1. 3.1.a.6. Demontrasi Kontekstual – Modul 3.1
Oleh:
Fitri Trisnowiyati, S.Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 9
Kabupaten Pandeglang
Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1, memiliki Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan
suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya
tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan
di sekolah/lingkungan lain. Dalam kegiatan Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 saya melakukan wawancara
terhadap dua narasumber yakni pertama ibu kepala sekolah saya sendiri yaitu Ibu Eneng Nurhasanah, S.Pd selaku
Kepala SDN Kadudampit 3 dan narasumber yang kedua yaitu Ibu Wawat Susilawati, S.Pd. selaku Kepala SDN
Kadudampit 2.
1. Hasil wawancara dengan Ibu Eneng Nurhasanah, S.Pd (Kepala Sekolah SDN Kadudampit 3)
Kasus yang dialami Ibu Eneng Nurhasanah, S.Pd
Suatu hari, seorang guru kelas 6B melaporkan kepada kepala sekolah ada banyak coretan di tembok sekolah SDN
Kadudampit 3. Ibu kepala sekolah mengumpulkan semua siswa di lapangan dan menanyakan laporan tersebut
kepada siswa, namun semua siswa tidak ada yang mengaku atas perbuatan itu. Berdasarkan informasi dari siswa
yang melihat bahwa coretan tersebut dibuat oleh siswa sekolah SDN Kadudampit 1 di luar jam sekolah. Ibu kepala
sekolah menerima laporan tersebut dan akan menindak lanjuti nanti setelah mendapatkan informasi yang valid.
Pada keesokan harinya Ibu Eneng mendapatkan laporan dari Ibu Suheryati (Kepala Sekolah SDN Kadudampit 1)
bahwa ada siswa SDN Kadudampit 3 yang meneror dan menuduh siswa nya mencoret-coret tembok tanpa ada
bukti yang jelas. Ibu Eneng kaget, karena belum menyakan informasi awal ke pihak Kadudampit 1, namun ada
laporan baru bahwa siswanya membuly dan meneror siswa Kadudampit 1. Bukti yang ditunjukkan kepala sekolah
Kadudampit 1 menunjukan chat dan rekaman suara (voicenote) yang tidak sopan dari siswa Kadudampit 3 dan
Kadudampit 1 saling membuly. Ibu Eneng sebagai kepala sekolah merasa bingung harus bagaimana menjelaskan
kesalahpahaman. Akhirnya Ibu Eneng mengajak Ibu Suheryati untuk berbicara dan berdiskusi terkait
permasalahan ini. Setelah berdiskusi Ibu Eneng dan Ibu Suheryati mengambil keputusan bahwa mereka akan
menyelesaikan kedua permasalahan tersebut secara intern dengan cara memanggil siswa yang terlibat dan
2. melakukan bimbingan dan konseling terhadap siswa tersebut, sehingga perbuatan-perbuatan negatif tidak terulang
lagi di lingkungan sekolah.
Pertanyaan dan Jawaban wawancara
1. Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan ilemma etika atau
bujukan moral?
“Dalam mengidentifikasi dilema etika atau bujukan moral, saya cenderung memperhatikan konflik nilai,
pertimbangan etika yang kompleks, dan implikasi jangka dilema dari keputusan. Saya juga berfokus pada
ketidakpastian moral dan pertimbangan berbagai pihak yang terlibat.”
2. Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-
kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
“Dalam konteks pengambilan keputusan di sekolah, terutama dalam kasus di mana ada dua kepentingan
yang sama-sama benar, saya mencoba mempertimbangkan nilai kebajikan dan melakukan dialog terbuka
dengan semua pihak terlibat. Langkah-langkah yang saya ambil mencakup evaluasi dampak jangka dilema,
mendengarkan perspektif berbagai pihak, dan mencari solusi yang paling adil.”
3. Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
“Langkah-langkah yang biasa saya ambil melibatkan pengumpulan informasi, analisis dampak, dan diskusi
terbuka. Saya akan berdiskusi dengan berbagai pihak terkait untuk menambah informasi yang saya
butuhkan.”
4. Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema
etika?
“Saya menemukan bahwa mempertimbangkan nilai-nilai inti, melibatkan semua pihak terkait, dan
melakukan refleksi mendalam membantu dalam pengambilan keputusan dilema etika.”
5. Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika?
“Tantangan utama adalah menangani ketidakpastian moral dan menyeimbangkan kepentingan yang
berbeda. Selain itu, mengelola emosi dan ketidaknyamanan selama proses pengambilan keputusan juga
merupakan tantangan.”
6. Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika,
apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya,
bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
“Saya cenderung tidak memiliki jadwal khusus untuk menyelesaikan kasus dilema etika. Prosesnya bisa
memakan waktu tergantung pada kompleksitas kasus. Namun, saya berusaha menangani kasus tersebut
secepat dan seefisien mungkin.”
3. 7. Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam
pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
“Kerjasama dengan tim atau mendapatkan pandangan dari orang-orang yang memiliki pengalaman dan
pemahaman etika lebih mendalam dapat membantu memperluas perspektif dan mencari solusi yang lebih
baik.”
8. Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda
mengambil keputusan dilema etika?
“Dari pengalaman ini, saya belajar betapa pentingnya keterbukaan, refleksi diri, dan kolaborasi dalam
pengambilan keputusan dilema etika. Setiap kasus memberikan pelajaran unik yang memperkaya
pemahaman saya tentang etika dan moral.”
2. Hasil wawancara dengan Ibu Wawat Susilawati, S.Pd (Kepala Sekolah SDN Kadudampit 2)
Kasus yang pernah dialami oleh Ibu Wawat Susilawati, S.Pd
Pada suatu ketika, ada seorang guru yang sudah pensiun dari SDN Kadudampit 2 ingin memasukkan anaknya
untuk menjadi guru honorer di SD tersebut. Anak tersebut bukan dari lulusan keguruan. Dan di SD tersebut sudah
tidak memerlukan guru kelas lagi . Ibu tersebut tetap memohon kepada ibu Kepala SDN Kadudampit 2 untuk
memasukkan anaknya , karena guru kelas sudah penuh beliau memohon untuk dijadikan Operator Sekolah.
Kebimbangan Ibu Kepala SDN Kadudampit 2 terjadi karena selain masih ada ikatan saudara, ibu guru tersebut
adalah sesepuh di desa tersebut. Anak tersebut bukan dari lulusan keguruan sehingga untuk mengajar atau bekerja
di SD tidak linier, sehingga untuk diangkat menjadi pegawai pemerintah tetap sangat tidak memungkinkan dan
aturan yang dikeluarkan kabupaten adalah tidak lagi menerima guru honorer .walaupun untuk lowongan Operator
sekolah ada karena selama ini operator sekolah dilakukan oleh guru kelas namun kekuatan pembiayaan di sekolah
tersebut sangat minim.
Ibu kepala SDN Kadudampit 2 tidak bisa memutuskan sendiri kebijakan tersebut. Beliau membawanya ke forum
rapat sekolah Bersama dewan guru . dan atas hasil rapat menolak dengan berbagai alasan .Akhirnya setelah rapat
dipanggillah ibu guru tersebut kemudian diberikan arahan dan saran untuk memasukkan anaknya ke perkantoran
pemerintah supaya bisa linier dengan ijazah yang diampunya.selain sudah penuh juga terikat dengan aturan yang
belum diperbolehkan menerima kembali tenaga honorer di tiap sekolah.
1. Selama ini, bagaimana anda dapat mengidentifikasi kasus – kasus yang merupakan dilemma etika atau
bujukan moral ?
Berdasarkan kasus tersebut terjadi dilemma etika yang ditandai dengan adanya pilihan yang sama – sama
benar. Tidak ada bujukan moral dalam kasus ini karena tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi.
4. 2. Selama ini, bagaimana anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah anda terutama untuk kasus
dimana ada dua kepentingan yang sama – sama benar atau sama – sama mengandung nilai kebajikan?
Dalam menjalankan pengambilan keputusan dilakukan dengan cara bermusyawarah dengan dewan guru
SDN Kadudampit 2 juga apa bila dibutuhkan musyawarah dengan Komite Sekolah.
3. Langkah – langkah atau prosedur seperti apa yang biasa anda lakukan selama ini?
Langkah – langkah atau prosedur yang biasa dilakukan adalah bermusyawarah baik dengan dewan guru
maupun Komite sekolah sebagai partner sekolah.
4. Hal – hal apa saja yang selama ini anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus – kasus
dilema etika ?
Hal yang paling efektif dalam pengambilan keputusan adalah dengan cara bermusyawarah atau
komunikasi yang terbuka dan positif.
5. Hal – hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema
etika ?
Hal yang merupakan tantangan dalam kasus ini adalah adanya rasa kasihan dan aturan yang harus kita
laksanakan.
6. Apakah anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilemma
etika, apakah anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk
menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang anda jalankan?
Ya, dalam kasus ini membutuhkan waktu musyawarah dengan dewan guru . prosedur yang dijalankan
adalah mengadakan musyawah terlebih dahulu dengan dewan guru , hari kemudian setelah ada hasil
keputusan dikomunikasikan kembali kepada ibu guru pensiunan tersebut dan anaknya
7. Adakah seseorang atau factor – factor apa yang selama ini mempermudah atau membantu anda dalam
mengambil keputusan dilema etika ?
Seseorang yang mempermudah atau membantu dalam pengambilan keputusan adalah dewan guru ,
faktornya adalah adanya komunikasi yang terbuka dan positif yaitu melalui musyawarah.
8. Dari semua hal yang telah disampaikan pembelajaran apa yang dapat anda petik dari pengalaman anda
mengambil keputusan dilema etika ?
5. Analisis dan Refleksi Hasil Wawancara
Pada sesi wawancara ini dapat saya simpulkan hasil jawaban dari beberapa pertanyaan, yakni berdasarkan hasil
wawancara saya dengan narasumber yang pertama yaitu Ibu Eneng, beliau menjelaskan bahwa selama ini beliau
menjalankan pengambilan keputusan dengan cara mengidentifikasi kasus terlebih dahulu serta mencari tahu
kebenarannya. Selanjutnya dalam memutuskannya beliau selalu melakukan koordinasi serta diskusi bersama
pihak-pihak terkait atas kasus tersebut. Seperti wali kelas, dewan guru atau warga sekolah lainnya. Serta mengacu
terhadap peraturan yang berlaku terhadap kasusnya. Beliau mengatakan hal efektif dalam pengambilan keputusan
yaitu harus memperhatikan kepentingan siswa dan juga sekolah meski hambatan terkadang menjadi kendala
seperti keadilan terhadap siswa dan juga masyarakat sekitar. Ketika menyelesaikan masalah beliau biasanya
langsung menyelesaikannya di tempat, namun itupun tergantung dari tingkat kerumitan kasusnya. Tentunya
banyak faktor yang membantu beliau dalam pengambilan keputusan seperti dewan guru dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam setiap pengambilan keputusan beliau selalu melakukan pembelajaran atau refleksi dari
kasus-kasus sebelumnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yang ke 2 yaitu Ibu Wawat , beliau menjelaskan
bahwa ketika menentukan keputusan atas suatu kasus biasanya beliau melakukan pengamatan terlebih dahulu
serta memastikan kebenaran atas kasusnya. Selain itu dalam menjalankannya beliau selalu melakukan
musyawarah dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kasusnya. Langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh beliau adalah dengan mengidentifikasi kasusnya serta mempertimbangkan
kepentingan seluruh warga sekolah. Dalam hal ini beliau menegaskan bahwa hal efektif dalam pengambilan
keputusan yaitu keberpihakkan terhadap murid serta patuh terhadap peraturan yang berlaku. Meskipun dalam
pengambilan keputusan selalu adanya tantangan seperti rasa keadilan bagi seluruh warga sekolah. Intinya beliau
menegaskan bahwa dalam menyelesaikan masalah haruslah mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan diselesaikan
pada saat itu juga atau tidak ditunda-tunda. Beliaupun megatakan bahwa semua komponen sekolah kerap
membantu dalam setiap pengambilan keputusan. Hal pembelajaran yang dapat diambil menurut beliau adalah
harus selalu meninjau kembali setiap keputusan dan belajar dari pengalaman.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Narasumber 1 dan 2, bahwa dalam hal cara pandang Ibu Eneng dan juga
Ibu Wawat ketika mengambil keputusan cenderung sama, yaitu selalu memperhatikan paradigma-paradigma
sesuai dengan kasus yang dihadapinya. Dalam hal ini baik Ibu Eneng dan juga Ibu Wawat selalu mengedepankan
kepentingan siswa dan juga sekolah serta mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dalam keputusannya. Artinya
setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan pertimbangan yang matang dan tidak merugikan satu dan yang
lainnya terutama ketika menghadapi kasus dilema etika.
Adapun prinsip yang diterapkan baik oleh Ibu Eneng dan juga Ibu Wawat cenderung memiliki persamaan juga
yaitu selalu memperhatikan aturan-aturan yang berlaku meski terkadang prinsip yang lainpun kerap diterapkan.
6. Hanya saja prinsip berbasis peraturan lebih dominan diterapkan karena sebagai seorang pemimpin mereka kerap
kali tidak mau mengambil resiko atau menyalahi aturan yang berlaku sehingga khawatir berimbas baik terhadap
dirinya maupun lingkungan sekolah.
Lebih lanjut, penerapan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan secara umum menurut saya sebetulnya
telah mereka terapkan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu kasus. Hanya saja dikarenakan konsep
seperti yang ada pada modul 3.1 ini belum mereka pahami, maka langkah-langkah yang mereka terapkan tidak
secara berurutan seperti yang ada pada 9 langkah pengambil dan penguji keputusan pada modul 3.1.
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan terhadap 2 pimpinan sekolah dalam
pengambilan keputusan, sebenarnya mereka telah menerapkan paradigma dan prinsip dilema etika juga langkah
pengambilan dan penguji keputusan. Namun sepertinya mereka belum menyadari bahwa yang mereka terapkan
teorinya ada pada materi modul 3.1.
Demikian analisis hasil wawancara yang telah saya lakukan bersama 2 pimpinan sekolah. Terima kasih.
Dokumentasi Kegiatan Wawancara
Wawancara bersama Narasumber 1 (Ibu Eneng Nurhasanah, S.Pd – Kepala SDN Kadudampit 3)
Wawancara bersama Narasumber 2 (Ibu Wawat Susilawati, S.Pd. – Kepala SDN Kadudampit 2)