SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
PROGRAM PENGENDALIAN
KECACINGAN TERINTEGRASI DI
INDONESIA
DR. dr. Irene, MKM
Kabid PP dan Bencana Dinkes Sumbar
DISTRIBUSI KECACINGAN GLOBAL
MASALAH CACINGAN
• Sampai 2013 Survei pada anak Sekolah Dasar
menunjukkan Prevalensi cacingan antara 0 – 85,9%
(survei di 175 kab/kota)
• Rata-rata prevalensi 28,12%
• Cakupan pengobatan rendah
• Pengetahuan masyarakat tentang cacingan masih
rendah
• Kemampuan petugas utk penanggulangan
cacingan belum optimal
• Komitmen masih kurang
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• Keadaan Tanah dan Iklim Tropis
• Personal Hygiene (Lingkungan)
• Sosial Ekonomi
• Kepadatan Penduduk
PROGRAM PENGENDALIAN KECACINGAN
Termasuk : Soil Transmitted Helminthiasis
CACING GELANG
(Ascaris lumbricoides)
CACING CAMBUK
(Tricuris trichiura)
CACING TAMBANG
Ankylostoma Duodenale
Necator Americanus
PENULARAN KECACINGAN
PENULARAN
KECACINGAN
CACINGAN
DAMPAK
CACINGAN
ANEMIA
KH & Protein dihisap
GIZI BURUK
Produktivitas menurun
Lemas
Kemampuan belajar turun/
sering tidak masuk sekolah
Darah dihisap
Prestasi belajar menurun
mengantuk
Infeksi cacing
Sosek rendah
BBLR Perdarahan
ibu bersalin
KEMATIAN KEMATIAN
1 ekor cacing
menurunkan 3,75 point IQ
(WHO 2005)
DAMPAK CACINGAN
A. KERUGIAN AKIBAT CACING GELANG PADA
ANAK SEKOLAH
1. Kehilangan Karbohidrat:
22,7% x 248.422.956 x 28% x 6 x 0,14gr =
13.263kg/hr
1000
13.263/0,8 = 16.579 kg beras
16.579 kg beras x 365 x Rp 7000
= Rp 42.359.986.912,-
Kerugian  Rp. 42.356.986.912 M/tahun
DAMPAK CACINGAN
2. Kehilangan Protein:
22,7% x 248.422.956 x 28% x 6 x 0,035gr =
3.316kg/hr
1000
3.316/0,19 = 17.462 kg daging
17.462 kg daging x 365 x Rp 80.000
= Rp 509.593.827.511,-
Kerugian  Rp. 509.593.827.511 M/tahun
DAMPAK CACINGAN
B. Kerugian oleh cacing tambang :
Kehilangan darah 
22,7% x 248.422.956 x 28% x 50 ekor x 0,2 cc x 365hr
= 57.632.635 liter/th
C. Kerugian oleh cacing Cambuk :
Kehilangan darah 
22,7% x 248.422.956 x 28% x 100ekor x 0,005cc x 365 hr
= 2.881.632 liter/th
KERUGIAN EKONOMI CACINGAN
Jenis Cacing Indonesia Provinsi Jatim
1. Cacing Gelang
a. Karbohidrat Rp. 42.359.987.000 Rp. 6.569.877.000
b. Protein Rp. 509.593.828.000 Rp. 79.036.116.500
2. Cacing Tambang
(darah)
57.632.635 Liter 8.938.608 Liter
3. Cacing Cambuk
(darah)
2. 881.632 Liter 446.930 Liter
PROPORSI ANEMIA MENURUT KELOMPOK UMUR
RISKESDAS 2013
28.1 26.4
18.4 16.9 18.3 20.1
25
34.2
46
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
12-59 bln 5-14 th 15-24 th 25-34 th 35-44 th 45-54 th 55-64 th 65-74 th >75 th
Indonesia 21,7 %
*) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
20.6
22.8
Perkotaan
Perdesaan
PROPORSI ANEMIA MENURUT JENIS KELAMIN DAN
TEMPAT TINGGAL, RISKESDAS 2013
*) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
PROPORSI ANEMIA MENURUT PENDIDIKAN
RISKESDAS 2013
30.9
25.4
21.6
17.9 16.6
20.1
0
5
10
15
20
25
30
35
Tidak
Sekolah
Tidak Tamat
SD
Tamat SD/MI Tamat
SMP/MTS
Tamat
SMA/MA
Tamat D1-
D3/PT
*) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
22.9
16.4 16
21.1 20.9
0
5
10
15
20
25
PROPORSI ANEMIA MENURUT PEKERJAAN
RISKESDAS 2013
*) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
Provinsi Jlh Kab/Kota Provinsi Jlh Kab/Kota Provinsi Jlh Kab/Kota
Aceh 13 DIY 5 Gorontalo 4
Sumut 27 Jawa Timur 38 Sulteng 5
Sumbar 12 / 14 Bali 9 Sulbar 3
Riau 5 NTB 10 Sulsel 22
Kepri 4 NTT 6 Maluku 3
Jambi 6 Kaltara 1 Malut 5
Sumsel 8 Kalteng 4 Papua 10
Babel 2 Kalbar 5 Papua Barat 1
Lampung 14 Kaltim 3 Bengkulu 5
Jawa Barat 21 Kalsel 5 Sultra 8
Jawa Tengah 26 Sulut 15
Provinsi dan Kab/Kota Sasaran Minum Obat Cacing Integrasi dengan Vit A dan
Crash Program Campak tahun 2016
BAGAIMANA MENGENDALIKAN
KECACINGAN
KEBIJAKAN
1. Melaksanakan program pengendalian
terintegrasi dengan kegiatan di sekolah
dan posyandu di semua kabupaten/kota.
2. Diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
TUJUAN UMUM:
Meningkatkan cakupan program pengendalian
cacingan pada anak usia sekolah dan anak pra
sekolah sehingga menurunkan angka kecacingan
dan tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat
• TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan capaian cakupan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) cacingan minimal
sebesar 75%.
• Menurunkan prevalensi cacingan anak usia pra
sekolah dan anak usia sekolah dasar dibawah 10 %
secara bertahap
SASARAN
Anak Balita (12-59 bulan)  di Posyandu, PAUD
KEKURANGAN GIZI YANG MENETAP (persistent malnutrition  stunting)
Anak Usia Dini (5 - <7 tahun)  di PAUD / TK
Anak Usia Sekolah (7-12 tahun)  di SD/MI, Pesantren
Prevalensi cukup tinggi, Enrollment Rate SD mencapai 95%, jika kelompok
ini ditangani intensif  prevlensi turun bermakna
STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN
1. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan pemerintah
daerah
2. Koordinasi lintas program, lintas sektor, dan peran
serta masyarakat
3. Integrasi kegiatan penanggulangan kecacingan
dengan kegiatan POPM filariasis, kegiatan
penjaringan anak sekolah serta pemberian vitamin A
di Posyandu
4. Melakukan sosialisasi PHBS di Posyandu, PAUD/TK
dan Sekolah Dasar
PANDUAN PROGRAM
PENGENDALIAN KECACINGAN (WHO)
Masyarakat Berisiko
Angka Prevalensi Dasar
Angka Prevalensi < 20%
Pengobatan Selektif
Angka Prevalensi 20 – <50%
Pengobatan Masal 1 x pertahun
Pemberian Pengobatan
Masal
Pemberian Pengobatan
Masal
Angka Prevalensi > 50%
Pengobatan Masal 2 x per tahun
Evaluasi angka prevalensi setelah dilakukan
pengobatan massal selama 5-6 tahun
1. Rencana Perbaikan Kualitas Air dan Perencanaan sektor
Pendidikan)
2. Harmonisasi Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dan
PSM (a.l program pengendalian filariasis, UKS, Posyandu, PAUD)
3. Membangun kapasitas teknis dan penyediaan petunjuk teknis
4. Meningkatkan kesinambungan dan fasilitasi tanggung jawab
pemerintah
5. Meningkatkan kapasitas Monev
DISTRIBUSI KECACINGAN GLOBAL
UPAYA AKSELERASI
PENGENDALIAN KECACINGAN
1. Melakukan kegiatan POPM filariasis yang juga
mencakup pemberian obat cacing pada anak sekolah
dan pra sekolah
2. Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI melalui
penjaringan anak sekolah
3. Integrasi dengan pemberian vitamin A.
JENIS OBAT, FREKUENSI, DOSIS PEMBERIAN
MASSAL OBAT CACING
Obat yang digunakan : Albendazole dosis tunggal
Frekuensi pemberian obat :
Prevalensi ≥ 20% - 50% : 1 kali/tahun
Prevalensi ≥ 50% : 2 kali/tahun
Dosis albendazole:
Anak usia 1 - 2 tahun : ½ tab (200 mg)
Anak usia ≥ 2 tahun : 1 tablet (400 mg)
DOSIS OBAT CACING
No. Umur Obat Cacing
(Albendazole)
1. 12 –23 bulan 200 mg
(1/2 tablet )
2. 24 –59 bulan 400 mg
(1 tablet)
• Balita usia 12-23 bulan tablet Albendazole digerus halus
dan dilarutkan dalam air.
• Balita usia 24-59 bulan tablet kunyah Albendazole
STRATEGI PEMBERIAN OBAT CACING
TARGET Daerah Endemis Filariasis Daerah Non Endemis Filariasis
Prev: 20%-
<50%
Prev: ≥50% Prev: 20%-
<50%
Prev: ≥50%
Anak usia dini
1x setahun
(POMP
filariasis)
2x setahun
(POMP filariasis
+ 1x stlh 6 bln)
1x setahun
(vit A)
2x setahun
(vit A)
Anak usia
sekolah
1x setahun
(POMP
filariasis)
2x setahun
(POMP filariasis
+ 1x stlh 6 bln)
1x setahun
(di sekolah)
2x setahun
(di sekolah)
-Pelaksanaan pengobatan massal harus diikuti dgn penyuluhan ttg PHBS
-Obat harus diminum di depan petugas/kader/guru satu per satu (berurutan)
-Sebaiknya minum obat sesudah makan
-Peserta didik yang tidak hadir, dapat diberikan pada hari berikutnya
Perhitungan Jumlah
Kebutuhan Obat Cacing
Jumlah Obat Cacing = Jumlah Anak Balita x 1,1
Cadangan 10%
Jumlah anak balita berdasarkan data riil di
kabupaten/kota atau laporan puskesmas.
PERSIAPAN LOGISTIK
obat cacing (Albendazole) dibawa ke tempat pelayanan pada
hari yang sama dengan pelayanan
Satu hari sebelum pelaksanaan, untuk balita usia 12-23 bulan
harus dipersiapkan obat Albendazole 200 mg atau setengah
tablet yang telah digerus sampai halus dan dibungkus dalam
kertas puyer.
Posyandu, Puskesmas dan RS atau fasyankes lainnya yang
menjadi pos pemberian obat dapat menyiapkan air minum atau
masyarakat yang datang ke posyandu dianjurkan untuk
membawa minum.
ALUR PELAPORAN
PUSAT
PROVINSI
KABUPATEN/KOTA
PUSKESMAS
POSYANDU
Kegiatan pemantauan dan
evaluasi pemberian obat cacing
dilakukan di Posyandu,
Puskesmas dan RS sampai Dinas
Kesehatan kabupaten/Kota.
Hasilnya dilaporkan secara
berjenjang.
Mekanisme Kerja Di Posyandu
Meja 1
(Pendaftara
n)
Pencatatan
Imunisasi
Campak
Obat
Cacing
Meja 4
(penyuluha
n)
Meja 2
(Timbang
BB)
Meja 3
(Pencatatan
BB )
Pemberian
Vit A
Masuk/
Keluar
Meja 5
1
4
5
6
7
8
3
2
KEUNTUNGAN MINUM OBAT
CACING
KEUNTUNGAN PROGRAM PENGOBATAN CACINGAN
Menurunkan angka tidak masuk sekolah sampai 25%¹
Menurunkan kurang gizi dalam bentuk wasting sampai 60%²
Menurunkan Anemia sedang sampai 59%²
Meningkatkan pertumbuhan (20% berat badan and 7% tinggi
badan)³
Keuntungan dari masa anak bebas cacing tambang adalah
meningkatkan 45% penghasilan di masa dewasa4
Meningkatkan pendapatan per kapita sampai 45%4
BAGAIMANA TERBEBAS DARI
KECACINGAN
PENCEGAHAN CACINGAN
Kebersihan Perorangan
• Cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting (setelah
BAB, membersihkan anak yang BAB, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah
memegang/menyentuh hewan), menggunakan air bersih,
mandi, memotong dan membersihkan kuku, memakai alas
kaki, mentup makanan
Kebersihan Lingkungan
• Buang air besar di jamban, membuang sampah pada
tempatnya, drainase air limbah, menjaga kebersihan
rumah, sekolah.
RENCANA AKSI PROGRAM REDUKSI
KECACINGAN
Penguatan program akselerasi reduksi
kecacingan
Peningkatan manajemen SDM
Peningkatan promosi kesehatan
Survei prevalensi kecacingan
Survei lingkungan
Pengobatan
Penguatan Manajemen Program
Evaluasi program reduksi kecacingan
KEGIATAN
Sosialisasi Integrasi Pemberian Obat Massal
Cacing di Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pemberian Obat Massal Cacingan pada
Sasaran satu kali setahun
Evaluasi Cakupan
Evaluasi Prevalensi sesudah 5 tahun
Pencatatan Pelaporan
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pemantauan
1. Cakupan Geografis
2. Cakupan Pengobatan Massal
3. Survei Cakupan
Evaluasi
Evaluasi prevalensi dilaksanakan setelah 5
tahun pengobatan.
Survei Penentuan Prevalensi cacingan pada anak SD
Lokasi : SD GMIM VI,
Bitung, Sulawesi Utara
Pemberian Obat Cacing terintegrasi dgn POPM Filariasis
Data Kecacingan di
Provinsi Sumatera Barat
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pesisir Selatan 82.40 85.80 93.70 51.40 85.90 54.35
2 Payakumbuh 5.60 11.80
3 Tanah Datar 6.50
4 Padang Pariaman 66.67 64.00 40.74
5 Kab. Solok 83.33
6 Sawahlunto 0.00
7 Mentawai 36.27
8 Padang 3.85 7.14 3.08 1.69 85.00
9 Agam 83.60
10 Pasaman Barat 86.20
11 Kota Pariaman 86.00
Data Survei Subdit Diare dan ISPL
Data Dinas Kesehatan Provinsi/Kab Kota
Data Survey Subdit Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
Kumpulan Data(Sumber-Sumber lain)
Prevalensi
No Kabupaten/Kota
Ket: Survei di Sawahlunto = 0, karena SD tersebut rutin minum obat cacing setiap 6 bulan
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to 5. Pengendalian KECACINGAN Terintegrasi di Indonesia.ppt

stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxstbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
ekoprihantono3
 
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.pptMateri filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
AqnaAkhila
 
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
Adil Athilshipate
 
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionisMateri pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
may cece
 

Similar to 5. Pengendalian KECACINGAN Terintegrasi di Indonesia.ppt (20)

Kt_Smg _Anemia dan Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri.pptx
Kt_Smg _Anemia dan  Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri.pptxKt_Smg _Anemia dan  Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri.pptx
Kt_Smg _Anemia dan Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri.pptx
 
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptxPenyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
 
STUNTING GILI INDAH.pptx
STUNTING GILI INDAH.pptxSTUNTING GILI INDAH.pptx
STUNTING GILI INDAH.pptx
 
PPT REMBUK STUNTING TH 2023 BULAN JUNI FIXX.pptx
PPT REMBUK STUNTING TH 2023 BULAN JUNI FIXX.pptxPPT REMBUK STUNTING TH 2023 BULAN JUNI FIXX.pptx
PPT REMBUK STUNTING TH 2023 BULAN JUNI FIXX.pptx
 
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxstbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
 
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.pptMateri filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
 
INOVASI SPM (3).pptx
INOVASI SPM (3).pptxINOVASI SPM (3).pptx
INOVASI SPM (3).pptx
 
INOVASI SPM (3).pptx
INOVASI SPM (3).pptxINOVASI SPM (3).pptx
INOVASI SPM (3).pptx
 
Giziburu
GiziburuGiziburu
Giziburu
 
12. naskah publikasi
12. naskah publikasi12. naskah publikasi
12. naskah publikasi
 
GIZIiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.pptx
GIZIiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.pptxGIZIiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.pptx
GIZIiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.pptx
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
 
program_RO_Kecacingan_pptx.pptx
program_RO_Kecacingan_pptx.pptxprogram_RO_Kecacingan_pptx.pptx
program_RO_Kecacingan_pptx.pptx
 
Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013
 
DRAFF PAPARAN LINSEK.ppt
DRAFF PAPARAN LINSEK.pptDRAFF PAPARAN LINSEK.ppt
DRAFF PAPARAN LINSEK.ppt
 
STU.pptx
STU.pptxSTU.pptx
STU.pptx
 
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionisMateri pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
 
V1 Penguatan intervensi spesifik dan sensitif di bidang kesehatan tahun 2023....
V1 Penguatan intervensi spesifik dan sensitif di bidang kesehatan tahun 2023....V1 Penguatan intervensi spesifik dan sensitif di bidang kesehatan tahun 2023....
V1 Penguatan intervensi spesifik dan sensitif di bidang kesehatan tahun 2023....
 

More from AqnaAkhila

PERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.ppt
PERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.pptPERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.ppt
PERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.ppt
AqnaAkhila
 
Metode Pembelajaran Diklat Alam Agust 2015.ppt
Metode Pembelajaran Diklat Alam  Agust 2015.pptMetode Pembelajaran Diklat Alam  Agust 2015.ppt
Metode Pembelajaran Diklat Alam Agust 2015.ppt
AqnaAkhila
 
kebijakan kanker Salvi LP LS.pptx
kebijakan kanker Salvi LP LS.pptxkebijakan kanker Salvi LP LS.pptx
kebijakan kanker Salvi LP LS.pptx
AqnaAkhila
 
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdfMPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
AqnaAkhila
 
PENGENALAN STBP new.ppt
PENGENALAN  STBP new.pptPENGENALAN  STBP new.ppt
PENGENALAN STBP new.ppt
AqnaAkhila
 

More from AqnaAkhila (11)

filariasis, dymen.pptx
filariasis, dymen.pptxfilariasis, dymen.pptx
filariasis, dymen.pptx
 
Diagram E-sismal.pptx
Diagram E-sismal.pptxDiagram E-sismal.pptx
Diagram E-sismal.pptx
 
PERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.ppt
PERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.pptPERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.ppt
PERENCANAAN LOGISTIK PROGRAM MALARIA revisi 8 September 2015 rev1.ppt
 
Media dan alat bantu April 2013.ppt
Media dan alat bantu April 2013.pptMedia dan alat bantu April 2013.ppt
Media dan alat bantu April 2013.ppt
 
Metode Pembelajaran Diklat Alam Agust 2015.ppt
Metode Pembelajaran Diklat Alam  Agust 2015.pptMetode Pembelajaran Diklat Alam  Agust 2015.ppt
Metode Pembelajaran Diklat Alam Agust 2015.ppt
 
kebijakan kanker Salvi LP LS.pptx
kebijakan kanker Salvi LP LS.pptxkebijakan kanker Salvi LP LS.pptx
kebijakan kanker Salvi LP LS.pptx
 
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdfMPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
 
Menjaga_Kesehatan_Mata.ppt
Menjaga_Kesehatan_Mata.pptMenjaga_Kesehatan_Mata.ppt
Menjaga_Kesehatan_Mata.ppt
 
PENGENALAN STBP new.ppt
PENGENALAN  STBP new.pptPENGENALAN  STBP new.ppt
PENGENALAN STBP new.ppt
 
APAR.ppt
APAR.pptAPAR.ppt
APAR.ppt
 
4. Pengukuran FR PTM(1).pptx
4. Pengukuran FR PTM(1).pptx4. Pengukuran FR PTM(1).pptx
4. Pengukuran FR PTM(1).pptx
 

Recently uploaded

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 

Recently uploaded (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

5. Pengendalian KECACINGAN Terintegrasi di Indonesia.ppt

  • 1. PROGRAM PENGENDALIAN KECACINGAN TERINTEGRASI DI INDONESIA DR. dr. Irene, MKM Kabid PP dan Bencana Dinkes Sumbar
  • 3. MASALAH CACINGAN • Sampai 2013 Survei pada anak Sekolah Dasar menunjukkan Prevalensi cacingan antara 0 – 85,9% (survei di 175 kab/kota) • Rata-rata prevalensi 28,12% • Cakupan pengobatan rendah • Pengetahuan masyarakat tentang cacingan masih rendah • Kemampuan petugas utk penanggulangan cacingan belum optimal • Komitmen masih kurang FAKTOR YANG MEMPENGARUHI • Keadaan Tanah dan Iklim Tropis • Personal Hygiene (Lingkungan) • Sosial Ekonomi • Kepadatan Penduduk
  • 4. PROGRAM PENGENDALIAN KECACINGAN Termasuk : Soil Transmitted Helminthiasis CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) CACING CAMBUK (Tricuris trichiura) CACING TAMBANG Ankylostoma Duodenale Necator Americanus
  • 8. DAMPAK CACINGAN ANEMIA KH & Protein dihisap GIZI BURUK Produktivitas menurun Lemas Kemampuan belajar turun/ sering tidak masuk sekolah Darah dihisap Prestasi belajar menurun mengantuk Infeksi cacing Sosek rendah BBLR Perdarahan ibu bersalin KEMATIAN KEMATIAN
  • 9. 1 ekor cacing menurunkan 3,75 point IQ (WHO 2005)
  • 10. DAMPAK CACINGAN A. KERUGIAN AKIBAT CACING GELANG PADA ANAK SEKOLAH 1. Kehilangan Karbohidrat: 22,7% x 248.422.956 x 28% x 6 x 0,14gr = 13.263kg/hr 1000 13.263/0,8 = 16.579 kg beras 16.579 kg beras x 365 x Rp 7000 = Rp 42.359.986.912,- Kerugian  Rp. 42.356.986.912 M/tahun
  • 11. DAMPAK CACINGAN 2. Kehilangan Protein: 22,7% x 248.422.956 x 28% x 6 x 0,035gr = 3.316kg/hr 1000 3.316/0,19 = 17.462 kg daging 17.462 kg daging x 365 x Rp 80.000 = Rp 509.593.827.511,- Kerugian  Rp. 509.593.827.511 M/tahun
  • 12. DAMPAK CACINGAN B. Kerugian oleh cacing tambang : Kehilangan darah  22,7% x 248.422.956 x 28% x 50 ekor x 0,2 cc x 365hr = 57.632.635 liter/th C. Kerugian oleh cacing Cambuk : Kehilangan darah  22,7% x 248.422.956 x 28% x 100ekor x 0,005cc x 365 hr = 2.881.632 liter/th
  • 13. KERUGIAN EKONOMI CACINGAN Jenis Cacing Indonesia Provinsi Jatim 1. Cacing Gelang a. Karbohidrat Rp. 42.359.987.000 Rp. 6.569.877.000 b. Protein Rp. 509.593.828.000 Rp. 79.036.116.500 2. Cacing Tambang (darah) 57.632.635 Liter 8.938.608 Liter 3. Cacing Cambuk (darah) 2. 881.632 Liter 446.930 Liter
  • 14. PROPORSI ANEMIA MENURUT KELOMPOK UMUR RISKESDAS 2013 28.1 26.4 18.4 16.9 18.3 20.1 25 34.2 46 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 12-59 bln 5-14 th 15-24 th 25-34 th 35-44 th 45-54 th 55-64 th 65-74 th >75 th Indonesia 21,7 % *) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
  • 15. 20.6 22.8 Perkotaan Perdesaan PROPORSI ANEMIA MENURUT JENIS KELAMIN DAN TEMPAT TINGGAL, RISKESDAS 2013 *) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
  • 16. PROPORSI ANEMIA MENURUT PENDIDIKAN RISKESDAS 2013 30.9 25.4 21.6 17.9 16.6 20.1 0 5 10 15 20 25 30 35 Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/MI Tamat SMP/MTS Tamat SMA/MA Tamat D1- D3/PT *) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
  • 17. 22.9 16.4 16 21.1 20.9 0 5 10 15 20 25 PROPORSI ANEMIA MENURUT PEKERJAAN RISKESDAS 2013 *) Nilai rujukan menurut WHO/MNH/NHD/MNN/11.1,2011 dan Kemenkes,1999
  • 18. Provinsi Jlh Kab/Kota Provinsi Jlh Kab/Kota Provinsi Jlh Kab/Kota Aceh 13 DIY 5 Gorontalo 4 Sumut 27 Jawa Timur 38 Sulteng 5 Sumbar 12 / 14 Bali 9 Sulbar 3 Riau 5 NTB 10 Sulsel 22 Kepri 4 NTT 6 Maluku 3 Jambi 6 Kaltara 1 Malut 5 Sumsel 8 Kalteng 4 Papua 10 Babel 2 Kalbar 5 Papua Barat 1 Lampung 14 Kaltim 3 Bengkulu 5 Jawa Barat 21 Kalsel 5 Sultra 8 Jawa Tengah 26 Sulut 15 Provinsi dan Kab/Kota Sasaran Minum Obat Cacing Integrasi dengan Vit A dan Crash Program Campak tahun 2016
  • 20. KEBIJAKAN 1. Melaksanakan program pengendalian terintegrasi dengan kegiatan di sekolah dan posyandu di semua kabupaten/kota. 2. Diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
  • 21. TUJUAN UMUM: Meningkatkan cakupan program pengendalian cacingan pada anak usia sekolah dan anak pra sekolah sehingga menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat • TUJUAN KHUSUS • Meningkatkan capaian cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) cacingan minimal sebesar 75%. • Menurunkan prevalensi cacingan anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah dasar dibawah 10 % secara bertahap
  • 22. SASARAN Anak Balita (12-59 bulan)  di Posyandu, PAUD KEKURANGAN GIZI YANG MENETAP (persistent malnutrition  stunting) Anak Usia Dini (5 - <7 tahun)  di PAUD / TK Anak Usia Sekolah (7-12 tahun)  di SD/MI, Pesantren Prevalensi cukup tinggi, Enrollment Rate SD mencapai 95%, jika kelompok ini ditangani intensif  prevlensi turun bermakna
  • 23. STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN 1. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan pemerintah daerah 2. Koordinasi lintas program, lintas sektor, dan peran serta masyarakat 3. Integrasi kegiatan penanggulangan kecacingan dengan kegiatan POPM filariasis, kegiatan penjaringan anak sekolah serta pemberian vitamin A di Posyandu 4. Melakukan sosialisasi PHBS di Posyandu, PAUD/TK dan Sekolah Dasar
  • 24. PANDUAN PROGRAM PENGENDALIAN KECACINGAN (WHO) Masyarakat Berisiko Angka Prevalensi Dasar Angka Prevalensi < 20% Pengobatan Selektif Angka Prevalensi 20 – <50% Pengobatan Masal 1 x pertahun Pemberian Pengobatan Masal Pemberian Pengobatan Masal Angka Prevalensi > 50% Pengobatan Masal 2 x per tahun Evaluasi angka prevalensi setelah dilakukan pengobatan massal selama 5-6 tahun
  • 25. 1. Rencana Perbaikan Kualitas Air dan Perencanaan sektor Pendidikan) 2. Harmonisasi Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dan PSM (a.l program pengendalian filariasis, UKS, Posyandu, PAUD) 3. Membangun kapasitas teknis dan penyediaan petunjuk teknis 4. Meningkatkan kesinambungan dan fasilitasi tanggung jawab pemerintah 5. Meningkatkan kapasitas Monev DISTRIBUSI KECACINGAN GLOBAL
  • 26. UPAYA AKSELERASI PENGENDALIAN KECACINGAN 1. Melakukan kegiatan POPM filariasis yang juga mencakup pemberian obat cacing pada anak sekolah dan pra sekolah 2. Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI melalui penjaringan anak sekolah 3. Integrasi dengan pemberian vitamin A.
  • 27. JENIS OBAT, FREKUENSI, DOSIS PEMBERIAN MASSAL OBAT CACING Obat yang digunakan : Albendazole dosis tunggal Frekuensi pemberian obat : Prevalensi ≥ 20% - 50% : 1 kali/tahun Prevalensi ≥ 50% : 2 kali/tahun Dosis albendazole: Anak usia 1 - 2 tahun : ½ tab (200 mg) Anak usia ≥ 2 tahun : 1 tablet (400 mg)
  • 28. DOSIS OBAT CACING No. Umur Obat Cacing (Albendazole) 1. 12 –23 bulan 200 mg (1/2 tablet ) 2. 24 –59 bulan 400 mg (1 tablet) • Balita usia 12-23 bulan tablet Albendazole digerus halus dan dilarutkan dalam air. • Balita usia 24-59 bulan tablet kunyah Albendazole
  • 29. STRATEGI PEMBERIAN OBAT CACING TARGET Daerah Endemis Filariasis Daerah Non Endemis Filariasis Prev: 20%- <50% Prev: ≥50% Prev: 20%- <50% Prev: ≥50% Anak usia dini 1x setahun (POMP filariasis) 2x setahun (POMP filariasis + 1x stlh 6 bln) 1x setahun (vit A) 2x setahun (vit A) Anak usia sekolah 1x setahun (POMP filariasis) 2x setahun (POMP filariasis + 1x stlh 6 bln) 1x setahun (di sekolah) 2x setahun (di sekolah) -Pelaksanaan pengobatan massal harus diikuti dgn penyuluhan ttg PHBS -Obat harus diminum di depan petugas/kader/guru satu per satu (berurutan) -Sebaiknya minum obat sesudah makan -Peserta didik yang tidak hadir, dapat diberikan pada hari berikutnya
  • 30. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Obat Cacing Jumlah Obat Cacing = Jumlah Anak Balita x 1,1 Cadangan 10% Jumlah anak balita berdasarkan data riil di kabupaten/kota atau laporan puskesmas.
  • 31. PERSIAPAN LOGISTIK obat cacing (Albendazole) dibawa ke tempat pelayanan pada hari yang sama dengan pelayanan Satu hari sebelum pelaksanaan, untuk balita usia 12-23 bulan harus dipersiapkan obat Albendazole 200 mg atau setengah tablet yang telah digerus sampai halus dan dibungkus dalam kertas puyer. Posyandu, Puskesmas dan RS atau fasyankes lainnya yang menjadi pos pemberian obat dapat menyiapkan air minum atau masyarakat yang datang ke posyandu dianjurkan untuk membawa minum.
  • 32. ALUR PELAPORAN PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS POSYANDU Kegiatan pemantauan dan evaluasi pemberian obat cacing dilakukan di Posyandu, Puskesmas dan RS sampai Dinas Kesehatan kabupaten/Kota. Hasilnya dilaporkan secara berjenjang.
  • 33. Mekanisme Kerja Di Posyandu Meja 1 (Pendaftara n) Pencatatan Imunisasi Campak Obat Cacing Meja 4 (penyuluha n) Meja 2 (Timbang BB) Meja 3 (Pencatatan BB ) Pemberian Vit A Masuk/ Keluar Meja 5 1 4 5 6 7 8 3 2
  • 35. KEUNTUNGAN PROGRAM PENGOBATAN CACINGAN Menurunkan angka tidak masuk sekolah sampai 25%¹ Menurunkan kurang gizi dalam bentuk wasting sampai 60%² Menurunkan Anemia sedang sampai 59%² Meningkatkan pertumbuhan (20% berat badan and 7% tinggi badan)³ Keuntungan dari masa anak bebas cacing tambang adalah meningkatkan 45% penghasilan di masa dewasa4 Meningkatkan pendapatan per kapita sampai 45%4
  • 37. PENCEGAHAN CACINGAN Kebersihan Perorangan • Cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting (setelah BAB, membersihkan anak yang BAB, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah memegang/menyentuh hewan), menggunakan air bersih, mandi, memotong dan membersihkan kuku, memakai alas kaki, mentup makanan Kebersihan Lingkungan • Buang air besar di jamban, membuang sampah pada tempatnya, drainase air limbah, menjaga kebersihan rumah, sekolah.
  • 38. RENCANA AKSI PROGRAM REDUKSI KECACINGAN Penguatan program akselerasi reduksi kecacingan Peningkatan manajemen SDM Peningkatan promosi kesehatan Survei prevalensi kecacingan Survei lingkungan Pengobatan Penguatan Manajemen Program Evaluasi program reduksi kecacingan
  • 39. KEGIATAN Sosialisasi Integrasi Pemberian Obat Massal Cacing di Provinsi dan Kabupaten/Kota Pemberian Obat Massal Cacingan pada Sasaran satu kali setahun Evaluasi Cakupan Evaluasi Prevalensi sesudah 5 tahun Pencatatan Pelaporan
  • 40. PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pemantauan 1. Cakupan Geografis 2. Cakupan Pengobatan Massal 3. Survei Cakupan Evaluasi Evaluasi prevalensi dilaksanakan setelah 5 tahun pengobatan.
  • 41. Survei Penentuan Prevalensi cacingan pada anak SD Lokasi : SD GMIM VI, Bitung, Sulawesi Utara
  • 42. Pemberian Obat Cacing terintegrasi dgn POPM Filariasis
  • 43. Data Kecacingan di Provinsi Sumatera Barat 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pesisir Selatan 82.40 85.80 93.70 51.40 85.90 54.35 2 Payakumbuh 5.60 11.80 3 Tanah Datar 6.50 4 Padang Pariaman 66.67 64.00 40.74 5 Kab. Solok 83.33 6 Sawahlunto 0.00 7 Mentawai 36.27 8 Padang 3.85 7.14 3.08 1.69 85.00 9 Agam 83.60 10 Pasaman Barat 86.20 11 Kota Pariaman 86.00 Data Survei Subdit Diare dan ISPL Data Dinas Kesehatan Provinsi/Kab Kota Data Survey Subdit Pengendalian Filariasis dan Kecacingan Kumpulan Data(Sumber-Sumber lain) Prevalensi No Kabupaten/Kota Ket: Survei di Sawahlunto = 0, karena SD tersebut rutin minum obat cacing setiap 6 bulan