Dokumen tersebut membahas sistem pemeriksaan dalam hukum acara pidana dengan menjelaskan 4 model penyelenggaraan peradilan pidana yaitu sistem inquisitoir, sistem accusatoir, crime control model dan due process model (Herbert Packer), family model (John Grifitths), serta integrated model (Hiroshi Ishikawa).
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
Suksesi = Succesion
Susesi dalam Hukum Internasional adalah
Peralihan hak dan kewajiban intenasional, baik dari negaraatau pemerintah lama ke pemerintah baru. Contoh perubahan kekuasaan territorial Uni Soviet yang dibagi atasbeberapa Negara lain seperti Rusia, Estonia,Ukraina dan yang lainnya. Atau bias juga tidak jauh dari Indonesiayakni suksesi Negara Timor Leste. Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suksesi atau seccesion yakni membahas mengenai kedaulatan yang sebelumnya dimiliki, dan hak serta kewajiban baru Negara tersebut. Serta sejauh manahal tersebut dimiliki suatu Negara yang digantikan dan yang tergantikan.
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
Suksesi = Succesion
Susesi dalam Hukum Internasional adalah
Peralihan hak dan kewajiban intenasional, baik dari negaraatau pemerintah lama ke pemerintah baru. Contoh perubahan kekuasaan territorial Uni Soviet yang dibagi atasbeberapa Negara lain seperti Rusia, Estonia,Ukraina dan yang lainnya. Atau bias juga tidak jauh dari Indonesiayakni suksesi Negara Timor Leste. Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suksesi atau seccesion yakni membahas mengenai kedaulatan yang sebelumnya dimiliki, dan hak serta kewajiban baru Negara tersebut. Serta sejauh manahal tersebut dimiliki suatu Negara yang digantikan dan yang tergantikan.
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang demokratis, berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan semata-mata. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan yang namanya sebuah hukum yang hidup atau yang berjalan, dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang tentram dan teratur bagi kehidupan masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum tersebut juga butuh ditegakkan, demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau membebaskan pidana. Hukum Acara Pidana mengatur bagai mana cara dan proses pengambilan putusan oleh hakim, mengenai aspek ini dimulai melalui tahap pemeriksaan didepan persidangan yakni mulai tahap pemeriksaan identitas terdakwa, pembacaan catatan/ dakwaan oleh jaksa/penuntut umum, kemudian diberi kesempatan terdakwa/penasihat hukumnya untuk mengajukan keberatan/eksepsi, dilanjutkan acara pembuktian, acara tuntutan, pembelaan, replik dan duplik serta pemeriksaan dianggap selesai dan dilanjutkan musyawarah dalam pengambilan putusan oleh hakim (majelis) serta penjatuhan/pengucapan putusan dalam sidang yang terbuka untuk umum (Bab XVI Pasal 145 sampai dengan Pasal 232 KUHAP).
Peraturan hukum yang mengatur juga tentang tahapan pelaksanaan terhadap putusan hakim yang telah diambil, dalam hal ini dapat dibedakan apabila putusan tersebut belum “inkracht van gewijsde’’ dapat dimungkinkan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya serta jaksa/ Penuntut Umum melakukan banding, kemudian kasasi dan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung RI (Bab XVIII Pasal 233 sampai dengan Pasal 269 KUHAP) serta apabila putusan telah “ inkracht van gewijsde” dan terpidana tidak melakukan upaya grasi kepada Presiden selaku Kepala Negara, putusan dapat dilaksanakan oleh jaksa dan Lembaga Pemasyarakatan dengan pengawasan dan pengamatan oleh Ketua Pengadilan Negri (Bab XIX Pasal 270 sampai dengan 283 KUHAP) sedangkan terpidana masih melakukan upaya grasi, putusan tersebut ditunda terlebih dahulu pelaksanaannya menunggu upaya grasi tersebut turun.
Dari tahapan-tahapan proses Hukum acara Pidana diatas ada yang disebut dengan pembacaan dakwaan, dimana dakwaan merupakan surat tuntutan yang dibuat oeleh jaksa yang ditarik dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam memeriksa dimuka pangadilan, Maka dari itu penulis akan menulis suatu makala yang akan membahas tentang Surat Dakwaan.
. Teori Klasik.
Teori ini mulai muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan tersebar di Eropa dan Amerika.Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik.Menurut psikologi hedonistik, setiap perbuatan manusia berdasarkan pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit).Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana yang mendatangkan kesenangan dan yang mana yang tidak. Menurut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:15) bahwa "Setiap orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan kesenangan dan rasa sakit yang diperoleh dan perbuatan tersebut.(That the act which I do is the act which I think will give me most pleasure)." Lebih lanjut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:21) menyatakan bahwa: "Semua orang melanggar undang-undang tertentu harus menerima hukuman yang sama, tanpa mengingat umur, kesehatan jiwa, kaya miskinnya, posisi sosial dan keadaan-keadan lainnya." Hukuman yang dijatuhkan harus sedemikian beratnya, sehingga melebihi suka yang diperoleh dari pelanggaran undang-undang tersebut. Berdasarkan pendapat Beccaria tersebut, setiap hukuman yang dijatuhkan sekalipun pidana yang berat, sudah diperhitungkan sebagai kesenangan yang diperolehnya, sehingga maksud pendapat Beccaria adalah untuk mengurangi kesewenangan dan kekuasaan hukuman. Konsep keadilan menurut teori ini adalah suatu hukuman yang pasti untuk perbuatan-perbuatan yang sama tanpa memperhatikan sifat dari sifat si pembuat dan tanpa memperhatikan pula kemungkinan adanya peristiwa-peristiwa tertentu yang memaksa terjadinya perbuatan tersebut
CIVIL LAW
Civil Law : Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas hukum Romawi
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang-undangan, hukum kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi. Negara penganut Civil Law menempatkan konsitusi tertulis pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundangan dan diikuti UU dan peraturan lain di bawahnya.
Materi PPKN Kelas XI tingkat SMA/MA. Menjelaskan mengenai definisi atau makna Demokrasi, Bentuk-bentuk demokrasi yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia dan prinsip serta ciri negara penganut asas demokrasi.
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang demokratis, berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan semata-mata. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan yang namanya sebuah hukum yang hidup atau yang berjalan, dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang tentram dan teratur bagi kehidupan masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum tersebut juga butuh ditegakkan, demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau membebaskan pidana. Hukum Acara Pidana mengatur bagai mana cara dan proses pengambilan putusan oleh hakim, mengenai aspek ini dimulai melalui tahap pemeriksaan didepan persidangan yakni mulai tahap pemeriksaan identitas terdakwa, pembacaan catatan/ dakwaan oleh jaksa/penuntut umum, kemudian diberi kesempatan terdakwa/penasihat hukumnya untuk mengajukan keberatan/eksepsi, dilanjutkan acara pembuktian, acara tuntutan, pembelaan, replik dan duplik serta pemeriksaan dianggap selesai dan dilanjutkan musyawarah dalam pengambilan putusan oleh hakim (majelis) serta penjatuhan/pengucapan putusan dalam sidang yang terbuka untuk umum (Bab XVI Pasal 145 sampai dengan Pasal 232 KUHAP).
Peraturan hukum yang mengatur juga tentang tahapan pelaksanaan terhadap putusan hakim yang telah diambil, dalam hal ini dapat dibedakan apabila putusan tersebut belum “inkracht van gewijsde’’ dapat dimungkinkan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya serta jaksa/ Penuntut Umum melakukan banding, kemudian kasasi dan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung RI (Bab XVIII Pasal 233 sampai dengan Pasal 269 KUHAP) serta apabila putusan telah “ inkracht van gewijsde” dan terpidana tidak melakukan upaya grasi kepada Presiden selaku Kepala Negara, putusan dapat dilaksanakan oleh jaksa dan Lembaga Pemasyarakatan dengan pengawasan dan pengamatan oleh Ketua Pengadilan Negri (Bab XIX Pasal 270 sampai dengan 283 KUHAP) sedangkan terpidana masih melakukan upaya grasi, putusan tersebut ditunda terlebih dahulu pelaksanaannya menunggu upaya grasi tersebut turun.
Dari tahapan-tahapan proses Hukum acara Pidana diatas ada yang disebut dengan pembacaan dakwaan, dimana dakwaan merupakan surat tuntutan yang dibuat oeleh jaksa yang ditarik dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam memeriksa dimuka pangadilan, Maka dari itu penulis akan menulis suatu makala yang akan membahas tentang Surat Dakwaan.
. Teori Klasik.
Teori ini mulai muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan tersebar di Eropa dan Amerika.Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik.Menurut psikologi hedonistik, setiap perbuatan manusia berdasarkan pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit).Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana yang mendatangkan kesenangan dan yang mana yang tidak. Menurut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:15) bahwa "Setiap orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan kesenangan dan rasa sakit yang diperoleh dan perbuatan tersebut.(That the act which I do is the act which I think will give me most pleasure)." Lebih lanjut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:21) menyatakan bahwa: "Semua orang melanggar undang-undang tertentu harus menerima hukuman yang sama, tanpa mengingat umur, kesehatan jiwa, kaya miskinnya, posisi sosial dan keadaan-keadan lainnya." Hukuman yang dijatuhkan harus sedemikian beratnya, sehingga melebihi suka yang diperoleh dari pelanggaran undang-undang tersebut. Berdasarkan pendapat Beccaria tersebut, setiap hukuman yang dijatuhkan sekalipun pidana yang berat, sudah diperhitungkan sebagai kesenangan yang diperolehnya, sehingga maksud pendapat Beccaria adalah untuk mengurangi kesewenangan dan kekuasaan hukuman. Konsep keadilan menurut teori ini adalah suatu hukuman yang pasti untuk perbuatan-perbuatan yang sama tanpa memperhatikan sifat dari sifat si pembuat dan tanpa memperhatikan pula kemungkinan adanya peristiwa-peristiwa tertentu yang memaksa terjadinya perbuatan tersebut
CIVIL LAW
Civil Law : Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas hukum Romawi
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang-undangan, hukum kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi. Negara penganut Civil Law menempatkan konsitusi tertulis pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundangan dan diikuti UU dan peraturan lain di bawahnya.
Materi PPKN Kelas XI tingkat SMA/MA. Menjelaskan mengenai definisi atau makna Demokrasi, Bentuk-bentuk demokrasi yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia dan prinsip serta ciri negara penganut asas demokrasi.
2015 Search for the Next Tech Girl Superhero showcase eventJenine Beekhuyzen
The presentation slides for the showcase event presented by Dr Jenine Beekhuyzen, MC Dr Maggie Hardy in the presence of The Honourable Leeanne Enoch, Queensland Minister for Science and Innovation.
Materi Penegakan hukum di indonesia.pptxMayaRiantini1
Upaya penegakan hukum di suatu negara, sangat erat kaitannya dengan tujuan negara. Anda disarankan untuk mengkaji teori tujuan negara dalam buku “Ilmu Negara Umum”. Menurut Kranenburg dan Tk.B.Sabaroedin (1975) kehidupan manusia tidak cukup hidup dengan aman, teratur dan tertib, manusia perlu sejahtera. Apabila tujuan negara hanya menjaga ketertiban maka tujuan negara itu terlalu sempit. Tujuan negara yang lebih luas adalah agar setiap manusia terjamin kesejahteraannya di samping keamanannya. Dengan kata lain, negara yang memiliki kewenangan mengatur masyarakat, perlu ikut menyejahterakan masyarakat. Teori Kranenburg tentang negara hukum ini dikenal luas dengan nama teori negara kesejahteraan.
kriminalisasi berlebih menjadi perhatian di negara yang menganut sistem common law. dari hukuman masyarakat, kerap kali bisa menjadi penghukuman oleh negara/ pemidanaan. bagaimana hal ini bisa terjadi, hal ini coba dibahas dalam presentasi berdasar dari buku "overcriminalization" karya Douglas HUsak
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
3 sistempemeriksaanhkacpid
1. Sistem Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana
Penyelenggaraan peradilan pidana merupakan mekanisme bekerjanya
aparat penegak hukum pidana mulai dari proses penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan serta pelaksanaan keputusan
pengadilan. Di berbagai negara mempunyai tujuan tertentu yang pada intinya
usaha pencegahan kejahatan (prevention of crime) telah dikenal beberapa
model penyelenggaraan peradilan pidana yaitu :
Sistem inquisitoir (memeriksa) :
sistem peradilan pidana sudah sejak abad ke 13 dimulai di Eropa sampai dengan
awal pertengahan abad ke 19. Proses penyelenggaraan peradilan pidana dalam
rangka penyelesaian perkara pidana berdasarkan sistem ini dimulai dengan
adanya inisiatif dari penyidik atas kehendak sendiri untuk menyelidiki kejahatan.
Cara penyelidikan dan pemeriksaan yang demikian ini ditempuh secara
rahasia. Tahap pertama yang dilakukan oleh penyidik ialah meneliti apakah
suatu kejahatan telah terjadi, dan
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 1
2. kemudian mengadakan indetifikasi terhadap pelaku atau para pelakunya. Apabila
orang diduga melakukan kejahatan itu telah diketahui dan ditangkap.
Tahap kedua dilakukan pemeriksaan terhadap pelaku kejahatan tersebut.
Pada tahap ini si pelaku ditempatkan terasing dan tidak diperkenankan
berkomunikasi dengan pihak lain atau keluarganya, dimana pemeriksaan
terhadap dirinya maupun terhadap saksi atau saksi saksi dilakukan secara terpisah.
Perbuatan apa yang dituduhkan terhadap si pelaku tidak diberitahukan kepadanya.
Satu satunya tujuan pemeriksaan waktu itu adalah usaha untuk memperoleh
pengakuan (confession) dari si pelaku. Apabila kejahatan yang dituduhkan terhadap
secara sukarela tidak mau mengakui perbuatan yang dituduhkan dan ternyata
setelah bukti berhasil dikumpulkan menimbulkan dugaan yang kuat akan
kesalahannya, maka petugas pemeriksa akan memperpanjang penderitaan si
pelaku kejahatan melalui cara penyiksaan (torture) sampai diperoleh pengakuan.
Setelah petugas pemeriksa selesai dengan tugasnya, maka ia menyerahkan hasil
pemeriksaannya kepada pengadilan, yang selanjutnya pengadilan dalam
memeriksa perkara tersangka yang diajukan itu hanya atas dasar hasil
pemeriksaan sebagaimana yang tercantum di dalam berkas.
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 2
3. Penuntut umum pada waktu itu tidak memiliki peranan yang berarti dalam proses
penyelesaian perkara, khususnya dalam pengajuan, pengembangan lebih lanjut,
atau dalam penundaan perkara yang bersangkutan. Selama berlangsung
pemeriksaan, terdakwa tidak dihadapkan ke muka persidangan dan
dilakukan secara tertutup. Pada waktu itu tidak ada kemungkinan terdakwa
didampingi oleh seorang pembela. Demikianlah gambaran proses peradilan
pidana yang terjadi pada abad ke 13 sampai awal abad pertengahan ke 19.
Perkembangan selanjutnya timbul gerakan revolusi perancis, maka sistem
inquisitor tidak mendapat pasaran lagi (tidak dikenal) dalam rangka proses
peradilan pidana. Dan muncullah model baru sebagai pengganti bentuk
inquisitor yaitu the mixed type (type campuran) sebagai salah satu dikenal dengan :
Sistem Accussatoir (menuduh/mendakwa),
Dimana tersangka / terdakwa mempunyai kedudukan yang sama dengan pejabat
penegak hukum lainnya. Sistem ini yang belakangan diprakarsai oleh kaum
cendekiawan Eropa. Sebagai berikut :
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 3
4. 1. Crime Control Model dan Due Process Model (herbert packer /amerika
serikat)
Kedua model penyelenggaraan peradilan pidana ini diperkenalkan oleh
Herbert Packer dan diterapkan di Amerika Serikat, kedua model tersebut
dilandasi oleh pemikiran apa yang disebut dengan adversary model (model
permusuhan) yang berintikan sebagai berikut : a. Prosedur peradilan pidana
harus merupakan suatu disputes (sengketa) atau combative proceeding
(sidang pertempuran) antara terdakwa dan penuntut umum dalam kedudukan
yang sama di muka pengadilan. b.. Judge as umpire (hakim sebagai wasit)
Kedudukannya yang demikian ini mengakibatkan bahwa ia tidak ambil bagian
dalam pertempuran (fight) dalam proses pemeriksaan di pengadilan. Ia hanya
berfungsi sebagai wasit yang menjaga agar aturan permainan tidak dilanggar,
baik oleh terdakwa maupun oleh penuntut umum.
c. Rule are very strictly (Ketentuan diperlakukan secara ketat).
d. Sensational cross of examination (pemeriksaan silang / berlawanan yg
dilakukan oleh PU dgn Advokat),
e. Fiction of an always elusive truth (fiksi dari kebenaran selalu sulit dipahami) ,
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 4
5. The crime control model didasarkan atas anggapan bahwa penyelenggaraan
peradilan pidana adalah semata mata untuk menindas perilaku criminal
(criminal conduct) dan ini merupakan tujuan utama proses peradilan. Sebab
dalam hal ini yang diutamakan adalah ketertiban umum (public order) dan
efisiensi. Disini berlaku apa yang dinamakan “sarana cepat” dalam rangka
pemberantasan kejahatan. Dan pada dasarnya berlakulah apa yang disebut
dengan istilah presumption of guilty. Kelemahan yang menonjol pada model
ini adalah sering terjadi pelanggaran hak hak asasi manusia demi
efisiensi. Oleh karena itu muncullah apa yang dinamakan model kedua yaitu
Due Process Model.
2. Due Process Model
Model ini muncul suatu nilai baru yang sebelumnya kurang diperhatikan, yaitu
konsep perlindungan hak hak individual dan pembatasan kekuasaan dalam
penyelenggaraan peradilan pidana. Jadi di sini proses criminal harus dapat
dikendalikan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan sifat ototriter
dalam rangka mencapai maksimum efisiensi. Di dalam model ini berlakulah
apa yang dinamakan presumption of innocence.
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 5
6. 3. Family Model (Model Kekeluargaan) (John Grifitths : Belanda)
Menurut beliau model yang diperkenalkan Packer yang mendasarkan pada
pemikiran tentang hubungan antara Negara dan individu dalm proses criminal,
dimana seorang pelaku kejahatan dianggap musuh masyarakat (enemy of the
society). Tujuan utama dari penyelenggaraan peradilan pidana adalah segera
mengasingkan pelaku tersebut di dalam masyarakat (exile function of
punishment). Landasan filosofis dari model yang diperkenalkan oleh Packer
adalah oleh Griffitths dinamakan. Battle model (model pertempuran) Pertentangan
antara kepentingan individu dengan Negara yang tidak dapat dipertemukan
kembali (irreconcilable disharmony of interests), sehingga apabila terjadi suatu
kejahatan yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis, harus ditempatkan
dalam suatu proses yang menempatkan dia sebagai seorang yang dijadikan objek
di dalam penyelenggaraan peradilan pidana. Model ketiga (famile model)
dikatakan : Masyarakat tidak dapat diperbaiki atau dinetralisasi dari kejahatan
selama kita tidak berfikir di dalam pertimbangan kepentingan / keuntungan
di dalam memahami kejahatan dan penjahat. Untuk itu landasan filosofis
harus dirubah terlebih dahulu yaitu irreconcilable disharmony of interests harus
diganti dengan suatu asumsi bahwa tidak ada pertentangan kepentingan
yang tidak bisa diselaraskan.
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 6
7. Untuk itu filsafat yang mendasari penyelenggaraan peradilan pidana adalah
cinta kasih sesama hidup atas dasar kepentingan yang saling menguntungkan
(mutually supportive and a state of love). Salah satu Negara yang menerapkan
model ketiga ini adalah negeri Belanda.
4. Model Terpadu (Integrated Model) (Hiroshi Ishikawa : Jepang).
Dalam model terpadu, lembaga atau instansi yang ada tersebut (polisi, jaksa,
pengadilan, pengacara) meskipun tugasnya berbeda beda, dan mempunyai tujuan
masing masing, mempunyai tujuan dalam bentuk kecil (t), namun di dalam hal ini
pada dasarnya sekaligus juga menuju kepada tujuan yang besar yang kami
dirumuskan dalam bentuk besar (T), yaitu usaha pencegahan kejahatan senantiasa
harus mengadakan kerja sama dan koordinasi untuk mencapai tujuan (T), yang
sudah barang tentu harus didukung dengan perundang-perundangan yang
memadai. Sebab apabila tidak demikian, bukan mustahil akan terjadi
instansi sentries serta fragmentaris, serta tidak menunjukkan kesatuan sistem
yang terpadu sebagaimana yang dikehendaki oleh suatu sistem. Model terpadu
ini dipakai di Negara Jepang.
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 7