3. MASALAH CACINGAN
• Sampai 2013 Survei pada anak Sekolah Dasar
menunjukkan Prevalensi cacingan antara 0 – 85,9%
(survei di 175 kab/kota)
• Rata-rata prevalensi 28,12%
• Cakupan pengobatan rendah
• Pengetahuan masyarakat tentang cacingan masih
rendah
• Kemampuan petugas utk penanggulangan
cacingan belum optimal
• Komitmen masih kurang
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• Keadaan Tanah dan Iklim Tropis
• Personal Hygiene (Lingkungan)
• Sosial Ekonomi
• Kepadatan Penduduk
4. PROGRAM PENGENDALIAN KECACINGAN
Termasuk : Soil Transmitted Helminthiasis
CACING GELANG
(Ascaris lumbricoides)
CACING CAMBUK
(Tricuris trichiura)
CACING TAMBANG
Ankylostoma Duodenale
Necator Americanus
8. DAMPAK
CACINGAN
ANEMIA
KH & Protein dihisap
GIZI BURUK
Produktivitas menurun
Lemas
Kemampuan belajar turun/
sering tidak masuk sekolah
Darah dihisap
Prestasi belajar menurun
mengantuk
Infeksi cacing
Sosek rendah
BBLR Perdarahan
ibu bersalin
KEMATIAN KEMATIAN
10. DAMPAK CACINGAN
A. KERUGIAN AKIBAT CACING GELANG PADA
ANAK SEKOLAH
1. Kehilangan Karbohidrat:
22,7% x 248.422.956 x 28% x 6 x 0,14gr =
13.263kg/hr
1000
13.263/0,8 = 16.579 kg beras
16.579 kg beras x 365 x Rp 7000
= Rp 42.359.986.912,-
Kerugian Rp. 42.356.986.912 M/tahun
11. DAMPAK CACINGAN
2. Kehilangan Protein:
22,7% x 248.422.956 x 28% x 6 x 0,035gr =
3.316kg/hr
1000
3.316/0,19 = 17.462 kg daging
17.462 kg daging x 365 x Rp 80.000
= Rp 509.593.827.511,-
Kerugian Rp. 509.593.827.511 M/tahun
12. DAMPAK CACINGAN
B. Kerugian oleh cacing tambang :
Kehilangan darah
22,7% x 248.422.956 x 28% x 50 ekor x 0,2 cc x 365hr
= 57.632.635 liter/th
C. Kerugian oleh cacing Cambuk :
Kehilangan darah
22,7% x 248.422.956 x 28% x 100ekor x 0,005cc x 365 hr
= 2.881.632 liter/th
13. KERUGIAN EKONOMI CACINGAN
Jenis Cacing Indonesia Provinsi Jatim
1. Cacing Gelang
a. Karbohidrat Rp. 42.359.987.000 Rp. 6.569.877.000
b. Protein Rp. 509.593.828.000 Rp. 79.036.116.500
2. Cacing Tambang
(darah)
57.632.635 Liter 8.938.608 Liter
3. Cacing Cambuk
(darah)
2. 881.632 Liter 446.930 Liter
14. PROPORSI ANEMIA MENURUT KELOMPOK UMUR
RISKESDAS 2013
28.1 26.4
18.4 16.9 18.3 20.1
25
34.2
46
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
12-59 bln 5-14 th 15-24 th 25-34 th 35-44 th 45-54 th 55-64 th 65-74 th >75 th
Indonesia 21,7 %
*) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
18. Provinsi Jlh Kab/Kota Provinsi Jlh Kab/Kota Provinsi Jlh Kab/Kota
Aceh 13 DIY 5 Gorontalo 4
Sumut 27 Jawa Timur 38 Sulteng 5
Sumbar 12 / 14 Bali 9 Sulbar 3
Riau 5 NTB 10 Sulsel 22
Kepri 4 NTT 6 Maluku 3
Jambi 6 Kaltara 1 Malut 5
Sumsel 8 Kalteng 4 Papua 10
Babel 2 Kalbar 5 Papua Barat 1
Lampung 14 Kaltim 3 Bengkulu 5
Jawa Barat 21 Kalsel 5 Sultra 8
Jawa Tengah 26 Sulut 15
Provinsi dan Kab/Kota Sasaran Minum Obat Cacing Integrasi dengan Vit A dan
Crash Program Campak tahun 2016
20. KEBIJAKAN
1. Melaksanakan program pengendalian
terintegrasi dengan kegiatan di sekolah
dan posyandu di semua kabupaten/kota.
2. Diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
21. TUJUAN UMUM:
Meningkatkan cakupan program pengendalian
cacingan pada anak usia sekolah dan anak pra
sekolah sehingga menurunkan angka kecacingan
dan tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat
• TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan capaian cakupan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) cacingan minimal
sebesar 75%.
• Menurunkan prevalensi cacingan anak usia pra
sekolah dan anak usia sekolah dasar dibawah 10 %
secara bertahap
22. SASARAN
Anak Balita (12-59 bulan) di Posyandu, PAUD
KEKURANGAN GIZI YANG MENETAP (persistent malnutrition stunting)
Anak Usia Dini (5 - <7 tahun) di PAUD / TK
Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) di SD/MI, Pesantren
Prevalensi cukup tinggi, Enrollment Rate SD mencapai 95%, jika kelompok
ini ditangani intensif prevlensi turun bermakna
23. STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN
1. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan pemerintah
daerah
2. Koordinasi lintas program, lintas sektor, dan peran
serta masyarakat
3. Integrasi kegiatan penanggulangan kecacingan
dengan kegiatan POPM filariasis, kegiatan
penjaringan anak sekolah serta pemberian vitamin A
di Posyandu
4. Melakukan sosialisasi PHBS di Posyandu, PAUD/TK
dan Sekolah Dasar
24. PANDUAN PROGRAM
PENGENDALIAN KECACINGAN (WHO)
Masyarakat Berisiko
Angka Prevalensi Dasar
Angka Prevalensi < 20%
Pengobatan Selektif
Angka Prevalensi 20 – <50%
Pengobatan Masal 1 x pertahun
Pemberian Pengobatan
Masal
Pemberian Pengobatan
Masal
Angka Prevalensi > 50%
Pengobatan Masal 2 x per tahun
Evaluasi angka prevalensi setelah dilakukan
pengobatan massal selama 5-6 tahun
25. 1. Rencana Perbaikan Kualitas Air dan Perencanaan sektor
Pendidikan)
2. Harmonisasi Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dan
PSM (a.l program pengendalian filariasis, UKS, Posyandu, PAUD)
3. Membangun kapasitas teknis dan penyediaan petunjuk teknis
4. Meningkatkan kesinambungan dan fasilitasi tanggung jawab
pemerintah
5. Meningkatkan kapasitas Monev
DISTRIBUSI KECACINGAN GLOBAL
26. UPAYA AKSELERASI
PENGENDALIAN KECACINGAN
1. Melakukan kegiatan POPM filariasis yang juga
mencakup pemberian obat cacing pada anak sekolah
dan pra sekolah
2. Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI melalui
penjaringan anak sekolah
3. Integrasi dengan pemberian vitamin A.
27. JENIS OBAT, FREKUENSI, DOSIS PEMBERIAN
MASSAL OBAT CACING
Obat yang digunakan : Albendazole dosis tunggal
Frekuensi pemberian obat :
Prevalensi ≥ 20% - 50% : 1 kali/tahun
Prevalensi ≥ 50% : 2 kali/tahun
Dosis albendazole:
Anak usia 1 - 2 tahun : ½ tab (200 mg)
Anak usia ≥ 2 tahun : 1 tablet (400 mg)
28. DOSIS OBAT CACING
No. Umur Obat Cacing
(Albendazole)
1. 12 –23 bulan 200 mg
(1/2 tablet )
2. 24 –59 bulan 400 mg
(1 tablet)
• Balita usia 12-23 bulan tablet Albendazole digerus halus
dan dilarutkan dalam air.
• Balita usia 24-59 bulan tablet kunyah Albendazole
29. STRATEGI PEMBERIAN OBAT CACING
TARGET Daerah Endemis Filariasis Daerah Non Endemis Filariasis
Prev: 20%-
<50%
Prev: ≥50% Prev: 20%-
<50%
Prev: ≥50%
Anak usia dini
1x setahun
(POMP
filariasis)
2x setahun
(POMP filariasis
+ 1x stlh 6 bln)
1x setahun
(vit A)
2x setahun
(vit A)
Anak usia
sekolah
1x setahun
(POMP
filariasis)
2x setahun
(POMP filariasis
+ 1x stlh 6 bln)
1x setahun
(di sekolah)
2x setahun
(di sekolah)
-Pelaksanaan pengobatan massal harus diikuti dgn penyuluhan ttg PHBS
-Obat harus diminum di depan petugas/kader/guru satu per satu (berurutan)
-Sebaiknya minum obat sesudah makan
-Peserta didik yang tidak hadir, dapat diberikan pada hari berikutnya
30. Perhitungan Jumlah
Kebutuhan Obat Cacing
Jumlah Obat Cacing = Jumlah Anak Balita x 1,1
Cadangan 10%
Jumlah anak balita berdasarkan data riil di
kabupaten/kota atau laporan puskesmas.
31. PERSIAPAN LOGISTIK
obat cacing (Albendazole) dibawa ke tempat pelayanan pada
hari yang sama dengan pelayanan
Satu hari sebelum pelaksanaan, untuk balita usia 12-23 bulan
harus dipersiapkan obat Albendazole 200 mg atau setengah
tablet yang telah digerus sampai halus dan dibungkus dalam
kertas puyer.
Posyandu, Puskesmas dan RS atau fasyankes lainnya yang
menjadi pos pemberian obat dapat menyiapkan air minum atau
masyarakat yang datang ke posyandu dianjurkan untuk
membawa minum.
33. Mekanisme Kerja Di Posyandu
Meja 1
(Pendaftara
n)
Pencatatan
Imunisasi
Campak
Obat
Cacing
Meja 4
(penyuluha
n)
Meja 2
(Timbang
BB)
Meja 3
(Pencatatan
BB )
Pemberian
Vit A
Masuk/
Keluar
Meja 5
1
4
5
6
7
8
3
2
35. KEUNTUNGAN PROGRAM PENGOBATAN CACINGAN
Menurunkan angka tidak masuk sekolah sampai 25%¹
Menurunkan kurang gizi dalam bentuk wasting sampai 60%²
Menurunkan Anemia sedang sampai 59%²
Meningkatkan pertumbuhan (20% berat badan and 7% tinggi
badan)³
Keuntungan dari masa anak bebas cacing tambang adalah
meningkatkan 45% penghasilan di masa dewasa4
Meningkatkan pendapatan per kapita sampai 45%4
37. PENCEGAHAN CACINGAN
Kebersihan Perorangan
• Cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting (setelah
BAB, membersihkan anak yang BAB, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah
memegang/menyentuh hewan), menggunakan air bersih,
mandi, memotong dan membersihkan kuku, memakai alas
kaki, mentup makanan
Kebersihan Lingkungan
• Buang air besar di jamban, membuang sampah pada
tempatnya, drainase air limbah, menjaga kebersihan
rumah, sekolah.
38. RENCANA AKSI PROGRAM REDUKSI
KECACINGAN
Penguatan program akselerasi reduksi
kecacingan
Peningkatan manajemen SDM
Peningkatan promosi kesehatan
Survei prevalensi kecacingan
Survei lingkungan
Pengobatan
Penguatan Manajemen Program
Evaluasi program reduksi kecacingan
39. KEGIATAN
Sosialisasi Integrasi Pemberian Obat Massal
Cacing di Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pemberian Obat Massal Cacingan pada
Sasaran satu kali setahun
Evaluasi Cakupan
Evaluasi Prevalensi sesudah 5 tahun
Pencatatan Pelaporan
40. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pemantauan
1. Cakupan Geografis
2. Cakupan Pengobatan Massal
3. Survei Cakupan
Evaluasi
Evaluasi prevalensi dilaksanakan setelah 5
tahun pengobatan.
43. Data Kecacingan di
Provinsi Sumatera Barat
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pesisir Selatan 82.40 85.80 93.70 51.40 85.90 54.35
2 Payakumbuh 5.60 11.80
3 Tanah Datar 6.50
4 Padang Pariaman 66.67 64.00 40.74
5 Kab. Solok 83.33
6 Sawahlunto 0.00
7 Mentawai 36.27
8 Padang 3.85 7.14 3.08 1.69 85.00
9 Agam 83.60
10 Pasaman Barat 86.20
11 Kota Pariaman 86.00
Data Survei Subdit Diare dan ISPL
Data Dinas Kesehatan Provinsi/Kab Kota
Data Survey Subdit Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
Kumpulan Data(Sumber-Sumber lain)
Prevalensi
No Kabupaten/Kota
Ket: Survei di Sawahlunto = 0, karena SD tersebut rutin minum obat cacing setiap 6 bulan