SlideShare a Scribd company logo
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
II.2 Asas Kebebasan Berkontrak
2. Asas Kebebasan Berkontrak Sebagai Dasar Perkem
bangan Perjanjian Pembiayaan Konsumen di Indonesia
Asas kebebasan berkontrak atau dikenal dengan istilah
freedom of contract, party autonomy, liberty of contract.
Kebebasan berkontrak sangat lekat dengan konsepsi hak
asasi manusia.
Kebebasan membuat perjanjian merupakan wujud nyata
dari penghormatan hak asasi manusia.
Oleh sebab itu, pengaturan perjanjian dalam KUHPerdata
dikatakan bersifat terbuka, karena terbuka untuk memperj
anjikan apapun yang dikehendaki oleh para pihak.
Asas Kebebasan Berkontrak digunakan baik dalam
Sistem Hukum Civil Law System atau Common Law
System karena 2 alasan di atas.
Asas kebebasan berkon-
trak merupakan suatu
asas yang bersifat
universal yang berlaku
disemua negara di dunia.
Asas kebebasan berkon trak
ini mengandung makna seba
gai suatu perwujudan dari
kehendak bebas para pihak
dalam suatu perjanjian yang
berarti juga sebagai panca-
ran atas pengakuan hak
asasi manusia
Kebebasan berkontak adalah merupakan refleksi dari
perkembangan pasar bebas yang dipelopori Adam
Smith pada abad ke sembilanbelas.
Adam Smith dengan filsafat ekonomi klasiknya meneka
nkan pada ajaran laissez faire yang menekankan prinsi
p non intervensi oleh negara terhadap kegiatan ekono
mi dan bekerjanya pasar.
Jeremy Bentham menyatakan bahwa tidak seorangpun
dapat mengetahui tentang apa yang baik untuk kepenti
ngan dirinya, kecuali dirinya sendiri.
Menurut Bentham, pemerintah tidak boleh ikut campur
dalam hal yang pemerintah sendiri tidak memahaminya
Persamaan Adam Smith – Jeremy Bentam
Keduanya percaya terhadap individualisme sebagai
suatu nilai dan sebagai mekanisme sosial.
01
02
03
04
Kebebasan berkontrak sebagai suatu asas umum.
Keduanya menerima sebagai starting point bahwa
manusia pada umumnya mengetahui kepentingan-
kepentingan mereka sendiri yang terbaik.
Paham keduanya menaruh perhatian
utama terhadap maksimalisasi dari
kekayaan seseorang yang satu dan
kebahagiaan yang lain tanpa memper
dulikan bagaimana kekayaan atau
kebahagiaan itu didistribusikan.
Aspek AKOMODATIF, dalam arti bahwa dalam
perancangan dan pembuatan perjanjian,seorang
perancang perjanjian harus mampu mengakomo
dasikan seoptimal mungkin kebutuhan dan
keinginan yang sah, yang terbentuk di dalam
transaksi bisnis mereka ke dalam kontrak bisnis
yang dirancangnya
01
02
Aspek dalam pelaksanaan perancangan dan pembuatan
perjanjian berdasarkan Asas Kebebasan Berkontrak
Aspek LEGALITAS, dalam arti bahwa seorang pera
ncang dan pembuat perjanjian harus berupaya
semaksimal mungkin untuk dapat menuangkan
transaksi bisnis (transaksi apapun) diantara para
pihak ke dalam kontrak yang sah dan dapat
dilaksanakan.
Kebebasan berkontrak berarti kebebasan
untuk memilih dan membuat kontrak, dan
kebebasan para pihak untuk menentukan
isi dan janji mereka, dan kebebasan untuk
memilih subjek perjanjian.
Konrad Zweight & Hein Kotz
Asas kebebasan berkontrak adalah kebeba
san para pihak yang terlibat dalam suatu
perjanjian untuk dapat menyusun dan
menyetujui klausul-klausul dari perjanjian
tersebut, tanpa campur tangan pihak lain
A.L. Terry & Sutan Remy Sjahdeini
Kebebasan Berkontrak
dalam KUHPerdata
Pasal 1320 Ayat (1) jo.
Pasal 1338 Ayat (1)
KUHPerdata
Sepakat Para Pihak – Berlaku
sebagai Undang-Undang
Pasal 1320 Ayat (4) jo.
Pasal 1337 KUHPerdata
Sebab Yang Halal - Bukan
Sebab Yang terlarang
Pasal 1329 jo Pasal 1330 dan
1331 KUHPerdata
Kecakapan – Tidak Cakap-
pembatalan perjanjian
Pasal 1332 KUHPerdata
Objek perjanjian barang yang
diperdagangkan
Ketentuan Buku III KUH Perda
ta kebanyakan bersifat hukum
pelengkap (aanvullend Recht)
Buku III KUHPerdata juga tidak
melarang membuat perjanjian
itu dalam bentuk tertentu.
Hakim Dapat Membatasi Asas
Kebebasan Berkontrak
Menafsirkan peraturan
perundang-undangan
Mencari dan menemukan
asas-asas dan dasar-dasar
hukum
Menciptakan hukum baru
apabila menghadapi keko-
songan peraturan perun-
dang-undangan
Dibenarkan pula melakukan
contra legem (Menyilisihi UU)
apabila ketentuan peraturan
perundang-undangan bertenta-
ngan dengan kepentingan umum.
Memiliki otonomi yang bebas
untuk mengikuti yurisprudensi.
Van Dunne
Henry P. Pangabean
Tidak tepat menyatakan perjanjian yang ter-
jadi di bawah penyalahgunaan keadaan ber
-tentangan dengan kebiasaan yang baik,
tetapi penyalahgunaan keadaan itu menya-
ngkut keadaan-keadaan yang berperan
pada terjadinya kontrak, seperti menikmati
keadaan orang lain tidak menyebabkan isi
kontrak atau maksudnya menjadi tidak
dibolehkan, tetapi menyebabkan kehendak
yang disalahgunakan menjadi tidak bebas.
Penyalahgunaan keadaan
(misbruik van omstandigheden)
Ajaran ini sebagai salah satu
alasan pembatalan kontrak
telah ditentukan dalam yurispru
densi di Indonesia, seperti
Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 3431
K/Pdt/1985, tanggal 4 Maret
1987 tentang bunga pinjaman
dan barang jaminan yang
bertentangan dengan kepatutan
dan keadilan.
Pembatasan kebebasan berkontrak
Berkembangnya dalam
lapangan ekonomi
yang membentuk
persekutuan-persekutu
an dagang, badan-
badan hukum atau
perseroan-perseroan,
dan golongan-golo-
ngan masyarakat lain
(misalnya golongan
buruh dan tani).
Timbulnya
formalisme
perjanjian
Makin banyak
peraturan di
bidang hukum
tata usaha
negara.
Purwahid Patrik
Terjadinya pemasyara-
katan keinginan
adanya keseimbangan
antara individu dan
masyarakat yang
tertuju pada keadilan
sosial.
Sri Soedewi Maschoen
Sofwan
Ridwan Khairandy
01
Perkembangan masyarakat
di bidang sosial ekonomi,
misalkan karena penggabu
ngan atau sentralisasi
perusahaan
Makin berpengaruhnya ajaran itikad
baik dimana itikad baik tidak hanya
ada pada pelaksanaan perjanjian,
tetapi juga harus ada pada saat
dibuatnya perjanjian
02
Adanya campur tangan
pemerintah untuk melindu-
ngi kepentingan umum atau
pihak yang lemah.
Makin berkembangnya ajaran penya
lahgunaan keadaan
03
Adanya aliran dalam masya
rakat yang menginginkan
adanya kesejahteraan
sosial
1. Berkemban
gnya doktrin
itikad baik
Berkembangnya
doktrin penyalahgu
naan keadaan
2
Berkembang
nya hukum
ekonomi
4
Makin banyak
nya
kontrak baku
3
Setiawan
C. Perkembangan Perusahaan
Pembiayaan Konsumen
Adanya petumbuhan dan per
kembangan perusahaan
mendorong masyarakat untuk
memiliki dan menikmati produk
yang dibutuhkannya. Disisi lain
masyarakat belum mampu
membelinya secara tunai
Keterbatasan sumber dana
formal dan Koperasi pembia-
yaan sulit berkembang, Bank
tidak melayani pembiayaan
konsumen, Adanya pembiayaan
lintah darat yang mencekik
Sejak adanya paket kebijaksa
naan 20 Desember 1988 (Pak
des 20/88) mulai diperkenalkan
dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan
produk yang diharapkan/
dibutuhkan
D. Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Perjanjian pembiayaan konsumen
(Consumer Finance) tidak diatur
dalam KUHPerdata, sehingga
merupakan perjanjian tidak berna
ma (Innominat)
Dasar Hukum Substantif
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan.
2. Surat Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No.1251/KMK.013 /
1988 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan,
yang diperbaharui dengan, Surat Kepu-
tusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 448/KMK.017/2000
Tentang Perusahaan Pembiayaan.
Dasar Hukum Administratif
E. Kedudukan Pihak-Pihak Dalam Perjanjian
Pembiayaan Konsumen
Pihak supplier/dealer/develope atau
pemasokadalah perusahaan atau
pihak-pihak yang menjual atau
menyediakan barang kebutuhan
konsumen dalam rangka pembia-
yaan konsumen.
Pihak konsumen (debitur)
adalah perorangan atau individu
yang mendapatkan fasilitas
pembiayaan konsumen dari
kreditur.
Pihak perusahaan pembiayaan
konsumen (kreditur) adalah peru
sahaan pembiayaan konsumen
atau perusahaan yang telah
mendapatkan izin usaha dari
Menteri Keuangan.
f. Hubungan Hukum Para Pihak
Hubungan hukum antara perusaha-
an pembiayaan dengan supplyer ada
lah hubungan perjanjian jual beli.
Hubungan hukum antara pihak
konsumen dengan supplyer
adalah hubungan jual beli
bersyarat,dimana syaratnya
harga akan dibayar oleh pihak
ketiga(perusahaan pembiayaan),
jika tidak perjanjian akan batal.
.
Hubungan hukum antara peru-
sahaan pembiayaan (kreditur)
dengan konsumen (debitur)
adalah hubungan kontrak pembi
ayaan konsumen
1. Jaminan Utama
1. Watak
(Character)
G. Jaminan-Jaminan Dalam Pembiayaan Konsumen
2. Modal
(Capital)
3.Kemampuan
(Capacity),
4. Kondisi Ekonomi
(Condition of Economic)
5. Jaminan (Collateral)
2. Jaminan Tambahan
Pengakuan Hutang Kuasa menjual barang
3. Cessie dari asuransi
Dimaksudkan konsumen
memberikan atau menga
-lihkan hak untuk mene-
rima uang asuransi atau
uang pertanggungan dari
pihak perusahaan asuran
si apabila terjadi resiko
terhadap barang sebagai
objek perjanjian.
4.Persetujuan suami/isteri
untuk konsumen pribadi
dan persetujuan komisaris/
RUPS untuk konsumen
perusahaan,sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar
H. Dokumentasi Dalam Pembiayaan Konsumen
01 Dokumen Pendahuluan (preliminary Documents), termasuk
dalam jenis ini adalah Borang Permohonan Kredit, Surat
Laporan Pemeriksa dan Surat Persetujuan Kredit
02
03
Dokumen Pokok (Main Documents), termasuk jenis ini
adalah perjanjian pembiayaan konsumen itu sendiri
Dokumen Jaminan (Security Documents), termasuk jenis
ini adalah Perjanjian Fiducia, Surat Pengakuan Hutang,
Surat Kuasa Menjual, Cessie Asuransi dan Surat Persetuju
an Isteri/Suami atau persetujuan komisaris/Rapat Umum
Pemegang Saham.
04
Dokumen Kepemilikan (Ownership Document), termasuk
jenis ini adalah Faktur Pembelian, Kwitansi Pembelian dan
Sertifikat Kepemilikan. Di samping itu, ada juga dokumen
kepemilikan barang, yang biasanya berupa BPKB
foto copy STNK, dan sebagainya.
05
06
Dokumen Penyerahan dan Penerimaan (Certificate of Delivery
and Acceptance Document) Delivery Order, dan lain-lain
supporting documents berisikan dokumen-dokumen pendukung
lain-lain
Thank you

More Related Content

Similar to 4. Asas Kebebasan Berkontrak.pptx

Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...
adeayularassati
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
Operator Warnet Vast Raha
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
Alalan Tanala
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisNikky Ningsih
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...
adeayularassati
 
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...
gussixparizon
 
Kontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnisKontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnis
mailinursal
 
Hubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasionalHubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasional
Darin Dindi
 
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aprinsya Panjaitan
 
Jenis jenis kontrak
Jenis jenis kontrakJenis jenis kontrak
Jenis jenis kontrak
Operator Warnet Vast Raha
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
dewi kemala sari
 
Makalah hk bisnis
Makalah hk bisnisMakalah hk bisnis
Makalah hk bisnis
Nanda Dwi Ratna
 
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNISREFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
helmikurniawan11
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
putrakarno
 
2, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
2, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 20192, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
2, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
riskiariyani2976
 
Arirahmathakimundipbab2c
Arirahmathakimundipbab2cArirahmathakimundipbab2c
Arirahmathakimundipbab2c
bemfh
 
KLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASE
KLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASEKLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASE
KLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASE
andimuhraihan
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
SiumKarang
 

Similar to 4. Asas Kebebasan Berkontrak.pptx (20)

Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ra...
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnis
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkup perdagangan internasional,universit...
 
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDE...
 
Kontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnisKontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnis
 
Hubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasionalHubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasional
 
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
 
Jenis jenis kontrak
Jenis jenis kontrakJenis jenis kontrak
Jenis jenis kontrak
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
 
HUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAKHUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAK
 
Makalah hk bisnis
Makalah hk bisnisMakalah hk bisnis
Makalah hk bisnis
 
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNISREFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
2, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
2, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 20192, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
2, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
 
Arirahmathakimundipbab2c
Arirahmathakimundipbab2cArirahmathakimundipbab2c
Arirahmathakimundipbab2c
 
KLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASE
KLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASEKLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASE
KLP 1 LANDASAN TEORITIS DAN FAKTUAL TENTANG LEMBAGA ARBITRASE
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
 
Uu 24 2000 Pjls
Uu 24 2000 PjlsUu 24 2000 Pjls
Uu 24 2000 Pjls
 

More from donihasmanto

15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx
15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx
15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx
donihasmanto
 
14. Pembiyaan Proyek.pptx
14. Pembiyaan Proyek.pptx14. Pembiyaan Proyek.pptx
14. Pembiyaan Proyek.pptx
donihasmanto
 
13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx
13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx
13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx
donihasmanto
 
12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx
12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx
12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx
donihasmanto
 
11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx
11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx
11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx
donihasmanto
 
10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx
10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx
10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx
donihasmanto
 
9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx
9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx
9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx
donihasmanto
 
7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx
7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx
7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx
donihasmanto
 
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxXIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
donihasmanto
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
donihasmanto
 
XII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptxXII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptx
donihasmanto
 
XI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptxXI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptx
donihasmanto
 
X. Subjek dan Objek Hukum.pptx
X. Subjek dan Objek Hukum.pptxX. Subjek dan Objek Hukum.pptx
X. Subjek dan Objek Hukum.pptx
donihasmanto
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
donihasmanto
 
VIII Peristiwa Hukum.pptx
VIII Peristiwa Hukum.pptxVIII Peristiwa Hukum.pptx
VIII Peristiwa Hukum.pptx
donihasmanto
 
VII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptxVII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptx
donihasmanto
 
VI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptxVI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptx
donihasmanto
 
V. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptx
V. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptxV. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptx
V. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptx
donihasmanto
 
IV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptx
IV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptxIV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptx
IV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptx
donihasmanto
 
III Peran Dan Fungsi Hukum.pptx
III Peran Dan Fungsi Hukum.pptxIII Peran Dan Fungsi Hukum.pptx
III Peran Dan Fungsi Hukum.pptx
donihasmanto
 

More from donihasmanto (20)

15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx
15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx
15. Pembiayaan Proyek Sektor Swasta.pptx
 
14. Pembiyaan Proyek.pptx
14. Pembiyaan Proyek.pptx14. Pembiyaan Proyek.pptx
14. Pembiyaan Proyek.pptx
 
13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx
13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx
13. Macam-Macam Kartu Kredit.pptx
 
12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx
12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx
12. Pembiayaan Kartu Kredit.pptx
 
11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx
11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx
11. Keunggulan Anjak Piutang.pptx
 
10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx
10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx
10. Pembiayaan Anjak Piutang.pptx
 
9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx
9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx
9. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura.pptx
 
7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx
7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx
7. Pembiayaan Modal Ventura.pptx
 
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxXIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
 
XII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptxXII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptx
 
XI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptxXI. sistem Hukum.pptx
XI. sistem Hukum.pptx
 
X. Subjek dan Objek Hukum.pptx
X. Subjek dan Objek Hukum.pptxX. Subjek dan Objek Hukum.pptx
X. Subjek dan Objek Hukum.pptx
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
 
VIII Peristiwa Hukum.pptx
VIII Peristiwa Hukum.pptxVIII Peristiwa Hukum.pptx
VIII Peristiwa Hukum.pptx
 
VII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptxVII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptx
 
VI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptxVI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptx
 
V. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptx
V. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptxV. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptx
V. Kaedah Sosial & Kaedah Hukum.pptx
 
IV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptx
IV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptxIV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptx
IV. Tujuan, Ciri dan Sifat Hukum.pptx
 
III Peran Dan Fungsi Hukum.pptx
III Peran Dan Fungsi Hukum.pptxIII Peran Dan Fungsi Hukum.pptx
III Peran Dan Fungsi Hukum.pptx
 

4. Asas Kebebasan Berkontrak.pptx

  • 2. 2. Asas Kebebasan Berkontrak Sebagai Dasar Perkem bangan Perjanjian Pembiayaan Konsumen di Indonesia Asas kebebasan berkontrak atau dikenal dengan istilah freedom of contract, party autonomy, liberty of contract. Kebebasan berkontrak sangat lekat dengan konsepsi hak asasi manusia. Kebebasan membuat perjanjian merupakan wujud nyata dari penghormatan hak asasi manusia. Oleh sebab itu, pengaturan perjanjian dalam KUHPerdata dikatakan bersifat terbuka, karena terbuka untuk memperj anjikan apapun yang dikehendaki oleh para pihak.
  • 3. Asas Kebebasan Berkontrak digunakan baik dalam Sistem Hukum Civil Law System atau Common Law System karena 2 alasan di atas. Asas kebebasan berkon- trak merupakan suatu asas yang bersifat universal yang berlaku disemua negara di dunia. Asas kebebasan berkon trak ini mengandung makna seba gai suatu perwujudan dari kehendak bebas para pihak dalam suatu perjanjian yang berarti juga sebagai panca- ran atas pengakuan hak asasi manusia
  • 4. Kebebasan berkontak adalah merupakan refleksi dari perkembangan pasar bebas yang dipelopori Adam Smith pada abad ke sembilanbelas. Adam Smith dengan filsafat ekonomi klasiknya meneka nkan pada ajaran laissez faire yang menekankan prinsi p non intervensi oleh negara terhadap kegiatan ekono mi dan bekerjanya pasar. Jeremy Bentham menyatakan bahwa tidak seorangpun dapat mengetahui tentang apa yang baik untuk kepenti ngan dirinya, kecuali dirinya sendiri. Menurut Bentham, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam hal yang pemerintah sendiri tidak memahaminya
  • 5. Persamaan Adam Smith – Jeremy Bentam Keduanya percaya terhadap individualisme sebagai suatu nilai dan sebagai mekanisme sosial. 01 02 03 04 Kebebasan berkontrak sebagai suatu asas umum. Keduanya menerima sebagai starting point bahwa manusia pada umumnya mengetahui kepentingan- kepentingan mereka sendiri yang terbaik. Paham keduanya menaruh perhatian utama terhadap maksimalisasi dari kekayaan seseorang yang satu dan kebahagiaan yang lain tanpa memper dulikan bagaimana kekayaan atau kebahagiaan itu didistribusikan.
  • 6. Aspek AKOMODATIF, dalam arti bahwa dalam perancangan dan pembuatan perjanjian,seorang perancang perjanjian harus mampu mengakomo dasikan seoptimal mungkin kebutuhan dan keinginan yang sah, yang terbentuk di dalam transaksi bisnis mereka ke dalam kontrak bisnis yang dirancangnya 01 02 Aspek dalam pelaksanaan perancangan dan pembuatan perjanjian berdasarkan Asas Kebebasan Berkontrak Aspek LEGALITAS, dalam arti bahwa seorang pera ncang dan pembuat perjanjian harus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menuangkan transaksi bisnis (transaksi apapun) diantara para pihak ke dalam kontrak yang sah dan dapat dilaksanakan.
  • 7. Kebebasan berkontrak berarti kebebasan untuk memilih dan membuat kontrak, dan kebebasan para pihak untuk menentukan isi dan janji mereka, dan kebebasan untuk memilih subjek perjanjian. Konrad Zweight & Hein Kotz Asas kebebasan berkontrak adalah kebeba san para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian untuk dapat menyusun dan menyetujui klausul-klausul dari perjanjian tersebut, tanpa campur tangan pihak lain A.L. Terry & Sutan Remy Sjahdeini
  • 8. Kebebasan Berkontrak dalam KUHPerdata Pasal 1320 Ayat (1) jo. Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata Sepakat Para Pihak – Berlaku sebagai Undang-Undang Pasal 1320 Ayat (4) jo. Pasal 1337 KUHPerdata Sebab Yang Halal - Bukan Sebab Yang terlarang Pasal 1329 jo Pasal 1330 dan 1331 KUHPerdata Kecakapan – Tidak Cakap- pembatalan perjanjian Pasal 1332 KUHPerdata Objek perjanjian barang yang diperdagangkan Ketentuan Buku III KUH Perda ta kebanyakan bersifat hukum pelengkap (aanvullend Recht) Buku III KUHPerdata juga tidak melarang membuat perjanjian itu dalam bentuk tertentu.
  • 9. Hakim Dapat Membatasi Asas Kebebasan Berkontrak Menafsirkan peraturan perundang-undangan Mencari dan menemukan asas-asas dan dasar-dasar hukum Menciptakan hukum baru apabila menghadapi keko- songan peraturan perun- dang-undangan Dibenarkan pula melakukan contra legem (Menyilisihi UU) apabila ketentuan peraturan perundang-undangan bertenta- ngan dengan kepentingan umum. Memiliki otonomi yang bebas untuk mengikuti yurisprudensi.
  • 10. Van Dunne Henry P. Pangabean Tidak tepat menyatakan perjanjian yang ter- jadi di bawah penyalahgunaan keadaan ber -tentangan dengan kebiasaan yang baik, tetapi penyalahgunaan keadaan itu menya- ngkut keadaan-keadaan yang berperan pada terjadinya kontrak, seperti menikmati keadaan orang lain tidak menyebabkan isi kontrak atau maksudnya menjadi tidak dibolehkan, tetapi menyebabkan kehendak yang disalahgunakan menjadi tidak bebas. Penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden) Ajaran ini sebagai salah satu alasan pembatalan kontrak telah ditentukan dalam yurispru densi di Indonesia, seperti Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3431 K/Pdt/1985, tanggal 4 Maret 1987 tentang bunga pinjaman dan barang jaminan yang bertentangan dengan kepatutan dan keadilan.
  • 11. Pembatasan kebebasan berkontrak Berkembangnya dalam lapangan ekonomi yang membentuk persekutuan-persekutu an dagang, badan- badan hukum atau perseroan-perseroan, dan golongan-golo- ngan masyarakat lain (misalnya golongan buruh dan tani). Timbulnya formalisme perjanjian Makin banyak peraturan di bidang hukum tata usaha negara. Purwahid Patrik Terjadinya pemasyara- katan keinginan adanya keseimbangan antara individu dan masyarakat yang tertuju pada keadilan sosial.
  • 12. Sri Soedewi Maschoen Sofwan Ridwan Khairandy 01 Perkembangan masyarakat di bidang sosial ekonomi, misalkan karena penggabu ngan atau sentralisasi perusahaan Makin berpengaruhnya ajaran itikad baik dimana itikad baik tidak hanya ada pada pelaksanaan perjanjian, tetapi juga harus ada pada saat dibuatnya perjanjian 02 Adanya campur tangan pemerintah untuk melindu- ngi kepentingan umum atau pihak yang lemah. Makin berkembangnya ajaran penya lahgunaan keadaan 03 Adanya aliran dalam masya rakat yang menginginkan adanya kesejahteraan sosial
  • 13. 1. Berkemban gnya doktrin itikad baik Berkembangnya doktrin penyalahgu naan keadaan 2 Berkembang nya hukum ekonomi 4 Makin banyak nya kontrak baku 3 Setiawan
  • 14. C. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Konsumen Adanya petumbuhan dan per kembangan perusahaan mendorong masyarakat untuk memiliki dan menikmati produk yang dibutuhkannya. Disisi lain masyarakat belum mampu membelinya secara tunai Keterbatasan sumber dana formal dan Koperasi pembia- yaan sulit berkembang, Bank tidak melayani pembiayaan konsumen, Adanya pembiayaan lintah darat yang mencekik Sejak adanya paket kebijaksa naan 20 Desember 1988 (Pak des 20/88) mulai diperkenalkan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan produk yang diharapkan/ dibutuhkan
  • 15. D. Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen Perjanjian pembiayaan konsumen (Consumer Finance) tidak diatur dalam KUHPerdata, sehingga merupakan perjanjian tidak berna ma (Innominat) Dasar Hukum Substantif 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan. 2. Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1251/KMK.013 / 1988 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang diperbaharui dengan, Surat Kepu- tusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan. Dasar Hukum Administratif
  • 16. E. Kedudukan Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pihak supplier/dealer/develope atau pemasokadalah perusahaan atau pihak-pihak yang menjual atau menyediakan barang kebutuhan konsumen dalam rangka pembia- yaan konsumen. Pihak konsumen (debitur) adalah perorangan atau individu yang mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen dari kreditur. Pihak perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur) adalah peru sahaan pembiayaan konsumen atau perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan.
  • 17. f. Hubungan Hukum Para Pihak Hubungan hukum antara perusaha- an pembiayaan dengan supplyer ada lah hubungan perjanjian jual beli. Hubungan hukum antara pihak konsumen dengan supplyer adalah hubungan jual beli bersyarat,dimana syaratnya harga akan dibayar oleh pihak ketiga(perusahaan pembiayaan), jika tidak perjanjian akan batal. . Hubungan hukum antara peru- sahaan pembiayaan (kreditur) dengan konsumen (debitur) adalah hubungan kontrak pembi ayaan konsumen
  • 18. 1. Jaminan Utama 1. Watak (Character) G. Jaminan-Jaminan Dalam Pembiayaan Konsumen 2. Modal (Capital) 3.Kemampuan (Capacity), 4. Kondisi Ekonomi (Condition of Economic) 5. Jaminan (Collateral)
  • 19. 2. Jaminan Tambahan Pengakuan Hutang Kuasa menjual barang
  • 20. 3. Cessie dari asuransi Dimaksudkan konsumen memberikan atau menga -lihkan hak untuk mene- rima uang asuransi atau uang pertanggungan dari pihak perusahaan asuran si apabila terjadi resiko terhadap barang sebagai objek perjanjian. 4.Persetujuan suami/isteri untuk konsumen pribadi dan persetujuan komisaris/ RUPS untuk konsumen perusahaan,sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar
  • 21. H. Dokumentasi Dalam Pembiayaan Konsumen 01 Dokumen Pendahuluan (preliminary Documents), termasuk dalam jenis ini adalah Borang Permohonan Kredit, Surat Laporan Pemeriksa dan Surat Persetujuan Kredit 02 03 Dokumen Pokok (Main Documents), termasuk jenis ini adalah perjanjian pembiayaan konsumen itu sendiri Dokumen Jaminan (Security Documents), termasuk jenis ini adalah Perjanjian Fiducia, Surat Pengakuan Hutang, Surat Kuasa Menjual, Cessie Asuransi dan Surat Persetuju an Isteri/Suami atau persetujuan komisaris/Rapat Umum Pemegang Saham.
  • 22. 04 Dokumen Kepemilikan (Ownership Document), termasuk jenis ini adalah Faktur Pembelian, Kwitansi Pembelian dan Sertifikat Kepemilikan. Di samping itu, ada juga dokumen kepemilikan barang, yang biasanya berupa BPKB foto copy STNK, dan sebagainya. 05 06 Dokumen Penyerahan dan Penerimaan (Certificate of Delivery and Acceptance Document) Delivery Order, dan lain-lain supporting documents berisikan dokumen-dokumen pendukung lain-lain