga kerja diatur secara borongan (Mubyarto, 1985 dalam Zahasfana, 2017). 2.1.6. Konsepsi Curahan Tenaga Kerja Menurut Sumarsono (2003) dalam Zahasfana (2017), curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam kegiatan usahatani dengan satuan hari kerja (HKP) baik yang berasal dari dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga, sedangkan curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja yang akan digunakan oleh pekerja untuk melakukan pekerjaannya di pabrik, di rumah dan pekerjaan sambilan. Lama bekerja dalam setiap minggu bagi setiap orang tidak sama. Ada yang bekerja di pabrik dan di rumah saja, tapi ada juga yang selain bekerja di pabrik dan melakukan pekerjaan rumah tangga, masih juga melakukan pekerjaan sambilan. Hal ini tergantung pada keadaan tenaga kerja tersebut. Alasan ekonomi adalah yang paling dominan, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari atau menambah penghasilan keluarga. Selain itu jumlah orang yang harus ditanggung menjadi salah satu alasan kenapa seorang tenaga kerja tersebut melakukan pekerjaan sambilan. Curahan tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan oleh tenaga kerja dalam suatu kegiatan atau usaha. Menurut Soekartawi (2002) dalam Tatipikilawan (2012) konversi laki-laki dewasa (umur lebih dari 15 tahun) 1 HKP, wanita dewasa (umur lebih dari 15 tahun) 0,8 HKP dan 0,5 HKP untuk anak-anak (kurang dari 15 tahun) dengan rata-rata 8 jam kerja perhari. Pada penelitian ini variabel harian kerja pria diukur berdasarkan besarnya curahan tenaga kerja pada usaha domba tersebut dengan satuan HOK. Curahan kerja adalah jumlah waktu yang dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang biasa dilakukan di dalam dan luar rumah tangga dalam satuan waktu atau jam. Sedangkan Jumlah curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk tiap jenis pekerjaan dalam usahatani padi sawah, dihitung menurut perhitungan hari orang kerja setara pria (HOK) (Kawengian et al., 2019).
  • 25. 17 Universitas Sriwijaya Jumlah jam kerja yang dicurahkan pada suatu kegiatan dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja pada kegiatan tersebut, artinya semakin tinggi produktivitas tenaga kerja mendorong orang untuk mencurahkan waktu kerja lebih lama. Curahan jam kerja usahatani keluarga dan curahan jam kerja upahan adalah waktu yang digunakan secara langsung tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja upahan dalam pengelolaan usahatani padi sawah dalam bentuk curahan jam kerja selama satu kali musim tanam (Kawengian et al., 2019). Suratiyah (2015) menjelaskan bahwa, curahan tenaga kerja pada usahatani sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: 1) Faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan, jenis topografi, 2) Faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal dan pekarangan, serta 3) Luas, letak dan penyebarannya. Faktor- faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga kerja, Alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh petani secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani lainnya. Ada 3 kemungkinan alokasi waktu seseorang bekerja dari waktu yang tersedia, yaitu: (1) bekerja di rumah; (2) bekerja di luar rumah; (3) waktu istirahat. Ketiga alokasi tersebut menghasilkan 3 macam komoditi, yaitu hasil kerja di rumah diantaranya memasak, mengurus anak, membersihkan rumah. Hasil kerja di luar rumah berupa upah yang digunakan untuk membeli keperluan hidupnya dan utility yang diperoleh dari waktu istiahat (Zahasfana, 2017). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi alokasi waktu seseorang dalam bekerja, antara lain: keadaan sosial ekonomi keluarga, pemilihan asset tingkat produktif, tingkat upah, karakteristik yang melekat pada setiap anggota keluarga yang dicirikan dengan faktor usia, tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki anggota keluarga lain. Pertambahan pendapatan cenderung mengurangi jam kerja (income effect), dengan meningkatnya status ekonomi (peningkatan pendapatan) seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsinya dan akan lebih banyak menikmati waktu senggangnya. Hal ini berarti mereka telah mengurangi jam kerja untuk keperluan tersebut (Sumarsono, 2003 dalam Zahasfana, 2017).
  • 26. 18 Universitas Sriwijaya 2.2. Model Pendekatan Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan secara diagramatik, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini. Keterangan: Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian Desa Soak Batok Petani Lahan Rawa Lebak Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak Curahan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga - Pengolahan Lahan - Pengadaan Benih dan Penyemaian - Penanaman - Pemeliharaan - Panen - Pasca Panen - Tingkat Pendidikan (Orang) - Usia (Tahun) - Pengalaman Kerja (Tahun) - Luas Lahan Garapan (Hektar) - Jumlah Tanggungan (Orang) : Terdiri dari : Dipengaruhi : Mempunyai : Terdapat
  • 27. 19 Universitas Sriwijaya 2.3. Hipotesis Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Guntur et al., (2016), menyatakan bahwa Desa Huta Gurgur II merupakan salah satu penghasil padi di kecamatan silaen kabupaten toba samosir, yang dalam kehidupan sehari-hari petani nya melakukan budidaya tanaman padi selalu menggunakan cara tradisional. Kearifan lokal di bidang pertanian padi dijalani oleh petani padi di Desa Huta Gurgur II ini. Kearifan lokal yang dilakukan petani padi sawah di Desa Huta Gurgur II adalah membuat si gabe ni taon, yaitu mensyukuri kegiatan yang kita lakukan berjalan lancar dan kita tetap sehat. Kearifan lokal tanaman padi yang dijalani petani dilakukan dari kegiatan pembukaan lahan hingga ke pemasaran. Kearifan lokal yang ada di desa Huta Gurgur II sebanyak 77 kearifan lokal. Diantaranya Kearifan lokal petani padi yang dahulu ada 25 kearifan lokal, kearifan lokal yang dahulu ada sampai sekarang masih dilakukan berjumlah 52 kearifan lokal, dan kearifan lokal yang sekarang tidak ada. Keuntungan petani tersebut mempertahankan kearifan lokal sampai sekarang adalah lebih mempererat tali persaudaraan sesama masyarakat, dan tetap membangkitkan budaya batak agar tidak hilang akibat masuknya budaya barat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soraya (2020), diperoleh hasil bahwa kearifan lokal di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan yang masih tetap diterapkan oleh petani hingga saat ini terdiri dari tiga kegiatan pengelolaan lahan rawa lebak yaitu pengelolaan ternak berupa kerbau, pengelolaan ikan di lahan rawa dan pengelolaan tanaman padi di lahan rawa. Pengelolaan tanaman padi di lahan rawa lebak Desa Bangsal, terdiri atas tujuh tahapan di antaranya: pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen hingga pasca panen. Sabiningrum (2010), dalam penelitiannya mengenai curahan kerja dan pendapatan keluarga pada petani Salak Pondoh di Desa Bangunkerto. Hasil dari penelitian tersebut adalah curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan sektor formal dan informal, namun pendapatan yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor lain tersebut. Curahan kerja petani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bekerja dan status
  • 28. 20 Universitas Sriwijaya pekerjaan. Curahan pekerja di sektor formal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman kerja sedangkan pendapatan tidak dipengaruhi secara nyata oleh variabel penjelas. Untuk curahan kerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata oleh usia, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman kerja, sedangkan pendapatan pekerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata oleh modal awal. Berdasarkan penelitian Rosalina (2017) menyatakan bahwa wanita tani memerankan peranan penting dalam keterlibatannya pada kegiatan usahatani untuk meningkatkan produksi padi sawah. Kegiatan yang dilakukan wanita tani dipengaruhi oleh curahan waktu kerja yang tergantung pada faktor sosial ekonomi dan keadaan keluarganya, seperti tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengalaman. Lalu berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel independen maka variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, dan status perkawinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel curahan waktu kerja wanita tani pada usahatani padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila jumlah tanggungan keluarga semakin sedikit, upah semakin meningkat, dan luas lahan yang digarap semakin luas maka curahan waktu kerja wanita tani mengalami peningkatan. Dan apabila wanita tani berstatus belum menikah atau janda cenderung memiliki curahan waktu kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tani yang menikah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak adalah tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan garapan. 2. Diduga masih terdapat kearifan lokal yang diterapkan dalam usahatani padi rawa lebak yang dilakukan oleh petani di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan Ilir mulai dari kegiatan pengolahan lahan, pengadaan dan penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan, panen hingga pasca panennya.
  • 29. 21 Universitas Sriwijaya 2.4. Batasan Operasional Adapun batasan-batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 2. Responden dalam penelitian ini adalah petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 3. Key informan adalah kepala adat ataupun pejabat terkait yang memiliki pengetahuan mengenai kearifan lokal dan potensi di Desa Soak Batok. 4. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan petani di Desa Soak Batok yang merupakan warisan secara turun temurun dari generasi sebelumnya dan juga merupakan proses pengalaman hidup yang dijalani yang kemudian diterapkan dalam proses usahatani di lahan rawa lebak. 5. Kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebak meliputi pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen sampai dengan pasca panen. 6. Usahatani padi rawa lebak adalah kegiatan membudidayakan dan mengembangkan padi di lahan rawa lebak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari komoditas tersebut. 7. Tenaga kerja pertanian adalah orang yang digunakan untuk melaksanakan kerja dalam proses usahatani padi rawa lebak. 8. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam usahatani padi dengan satuan hari orang kerja (HOK) yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. 9. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam petani yaitu kepala keluarga beserta istri dan anak. 10. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku. 11. Komposisi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga adalah tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. 12. Tenaga kerja pria adalah tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak yang berjenis kelamin pria dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau
  • 30. 22 Universitas Sriwijaya berumur diatas 15 tahun (HKP). 13. Tenaga kerja wanita adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang berjenis kelamin wanita dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau berumur diatas 15 tahun (HKW). 14. Tingkat pendidikan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan jenjang pendidikan formal responden petani padi rawa lebak (orang). 15. Usia petani merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan data sekunder dengan indiaktor usia atau umur responden petani padi rawa lebak (tahun). 16. Pengalaman kerja merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan lamanya responden petani rawa lebak bekerja sebagai petani (tahun). 17. Luas lahan garapan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan besarnya luas lahan garapan untuk usahatani padi rawa lebak yang diusahakan oleh responden petani padi rawa lebak (hektar). 18. Jumlah tanggungan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden petani rawa lebak (orang).
  • 31. 23 Universitas Sriwijaya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Dengan waktu pelaksanaan yang dilakukan pada bulan Desember 2021 sampai dengan bulan Januari 2022. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat di Kecamatan Indralaya Utara khususnya di Desa Soak Batok memiliki mata pencaharian sebagai petani padi rawa lebak yang diteliti sesuai dengan topik bahasan yaitu kearifan lokal usahatani padi dan curahan tenaga kerja. 3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey method). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari petani dimana data tersebut mewakili daerah yang akan diteliti, metode ini dilakukan dengan cara berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan wawancara mendalam kepada responden di Desa Soak Batok dan memberikan daftar pertanyaan (kuisioner) yang berisi pertanyaan yang digunakan sebagai bahan untuk pengumpulan data agar mendapatkan data dan informasi mengenai curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak. 3.3. Metode Penarikan Contoh Metode penarikan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) terhadap populasi petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok. Metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) adalah pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi berdasarkan sumber informasi (key informan) yang dianggap mewakili populasi petani padi rawa lebak, serta masyarakat yang mampu memberikan opini tentang kajian yang dilakukan. Jumlah penduduk Desa Soak Batok sekitar 6.007 jiwa yang mata
  • 32. 24 Universitas Sriwijaya pencahariannya sebanyak 95% merupakan seorang petani padi. Desa Soak Batok ini terdapat 16 sampai 17 kelompok tani, dalam satu kelompok terdapat 13 sampai 36 orang anggota. Jumlah populasi petani rawa lebak di Desa Soak Batok sebanyak 385 orang. Untuk mengetahui jumlah sampel yang mewakili populasi maka digunakan rumus Slovin. Menurut Hidayat (2017) rumus Slovin yaitu rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel minimal jika perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti. Dari perhitungan Slovin tersebut dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 15% diperoleh jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 39,84 atau dibulatkan menjadi 40 orang petani yang bermata pencaharian utama sebagai petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok. Responden dipilih untuk menggali informasi mengenai curahan tenaga kerja dan kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok. 3.4. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara serta observasi. Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab pada petani mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. pengambilan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung kepada petani menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu pada kuesioner. Sedangkan metode observasi digunakan untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan (crosscheck) mengenai kesesuaian antara hasil wawancara dengan keadaan di lapangan. Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dari pihak- pihak tertentu. Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur, hasil penelitian terdahulu, internet serta studi dokumentasi terkait dengan penelitian ini, juga dari beberapa lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian. Selain itu data sekunder yang diambil juga berupa data dari berbagai tulisan seperti data statistik daerah Kecamatan Indralaya Utara dan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara mencari di internet, membaca buku, jurnal, mendatangi dinas serta mencari informasi lainnya mengenai penelitian melalui sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
  • 33. 25 Universitas Sriwijaya 3.5. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi untuk dianalisis secara sistematis dan dijelaskan secara deskriptif dengan bantuan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statisctical Package For Social Science). Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak dari awal pengelolaan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, sampai dengan pasca panen. Proses memperoleh data ini menggunakan analisis secara deskriptif berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden dan juga bertanya kepada key informan yang biasanya merupakan orang yang dituakan di desa tersebut. Hasil yang diperoleh kemudian dipresentasekan berdasarkan jumlah responden. Untuk menjawab permasalahan kedua yaitu menganalisis seberapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok dapat dijawab menggunakan rumus : JK Total = JO x HK x JK x HKP HKSP = Keterangan: HKSP = Hari Kerja Setara Pria (hari kerja) JO = Jumlah Orang (orang) HK = Hari Kerja (hari) JK = Jam Kerja (jam) JKS = Jam Kerja Standar (jam) HKP = Hari Kerja Pria (hari) Hernanto (1996) membuat konversi tenaga kerja, yaitu dengan membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain dikonversi atau disetarakan dengan pria, yaitu: 1 pria = 1 hari kerja pria; 1 wanita = 0,7 hari kerja pria; dan 1 anak = 0,5 hari kerja pria. Untuk menjawab permasalahan ketiga yaitu menganalisis pengaruh faktor- faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja yaitu tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman kerja, dan luas lahan garapan pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, hubungan masing-masing variabel
  • 34. 26 Universitas Sriwijaya independen yang positif atau negatif, dan memprediksi nilai dari variabel independen. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen yaitu (tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman kerja, dan luas lahan garapan) terhadap variabel dependen (Curahan tenaga kerja). Menurut Novita (2012) analisis regresi linier berganda tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis regresi linier berganda yang menjadi variabel dependen (Y) adalah curahan tenaga kerja. Sedangkan variabel independen (X), yaitu tingkat pendidikan (X1), usia petani (X2), pengalaman kerja (X3), luas lahan garapan (X4), dan jumlah tanggungan (X5). Persamaan regresi linier berganda yang digunakan, yaitu: Y = b0 + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b5X5 Keterangan: Y = Curahan tenaga kerja (HOK) X1 = Tingkat pendidikan (Orang) X2 = Usia petani (Tahun) X3 = Pengalaman Kerja (Tahun) X4 = Luas lahan garapan (Ha) X5 = Jumlah tanggungan (Orang) b0 = Intersep atau konstanta regresi penaksir dari β0 b1 – b4 = Koefisien regresi penaksir dari β1 – β4 2. Uji Koefisien Determinasi (R2 ) Uji koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengukur besarnya sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi (R2 ) mempunyai nilai antara 0 sampai 1 atau 1 > R > 0. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi (R2 ) suatu regresi atau semakin mendekati nilai 1 maka akan semakin baik regresinya. Sebaliknya, nilai koefisien determinasi (R2 ) suatu regresi yang semakin kecil akan membuat kesimpulan dari regresi tersebut tidak dipercaya. Umumnya nilai koefisien determinasi (R2 ) ditulis dalam bentuk persen. 3. Uji Koefisien Korelasi (r) Uji koefisien korelasi (r) digunakan untuk menunjukkan ukuran kekuatan hubungan linier antara variabel dependen dan variabel independen. Besarnya koefesien korelasi (r) berkisar antara +1 sampai dengan -1. Jika koefesien
  • 35. 27 Universitas Sriwijaya korelasi (r) positif maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi. Sebaliknya, koefesien korelasi (r) negatif maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan rendah. 4. Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan) Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel independen (X) secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Y). Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Hipotesis: H0 : β1= β2 = β3 = β4 = 0 Ha : minimal salah satu βi ≠ 0 Kaidah keputusan: a) Apabila Fhitung ≤ Ftabel (α = 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. b) Apabila Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 5. Uji t (Uji Regresi secara Individual) Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk melihat kuat atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara terpisah terhadap variabel dependen. Adapun cara pengujiannya yaitu: a) Jika nilai signifikansi kurang dari tingkat kesalahan (0,05), berarti terdapat pengaruh yang nyata atau signifikan pada variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. b) Jika nilai signifikansi lebih dari tingkat kesalahan (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata atau tidak signifikan pada variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis: H0 : β1 = β2 = β3= β4 = 0 Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
  • 36. 28 Universitas Sriwijaya Kaidah keputusan : a) Apabila t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara individu variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. b) Apabila t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara individu variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 6. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antara variabel independen yang satu dengan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabelvariabel tersebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi maka dapat dilihat, sebagai berikut: a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b) Melihat nilai toleransi dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai toleransi kurang dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. 7. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel independen. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas, salah satunya dengan menggunakan uji Breush-Pagan/ Cook-Weisberg test. Hasil dari uji Breush-Pagan/Cook-Weisberg test dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansinya. Jika nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Sedangkan apabila nilai tersebut kurang dari 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas.
  • 37. 29 DAFTAR PUSTAKA Alwi, M. dan Chendy Tapakrisnanto. 2016. Potensi dan Karakteristik Lahan Rawa Lebak. Bogor : IAARD Press. Badan Pusat Statistik. 2016. Mata Pencaharian Di Kecamatan Indralaya Utara. Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara. Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Sumatera Selatan. Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Ogan Ilir Dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir. Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut Provinsi 2018-2020. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Baruwadi, M. 2012. Ekonomi Rumah Tangga. Universitas Negeri, Gorontalo. Donggulo, Candra V et al. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Pada Berbagai Pola Jajar Legowo Dan Jarak Tanam. Jurnal Agroland. Vol. 24, No. 1. Hal : 27 – 35. Fadhla, Teuku. 2017. Analisis Manajemen Usaha Tani dalam Meningkatkan Pendapatan dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Tangan-Tangan Kab. Aceh Barat Daya. Jurnal Visioner & Strategis. Vol. 6, No. 2. Hal : 9-23. Gunawan, Lia et al. 2018. Studi Etnobotani Tanaman Padi (Oryza Sativa) di Desa Wonoharjo, Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol. 4, No. 2. Hal : 133-138. Guntur, Alfensius et al. 2016. Kajian Kearifan Lokal Petani Padi Sawah di Desa Huta Gurgur Ii Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau. Vol. 3, No. 2. Hal : 1-7. Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Kawengian, Trifly et al. 2019. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi di Desa Lowian Kecamatan Maesaan. Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi. Vol. 15, No. 3. Hal : 397-406. Khairullah, I. dan Isdijanto Ar-Riza. 2017. Kearifan Lokal Petani Lahan Rawa Lebak. Jakarta : IAARD Press. Kristyanto, Eko Noer. 2017. Kedudukan Kearifan Lokal Dan Peranan Masyarakat Dalam Penataan Ruang di Daerah. Jurnal Rechtsvinding Media Pembinaan Hukum Nasional. Vol. 6, No. 2. Hal : 151-170. Larasati. 2012. Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Petani Padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Malang : Universitas Brawijaya.
  • 38. 30 Universitas Sriwijaya Lestari, Dinda. 2021. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Berbasis Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Tanaman Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi. Palembang : Universitas Sriwijaya. Normansyah, D., Siti Rochaeni dan A.D. Humaerah. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis. Vol. 8, No. 1. Novita, Rista. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja Wanita Tani Pada Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus Di Desa Ngarjo Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto). Skripsi. Malang : Universitas Brawijaya. Pesurnay, Althien Jhon. 2018. Local Wisdom in a New Paradigm : Applying System Theory to the Study of Local Culture in Indonesia. IOP Conference Series : Earth and Environmental Science. Pujiharti, Yulia. 2017. Peluang Peningkatan Produksi Padi Di Lahan Rawa Lebak Lampung. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 36, No. 1. Hal : 13-20. Qamar, Nurul., et al. 2017. Local Wisdom of Bugis-Makassar in Legal Perspective. International Multidisciplinary Conference and Call for Paper. Rahim, A dan D. Retno. 2014. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta : Penebar Swadaya. Ridwan, M., A. Fatchan dan I.K. Astina. 2016. Potensi Objek Wisata Toraja Utara Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Sumber Materi Geografi Pariwisata. Jurnal Pendidikan. Vol. 1, No. 1. Rosalina, Berlin. 2017. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Terhadap Curahan Waktu Kerja Kelompok Wanita Tani Padi di Desa Banjaran Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Skripsi. Departemen Pertanian : Agribisnis. Sabiningrum, 2010. Pendapatan Keluarga dan Curahan Tenaga Kerja Pada Petani Salak Pondoh Desa Bangunkerto Skripsi. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang. Sari, Lili Nopita. 2021. Curahan Tenaga Kerja Petani Untuk Pendapatan Rumah Tangga Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Rantau Alih Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang. Skripsi. Palembang : Universitas Sriwijaya. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat. Vol. 14, No. 2. Hal : 111-120. Soraya, Madina. 2020. Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berbasis Kearifan Lokal Dalam Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Skripsi. Palembang : Universitas Sriwijaya. Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur : Penebar Swadaya.
  • 39. 31 Universitas Sriwijaya Suryana. 2016. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Tani Terpadu Berbasis Kawasan di Lahan Rawa. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 35, No. 2. Hal : 57–68. Syahputra, Fikri dan Ishak Yuarsah Inan. 2019. Prospek Lahan Sawah Lebak Untuk Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Indonesian Journal of Socio Economics. Vol. 1, No. 2. Hal : 109- 114. Tatipikilawan, Jomima M. 2012. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Peternakan Kerbau di Pulau Moa Kabupaten Maluku Baratdaya. Jurnal Agroforestri. Vol. 7, No. 1. Hal : 9-10. Utami, Annisa Wanda. 2015. Analisi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha Domba Analysis Farm Worker Productivity In Sheep Farm. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. 7 (3) : 1-25. Yuniawan, A.I. 2012. Faktor-Faktor Yang Berpenaruh Terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Ciamis Galuh. Zahasfana, Linda Laila. 2017. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi di Desa Gumelar Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Skripsi. Jember : Universitas Jember. Zaman, Nur., et al. 2020. Ilmu Usahatani. Medan : Yayasan Kita Menulis.